Oleh :
K1A1 14 067
Pembimbing :
KENDARI
2020
BAB 1
STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama :Ny. N
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Suku : Muna
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No RM ; 08 43 33
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
2. Anamnesis Terpimpin
Pasien datang ke UGD RS Santa Anna dengan keluhan luka pada kaki kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Luka dirasakan awalnya kecil, semakin lama semakin
bertambah lebar dan susah untuk sembuh. Pasien juga mengeluh nyeri pada
luka, bernanah tetapi tidak keluar darah. Pasien mengeluh kakinya terasa tebal
dan sering kesemutan. Pasien juga mengeluh demam. Nafsu makan sebelum sakit
biasa 3 x sehari + cemilan pagi teh dan gabing, pasien mengeluh sering buang air
kecil sekitar sehari 3-4 kali sehari pasien mengeluh sering terbangun malam hari
karena ingin buang air kecil, tidak disertai darah (-) batu (-) dan tidak nyeri,
Buang air besar biasa. Keluhan lain pasien mengeluh lemah nafsu makan biasa
dan berat badan tidak menurun. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-),
riwayat penyakit lainnya (-), Riwayat penyakit dalam keluarga DM(+) Adik.
C. Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum
Sakit sedang, Composmentis, E4V5M6, Status gizi Lebih (BB =68 , TB=156) IMT =
27,9 kg/m2 (Overweight)
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
160/80 mmHg 80 x/Menit 20 x/Menit 370C/Axillar
(reguler, kuat
angkat)
Status Generalis
Kepala Normocephal, simetris
Rambut Berwarna hitam beruban
Mata Konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), exopthalmus (-), edema
palpebra -/-, gerakan bola mata dalam batas normal, refleks kornea (+)
refleks pupil (+)
Hidung Epitaksis (-) rinorhea (-)
Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)
Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (-) perdarahan gusi (-) lidah kotor (-),
tremor (-), atrofi papil lidah (-) faring hiperemis (-) tonsil T1/T1
Leher Pembesaran kelenjar(-), hiperemis (-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi
Sonor (+/+)
Auskultasi
Bunyi nafas Rhonki basal (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II regular
Abdomen Inspeksi
Datar, ikut gerak napas (+)
Auskultasi
peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi
timpani (+)
Ekstremitas Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/5, edema
pretibial (-/-), pitting (-) peteki -/-
Ulkus pedis dextra, tampak pus, eritema, nyeri tekan (+)
D. Pemeriksaan penunjang
22/Februari/2020
22 Februari 2020
22 Februari 2020
E. Resume
Pasien datang ke UGD RS Santa Anna dengan keluhan luka pada kaki kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Luka dirasakan awalnya kecil, semakin lama semakin
bertambah lebar dan susah untuk sembuh. Pasien juga mengeluh nyeri pada luka,
bernanah tetapi tidak keluar darah. Pasien mengeluh kakinya terasa tebal dan sering
kesemutan. Pasien juga mengeluh demam.Nafsu makan biasa. Sering buang air kecil
sekitar 3-4 kali sehari pasien mengeluh sering terbangun malam hari karena ingin
buang air kecil, BAB biasa, penyakit dalam keluarga DM (+) Adik. Kebiasaan makan
sebelum sakit biasa 3 x sehari + cemilan pagi teh dan gabing. Tidak pernah berolah
raga.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan status overweight IMT (27,9 kg/m 2), TD
ulkus pedis dextra tampak pus, eritema, nyeri tekan (+) Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan GDS 520mg/dl(meningkat), WBC 12,1 [10^3/uL]
meningkat.
F. Diagnosis
G. Diagnosis banding
Sindroma Metabolik
H. Penatalaksanaan
d) PCT 3X1
e) Amlodipin 1x10 mg
f) Candesartam 1x8 mg
g) Diet DM 25
I. Perkembangan Pasien
GDS : 247
A: DM Tipe 2 + ulkus pedis dextra post
debridemens
J. Prognosis
Diskusi
GEJALAH KLINIS
KASUS TEORI
Pasien datang ke UGD RS Santa Anna Berbagai keluhan dapat ditemukan pada DM
dengan keluhan luka pada kaki kanan sejak 1 berupa keluhan klasik seperti: poliuria,
minggu yang lalu. Luka dirasakan awalnya polidipsi, polifagia dan penurunan berat
kecil, semakin lama semakin bertambah lebar badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
dan susah untuk sembuh. Pasien juga Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal,
mengeluh nyeri pada luka, bernanah tetapi mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria
tidak keluar darah. Pasien mengeluh kakinya serta pruritus vulva pada wanita3.
terasa tebal dan sering kesemutan. Pasien Pada pasien ini ditemukan ulkus kaki yang
juga mengeluh demam.Nafsu makan biasa. susah untuk sembu dimana pada pasien
Sering buang air kecil sekitar 3-4 kali sehari diabetes hal ini bisa disebabkan karena aliran
pasien mengeluh sering terbangun malam draah yang tidak lancar di kaki. Terjadi
hari karena ingin buang air kecil, BAB biasa proses angiopati berupa penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah perifer, sering
terjadi pada tungkai terutama kaki, akibat
perfuse jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus.
Selain itu penekanan terus menerus pada
telapak kaki saat berjalan juga dapat
mnyebabkan pasien ulkus kaki muda sekali
mengalami trauma. Sering juga bersamaan
dengan neuropati terganggunya sistem saraf
perifer sehingga pasien biasanya merasakan
baal paresteia, dan kesemutan pada kaki 4.
Pada kasus ini juga ditemukan pasien lebih
sering buang air kecil dan terbangun malam
hari karena ingin buang air kecil (poliuria)
hal ini terjadi karena kada gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (>80 mg/dl),
sehingga gula akan keluar bersama urin.
Untuk menjaga agar urin yang keluar tidak
tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin kedalam urin sehingga
urin keluar dalam volume yang banyak dan
buang air kecilpun menjadi lebih sering.
Dalam keadaan normal, urin akan keluar
sekita 1,5 liter perhari, tetapi pada penderita
DM yang tidak terkontrol dapat
memproduksi lima kali dari jumlah itu5
RIWAYAT KEBIASAAN
KASUS TEORI
Kebiasaan makan sebelum sakit biasa 3 x Penelitian yang dilakukan oleh Imelda, 2018
sehari berupa nasi, jagung, ubi, ikan, sayur, Pola makan yang tidak sehat tinggi lemak,
mie instan + cemilan pagi teh dan gabing . gula, garam, dapat mengakibatkan
Tidak pernah berolah raga. masyarakat mengkonsumsi makanan secara
berlebihan yang dapat mengakibatkan
peningkatan kadar gula darah6. Hasil
penelitian sejalan dengan arifandi, 2012
dengan judul faktor- faktor penyebab
terjadinya diabetes melitus di ruang murai
RSUD arifin ahmad pekanbaru dimana
meneliti sebanyak 156 responden dengan
hasil berdasarkan pola makanan yang sehat
berjumlah 70 responden dan pola makanan
yang tidak sehat berjumlah 86 responden7 .
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
ditemukan status gizi lebih IMT (27,9kg/m 2), Obesitas dan gizi lebih merupakan faktor
TD 160/80 mmHg, Ekstremitas, ulkus pedis predisposisi terjadinya resistensi insulin.
dextra tampak pus, eritema, nyeri tekan (+), Semakin banyak jaringan lemak padah tubuh,
Pemeriksaan lainnya dalam batas normal maka tubuh semakin resisten terhadap kerja
insulin, terutama terutama bilah lemak tubuh
atau kelebihan berat badan terkumpul
didaerah sentral atau perut, lemak dapat
memblokir kerja insulin, sehingga glukosa
tidak dapat diangkut kedalam sel dan
menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga
terjadi peningkatan kadar glukosa darah8.
Penelitian menurut Sunjaya (2009)
menemukan bahwa individu yang mengalami
hipertensi mempunyai risiko 1,5 kali lebih
besar untuk mengalami diabetes dibanding
individu yang tidak hipertensi9. Pengaruh
hipertensi terhadap kejadian diabetes melitus
disebabkan oleh penebalan pembuluh darah
arteri yang menyebabkan diameter pembuluh
darah menjadi menyempit. Hal ini akan
menyebabkan proses pengangkutan glukosa
dari dalam darah menjadi terganggu2.
Selain itu orang yang mengidap penyakit
diabetes mellitus lebih tinggi risikonya
mengalami masalah kaki karena
berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat
(neuropati) sehingga membuat penderita
tidak menyadari dan sering mengabaikan
luka yang terjadi. Sirkulasi darah pada
tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah berperan terhadap timbulnya
kaki diabetik dengan menurunnya jumlah
okigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit
maupun jaringan lain sehingga menyebabkan
luka suit sembuh. Berkurangnya daya tahan
tubuh yang terjadi pada penderita diabetes
melitu juga lebih rentan terhadap infeksi6
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
KASUS TEORI
1. Gulah Darah Sewaktu Pada pasien diabetes mellitus didapatkan
GDS 520 mg/dl peningkatan kadar glukosa darah sewaktu
2. Darah rutin ≥200 mg/dl. Selain itu juga bisa didapatkan
WBC 12.1 [10^3/uL] glukosa di dalam urin pasien. Pada pasien ini
HGB 11,5 [g/dL] juga terdapat ulkus pada kaki dimana terjadi
Yang lain dalam batas normal peningkatan WBC yang merupakan salah
Warna Kuning +
Kejernihan sedikit keruh
Glukosa Positif (+++)
BAB 2
PEMBAHASAN
I. DM TIPE 2
A. Pendahuluan
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas
global3.
insulin, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah yang
diabeti, dan ulkus diabetik. Diantara seluruh pasien diabetes, diperkirakan sebanyak
penyakit yang berbahaya karena bila tidak dirawat dengan baik, dapat
B. Definisi
Menurut PERKENI 2015, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
gangguan sekresi insulin dan produksi gula yang berlebihan oleh hati 3,12.
mellitus (DM) yang sering dijumpai dan ditakuti.infeksi kaki diabetek sebagai
invasi dan multiplikasi organism patogen yang menginduksi repon inflamasi diikuti
kerusakan jaringan lunak atau tulang distal maleolus kaki penderita diabetes 13
C. Epidemiologi
Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah
masalah kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah
penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan sekitar 415
juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun
1980an. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus
meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi
DM menurut Riskesdas mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2013
D. Etiologi
Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus bermacam-
macam. Meskipun berbagai lesi dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah
pola familial yang kuat. Risiko berkembangnya diabetes tipe 2 pada saudara
kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita
diabetes melitus tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1, dan
sekitar 90% pasti pembawa (carrier) diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 ditandai
dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada
membran sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan
postreseptor dapat menggangu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel
beta dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar. Sekitar 80% pasien diabetes
melitus tipe 2. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan
E. Patogenesis
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah
DMtipe23
berkurang. Obat anti diabetic yang bekerja melalui jalur ini adalah
2. Liver:
Pada penderita DM tipe2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
3. Otot:
Pada penderita DM tipe2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja dijalur inia dalah metformin,
dant iazolidindion3.
4. Sel lemak:
Sel lemak yang resisten terhada pefekantili polisis dari insulin, menyebabkan
FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah
tiazolidindion3.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar disbanding
kalau diberikan secar aintravena. Efek yang dikenal sebaga iefekin cretinini
segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam
usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang
dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glucagon
7. Ginjal:
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM
tipe2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh
persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2
proksimal. Sedang 10% sisanya akan diabsorbsi melalui peran SGLT-1 pada
tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam
urine. Obat yang bekerja dijalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsumakan yang kuat. Pada individu yang obes
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga
terjadi diotak. Obat yang bekerja dijalur Ini adalah GLP-1agonis, amylin dan
bromokriptin3
atau benda asing, akibatnya banyak luka yang tidak diketahui secara dini
kalus. Kalus yang tidak dikelola dengan baik akan mencadi sumber trauma
mudah terinfeksi11
terhadap perkembangan Ulkus diabetes pada 50% kasus. PAP jarang berdiri
2. Klasifikasi Wagner
Grade Lesi
0 Tidak ada lesi terbatas, dapat berupa deformitas atau selulitis
1 Ulkus superficial
2 Ulkus dalam hingga ke tendon atau kapsul sendi
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis, atau sepsis sndi
4 Ganggren local- pada kaki depan atau tumit
5 Ganggren paada semua kaki
G. Faktor Risiko
Faktor risiko DM bisa dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
DM, riwayat melahirkan bayi dengan BB lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir
dengan BBLR (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi erat kaitanyya dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu obesitas
H. Manifestasi Klinis
antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur,
disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita. Apabila ditemukan
gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal hanya satu kali sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM,
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan
darah utuh (wholeblood), vena, ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
ini: Keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Diagnosis klinis yang dapat ditegakkan pada ulkus diabetes dengan ditemukan
minimal tanda lokal inflamasi, yaitu eritema, kalor, nyeri, edema, dan secret
purulen. Tanda lain (sekunder) infeksi meliputi adanya jaringan nekrosis, granulasi,
sekret non-purulen, bau basuk, atau lukah yang gagal sembuh dengan perawatan
adekuat. Tanda-tanda ini berguna jika tanda local dan sistemik tidak ditemukan
Pencitraan
derajat atau luas infeksi kaki diabetic. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
(MRI), bone scen, dan lain-lain umumnya untuk menyingkirkan diagnosis lain
J. Penatalaksanaan
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif3
b) Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara
teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total
150 menit perminggu. Jeda natar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda
latihan jasmani3.
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
kembali mengenai cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik . Selain
itu diperlukan juga penyuluhan: untuk kaki yang kurang merasa/insensitive, alas
kaki perl diperhatikan benar, untuk melindungi kaki insensitive tersebut. Kalau
sudah ada deformitas perlu perhatian khusus mengenai sepatu/alas kaki yabg
dipakai untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk risiko dengan
vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan
dana yang seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki 16.
2. Terapi Farmakologis
a. Obat Anti Hiperglikemi Oral
inhibitor, dan obat golongan terbaru yaitu DPP IV inhibitor serta GLP-1 3..
Tabel 5. profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia
Insulin
4) Krisis hiperglikemia
stroke)
a. Revaskularisasi
b. Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien dating merupakan hal yang harus
dikerjakan denan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan seermat
adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing (pembalut) yang
pada keadaan luka yang masi9h produktif, demikian pula hydrophilic fiber
luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa baha tindakan debridement
c. Microbiological control
anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu kuman untuk line
luas, mencakup kuman gram positif dan negatif (seperti misalnya golongan
d. Pressure control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat
badan- weight bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan
3. Temporary shoes
4. Felt padding
5. Crutchoes
6. Wheelchair
7. Electric carts
8. Craddled insoles16
Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada
luka seperti:
K. Komplikasi
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama saraf dan pembuluh darah. Beberapa
5. Risiko kematian penderita deiabetes secara umum adalah dua kali lipat
Dengan pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula darah
dicegah/ditunda12
DAFTAR PUSTAKA
1. Yosmar. R., Almasdy. D., Rahma, F. 2018. Survei risiko Penyakit Diabetes Melitus
Terhadap Masyarakat Kota Padang. Jurnal Sains Farmas & Klinis. 5(2) 13:141
2. Trisnawati, S. K., Setyorogo, S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabete Melitus Tipe
4. Yuliastuti, R. A., Andriany, M., Putri,E. 2017. Kejadian Derajat Luka Diabetes Tidak
Berhubungan Dengan Nilai Risiko Diabetic Foot Ulcer. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
7. Afriandi, 2012. judul faktor- faktor penyebab terjadinya diabetes melitus di ruang
8. Setiawan, R. M., Utomo, M., Rahayu, P. 2011. Hubungan antara Faktor karakeristik,
hipertensi Dan obesitas dengan kejadian diabetes mellitus di rumah sakit umum
9. Sunjaya, Nyoman, I. 2009. Pola konsumsi makanan tradisional bali sebagai factor
risiko diabetes mellitus tipe 2 di tabanan. Jurnal Skala Husada. 6 (1). 75:81
10. Saputra L. 2013.. Buku Saku Harrison Endokrinologi dan Metabilisme. Tanggerang
11. Langi. Y. 2011. Penatalaksanaan Ulkus kaki diabetes secara terpadu. Jurnal
12. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Diabetes; Waspada Diabetes. Jakarta: Infodatin
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2014. Hal 1-7.
13. Hutagalung, dkk. 2019. Diabetic foot infection (Infeksi kaki diabetes)diagnosis dan
14. Lathifah NL. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan Keluhan
Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2017; 5(2): 231-
239.
EGC; 2005.
16. Setiati, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam. InternalPublishing. Jakarta
17. PutriRI. Faktor Determinan Nefropati Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Rsud Dr. M. Soewandhie Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2015; 3(1): 109-
121