ABSTRACT
Balint’s syndrome is a neuropsychological disorder cause by bilateral posterior parietal lobe damage. This disorder
can be caused by infarction of the watershed area caused by stroke, head trauma, hypoxia, encephalopathy, Alzheimer’s, or
other cerebral lesions. The clinical features of this syndrome consists of simultanagnosia, optic ataxia and apraxia oculi. It
can also be accompanied with inferior visual field disturbances and bilateral hemineglect. Balint’s syndrome patients have
impaired visual perception, cognition and visual memory. In daily life the patient will look like a blind man, can not read,
view pictures, recognizing the environment and the difficulty of dealing with the speaker frontally so as to be not a good
psychological state and rely on the help of others. There is no specific method to treat this syndrome, only by correcting the
underlying disease and rehabilitation, as well as the reported the prognosis is also poor.
Keywords: Apraxia oculi, Balint’s syndrome, optic ataxia, simultanagnosia
ABSTRAK
Sindrom Balint adalah suatu kelainan neuropsikologi akibat kerusakan lobus parietal posterior bilateral. Kelainan ini
dapat disebabkan oleh infark pada watershed area akibat stroke, trauma kepala, hipoksia, ensefalopati, penyakit alzheimer
ataupun lesi serebral lainnya. Gambaran klinis sindrom ini terdiri dari simultanagnosia, ataksia optik dan apraksia okuli.
Dapat juga disertai dengan gangguan lapangan pandang inferior dan hemineglect bilateral. Pasien pada sindrom Balint
mengalami gangguan persepsi visual, kognisi dan visual memori. Dalam kehidupan sehari–hari pasien akan tampak seperti
orang buta, tidak bisa membaca, melihat gambar, mengenali lingkungan, dan kesulitan untuk berhadapan dengan lawan
bicara secara frontal, sehingga keadaan psikologinya menjadi tidak baik dan bergantung pada bantuan orang lain. Tidak
ada suatu metode khusus untuk mengobati sindrom ini, hanya dengan memperbaiki penyakit yang mendasarinya dan
melakukan rehabilitasi, serta dilaporkan prognosisnya juga buruk.
Kata kunci: Apraksia okuli, ataksia optik, simultanagnosia, sindrom Balint
hingga girus supramarginal dan girus temporal keluaran motor: substrat yang akan dipisahkan dan
superior. Girus supramarginal dan bagian posterior berinteraksi antara jalur ventral dan dorsal akan
girus temporalis superior terkena pada hemisfer membawa informasi dari korteks visual primer (V1)
kanan, tetapi tidak pada hemisfer kiri. Lobulus ke korteks motor utama (M1). Jalur dorsal diberi
parietal superior sedikit mengalami lesi baik pada warna hijau sedangkan jalur ventral berwarna merah,
hemisfer kiri maupun kanan. Lesi melibatkan keduanya merupakan jalur efferen. Panah biru
sambungan parietooksipital dan bagian dari girus berasal dari area penerima input ventral dan dorsal
angularis dari kedua hemisfer otak, tetapi terpisah baik langsung maupun tidak langsung. Proyeksi
dari lobus temporal dan girus supramarginalis. Juga lanjut dan gabungan kedua input ini juga diberi
dilaporkan sebuah sindrom Balint lainnya yang warna biru. Meskipun korteks parietal posterior
menekankan keterlibatan lobus parietal posterior dan dan korteks temporal inferior menerima proyeksi
sambungan parietooksipital.7,13,14,15 tunggal langsung satu sama lain, namun bukan
Gambar 2 menunjukkan informasi visual daerah penerima campuran. Sebaliknya, lobus frontal
diproses oleh otak manusia melalui beberapa tahap menerima proyeksi paralel input dorsal, ventral dan
yang dilakukan secara hirarki. Mulai dari bagian campuran.20
V1 dimana objek terkecil yang sudah tidak bisa Simultanagnosia
dibagi lagi (atomik) disimpan berupa edge/corner, Sebagian besar informasi visual yang berasal
selanjutnya akan masuk ke dalam V2 dalam bentuk dari nukleus genikulatum lateral pada talamus
gambaran terkelompok yang sudah memiliki bentuk melintas menuju korteks visual utama pada korteks
objek (intermediate visual forms) dan terakhir akan
oksipital yang dikenal dengan nama area V1. Area
masuk ke dalam lobus temporal inferior (IT). Pada
ini bertanggungjawab terhadap tahap pertama
bagian temporal inferior ini objek sudah dapat
pengolahan informasi visual, area ini berperan pada
diidentifikasi bentuknya (high level object). 12
penglihatan sadar. Jika kita memejamkan mata dan
Pada Gambar 3 tampak bahwa jaringan saraf membayangkan sebuah peristiwa visual, terjadi
kortikal mengolah input visual untuk diubah menjadi peningkatan aktivitas pada area V1. Individu yang