Anda di halaman 1dari 27

A.

      SENI RUPA
a.    Apresiasi Seni
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, Appretiatus yang artinya penilaian/penghargaan.
Apresiasi dilihat dari Bahasa Inggris, Appreciate, yang artinya menentukan atau
menunjukkan nilai, atau menilai, melihat bobot karya, menikmati kemudian menyadari
kepekaan rasa dan menghayati.
Mengapresiasi artinya berusaha mengerti tentang seni dan menjadi peka terhadap segi-segi
di dalamnya, sehingga secara sadar mampu menikmati dan menilai karya dengan semestinya.
Apresiasi Seni adalah suatu proses penghayatan suatu karya seni yang dihormati dan
penghargaan pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada pembuatnya.
Secara umum, Apresiasi dapat diartikan sebagai kesadaran menilai lewat penghayatan
suatu karya seni.
Kegiatan Apresiasi yaitu melakukan pengamatanm pemahaman, penilaian atau
mengevaluasi serta mengkritik.
Kegiatan seni adalah kegiatan yang berbeda dengan kegiatan manusiawi yang lain, karena
mempunyai sifat yang khusus dan istimewa.
Kegiatan seni merupakan kegiatan member kesan tentang dunia disekitar kita lewat
sentuhan – sentuhan artistik dan estetik/seni dan keindahan pada ciptaan yang ada.
Proses apresiasi terbentuk dari dua kemungkinan, yaitu Afektif dan Kreatif. Proses
apresiasi afektif terjadi apabila pengamatan seni cepat mengalami empati dan rasa puas.
Proses apresiasi kreatif terjadi apabila pengamat seni sadar dalam melakukan penghayatan
dan penilaian serta menggunakan aspek logika dalam menentukan nilai suatu karya seni.
Apresiasi kreatif dapat didefinisikan sebagai proses aktif dan kreatif sehingga secara
efektif pengamat dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mengalami pengalaman estetik.
Dalam proses apresiasi kreatif dapat melalui beberapa tahapan khusus, antara lain :
1. Pengamatan objek karya seni
Menurut Verbeek, pengamatan bukanlah mengunakan satu indra saja, melainkan
pemberdayaan seluruh pribadi. Yang artinya: ketajaman pengamatan seseorang tergantung
pada pengetahuan pengetahuan, pengalaman, perasaan, keinginan dan anggapan seseorang.
Pengamatan terhadap objek/hasil karya seni merupakan pengamatan terhadap suatu objek
yang terdiri atas totalitas yang penuh arti.
2. Aktivitas fisiologis
Tindakan nyata untuk melakukan sesuatu
3. Aktivitas psikologis
Terjadinya persepsi sampai dengan evaluasi kemudian timbul interpretasi imajinati dan
dorongan berbuat kreatif
4. Aktivitas penghayatan
Terjadinya sebuah perenungan terhadap sebuah objek
5. Aktivitas penghargaan
Terjadiya sebuah evaluasi terhadap objek. Evaluasi dapat berapa saran dan kritikan

Dalam proses penciptaan karya seni, seorang seniman atau kreator seni harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Konsep/gagasan
Konsep/Ide datang dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
a. Ide datang lebih awal
Ketika seniman telah memiliki ide tertentu, langkah selanjutnya baru menentukan media,
teknik dan penyelesaian ide
b. Ide datang setelah melihat media
Ketika seniman menemukan ide setelah mengamati media. Bentuk ditemukan dari media
yang ada sebagai bentuk frontal (Shape)
2. Teknik
adalah cara yang digunakan dalam membuat karya, hal ini terkait dengan media yang
dihadapi dan dikerjakan
3. Corak atau gaya
setiap daerah memiliki bentuk yang berbeda dari ragam hias dan teknik penyelesaian karya
4. Keunikan atau ciri khusus
Yang dimiliki antar daerah dan bangsa berbeda-beda

Unsur – Unsur Seni Rupa


A. Garis
Garis adalah goresan atau batas limit dari suatu benda, ruang, bidang, warna,  texture,  dan
lainnya. Garis mempunyai dimensi memanjang dan mempunyai arah tertentu, garis
mempunyai berbagai sifat, seperti pendek, panjang, lurus, tipis, vertikal, horizontal,
melengkung, berombak, halus, tebal, miring, patah-patah, dan masih banyak lagi sifat-sifat
yang lain. Kesan lain dari garis ialah dapat memberikan kesan gerak, ide, simbol, dan kode-
kode tertentu, dan lain sebagainya. Pemanfaatan garis dalam desain diterapkan guna mencapai
kesan tertentu, seperti untuk menciptakan kesan kekar, kuat simpel, megah ataupun juga
agung. Beberapa contoh symbol ekspresi garis serta kesan yang ditimbulkannya, dan tentu
saja dalam penerapannya nanti disesuaikan dengan warna-warnanya.
B. Bidang
Bidang dalam seni  rupa merupakan salah satu unsur seni  rupa yang terbentuk dari
hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan merupakan 2 dimensi, menyatakan
permukaan, dan memiliki ukuran Bidang dasar dalam seni rupa antara lain, bidang segitiga,
segiempat, trapesium, lingkaran, oval, dan segi banyak lainnya
C. Bentuk
Bentuk dalam pengertian bahasa, dapat berarti bangun (shape) atau bentuk plastis (form).
Bangun (shape) ialah bentuk benda yang polos, seperti yang terlihat oleh mata, sekedar untuk
menyebut sifatnya yang bulat, persegi, ornamental, tak teratur dan sebagainya. Sedang bentuk
plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai (value) dari
benda tersebut, contohnya lemari. Lemari hadir di dalam suatu ruangan bukan hanya sekedar
kotak persegi empat, akan tetapi mempunyai nilai dan peran yang lainnya.
D. Ruang
Ruang dalam arti yang luas adalah seluruh keluasan, termasuk di dalamnya hawa udara.
Dalam pengertian yang sempit ruang dibedakan menjadi dua, yaitu ruang negatif dan ruang
positif. Ruang negatif adalah ruang yang mengelilingi wujud bentuk, sedang ruang positif
adalah ruang yang diisi atau ditempati wujud bentuk.
E. Warna
Warna merupakan unsur penting dan paling dominant dalam sebuah penciptaan karya
desain. Melalui warna orang dapat menggambarkan suatu benda mencapai kesesuaian dengan
kenyataan yang sebenarnya. Warna dapat dikelompokkan berdasarkan jenis warna, sifat
warna, dan makna warna.

1) Jenis warna
Dalam sistem Prang (The Prang System), warna dalam hal ini adalah pigmen yang dapat
dikelompokkan sebagai jenis-jenis warna sebagai berikut :
-     Warna primer, yaitu tiga warnapokok yakni merah, biru, dan kuning.
-     Warna sekunder / biner, yaituperpaduan antara 2 warna primer
-     dan menghasilkan warna hijau,jingga dan ungu.
-     Warna  intermediate, yaitu percampuran antara warna primer dengan warna sekunder,
menghasilkan warna kuning hijau,hijau-biru, biru-ungu, merah-ungu,merah-jingga, dan
kuning-jingga.
-     Warna tertier, yaitu percampuran antara warna sekunder dan warna
intermediate dan menghasilkan sebanyak 12 warna.
-     Warna  quarterner, yaitu pencampuran warna intermediate dengan warna tertier dan
menghasilkan sebanyak 24 warna.
Lingkaran Warn

2) Sifat warna
Sifat warna  dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :  hue, value, dan
intensity. 
-     Hue
Hue adalah istilah  yang digunakan untuk menunjukkan nama dari
suatu warna, seperti merah, biru, kuning, hijau, coklat, ungu, jingga, dan warna lainnya.
Perbedaan antara merah dengan biru, atau merah dengan kuning adalah perbedaan dalam hue.
-     Value
Value  adalah istilah untuk menyatakan gelap terangnya warna atau harga dari hue. Untuk
mengubah value, misalnya dari merah normal ke merah muda dapat dicapai dengan cara
menambahputih atau mempercair warna tersebut hingga memberi kesan terang. Dan untuk
memberi kesan gelap misalnya merah tua dapat dicapai dengan menambah
hitam.  Value  yang berada dipertengahan disebut  middle value dan yang berada di atas
middle value disebut high value, sedang yang berada dibawahnya disebut  low value.
Value  yang lebih terang dari warna normal disebut  tint  dan yang lebih gelap disebut  shade.
Close  value adalah  value  yang berdekatan atau bersamaan dan kelihatan lembut dan terang.
-     Intensity
Intensity  atau chroma adalah istilah untuk menyatakan cerah atau
suramnya warna, kualitas atau kekuatan warna. Warna-warna yang intensitasnya penuh
nampak sangat mencolok dan menimbulkan efek tegas, sedang warna-warna yang
intensitasnya rendah nampak lebih lembut. 
Berdasarkan paduan warna (colour scheme), warnadapat dibagi dalam tiga tipe yakni
*      Warna monokromatrik adalah tingkatan warna dari gelap ke terang dalam urutan satu
warna, misalnya urutan dari merah tua sampai ke merah yang paling muda.
*      Warna Complementer, yaitu dua warna yang berlawanan dalam kedudukan berhadap-
hadapan, memiliki kekuatan berimbang, misalnya kuning kontras ungu, biru kontras jingga,
dan merah kontras hijau.
*      Warna analogus adalah tingkatan warna dari gelap ke terang dalam urutan beberapa
warna, misalnya urutan dari biru, biru kehijauan, hijau, hijau kekuningan, dan kuning.
3) Makna Warna
Sebagaimana unsur desain yang lain, warna juga mempunyai makna yang berbeda, antara
lain sebagai berikut :
-     Merah mempunyai makna api, panas, marah, bahaya, aksi, gagah, berani, hidup, riang
dan dinamis.
-     Putih mempunyai makna suci, mati, bersih, tak berdosa, dan jujur.
-     Kuning mempunyai makna matahari, cerah, sukacita, terang, iri, dan benci.
-     Kuning emas mempunyai makna masyhur, agung, luhur, dan jaya.
-     Coklat mempunyai makna stabil dan kukuh.
-     Jingga mempunyai makna masak, bahagia, senja, riang, mashur, dan agung.
-     Biru mempunyai makna tenang, kenyataan, damai, kebenaran, kesedihan dan setia.
-     Hijau mempunyai makna dingin, sejuk, tenang, segar, mentah, pertumbuhan, dan
harapan.
-     Merah muda mempunyai makna romantis, dan ringan.
-     Ungu mempunyai makna kekayaan, berkabung, bangsawan, mewah, berduka cita, dan
mengandung rahasia.
-     Hitam mempunyai makna tragedi, kematian, duka, kegelapan, gaib, tegas, dan dalam.
Pemaknaan warna dipengaruhi oleh aspek budaya setempat. Pemaknaan warna yang terkait
dengan warna sebagai simbol, di masing-masing daerah atau wilayah, akan berbeda, sesuai
dengan pemaknaannya dalam budaya setempat.
Contoh :
bendera tanda adanya kematian, di Indonesia berbeda sesuai daerah setempat. Di
Yogjakarta, bendera merah, di Jakarta – kuning, di Sulawesi – putih, di Sumatera – merah,
dan sebagainya.
Di negeri China, warna merah berarti Cinta, sedangkan di Indonesia berarti marah atau
berani.

4) Kombinasi Warna
Cara menyusun atau memadukan dua warna atau lebih dalam sebuah komposisi
- Kombinasi Warna yang harmonis
- Kombinasi antara warna-warna yang serumpun, letaknya berdekatan dengan lingkaran
warna. Misalnya : hijau tua dengan hijau muda.
- Kombinasi warna yang kontras
Kombinasi antara warna-warna yang berlawanan letaknya dalam lingkaran warna.
Misalnya : Hijau dengan Merah
Kombinasi warna analog
Dua atau tiga corak warna yang berdekatan letaknya dalam lingkaranan warna. Misalnya :
Biru, Ungu, Merah

5) Penggunaan Warna
- Cara Heraldis (pengertian dan contoh sudah dijabarkan dalam MANKNA WARNA)
- Cara Murni, penggunaan warna secara lebih bebas. Misalnya Pohon dicat warna
merah, Kuda dicat warna hijau,dll
- Cara Naturalis, penggunaan warna sesuai dengan aslinya yang terdapat pada alam.
Misalnya : warna daun adalah hijau
F. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun semu. Suatu
permukaan mungkin kasar, mungkin juga halus, mungkin juga lunak mungkin juga kasap atau
licin dan lain-lain. Ada dua macam tekstur yakni tekstur nyata dan tekstur semu, sebagai
berikut :
1)      Tekstur nyata
Tekstur nyata adalah tekstur fisik suatu benda secara nyata yang dikarenakan adanya
perbedaan permukaan suatu benda. Misalnya tekstur wool berbeda dengan kapas, kain sutera
berbeda dengan plastik, dan lain sebagainya. Tekstur ini dapat dikelompokkan dalam tekstur
alam, tekstur buatan dan tekstur reproduksi. Tekstur alam adalah tekstur yang berasal
langsung dari alam, misalnya daun, kulit kayu, permukaan batu, dan lainnya. Tekstur buatan
adalah tekstur yang tercipta dari susunan benda-benda alam, seperti tikar (dari daun yang
disusun), goni (dari pasir dan kertas). Sedangkan tekstur reproduksi adalah tekstur yang
dibuat melalui reproduksi benda yang sebenarnya, misalnya wallpaper.
2)      Tekstur semu
Tekstur semu adalah tekstur yang terlihat saja berbeda tetapi bila diraba ternyata sama saja.
Tekstur ini hadir karena adanya unsur gelap terang atau karena unsur perspektif.
Selain nilai raba pada suatu permukaan, tekstur juga dapat menimbulkan kesan berat dan
ringan. Sebuah kubus dari besai yang berat bila dibagian luarnya dilapisi dengan karton maka
akan memberi kesan ringan dan kosong.

a.    Karya Seni berdasarkan jenis matra (dimensi)


-       Dwi Matra, karya seni rupa berbentuk datar atau dua ukuran (panjang dan lebar) yang
hanya dapat dipandang dari arah depan saja. Misalnya : gambar,lukisan,dll
-       Tri Matra, karya seni yang memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi, dan volume yang
dapat dipandang dari berbagai sisi atau arah pandang. Misalnya : patung, keramik, seni
bangunan (arsitektur)
b.   Karya Seni berdasarkan teknik pembuatannya
-       Handmade (buatan tangan)
-       Masinal (dikerjakan oleh mesin)
-       Komputer
c.    Karya Seni berdasarkan tujuan pembuatannya
-       Karya seni murni sebagai media berekspresi, rekreasi, terapi, dan komunikasi
-       Karya seni terapan diciptakan untuk tujuan fungsional
d.     Karya Seni berdasarkan Aliran – Alirannya
- Naturalisme
Aliran ini merupakan suatu aliran seni rupa yang mengutamakan kesesuaian dengan
keadaan mahluk hidup, alam, dan benda mati sebenarnya. Contoh yang paling terlihat adalah
pada lukisan potret diri, pemandangan alam, atau landscape.

- Realisme
Aliran ini menunjukkan suatu keadaan sosial yang sesungguhnya dan biasanya
memprihatinkan dan sedang bergejolak di dunia atau suatu tempat tertentu. Contoh aliran seni
rupa ini antara lain melukiskan kemiskinan, kesedihan, atau peristiwa yang memilukan.
- Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau
petualangan para pahlawan purba. Juga banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter
manusia yang dilebih lebihkan. Para pelukis ini antara lain Eugene delacroik (1798-1963),
JeanBaptiste Camille Corot (1796-1875) dan Rousseau (1812-1876). Gaya inijuga
berkembang di Jerman, Belanda, dan Perancis.
- Impresionisme
Aliran ini dalam dunia seni rupa berawal dari ungkapan yang mengejek pada karya Claude
Monet (1840-1926) pada saat pameran di Paris tahun
1874. Karya ini menggambarkan bunga teratai dipagi hari yang ditampilkan dalam bentuk
yang samar dan warna kabur dan olehsebagian kritikus seni disebut sebagai “impresionistik “,
suatu lukisanyang menampilakan bentuk yang sederhana dan terlampau biasa.
- Ekspresionisme
Adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasanakesedihan, kekerasan,
kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang emosional dan ekspresif.
Salah seorang pelukis yang beraliran Ekspresionisme adalah Vincent
van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi gejolak jiwa yang
diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.salah satu lukisannya yang terkenal
adalah “Malam Penuh Bintang“(1889), yang mengekpresikan gairah yuang tinggi sekaligus
perasaan kesepian.
- Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan
bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak).
Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme Analistis yang mengembangkan konsep dimensi
empat dalam seni lukis. Dan dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan waktu dalam
lukisan. Pada setiap sudut lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah dengan posisi waktu
yang berbeda. Sedangkan Kubisme Sintetis, pelukisannya disusun dengan bidang yang
berlainan yang saling tumpang dan tembus.
- Konstruksifisme
Aliran seni ini awalnya berkembang di Rusia penggagasnya antara lain
Vladimir Tattin, Antoine Pevsner, dan Naum Gabo. Gaya ini mengetengahkan berbagai karya
seni berbentuk tiga dimensional namun
wujudnya abstrak. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan modern seperti besi beton,
kawat, bahkan plastik.
- Abstrakisme
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas
pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa
mengindahkan bentuk asli di alam.
Kadinsky dan PietMondrian marupakan sebagian perupa beraliran abstrak ini. Seni Abstrak
ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan wujud di alam.

- Dadaisme
Adalah gerakan seni rupa modern yang memiliki kecendrungan menihilkan hukum–hukum
keindahan yang ada.Ciri utama gaya ini adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung
atau barang tertentu dengan menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada
keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi lukisan “Monalisa “ karya
Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, atau petusan laki-laki diberi dudukan dan tandatangan,
kemudian dipamerkan di suatu galeri.
- Surealisme
Adalah penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis
maupun visual. Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar
kewajaran.
- Elektisisme
Yaitu gerakan seni awal abad ke- 20 yang mengkombinasikan berbagai sumbergaya yang
ada di dunia menjadi wujud seni modern. Banyak yang menjadi sumber inspirasi dari gaya
seni ini. Antara lain, gaya seni primitive sejumlah suku bangsa di Afrika, karya seni pra-
sejarah, seni Amerika Latin, gaya esetik Mesir Purba, dan Yunani Kuno.
Tokoh-tokoh seni yang menerapkan gaya ini antasra lain Picasso (disamping sebagai tokoh
Kubisme), Paul Gaugguin, Georges Braque, Jean Arp, Henry Moore, dan Gabo.
- Posmodernisme
Istilah seni ini umumnya disebut seni kontemporer yaitu mengelompokan
gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang menjadi kecenderungan
popular dan dipilih oleh para seniman dalam rentang lima puluh tahun terakhir hingga
sekarang.
Gaya ini sering diartikan sebagai aliran yang berkembang setelah seni modern. Jika dalam
seni modern lebih memusatkan kepada ekspresi pribadi dan penggalian gaya baru, dalam seni
Posmodern ungkapan seni
Lebih ditekankan kepada semantika (makna rupa) dan semiotika (permainan tanda rupa).

e.    Tokoh Seni Rupa (Pelukis)


· Golongan pelukis yang menggambarkan bentuk – bentuk alamiah dan kepersisan visual
yang mewakili kelompok naturalism dan realisme. Pelukisnya terdiri dari: S.Sudjono,
Sudarso, Dullah, Wardoyo, Wahdi, Basuki Abdullah,dll
· Golongan pelukis yang menampilkan kesadaran subyektif (ekspesionisme) pelukisnya
antara lain : Krisna Mutajab, Zaini, Popo Iskandar, dll
· Golongan pelukis yang menampilkan bentuk – bentuk abstrak non figuratif. Pelukisnya
adalah : Fajar Sidik, Aming Prayitno, Umi Dakhlan, dll
· Golongan pelukis yang menampilkan bentuk – bentuk dekoratif. Pelukisnya antara
lain : Suparto, Widyat, Mulyadi W, dll

Seni Kriya Batik


Seni kriya batik yang berkembang pada masa sekarang merupakan kelanjutan seni kerajinan
batik sebelumnya. Daerah-daerah perkembangan batik di Jawa Barat masa sekarang terdapat
di daerah Cirebon.
Dalam pembuatan batik, kita mengenal ada empat cara pembuatannya, yaitu dengan cara
ditulis dengan canting yang biasa di sebut dengan batik tulis, dengan cara di cetak dengan cap
disebut batik cap, dengan cara diikat dengan tali/benang dinamakan batik ikat atau jumputan
dan dengan cara dicetak dengan screen yang kemudian kita namakan batik cetak atau batik
printing.
Pembuatan motif pada batik tulis, dibuat dengan cara memberikan malam dengan alat
canting/kuas ke atas permukaan kain yang telah digambar sebelumnya. Sedang pemberian
motif pada batik cap dibuat dengan menggunakan cap atau stempel logam yang
permukaannya telah diberi malam lalu dicetakkan pada permukaan kain. Pemberian motif
pada batik printing dibuat dengan cara mencetakkan larutan napthol yang telah dikentalkan ke
atas permukaan kain dengan menggunakan alat rakel.
Sedangkan pemberian motif pada batik ikat, motifnya diikat-ikat dengan tali
plastic atau benang hingga menjadi motif yang diinginkan. Proses berikut adalah
pencelupan kain ke larutan naptol, garam warna dan air pembilas. Khusus untuk batik printing
langsung dicelupkan kelarutan garam warna. Untuk menghasilkan warna batik yang baik
proses pencelupannya harus diakukan berulang-ulang.
Proses selanjutnya disebut proses pelorotan malam. Caranya kain yang telah selesai pada
proses pencelupan, dicelupkan kembali ke dalam air panas yang telah diberi bubuk soda abu
atau soda ASH.
Benda-benda pakai yang dihasilkan dari kerajinan ini adalah kain, selendang, taplak meja,
sprei, sarung bantal, hiasan dinding, gorden dan lain-lain. Bahasan berikut adalah penjelasan
tentang bahan, peralatan dan tahap-tahap dalam pembuatan karya batik tulis. Untuk lebih
jelasnya silahkan Anda perhatikan dengan saksama.
 Tahap pembuatan gambar motif
Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah kain katun, pola gambar
atau mall, pensil 4B-5B, dan meja kaca. Pembuatan gambar
motif pada kain, dapat dicapai dengan menjiplak pola / mall yang telah disiapkan atau bias
juga dengan cara menuliskan langsung di atas kain.
Untuk menghasilkan gambar motif yang baik penulisannya dilakukan di atas meja
kaca. Bila kain yang hendak digambari banyak lilin / kotor maka kain harus dicuci terlebih
dahulu dengan sabun. Hal ini dimaksud agar dalam proses pencelupan nanti warna mudah
menyerap.
 Tahap pemberian malam
Dalam tahap ini bahan dan peralatan yang digunakan, yaitu :
 Kain, jenis kain yang digunakan untuk membatik adalah jenis kain yang bahan
bakunya terbuat dari kapas (katun) atau sutera, misalnya kain blacu, poplin, birkolin,
santung, prima, premisima, vealisima, linen, dan sutera.
 Malam, malam untuk membatik terdiri atas malam lowong (warnanya
kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang
kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang liat),dan malam
putih / paraffin (sifatnya rapuh, dan mudah retak).
 Canting, canting yang digunakan untuk membatik terdiri dari canting cecek
(lubangnya kecil), canting klowong (lubangnya sedang) dan canting nembok
(lubangnya besar).
 Peralatan penunjang, alat penunjang yang digunakan dalam tahap ini adalah kompor
kecil, kenceng, panci, dan lainnya.

 Tahapan pemberian warna pada batik tulis


- Pemberian warna rapid
Pemberian warna rapid dilakukan dengan cara menyapukan warna rapid ke bagian-
bagian gambar yang diinginkan. Fungsi warna ini hanya sebagai variasi agar batik lebih
menarik. Larutan rapid dibuat dengan cara mengaduk rapid dengan minyak TRO hingga
kental, kemudian diberi air dingin dan diaduk kembali hingga merata. Perbandingannya
adalah 1 sendok makan rapid : 2 sendok minyak TRO : 1 gelas besar air dingin.
- Proses pencelupan
Proses pencelupan dalam membuat batik dilakukan dalam tiga langkah.Pertama
pencelupan pada larutan naptol (bak I), kedua pencelupan pada larutan garam warna (bak
II), dan ketiga pencelupan pada air pembilas (bakIII). Untuk menghasilkan warna yang
memuaskan, proses pencelupan dilakukan berulang-ulang.
- Tahap melunturkan malam
Untuk melunturkan atau melorotkan malam pada kain batik yang telah
selesai pada proses pencelupan, dilakukan dengan cara memasukkan kain ke dalam bak
yang berisi air panas yang telah dicampur soda abu (Soda ASH) dan soda api (costik soda).
Proses melunturkannya kain dimasukkan ke dalam bak, diangkat-angkat dengan
menggunakan jepitan hingga malamnya lepas dan selanjutnya dibilas dengan air bersih,
diperas, dan dianginanginkan.

Peralatan Membatik
- Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik.
Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam agar terbentuk
motif batik. Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
-Gagang merupakan bagian canting yang berfungsi sebagai pegangan pembatik pada saat
menggunakan canting untuk mengambil cairan malam dari wajan, dan menorehkan
(melukiskan) cairan malam pada kain. Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
-Nyamplung (tangki kecil) merupakan bgian canting yang berfungsi sebagai wadah cairan
malam pada saat proses membatik. Nyamplung terbuat dari tembaga.
-Cucuk atau carat merupakan bagian ujung canting dan memiliki lubang sebagai saluran
cairan malam dari nyamplung. Ukuran  beragam tergantung jenisnya. Cucuk tersebut terbuat
dari tembaga.Kondisi cucuk harus senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh cairan malam
yang sudah mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi dengan cara mencelupkan di cairan panas
malam, sumbatan keras tersebut akan turut mencair kembali. Sedangkan bila sumbatan belum
mengeras maka pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.
-Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga dapat
dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan malam secara penuh.
Kuas dapat juga untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat
mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang
sangat luas.
-Kompor Minyak Tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair. Pilihlah kompor
yang ukurannya kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik tradisional biasanya
menggunakan anglo atau keren. Anglo merupakan arang katu sebagai bahan bakar.
Kelemahan anglo/keren adalah asap yang ditimbulkannya berbeda dengan kompor yang tidak
seberapa menimbulkan asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm,sesuai dengan
besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup besar
seperti kalau kita memasak di dapur.
-Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari bahan logam. Pilihlah
wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya
dari dan ke atas kompor.
Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan diameter kurang lebih 15
cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan malam.
-Gawangan 
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik memegangi kain
tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk membentangkan kain tersebut, yang disebut
gawangan. Disebut demikian karena bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu,
agar ringan dan mudah diangkat dan dipindahkan.
Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan membatik Anda. Memang
di masa lalu ada beberapa peralatan pendukung lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik)
dan lipas/tepas. Tepas diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di
anglo/keren.
Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam kegiatan
membatik.
-Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan
mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang sesuai dengan ukuran
kain yang dibatik agar kain benar-benar tercelup semuanya.
-Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau tungku dan untuk
melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai dengan
ukuran kain yang dibatik
-Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan pewarna
dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna.
Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung tangan karena
bahan pewarna batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan
pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).
-Sendok & Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk plastik untuk
mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke dalam air. Selain itu juga
diperlukan gelas untuk menakar air.

7 teknik menggambar bentuk (model):


1. Teknik Pointilis
Pointilis adalah teknik menggambar bentuk yang dilakukan dengan menggunakan titik-titik
secara berulang-ulang sampai membentuk suatu objek gambar.  
2. Teknik Arsir
Arsir adalah teknik menggambar bentuk dengan cara arsir ini bisa dilakukan dengan
menggunakan spidol, pensil, arang, bolpoin ataupun alat tulis lain.

3. Teknik Blok (Siluet)


Blok adalah teknik menggambar yang dilakukan dengan menutup objek gambar
menggunakan 1 warna sehingga kesan yang ditimbulkan hanyalah siluet dari objeknya saja,
bukan sebuah detail objek.

4. Teknik Aquarel (Sapuan Basah)


Aquarel atau sapuan basah adalah teknik menggambar menggunakan campuran cat poster,
cat air atau tinta sebagai alat gambar. Pada teknik ini memang sengaja menggunakan media
yang basah agar hasil gambarnya bisa transparan dan catnya bisa cepat menyebar.
5. Teknik Dussel (Gosok)
Gosok adalah teknik menggambar dengan menggosok media gambar hingga muncul efek
gelap terang. Biasanya teknik ini diterapkan saat menggambar wajah manusia ataupun benda-
benda lainnya.

6. Teknik Plakat
Plakat adalah teknik menggambar bentuk atau teknik lukis yang mengandalkan sapuan cat
yang lebih tebal. Alat yang digunakan biasanya menggunakan pisau palet.

7. Teknik Garis (Linear)


Garis adalah teknik menggambar berupa rusuk-rusuk yang tertata sedemikian rupa hingga
membentuk gambaran objek yang di inginkan.
Pengertian Seni Kriya
Seni Kriya Ialah Suatu Karya Seni Yang Dapat Dibuat Dengan Memakai Sebuah
Keterampilan Tangan (Hand Skill) Dan Memperhatikan Pada Segi Fungsionalnya (Kebutuhan
Fisik) Dan Juga Keindahan (Kebutuhan Emosional).
Karya Seni Kriya Ini, Digolongkan Sebagai Karya Seni Rupa Terapan Nusantara. Dalam
Perkembangannya, Karya Seni Kriya Ini Identik atau Sama Dengan Seni Kerajinan, Karena
Terlihat Dari Cara Suatu Pembuatan Karya Seni Kriya Dengan Memakai Tangan (Hand
Made).

Fungsi Seni Kriya


Secara Garis Besar, Fungsi Seni Kriya Ini Dapat Dijelaskan Dibawah Ini Sebagai Berikut ;
1. Hiasan (Dekorasi)
Banyak Hasil Produk Dari Seni Kriya Dipakai Untuk Benda Pajangan. Seni Kriya Tersebut
Lebih Mengutamakan Keindahan Dibandingkan Fungsinya, Yang Sehingga Seni Kriya Jenis
Ini Mengalami Berbagai Pengembangan dalam Perjalananya.
Misalnya : Pada Hiasan Dinding, Karya Seni Ukir, Patung, Cinderamata Dan Lain
Sebagainya..
2. Benda Terapan (Siap Pakai)
Jenis Seni Kriya Ini Lebih Mengutamakan Fungsinya Yang Sebagai Benda Yang Siap
Pakai, Nyaman, Akan Tetapi Tidak Menghilangkan Unsur Keindahannya.
Misalnya : Senjata, Furnitur, Keramik Dan Lain Lain.

3. Benda Mainan
Mungkin Kita Sering Kali Menjumpai Seni Kriya Sebagai Sebuah Alat Permainan Yang
Biasanya Dengan Bentuk Sederhana Dan Juga Bahan Yang Mudah Diperoleh Dan
Dikerjakan, Dengan Harga Yang Relatif Murah.
Misalnya Yaitu : Boneka, Kipas Kertas, Congklak Dll.
 
Jenis-Jenis Seni Kriya
Pada Bentuk Karya Seni Kriya Nusantara Sangat Begitu Beragam Dan Memakai Bahan
Alam Yang Digunakan. Dari Berbagai Seni Karya Tersebut, Ada Yang Masih Tetap
Mempertahankan Keanekaragaman Hiasan Tradisional Dan Juga Ada Yang Telah
Mengembangkannya Karena Tuntutan Dari Pasar.

1. Macam-Macam Dari Seni Kriya Berdasarkan Bahan Yang Digunakan


A. Seni Kriya Kayu
Seni Kriya Kayu Ialah Salah Satu Jenis Kriya Dalam Pekerjaannya Membuat Benda Selalu
Menggabungkan Antara Nilai Fungsi Dan Nilai Hias Dengan Memakai Sebuah Bahan Kayu.
Dalam Seni Kriya Kayu, Ada Suatu Pekerjaan Dengan Tingkat Dasar Atau Juga Tingkat
Permulaan. Kayu Sangat Banyak Dimanfaatkan Dalam Pembuatan Berbagai Macam Benda
Kerajinan
Misalnya :Seperti Patung, Wayang Golek, Topeng, Furnitur, Dan Juga Hiasan Ukir-Ukiran.

B. Seni Kriya Tekstil


Seni Kriya Tekstil Adalah Salah Satu Jenis Kriya Dengan Memakai Bahan Dasar Kain. Istilah
Dari Tekstil Memiliki Lingkup Yang Luas Dan Juga Mencakup Dengan Berbagai Macam
Aneka Jenis Kain Yang Cara Pembuatannya Baik Dengan Cara Diikat, Ditenun Maupun
Dipres Dan Masih Banyak Cara Teknik Dalam Pembuatan Kain Lainnya.
Umumnya Kain Terbuat Dari Serat Yang Dipintar Atau Dipilin Untuk Dapat
Menghasilkan Sebuah Benang Yang Panjang Dan Kemudian Selanjutnya Ditenun Atau
Dirajut Agar Menghasilkan Kain Berupa Barang Jadi.
Jenis Seni Kriya Tektil Nusantara Ini Dapat Dibedakan Menjadi Dua Macam Yaitu ; Karya
Batik Dan Karya Tenun.

C. Seni Kriya Keramik


Seni Kriya Keramik Adalah Salah Satu Dari Jenis Seni Kriya Yang Bendanya Yang Terbuat
Dari Tanah Liat Yang Dibakar. Pembuatan Pada Seni Kriya Keramik Adalah Dengan
Menggunakan Teknik Slab/Lempeng, Putar/Throwing, Pilin/Pinching, Dan Juga Cetak
Tuang.
Daerah-Daerah Penghasil Seni Kriya Keramik Ini Yakni Antara Lain Daerah Bandung,
Jepara, Cirebon, Banjarnegara, Malang, Purwerejo, Jogyakarta, Banjar Negara, Dan Sulawesi
Selatan, Dan Lain Sebagainya.
D. Seni Kriya Logam
Seni Kriya Logam Adalah Salah Satu Jenis Seni Kriya Yang Mengolah Suatu Logam Menjadi
Berbagai Macam Benda-Benda Kerajinan.
Tekhnik Dalam Pembuatan Seni Kriya Logam Ini Terdiri Atas Dua Macam Teknik Yaitu;
A Cire Perdue/Cetak Lilin, Dan Teknik Bivalve.

E. Seni Kriya Kulit


Seni Kriya Kulit Adalah Salah Satu Jenis Karya Seni Yang Menggunakan Kulit Sebagai
Bahan Bakunya. Kulit Yang Pada Umumnya Dipakai Dalam Sebuah Seni Kriya Kulit Ini
Adalah Kulit Kambing, Sapi, Buaya, Kerbau Dan Juga Ular.
Kulit Itu Melewati Beberapa Proses Pengolahan Yang Cukup Panjang. Dimulai Dari
Pemisahan Dari Daging Hewan, Pencucian Memakai Cairan Tertentu, Pembersihan,
Kemudian Perendaman Dengan Menggunakan Zat Kimia Tertentu /Penyamakan, Perwarnaan,
Selanjutnya Perentangan Kulit Supaya Tidak Menjadi Mengkerut, Pengeringan Dan Juga
Penghalusan. Setelah Itu Barulah Mulai Dipotong-Potong Agar Sesuai Dengan Ukuran Dari
Benda Yang Akan Dibuat Nantinya.
Misalnya : Hasil Dari Seni Kriya Kulit Yakni ; Tas, Sepatu, Ikat Pinggang, Wayang Kulit,
Dompet, Pakaian (Jaket), Alat Musik Rebana, Dan Tempat HP. Daerah-Daerah Penghasil
Dari Seni Kriya Kulit Ini Yakni Antara Lain Yogyakarta, Garut, Dan Bali.

F. Seni Kriya Batu


Seni Kriya Batu Adalah Salah Satu Jenis Seni Kriya Dengan Menggunakan Bahan Dasar Batu
Yang Dibentuk Sedemikian Rupa Agar Terlihat Tampak Indah. Batu Dengan Tektur Keras,
Dan Juga Kaku Ternyata Dapat Diolah. Contohnya Di Daerah Sukami Dan Sukaraja. Daerah
Tersebut Sering Dijumpai Pada Hiasan-Hiasan Dan Dekorasi Rumah Dari Batu.
Misalnya : Batu Akik, Fosil, Jesper, Dan Batu Permata Seta Dan Masih Banyak Lagi.

Pameran adalah salah satu bentuk penyajian karya seni rupa agar dapat berkomunikasi
dengan pengunjung. Makna komunikasi di sini, berarti, karya-karya seni rupa yang dipajang
tersaji dengan baik, sehingga para pemirsa dapat mengamatinya dengan nyaman untuk
mendapatkan pengalaman estetis dan pemahaman nilai- nilai seni yang dipamerkan. Untuk itu,
diperlukan pengetahuan manajemen tata pameran. Mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. untuk mencapai penyelenggaraan pameran
yang baik. Pameran untuk tingkat sekolah dapat diselenggarakan setiap semester, atau paling
tidak pada setiap awal tahun ajaran.

Panitia Pameran
Untuk mencapai tujuan pameran kita perlu bekerjasama dan membagi tugas sesuai kebutuhan
(sangat tergantung dari apa yang dipamerkan, di mana pameran diselenggarakan, dan siapa yang
akan menyaksikan pameran tersebut).

Dengan demikian volume pekerjaanlah yang akan menentukan jumlah dan susunan panitia.
Biasanya, bentuknya untuk tingkat sekolah, struktur panitia yang sederhana sudah memadai.
Terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan sejumlah seksi-Seksi: ada yang mengurusi
materi pameran (misalnya lukisan, karya desain, kria), display atau kelompok kerja
pemajangan karya, penata cahaya (mengurusi pencahayaan karya dan ruang pameran).
Pembuatan katalog (kelompok kerja yang mengurusi data karya, biografi pameris, desain dan
layout, pencetakan) kuratorial (penulisan naskah yang memberikan informasi tentang karya-
karya yang dipamerkan dan dimuat di katalog). Pembuatan label (informasi singkat mengenai
materi pameran: judul, tahun penciptaan, media, ukuran, pencipta). Di samping itu ada juga
Seksi Sponsor atau pencarian dana, sekaligus bertugas mencari pembicara dari kalangan
perupa pada kegiatan diskusi (diskusi biasanya dilaksanakan 1 hari menjelang hari penutupan
pameran), termasuk memilih “tokoh” yang meresmikan pembukaan pameran. Seksi
dokumentasi, publikasi (pembuatan poster, spanduk), konsumsi, perlengkapan, keamanan,
dan seksi acara, baik dalam pembukaan pameran, pelaksanaan diskusi, dan penutupan
pameran. Seksi lain yang diperlukan dapat ditambahkan pada struktur panitia pameran sesuai
kebutuhan. Untuk menjalankan tugas-tugas kepanitiaan, administrasi, rapat, dan kegiatan
lainnya, diperlukan ruangan khusus sebagai kantor atau ruang kerja Panitia Pameran.

A. Aktivitas Diskusi
Kegiatan diskusi diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan pameran. Tujuannya adalah
pengembangan wawasan dan sikap apresiatif. Bagi pameris adalah ajang evaluatif
(mendapatkan masukan dari peserta diskusi) dan sekaligus sebagai peluang menjelaskan
gagasan dan tujuan seni yang diciptakannya, alia pertanggunggjawaban karya. Sebagai
pembicara utama, biasanya dipilih pekritik seni rupa, atau tokoh lain yang dipandang layak
karena keahliannya telah diakui ditengah masyarakat. Pembicara menyampaikan makalah
sebagai topik kajian diskusi (makalah dibagikan kepada semua peserta). Diskusi dipandu
oleh moderator (yang berwawasan seni baik), bisa oleh siswa, perupa, atau guru seni budaya.
Kegiatan diskusi dikelola olah panitia pameran, dan didokumentasikan dalam bentuk cacatan
tertulis, audio, foto, video, atau film, sesuai kemampuan panitia pameran.
Sumber: Apresiasi Seni

Gambar 3.2 Karya seni instalasi memerlukan penjelesan dari kurator pameran, sehingga pengunjung pameran dapat memahami jenis
seni dan maknanya.

A. Nilai Pameran
Aktivitas pameran seni rupa murni, desain, dan kria adalah bagian akhir dari suatu
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pameran terdeteksi potensi kesenirupaan setiap
sekolah. Mungkin sekolah tertentu kuat dalam hal seni lukis, sementara sekolah lain
menonjol dalam aktivitas desain, dan yang lain lagi menghasilkan karya-karya kria yang
mengagumkan. Atau prestasi bisa jadi variasi dari ketiga bidang seni rupa itu. Namun yang
lebih penting dipahami dalam arti pembelajaran seni budaya, pameran adalah melatih
kemampuan siswa bekerja sama, berorganisasi, berpikir logis, bekerja efesien dan efektif
dalam penyelenggaraan pameran seni rupa. Sehingga nilai pameran, tujuan, sasaran, dan
tema pameran tercapai dengan baik. Bila hal ini terjadi, guru seni budaya dengan sendirinya
memberikan nilai “sangat memuaskan” atau nilai A.
Proses pengkajian seni rupa dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanyakan,
mencoba, menalar, dan menyajikan) mencakup aspek visual (menguraikan keberadaan rupa
dengan kata-kata), aspek proses kreasi seni (menguraikan tahapan teknis penciptaan, skill atau
keterampilan), aspek konseptual (menemukan inspirasi dan gagasan seni) dan aspek kreativitas
(menetapkan tingkat pencapaian kreativitas). Pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 disajikan 3
reproduksi karya seni rupa, sebagai objek pengamatan dan latihan mengapresiasi seni

Sumber: Katalog Pameran


Gambar 4.1 I. Ketut Nurija, Konfigurasi 1, Keprihatinan, 1998. Fire Clay, tinggi 50 cm
Yang dimaksud dengan keramik ialah berbagai macam benda yang dibuat dari
bahan-bahan anorganik yang berasal dari bumi, yang secara umum disebut tanah liat,
dan melalui proses pembakaran dengan suhu cukup tinggi akhirnya menjadi keras dan
awet. Dikenal adanya tiga kualitas keramik, yang dihasilkan dari perbedaan komposisi
unsur-unsur bahan dan suhu pembakaran yang lebih rendah atau tinggi, yaitu gerabah
lunak yang juga disebut earthenware atau aardewerk, benda batu atau stoneware, dan
porselen.

Sumber: Katalog Pameran

Gambar 4.2 Karya seni instalasi, bukan saja mengekspresikan makna denotatif, melainkan juga makna konotatif.

Secara garis besar konsep seniman instalasi ditunjukkan dalam sikap berkesenian.
Mereka menawarkan suatu sikap yang paling ekstrim dan nyata-nyata “keberatan” dengan
media konvensional. Dalam berkarya mereka mencari alternatif yang paling radikal dan
sungguh-sungguh diperjuangkan dalam karyanya.

Pada seni kubisme seniman lebih banyak mengungkapkan tema alam benda, manusia
dan lingkungan. Selain itu banyak yang mengungkapkan tentang warna, garis, bentuk dan
komposisi, yang memperlihatkan visi yang berbeda-beda dari setiap seminam.Tema yang
mempunyai pengaruh besar pada kubisme adalah lingkungan sosial, baik sebelum maupun
sesudah perang dunia.

Sumber: Katalog Pameran


Gambar 4.3 But Muchtar, Sitting Girl, cat minyak pada kanvas, 75 x 90 cm.

Kubisme cukup konsisten dalam penggarapan objek dan latar belakangnya, penggunaan
warna dipikirkan secara rasional, dengan menselaraskan objek dengan latar belakangnya.
Pada karya But Muchtar kehadiran objek sudah demikian tersamar dalam kesatuan kepingan
komposisi bidang-bidang warna.

Seni Rupa Pramodern


Istilah seni rupa pramodern menunjukkan babakan sejarah di mana manifestasi karya
seni rupa hadir sebelum zaman industri. Perkembangan seni rupa dilihat dari aspek
kesejarahan merupakan rangkaian perubahan, baik dari aspek konseptual maupun aspek
kebentukan. Berikut akan disampaikan aliran-aliran seni rupa hingga saat ini.

1. Primitivisme
Primitivisme adalah corak karya seni rupa yang memiliki sifat bersahaja, naif,
sederhana, spontan, jujur, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaan.
Senimannya bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses
kreasi seni. Perhatikan contoh patung primitif dari Afrika di halaman 40. Merupakan karya
tiga dimensi yang perwujudannya mengekspresikan makna seni dengan bahasa bentuk
simbolik. Sementara patung Dewi Kecantikan Yunani klasik mengekspresikan makna seni
dengan idealisasi bentuk mimesis (mengimitasi atau meniru) rupa manusia dalam wujud
yang indah dan sempurna.

2. Naturalisme
Naturalisme adalah corak karya seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman pada
peniruan alam untuk menghasilkan karya seni. Sehingga seniman terikat sekali pada
hukum proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk mencapai kemiripan
sesuai dengan perwujudan objek yang dicerap mata. Tokoh-tokohnya antara lain Abdullah
SR, Wakidi, Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain-lain

Sumber: R. Basoeki Abdullah, Sebuah Biografi.


Gambar 5.1 Basoeki Abdullah, Gunung Sumbing, cat minyak pada kanvas, 125 x 200 cm

1. Realisme
Aliran seni rupa ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari naturalisme. Muncul di
Belahan dunia Barat sekitar pertengahan abad ke-17. Intisari filosofinya menunjukkan
keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan
karya seni. Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa katagori. Misalnya
realisme sosialis (yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan manusia yang
serba sengsara, getir, dan pahit). Herbert Read antara lain menyatakan, “Jenis seni rupa yang
sepenuhnya dapat kita sebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan segala daya
untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni seperti ini, sebagaimana halnya
filsafat realisme, selalu berdasar atas keyakinan atas keberadaan objektif dari sesuatu”. Jadi
dalam pengertian murni aliran realis berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman
realis memandang dunia ini tanpa ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata
meng-gambarkan apa-apa yang nyata dan benar-benar ada di dunia ini. Dengan perkataan
lain seniman realis mendasarkan seninya pada pencerapan panca inderanya tanpa mengikut-
sertakan fantasi dan imajinasinya. Tokoh- tokoh realisme di Indonesia antara lain Raden
Saleh (realisme romantis), S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji (realisme fotografis) Dede
Eri Supria, Ronald Manullang (Realisme Baru).

Sumber: Indonesian Art and Beyond


Gambar 5.2 Raden Saleh, Antara Hidup dan Mati

3. Dekorativisme
Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat menyederhanakan
bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya bersifat kegarisan, berpola, ritmis,
pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan kuat untuk menghias.
Tujuan dan sifat hias ini menyebabkan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni
yang mudah dicerna oleh masyarakat. Pada karya dua dimensi sering mengabaikan unsur
perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya tiga dimensi mengabaikan plastisitas bentuk
(naturalistis).
Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi dua bagian utama, yakni dekoratif
figuratif, dan dekoratif geometris. Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan
penggambaran wujud figur atau bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti misalnya
pemandangan, pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari,
dan lain sebagainya. Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk meniru rupa secara
realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan aspek
volume dalam penggarapan bentuk visual.
Dekoratif geometris adalah karya-karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam,
perwujud-annya merupakan susunan motif, bentuk, atau pola tertentu di tata sedemikian
rupa sehingga memiliki kapasitas untuk membangkitkan perasaan keindahan dalam diri
pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif,
atau bentuk-bentuk dan teknik pelukisan yang menuntut ketrampilan dan kesabaran dalam
proses kreasinya.
Contoh seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daeerah-daerah
seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah
lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun
rapi denganteknik pengulangan, sehingga tercipta suatu harmoni. Karena penempatannya
mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya
simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti
pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.
Gambar 5.3 Patung Dewi Kecantikan,
idealisasi keindahan Yunani Klasik.
Gambar 5.5 Irsam, The Pet Bird, 1995, Oil on canvas, 80 x
81 cm. Merupakan contoh lukisan dekoratif figuratif.

Gambar 5.4 Patung Dewi Kecantikan,

idealisasi keindahan Yunani Klasik.

Gambar 5.6 Suparto, Tiger, 1980. Cat


minyak pada kanvas.

B. Seni Rupa Modern


Dasar filosofis dan gejala seni rupa modern pada hakikatnya merupakan kelanjutan per-
kembangan seni rupa sebelumnya, satu aspek dari perkembangan budaya secara
menyeluruh. Perkembangan filsafat memunculkan tokoh-tokoh seperti Imanuel Kant, Hegel,
Schopen-hauer, Nietze, Comte, Charles Darwin dan lain-lain. Sementara di bidang
Mikrobiologi tampil nama-nama Antoni van Leeuwenhoek, Pasteur, Robert Koch, Paul
Ehrilch dan lain-lain. Sedangkan di sektor sosial ekomomi tampil Adam Smith, seorang
pelopor sistem persaingan bebas, dengan lawannya Karl Marx, Thomas Maltus, Le Bon,
Montesque, dan Rousseu. Selanjutnya di bidang ilmu jiwa muncul Sigmund Freud dengan
psikoanalisis yang menelurkan teori takbir mimpi-mimpi dan metode katarsis. Carel Gustave
Jung, Alferd Adler dan Kunkel bersaudara. Kesemua ini bersamaan dengan perkembangan
disektor fisika dan astronomi, sehingga jadilah abad modern yang dikuasai oleh ilmu dan
teknologi. Perkem-bangan “kemajuan” ini tentu bukan saja membahagiakan hidup manusia,
tetapi juga menimbulkan efek samping, yakni eksploitasi industrialisasi, kolonialisme,
imperialisme, ke-miskinan di pihak lain, sehingga terjadi dua kali perang dunia di abad ke-
20, dan beratus kali perang lokal dan perang dingin.
Faktor lain yang menjadi dominan menghakikati esensi seni rupa modern ialah kesadaran
akan nilai individu sebagai karakter aktivitas manusia. Hal ini berakar dari budaya renesans,
humanisme universal yang ahkirnya tampil sebagai abad pencerahan di Eropa.

Mengkaji fenomena seni rupa modern, tentu bermula dari jasa kaum impresionisme
Prancis, yang menyelenggarakan pameran- pameran mereka pada tahun-tahun 1874, 1877,
1879, 1880, 1881, 1882, dan 1886. Meskipun dalam tubuh impresionisme terjelma beberapa
keunikan individu, tapi secara keseluruhan kelompok ini menunjukkan kesatuan sikap,
yakni pembe-rontakan terhadap kaum akademis, seperti Jaques Louis David dan Jean
Augustie Dominique Ingres.

Dalam tahun 1876 kritikus Duranty menulis “Dari intuisi ke intuisi, secara bertahap
mereka tiba pada dekomposisi sinar matahari menjadi lapisan spektrum dan elemennya,
kemudian mengkonstruksikannya menjadi kesatuan dengan keselarasan baru, bagaikan warna
pelangi yang bertaburan di atas kanvas mereka.”

Dengan kemunculan impresionisme membuka peluang perkembangan seni lukis


secara lebih terbuka, sehingga melahirkan beberapa kecenderungan. Dari Seurat dan Signac
yang pointilis, eksploitasi anasir cahaya dan warna muncul ekspresionisme Vincent van
Gogh, kemudian melahirkan fauvisme dan abstrak ekspresionisme. Respons Paul Cezanne
terhadap impresionisme, mengakibatkan lahirnya kubisme, dan perkembangannya kemudian
sampai kepada konstruksivisme, minimal art, dan seterusnya.

1. Seni Pop
Budaya pop tumbuh dari pertemuan beberapa kecenderungan dan kondisi sosial ekonomi
masyarkat pada pertengahan tahun 1950-an. Budaya ini ditandai oleh ketiadaan penggang-
guran, konsumerisme, makin meningkatnya kesejahteraan, mobilitas sosial ke atas, melong-
garnya struktur kelas dalam masyarakat, berubahnya pandangan sosial, dan kesejahteraan
kaum muda, beserta budaya protesnya, pengalaman dan kepekaan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Gerakan ini membentuk diri di sekitar identifikasi persoalan Amerika dan pengingkaran
berbagai kaidah Eropa. Dimulai dengan para pelukis seperti Larry Rivers, Jasper John, dan
Robert Raus-chenberg, bisa dijumpai seleberitis yang bersifat Amerika, sehari-hari,
populer.

Gambar 5.7 Andy


Warhol, Marlyn 1962.
Gambar
5.8 Ronald Mannullang
MM-BK. 2009.

Di bawah pengaruh
para pelukis, kritik awal
terhadap budaya massa diabaikan demi merangkul penuh semangat teknologi reproduksi
dan berbagai citra serta objek kehidupan industri Amerika Serikat yang direproduksi
secara komersial.
Pop Art adalah produk sistem perekonomian kapitalis, di mana segala hal dalam
kehidupan ini, termasuk hal-hal yang berada dalam wilayah realitas simbolisme
diusahakan menjadi komoditi yang bisa dijual ke pasar luas. Oleh karena itu logika
produk kesenian yang lahir dari sistem perekonomian ini adalah logika pasar, bukan
logika artistik.
Dengan demikian, dalam dunia pop art, eksistensi sang pencipta juga tidak terlalu
penting, yang lebih diperlukan adalah produknya yang bisa dikemas sebagai komoditi
dan dijual ke pasar luas. Kecuali sosok seniman itu juga merupakan komoditi yang bisa
dijual. Dengan kata lain rekayasa citra tentang dirinya lebih penting ketimbang pribadi
seniman, karena semakin besar liputan media yang dia peroleh semakin laris karya-
karyanya di pasar luas.
Dalam bidang seni rupa, tampil seniman por art seperti Andy Warhol, Roy
Lichtenstein, Tom Wesselmann, dan kawan- kawan. Dalam seni musik pop menunjukkan
pada berbagai jenis musik yang populer dalam masyarakat. Pop juga tampil dalam seni
patung, poster, desain, seni grafiti, fashion, dan sebagainya. Pop Art dipandang pula
sebagai salah satu manifestasi subkultur, gerakan kultural generasi muda. Pop identik
dengan gaya hidup generasi muda dengan karakteristik perlawanan kepada kemapanan
norma-norma masyarakat yang berlaku.
Artikulasinya oleh para peneliti media massa dan budaya telah dibangun sebuah segi
tiga yang diberi “triple M theory” masyarakat massal, media massa, dan budaya massa.
Pop Art merupakan suatu aktivitas seniman yang menggunakan cara pemberian kesan
populer sebagai hasil dari revolusi industri dan sekaligus penggunaan dari hasil-hasil
revolusi tersebut.

2. Seni Optik
Sebelum ditemukan seni optik seperti yang ada sekarang ini, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, khususnya setelah munculnya berbagai ilmu, seperti ilmu fisika,
anatomi manusia, teristimewa pada sistem optik dan beberapa teori warna, baik untuk
warna sinar maupun warna pigmen.
Ilmu optik pertama kali di pelajari selama bertahun-tahun di laboratorium oleh seorang
ahli filsafat dan juga ahli ilmu fisika Inggris yang bernama Bacon (1220-1292), yang
mempelajari struktur cahaya dan kaitannya dengan bagaimana mata manusia bisa
menangkap warna.
Pada tahun 1642-1727 Sir Isac Newton mengadakan percobaan tentang
cahaya menggunakan prisma yang dipantulkan menggunakan sinar matahari yang
menimbulkan spektrum warna. Dari eksperimen ini lahit teori yang mengatakan
bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa warna, yaitu; merah,
jingga, kuning, biru, dan ungu.

Sumber: Optical Art

Gambar 5.9 Britget Relay, Black and White.

Sumber: Optical Art Gambar 5.10 Contoh Seni Optik dalam wujud Patung.
Brewster mengajukan teori warna dengan membagi campuran warna-warna pigmen
menjadi warna primer, skunder, tertier, sedangkan Munsell (Amerika) tahun 1958
mengadakan penelitian tentang warna yang didasarkan standarisasi untuk aspek fisik yang
dikelompokkan menjadi hue, ligthness, saturation.
Kelahiran seni optik juga tidak lepas dari beberapa peranan termasuk dari Bauhaus, konsep
konstruktivisme, dan abstrak geometris yang dasar pemikirannya, eksak, matematis, geo-metrik,
serta bentuk-bentuk tiga dimensional melalui penggarapan ilmu cahaya dan ilmu warna untuk
menampilkan efek kedalaman dan presisi tinggi.
Seni optik pada kemunculannya meliputi seni dua dimensi dan tiga dimensi, yang
mendasar-kan diri pada ilmu optik, ilmu cahaya, dan ilmu warna untuk mengolah bentuk-
bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi fallibilitas mata. Seni optik pada
umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas geometrik
dan perulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang
mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna-warna yang digunakan kebanyakan warna cerah
atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada hue atau saturation yang tajam dan tegas.
Berbeda dengan seni kinetik, seni optik lebih menitikberatkan pada representasi gerakan
atau bagaimana menggambarkan sesuatu sehingga seakan-akan bergerak dengan
memanfaatkan efek ilusi pada mata. Seni optik sengaja mengeksploitasi elemen-elemen visual
seperti garis, bidang, dan warna untuk mendapatkan efek optis, sehingga mata manusia
terkecoh karena-n
M.C. Escher, dapat dikatakan sebagai bapak seni optik, ia adalah seorang seniman
grafik dari Belanda, dengan karya litografi pada tahun 1930-an menghasilkan karya-karya
awalnya di Itali. Karya- karya Escher merupakan pengolahan mendasar akan ruang dan
perspektif yang sangat unik dengan bentuk-bentuk yang menndetail. Dengan mengolah
bentuk figur dan latar melalui perubahan bentuk ground dan langit menjadi bentuk burung
dengan tepat dan sempurna sekali.
Bila pengolahan perspektif Escher sangat menarik dan mengecoh mata kita yang tidak bisa
membedakan antara mana yang di atas atau yang di bawah atau mana yang jauh atau yang dekat
seperti yang terdapat pada karyanya “Jendela Burung”. Pada karya ini mata kita dikecoh
sedemikian rupa melalui perspektif yang jungkir balik melalui objek yang bidangnya diisi oleh
garis-garis yang sengaja dimasukkan untuk mengganggu dengan ketepatan yang tinggi
sehingga menimbulkan efek optik.
Perkembangan selanjutnya banyak diadakan pameran-pameran baik di Prancis maupun
negara Eropa antara lain yang terkenal pameran “Responsive Eye” yang di koordinasi oleh
William G. Seitz di New York tahun 1965. Para pelukis yang terlibat dalam seni optik selain
Vasarely dan Josepf Albers termasuk juga pelukis- pelukis muda lainnya Richard Anuskie-
wiecz, Almir Mavigner, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele, Tadasky dan
Yvaral.
Seperti yang dilakukan Richard Anuskiewiez melakukan eksplorasi berdasarkan ilmu
warna. Dalam eksplorasinya ia menyusun paduan warna dan garis secara teratur, sistematis
yang menimbulkan efek optik sebagai akibat bayangan warna-warna yang tembus pandang dari
keteraturan garis yang diciptakan. Melalui eksperimen yang terus-menerus diperoleh berbagai
bentuk dan efek optik yang beragam.
Dia menyebut dirinya sebagai abstraksionis geometrik. Anuskiewiecz dengan karyanya
yang berjudul All things do live in the three lebih banyak mengolah warna komplemen yang
memberikan efek visual yang menakjubkan.
Berbeda dengan karya Agam yang berjudul Double Methamorphosis II, lebih jeli
memanfaatkan jaring-jaring almunium yang mempunyai keteraturan garis yang presisi.
Dengan memanipulasi keteraturan garis yang berpotongan melalui perbedaan warna
menghasilkan efek optik yang tak terduga.
Banyak persepsi dan prinsip dalam op art, yang mengambil teori psikologi fenomena
imajinasi kontras, pancaran cahaya, warna menyolok yang mengagetkan dan membuat ilusi
yang mengagumkan. Op Art kebanyakan menggunakan warna-warna kontras yang terkadang
menyilaukan mata, misalnya warna merah didekatkan dengan warna biru bersamaan dengan
penggunaan garis atau bentuk yang teratur seperti yang dilakukan oleh Vasarely dalam
karyanya yang berjudul l’ega. Prosesnya dia menyusun elemen garis yang dipertentangkan
dengan arah vertikal dan horizontal dengan mengolah bidang menyempit dan melebar dengan
mengisi warna yang berselang-seling menghasilkan efek dimensi ruang, pantulan cahaya,
dalam ruang yang bergetar.
Sedangkan karya pelukis Briget Riley, Yvaral, dan Reginal Neal lebih banyak mengolah
garis yang memberikan efek after image sebagai vibrasi kilauan pada mata karena adanya
oscilation yang cepat pada sel retina.

Gambar 5.11 Victor Vasarely, Cheyt-G, 1970.

3. Seni Konseptual
Istilah konseptual pertama kali dikemukakan oleh Edward Keinholz dan Herru Flint yang
berasal dari California, tahun 1960. Istilah konseptual adalah sinonim dari idea art. Conseptus
dalam bahasa Latin berarti: pikiran, gagasan, atau ide. Jadi konseptual adalah sesuatu yang
berkaitan dengan konsep. Konsep atau ide adalah hal yang penting dalam penciptaan seni. Seni
konseptual disatukan oleh satu sikap penggunaan bahasa verbal dan non verbal, analogi atau
ilmu bahasa menjadi esensi dan seni.

Gambar 5.12 Refhy Poetra, Salah satu manifestasi seni konseptual, memanfaatkan anggota tubuh (tangan kiri, yang dilukis
menjadi kepala seekor anjing).
Seni konseptual sangat kontroversial, menjungkirbalikkan segala kemapanan seni (nilai-
nilai, gaya, galeri, pasar seni dan sebagainya). Para seniman konseptual menggunakan
semiotika, feminisme dan budaya populer dalam berkarya, sehingga berlainan sekali dengan
karya-karya seni konvensional. Karena itu konseptualisme akhirnya menjadi paham
pemikiran yang memayungi bentuk-bentuk seni yang tidak berwujud piktorial dan skulptural
seperti Body Art, Eart Art, Vidoe Art, Performance Art, Process Art, Instalation Art dan
lain-lain.
Seni konseptual menemukan spektrum baru dalam seni rupa, sebagai pengganti kiasan
atau pantun dalam bahasa, surat kabar, majalah, periklanan, pos, telegram, buku-buku,
katalogus, foto kopi, film, video, anggota badan, bahkan dunia ini bisa dijadikan medium
atau objek seni. Sejak kehadiran seni konseptual batas- batas antara seni secara fisik mulai
kabur, sebab seni konseptual mengakses hampir semua bentuk seni dan non seni.

1. Seni Kontemporer
Pada Encylopedia The World Art Estetika Kontemporer disebutkan, bahwa estetika
yang baru ini bertujuan untuk memfilsafatkan dalam pengertian anti metafisik, dan
kemudian membedakannya dari estetika-estetika sebelumnya. Namun dia tidak akan
membuang prinsip kategori-kategori, dan sebagai akibatnya menciptakan konsep mendua dan
ragu tentang pengertian filsafat. Sementara Klaus Honnef mengidentifikasi seni rupa
kontemporer sebagai perubahan paradoksal dari avant garde ke post avant garde, sedangkan
John Grifith dan Endrew Benyamin menganggap seni rupa kontemporer bertentangan secara
diametral dengan modernisme yang percaya pada universalisme. Seni rupa kontemporer tidak
percaya lagi pada pusat-pusat perkembangan di mana pun, sebaliknya percaya pada
perkembangan seni rupa dalam batas-batas kenegaraan.

Gambar 5.13 Ben Rubin and Mark Gambar 5.14 Contoh karya seni yang menggunakan teknik digital.
Menurut teoretikus Jerman Udo Kulterman pengertian kontemporer dekat dengan
paham posmodern dalam arsitektur, paham baru ini menentang kerasionalan
modernisme yang dingin dan berpihak pada simbolisme instingtif. Dalam terori yang
lebih baru tercatat prinsip pluralisme yang terbanyak mendasari pengertian kontemporer
sekarang ini.
Dari berbagai keterangan di atas dapat ditentukan adanya dua paradigma aktivitas seni
kontemporer. Pertama kelompok yang mementingkan aktivitas seni sebagai aktivitas
mental senimannya. Kedua kelompok yang mementingkan aktivitas seni ditujukan bagi
kepentingan masyarakat. Scruton melihat kecenderungan persepsi seperti itu sebagai
sesuatu yang menyulitkan dalam penilaian estetik.

Anda mungkin juga menyukai