Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:
Bahri Subundi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021

1
A. Masalah Utama:
Risiko Bunuh Diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api.
2. Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung(berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental(secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik(biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal0.
k. Pengangguran(tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
m. Status perkawinan(mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
2
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadikan korban perilaku kekerasan saat kecil.
3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Mal-


adaptif

Self Growth Indirect Self Self Suicide


Enchancement Promoting Destructive Injury
Risk Taking Behavior

Rentang respons, Yosep, Iyus (2009)


a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal
sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

3
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
 Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
 Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
 Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab maslah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut,
dan lain-lain.
 Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
 Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh
diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotinin dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph(EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui
media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh
diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
4
5. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar
memilih untuk bunuh diri.
6. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

C. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Isolasi Sosial Penyebab

Harga Diri Rendah Penyebab

Pohon Masalah Risiko Bunuh Diri

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


 Resiko Perilaku bunuh diri
 Bunuh diri
 Isolasi Sosial
 Harga Diri Rendah Kronis

E. Data Yang Perlu Dikaji


1. Data subjektif:
5
 Mengungkapkan keinginan bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan untuk mati
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
 Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
 Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
 Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
 Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2. Data objektif:
 Impulsif
 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat patuh)
 Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
 Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam
karier)
F. DiagnosaKeperawatan
Risiko Bunuh Diri
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Ancaman atau percobaan bunuh diri
1. Intervensi pada pasien
a. Tujuan keperawatan: Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan keperawatan: Melindubgi pasien dengan cara:
 Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat
yang aman
 Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali
pinggang)
 Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien
mendapatkan obatnya.
 Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


A. Proses Keperawatan
6
1. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non
verbal
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
 Orientasi:
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya ..............., biasa di pangil........., saya mahasiswa
Keperawatan Profesi Ners yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7
pagi – 3 siang .”
”Bagaimana perasaan A hari ini? ”

7
” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?”
 Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh
diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?”
”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)”
”Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
A, saya tidak akan membiarkan A sendiri”
”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang
besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau
teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”
 Terminasi :
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”
”Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.” (jangan
meninggalkan pasien).

Daftar Pustaka
8
Anonim. 2013. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri. Diunduh pada tanggal 18 Maret
2015 dari alamat web: http://ahlinyajiwa.blogspot.com/2013/02/strategi-
pelaksanaan-resiko-bunuh-diri.html

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai