Pengertian Wawasan Wiyata Mandala adalah cara memandang sekolah sebagai lingkungan
pendidikan dan pembelajaran. Wawasan berarti pandangan, tinjauan, konsepsi cara pandang. Wiyata
(bahasa Jawa) artinya pengajaran yang juga berarti pendidikan. Mandala berarti lingkaran, bundaran,
atau lingkungan. Wiyata Mandala berarti lingkungan pendidikan tempat berlangsung proses belajar-
mengajar.
Dasar hukum Wawasan Wiyata Mandala ditetapkan dalam Surat Direktur Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah (Dikdasmen) nomor :13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 sebagai sarana
ketahanan sekolah.
Tujuan pendidikan seperti termaktub dalam pasal 3, UU Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas). Sekolah mengemban misi pendidikan oleh karena itu sekolah tidak boleh digunakan untuk
tujuan-tujuan diluar tujuan pendidikan. Sekolah harus benar-benar menjadi ciri khas masyarakat belajar
di dalamnya.
1. Keamanan/Kenyamanan
2. Kekeluargaan
3. Kedisiplinan
4. Kerindangan
5. Kebersihan
6. Keindahan
7. Ketertiban
Komponen Peran Wawasan Wiyata Mandala
1. Peran Kepala Sekolah
Berwenang dan bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan di lingkungan sekolah.
Kepala sekolah dihormati dan berwibawa artinya siapapun yang berkepentingan dengan sekolah harus
melalui kepala sekolah.
Semua aparat sekolah tidak boleh bertindak sendiri-sendiri melainkan atas seijin kepala sekolah.
Kepala sekolah melaksanakan program-program yang telah disusun bersama komite sekolah.
Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, osis, komite sekolah, tokoh
masyarakat, dan pihak keamanan setempat.
Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk peraturan atau tata tertib.
Mengadakan rapat koordinasi yang bersifat insidentil interen antara guru, wali murid, maupun siswa.
Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang kegiatan sekolah seperti Pramuka, PKS, PMR,
Kesenian, Olah raga, dll.
2. Peran Guru
Menjunjung tinggi martabat dan citra Guru dengan sikap dan tingkah laku.
Menjadi teladan (pamong) di masyarakat.
Guru mampu memimpin baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Guru dipercaya oleh diri sendiri dan warga sekolah.
3. Peran Civitas Akademika
Tata Usaha Sekolah harus mendukung kepentingan administrasi dalam rangka proses belajar mengajar
di sekolah. Perangkat sekolah yang lain seperti pegawai, Satpam, Tukang Kebun, piket, dll, harus
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai bidang tugas masing-masing. Semua warga sekolah
menjalin rasa persaudaraan demi kenyamanan warga sekolah.
4. Peran Murid
1. Mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah tanpa kecuali.
2. Hormat dan sopan kepada guru dan warga sekolah yang lain.
3. Hormat dan sopan kepada teman
4. Belajar yang tekun
5. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
6. Menjaga nama baik keluarga dan sekolah di manapun berada.
7. Menjaga dan memelihara fasilitas belajar dan mengajar.
8. Menjaga keamanan sekolah.
9. Melaporkan peristiwa negatif yang terjadi di sekolah kepada OSIS, guru, wakil kepala sekolah, BP
atau Kepala sekolah.
10. Memelihara lingkungan sekolah.
5. Peran masyarakat sekitar
1. Mendukung program dan kebijakan sekolah dalam rangka kemajuan Proses belajar mengajar.
2. Memberi saran dalam pemajuan proses belajar dan mengajar.
3. Ikut menjaga keamanan lingkungan sekolah.
4. Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah melalui Komite sekolah.
5. Mekanisme pelaksanaan Wawasan Wiyata Mandala
A. Tahap Preventif :
1. Memelihara sekolah melalui 7 K.
2. Menciptakan suasana harmonis antar warga dan lingkungan sekolah.
3. Membentuk jaring pengawasan.
4. Menghilangkan bentuk peloncoan saat MOS.
5. Mengisi jam kosong dengan kegiatan ekstrakurikuler.
6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban saat masuk dan usai sekolah.
B. Tahap represif :
1. Mendamaikan pihak yang terlibat perselisihan.
2. Menetralisisr isu negatif yang berkembang.
3. Berkoordinasi dengan pihak keamanan bila ada kriminal di Sekolah.
4. Penyelesaian kasus secara hukum terhadap kasus yang melibatkan pihak luar sekolah.
5. Mengadakan Bimbingan dan Penyuluhan.
6. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan kepanduan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang
memiliki arti Jiwa Muda yang Suka Berkarya. Tapi sebelum singkatan ini ditetapkan, kata Pramuka
asalnya diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX dari kata "Poromuko" yang berarti pasukan terdepan
dalam perang.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10
tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-
25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih
Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam
terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan
yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Di era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran berbangsa dan
bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama memberikan pemahaman bagi
rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab mengemban amanat untuk
memberikan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah
tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat
parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan
bangsa lain. Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu @egara@or bahwa warga
bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hal ini
@ega kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian
pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-
lain.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam
kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang
tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan
Negara Indonesia. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara
sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk
menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat
diwujudkan. Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda
yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan @egara di tingkat
pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk
membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah @egara, ekonomi
dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan,
maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh @egara apapun,
karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan.
Di situ pemuda telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela @egara. Kesadaran bela @egara
adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan e@ gara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air.
TRANSKRIP VIDEO KREATIF COVID-19