- Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam
secara geometris (berkotak-kotak).
Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme Analistis yang mengembangkan konsep dimensi empat dalam
seni lukis. Dan dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan waktu dalam lukisan. Pada setiap sudut
lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah dengan posisi waktu yang berbeda. Sedangkan Kubisme Sintetis,
pelukisannya disusun dengan bidang yang berlainan yang saling tumpang dan tembus.
- Konstruksifisme
Aliran seni ini awalnya berkembang di Rusia penggagasnya antara lain
Vladimir Tattin, Antoine Pevsner, dan Naum Gabo. Gaya ini mengetengahkan berbagai karya seni
berbentuk tiga dimensional namun
wujudnya abstrak. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan modern seperti besi beton, kawat, bahkan
plastik.
- Abstrakisme
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas
pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk
asli di alam.
Kadinsky dan PietMondrian marupakan sebagian perupa beraliran abstrak ini. Seni Abstrak ini pada
dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan wujud di alam.
- Dadaisme
Adalah gerakan seni rupa modern yang memiliki kecendrungan menihilkan hukum–hukum keindahan yang
ada.Ciri utama gaya ini adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung atau barang tertentu dengan
menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi
lukisan “Monalisa “ karya
Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, atau petusan laki-laki diberi dudukan dan tandatangan, kemudian
dipamerkan di suatu galeri.
- Surealisme
Adalah penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis maupun visual.
Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.
- Elektisisme
Yaitu gerakan seni awal abad ke- 20 yang mengkombinasikan berbagai
sumbergaya yang ada di dunia menjadi wujud seni modern. Banyak yang menjadi sumber inspirasi dari gaya
seni ini. Antara lain, gaya seni primitive sejumlah suku bangsa di Afrika, karya seni pra-sejarah, seni
Amerika Latin, gaya esetik Mesir Purba, dan Yunani Kuno.
Tokoh-tokoh seni yang menerapkan gaya ini antasra lain Picasso (disamping sebagai tokoh Kubisme), Paul
Gaugguin, Georges Braque, Jean Arp, Henry Moore, dan Gabo.
- Posmodernisme
Istilah seni ini umumnya disebut seni kontemporer yaitu mengelompokan
gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang menjadi kecenderungan popular dan dipilih
oleh para seniman dalam rentang lima puluh tahun terakhir hingga sekarang.
Gaya ini sering diartikan sebagai aliran yang berkembang setelah seni modern. Jika dalam seni modern lebih
memusatkan kepada ekspresi pribadi dan penggalian gaya baru, dalam seni Posmodern ungkapan seni
lebih ditekankan kepada semantika (makna rupa) dan semiotika (permainan tanda rupa).
g. Tokoh Seni Rupa (Pelukis)
Golongan pelukis yang menggambarkan bentuk – bentuk alamiah dan kepersisan visual yang mewakili
kelompok naturalism dan realisme. Pelukisnya terdiri dari: S.Sudjono, Sudarso, Dullah, Wardoyo, Wahdi,
Basuki Abdullah,dll
Golongan pelukis yang menampilkan kesadaran subyektif (ekspesionisme) pelukisnya antara lain : Krisna
Mutajab, Zaini, Popo Iskandar, dll
Golongan pelukis yang menampilkan bentuk – bentuk abstrak non figuratif. Pelukisnya adalah : Fajar Sidik,
Aming Prayitno, Umi Dakhlan, dll
Golongan pelukis yang menampilkan bentuk – bentuk dekoratif. Pelukisnya antara lain : Suparto, Widyat,
Mulyadi W, dll
h. Seni Kriya Batik
Seni kriya batik yang berkembang pada masa sekarang merupakan kelanjutan seni kerajinan batik
sebelumnya. Daerah-daerah perkembangan batik di Jawa Barat masa sekarang terdapat di daerah Cirebon.
Dalam pembuatan batik, kita mengenal ada empat cara pembuatannya, yaitu dengan cara ditulis dengan
canting yang biasa di sebut dengan batik tulis, dengan cara di cetak dengan cap disebut batik cap, dengan
cara diikat dengan tali/benang dinamakan batik ikat atau jumputan dan dengan cara dicetak dengan screen
yang kemudian kita namakan batik cetak atau batik printing.
Pembuatan motif pada batik tulis, dibuat dengan cara memberikan malam dengan alat canting/kuas ke atas
permukaan kain yang telah digambar sebelumnya. Sedang pemberian motif pada batik cap dibuat dengan
menggunakan cap atau stempel logam yang permukaannya telah diberi malam lalu dicetakkan pada
permukaan kain. Pemberian motif pada batik printing dibuat dengan cara mencetakkan larutan napthol yang
telah dikentalkan ke atas permukaan kain dengan menggunakan alat rakel.
Sedangkan pemberian motif pada batik ikat, motifnya diikat-ikat dengan tali
plastic atau benang hingga menjadi motif yang diinginkan. Proses berikut adalah pencelupan kain ke larutan
naptol, garam warna dan air pembilas. Khusus untuk batik printing langsung dicelupkan kelarutan garam
warna. Untuk menghasilkan warna batik yang baik proses pencelupannya harus diakukan berulang-ulang.
Proses selanjutnya disebut proses pelorotan malam. Caranya kain yang telah selesai pada proses pencelupan,
dicelupkan kembali ke dalam air panas yang telah diberi bubuk soda abu atau soda ASH.
Benda-benda pakai yang dihasilkan dari kerajinan ini adalah kain, selendang, taplak meja, sprei, sarung
bantal, hiasan dinding, gorden dan lain-lain. Bahasan berikut adalah penjelasan tentang bahan, peralatan dan
tahap-tahap dalam pembuatan karya batik tulis. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda perhatikan dengan
saksama.
Tahap pembuatan gambar motif
Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah kain katun, pola gambar atau mall, pensil 4B-5B,
dan meja kaca. Pembuatan gambar
motif pada kain, dapat dicapai dengan menjiplak pola / mall yang telah disiapkan atau bias juga dengan cara
menuliskan langsung di atas kain.
Untuk menghasilkan gambar motif yang baik penulisannya dilakukan di atas meja kaca. Bila kain yang
hendak digambari banyak lilin / kotor maka kain harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun. Hal ini
dimaksud agar dalam proses pencelupan nanti warna mudah menyerap.
Tahap pemberian malam
Dalam tahap ini bahan dan peralatan yang digunakan, yaitu :
Kain, jenis kain yang digunakan untuk membatik adalah jenis kain yang bahan bakunya terbuat dari kapas
(katun) atau sutera, misalnya kain blacu, poplin, birkolin, santung, prima, premisima, vealisima, linen, dan
sutera.
Malam, malam untuk membatik terdiri atas malam lowong (warnanya
kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang
kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang liat),dan malam putih / paraffin
(sifatnya rapuh, dan mudah retak).
Canting, canting yang digunakan untuk membatik terdiri dari canting cecek (lubangnya kecil), canting
klowong (lubangnya sedang) dan canting nembok (lubangnya besar).
Peralatan penunjang, alat penunjang yang digunakan dalam tahap ini adalah kompor kecil, kenceng, panci,
dan lainnya.
Tahapan pemberian warna pada batik tulis
Pemberian warna rapid
Pemberian warna rapid dilakukan dengan cara menyapukan warna rapid ke bagian-bagian gambar yang
diinginkan. Fungsi warna ini hanya sebagai variasi agar batik lebih menarik. Larutan rapid dibuat dengan
cara mengaduk rapid dengan minyak TRO hingga kental, kemudian diberi air dingin dan diaduk kembali
hingga merata. Perbandingannya adalah 1 sendok makan rapid : 2 sendok minyak TRO : 1 gelas besar air
dingin.
Proses pencelupan
Proses pencelupan dalam membuat batik dilakukan dalam tiga langkah.Pertama pencelupan pada larutan
naptol (bak I), kedua pencelupan pada larutan garam warna (bak II), dan ketiga pencelupan pada air
pembilas (bakIII). Untuk menghasilkan warna yang memuaskan, proses pencelupan dilakukan berulang-
ulang.
Tahap melunturkan malam
Untuk melunturkan atau melorotkan malam pada kain batik yang telah
selesai pada proses pencelupan, dilakukan dengan cara memasukkan kain ke dalam bak yang berisi air panas
yang telah dicampur soda abu (Soda ASH) dan soda api (costik soda). Proses melunturkannya kain
dimasukkan ke dalam bak, diangkat-angkat dengan menggunakan jepitan hingga malamnya lepas dan
selanjutnya dibilas dengan air bersih, diperas, dan dianginanginkan.
Peralatan Membatik
Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik.
Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif batik.
Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
Gagang merupakan bagian canting yang berfungsi sebagai pegangan pembatik pada saat menggunakan
canting untuk mengambil cairan malam dari wajan, dan menorehkan (melukiskan) cairan malam pada kain.
Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
Nyamplung (tangki kecil) merupakan bgian canting yang berfungsi sebagai wadah cairan malam pada saat
proses membatik. Nyamplung terbuat dari tembaga.
Cucuk atau carat merupakan bagian ujung canting dan memiliki lubang sebagai saluran cairan malam dari
nyamplung. Ukuran beragam tergantung jenisnya. Cucuk tersebut terbuat dari tembaga.Kondisi cucuk harus
senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh cairan malam yang sudah mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi
dengan cara mencelupkan di cairan panas malam, sumbatan keras tersebut akan turut mencair kembali.
Sedangkan bila sumbatan belum mengeras maka pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.
Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga dapat dipergunakan
untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk
menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat
air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.
Kompor Minyak Tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair. Pilihlah kompor yang ukurannya
kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik tradisional biasanya menggunakan anglo atau keren. Anglo
merupakan arang katu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap yang ditimbulkannya
berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm,sesuai dengan besaran wajan yang
digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup besar seperti kalau kita memasak di
dapur.
Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari bahan logam. Pilihlah wajan yang
memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya dari dan ke atas kompor.
Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup
memadai untuk tempat pencairan malam.
Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik memegangi kain tersebut. Untuk
itu membutuhkan media untuk membentangkan kain tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian
karena bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah diangkat dan
dipindahkan.
Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan membatik Anda. Memang di masa lalu ada
beberapa peralatan pendukung lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas
diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di anglo/keren.
Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam kegiatan membatik.
Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan
mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang
sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar kain benar-benar tercelup
semuanya.
Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau tungku dan untuk melorot kain
setelah diwarnai agar malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran kain yang dibatik
Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan pewarna dan mencelupkan
kain ke dalam cairan pewarna.
Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung tangan karena bahan pewarna
batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami
(natural).
Sendok & Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk plastik untuk mencampur zat pewarna
tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.
i. Seni Kriya Ikat Celup (Tie Dye)
Tie Dye atau ikat celup pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama yaitu menghias kain dengan cara
diikat atau dalam bahasa Jawa dijumput sedikit, dengan tali atau karet, dijelujur, dilipat, sampai kedap air,
lalu dicelup dengan pewarna batik. Setiap daerah mempunyai nama teknik dan corak yang berbeda. Di
Palembang dikenal sebagai pelangi dan cinde, di Jawa sebagai tritik atau jumputan, di Banjarmasin sebagai
sasarengan. Di Jawa dan Bali teknik celup ikat ini sering dipadukan dengan teknik batik Dalam celup ikat,
penggunaan kain-kain dari serat yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Kain yang tipis
dapat diikat dengan simpul-simpul kecil, sehingga ragam hias yang terbentuk juga lebih padat dan banyak.
Makin tebal kain yang digunakan, makan sedikit pula jumlah ikatan yang bisa dibuat, karena simpul akan
menjadi terlalu besar dan sulit untuk dikencangkan rapat-rapat. Akibatnya zat pewarna dapat dengan mudah
merembes masuk dan menghilangkan corak yang ingin ditampilkan. Oleh karenanya kain-kain yang tebal
biasanya menampilkan corak yang besar pula.
Ada berbagai jenis kain yang baik dan banyak digunakan dalam teknik celup ikat, yaitu kain katun dan
sutera. Kedua jenis kain ini dengan kemampuan daya serapnya, memudahkan proses pengikatan dan
pencelupan. Sementara beberapa jenis kain lainnya, seperti dari bahan rayon atau kain sintetis lainnya,
proses celup ikat agak sulit dilakukan karena sifat kain yang terlalu licin, atau keras atau kurang memiliki
daya serap.
Banyaknya celupan dan lamanya setiap perendaman tergantung pada hasil warna yang diinginkan. Setelah
pencelupan selesai, kain digantung atau ditiskan sebentar agar tetesan cairan pewarna habis. Kemudian
ikatan dibuka
dan kain dibentang, maka akan terlihat corak-corak yang terbentuk akibat ikatan yang merintanginya dari
pewarnaan. Warna dari corak-corak ini memiliki gradasi warna sesuai dengan rembesan cairan pewarna saat
pencelupan.
j. Seni Rupa Murni
Seni rupa murni dalam bahasa Inggris pure art atau fine art adalah cabang seni rupa yang terlepas dari unsur
– unsur praktis yang lebih mengkhususkan diri pada penciptaan karya seni berdasarkan kreativitas dan
ekspresi yang sangat pribadi.
Seni lukis salah satu jenis seni murni berwujud dua dimensi pada umumnya dibuat di atas kain kanvas
berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya.
Seni patung salah satu jenis seni murni berwujud tiga dimensi. Patung dapat dibuat dari bahan batu alam,
atau bahan-bahan industri seperti logam,serat gelas, dan lain-lain.
Seni Grafis merupakan seni murni dua dimensi dikerjakan dengan teknik cetak baik yang bersifat
konvensional maupun melalui penggunaan teknologi canggih. Teknik cetak konvensional antara lain :
Cetak Tinggi ( Relief Print )
wood cut print, wood engraving print, lino cut print, kolase print
Cetak Dalam ( Intaglio )
dry point, etsa, mizotint,sugartint
sablon ( silk screen )
Teknik Cetak dengan teknologi modern, misalnya offset dan digital print.
Seni keramik termasuk seni murni tiga dimensi sebagai karya bebas yang tidak terikat pada bentuk
fungsional
k. Sejarah Seni Rupa Indonesia
Zaman prasejarah juga disebut sebagai zaman sebelum ditemukannya kegiatan tulis menulis yang digunakan
untuk mencatat peristiwa – peristiwa penting dalam peradaban manusia.
Suku – suku bangsa di Nusantara pada zaman Prasejarah dikenal sebagai penganut animisme dan
dinamisme. Pada awalnya, bentuk - bentuk persemayaman roh nenek moyang tersebut diwujudkan dalam
bentuk sederna seperti lingga dan menhir, yaitu tugu batu yang menjulang tinggi berbentuk hingga (tonggak
batu berbentuk silinder dengan ujung tumpul).
Dibeberapa tempat ditemukan guratan garis – garis pada menhir yang menyerupai mata, hidung, mulut,
tangan, lengan dan kaki. Menhir menurut dugaan para ahli adalah bersemayamnya roh-roh nenek moyang
masyarakat purba.
l. Periode Seni Rupa Hindu-Budda
Sejarah peradaban masyarakat Nusantara kemudian dicatat semenjak datangnya agama Hindu melalui
pendirian kerajaan – kerajaan Hindu. Pendiri kerajaan – kerajaan bercorak Hindu yang pertama berdiri di
Nusantara ini diyakini berasal dari India. Mereka adalah kerabat kerajaan yang enggan tunduk kepada Raja
Ashoka pada masa dinasti Chandragupta.
Motif ukuran, selain menggambarkan bentuk, kadang – kadang juga berisi kisah. Antara lain kehidupan para
dewa, mitos kepahlawan,dll. Bukti sejarah peninggalannya dapat dilihat pada relief candi Penataran (Blitar),
Mendut, Prambanan,dll. relief candi Prambanan menggambarkan cerita kijang mas jelmaan yang terkena
panah Sri Rama. Relief candi mendut mengisahkan Dewi Hartiti sewaktu mengasuh anak-anaknya.
Terlepas dari fungsinya, sebagai media penyembahan, patung-patung, relief,dll oleh masa kejayaan Hindu
dan Budha memiliki nilai seni yang tinggi dan menjadi bahan kajian hingga sekarang.
Tokoh :
Johann Sebastian Bach
5. Era Klasik (1750-1820)
Ornament di batasi
Ada beberapa peralihan tempo accelerando dan ritardando
Ada peralihan dinamik crescendo dan decrescendo
Harmoni tiga nada atau lebih bunyi bersamaan (homofonik)
Tokoh :
Wolfgang Amadeus Mozart
6. Era Romantik (1820-1900)
Bersifat ekspresif untuk mengungkapkan perasaan yang subjektif, bukan sekedar untuk keindahan
Ciri – cirinya :
Tidak ada ornament
Melodi seakan berkomunikasi
Harmoni bervariasi
Penggunaan dinamik dan tempo bervariasi
Tokoh :
Johannes Brahms, Frederic Chopin, Franz Schubert
7. Kontemporer Klasik (Akhir Abad ke 19)
Disebut kontemporer klasik hanya untuk membedakan dengan musik kontemporer. Istilah ini tidak sesuai
dengan pengertian sebenarnya. Kontemporer berarti sesuai dengan jamannya. Namun, kenyataannya justru
merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan popularitas zamannya.
Sifat musik :
Impresionis/tidak dibatasi oleh aturan untuk keindahan, atau mengekspresikan perasaan. Namun, lebih
sering mengalun sekehendak mood komposernya
Banyak menggunakan modulasi (perubahan nada dasar)
Ada perubahan komposisi instrument
Dinamik dan tempo dengan variasi tak lazim
Harmoni lepas diri dari system tonal (pengelompokan tingkat akor)
Tokohnya :
Claude Debussy, George Gershwin
d. Jenis-Jenis Musik Populer :
1. Rock
Ciri – cirinya :
Wilayah nada luas dari nada rendah hingga tinggi
Kekuatan musik pada dinamika aransemen
Lagu kadang sulit disenandungkan
Lirik lagu cenderung ekspresif
Tempo bisa lambat bisa cepat
Harmoni bisa sangat rumit
Beat cenderung keras
2. Jazz
Ciri – cirinya :
Vocal dan lirik cenderung dianggap bagian dari bunyi instrument, sehingga kesan dukungan melodi dan
harmoni terhadap ekspresi sangat kuat
Harmoni rumit, memiliki tonalitas yang luas, sehingga kadang berkesan sumbang sering terjadi modulasi
Ritme melodi cenderung improvisasi
3. Dance
Ciri – cirinya :
Ritme, Melodi, Harmoni Cenderung Sederhana
Beat Keras, Konstan Dan Bertempo Sedang, Sesuai Untuk Senam Atau Tari
Lirik Tidak Terlalu Penting Karena Cenderung Untuk Mengekspresikan Gerak, Bukan Perasaan
4. Latin
Ciri – cirinya :
Beat konstan, dengan berbagai variasi bunyi perkusi, sesuai untuk tari
Memiliki ciri khas yang bervariasi pada setiap stylenya
Melodi dan harmoni cenderung sederhana
e. Musik Kontemporer :
Ciri – ciri
Tekstur warna bunyi bisa heterogen ataupun homogeny
Notasi musik berupa symbol/tanda yang hanya dimengerti oleh pemusik
Musik memiliki kecenderungan improvisasi mengikuti mood pemusik
Bunyi yang dikomposisikan tidak terlalu berasal dari instrument musik
Musik bisa memiliki melodi atau hanya komposisi ritmis
Melodi dan harmoni tidak selalu mengikuti system tonal
Tidak dibatasi pada satu jenis tangga nada
Tidak terikat pada satu jenis birama
Dinamik dan tempo bervariasi
Contoh :
Kua Etnika (Djaduk Ferianto) Jogjakarta, Sinten Remen (Djaduk Ferianto) Jogjakarta, Herry Roesly
(Jakarta)
f. Klasifikasi Alat Musik Menurut Curt Suchs Dan Hornbostel :
1. Aerophone : Udara atau satuan udara yang berada dalam alat
musik itu sebagai penyebab bunyi
Contoh : recorder, seruling, saxsophone
2. Membranophone : Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagai
penyebab bunyi
Contoh : gendang, conga, drum
3. Idiophone : Badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan
bunyi
Contoh : triangle, cabaza, marakas
4. Chordophone : Senar (dawai) yang ditegangkan sebagai
penyebab bunyi
Contoh : piano, gitar, mandolin
5. Electrophone : Alat musik yang ragam bunyi atau bunyinya
dibantu atau disebabkan adanya daya listrik
Contoh : Keyboard
f. Pengertian Karawitan
Karawitan berasal dari kata : ka – rawit – an, rawit artinya halus
1. Karawitan menurut arti katanya adalah Kehalusan
2. Karawitan menurut arti luas adalah Musik
3. Karawitan menurut arti khusus adalah seni suara gamelan yang berlaraskan pelog slendro
g. Pengertian Suara, Desah, dan Nada
1. Suara (Swabawa) : Sesuatu yang kita ketahui sumber bunyinya
2. Desah : Sesuatu yang tidak kita ketahui sumber bunyinya
3. Nada : Suara yang tertentu dan mempunyai jumlah getaran
tiap detik
h. Laras
1. Menurut arti khususnya, Laras adalah : Enak didengar/indah
2. Menurut arti luasnya, Laras adalah : Urut-urutan nada dalam satu gembyangan yang tertentu tinggi
rendahnya dan tertentu banyaknya.
Menggembyang adalah bila kita menabuh dengan dua kanan kiri bersama dengan atara 4 nada (mengapit)
Contoh : 123561
Laras Gamelan Jawa memiliki 5 Nada
Satu Gembyangan (1 Oktav) adalah 1200/Centi suara
Tiap satu nada yang satu dengan yang lain mempunyai nada antara atau yang biasa disebut Sruti/Interval
Untuk mencatat suatu seni suara dalam karawitan, digunakan Titi Laras atau Titi Nada
i. Titi Latas/Titi Nada
Dibagi menjadi 2
1. Titi Laras berdasarkan laras:
Adalah titi laras tidak ditentukan oleh frekwensi (banyaknya getaran tiap detik) tetapi ditentukan oleh unda
usuk atau perbandingan
Menurut Ki Hajar Dewantara, tonika yang dipergunakan sebagai dasar adalah : 1 2 3 4 5 1 untuk laras Pelog
dan Slendro, beliau menamakan titi laras “Sari Swara”
Menurut Bpk. Mahyar Kusumadinata (Bandung) cara membaca titi laras adalah : do ; mi ; na ; ti ; la.
2. Menurut R T Wreksodiningrat membuat system titi laras berdasarkan bilahan gamelan, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7
Cara ini dinamakan Sistim KEPATIHAN. Cara ini masih dipergunakan sampai sekarang
Sistim Kepatihan, meliputi :
a) Menabuh Gamelan, meliputi :
- Cara menabuh
- Pembagian tugas tiap ricikan
- Koposisi gending/lagu
- Catatan titi laras gending
b) Seni Suara
- Lagu dolanan
- Tembang/sekar
- Gerong/bawa
j. Gamelan
Ricikan Gamelan adalah satuan dari alat-alat gamelan yang ditabuh
Ricikan Kendang adalah Sebuah Kendang
Nama-Nama Ricikan Gamelan :
1. Rebab
Hanya satu jenis saja. Untuk keperluan dua perangkat gamelan pelog dan slendro dibutuhkan dua buah rebab
(satu untuk slendro dan satunya untuk pelog)
2. Kendang
Ada 4 macam, yaitu :
a. Kendang Ageng/Kendang Gendhing dengan diameter 45 cm
b. Kendang Wayangan dengan diameter 40 cm
c. Kendang Batangan (Kendang Ciblon) dengan diameter 33 cm
d. Kendang Ketipung dengan diameter 25 cm
3. Gender Barung
Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai tiga buah gender, yaitu :
- Satu untuk gender Slendro
- Satu untuk gender Pelog Nem
- Satu untuk gender Pelog Barang
4. Gender Penerus
Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai tiga buah gender, yaitu :
- Satu untuk gender Slendro
- Satu untuk gender Pelog Nem
- Satu untuk gender Pelog Barang
5. Bonang Barung
Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah bonang barung :
- Satu ricikan bonang barung Slendro
- Satu ricikan bonang barung Pelog
15. Siter
untuk gamelan slendro dan pelog, jumlah siter ada 2
bentuknya seperti clempung, namun bentuknya lebih kecil
16. Siter Penerus
untuk gamelan slendro dan pelog, jumlah siter ada 2, Bentuknya lebih kecil lagi. Nadanya 1 oktav lebih
kecil dari siter
17. Gambang
Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah gambang, yaitu gambang slendro dan gambang pelog
18. Suling
Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah suling, yaitu suling slendro dan suling pelog
19. Gong
Gamelan Slendro dan Pelog mempunyai 3 buah gong
k. Pengertian Dalam Gamelan
1. Gamelan Seperangkat
Gamelan laras slendro atau pelog yang komplit ricikannya
2. Gamelan Sepangkon
2 Perangkat gamelan Slendro dan Pelog
3. Gangsa
Gamelan yang dibuat dari bahan tembaga dicampur dengan timah
4. Sengganen
Gamelan yang dibuat dari bahan plat-plat besi atau kuningan
5. Wilahan
Bagian dari ricikan gamelan yang dibuat dari logam atau kayu yang berbentuk bilah
6. Plangkan
Bagian dari ricikan gamelan yang dibuat dari pada kayu yang dapat diperinci sebagai berikut
a. Rancakan :
Plangkan pada bonang dan kenong
b. Pangkon :
Plangkan pada demung, saron barung dan penerus
c. Grobokan :
Plangkan pada gender dan slentem
d. Gayor :
Plangkan untuk menggantungkan kempul dan gong
7. Pluntur
Tali – tali pada gender, bonang, slentem, dan lain-lain
8. Klante
Tali-tali pada kenong, kempul dan gong
C. SENI TARI
a. Pengertian Tari
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk
melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis
yang indah
Soeryodiningrat menyatakan bahwa tari merupakan gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik
atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh
b. Unsur Pokok Tari
1. Gerak
Elemen pokok tari adalah gerak. Rudolf Laban pakar tari kreatif menyatakan bahwa gerak merupakan
fungsional dari Body ( gerak bagian
kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak, atau tingkatan gerak), time
(berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), dinamyc (kualitas gerak
menyangkut kuat,lemah, elastis dan penekanan gerakan).
Berpijak kepada pendapat di atas, tari terdiri dari unsur gerak sebagai
unsur utama, ruang, waktu, dan tenaga. Fungsi gerak yang dihasilkan oleh
tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian,
olah raga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada khususnya,
tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang
sudah distilisasi atau distorsi.
2. Motif Gerak Tari
3. Motif Gerak Tari Berpasangan Atau Kelompok
4. Ruang
Ruang adalah sesuatu yang harus diisi, ruang dalam tari mencakup semua gerak yang diungkapkan oleh
seorang penari terbentuk melalui perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat dan ruang gerak penari itu
sendiri.
Ruang bersentuhan langsung dengan penari. Ruang gerak penari merupakan batas paling jauh yang dapat
dijangkau penari. Di sisi lain,
ruang menjadi salah satu bentuk dari imajinasi penari dalam mengolah ruang gerak menjadi bagian yang
berpindah tempat, posisi dan kedudukan.
5. Tenaga
Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Disain adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang
bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari digambarkan secara bermakna ke dalam; desain
atas dan disain lantai (La Meri: 1979: 12). Ruang gerak tari diberi makna melalui garis lintasan penari dalam
ruang yang dilewati penari. Gerak tari yang diperagakan menunjukan intensitas gerak yang dapat menjadi
salah satu indikasi. Tenaga yang diwujudkan oleh gerakan berhubungan dengan kualitas gerak. Hal ini dapat
tercermin pada tenaga yang disalurkan oleh penghasil gerak dalam mengisi gerak menjadi dinamis,
berkekuatan, berisi, dan menjadi anti klimak dari tensi dan relaksasi gerak secara keseluruhan.
6. Ekspresi
Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh ke dalam aktivitas pengalaman seseorang,
selanjutnya dikomunikasikan pada penonton/pengamat menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas
penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya penggerak diri penari ikut menentukan
penghayatan jiwa ke dalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang
terkendali).
7. Iringan Tari
Iringan dan tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesan sebuah tarian. Keduanya seiring dan
sejalan, sehingga hubungannya sangat erat dan dapat membantu gerak lebih teratur dan ritmis. Musik yang
dinamis dapat menggugah suasana, sehingga mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau
pesan tari sehingga komunikatif. Musik dalam tari memberi keselarasan, keserasian, keseimbangan yang
terpadu melalui alunan keras-lembut, cepat-lambat
melodi lagu. Pada dasarnya tari membutuhkan iringan sebagai pengatur
gerak.
c. Tari Berdasarkan Konsep Garapan
1. Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kurun waktu yang telah
disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun melalui generasi ke generasi. Tarian jenis ini telah
mengalami perjalanan cukup panjang, bertumpu pada pola garapan tradisi yang kuat. Tari jenis ini biasanya
memiliki sifat kedaerahan yang kental dengan pola gaya tari atau style yang dibangun melalui sifat dan
karakter gerak yang sudah ada sejak lama. Tari-tarian tradisional yang dilestarikan oleh generasi pendukung
biasanya sangat diyakini atas kemasyalakatannya. Masyarakat yang mau terlibat di sini ikut andil dalam
melestarikan tari tradisional melalui rasa tanggung jawab dan kecintaan yang tidak bisa dinilai harganya.
Masyarakat yang bersangkutan memandang bahwa tarian jenis ini menjadi salah satu bentuk ekspresi yang
dapat menentukan watak dan karakter masyarakat yang mencintai tarian tersebut. Dengan demikian
tergambar perangai, kelakukan dan cermin pribadinya.
a) Tari Primitif
Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Tarian ini lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur. Pada jaman ini jenis tarian ini
sudah mulai tidak kedengaran lagi gaungnya.
b) Tari Rakyat
Tari-tarian yang disebut pada bab ini adalah tarian yang hingá kini berkembang di Daerah yang
bersangkutan. Masalah pembagian apakah
termasuk fungsi dan peran yang dimiliki tidak diperhitungkan.
Aceh dan Sumatra Utara kental imbas pengaruh Melayu. Ciri dan
bentuk tari lebih dekat ke rumpun tari Melayu. Pengaruh agama Islam yang kuat. Gerakan tarinya lincah dan
gesit,namun tidak ekspresif. Pakaian menutup semua anggota badan (aurat) dan iringan menggunakan alat
musik sederhana dengan tepukan tangan sebagai pelengkap instrument.
Misalnya : Daerah Sumatra Utara (Sumut) tari Tor-tor gerak merapatkan dan mengembangkan ke dua
telapak tangan sambil bergerak di tempat dan geser kaki, Tari Cawan dengan membawa cewan di atas
kepala. Tari Serampang Dua belas dengan gerak berpasangan muda mudi yang sedang berdendang. Tari
Manduda, Tari Kain, Tari Andungandung, Tari Angguk, Tari Tari Mainang Pulau Kampai, Tari Baluse, Tari
Tononiha, Tari Terang Bulan, Tari Pisu Suri, Tari Baina, Tari Tari Barampek, Tari Basiram Tari Bulang
Jagar, Tari Buyut Managan Sihala, Tari Cikecur, Tari Kapri, Tari Karambik dll.
Bali
Mempunyai sifat gerak dan iringan yang mengesankan. Gerakan tari tegas dan ekspresif. Semua anggota
badan digunakan untuk mengekspresikan makna dan misi tari sehingga terkesan sakral.
Penari Pria menggunakan celana panjang sampai lutut yang dibalut kain warna cerah atau kotak – kotak
hitam putih, dan ikat kepala atau kuluk bersulam benang emas. Penari wanita menggunakan kebaya panjang,
berbalut selendang sampai dada dan memakai hiasan kepala
Sulawesi
Didominasi oleh penari wanita yang memiliki perwatakan lembut. Iringan kontras menggebu-gebu terutama
instrument gendang yang dimainkan oleh seorang penari. Pakaiannya baju kurung dan ikat pinggang
keemasan.
Jawa dan Sunda
Teknik tari Jawa dan Sunda meliputi hal-hal sebagai berikut :
Semangat bathin yang member kekuatan gerak, daya tahan dan kemantapan ekspresi
Sadar akan harga diri,yang memancarkan keagungan, kewibawaan, berisi,kepastian,keberhasilan dan
kesempurnaan sikap
Kemanunggalan lahir bathin, pemusatan kendali ekspresi kepribadian yang bulat
Kukuh tak bergeming dari kemantapan, tak goyah atas segala gangguan
c) Tari Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang
telah ada di Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di
Indonesia khususnya di yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon, kerajaanbone, Kerajaan Mataram Kuno,
dan Kerajaan Klungkung di Bali.
Tari Non Tradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang sudah ada seperti tari tradisional. Tari
jenis ini tari pembaruan. Tari nontradisional lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya adalah tari
karya Didik nini towok misalnya tari wek-wek, persembahan. Tari karya Bagong Kussudihardjo misalnya
tari yapong, wira pertiwi. Karya Wiwik Widyastuti tari cantik, tari karya Abdul rochem tari Gitek balen, tari
nandak ganjen karya Entong sukirman dll.
d. Fungsi Tari
a) Tari Sebagai Sarana Upacara
Ciri – ciri :
1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk persembahan
2. Sebagai sarana memuja dewa (keagamaan) yang berarti bersifat sakral,
3. Bersifat kebersamaan dan diulang-ulang.
Misalnya :
Upacara maju perang : Mandau (Kalimantan)
Upacara panen : tari Pakarena (Sulawesi Tenggara) dan tari Manimbon (Toraja)
Upacara khitanan : tari Sisingaan (Jawa Barat), tari Jaran Buto (Blitar)
Upacara mengusir roh atau mengusir penyakit : tari Sang Hyang (Bali), tari Mabugi (Toraja)
Upacara menjemput tamu : tari Reyog Ponorogo, tari Reyog Dodog (Tulungagung), tari Pendet (Bali), tari
Cakalele (Maluku)
b) Tari Sebagai Sarana Hiburan
Ciri – ciri :
1. Mood yang bergembira ria
2. Unsur gerak sederhana dan bebas
3. Pakaian bebas
4. Mudah melibatkan peserta lainnya
5. Relatif mudah dipelajari
Contoh :
Tayub (Jawa Tengah & Jawa Timur), Ketuk Tilu (Jawa Barat), Gandrung (Banyuwangi), dll
c) Tari Sebagai Sarana Seni Pertunjukan
Ciri – ciri :
1. Pola garapannya merupakan penyajian yang khusus untuk dipertunjukkan
2. Adanya faktor imajinatif/kreativitas
3. Adanya Ide yang mengandung dan mengarah pada bentuk pementasan yang professional
4. Lokasi pementasan berada ditempat yang khusus
Contoh :
Tari Gambyong (Surakarta), Golek (Yogyakarta), dll
e. Beberapa tarian daerah di Nusantara
Serampang dua belas
Menggunakan irama samba, tempo cepat, teknik tarian ini menunjukkan kelembutan. Yang terasa dalam
langkah dan penampakan kaki. Arah geraknya vertikal.
Jaipongan
Menggunakan irama gendang, pencak sunda. Diperkuat dengan musik tanjidor. Teknik Jaipongan menitik
beratkan pada langkah kaki. Gerak pinggul merupakan penyedap.
Ngrema (rema)
Tarian khas Jawa Timur. Kerincing pada pergelaran kaki adalah khas yang merupakan bagian dari teknik
tarian ini. Penari tidak hanya menari namun juga harus menyanyi “blenderan Surabayan”. Tarian ini pada
awalnya adalah tari tunggal.
f. Beberapa Koreografer Tari Indonesia
1. S.D. Humardani (1923-1983) Sering dijuluki : Sang pendobrak seni tradisi, sang gladiator, Begawan seni
tradisi, budayawan.
Hasil karyanya : Pemadatan Tari Bedoyo, Srimpi Dan Gambyong. Sendratari ronggolawe gugur. Babad
Pajang. Sketsa III
2. Tjetje Soemantri (1891 – 1963), pengubah peta tari Sunda.
Hasil karyanya : tari Dewi, tari Anjasmoro, Topeng Menak Jinggo, dll
3. R.I. Sasmito Mardono, mengembangkan tari menak gaya Yogyakarta
Hasil karyanya : tari Golek Ayun-Ayun, Beksan Menak Umarmoyo Umarmadi, dari golek tinembe
4. Bagong Kussudiardjo
Tokoh tari kreasi baru yang telah menciptakan idiom-idiom gerak baru yang lebih mudah menembus
perasaan. Selain koreografer, beliau juga sebagai pelukis.
5. Sardono W.Kusumo
Terkenal dengan jenis – jenis tarian yang mencoba menggunakan si penari dengan lingkungan sebagai
instrument pernyataan tari. Sehingga beliau paling jauh melangkah mencari bentuk yang baru. Beliau lebih
mengutamakan gerak daripada titik- titik henti berupa pose-pose
6. Hurijah Adam
Berasal dari Sumatra. Beliau lebih menekankan pada kreasi music – musiknya. Terutama pada pencak
Minang, dan mengolah bungo – bungo pencak menjadi tari