Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Pustaka

ASPEK NEUROANATOMI DAN IMPLIKASI


KLINIS SINDROM BALINT
NEUROANATOMY ASPECT AND CLINICAL IMPLICATION OF
BALINT’S SYNDROME
Restu Susanti,* Yuliarni Syafrita*

ABSTRACT
Balint’s syndrome is a neuropsychological disorder cause by bilateral posterior parietal lobe damage. This disorder
can be caused by infarction of the watershed area caused by stroke, head trauma, hypoxia, encephalopathy, Alzheimer’s, or
other cerebral lesions. The clinical features of this syndrome consists of simultanagnosia, optic ataxia and apraxia oculi. It
can also be accompanied with inferior visual field disturbances and bilateral hemineglect. Balint’s syndrome patients have
impaired visual perception, cognition and visual memory. In daily life the patient will look like a blind man, can not read,
view pictures, recognizing the environment and the difficulty of dealing with the speaker frontally so as to be not a good
psychological state and rely on the help of others. There is no specific method to treat this syndrome, only by correcting the
underlying disease and rehabilitation, as well as the reported the prognosis is also poor.
Keywords: Apraxia oculi, Balint’s syndrome, optic ataxia, simultanagnosia
ABSTRAK
Sindrom Balint adalah suatu kelainan neuropsikologi akibat kerusakan lobus parietal posterior bilateral. Kelainan ini
dapat disebabkan oleh infark pada watershed area akibat stroke, trauma kepala, hipoksia, ensefalopati, penyakit alzheimer
ataupun lesi serebral lainnya. Gambaran klinis sindrom ini terdiri dari simultanagnosia, ataksia optik dan apraksia okuli.
Dapat juga disertai dengan gangguan lapangan pandang inferior dan hemineglect bilateral. Pasien pada sindrom Balint
mengalami gangguan persepsi visual, kognisi dan visual memori. Dalam kehidupan sehari–hari pasien akan tampak seperti
orang buta, tidak bisa membaca, melihat gambar, mengenali lingkungan, dan kesulitan untuk berhadapan dengan lawan
bicara secara frontal, sehingga keadaan psikologinya menjadi tidak baik dan bergantung pada bantuan orang lain. Tidak
ada suatu metode khusus untuk mengobati sindrom ini, hanya dengan memperbaiki penyakit yang mendasarinya dan
melakukan rehabilitasi, serta dilaporkan prognosisnya juga buruk.
Kata kunci: Apraksia okuli, ataksia optik, simultanagnosia, sindrom Balint

*Bagian Neurologi FK Universitas Andalas/RSUP M. Djamil, Padang. Korespondensi: restususanti@yahoo.com

PENDAHULUAN optik, dan ketidakmampuan pasien untuk menjangkau


Sindrom Balint adalah suatu sindrom klinis yang objek yang ada didepannya.4,5 Sindrom ini dapat
terdiri dari tiga gejala utama yaitu simultanagnosia, terjadi pada semua umur dan gejala klinis yang
apraksia okuli, dan ataksia optik. Simultanagnosia ditimbulkan terkadang lama setelah penyakit dasar
adalah ketidakmampuan untuk memberikan perhatian muncul. Pernah dilaporkan ditemukan pada anak
pada lebih dari satu objek pada satu waktu. Apraksia laki-laki pada usia 10 tahun, akibat stroke hemoragik
okuli adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan yang dideritanya saat berusia 3 tahun. Begitu pula
mata untuk melihat objek yang dituju. Gerak bola yang ditemukan pada tentara Hungaria pada laporan
mata, lapangan pandang, dan refleks gerak mata pertama Balint.6,7 Salazar dkk tahun 2016 melaporkan
intak. Ataksia optik berarti ketidakmampuan untuk kasus dan menuliskan review tentang sindrom Balint
menggapai benda dibawah tuntunan visual seperti akibat cedera kepala pada laki-laki usia 61 tahun.8
menggenggam dan meraba benda yang disebabkan Gejala klinis yang ditemukan pada sindrom
karena terganggunya proses integrasi visual dengan ini merupakan akibat lesi yang terjadi pada lobus
koordinasi tangan untuk meraih benda.1,2,3 parietal oksipital bilateral, mengganggu hubungan
Sindrom Balint pertama kali dilaporkan oleh kortek visual dan area motorik pre-rolandik, sensorik
dokter neurologi Hungaria Rezco Balint pada tahun primer, dan integrasi sensorimotor. Aliran visual
1909, yang memiliki pasien dengan keterbatasan pada jalur dorsal dan ventral terganggu, akibat
dalam penglihatan, tidak dapat melihat lebih dari kemampuan untuk mengidentifikasi persepsi dan
satu objek pada waktu bersamaan, disertai ataksia spasial suatu objek terganggu. Pasien tidak mampu

219 Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016


Tinjauan Pustaka
mengenali bentuk objek dan terganggu bila melihat PEMBAHASAN
objek yang bergerak, sehingga tidak mampu untuk Etiologi dari sindrom Balint meliputi cedera
berinteraksi dengan keadaan sekelilingnya. Hal ini serebrovaskuler, trauma kepala, ensefalopati HIV,
akan mempengaruhi fungsi keseharian dan kondisi leukoensefalopati multifokal progresif, anoksia/
psikologisnya.9,10 Mereka kesulitan untuk makan, hipoksia, keracunan karbonmonoksida, atrofi kortikal
mandi, berjalan, melihat dua benda dalam satu posterior, dan penyakit Alzheimer. Stroke berulang
waktu, membedakan dua benda, hingga meraih dan yang mengenai kedua hemisfer otak dalam distribusi
memegang suatu objek. Oleh karena itu suatu usaha cabang parietal dan posterior arteri serebrimedia
mengetahui gejala lebih awal dan rehabilitasi yang adalah penyebab umum lainnya, karena sambungan
baik diharapkan mampu melaksanakan kegiatan parietooksipital terletak dalam teritori antara arteri
harian dengan baik. serebri media dan posterior. Patologi otak pada
Sindrom ini sangat menarik untuk dibahas pasien dengan gejala sindroma Balint selalu memiliki
karena beberapa hal yaitu sindrom ini sulit untuk kerusakan pada kortek parietooksipital inferior
didiagnosa dengan pemeriksaan neuropsikologi bilateral. Walaupun demikian, gejala ini juga dapat
standar, gejala yang muncul pada masing-masing muncul pada kerusakan pada region lain atau jalur
individu berbeda, lokasi lesi yang dilaporkan kadang kortikal yang melibatkan korteks prefrontal atau
berbeda dengan kasus pertama sindrom Balint yaitu pulvinar.12
di parietal bilateral dan etiologinya sangat beragam. Sindrom Balint disebabkan oleh lesi pada
Sindrom ini masih jarang dilaporkan, oleh karena sambungan parietooksipital bilateral. Karakteristik
tiap kasus mempunyai gambaran kognitif dan lesi ini melibatkan daerah dorsorostral lobus oksipital
neuropsikologi yang unik.8,11 (area Broadmann 19), atau pada girus angularis,

Gambar 1. Gambaran Lateral Hemisfer Serebri Lokasi Lesi Pasien


yang Dilaporkan oleh Balint padaTahun 1909.16,25

Gambar 2. Jalur Visual Dorsal dan Ventral.


Jalur oksipitofugal dorsal dari kolikulus superior dan pulvinar terus ke korteks
visual melalui nukleus genikulatum lateral.16

Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016 220


Tinjauan Pustaka

Gambar 3. Ikhtisar Jalur Visual Motor


(AIP: Anterior intraparietal area, BS: brainstem, Cing: cingulate motor areas, d dorsal, FEF: frontal eye field, FST: floor
of the superior temporal sulcus, Hipp: hippocampus, LIP: lateral intraparietal area, MIP: mesial intraparietal area, PIP:
posterior intraparietal area, MST: medial superior temporal area, MT: mediotemporal area, PF: prefrontal cortex, PM:
premotor cortex, SC: superior colliculus, SEF: supplementary eye field, SMA: supplementary motor area, STS: superior
temporal sulcus, STP: superior temporal polysensory area, TE: temporal area, TEO: temporo-occipital area, v: ventral,
VIP: ventral intraparietal area).

hingga girus supramarginal dan girus temporal keluaran motor: substrat yang akan dipisahkan dan
superior. Girus supramarginal dan bagian posterior berinteraksi antara jalur ventral dan dorsal akan
girus temporalis superior terkena pada hemisfer membawa informasi dari korteks visual primer (V1)
kanan, tetapi tidak pada hemisfer kiri. Lobulus ke korteks motor utama (M1). Jalur dorsal diberi
parietal superior sedikit mengalami lesi baik pada warna hijau sedangkan jalur ventral berwarna merah,
hemisfer kiri maupun kanan. Lesi melibatkan keduanya merupakan jalur efferen. Panah biru
sambungan parietooksipital dan bagian dari girus berasal dari area penerima input ventral dan dorsal
angularis dari kedua hemisfer otak, tetapi terpisah baik langsung maupun tidak langsung. Proyeksi
dari lobus temporal dan girus supramarginalis. Juga lanjut dan gabungan kedua input ini juga diberi
dilaporkan sebuah sindrom Balint lainnya yang warna biru. Meskipun korteks parietal posterior
menekankan keterlibatan lobus parietal posterior dan dan korteks temporal inferior menerima proyeksi
sambungan parietooksipital.7,13,14,15 tunggal langsung satu sama lain, namun bukan
Gambar 2 menunjukkan informasi visual daerah penerima campuran. Sebaliknya, lobus frontal
diproses oleh otak manusia melalui beberapa tahap menerima proyeksi paralel input dorsal, ventral dan
yang dilakukan secara hirarki. Mulai dari bagian campuran.20
V1 dimana objek terkecil yang sudah tidak bisa Simultanagnosia
dibagi lagi (atomik) disimpan berupa edge/corner, Sebagian besar informasi visual yang berasal
selanjutnya akan masuk ke dalam V2 dalam bentuk dari nukleus genikulatum lateral pada talamus
gambaran terkelompok yang sudah memiliki bentuk melintas menuju korteks visual utama pada korteks
objek (intermediate visual forms) dan terakhir akan
oksipital yang dikenal dengan nama area V1. Area
masuk ke dalam lobus temporal inferior (IT). Pada
ini bertanggungjawab terhadap tahap pertama
bagian temporal inferior ini objek sudah dapat
pengolahan informasi visual, area ini berperan pada
diidentifikasi bentuknya (high level object). 12
penglihatan sadar. Jika kita memejamkan mata dan
Pada Gambar 3 tampak bahwa jaringan saraf membayangkan sebuah peristiwa visual, terjadi
kortikal mengolah input visual untuk diubah menjadi peningkatan aktivitas pada area V1. Individu yang

221 Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016


Tinjauan Pustaka
buta karena kerusakan mata akan terus mengalami Ataksia Optik
mimpi visual jika korteks visualnya masih utuh. Ataksia optik berarti ketidakmampuan untuk
Individu yang mengalami kerusakan pada area menggapai benda dibawah tuntunan visual sedangkan
V1 memperlihatkan fenomena penglihatan buta apraksi okuli adalah gangguan gerakan sakadik mata
(blindsight).16,17,18 Setelah terjadi kerusakan pada untuk melihat suatu benda.19 Dalam konteks anatomi
area V1, cabang lain saraf optik menghantarkan aliran visual dari dorsal (oksipitoparietal) versus
informasi visual ke kolikulus superior (pada otak
ventral (oksipitotemporal). Defisit visuomotor pada
tengah) dan beberapa area lain, termasuk sebagian
optik ataksia merupakan kelainan dari bagian dorsal.
korteks serebri. Tetapi tidak semua pasien dengan
Di sisi lain, pasien dengan lesi kortek inferotemporal
kerusakan ini mengeluhkan buta karena ada beberapa
(aliran ventral) terganggu pada pengenalan objek
area kecil yang sehat. Dapat disimpulkan untuk
(visual agnosia) namun tetap mampu mencapai dan
mempertahankan persepsi visual sadar diperlukan
memahami benda-benda tersebut walaupun tidak
aktivitas tinggi area V1.18
bisa menjelaskannya. Pola timbal balik gangguan
Dar i korte ks visua l utama ke m u d i an
pada ataksia optik dan agnosia visual merupakan
informasi dikirimkan ke korteks visual sekunder
gabungan gangguan disosiasi fungsional jalur visual
(area V2) yang mengolah informasi lebih lanjut dan
dorsal (arah dan panduan) dan jalur visual ventral
mentransmisikannya ke area lain. Area V1 akan
(persepsi). Pasien dengan ataksia optik murni dapat
mengirimkan informasi melalui dua jalur yang
melakukan kegiatan sehari-hari, sedangkan pasien
disebut dengan alirandorsal (oksipitooksipital) dan
aliran ventral (oksipitotemporal). Aliran ventral ber- dengan visual agnosia sangat terganggu dalam
peran untuk identifikasi persepsi objek (perceptual melakukan kegiatan sehari-hari mereka.20,21
identification of objects), yang berupa bentuk, ukuran,
warna, dan tekstur (object vision). Sedangkan aliran
dorsal berperan untuk mengolah informasi spasial
objek (spatial vision). Bagian dorsal inilah yang
menyebabkan kita dapat melihat objek bergerak.
Melalui jalur ventral, informasi akan
dilanjutkan masuk kedalam area V2, dan selanjutnya
masuk kedalam area visual 4 (V4) dan berakhir pada
bagian lobus temporal inferior (IT). Sedangkan
melalui jalur dorsal, informasi akan dilanjutkan
masuk ke dalam V2 dan masuk kedalam area
dorsomedial dan temporal media (MT) area V5.17 Gambar 5. Observasi Balint untuk Ataksia Optik
dengan Pemeriksaan Visual Berdasarkan Tuntunan
dan Usaha Memegang Benda3

Ataksia optik dan agnosia visual dikatakan


terlibat untuk terjadinya disosiasi ganda yang
menimbulkan asimilasi perbedaan anatomi antara
aliran visual ventral dan dorsal yang menimbulkan
perbedaan fungsional antara persepsi dan aksi. Balint
dan Holmes menggambarkan pasien dengan lesi luas
di korteks parietal posterior yang menunjukkan pola
kompleks gangguan, termasuk ketidakmampuan
mencapai atau memahami objek visual.
Gambar 4. Tes Boston the Cookie Theft untuk Garcin dkk (1967) menyebutkan beberapa
Menilai Kemampuan Melihat Gambar dalam Waktu kondisi yang diperlukan untuk mendiagnosis ataksia
Bersamaan (menilai adanya simultanagnosia)16

Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016 222


Tinjauan Pustaka
optik: (1) bidang visual harus terpisah dari area sakadik dan akurasi, serta gerakan halus gerak bola
yang berhubungan dengan defisit visuomotor, (2) mata. Pasien mungkin tidak dapat mempertahankan
proprioseptif harus dipisahkan, (3) tidak terdapat fiksasi, muncul gerakan mata sakadik acak, dan tidak
deficit oculomotor dan defisit cerebellar. Interpretasi mampu melakukan gerakan halus mata. Gangguan
ataksia optik sebagai gangguan visuomotor diperkuat gerakan mata pada sindrom Balint ini terbatas pada
oleh studi oleh Vignetto (1980) serta studi Perenin dan gerakan mata terarah. Pasien dapat melakukan
Vighetto (1988) yaitu ataksia optik muncul sebagai gerakan mata yang tepatapabila mereka dipandu oleh
penurunan modalitas spesifikasi dan diskriminasi suara atau sentuhan.
verbal dengan lesi pada lobulus parietalis superior, Holmes dan Horax mengatakan bahwa gangguan
sulkus intraparietal, dan lobus parietal inferior yang okulomotor yang terlihat pada sindrom Balint yang
dikaitkan dengan gangguan aliran visual dorsal.21 merupakan akibat sekunder dari disorientasi spasial.
Akibat adanya ataksia optik ini muncul Semua gejala ini merupakan sekunder dan tergantung
gangguan dalam mengambil benda misreaching. pada hilangnya orientasi visuospasial. Ketika sebuah
Gambaran gejala misreaching (Gambar 5 dan 6), benda yang sedang ditatap dipindahkan lambat-
yaitu: a) pada kedua tangan terhadap area kontralateral lambat pasien masih bisa menjaga tatapannya, tetapi
lesi yang terdapat diskoneksi pada informasi visual jika itu disentakkan atau dipindahkan tiba-tiba,
dari hemisfer yang rusak menuju kedua area motorik tatapan itu cepat menghilang.7
(kontralateral dan ipsilateral); b) tangan kontralateral Jadi, hipotesis dasar gejala sindrom Balint
lesi terhadap area kontralateral lesi akibat diskoneksi berdasarkan gangguan pada substrat anatomi
pada informasi visual dari area motorik hemisfer mekanisme atensi yaitu: atensi visuospasial dan
yang rusak; c) tangan ipsilateral lesi terhadap area atensi temporal bergantung pada struktur jaringan
kontralateral lesi disebabkan diskoneksi pada di oksipital area 17,18, dan 19 (jalur ventral dan
informasi visual dari hemisfer yang rusak menuju dorsal), koneksi dengan lobus parietal dan temporal
area motorik pada hemisfer sebelahnya; d) kedua (terutama lobus parietal inferior kanan), lapangan
tangan pada kedua area penglihatan diskoneksi pandang frontal dan korteks pre-frontal; jalur ventral
pada informasi visual dari kedua hemisfer menuju sangat penting untuk representasi bagian atas objek
area motorik kedua hemisfer (kerusakan pasa dan memori; kemampuan untuk persepsi objek pada
persambungan parietooksipital bilateral).20,21 tampilan visual serial dan cepat bergantung pada
jalur dorsal (psikofisikal transient) dan koneksi
parietalnya; kontrol eksekutif atensi antara objek
visual dan tindakan bergantung pada korteks pre-
frontal yang mempengaruhi jalur dorsal dan ventral
untuk menentukan atas dan bawah benda.3
Implikasi Sindrom Balint pada Pemahaman
Visual Kognisi
Sindrom Balint penting dipelajari untuk
memahami proses saraf yang terlibat dalam proses
mengendalikan atensi, memahami ruang, dan mem-
berikan koherensi dan kontinuitas dalam melakukan
proses visual yaitu, (1) atensi membuat pilihan untuk
memahami objek dalam ruang, (2) mekanisme saraf
Gambar 6. Demontrasi Pemeriksaan Ataksia Optik independen bekerja dalam orientasiatensi paralel
pada Pasien Sindrom Balint7 dalam dan antara objek, (3) objek menjadi pusat
Apraksia Okuli perhatian dilihat dengan lebih seksama, dan (4) atensi
yang diberikan disadari penuh untuk arahan tindakan
Proses okulomotor juga terganggu pada sindrom
yang tepat dan terfokus.7,20,22
Balint, dengan gangguan utama pada fiksasi, inisiasi

223 Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016


Tinjauan Pustaka
Apresiasi simultanagnosia pada sindrom warna berhubungan erat, dan penderita Balint tidak
Balint telah terbukti berpengaruh dalam membantu mampu menelaah gambaran ini.7
menyelesaikan salah satu kontroversi teoritis utama Diagnosis dan Tatalaksana
dalam penelitian visual atensi. Masalah disini adalah Penegakan diagnosis sindrom Balint berdasarkan
apakah visual atensi itu penting dalam menentukan pada anamnesis, pemeriksaan neuropsikologi, dan
lokasi atau objek. Michael Posner dkk (1980) pemeriksaan penunjang untuk mengetahui lesi
menunjukkan bahwa mengalokasikan perhatian pada serebral akibat penyakit yang mendasarinya. Pada
objek di bidang visual meningkatkan pengolahan anamnesis ditanyakan keluhan dari trias sindrom
sinyal visual yang muncul pada objek tersebut.7 Balint yaitu adanya simultanagnosia, ataksia optik,
Representasi atensi spasial ditentukan dan apraksia okuli. Pemeriksaan neuropsikologi
oleh benda atau “calon” benda, yang berasal dari untuk mengetahui defisit pada sindrom Balint
berbagai kelompok gambaran pada penglihatan awal meliputi tes untuk pemeriksaan motorik okular,
dan tidak terpusat pada ruang kosong pengamatan. kemampuan visuospasial, dan visuomotor, termasuk
Humphreys (1998) mengemukakan bahwa perhatian pemeriksaan kontruksional praksis, gestural praksis,
pada representasi spasial ditentukan oleh objek, dan dan menggapai benda dengan tuntunan visual.
terdapat mekanisme terpisah, yang bekerja secara Juga dilakukan pemeriksaan orientasi, verbal dan
paralel, untuk mengalihkan perhatian dalam objek memori kerja, bicara, dan bahasa (kontrol untuk
dan antar objek. Mengalihkan perhatian dalam suatu melihat huruf, pemahaman, penamaan). Pemeriksaan
objek berarti mengalihkan perhatian antara lokasi tersebut meliputi: Wide Range Achievement Test,
dalam objek.7 Wecshler Adult Intelegence Scale IV (WAIS IV), The
Interaksi representasi spasial dan objek Cookie Theft picture dari Boston Diagnostic Aphasia
dalam menentukan alokasi perhatian mengatakan Examination (Gambar 4), menilai dua gambar pada
bahwa kandidat objek ditentukan oleh proses satu waktu dan pemeriksaan gangguan menggapai
preatentif dilanjutkan tanpa adanya kesadaran. benda “misreaching”.3,16,23
Gangguan proses pengolahan informasi visual diluar Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
kesadaran pada sindrom Balint, yaitu gangguan pada mengetahui kelainan di otak yang menjadi dasar
representasi rreatentif mengenai ruang, keragaman sindrom ini yaitu pemeriksaan Brain CT scan dan
dan kesegarisan serta dalam memaknai kata-kata.7 MRI untuk melihat injuri serebral yang terjadi pada
Pada penderita sindrom Balint objek yang gangguan vaskuler, trauma, infeksi dan penyakit
dilihat hanya satu dan dalam satu waktu, mereka degenerative. Dapat juga dilakukan pemeriksaan PET
tidak mampu megingat objek tersebut. Mereka untuk melihat hipometabolisme pada kedua lobus
tidak memiliki masa lalu atau masa depan. Setiap parietal.3 Sindrom Hemineglect, sindrom Gerstmann,
objek yang bergerak menghilang. Selain itu, benda sindrom Anton, dan ataksia tabetik neurosifilis
yang terlihat pada saat itu dapat membingungkan digunakan sebagai diagnosis banding.7,15,24
bagi pasien, karena benda-benda lain tidak dapat Terapi sindrom ini sangat tidak spesifik, karena
dilihatnya. Untuk penderita sindrom Balint, semua harus berawal dari penyakit yang mendasarinya,
lokasi yang sama, dan semua fitur yang memengaruhi sehingga diharapkan manifestasi klinis yang timbul
kesadaran pasien yang perseptual bercampur pada dapat hilang.25 Terdapat tiga pendekatan usaha
objek tersebut. rehabilitasi defisit perseptual pada sindrom ini,
Friedman-Hill dkk (1995) menunjukkan pada yaitu: pendekatan adaptif (fungsional), pendekatan
penderita Balint beberapa pasang huruf berwarna dan pengulangan dengan pelatihan keterampilan persepsi
memintanya untuk melaporkan huruf yang ia lihat aktivitas sehari-hari dan pendekatan multikonteks
dan warnanya. Pasien melihat jumlah yang banyak, melibatkan strategi latihan dalam lingkungan beragam
tetapi ia tidak melihat sebagai huruf berwarna. dengan variasi tugas dan gerakan yang disadari.24,25
Mereka tidak mampu untuk melihat warna dan tidak Prognosis yang dimiliki akan sangat tergantung
mampu untuk menyebutkannya masing-masing. dari penyakit dasar yang menyebabkan sindroma
Dengan demikian, ada bukti implisit bahwa kata dan ini terjadi, namun biasanya dikarenakan pasien

Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016 224


Tinjauan Pustaka
sudah dalam stadium lanjut waktu memeriksakan 11. Chechlacz M, Humpreys GW. The enigma of Balint’s
penyakitnya, prognosis biasanya buruk.4,15 syndrome: neural substrates and cognitive deficits.
Front Hum Neurosci. 2014;8(123).
KESIMPULAN
12. Zgaljardic DJ, Sybil Yancy, Levinson J, Morales G,
Sindrom Balint merupakan suatu kelainan Masel BE. Balint’s syndrome and post-acute brain
fungsi visual kortikal tinggi yang timbul akibat injury rehabilitation: a case report. Brain injury.
kerusakan pada lobus parietal posterior bilateral. 2011;25(9):909-17.
Gambaran klinisnya adalah simultanagnosia, ataksia 13. Baehr M, Frotscher M. Duus topical diagnosis in
neurology. Anatomy, physiology, signs, symptoms.
optik, dan apraksia okuli. Penegakan diagnosis
Edisi ke-5. New York: Thieme Stuttgart; 2005.
melalui anamnesis gambaran klinis, pemeriksaan
14. Chechlacz M, Rotshtein P, Hansen PC, Riddoch JM,
neurooftalmologi, dan fungsi luhur serta pemeriksaan Deb S, Humphreys GW. The neural underpinings
penunjang untuk mengetahui adanya lesi otak of simultanagnosia: disconnecting the visuospatial
bilateral. Tatalaksana disesuaikan dengan penyebab attention network. Journal of cognitive neuroscience.
utama kelainan tersebut. 2011;24(3):718-35.
15. Goodale MA, Milner David. Separate visual
DAFTAR PUSTAKA pathways for perception and action. Trends Neurosci.
1. Dalrymple KA, Bischof WF, Cameron D, Barton JJ, 1992;15(1):20-5.
Kingston A. Simulating simultanagnosia: spatially 16. Girkin CA, Miller NR. Central disorders of vision in
constricted vision mimics local capture and the global humans. Surv Ophthalmol. 2001;45 (5):379-405.
processing deficit. Exp Brain Res. 2010;202(2):445- 17. Filley CM. Neurobehavioral anatomy. Edisi ke-3.
55. Colorado. University Press of Colorado; 2011.
2. Mc Monagle P, Kertest A. Cognition in corticobasal 18. Battaglia-Mayer A, Caminiti R. Optic ataxia as
degeneration and progressive supranuclear palsy. aresult of the breakdown of the global tuning fields of
Dalam: Miller BL, Broove BF, editor. In the behavioral parietal neurones. Brain. 2002;125(Pt2):225-37.
neurology of dementia. Cambridge:Cambridge
University Press; 2009. hlm. 294-310. 19. Andersen RA, Andersen KN, Hwang EJ, Hauschild
M. Optic ataxia: from Balint’s syndrome to the
3. Rizzo M, SP Vecera. Psychoanatomical substrates parietal reach region. Neuron. 2014;81(5):967-83.
of Balint’s syndrome. Nosological entities? J Neurol
Neurosurg Psychiatry. 2002;72(2):162-78. 20. Rosetti Y, Pisella L, Vignetto A. Optic ataxia revisited:
visually guided action versus immediate visuomotor
4. Liu GT, Newman NJ. Cranial nerve II and afferent control. Exp Brain Res. 2003;153(2):171-9.
visual pathway. Dalam: Goetz CG, Pappert EJ,
editor. Textbook of clinical Neurology. Edisi ke-2. 21. Robertson L, Treisman A, Friedman-Hill S,
Philadelpia: Elsevier; 2003. Grabowecky M. The interaction of spatial and object
pathways: evidence from Balint’s syndrome. J Cogn
5. Mendez MF. Corticobasal ganglionic degeneration
Neurosci. 1997;9(3):295-317.
with Balint’s syndrome. J Neuropsychiatry Clin
Neurosci. 2000;12(2):273-5. 22. Jackson GM, Swainson R, Mort D, Husain M,
Jackson SR. Attention, competition, and the parietal
6. Gillen JA, Dutton GN. Balint’s syndrome in a
lobes: insights from Balint’s syndrome. Psychol Res.
10-year-old male. Developmental Medicine and child
2009;73(2):263-70.
neurology. 2003;45:349-52.
23. Vallar G. Spatial neglect, Balint-Holmes’ and
7. Rafal R. Balint’s syndrome: a disorder of visual
Gerstmann’s syndrome, and other spatial disorders.
cognition. Dalam: D’Esposito M, editor. Neurological
CNS Spect. 2007;12(7):527-36.
Foundations of Cognitive Neuroscience. London:
The MIT Press Cambridge. 2003. hlm. 27-38. 24. Kerkhoff G. Neurovisual rehabilitation: recent
developments and future direction. J Neurol
8. Salazar LRM, Miranda WGC, Meza ZAC, Miranda
Neurosurg Psychiatry. 2000;68(6):691-706.
HRA, Churio NZ, Cerra GA, dkk. Post-traumatic
Balint’s syndrome: a case report and review the 25. Riessenhuber M, Poggio TA. How visual cortex
literature. Bull Emer Trauma. 2016;4(2):113-5. recognizes object: The tale of the standard model
(short title: Computational Object Vision). The Visual
9. Kalat JW. Biopsikologi. Edisi ke-9. Jakarta. Penerbit
Neurosciences; 2002.
Salemba Humanika; 2010.
26. Roselli M, Ardila A, Beltran C. Rehabilitation
10. Al Khawaja I, Haboubi NHJ. Neurovisual
of Balint’s syndrome: a single case report. Appl
rehabilitation in Balint’s syndrome. J Neurol
Neuropsychol. 2001;8(4):242-7.
Neurosurg Psychiatry. 2001;70(3):416.

225 Neurona Vol. 33 No. 3 Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai