A. Identitas Pasien
Nama : An. RS
Umur : 17 tahun, 10 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
BB/TB masuk : 50 kg/168 cm
Agama : Islam
Alamat : Kel. Watonea
No. RM : 02 05 74
Tanggal masuk : 29 Januari 2022
B. Anamnesis
Keluhan utama : Bengkak pada kaki
Anamnesis Terpimpin : Seorang anak perempuan berusia 17 tahun diantar ibunya
ke IGD dengan keluhan bengkak pada kaki yang disadari sejak + 1 minggu
SMRS. Bengkak hilang timbul, muncul terutama setelah beraktivitas. Saat bangun
tidur pasien mengalami bengkak pada wajah, terutama pada kelopak mata dan
menghilang saat siang hari. Sebelum ke rumah sakit, tekanan darah pasien
mencapai 140/70mmHg. Keluhan lain: demam (-) mual (-), muntah (-), nyeri
perut kiri dan kanan (+). BAB (+) keras, bercampur darah segar sejak 2 hari
terakhir, keluhan sudah sering berulang sejak 3 tahun lalu. BAK (+) kuning jernih
kadang berbusa. Pasien makan 3 kali sehari, jarang makan sayur dan buah, dan
kurang minum air, hanya minum pada saat makan 1-2 gelas.
Riwayat penyakit: nyeri menelan 2 minggu lalu disertai demam dan
pembengkakan kelenjar pada leher, sembuh setelah berobat ke dokter umum.
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa: (-).
Riwayat imunisasi dasar: lengkap
Riwayat tumbuh kembang: baik, sesuai dengan anak seusianya.
C. Pemeriksaan Fisik
Jenis kelamin : Perempuan Umur : 17 tahun 10 bulan
Antropometri : BB : 50 kg
PB : 168 cm
Status gizi: Baik
Tanda Vital : TD : 140/70mmHg P : 24x/menit
N : 82x/menit S : 36,50 C
KU : Sakit Berat
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Kegawatdaruratan: Pucat (-) Ikterus (-)
Sianosis (-) Turgor (Baik)
Tonus (Baik) Edema (+) palpebra dan pretibial
D. Anjuran Pemeriksaan
- Urine rutin evaluasi
- RO thoraks
- USG Abdomen
E. Resume
Seorang anak perempuan berusia 17 tahun dengan keluhan bengkak pada
kaki yang disadari sejak + 1 minggu SMRS. Bengkak hilang timbul, muncul
terutama setelah beraktivitas. Saat bangun tidur pasien mengalami bengkak pada
wajah, terutama pada kelopak mata dan menghilang saat siang hari. Sebelum ke
rumah sakit, tekanan darah pasien mencapai 140/70mmHg. Keluhan lain: nyeri
perut kiri dan kanan (+). BAB (+) keras, bercampur darah segar sejak 2 hari
terakhir, keluhan sudah sering berulang sejak 3 tahun lalu. BAK (+) kuning
jernih kadang berbusa. Pasien makan 3 kali sehari, jarang makan sayur dan buah,
dan kurang minum air, hanya minum pada saat makan 1-2 gelas. Riwayat
penyakit: nyeri menelan 2 minggu lalu disertai demam dan pembengkakan
kelenjar pada leher, sembuh setelah berobat ke dokter umum. Riwayat imunisasi
dasar: lengkap. Riwayat tumbuh kembang: baik, sesuai dengan anak seusianya.
Keadaan Umum: sakit berat, gizi baik, TD:140/70mmHg, P:24x/m, N:82x/m,
S:36,50 C, BB:50 kg, TB:168 cm, edema (+) palpebra dan pretibial, konjungtiva
anemis, NTA (+), NTE (+), nyeri ketok CVA (+)
Pada hasil pemeriksaan laboratorium (29/01/22) WBC : 15,00 x 10 3 u/L,
HGB : 7,2 g/dL, albumin 3,8. Urine berwarna kuning, keruh (+), darah (++),
protein (+++),leukosit (++), eritrosit (++), sel epitel (+++).
F. Diagnosis Kerja
GNAPS (glomerulonefritis akut pasca streptokokus)
DD:
- Sindrom Nefrotik
- Hematuria
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm makro, mulai besok jam 9 pagi turun jadi 15 tpm
- Inj. Cefotaxim 1 gram/8 jam/iv (skin test)
- Inj. Gentamicin 80 mg/24 jam/iv
- Inj. Furosemid 20 mg/12 jam/iv (mulai besok jam 05.30)
- Paracetamol tab 500mg (4x1) kp nyeri/demam
2. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet sementara nasi lembek + sayur + buah
- Diit rendah garam dan cukup protein
- Minum 1 liter per hari
H. Follow Up
Tanggal Keluhan Intruksi Dokter
29/01/2022 S : demam (-), bengkak pada kedua kaki dan - IVFD RL 20 tpm makro
kelopak mata (+), pilek (-), nyeri pinggang - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
kiri (+), BAK kuning jernih, sedikit berbusa, jam/IV
BAB dbn - Inj. Gentamicin
80mg/12jam/IV
O : KU: Sakit sedang - PCT tab 500 mg/6jam/oral
TD : 140/70 mmHg N: 82 x/menit (Jika nyeri/demam)
P: 24 x/menit S: 36,5o C - Inj. Furosemide
20mg/12j/IV
Kepala : Normochepal - Inj. Ranitidin
Mata : anemis +/+, edema palpebra (+) 50mg/12jam/IV
Bibir : sianosis -, kering - - Tirah baring
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) - Diet sementara nasi
COR: BJ I-II murni reguler lembek + sayur + buah
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) - Diit rendah garam dan
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan cukup protein
normal, NTE (+), NTA (+), timpani (+), - Minum 1 liter per hari
nyeri ketok CVA (+) - Periksa urine lengkap
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, - RO thoraks
edema pretibial (+/+) - USG abdomen
A : Susp. GNAPS
30/01/2019 S : demam (-), bengkak pada kedua kaki dan - IVFD RL 15 tpm makro
kelopak mata (+), pilek (-), nyeri pinggang - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
kiri (+), BAK kuning jernih, BAB dbn jam/IV
- Inj. Gentamicin
O : KU: Sakit sedang 80mg/12jam/IV
TD : 140/70 mmHg N: 93 x/menit - PCT tab 500 mg/6jam/oral
P: 22 x/menit S: 36,5o C (Jika nyeri/demam)
- Inj. Furosemide
Kepala : Normochepal 20mg/12j/IV
Mata : anemis +/+, edema palpebra (+/+) - Inj. Ranitidin
Bibir : sianosis -, kering - 50mg/12jam/IV
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) - Tirah baring
COR: BJ I-II murni reguler - Diet sementara nasi
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) lembek + sayur + buah
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Diit rendah garam dan
normal, NTE (+), NTA (+), timpani (+), cukup protein
nyeri ketok CVA (+) - Minum 1 liter per hari
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik,
edema pretibial (+/+)
A : Susp. GNAPS
31/01/2022 S : demam (-), bengkak pada kedua kaki (+), - IVFD RL 15 tpm makro
pusing (+), nyeri pinggang kiri (+), BAK - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
kuning jernih, sedikit bebusa, BAB dbn jam/IV
- Inj. Gentamicin
O : KU: Sakit sedang 80mg/12jam/IV
TD : 140/70 mmHg N: 97 x/menit - Inj. Furosemide
P: 24 x/menit S: 36,5o C 20mg/12j/IV
BB sore: 47kg - Inj. Ranitidin
50mg/12jam/IV
Kepala : Normochepal - PCT tab 500 mg/6jam/oral
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) (Jika nyeri/demam)
Bibir : sianosis -, kering - - Captopril 12,5mg (1x1/2)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) tab, 3 jam setelah inj.
COR: BJ I-II murni reguler furosemide
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) - Tirah baring
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Diet sementara nasi
normal, NTE (+), NTA (+), timpani (+), lembek + sayur + buah
nyeri ketok CVA (+) - Diit rendah garam dan
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, cukup protein
edema pretibial (+/+) - Minum 1 liter per hari
- Periksa urine rutin
Urine berwarna kuning, jernih, darah (-),
protein (+),leukosit (+), eritrosit (-), sel
epitel (+).
A : Susp. GNAPS
01/02/2022 S : demam (-), lemas (+), bengkak pada - IVFD RL 15 tpm makro
kedua kaki (-), pusing (-), nyeri pinggang kiri - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
(+), BAK kuning jernih, BAB dbn jam/IV
- Inj. Gentamicin
O : KU: Sakit sedang 80mg/12jam/IV
TD : 130/80 mmHg N: 92 x/menit - Inj. Furosemide
P: 20 x/menit S: 36,5o C 20mg/12j/IV
BB: 46kg - Inj. Ranitidin
50mg/12jam/IV
Kepala : Normochepal - PCT tab 500 mg/6jam/oral
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) (Jika nyeri/demam)
Bibir : sianosis -, kering - - Captopril 12,5mg (1x1/2)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) tab, 3 jam setelah inj.
COR: BJ I-II murni reguler furosemide
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) - Tirah baring
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Diet sementara nasi
normal, NTE (+), NTA (-), timpani (+), lembek + sayur + buah
nyeri ketok CVA (+) - Diit rendah garam dan
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, cukup protein
edema pretibial (-/-) - Minum 1 liter per hari
A : Susp. GNAPS
02/02/2022 S : demam (-), lemas (+), bengkak pada - IVFD RL 15 tpm makro
kedua kaki (-), pusing (-), nyeri pinggang kiri - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
(-), BAK kuning jernih, BAB dbn jam/IV
- Inj. Gentamicin
O : KU: Sakit sedang 80mg/12jam/IV
TD : 110/80 mmHg N: 84 x/menit - Inj. Furosemide
P: 20 x/menit S: 36,5o C 20mg/12j/IV
BB: 46kg - Inj. Ranitidin
50mg/12jam/IV
Kepala : Normochepal - PCT tab 500 mg/6jam/oral
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) (Jika nyeri/demam)
Bibir : sianosis -, kering - - Captopril 12,5mg (1x1/2)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) tab, 3 jam setelah inj.
COR: BJ I-II murni reguler furosemide
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) - Tirah baring
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Diet sementara nasi
normal, NTE (+), NTA (-), timpani (+), lembek + sayur + buah
nyeri ketok CVA (-) - Diit rendah garam dan
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, cukup protein
edema pretibial (-/-) - Minum 1 liter per hari
- Besok cek urine rutin
A : Susp. GNAPS
03/02/2022 S : demam (-), lemas (+), bengkak pada - IVFD RL 15 tpm makro
kedua kaki (-), pusing (-), nyeri pinggang kiri - Inj. Cefotaxime 1 gr/12
(-), BAK kuning jernih, BAB dbn jam/IV
- Inj. Gentamicin
O : KU: Sakit sedang 80mg/12jam/IV
TD : 110/80 mmHg N: 82 x/menit - Inj. Furosemide
P: 20 x/menit S: 36,5o C 20mg/12j/IV
- Inj. Ranitidin
Kepala : Normochepal 50mg/12jam/IV
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) - PCT tab 500 mg/6jam/oral
Bibir : sianosis -, kering - (Jika nyeri/demam)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) - Captopril 12,5mg (1x1/2)
COR: BJ I-II murni reguler tab, 3 jam setelah inj.
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) furosemide
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Tirah baring
normal, NTE (+), NTA (-), timpani (+), - Diet sementara nasi
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, lembek + sayur + buah
edema pretibial (-/-) - Diit rendah garam dan
cukup protein
Urine berwarna kuning, jernih, darah (++ - Minum 1 liter per hari
+), protein (+),leukosit (0-1/lbp), eritrosit
(+), sel epitel (++), kristal (++).
A : Susp. GNAPS
04/02/2022 S : lemas (+), BAK kuning jernih, BAB dbn - IVFD RL 10 tpm makro
- Inj. Cefotaxime 1 gr/12
O : KU: Sakit sedang jam/IV
TD : 110/70 mmHg N: 82 x/menit - Inj. Gentamicin
P: 20 x/menit S: 36,5o C 80mg/12jam/IV
- Inj. Furosemide
Kepala : Normochepal 20mg/12j/IV
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) - PCT tab 500 mg/6jam/oral
Bibir : sianosis -, kering - (Jika nyeri/demam)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) - Captopril 12,5mg (1x1/2)
COR: BJ I-II murni reguler tab, 3 jam setelah inj.
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) furosemide
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan - Tirah baring
normal, NTE (-), NTA (-), timpani (+), - Diet sementara nasi
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, lembek + sayur + buah
edema pretibial (-/-) - Diit rendah garam dan
cukup protein
A : Susp. GNAPS - Minum 1 liter per hari
- Besok cek urine rutin
05/02/2022 S : keluhan (-) - IVFD RL 8 tpm makro
O : KU: Sakit sedang
TD : 110/70 mmHg N: 82 x/menit Obat pulang:
P: 20 x/menit S: 36,5 C
o
- Eritromicin tab
500mg (4x1 tab)
Mata : anemis +/+, edema palpebra (-/-) - Furosemide tab
Bibir : sianosis -, kering - 40mg (1x1/2 tab)
Thoraks: simetris, retraksi (-), sonor (+/+) - Paracetamol tab
COR: BJ I-II murni reguler 500mg (4x1 tab) kp:
Pulmo: Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-) demam/nyeri
Abdomen: supel, bising usus (+) kesan
normal, NTE (+), NTA (-), timpani (+),
Ekstremitas: edema pretibial (-/-)
A : Susp. GNAPS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis. Glomerulonefritis akut
adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh penurunan mendadak laju filtrasi
glomerulus dengan manifestasi klinik berupa edema, hematuria, hipertensi,
oligouria serta insufisiensi ginjal, sehingga disebut sebagai sindrom nefritik akut.
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus disebabkan oleh infeksi bakteri
streptokokus beta hemolotikus grup A dan menjadi penyebab umum dari
glomerulonefritis dengan kejadian 80% dari jumlah kasus SNA. 1,2,3
Sindrom Nefritik Akut merupakan salah satu manifestasi klinis
glomerulonefritis akut pasca streptokokus dimana terjadi suatu proses inflamasi
pada tubulus dan glomerulus ginjal yang terjadi setelah adanya suatu infeksi
streptokokus pada seseorang. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
berkembang setelah strain streptokokus tertentu yaitu streptokokus ß hemolitikus
group A tersering tipe 12 menginfeksi kulit atau saluran nafas. Terjadi periode
laten berkisar antara 1 sampai 2 minggu untuk infeksi saluran nafas dan 1 sampai 3
minggu untuk infeksi kulit. 4
Sindrom nefritik akut (SNA) adalah istilah umum kelainan ginjal berupa
proliferasi dan inflamasi glomeruli, yang disebabkan oleh mekanisme imunologis
terhadap antigen tertentu seperti bakteri, virus, parasit, dll. Bentuk SNA yang
sering ditemukan pada anak ialah glomerulonefritis yang didahului infeksi
streptokokus β hemolitikus grup A sehingga disebut glomerulonefritis akut pasca
streptokokus (GNAPS). Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan penyakit yang
sering ditemukan pada anak. Penyakit ini ditandai dengan hematuria yang timbul
mendadak, hipertensi, edem, dan penurunan fungsi ginjal.5,6
GNAPS merupakan penyakit yang bersifat self limiting, tetapi dapat juga
menyebabkan gagal ginjal akut. Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi
5% di antaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang buruk dengan cepat.7
B. Epidemiologi
Bentuk glomerulonefritis akut yang banyak dijumpai pada anak adalah
glomerulonefritis akut pasca streptokokus. GNAPS dapat terjadi pada semua usia,
tetapi paling sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penelitian multisenter di Indonesia
memperlihatkan sebaran kasus pada usia 2,5 – 15 tahun dengan rerata usia
tertinggi 8,46 tahun dan rasio ♂ : ♀ = 1, 34 : 1. ,2
Kejadian glomerulonefritis pasca streptokokus sudah mulai menurun pada
negara maju, namun masih terus berlanjut pada negara berkembang, penurunan
kejadian GNAPS berkaitan banyak faktor diantaranya penanganan infeksi
streptokokus lebih awal dan lebih mudah oleh pelayanan kesehatan yang
kompeten.2 Di beberapa negara berkembang, glomerulonefritis pasca
streptokokus tetap menjadi bentuk sindroma nefritik yang paling sering ditemui.
Attack rate dari glomerulonefritis akut terlihat memiliki pola siklus, yaitu sekitar
setiap 10 tahun.1
C. Etiologi
Penyebab Glomerulonefrtitis akut adalah bakteri, virus, dan proses
imunologis lainnya, tetapi pada anak penyebab paling sering adalah disebabkan
oleh Streptococcus beta hemolyticus group A tipe nefritogenik antigen protein M
(80% kasus). Serotipe streptokokus beta hemolitik yang paling sering
dihubungkan dengan glomerulonefritis akut yang didahului faringitis adalah tipe
12, tetapi kadang-kadang juga tipe 1, 4 ,6 dan 25. Tipe 49 paling sering dijumpai
pada glomerulonefritis yang didahului infeksi kulit yaitu pioderma.
Glomerulonefritis juga bisa disebabkan oleh penyakit varicella yang diaktifkan
oleh kompleks imun yang mengandung antigen varicella, atau infeksi varicella
sehingga terjadi perubahan imunologi yang membentuk kompleks imun yang
mengandung antigen streptokokus. 8,9
D. Patofisiologi
Pada glomerulonefritis akut pasca streptokokus terjadi reaksi radang pada
glomerulus yang menyebabkan filtrasi glomeruli berkurang, sedangkan aliran
darah ke ginjal biasanya normal. Hal tersebut akan menyebabkan fraksi filtrasi
berkurang sampai di bawah 1%. Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di
tubulus proksimalis berkurang yang akan mengakibatkan tubulus distalis
meningkatkan proses reabsorbsinya, termasuk Na, sehingga menyebabkan retensi
Na dan air. Terjadinya retensi Na dan air didukung oleh keadaan berikut ini:1,2
1. Faktor-faktor endothelial dan mesangial yang dilepaskan oleh proses
peradangan di glomerulus.
2. Overexpression dari epithelial sodium channel .
3. Sel-sel radang interstitial yang meningkatkan aktivitas angiotensin
intrarenal.
Pada GNAPS diduga terdapat sejumlah faktor host dan faktor kuman
streptokokus yang berhubungan dalam terjadinya GNAPS. 2
Faktor host
Penderita yang terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus
grup A strain nefritogenik, hanya 10-15% yang berkembang menjadi GNAPS,
mengapa hal ini demikian masih belum dapat diterangkan, tetapi diduga
beberapa faktor ikut berperan diantaranya faktor ekonomi rendah, faktor
pendidikan, faktor lingkungan yang padat dan memiliki sanitasi jelek. Selain
itu faktor genetik juga berperan, misalnya alleles HLA-DRW4, HLA-DPA1
dan HLA-DPB1 paling sering terserang GNAPS.
Faktor kuman
Proses glomerulonefritis akut pasca streptokokus dimulai ketika kuman
streptokokus sebagai antigen masuk kedalam tubuh penderita,yang rentan,
kemudian tubuh memberikan respon dengan membentuk antibodi. Bagian dari
kuman streptokokus yang bersifat antigen masih belum diketahui.
Beberapa penelitian pada model binatang dan penderita
glomerulonefritis akut pasca streptokokus menduga yang bersifat antigenik
adalah: M protein, endostreptosin, cationic protein, Exo-toxin B, nephritis
plasmin-binding protein dan streptokinase. Kemungkinan besar lebih dari satu
antigen yang terlibat dalam proses ini, barangkali pada stadium jejas ginjal
yang berbeda dimungkinkan akibat antigen M protein dan streptokinase.1
Mekanisme Jejas Glomerulus pada GNAPS
GNAPS adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen-
antibodi yang terjadi dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Mekanisme
terjadinya inflamasi yang mengakibatkan terjadinya jejas renal didahului oleh
proses sebagai berikut:
1. Terbentuknya plasmin sebagai akibat pemecahan plasminogen oleh
streptokinase yang akan menaktivasi reaksi kaskade komplemen.
2. Terperangkapnya kompleks Ag-Ab yang sudah terbentuk
sebelumnya kedalam glomerulus.
3. Antibodi antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya
berikatan dengan molekul tiruan (molecul mimicry) dari protein
renal yang menyerupai Ag Streptokokus (jaringan glomerulus yang
normal yang bersifat autoantigen).
Struktur sel streptokokus grup A terdiri dari kapsul asam hialuronidat,
dinding sel, fimbriae, dan membrane sitoplasma yang menutupi sitoplasma.
Produk streptokokus yang bersifat antigenik dapat menyebabkan proses
imunopatologis yang menimbulkan glomerulonefritis akut.3
Proses terjadinya jejas renal pada GNAPS diterangkan pada gambar
dibawah ini:
5. Salim, E., Dkk. Pedoman Praktik Klinik Rumah Sakit Undata. Departeman Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako Palu. 2015.Hal. 184-
187
11. Nur S, Albar H, Daud D. Prognostic Faktors For Mortality In Pediatric Acute
Poststreptococcal Glomerulonephritis. Paediatrica Indonesiana. Vol. 56, No. 3,
May 2016. Hal. 166-170.
12. Ananto A , Suryati E. Ensofalo Hipetensi Pada Anak dengan Glomerulo Nefritis
Akut Pasca Streptokokal. Bagiain Ilmu Kesehatan Anak Fakultas kedokteral
Universitas Lampung. Jurnal Medula. Vol. 9, No. 3, Oktober 2019. Hal.479
13. Lufyan R, Dkk. Karakteristik glomerulonefritis akut pasca-streptokokus pada
anak di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2012-2015. SMF Ilmu kesehatan Anak
Fakultas kedoktean Universitas Udayana. Jurnal Medicina; 2017.