Anda di halaman 1dari 6

NAMA: MARIO MALVINO SENGKEY

KELAS: LIFE AND TEACHING 1

KERINDUAN SEGALA ZAMAN – 1


16 – 20

 Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibiiONya dan saudara-saudara-Nya dan


murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. Karena pesta Paskah
orang Yahudi sudah dekat, maka Yesus pergi ke Yerusalem. Pada perjalanan ini, Yesus
mengikuti salah satu rombongan besar yang sedang berjalan menuju ke ibu kota. Ia masih
belum mengumumkan pekerjaan-Nya dengan terang-terangan, dan Ia bergaul tanpa mendapat
perhatian orang banyak itu. Pada waktu-waktu semacam ini, kedatangan Mesias, yang telah
mendapat perhatian yang begitu besar oleh pekerjaan Yohanes, acapkali menjadi pokok
pembicaraan. Harapan akan kebesaran nasional diperbincangkan dengan semangat yang
berkobar-kobar. Yesus mengetahui bahwa harapan ini akan dikecewakan, sebab didasarkan
pada tafsiran yang salah akan Alkitab. Setiap orang Yahudi dituntut untuk membayar setengah
syikal setiap tahun sebagai “uang pendamaian karena nyawanya” Keluaran 30:12-16; dan uang
yang dikumpulkan demikian itu digunakan untuk pemeliharaan Bait Suci. Selain ini, jumlah uang
yang banyak dibawa sebagai persembahan sukarela, untuk disimpan di perbendaharaan Bait
Suci. Banyak sekali korban-korban dipersembahkan pada waktu pesta Paskah itu, dan angka
penjualan di Bait Suci pun sangatlah besar. Kegaduhan yang ditimbulkannya menunjukkan
perdagangan hewan yang ribut gantinya Bait Suci Allah. Di sana dapat didengar tawar menawar
yang ramai, lenguh lembu, embik kambing domba, dekut burung merpati, bercampur baur
dengan dencing mata uang dan pertengkaran yang disertai kemarahan. Demikian besarnya
kekacauan itu sehingga orang-orang yang berbakti terganggu dan ucapan yang ditujukan
kepada Allah Taala tenggelam dalam kegaduhan yang meliputi Bait Suci itu. Orang Yahudi
sangat bangga akan kesalehan mereka. Mereka bersukacita atas Bait Suci itu, dan menganggap
sebagai hujat sesuatu ucapan yang menjelekkannya; mereka sangat keras dalam pelaksanaan
upacara-upacara yang berhubungan dengan Bait Suci itu; akan tetapi loba akan uang sudah
mengalahkan ketelitian mereka. Ketika Tuhan turun ke atas Gunung Sinai, tempat itu disucikan
oleh hadirat-Nya. Musa diperintahkan untuk memberi batas di sekeliling gu_ nung itu serta
menyucikannya, dan sabda Tuhan terdengar dalam amaran: “Jagalah baik-baik, jangan kamu
mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapa pun yang kena kepada gunung itu,
pastilah ia dihukum mati. Tangan seorang pun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia
dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia. Ke pesta ini
datang juga orang-orang yang menderita, orang-orang yang miskin dan susah. Yang buta, yang
lumpuh, dan yang tuli ada di sana. Ada yang dibawa di atas tempat tidur. Banyak orang yang
datang dalam keadaan terlalu miskin untuk membeli persembahan yang paling sederhana
sekalipun untuk Tuhan, bahkan terlalu miskin untuk membeli makanan guna menghilangkan
lapar mereka.  Kristus melihat bahwa sesuatu mesti dilakukan. Banyak sekali upacara yang
diperintahkan kepada orang banyak tanpa petunjuk-petunjuk yang sepantasnya tentang makna
upacara itu. Orang-orang yang berbakti mempersembahkan korban mereka tanpa pengertian
bahwa korban tersebut melambangkan satu-satunya Korban yang sempurna. Dan di antara
mereka, dengan tidak dikenal serta tidak dihormati, berdirilah Dia yang dilambangkan oleh
semua upacara mereka itu. Ia telah memberikan petunjuk tentang segala persembahan itu. Ia
mengerti nilai persembahan itu secara lambang, dan Ia melihat bahwa semuanya itu sudah
diputarbalikkan dan disalah mengerti.  Sedang Ia melihat peristiwa itu, murka, wewenang, dan
kuasa nampak pada wajah-Nya. Perhatian orang banyak itu tertarik kepada-Nya. Mata orang-
orang yang asyik dalam perdagangan yang najis itu terpaku kepada wajah-Nya.
NIKODEMUS menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh tanggung jawab di kalangan bangsa
Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat-bakat yang luar biasa, dan ia seorang
anggota yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang-orang lain, hatinya telah
digerakkan oleh pengajaran Yesus. Walaupun kaya, terpelajar, dan terhormat, selama ini ia
selalu tertarik secara ajaib oleh Orang Nazaret yang rendah hati itu. Sejak mendengar Yesus,
Nikodemus telah menyelidiki dengan penuh kerinduan segala nubuatan yang berhubungan
dengan Mesias; dan sema-kin ia menyelidik, semakin kuat pulalah keyakinannya bahwa inilah
Dia yang akan datang itu. Dengan banyak lagi orang lain di kalangan orang Israel ia telah merasa
susah sekali oleh penajisan Bait Suci itu.  Di hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan
segan dan ia berusaha menyembunyikan perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. “Rabi,”
katanya, “kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada
seorang pun yang dapat mengadakan tandatanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya. Nikodemus telah datang kepada Tuhan dengan maksud hendak meng-adakan
tukar pikiran dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan asasasas dasar kebenaran itu. Ia
mengatakan kepada Nikodemus, yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara teori
melainkan pembaruan secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan rasa ingin tahu melainkan
mendapat hati yang baru. Akan tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan
perde-batan. Sambil mengangkat tangan-Nya dengan keagungan yang penuh hikmat dan
tenang, ditekankan-Nya kebenaran itu sedalam-dalamnya dengan jaminan yang lebih besar,
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan
Kristus ialah baptisan air, dan pembaruan hati oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang
berada di hadirat Dia yang telah dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis itu. Sedang Yesus
berbicara, seberkas sinar kebenaran menembusi pikiran penghulu itu. Pengaruh yang
menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Kudus mendatangkan kesan ke dalam hatinya.
Namun ia belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak begitu tertarik oleh pentingnya
kelahiran baru seperti oleh cara pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan heran, “Bagaimanakah
mungkin hal itu terjadi?” Akan tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-Nya di dunia
ini adalah untuk mendirikan kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar-Nya itu
merasa susah. Melihat ini Yesus menambahkan, Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata
dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata
dengan kamu tentang hal-hal surgawi?” Jikalau Nikodemus tidak dapat menerima pengajaran
Kristus itu, yang melukiskan pekerjaan rahmat di dalam hati, bagaimanakah ia dapat mengerti
sifat kerajaan semawi-Nya yang mulia itu? Tanpa mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini,
maka tak akan dapatlah ia mengerti pekerjaan-Nya di dalam surge. Nikodemus sedang tertarik
kepada Kristus. Ketika Juruselamat men-jelaskan kepadanya tentang kelahiran baru itu, ia pun
rindu supaya peru-bahan ini dilaksanakan di dalam dirinya sendiri. Dengan jalan apakah hal itu
dapat dilaksanakan? Yesus menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan itu: “Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
pengaruh Yohanes Pembaptis atas bangsa itu sudah lebih besar daripada pengaruh penghulu-
penghulu, imamimam, atau raja-rajanya. Sekiranya ia mengumumkan dirinya sebagai Mesias,
serta mengobarkan suatu pemberontakan terhadap kerajaan Roma, maka imam-imam dan
bangsa itu sudah pasti datang berduyun-duyun ke bawah panjinya. Murid-murid Yohanes
datang kepadanya dengan pengaduan mereka dengan berkata, “Rabi, orang yang bersama
dengan Engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi
kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Oleh ucapan ini, Setan
membawa pencobaan kepada Yohanes. Meskipun tugas Yo-hanes nampaknya sudah hampir
berakhir, masih juga mungkin baginya untuk menghalang-halangi pekerjaan Kristus.  Karena
memandang dalam iman kepada Penebus, Yohanes telah naik ke puncak sifat penyangkalan
diri. Ia tidak berusaha menarik orang ke-pada dirinya sendiri, melainkan mengangkat pikiran
mereka semakin tinggi dan bertambah tinggi lagi, sampai mereka berharap pada Anak Domba
Allah. Demikian juga halnya dengan para pengikut Kristus. Kita dapat me-nerima terang surga
hanya kalau kita suka dikosongkan dari diri sendiri. Kita tidak akan dapat mengerti tabiat Allah,
atau menerima Kristus oleh iman, kecuali kita suka menaklukkan setiap pikiran kita untuk
menurut kehendak Kristus. Kepada semua orang yang berbuat demikian, Roh Kudus
dikaruniakan “seluruh kepenuhan Keallahan.” Di dalam Kristus “dalam Dialah berdiam secara
jasmaniah seluruh kepenuhan Keallahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia.” Yesus tahu
bahwa mereka akan berusaha sedapat-dapatnya untuk menimbulkan perpecahan antara
murid-murid-Nya sendiri dan muridmurid Yohanes. Ia tahu bahwa badai sedang datang yang
akan menyapu salah seorang nabi yang terbesar yang pernah diberikan kepada dunia ini.
Dengan tujuan hendak menghindarkan segala kesempatan untuk salah pengertian atau
perselisihan paham, Ia menghentikan pekerjaan-Nya de-ngan diam-diam lalu pergi ke Galilea.
DALAM perjalanan ke Galilea Yesus berjalan melalui Samaria. Kira-kira tengah hari tibalah Ia di
lembah Sikhem yang permai. Begitu memasuki lembah ini. Karena sudah letih dari perjalanan-
Nya, duduklah Ia di sini untuk beristirahat sementara murid-murid-Nya pergi membeli
makanan. 
Bangsa Yahudi dan bangsa Samaria bermusuhan keras dan sedapatdapatnya menghindarkan
segala hubungan satu dengan yang lain. Berjual beli dengan orang Samaria dalam keadaan
perlu dianggap sah oleh rabi-rabi; tetapi semua urusan sosial dengan mereka dilarang. Seorang
Yahudi tidak mau meminjam dari orang Samaria, ataupun menerima sesuatu kebaikan bahkan
sesuap roti atau secangkir air sekalipun. Dalam membeli makanan itu, murid-murid bertindak
sesuai dengan adat bangsa mereka. Yesus menjawab, “Jikalau engkau tahu tentang karunia
Allah dan sia-pakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah
meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Engkau heran mengapa
Aku meminta dari padamu pertolongan yang begitu kecil yaitu seteguk air dari sumur yang di
kaki kita ini. Sekiranya engkau meminta dari pada-Ku, maka Aku tentu memberi kepadamu air
hidup yang kekal.  Wanita itu belum mengerti akan ucapan Kristus itu, akan tetapi ia me-
rasakan maknanya yang dalam. Caranya yang menganggap remeh dan menantang itu pun
mulailah berubah. Karena menyangka bahwa Yesus berbicara tentang sumur yang di depan
mereka, ia pun berkata, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari
manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami
Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya?”
Ia melihat di depannya hanya se-orang pengembara yang kehausan, letih dari perjalanan dan
penuh debu. Dalam pikirannya dibandingkannya Dia dengan Yakub, nenek moyang yang
terhormat itu. Ia merasa bangga dengan sewajarnya bahwa tidak ada sumur lain lagi yang dapat
disamakan dengan sumur yang disediakan oleh nenek moyang itu. Ia sedang menoleh ke
belakang kepada para nenek moyang, dan ke depan pada hari kedatangan Mesias itu,
sementara Harapan segala nenek moyang itu, yakni Mesias sendiri, sudah berada di
sampingnya, tetapi ia tidak mengenal Dia. Ketika Bait Suci di Yerusalem dibangun kembali pada
zaman Ezra, bangsa Samaria itu ingin menggabungkan diri dengan bangsa Yahudi dalam
pembangunan itu. Kesempatan mulia ini tidak diberikan kepada mereka, dan timbullah
perseteruan yang pahit antara kedua bangsa itu. Bangsa Samaria membangun bait suci saingan
di Gunung Gerizim. Di sini mereka berbakti sesuai dengan upacara keagamaan Musa, sungguh
pun mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala seluruhnya. Tetapi malapetaka
menimpa mereka, bait suci itu dibinasakan oleh musuhmusuh mereka, dan nampaknya mereka
itu seolah-olah terkutuk; namun mereka masih berpaut pada tradisi-tradisi dan upacara-
upacara perbaktian mereka. Wanita itu berada dalam keadaan pikiran yang mau menghargai. Ia
bersedia menerima pernyataan yang paling mulia; sebab ia menaruh per-hatian pada Alkitab,
dan Roh Suci telah menyediakan pikirannya untuk menerima lebih banyak terang. Ia telah
mempelajari janji Perjanjian La-ma, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-
sauda-ramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Aliahmu; dialah yang
harus kamu dengarkan. Wanita itu telah dipenuhi dengan sukacita sementara ia mendengarkan
perkataan Kristus. Pernyataan yang ajaib itu hampir menaklukkan. De-ngan meninggalkan
kendinya, pulanglah ia ke kota, untuk menyampai-kan kabar itu kepada orang-orang lain. Yesus
tahu mengapa ia pergi meninggalkan kendinya sudah tentu menunjukkan pengarah
perkataanNya. Adalah kerinduan jiwanya yang sungguh-sungguh hendak mem-peroleh air
hidup itu, maka lupalah ia pada tugasnya ke sumur itu, serta pada rasa dahaga Juruselamat
yang tadinya hendak dipuaskannya. Orang Samaria percaya bahwa Mesias akan datang sebagai
Penebus, bukan hanya bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi dunia. Roh Kudus de-ngan
perantaraan Musa telah menubuatkan Dia sebagai seorang nabi yang datang dari Allah. Dengan
perantaraan Yakub telah dikatakan bahwa kepada-Nya segala bangsa akan menurut; dan
dengan perantaraan Abraham, bahwa dalam Dialah segala bangsa di dunia ini diberkati. Di atas
ucapan Alkitab inilah bangsa Samaria itu mengalaskan iman mereka pada Mesias. Tetapi ketika
Juruselamat menghapus semua tafsiran yang salah ini, banyak yang menerima nubuatan-
nubuatan itu dan juga perkataan Kristus sendiri mengenai ke-rajaan Allah. Yesus sudah mulai
merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang kafir, dan memasyhurkan kabar
keselamatan kepada dunia. Yesus tinggal di Samaria dengan maksud untuk mendatangkan
berkat kepada murid-murid-Nya, yang masih di bawah pengaruh kefanatikan Yahudi. Mereka
merasa bahwa kesetiaan kepada bangsa mereka sendiri meminta supaya mereka memelihara
permusuhan terhadap orang Samaria.
Berita bahwa Kristus sudah pulang ke Kana dengan segera tersiar di seluruh Galilea, membawa
harapan kepada orang-orang yang menderita dan susah. Di Kapernaum kabar itu menarik
perhatian seorang bangsawan Yahudi, yaitu seorang pembesar dalam dinas kerajaan. Anak
lelaki dari pembesar itu menderita sesuatu penyakit yang tampaknya tak ter-sembuhkan lagi.
Tabib-tabib telah putus harap serta menunggu kematiannya saja; tetapi ketika bapa itu
mendengar kabar tentang Yesus, ia me-mutuskan hendak memohon pertolongan dari pada-
Nya. Anak itu sudah lemah sekali, dan dikhawatirkan mungkin tidak hidup lagi sampai ayahnya
kembali; namun bangsawan itu merasa bahwa ia sendiri harus pergi menyampaikan hal itu. la
mengharap bahwa permohonan-permohonan seorang bapa mungkin akan membangkitkan
simpati Tabib Besar itu.. Kristus merasa sedih karena bangsa-Nya sendiri, yang kepadanya
perkara-perkara yang suci dipercayakan, gagal untuk mendengar suara Allah berbicara kepada
mereka dalam AnakNya. KSZ1 200.4
Namun demikian bangsawan itu mempunyai sedikit iman sebab ia telah datang untuk
memohonkan apa yang baginya merupakan yang terindah dari segala berkat. Yesus mempunyai
karunia yang lebih besar untuk dianugerahkan-Nya. la ingin, bukan saja menyembuhkan anak
itu, tetapi juga mengusahakan agar pembesar itu dan seluruh rumah tangganya turut
menikmati berkat-berkat keselamatan serta menyalakan sebuah terang di Kapemaum, yang
tidak lama lagi akan menjadi ladang pekerjaan-Nya. Tetapi bangsawan itu harus lebih dahulu
menyadari keperluannya sebelum ia merindukan rahmat Kristus. Pegawai istana ini mewakili
banyak orang dari kalangan bangsanya. Pada waktu itu juga para penjaga yang di samping anak
yang sudah hampir mati di rumah yang di Kapernaum itu melihat perubahan yang tiba-tiba dan
ajaib. Bayang maut terangkat dari wajah penderita itu. Wajah sakit karena demam berubah
menjadi warna kemerah-merahan karena kesehatan yang sedang pulih. Mata yang kabur
menjadi berseri-seri dengan kecerdasan, dan kekuatan kembali kepada tubuh yang sudah
lemah dan kurus kering itu.  Kana tidak berapa jauh dari Kapemaum sehingga pembesar itu
sebe-narnya dapat juga sampai ke rumahnya pada petang sesudah ia berbicara dengan Yesus;
tetapi ia tidak buru-buru pulang ke rumah. Barulah besok paginya ia sampai ke Kapemaum.
Alangkah gembira suasana perjalanan pulang ke rumah. Waktu ia pergi untuk mencari Yesus,
hatinya berat de-ngan duka. Sinar matahari tampaknya kejam kepadanya, kicauan burung
seperti ejekan. Alangkah berbeda perasaannya kini! Segenap alam me-ngandung segi
pemandangan yang baru. Ia melihat dengan mata yang baru.  la yang memberkati orang
bangsawan yang di Kapemaum itu punya kerinduan yang sama juga hendak memberkati kita.
Tetapi seperti halnya dengan bapa yang ditimpa kemalangan itu, kita sering hendak mencari
Yesus karena kerinduan mau mendapat sesuatu keuntungan duniawi; dan atas dikabulkannya
permohonan kita itulah kita menaruh keyakinan kita pada kasih-Nya. Juruselamat rindu hendak
mengaruniakan kepada kita sesuatu berkat yang lebih besar daripada yang kita pohonkan; dan
Ia menunda jawaban kepada permohonan kita itu supaya Ia dapat menunjukkan kepada kita
keburukan hati kita, dan keperluan kita yang besar akan rahmat-Nya. Ia merindukan supaya kita
meninggalkan sifat mementingkan diri yang menuntun kita untuk mencari Dia. Dengan
mengakui keadaan kita yang tak berdaya dan keperluan kita yang besar, kita harus
mempercayakan diri kita sepenuhnya kepada kasih-Nya. 

Anda mungkin juga menyukai