0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
130 tayangan6 halaman
Teks tersebut memberikan ringkasan perjalanan Yesus dari Kapernaum ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, dimana Ia melihat kekacauan di Bait Suci akibat praktik perdagangan. Yesus kemudian berbicara dengan Nikodemus, seorang pemimpin Yahudi, menjelaskan tentang kelahiran baru rohani. Teks tersebut juga membahas percakapan antara Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya mengenai karya Yesus
Teks tersebut memberikan ringkasan perjalanan Yesus dari Kapernaum ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, dimana Ia melihat kekacauan di Bait Suci akibat praktik perdagangan. Yesus kemudian berbicara dengan Nikodemus, seorang pemimpin Yahudi, menjelaskan tentang kelahiran baru rohani. Teks tersebut juga membahas percakapan antara Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya mengenai karya Yesus
Teks tersebut memberikan ringkasan perjalanan Yesus dari Kapernaum ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, dimana Ia melihat kekacauan di Bait Suci akibat praktik perdagangan. Yesus kemudian berbicara dengan Nikodemus, seorang pemimpin Yahudi, menjelaskan tentang kelahiran baru rohani. Teks tersebut juga membahas percakapan antara Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya mengenai karya Yesus
Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibiiONya dan saudara-saudara-Nya dan
murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. Karena pesta Paskah orang Yahudi sudah dekat, maka Yesus pergi ke Yerusalem. Pada perjalanan ini, Yesus mengikuti salah satu rombongan besar yang sedang berjalan menuju ke ibu kota. Ia masih belum mengumumkan pekerjaan-Nya dengan terang-terangan, dan Ia bergaul tanpa mendapat perhatian orang banyak itu. Pada waktu-waktu semacam ini, kedatangan Mesias, yang telah mendapat perhatian yang begitu besar oleh pekerjaan Yohanes, acapkali menjadi pokok pembicaraan. Harapan akan kebesaran nasional diperbincangkan dengan semangat yang berkobar-kobar. Yesus mengetahui bahwa harapan ini akan dikecewakan, sebab didasarkan pada tafsiran yang salah akan Alkitab. Setiap orang Yahudi dituntut untuk membayar setengah syikal setiap tahun sebagai “uang pendamaian karena nyawanya” Keluaran 30:12-16; dan uang yang dikumpulkan demikian itu digunakan untuk pemeliharaan Bait Suci. Selain ini, jumlah uang yang banyak dibawa sebagai persembahan sukarela, untuk disimpan di perbendaharaan Bait Suci. Banyak sekali korban-korban dipersembahkan pada waktu pesta Paskah itu, dan angka penjualan di Bait Suci pun sangatlah besar. Kegaduhan yang ditimbulkannya menunjukkan perdagangan hewan yang ribut gantinya Bait Suci Allah. Di sana dapat didengar tawar menawar yang ramai, lenguh lembu, embik kambing domba, dekut burung merpati, bercampur baur dengan dencing mata uang dan pertengkaran yang disertai kemarahan. Demikian besarnya kekacauan itu sehingga orang-orang yang berbakti terganggu dan ucapan yang ditujukan kepada Allah Taala tenggelam dalam kegaduhan yang meliputi Bait Suci itu. Orang Yahudi sangat bangga akan kesalehan mereka. Mereka bersukacita atas Bait Suci itu, dan menganggap sebagai hujat sesuatu ucapan yang menjelekkannya; mereka sangat keras dalam pelaksanaan upacara-upacara yang berhubungan dengan Bait Suci itu; akan tetapi loba akan uang sudah mengalahkan ketelitian mereka. Ketika Tuhan turun ke atas Gunung Sinai, tempat itu disucikan oleh hadirat-Nya. Musa diperintahkan untuk memberi batas di sekeliling gu_ nung itu serta menyucikannya, dan sabda Tuhan terdengar dalam amaran: “Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapa pun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati. Tangan seorang pun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia. Ke pesta ini datang juga orang-orang yang menderita, orang-orang yang miskin dan susah. Yang buta, yang lumpuh, dan yang tuli ada di sana. Ada yang dibawa di atas tempat tidur. Banyak orang yang datang dalam keadaan terlalu miskin untuk membeli persembahan yang paling sederhana sekalipun untuk Tuhan, bahkan terlalu miskin untuk membeli makanan guna menghilangkan lapar mereka. Kristus melihat bahwa sesuatu mesti dilakukan. Banyak sekali upacara yang diperintahkan kepada orang banyak tanpa petunjuk-petunjuk yang sepantasnya tentang makna upacara itu. Orang-orang yang berbakti mempersembahkan korban mereka tanpa pengertian bahwa korban tersebut melambangkan satu-satunya Korban yang sempurna. Dan di antara mereka, dengan tidak dikenal serta tidak dihormati, berdirilah Dia yang dilambangkan oleh semua upacara mereka itu. Ia telah memberikan petunjuk tentang segala persembahan itu. Ia mengerti nilai persembahan itu secara lambang, dan Ia melihat bahwa semuanya itu sudah diputarbalikkan dan disalah mengerti. Sedang Ia melihat peristiwa itu, murka, wewenang, dan kuasa nampak pada wajah-Nya. Perhatian orang banyak itu tertarik kepada-Nya. Mata orang- orang yang asyik dalam perdagangan yang najis itu terpaku kepada wajah-Nya. NIKODEMUS menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh tanggung jawab di kalangan bangsa Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat-bakat yang luar biasa, dan ia seorang anggota yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang-orang lain, hatinya telah digerakkan oleh pengajaran Yesus. Walaupun kaya, terpelajar, dan terhormat, selama ini ia selalu tertarik secara ajaib oleh Orang Nazaret yang rendah hati itu. Sejak mendengar Yesus, Nikodemus telah menyelidiki dengan penuh kerinduan segala nubuatan yang berhubungan dengan Mesias; dan sema-kin ia menyelidik, semakin kuat pulalah keyakinannya bahwa inilah Dia yang akan datang itu. Dengan banyak lagi orang lain di kalangan orang Israel ia telah merasa susah sekali oleh penajisan Bait Suci itu. Di hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan segan dan ia berusaha menyembunyikan perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. “Rabi,” katanya, “kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tandatanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya. Nikodemus telah datang kepada Tuhan dengan maksud hendak meng-adakan tukar pikiran dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan asasasas dasar kebenaran itu. Ia mengatakan kepada Nikodemus, yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara teori melainkan pembaruan secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan rasa ingin tahu melainkan mendapat hati yang baru. Akan tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan perde-batan. Sambil mengangkat tangan-Nya dengan keagungan yang penuh hikmat dan tenang, ditekankan-Nya kebenaran itu sedalam-dalamnya dengan jaminan yang lebih besar, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan Kristus ialah baptisan air, dan pembaruan hati oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang berada di hadirat Dia yang telah dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis itu. Sedang Yesus berbicara, seberkas sinar kebenaran menembusi pikiran penghulu itu. Pengaruh yang menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Kudus mendatangkan kesan ke dalam hatinya. Namun ia belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak begitu tertarik oleh pentingnya kelahiran baru seperti oleh cara pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan heran, “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Akan tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-Nya di dunia ini adalah untuk mendirikan kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar-Nya itu merasa susah. Melihat ini Yesus menambahkan, Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi?” Jikalau Nikodemus tidak dapat menerima pengajaran Kristus itu, yang melukiskan pekerjaan rahmat di dalam hati, bagaimanakah ia dapat mengerti sifat kerajaan semawi-Nya yang mulia itu? Tanpa mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini, maka tak akan dapatlah ia mengerti pekerjaan-Nya di dalam surge. Nikodemus sedang tertarik kepada Kristus. Ketika Juruselamat men-jelaskan kepadanya tentang kelahiran baru itu, ia pun rindu supaya peru-bahan ini dilaksanakan di dalam dirinya sendiri. Dengan jalan apakah hal itu dapat dilaksanakan? Yesus menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan itu: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” pengaruh Yohanes Pembaptis atas bangsa itu sudah lebih besar daripada pengaruh penghulu- penghulu, imamimam, atau raja-rajanya. Sekiranya ia mengumumkan dirinya sebagai Mesias, serta mengobarkan suatu pemberontakan terhadap kerajaan Roma, maka imam-imam dan bangsa itu sudah pasti datang berduyun-duyun ke bawah panjinya. Murid-murid Yohanes datang kepadanya dengan pengaduan mereka dengan berkata, “Rabi, orang yang bersama dengan Engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Oleh ucapan ini, Setan membawa pencobaan kepada Yohanes. Meskipun tugas Yo-hanes nampaknya sudah hampir berakhir, masih juga mungkin baginya untuk menghalang-halangi pekerjaan Kristus. Karena memandang dalam iman kepada Penebus, Yohanes telah naik ke puncak sifat penyangkalan diri. Ia tidak berusaha menarik orang ke-pada dirinya sendiri, melainkan mengangkat pikiran mereka semakin tinggi dan bertambah tinggi lagi, sampai mereka berharap pada Anak Domba Allah. Demikian juga halnya dengan para pengikut Kristus. Kita dapat me-nerima terang surga hanya kalau kita suka dikosongkan dari diri sendiri. Kita tidak akan dapat mengerti tabiat Allah, atau menerima Kristus oleh iman, kecuali kita suka menaklukkan setiap pikiran kita untuk menurut kehendak Kristus. Kepada semua orang yang berbuat demikian, Roh Kudus dikaruniakan “seluruh kepenuhan Keallahan.” Di dalam Kristus “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Keallahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia.” Yesus tahu bahwa mereka akan berusaha sedapat-dapatnya untuk menimbulkan perpecahan antara murid-murid-Nya sendiri dan muridmurid Yohanes. Ia tahu bahwa badai sedang datang yang akan menyapu salah seorang nabi yang terbesar yang pernah diberikan kepada dunia ini. Dengan tujuan hendak menghindarkan segala kesempatan untuk salah pengertian atau perselisihan paham, Ia menghentikan pekerjaan-Nya de-ngan diam-diam lalu pergi ke Galilea. DALAM perjalanan ke Galilea Yesus berjalan melalui Samaria. Kira-kira tengah hari tibalah Ia di lembah Sikhem yang permai. Begitu memasuki lembah ini. Karena sudah letih dari perjalanan- Nya, duduklah Ia di sini untuk beristirahat sementara murid-murid-Nya pergi membeli makanan. Bangsa Yahudi dan bangsa Samaria bermusuhan keras dan sedapatdapatnya menghindarkan segala hubungan satu dengan yang lain. Berjual beli dengan orang Samaria dalam keadaan perlu dianggap sah oleh rabi-rabi; tetapi semua urusan sosial dengan mereka dilarang. Seorang Yahudi tidak mau meminjam dari orang Samaria, ataupun menerima sesuatu kebaikan bahkan sesuap roti atau secangkir air sekalipun. Dalam membeli makanan itu, murid-murid bertindak sesuai dengan adat bangsa mereka. Yesus menjawab, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan sia-pakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Engkau heran mengapa Aku meminta dari padamu pertolongan yang begitu kecil yaitu seteguk air dari sumur yang di kaki kita ini. Sekiranya engkau meminta dari pada-Ku, maka Aku tentu memberi kepadamu air hidup yang kekal. Wanita itu belum mengerti akan ucapan Kristus itu, akan tetapi ia me- rasakan maknanya yang dalam. Caranya yang menganggap remeh dan menantang itu pun mulailah berubah. Karena menyangka bahwa Yesus berbicara tentang sumur yang di depan mereka, ia pun berkata, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya?” Ia melihat di depannya hanya se-orang pengembara yang kehausan, letih dari perjalanan dan penuh debu. Dalam pikirannya dibandingkannya Dia dengan Yakub, nenek moyang yang terhormat itu. Ia merasa bangga dengan sewajarnya bahwa tidak ada sumur lain lagi yang dapat disamakan dengan sumur yang disediakan oleh nenek moyang itu. Ia sedang menoleh ke belakang kepada para nenek moyang, dan ke depan pada hari kedatangan Mesias itu, sementara Harapan segala nenek moyang itu, yakni Mesias sendiri, sudah berada di sampingnya, tetapi ia tidak mengenal Dia. Ketika Bait Suci di Yerusalem dibangun kembali pada zaman Ezra, bangsa Samaria itu ingin menggabungkan diri dengan bangsa Yahudi dalam pembangunan itu. Kesempatan mulia ini tidak diberikan kepada mereka, dan timbullah perseteruan yang pahit antara kedua bangsa itu. Bangsa Samaria membangun bait suci saingan di Gunung Gerizim. Di sini mereka berbakti sesuai dengan upacara keagamaan Musa, sungguh pun mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala seluruhnya. Tetapi malapetaka menimpa mereka, bait suci itu dibinasakan oleh musuhmusuh mereka, dan nampaknya mereka itu seolah-olah terkutuk; namun mereka masih berpaut pada tradisi-tradisi dan upacara- upacara perbaktian mereka. Wanita itu berada dalam keadaan pikiran yang mau menghargai. Ia bersedia menerima pernyataan yang paling mulia; sebab ia menaruh per-hatian pada Alkitab, dan Roh Suci telah menyediakan pikirannya untuk menerima lebih banyak terang. Ia telah mempelajari janji Perjanjian La-ma, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara- sauda-ramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Aliahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Wanita itu telah dipenuhi dengan sukacita sementara ia mendengarkan perkataan Kristus. Pernyataan yang ajaib itu hampir menaklukkan. De-ngan meninggalkan kendinya, pulanglah ia ke kota, untuk menyampai-kan kabar itu kepada orang-orang lain. Yesus tahu mengapa ia pergi meninggalkan kendinya sudah tentu menunjukkan pengarah perkataanNya. Adalah kerinduan jiwanya yang sungguh-sungguh hendak mem-peroleh air hidup itu, maka lupalah ia pada tugasnya ke sumur itu, serta pada rasa dahaga Juruselamat yang tadinya hendak dipuaskannya. Orang Samaria percaya bahwa Mesias akan datang sebagai Penebus, bukan hanya bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi dunia. Roh Kudus de-ngan perantaraan Musa telah menubuatkan Dia sebagai seorang nabi yang datang dari Allah. Dengan perantaraan Yakub telah dikatakan bahwa kepada-Nya segala bangsa akan menurut; dan dengan perantaraan Abraham, bahwa dalam Dialah segala bangsa di dunia ini diberkati. Di atas ucapan Alkitab inilah bangsa Samaria itu mengalaskan iman mereka pada Mesias. Tetapi ketika Juruselamat menghapus semua tafsiran yang salah ini, banyak yang menerima nubuatan- nubuatan itu dan juga perkataan Kristus sendiri mengenai ke-rajaan Allah. Yesus sudah mulai merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang kafir, dan memasyhurkan kabar keselamatan kepada dunia. Yesus tinggal di Samaria dengan maksud untuk mendatangkan berkat kepada murid-murid-Nya, yang masih di bawah pengaruh kefanatikan Yahudi. Mereka merasa bahwa kesetiaan kepada bangsa mereka sendiri meminta supaya mereka memelihara permusuhan terhadap orang Samaria. Berita bahwa Kristus sudah pulang ke Kana dengan segera tersiar di seluruh Galilea, membawa harapan kepada orang-orang yang menderita dan susah. Di Kapernaum kabar itu menarik perhatian seorang bangsawan Yahudi, yaitu seorang pembesar dalam dinas kerajaan. Anak lelaki dari pembesar itu menderita sesuatu penyakit yang tampaknya tak ter-sembuhkan lagi. Tabib-tabib telah putus harap serta menunggu kematiannya saja; tetapi ketika bapa itu mendengar kabar tentang Yesus, ia me-mutuskan hendak memohon pertolongan dari pada- Nya. Anak itu sudah lemah sekali, dan dikhawatirkan mungkin tidak hidup lagi sampai ayahnya kembali; namun bangsawan itu merasa bahwa ia sendiri harus pergi menyampaikan hal itu. la mengharap bahwa permohonan-permohonan seorang bapa mungkin akan membangkitkan simpati Tabib Besar itu.. Kristus merasa sedih karena bangsa-Nya sendiri, yang kepadanya perkara-perkara yang suci dipercayakan, gagal untuk mendengar suara Allah berbicara kepada mereka dalam AnakNya. KSZ1 200.4 Namun demikian bangsawan itu mempunyai sedikit iman sebab ia telah datang untuk memohonkan apa yang baginya merupakan yang terindah dari segala berkat. Yesus mempunyai karunia yang lebih besar untuk dianugerahkan-Nya. la ingin, bukan saja menyembuhkan anak itu, tetapi juga mengusahakan agar pembesar itu dan seluruh rumah tangganya turut menikmati berkat-berkat keselamatan serta menyalakan sebuah terang di Kapemaum, yang tidak lama lagi akan menjadi ladang pekerjaan-Nya. Tetapi bangsawan itu harus lebih dahulu menyadari keperluannya sebelum ia merindukan rahmat Kristus. Pegawai istana ini mewakili banyak orang dari kalangan bangsanya. Pada waktu itu juga para penjaga yang di samping anak yang sudah hampir mati di rumah yang di Kapernaum itu melihat perubahan yang tiba-tiba dan ajaib. Bayang maut terangkat dari wajah penderita itu. Wajah sakit karena demam berubah menjadi warna kemerah-merahan karena kesehatan yang sedang pulih. Mata yang kabur menjadi berseri-seri dengan kecerdasan, dan kekuatan kembali kepada tubuh yang sudah lemah dan kurus kering itu. Kana tidak berapa jauh dari Kapemaum sehingga pembesar itu sebe-narnya dapat juga sampai ke rumahnya pada petang sesudah ia berbicara dengan Yesus; tetapi ia tidak buru-buru pulang ke rumah. Barulah besok paginya ia sampai ke Kapemaum. Alangkah gembira suasana perjalanan pulang ke rumah. Waktu ia pergi untuk mencari Yesus, hatinya berat de-ngan duka. Sinar matahari tampaknya kejam kepadanya, kicauan burung seperti ejekan. Alangkah berbeda perasaannya kini! Segenap alam me-ngandung segi pemandangan yang baru. Ia melihat dengan mata yang baru. la yang memberkati orang bangsawan yang di Kapemaum itu punya kerinduan yang sama juga hendak memberkati kita. Tetapi seperti halnya dengan bapa yang ditimpa kemalangan itu, kita sering hendak mencari Yesus karena kerinduan mau mendapat sesuatu keuntungan duniawi; dan atas dikabulkannya permohonan kita itulah kita menaruh keyakinan kita pada kasih-Nya. Juruselamat rindu hendak mengaruniakan kepada kita sesuatu berkat yang lebih besar daripada yang kita pohonkan; dan Ia menunda jawaban kepada permohonan kita itu supaya Ia dapat menunjukkan kepada kita keburukan hati kita, dan keperluan kita yang besar akan rahmat-Nya. Ia merindukan supaya kita meninggalkan sifat mementingkan diri yang menuntun kita untuk mencari Dia. Dengan mengakui keadaan kita yang tak berdaya dan keperluan kita yang besar, kita harus mempercayakan diri kita sepenuhnya kepada kasih-Nya.