Anda di halaman 1dari 5

Beradab dalam Pembelajaran Jarak Jauh

oleh Yunarti,Universitas Singaperbangsa Karawang

Pendidikan adalah sebuah sistem memanusiakan manusia. Pendidikan


merupakan sebuah cermin kehidupan serta pilar bagi sebuah bangsa dan negara. Tujuan
pendidikan nasional bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi menjadikan
warga negara yang beradab serta berakhlak mulia. Dalam Undang- Undang No.20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) bab 1 pasal 1 berbunyi : “ Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Tingkah laku tebentuk dari sebuah adab seseorang yang merupakan


implementasi dari pendidikan. Dimana unit terkecil pendidikan adalah keluarga.
Peradaban terbentuk oleh adanya sebuah pendidikan yang menciptakan sebuah tatanan
tingkah laku dari berbagai aspek kehidupan. Masalah fundamental yang terjadi
diberbagai belahan dunia dan dirasakan seluruh negara, adalah krisis moral. Krisis moral
lahir dari penyimpangan-penyimpangan dari sebuah pendidikan. Pendidikan yang tidak
disertai dengan adanya sebuah pemahaman bahwasanya Beradab lebih tinggi dari
Berilmu.

Bahkan akar dari segala permasalahan atau krisis yang mendera sebuah bangsa
dewasa ini menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas pada hakikatnya bermuara pada
hilangnya adab(the lost of adab). Jelas bahwa adab merupakan puncak piramida dari
sebuah kehidupan, dimana peran pendidikan dalam menanamkan adab adalah penentu
masa depan suatu bangsa.

Peradaban tak pernah berhenti maju, tak juga mundur. Namun, yang dirasakan
saat ini dunia seakan berada dititik nol, diam. Wabah virus corona menjadikan dunia
sekan berada dalam sebuah kondisi istirahat, namun pendidikan
tak pernah ada kata berhenti. Dampak adanya wabah virus corona memaksa pemerintah
untuk meliburkan seluruh jenjang pendidikan baik ditingkat SD/RA, SMP, SMA hingga
Perguruan Tinggi serta menggantinya dengan belajar dirumah.

Segala bentuk cara pembelajaran dilakukan guru untuk mengganti pembelajaran


tatap muka disekolah, mulai dari media pembelajaran berbasis telekomunikasi seperti
Zoom dan aplikasi tatap muka lainnya.Yang sering kita dengar dengan istilah
pembelajaran jarak jauh. Menurut Hilary Perraton (1988), Pendidikan jarak jauh adalah
proses pendidikan dimana proporsi pengajaran yang proporsi pengajaran yang signifikan
dilakukan oleh seseorang pengajar yang terpisah oleh ruang dan waktu dari pelajar. Ini
sejalan dengan Kearsly, Moore mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh adalah
belajar yang direncanakan ditempat lain atau diluar tempatnya mengajar. Namun dalam
prakteknya dalam pembelajaran jarak jauh peserta didik baik siswa maupun mahasiswa
banyak menganggap pembelajaran jarak jauh adalah hal sepele yang dimana mereka
hanya absen dan tanpa peduli apa yang disampaikan oleh guru atau teman-teman yang
melakukan persentasi.

Menurut saya ini merupakan salah satu penyimpangan, hal kecil yang dapat
menimbulkan masalah yang besar jika terus dilakukan secara berkelanjutan tanpa
adanya pemahaman serta konsep dari sebuah pembelajaran jarak jauh. Dimana
pembelajaran jarak jauh tidak adabedanya dengan pembelajaran tatap muka secara
langsung yang membedakan hanya posisi peserta didik dengan pendidik dan peserta
didik lainnya yang tidak berada dalam satu tempat yang sama. Namun dalam hakikatnya
baik dari sistem pembelajaran, transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik, nilia
serta norma yang berlaku dalam pembelajaran tetaplah sama.

Yang sering terjadi saat pembelajaran jarak jauh pada kenyataannya terjadi
penyimpangan-penyimpangan diantaranya adalah 1) Tidak hadir tepat waktu 2) Tidak
menggunakan pakaian yang sopan 3) Tidak memperhatikan guru saat menjelaskan
materi 4) Makan dan inum saat pembelajaran 5) Membuka hal lain selain materi
pembelajaran misalnya Games, Sosial media, Grup WhatsApp dsb 6) Belajar dengan
posisi Rebahan 7) Membicarakan Pendidik dibelakang 8) dan sebagainya. Sikap serta
perilaku tersebut tidak mencerminkan siswa atau
mahasiswa yang beradab. Hal ini menyimpang dengan apa yang dinamakan beradab.

Menanggapi penyimpangan-penyimpangan moral tersebut solusi yang dapat


dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman dan pengajaranmengenai Adab
menuntut ilmu. Karena sejatinya ilmu dapat diraih jika kita memiliki adab. Dalam kitab
Adabul’Alim Wal Muta’allim, karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang berisi
tentang adab menuntut ilmu baik untuk pendidik serta peserta didik. Diantaranya adab
kepada dirinya, adab kepada ilmunya, serta adab kepada pendidik atau pesertadidik.

Yang mana mestinya pengajaran adab ini haruslah ditanamkan sejak dini kepada
peserta didik agar dapat tertanam dalam alam bawah sadar. Pembelajaran adab ini bisa
dimasukkan kedalam sebuah program yang pemerintah ambil dalam menyikapi krisis
moral yaitu pada tahun 2010, pendidikan karekter diharapkan mampu menyeimbangkan
antara pemenuhan kebutuhan kognitif dengan kebutuhan lain sebagaimana diamanatkan
dalam UU Sisdiknas tahun 2003. Pembelajaran adab dapat ditumbuh kembangkan oleh
pemerintah melalui pendidikan karakter.

(Marzuki, 2012) pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar
dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan
kebiasaan (Habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu
merasakan dan mau melakukan yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter
membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.
Habituation tidak lahir dengan sendirinya kebiasaan itu dapat dilakukan dengan aturan
serta hukuman yang mengikat agar dapat menjadi sebuah kebiasaan. Paksaan
merupakan langkah yang dapat diambil jika hal baik dapat terjadi dengan sebuah
paksaan.

Apabila karakter yang baik sudah melekat dalam diri peserta didik maka akan
menjadikan ilmu adalah hal yang mudah didapatkan. Lalu bagimana jika hal ini telah
terjadi kepada peserta didik yang pada saat ini mengalami penyimpangan, berlakukan
aturan dalam pembelajaran. Pendidik berhak tegas kepada peserta didik demi masa
depan bangsa karena masa depan bangsa berada ditangan pelajar-pelajar saat ini.
Generasi beradab menjadikan bangsa yang beradab pula. Karena jika adab
dijadikan bagian yang terintegrasi dalam pendidikan, maka peserta didik tidak hanya
cerdas pikirannya dan terampil tetapi paham untuk apa ilmu yang dimiliki itu digunakan
dengan baik. Adab yang baik menciptakan pemimpin yang baik dimasa depan,
sebaliknya adab yang buruk menciptakan pemimpin yang buruk seperti halnya dengan
koruptor, koruptor lahir dari orang pintar yang tak beradab.

Untuk pendidik dalam situasi wabah virus corona yang memaksa kita berdiam
diri dirumah, mengajar dirumah, berikanlah peserta didik sedikit pengajaran pendidikan
karakter dengan memberikan pemahaman pentingnya adab dalam menuntut ilmu.
Karena pemimpin masa depan bergantung dengan apa yang pendidik berikan kepada
peserta didik. Guru adalah pencipta pemimpin-pemimpin dunia, baik buruknya
pemimpin saat ini buah dari guru-guru dimasa lampau dan abim buruknya pemimpin
masa depan bergantung kepada guru-guru saat ini.
Daftar Pustaka

Fajar Indra. Perbandingan Konsep Adab Menurut Ibn Hajar Al-‘Asqalany dengan
Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: Jurnal pendidikan Islam.
Volume IV, nomor 1. 2015.

Marjuki.Disampaikan dalam seminar lokakasrya pendidikan karakter.2012.Jawa Timur

Machsun Toha. Pendidikan Adab, Kunci Sukses Pendidikan. Surabaya : EL-BANAT:


Jurnal pemikiran dan Pendidikan islam. volume 6 nomor 2. 2016

Munir. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.


Bandung : Alfabet,CV. 2009

Syed muhammad Naquib Al-Attas. Islam dan sekularisme.Bandung:PIMPIN.halaman


129. 2011.

Anda mungkin juga menyukai