Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF GURU SMA NEGRI 14


JENEPONTO DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN (DALAM JARINGAN) DARING

oleh:

MUHAMMAD IDRIS

NIM:105650002315

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021/2022
DAFTAR ISI
SAMPUL

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah………………………………………….……..3


B. Rumusan Masalah……………………………………………………..14
C. Tujuan…………………………………………………………………14
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori……………………………………………...………17


B. Penelitian Terdahulu………………………………………………..…36
C. Kerangka Pikir……………………………………………….………..36
D. Fokus Penelitian.……………………………………………………...37
E. Deskripsi Fokus…………….…..………………………………….….38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………….41


B. Jenis dan Tipe Penelitian…...…………………………………………42
C. Informan…………..………….……………………………………….43
D. Teknik Pengumpulan Data.……...……………………………………44
E. TeknikAnalisis Data……………….………………………………….47

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari

munculnya suatu wabah penyakit pada tahun 2019 di china yang disebabkan oleh

virus, yaitu virus corona yang akrab disebut Covid 19,hampir semua aspek

kehidupan mengalami perubahan-perubahan yang semakin hari semakin

mengkhawatirkan, mendebarkan seluruh isi dunia. Semuanya telah merasakan

dampak dari virus covid 19 ini, terutama pada dunia pendidikan. Kita harus siap

menghadapi perubahan ini, karena cepat atau lambat Pendidikan akan mengalami

perubahan drastic akibat pendemi covid 19.

Saat ini pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan – kebijakan, salah

satunya meliburkan aktivitas /tatap muka selurah Lembaga -lembaga Pendidikan.,

hal ini dilakukan sebagai upaya - upaya pencegahan penularan virus corona atau

covid 19. Hal ini tentunya berdampak besar pada perkembangan Pendidikan anak,

yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring/dalam jaringan.

Pendidikan yang sebelumnya diselenggarakan secara luring/tatap muka melalui

pertemuan langsung guru dengan peserta didik tidak bisa dilakukan karena adanya

pendemi covid-19, sehingga terpaksa harus belajar secara daring namun

pembelajaran daring ini juga banyak menimbulkan keluhan diantaranya minimnya

interaksi guru-siswa karena pembelajaran daring lebih banyak memberikan tugas

kepada siswa. Hal ini menyebabkan materi yang diberikan oleh guru kurang

menarik perhatian para siswa, dan bagi mereka bermain jauh kebih menarik

3
dibandingkan dengan belajar. Ketika hal tersebut terjadi, maka akan terjadi

kejenuhan pada pikiran siswa untuk belajar dan dapat menyebabkan kemalasan

untuk memahami materi karena kemasan yang membosankan.

Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dengan ukuran yang

bersumber pada akhlak Allah SWT. Sebagaimana telah diaktualisasikan apa yang

menjadikan sifat digariskan ‘baik’ oleh-Nya dapat dipastikan ‘baik’ secara esensi

oleh akal pikiran manusia. Disamping itu, ‘Islam’ sebagai agama yang disebut

agama dakwah, maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara

damai, tidak lewat kekerasan.

Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan

sekedar untuk hidup, ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti

diwujudkan, dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan. Inilah

salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang membuatnya

lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang

memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan

pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan

bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam

maknanya yang luas senantiasa menstimulir, mengerti dan membimbing

perubahan - perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.

Guru memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar sekaligus sebagai

pendidik. Dalam rangka mengembangkan peran gandanya, maka Ahmad Rohani

dan A. Abu Ahmadi mengutip pendapat Zakiyah Daradjat yang menyarankan agar

guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu : “Suka bekerja keras,

4
demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan

menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap,

dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji

perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu

memimpin secara baik”.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. Tugas guru tidak

terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih

kompherensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan

pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan

memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka,

membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Tidak

terbatas pada kemampuan komunikasi guru dalam mengajar dan kepala sekola

dalam memimpin sekolah, guru pun dituntut untuk bekerja dengan memberikan

pelayanan sebaik-baiknya kepada seluruh pelanggan sekolah, seperti siswa, orang

tua siswa, sesama guru, dan masyarakat sekitar. Kesemuanya itu membutuhkan

komunikasi yang baik sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik pula.

Dalam hal ini sekolah merupakan tempat dalam menuntut ilmu agar

pengetahuan bisa menjadi luas dan sekolah merupakan Lembaga Pendidikan yang

5
sifatnya formal, nonformal, dan informal yang pendiriannya dilakukan oleh

negara maupun swasta dengan tujuan untuk memberikan pengajaran, melakukan

pengelolaan pendidikan, dan mendidik para siswa. Bimbingan yang diberikan

oleh para pendidik/guru dalam sebuah lembaga pendidikan yang dirancang secara

khusus untuk mendidik siswa berada dalam pengawasan kepala sekolah. Dimana

seorang guru harus mengetahui statusnya sebagai pendidik dan mememang penuh

tanggung jawab yang telah didapatkan dari seorang pemimpinya/Kepala sekolah

tersebut dalam memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didiknya

dengan komunikasi yang sesuai pada tempat dimana pendidik sedang mengajar.

Adapun mengenai hal ini dalam Interaksi antara guru dengan siswa selama

proses belajar-mengajar berlangsung melibatkan satu hal utama yang disebut

komunikasi. Sama halnya dengan keterlibatan masyarakat dalam program

sekolah. Komunikasi adalah sebuah bagian penting yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu,

komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian makna dari satu entitas

ke entitas lain atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya melalui penggunaan

tanda, simbol, dan aturan semiotika yang dipahami bersama. Sederhananya,

komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide,

maupun gagasan dari satu pihak ke pihak lain yang dilakukan secara langsung

atau tidak langsung.

Komunikasi Persuasif adalah suatu kemampuan atau Teknik komunikasi

yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan cara mempengaruhi,

merubah pola pikir dan memasukkan unsur – unsur sugesti secara halus agar

6
komunikan mau mengikuti apa yang dikehendaki oleh komunikator dengan cara

tidak memaksa.

Ada beberapa prinsip -prinsip komunikasi persuasif yang dapa mendukung dalam

pembentukan karakter anak;

a. Besikap sejajar

Komunikasi persuasif mensyaratkan adanya kesejajaran antara komunikator dan

komunikan.

b. Memperbanyak diskusi

Komunikasi persuasif banyak melibatkan komunikan untuk menyampaikan

pendapatnya dalam proses komunikasi.

c. Mengarahkan secara halus

Komunikasi persuasif tidak bersifat memaksa, karena dengan cara – cara yang

kasar cenderung akan membuat komunikan menjalankan keinginan komunikator

dengan rasa takut dan bukan atas kemauan sendiri.

d. Mendampingi

Tujuan komuniaksi persuasif dalah perubahan sikap dari komunikan. Sehingga

komunikator perlu terus bertanggung jawab, mengawal atau mendampingi hingga

sikapnya berubah sesuai dengan yang dikehendaki.

e. Mendengarkan Keluh Kesah

Komunikasi persuasif menyediakan hal-hal di luar konteks komunikasi, namun

berpengaruh pada kondisi emosional komunikan.

7
Komunikasi persuasif idealnya dilaksanakan secara langsung dan tatap muka.

Namun selama masa pandemi, guru dihadapkan pada ikhtiar kreatifitas dalam

menyikapi pembelajaran jarak jauh terhadap siswa.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penerapan komunikasi

persuasif sebagai salah satu cara pendidikan karakter dalam pembelajaran jarak

jauh selama masa pandemi terhadap anak usia dini

a. Melalui alat komunikasi maupun media sosial

Guru dapat secara teratur bertanya kabar kepada anak, terutama berkaitan dengan

pembiasaan baik yang menjadi program guru selama pembelajaran. Hal ini

dimaksudkan agar anak terbiasa dan termotivasi untuk melakukan pembiasaan

tersebut.

b. Menyediakan waktu atau moment untuk dapat berdiskusi dengan anak.

Diskusi dapat dilakukan melalui panggilan video dengan membahas seputar

keseharian maupun kegiatan yang ada di sekitar anak. Dengan berhadapan secara

langsung melalui media virtual, anak diharapkan akan lebih percaya diri dan

terbuka dalam penyampaian cerita, ide, dan sudut pandang mereka terhadap guru.

c. Apabila menggunakan media sosial, guru dapat memberi kesempatan

waktu .cukup panjang bagi anak maupun wali murid untuk berkomunikasi, baik

melalui media kelompok maupun personal. Hal ini dilakukan sebagai proses

pendampingan terhadap pembelajaran anak yang terkadang juga tetap berjalan

meski telah berada di luar jam pembelajaran.

8
d. Memberi ruang bagi anak untuk berkonsultasi terkait hal-hal apapun.

Memberi kesempatan bagi mereka untuk berkeluh kesah kepada guru dapat

membangun ikatan batin antara anak dengan seseorang yang lebih tua, sehingga

anak tidak hanya menjadi lebih baik secara psikis, tetapi juga lebih percaya diri

dalam menghadapi berbagai hal karena percaya ada orang yang selalu bersama

mereka.

e. Apabila anak melakukan tindakan yang dirasa tidak tepat, guru dapat

mengarahkan secara halus kepada anak melalui pesan maupun panggilan pribadi

secara halus, bukan dalam forum grup maupun kelompok.

Dengan berbagai komunikasi persuasif yang dapat guru lakukan secara insidental

maupun berkala, diharapkan anak dapat menjadi lebih mengetahui, mencintai, dan

memahami dalam melakukan suatu kebaikan, baik melalui apresiasi terhadap

pencapaian dan kegagalan anak, maupun pembiasaan dalam memahami dan

melakukan perbuatan baik.

Harus dipahami sebagai seorang guru selalu dituntut untuk menjadi guru yang

profesional. Sering ditemukan masalah-masalah dalam mendidik anak disekolah,

terutama masalah tingkah laku atau akhlak anak itu sendiri. Dan masalah tingkah

laku ini yang sangat mencolok di dunia pendidikan. Dengan demikian seorang

guru harus mampu menangani anak tersebut dalam membina akhlaknya.

Menurut Zakiyah Daradjat bahwa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan

dalam masalah belajar adalah sebagai berikut :

1. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar.

2. Membangkitkan minat siswa.

9
3. Menumbuhkan sikap dan baka t yang baik.

4. Mengatur proses belajar mengajar.

5.Berpindahnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya dalam kehidupan.

6. Hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.

Sebelum mengajar seorang guru sudah dibekali dengan berbagai keterampilan dan

sikap keguruan yang dianggap perlu menjadi milik seorang guru yang akan

menjadi seorang guru atau pendidik. Guru sebagai figur sentral dalam dunia

pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan ini,

setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kehidupan yang

ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis.

Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik perilaku siswa. Hal ini

disebabkan karena guru merupakan Suri Tauladan bagi siswanya. Jika seorang

guru agama bertingkah laku dengan baik, maka siswanya akan mencontoh

perilaku tersebut. Akan tetapi sebaliknya jika guru agama tidak memberikan

contoh yang baik, maka siswanya juga akan meniru kelakuan tersebut.

Dalam hal ini Zuhairini mengutip pendapat Athiyah Al-Abrosyyi yang

menyatakan bahwa : “Hubungan antar murid dengan guru seperti halnya

bayangan dengan tongkatnya. Bayangan tidak akan terlihat lurus apabila tongkat

itu berdiri bengkok yang artinya bagaimana murid akan menjadi baik, apabila

gurunya tidak berkelakuan baik. Dalam pepatah bahasa Indonesia dikatakan

bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari yang artinya murid akan

mencontoh apa yang telah dilakukan gurunya”.

10
Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam dunia pendidikan pertama sekali yang

harus dibina adalah masalah akhlak anak, karena hal ini adalah tujuan daripada

pendidikan di Indonesia. Dengan demikian guru harus lebih profesional untuk

membina, membimbing, anak itu menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Kemudian seorang guru sebelum membina kepribadian anak, terlebih dahulu guru

harus menunjukkan dan memberikan kepribadian yang baik pula.

Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang

kehadirannya hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara

historis dan teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat islam

agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Dengan demikian tidaklah berlebihan

jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad saw. Adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat faktor pendukung

keberhasilan dakwah Nabi itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia,

sehingga Allah SWT. Sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad SAW.

Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menilai

seseorang perbuatannya baik atau buruk. Akhlak haruslah bersifat konstan,

spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta

dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi kata akhlak bersifat netral,

belum merujuk kepada baik atau buruk, tapi pada umumnya apabila disebut

sendirian, tidak dirangkai sifat tertentu, maka yang dimaksud akhlak adalah

akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak menekankan pada sikap yang

menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan

anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah Saw menganjurkan kepada

11
umatnya untuk memperhatikan budi pekerti anak dengan baik, karena akhlak ini

merupakan implikasi dari cerminan dan Tauhid kepada Allah. Menurut Said Agil

Husin menghadapi fenomena krisis akhlak dunia pendidikan sedang menghadapi

ujian berat sekaligus tantangan karena pendidikan merupakan faktor terpenting

dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Para

pemikir pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan

moral.

Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna agama Islam dengan

titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya

mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dia-lah

pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih dan

Penyayang terhadap segala makhluk-Nya.

Dengan demikian adanya komunikasi yang baik dari para pendidik dapat

mengajarakan para peserta didik agar memiliki akhlak yang baik pula baik itu

dimata Allah SWT. Ataupun dimata sesama manusia. Para pelajar juga dapat

memberikan contoh – contoh yang baik dan terpuji disekitar lingkungan tempat

tinggalnya jika memiliki dasar akhlak yang baik.

Pembinaan akhlak merupakan usaha yang dilakukan dalam memperbaikki

dan mengembangkan perilaku, budi pekerti, norma dan nilai nilai akhlak para

anak didik supaya mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang

terpuji serta anak didik di harapakan bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan

berakhak karimah.

12
SMAN 14 Jeneponto adalah salah satu - satuan Pendidikan dengan jenjang

SMAN di Rumbia, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan.

Dalam Menjalankan kegiatannya SMAN 14 Jeneponto berada dibawah naungan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk alamat SMAN 14 Jeneponto

bertempat di Lassang Te’ne Desa Rumbia Kecamatan Rumbia Kabupaten

Jeneponto Sulawesi Selatan dengan kode Pos 92371.

Sekolah SMAN 14 Jeneponto didirikan sejak tahun 2016 tepatnya pada

Tanggal 18 Juli 2016 oleh naungan Menteri Pendidikan dan budaya dan

merupakan salah satu sekolah popular pada zaman sekarang di Desa Rumbia.

Adapun sekolah ini pertama dikepalai oleh Hj.SYAHRU RAHMADANI,ST yang

dipercayakan dalam memimpin sekolah tersebut oleh wewenan provinsi. Dan

kemudian setelah menjabat selama 2 tahun lamanya sekolah SMAN 14 Jeneponto

kemudian di Kepalai oleh Bapak IRWANTO,S.Pd,MM.pada tahun 2018 dan

kemudian setelah menjabat 2 tahun lamanya di gantikan lagi dan selajutnya di

Kepalai oleh Bapak Muh.Aslam Akib,S.Pd.M.Pd hingga saat ini . Kepala sekolah

umumnya telah dipilih langsung dari pihak Provinsi untuk memimpin para tenaga

pendidik. Sekolah yang bisa dibilang masih terbilang baru ini sudah dikenal luas

di kalangan masyarakat terutama di masyarakat Kecamatan Rumbia Kabupaten

Jeneponto dengan siswa/siswi yang boleh dibilang dalam keadaan sekolah yang

masih terbilang baru namun siswa/siswinya mampu memberikan prestasi baik

stelah lulus dari SMAN 14 Jeneponto. Alhamdulillah dalam kurung waktu 2 tahun

yang tepatnya pada tahun 2018 sekolah SMAN 14 Jeneponto berkat usaha kerja

keras Kepala sekolah dan Para tenaga Pendidik sekolah ini sudah mampu

13
memperolah Akradetasi C. SMAN 14 Jeneponto tidak lepas dari tanggung jawab

Kepala Komite oleh Bapak H.Salihin Tompo yang sangat berjasa dalam

membangun dan meningkatkan prestasi sekolah ini agar meluas dikenal

dikalangan masyaratakat terkhusus di Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi persuasif guru sekolah di SMA Negeri 14

Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam pembinaan akhlak siswa melalui

pembelajaran daring?

2. Faktor apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru sekolah

dalam menerapkan komunikasi persuasif terhadap siswa/siswi di SMA

Negeri 14 Jeneponto dalam pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran

daring?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pola komunikasi persuasif guru sekolah di SMA Negeri

14 Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam pembinaan akhlak siswa/siswi

melalui pembelajaran daring.

14
2. Mengungkap hambatan-hambatan yang di hadapi oleh guru sekolah dalam

menerapkan komunikasi persuasif terhadap siswa/siswi di SMA Negeri 14

Jeneponto, Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, tentu saja hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Sebagai referensi ilmiah dalam kajian Ilmu Komunikasi, Peneliti berharap

dengan adanya pengetahuan teori dalam dalam hal ini dapat dijadikan

tambahan referensi dan pegangan utama dalam pola komunikasi persuasif

guru sekolah di SMA Negeri 14 Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam

pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran daring? dan semoga

penelitian dapat menjadi bahan tambahan informasi dalam pengetahuan

ilmu tentang Pola komunikasi persuasif dalam membina akhlak dan

semoga teori yang terdapat dalam penelitian ini dapat menjadikan anak

usia muda menjadi berguna bagi orang lain dikemudian hari dan tetap

memiliki akhlak yang baik. Karena dengan memiliki akhlak yang baik

maka akan membuat pribadi yang baik pula.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi akademik

Sebagai salah satu sumber data, informasi, dan referensi ilmiah bagi para

mahasiswa dan peneliti yang tertarik melakukan penelitian tentang Pola

15
komunikasi persuasif guru sekolah di SMA Negeri 14 Jeneponto, Kabupaten

Jeneponto dalam pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran daring.

b. Bagi penulis

Sebagai persyaratan wajib dalam penyelesaian studi strata satu (S1) Ilmu

Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar.

c. Bagi Sekolah, terkhusus di SMA Negeri 14 Jeneponto

Sebagai sumber data, informasi dan dasar pertimbangan bagi pihak guru sekolah

dalam upaya meningkatkan akhlak siswa/siswi.

d. Bagi pembaca

Sebagai salah satu sumber pengetahuan dan penyedia informasi yang dapat

digunakan sebagai pembanding dalam melakukan penelitian yang serupa.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pegetahuan segenap pembaca

dan sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian

selanjutnya dan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori

mengenai komunikasi persuasif guru sekolah.

16
BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

A. Konsep dan Teori

1. Komunikasi

Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu

pengertian komunikasi secara etimologis dan terminologis. Pengertian komunikasi

secara etimologis berasal dari bahasa latin communication yang bersumber dari

kata communis yang berarti sama/bermakna sama. Komunikasi berlangsung jika

orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu

hal yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, hubungan antara mereka

bersifat komunikatif karena dapat saling memahami hal yang sedang

dikomunikasikan. Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak mengerti mengenai hal-

hal yang sedang dikomunikasikan berarti dapat di artikan bahwa hubungan

mereka tidak komunikatif (Nurhadi & Kurniawan, 2018).

Sementara itu, komunikasi secara terminologis adalah suatu proses

penyampaian ide dan berita dari suatu sumber berita ke suatu tujuan. Komunikasi

telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dengan

berkomunkasi, manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan

yang lainnya. Semakin banyak melakukan komunikasi, semakin banyak pula

informasi yang dapat diperoleh dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang

dalam kehidupannya, karena sejumlah kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui

komunikasi antarsesama manusia (Zahara, 2018). Lebih lanjut, Nurhadi &

Kurniawan (2018) juga menyatakan bahwa komunikasi secara adalah proses

17
penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain. Hal ini disebut pula

dengan istilah human communication yang berarti komunikasi melibatkan

beberapa orang.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi tersebut dapat disimpulan

bahwa komunikasi merupakan penyampaian suatu pernyataan yang memiliki

kesamaan makna, baik dalam bentuk pemikiran maupun tindakan atau tingkah

laku, terhadap suatu hal yang sedang dikomunikasikan antara seseorang dengan

yang lain. Komunikasi telah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia,

karena tanpa komunikasi manusia tidak dapat saling memahami. Melalui

komunikasi, kebutuhan manusia dapat terpenuhi, dalam hal ini kebutuhan berupa

informasi ataupun gagasan manusia terwujud dalam komunikasi.

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi pada dasarnya melibatkan beberapa unsur sehingga tercipta

penyampaian gagasan yang ideal sebagai berikut.

a) Komunikator (communicator).

Unsur komunikasi bisnis dan personal yang pertama adalah komunikator atau

lebih familiar disebut dengan istilah penyampai pesan. Pihak komunikator ini

berfungsi sebagai sumber informasi atau informan. Dalam komunikasi,

komunikator harus mampu menyampaikan pesan dengan baik. Karena

kemampuan si komunikator akan berpengaruh pada berhasil tidaknya suatu

komunikasi. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki oleh komunikator

adalah mampu menyusun pesan dengan baik, memiliki teknik bicara dan

menulis yang baik, berwawasan luas, mampu memilih media komunikasi yang

18
tepat, hingga mampu mengantisipasi gangguan yang muncul. Komunikator

juga harus bisa memberikan tanggapan atas respon dari lawan bicara

(komunikan).

b) Pesan (message)

Pesan adalah informasi, berita, atau ide yang ingin disampaikan oleh pihak

komunikator kepada pihak komunikan. Pada dasarnya, pesan terdiri dari pesan

informatif, pesan persuaif dan pesan koersif. Pesan informatif adalah pesan

yang berisi keterangan, fakta, dan informasi lainnya. Contoh dari pesan

informatif ini adalah informasi tentang kejadian yang menimpa negara kita dan

solusi apa yang akan ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kejadian

tersebut. Pesan persuasif adalah pesan yang bersifat membujuk. Pesan ini

bertujuan untuk mengubah sikap komunikan. Contoh komunikasi dengan pesan

persuasif ini adalah membujuk orang lain dalam suatu ajang pemilihan kepala

desa untuk memilih si B yang semula ingin memilih si A. Sementara itu, pesan

koersif adalah pesan dengan sifat memaksa. Contoh komunikasi dengan pesan

koersif adalah penyampaian peraturan pegawai. Beberapa jenis perusahaan 

membuat peraturan ini harus ditaati dan ada hukuman jika dilanggar.

c) Komunikan

Jika tidak ada komunikan atau penerima pesan, maka komunikasi hanya

bersifat searah. Padahal, komunikasi pada dasarnya membutuhkan tanggapan

atau respon dari target atau penerima pesan. Komunikan di sini bisa berupa

kelompok, individu, atau organisasi lain. Agar tujuan komunikasi bisa tercapai

dengan baik, seorang komunikan harus memiliki kecakapan komunikasi yang

19
baik. Selain itu, sifat dan pengetahuan yang dimiliki oleh komunikan juga ikut

berpengaruh terhadap hasil komunikasi. Kondisi atau keadaan lahiriah

komunikan juga bisa berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi.

d) Media Komunikasi

Media komunikasi adalah saluran atau sarana yang digunakan oleh

komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Media yang

digunakan dalam berkomunikasi bergantung pada jenis pesan yang ingin

disampaikan, misalnya pesan berupa visual, audio, atau tulisan. Seorang

komunikator harus mampu memilih media yang cocok dan sesuai dengan

pesan yang ingin disampaikan kepada komunikan. Pemilihan media yang salah

tentunya membuat pesan tidak tersampaikan dengan baik. Setidaknya ada dua

jenis media yang bisa dipilih:

• Media personal (WhatsApp, Telegram, media sosial pribadi dll.)

• Media massa (koran, radio, televisi)

Pemilihan media massa dan personal ini bergantung pada tujuan komunikasi dan

target yang akan dituju.

e) Tanggapan dan respon (feedback)

Dari feedback, kita bisa melihat apakah komunikasi berjalan dengan baik,

apakah komunikator menyampaikan pesan dengan mulus, hingga apakah

komunikan bisa memahami pesan yang disampaikan. Ada dua jenis respon

atau feedback yang diterima oleh komunikator yaitu feedback negatif dan

positif. Feedback negatif biasanya bertentangan dengan keinginan dan harapan

20
komunikan, dan sebaliknya feedback positif selalu sejalan dan berterima

dengan kedua pihak, yaitu kebersesuaian antara komunikator dan komunikan.

3. Persusif

Persuasi atau persuasif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki dua arti. Pertama, kata persuasi diartikan sebagai ajakan kepada

seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya

(membujuk secara halus).  Selain itu juga diartikan sebagai karangan yang

bertujuan membuktikan ide, gagasan, atau pendapat dari penulis.

Harapannya, pembaca akan mengikuti dan melakukan apa yang sudah

dituliskan oleh penulis di dalam teks persuasif. Teks persuasif banyak digunakan

dalam iklan atau imbauan khusus.

Anda perlu mengenali ciri-ciri, struktur, hingga contohnya.  Dengan begitu, Anda

menjadi tahu dan bisa menerapkan bagaimana cara membuat teks persuasif yang

baik sehingga orang-orang yakin dan terbujuk dengan tulisanmu.

Berikut ini penjelasan mengenai pengertian teks persuasif, ciri-ciri,

struktur, seperti dikutip dari laman Studiobelajar dan Kelaspintar.

Ciri-Ciri Teks Persuasif

Teks persuasif dapat dikenali dengan ciri-cirinya, antara lain:

 Penulis memahami bahwa pendirian dan pemahaman pembaca dapat diubah.

 Penulis berusaha menjelaskan dan menarik kepercayaan pembaca.

21
 Penulis berusaha menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui

kepercayaan

penulis dengan pembaca.

 Penulis berusaha menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan

supaya kesepakatan pendapat tercapai.

 Penulis menampilkan imbauan dan ajakan.

 Penulis berusaha memengaruhi pembaca. Penulis menyertakan data dan fakta

dalam teks persuasif.

Struktur Teks Persuasif

Tim Kementerian dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014, hlm. 176)

mengatakan, teks persuasif memiliki struktur sebagai berikut.

a) Pengenalan isu

Pengenalan isu berupa pengantar atau penyampaian atas isu yang akan

dibahas pada teks, lalu akan dikembangkan pada paragraf-paragraf selanjutnya.

b) Rangkaian argumen

Rangkaian argumen berupa pendapat-pendapat dari penulis mengenai isu

yang dikemukakan sebelumnya. Pada bagian ini juga dikemukakan mengenai data

atau fakta yang mendukung argumen tersebut.

c) Pernyataan ajakan

Pernyataan ajakan berupa kalimat-kalimat dorongan kepada para pembaca

untuk melakukan sesuatu. Pernyataan ajakan dapat berupa tersirat maupun tersurat

pada teks.

22
d) Penegasan Kembali

Bagian ini menyatakan kembali hal-hal yang sebelumnya sudah

disampaikan dengan bentuk yang berbeda. Pada umumnya, bagian ini ditandai

dengan kata-kata penutup.Contoh: dengan demikian, demikianlah, oleh karena

itulah, dan lain-lain.

Fungsi Kalimat Persuasif

Terdapat beberapa fungsi yang membuat kalimat jenis ini bisa digunakan

untuk beberapa hal dan diterapkan pada beberapa momen, yaitu:

1) Sebagai Kalimat Perintah 

Fungsi dan penggunaan pertama dari kalimat berbentuk persuasif adalah

untuk dijadikan kalimat perintah. Hanya saja, kalimat jenis ini punya ciri khas

dimana perintah yang ditulis akan dibuat secara tersirat. Sehingga tidak secara

langsung dan pembacanya pun tidak merasa diperintah atau digurui. 

Namun pada beberapa kondisi, kalimat jenis ini digunakan oleh penulis untuk

memberi perintah secara langsung. Hanya saja tetap menggunakan bahasa yang

enak didengar. Sebab dibanding sebagai kalimat perintah, kalimat ini lebih ideal

disebut kalimat ajakan sehingga tidak ada ajakan yang memaksa. 

2) Bahan Promosi dan Kampanye 

Fungsi kedua dari kalimat persuasi adalah digunakan sebagai bahan

promosi atau kampanye. Sehingga seperti yang disebutkan sekilas di awal-awal,

bahwa kalimat ini identik dengan kegiatan promosi atau beriklan. Setiap kalimat

iklan dipastikan memakai kalimat yang dikembangkan dengan teknik persuasif.

23
3) Membentuk Paragraf Persuasif 

Kalimat berbentuk persuasif juga digunakan oleh penulis untuk menyusun

paragraf persuasif. Dimana fungsi dari paragraf ini adalah sama, yakni untuk

mengajak atau merayu kepada para pembaca untuk melakukan sesuatu seperti

yang diinginkan dan ditulis oleh penulisnya. 

Sehingga paragraf persuasif dijamin mengandung kalimat berbentuk

persuasif juga. Tidak mungkin mengandung kalimat lain, kecuali memang masih

berada dalam satu konteks yang sama. Yakni mampu menguatkan ajakan yang

dicantumkan dalam paragraf persuasif tersebut.

Jenis-Jenis Kalimat Persuasif

Selanjutnya adalah mengenai jenis dari kalimat persuasi yang ternyata

memang cukup beragam. Berikut adalah jenis-jenis tersebut: 

a) Kalimat Persuasif Politik 

Jenis pertama adalah kalimat jenis persuasif politik yang digunakan untuk

ajakan di bidang politik atau diterapkan di dalam teks yang mengandung unsur

politik. Sehingga segala ajakan yang mengarah pada bidang politik kemungkinan

besar akan selalu disusun dengan kalimat bentuk persuasif. 

b) Kalimat Persuasif Pendidikan

Jenis kedua adalah kalimat bentuk persuasi pendidikan, sesuai dengan

namanya kalimat ini digunakan untuk membangun ajakan dan rayuan di bidang

pendidikan. Secara umum akan ditulis dan diungkapkan secara lisan oleh mereka

yang berkecimpung di dunia pendidikan.  Baik itu dosen, guru, mahasiswa,

24
menteri pendidikan, dan lain sebagainya. Sehingga setiap ajakan yang

mengandung unsur pendidikan maka penulisan ajakan tersebut menggunakan kata

persuasif jenis ini. 

c) Kalimat Persuasif Advertensi 

Jenis ketiga dari kalimat persuasi adalah advertensi. Sesuai dengan

namanya, sekali lagi kalimat jenis persuasif satu ini digunakan untuk

memperkenalkan atau mempromosikan dan menjual suatu produk dan jasa

sehingga semakin dikenal luas oleh khalayak.  Khusus untuk jenis satu ini

biasanya penulis harus menyusunnya dengan ketelitian tinggi. Sebab kalimat yang

disusun nantinya akan mempengaruhi penjualan dan citra produk tersebut di

masyarakat. Jika penyusunan kalimatnya tepat maka akan membuat produk

tersebut mudah diterima dan bahkan laku keras. 

d) Kalimat Persuasif Propaganda 

Jenis terakhir adalah kalimat persuasi propaganda yakni jenis kalimat

berbentuk persuasif yang mengandung unsur ajakan sekaligus informasi.

Sehingga tidak hanya mengajak namun juga berbagi informasi kepada

pembacanya. Hanya saja kata propaganda sendiri di mata masyarakat cenderung

dianggap negatif. 

4. Pembinaan Akhlak

Pembinaan atau bimbingan adalah suatu proses kegiatan kepada individu

yang dilakukan secara terus menerus (continue), supaya peserta didik tersebut

dapat memahami dirinya. Sehingga peserta didik dapat mengontrol diri sendiri

25
dan bertindak sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga

dan masyarakat. Dengan demikian peserta didik dapat merasakan kebahagiaan

dalam hidupnya serta dapat memberikan dampak yang berarti kepada kehidupan

masyarakat pada umumnya.

Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian pembinaan merupakan

usaha yang dilaksanakan secara terus-menerus, sadar, sistematis dan terencana

dalam membentuk kepribadian dan karakter sesuai dengan potensi dan tujuan

yang diharapkan.

Sedangkan menurut Dasuki, Hafidz akhlak secara kebahasaan yaitu kata

akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq atau

khalq, yang berarti tabiat atau budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan,

kesatriaan, kejantanan, atau agama.

Senada dengan hal tersebut, Al-Qur’an menyebutkan bahwa agama itu

adalah adat kebiasaan dan budi pekerti yang luhur, sebagaimana yang terkandung

dalam dua ayat Al-Qur’an berikut ini: َ

ّ‫ِولي َن ُق اَأ َل ُ ُخل ِا َّل ا إ‬

‫َ ْن‬

Artinya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Qs.

As-Syu’ara : 137)

26
ٍ‫َوإ‬ ‫ق َع ِ ْظيٍم ُ ِنَ َكلَل‬

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Qs.

Al-Qalam : 4)

Dua ayat Al-Qur’an di atas menegaskan dua hal. Pertama, bahwa

AlQur’an menyebutkan akhlak yaitu adat kebiasaan. Kedua, bahwa yang

terpenting dalam ajaran Islam adalah mengamalkan ajarannya dan berbudi pekerti

sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.

Akhlak adalah nilai diri seseorang, yang membedakan antara satu dengan

yang lainnya, seekor hewan di zaman purbakala dengan yang di zaman modern

tidaklah ada perbedaan dari sisi tabiatnya, namun manusia di pengaruhi oleh nilai-

nilai yang membentuk kepribadiannya. Jika beraklak baik, maka ia akan berharga

namun jika berakhlak buruk, maka ia pun akan lebih rendah dari pada binatang.

Pada dasarnya, banyak pengertian tentang para ahli mencoba merangkum

akhlak dalam sebuah definisi sesuai perspektifnya. Seperti yang dilakukan oleh

Abdul Hamid Yunus di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:

ِ‫يَّةُ ْالَدَب ِن ا ِا ْلن َسا ْ َي ِصفَا ُت ا اَا َل ْخا َل ُق ِه‬

“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Di dalam mu’jam al-Wasith juga

disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:.

ْ‫صد َر ُر ا ِس َخة ْع َم تَ ْأ َل َهاا ِم ْن ْو َْخيٍر ا ُل ِم ْن َعْن َج‬


ِ ْ ْ ‫و ُق ُ ُخل ِللنَّ ْف َح ِس اَل ا ل‬

َ ‫َ ْغي ٍة ِر اَ ىِف ْك َح ٍر ا َل ِ إ َو ُر‬


‫ْؤي ٍة‬

27
“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalm jiwa, yang dengannya lahirlah

macammacam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan”.

Senada dengan ungkapan diatas telah dikemukakan oleh Imam Ghazali dalam

kitab Ihya-nya sebagai berikut:

ِ ‫و ُق ُ ُخل َر اَل ة ْ ْص َهْيَئ ٍة فِى ِس َع ْن ِعبَا النَّ ْف تَ َرا ِس َخة دُر ٍة ْنِف َع ا ا ُل‬
ْ‫ْال َج ٍة ْن‬

‫ف‬ َ ‫سر ِ ُس ُهْو َل َ ْغي ى ِر ِم َحا َل ِ َو ُر ْؤ‬


ِ ‫ي ٍة ْ ٍكر إ‬ ٍ ْ‫ي‬
ُ ‫َو ب‬

“Al-Khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macammacam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”.

Memperhatikan ketiga definisi di atas dapat ditegaskan bahwa tidak

semua perbuatan manusia disebut akhlak. Perbuatan manusia bisa disebut akhlak

jika terpenuhi dua syarat berikut ini: pertama, perbuatan itu dilakukan berulang-

ulang atau terus-menerus. Kedua, perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa

dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu

kebiasaan.

Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan pemikirannya tentang

akhlak begitu beragam namun semuanya masih saling keterkaitan satu dengan

yang lainnya dalam memandang akhlak. Ketiga ahli ini masih menekankan

pengertian akhlak kepada kebiasaan dalam bertingkah laku. Semuanya dipandang

28
sebagai kebiasaan yang sering dilakukan, sehingga tidak perlu menggunakan akal.

Semuanya dilakukan tanpa perintah dari akal.

Menurut Husni Rahim Akhlak merupakan tahapan ketiga dalam beragama.

Tahapan pertama penyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahapa

kedua melakukan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, membaca Al-Qur’an dan

berdo’a, dan tahap ketiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak.

Akhlak mulia atau baik merupakan hasil dari proses penerapan aqidah dan

syariah. Ibara sebuah bangunan, akhlak mulia merupakan kesempurnaan dari

bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunanya dibangun dengan baik. Tidak

mungkin akhlak mulia ini akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki

aqidah dan syariah yang baik.

Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan

manusia; apakah itu baik, atau buruk. Penjelasan ini tidak jauh berbeda dengan

apa yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya, dimana penekanan masih

terdapat pada sikap spontanitas atau tanpa pemikiran yang melekat pada diri

seseorang untuk melakukan tindakan.

Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan

pula sekedar kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Akan tetapi, akhlak

harus menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang siap memunculkan

perbuatan-perbuatan, dan situasi harus melekat sedemikian rupa sehingga

perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi kebiasaan

dalam kehidupan sehari-hari. Kesempurnaan akhlak sebagai suatu keseluruhan

29
tidak hanya bergantung kepada satu aspek pribadi, akan tetapi terdapat empat

kekuatan didalam diri manusia yang menjadi unsur bagi terbentuknya akhlak baik

dan buruk. Kekuatan-kekuatan itu ilah kekuatan ilmu, kekuatan nafsu sahwat,

kekuatan amarah dan kekuatan keadilan.

Jika diperhatikan, seluruh definisi akhlak sebagaimana dijelaskan di atas

tidak saling bertentangan, melainkan saling berkesinambungan dan melengkapi.

Kalau kita ambil kesimpulan dari definisi para ahli di atas, yaitu suatu sifat yang

tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan yang dilakukan dengan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan dalam

kehidupannya. Oleh karena itu wujud akhlak adalah keadaan yang melekat pada

jiwa manusia.

Tentang istilah akhlak dalam bahasa Indonesia sering dipakai dengan

moral dan etika. Istilah moral berasal dari bahsa latin mores, yaitu bentuk prular

dari mos, yang berarti adat kebiasaan. Memperhatikan definisi di atas, dapat

dikatakan bahwa moral merupakan perbuatan dan perilaku. Moral dianggap

sebagai nilai dalam masyarakat, untuk menentukan baik dan buruknya tindakan.

Menurut sudut pandang pemerintah, modifikasi istilah pendidikan agama

bertujuan untuk memperkuat karakter generasi. Dengan demikian, moral harus

dididik secara integratif kepada peserta didik. Moral baik dalam konsep maupun

praktik tidak lepas dari pendidikan agama. Penjelasan pemerintah itu mengundang

asumsi dan kritik akademis dan politik dari masyarakat. Ada asumsi politik dan

kritik terhadap konsep tersebut. Di antara para kritikus, ada komentar bahwa

30
penambahan istilah moral setelah masa pendidikan agama kurang logis. Beberapa

dari mereka berpendapat bahwa istilah moral dalam peraturan pemerintah secara

eksplisit merupakan bagian dari karakter bangsawan. Dengan demikian, istilah itu

haruslah akhlak mulia dan bukan moral.

Lalu persamaan dan perbedaan dengan akhlak, persamaan antara akhlak

dan moral adalah bahwa keduanya berbicara tentang perbuatan manusia.

Perbuatan manusia menurut akhlak dan moral ada yang bernilai baik dan ada yang

bernilai buruk. Sedangkan perbedaan di antara keduanya terletak kepada

perbuatan manusia tersebut. Bila akhlak memandang baik buruknya perbuatan

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang

utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian Islam dalam

pembinaan akhlak selanjutnya dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada

seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat

berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal shalih dan perbuatan

terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih dinilai sebagai iman yang

palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Pembinaan akhlak yang ditempuh

Islam adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu system yang

menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk

diarahkan pada pembinaan akhlak. Dalam tahap tahap tertentu, pembinaan akhlak

khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama

kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.

31
Jika kita ingin melihat anak anak muda memiliki akhlak yang baik

kedepannya maka sepatutnya sedari kecil anak anak harus kita biasakan dalam

bertingkahlaku yang baik karena melalui pembiasaanlah yang dari kecil maka

akan terbiasa dilakukannya ketika sudah dewasa nanti.

5. Pola Komunikasi

Secara umum komunikasi dibagi menjadi dua dimensi, yaitu komunikasi

vertikal dan komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari

atas ke bawah atau dari bawah ke atas, seperti komunikasi dari pimpinan

organisasi kepada anggotanya atau sebaliknya (two ways traffic communication).

Sementara itu, komunikasi horizontal adalah komunikasi antarsesama yang

bersifat setara, seperti komunikasi antarpegawai dalam suatu instansi/organisasi,

atau dapat pula terjadi komunikasi antarpimpinan dalam organisasi. Dari kedua

dimensi komunkasi tersebut, sistim manajemen akan mengendalikan komunikasi

yang membutuhkan proses adaptasi waktu, keahlian, dan fasilitas untuk

memperbaiki jalannya komunikasi (Evelina & Angeline, 2014).

Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi, petunjuk,

informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian, para anggota

memberikan laporan, saran, masukan, dan lain sebagainya kepada pimpinan.

Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam organisasi,

karena jika satu arah saja, misalnya dari pimpinan kepada anggotanya saja, maka

roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Komunikasi vertikal yang lancar,

terbuka, dan saling mengisi merupakan sikap pimpinan organisasi yang

demokratis. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para staf

32
atau bawahannya, sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Sementara itu, dalam komunikasi horizontal terjadi komunikasi

antarindividu atau sekelompok orang yang setara. Komunikasi horizontal tidak

selamanya memberi hubungan dua arah antara pemberi pesan dan penerima pesan

semata, tetapi dapat berupa diskusi lepas dalam suatu kelompok tertentu tanpa

adanya perbedaan status atau jabatan. Aliran komunikasi horizontal ini tentunya

dipandang selalu berada pada hierarki yang sama (Rizqi, 2017).

6. Hambatan komunikasi

Dalam melakukan komunikasi, baik bersifat internal maupun eksternal

organisasi, adakalanya hasil yang dicapai tidak terus-menerus sesuai dengan yang

diharapkan. Dengan kata lain, komunikasi tidak efektif dan tidak mencapai

sasaran dengan baik. Di dalam pelaksanaannya, komunikasi dapat terhambat

disebabkan oleh beberapa hal, seperti komunikasi antara pimpinan dan anggota

yang tidak memahami proses komunikasi yang mereka lakukan, adanya

perbedaan persepsi dalam memahami suatu masalah pekerjaan dan tanggung

jawab, adanya perbedaan jabatan antara pimpinan dan anggota di masing-masing

bidang, terjadinya penumpukan informasi, adanya perbedaan ahasa yang

digunakan oleh masing-masing pihak, dan lain-lain sebagai faktor penyebab

terhambatnya suatu komunikasi.

Di lingkungan sekolah, komunkasi antara kepala sekolah dengan para guru

selalu terjadi, bahkan berada pada intensitas yang tinggi, demi kelancaran

pelaksanaan pembelajaaran. Komunikasi antara kepala sekolah dan guru mustahil

33
ditiadakan, namun terkadang muncul adanya rasa tidak saling percaya. Hal ini

tentu saja menjadi hambatan besar komunikasi internal sekolah. Alhasil, pesan

yang disampaikan oleh pemberi informasi tidak sesuai dengan kenyataan yang

diterima oleh penerima informasi. Salah satu ahasa yang menghambat terjadinya

komunikasi internal adalah adanya masalah ketika penyampaian pesan dari

pengirim ke penerima berupa ahasa fisik, misalnya alat komunikasi rusak dan

kesibukan pribadi yang padat tidak terelakkan. Meskipun hambatan tersebut

tampak sepele, namun begitu menghambat terhadap proses sebuah komunikasi.

Faktor lain yang sangat menentukan sukses tidaknya sebuah komunikasi

adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar agar pesan yang ingin

disampaikan oleh komunikator kepada komunkan lebih bermakna. Dalam hal ini,

komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama atas pesan dari

komunikasi tersebut. Sugiarto (2014) menyatakan bahwa makna dalam pesan

komunikasi ada dalam benak pengirim dan penerima pesan dan mereka harus

memiliki pengertian yang sama atas pesan komunikasi tersebut. Faktor

pemahaman makna ini biasanya ditentukan oleh tingkat konsentrasi psikis pelaku

komunikasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa hambatan

komunikasi pada dasarnya ada dua jenis, yaitu hambatan fisik dan hambatan

psikis. Hambatan fisik berdasar pada kesalahan penggunaan media komunikasi,

sedangkan hambatan psikis merujuk pada kesalahpahaman penerimaan makna

komunikasi. Kedua hal tersebut menjadi pokok hambatan dalam berkomunikasi,

baik yang bersifat internal maupun eksternal.

34
7. Teori komunikasi Persuasif.

Ada beberapa faktor yang mperlu diperhatikan agar komunikasi persuasif

berjalan dengan baik, yaitu kejelasan tujuan, aspek-aspek keragaman sasaran

persuasif, serta pemilihan strategi komunikasi yang tepat. Komunikasi persuasif

sendiri memiliki beberapa bentuk (teori), berikut ini akan Pakar Komunikasi

jelaskan mengenai teori komunikasi persuasif tersebut.

1) Teori Perubahan Sikap

Teori ini menjelaskan tentang perubahan sikap idividu. Perubahan sikap

terjadi dari waktu ke waktu, dan terjadi karena perbedaan sikap individu dalam

menanggapi suatu rangsangan.

2) Teori Konsistensi Afektif – Kognitif

Konsistensi Afektif merupakan sikap yang mengacu pada perasaan, emosi,

atau nilai seseorang. Sedangkan konsistensi kognitif merupakan sikap yang

mengacu pada pikiran, pengetahuan, atau pengalaman. Namun jika sikap afektif

berubah maka kognitif pun akan berubah, begitu pula sebaliknya..

3) Teori Belajar

Teori belajar berbicara mengenai kegiatan seseorang untuk mengubah prilaku.

Kegiatan belajar akan selalu diikuti dengan perubahan baik secara kognitif,

psikomotor, maupun afektif. Misalnya perubahan dalam hal kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, nilai, dan sebagainya.

35
B. Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding dan tolok

ukur serta mempermudah peneliti dalam menyusun penelitian ini. Hasil-hasil

penelitian terdahulu dipandang perlu dalam penelitian ini untuk menghindari

duplikasi atau terjadinya pengulangan penelitian yang sama. Bagian ini juga

mengantisipasi terjadinya kesalahan yang sama seperti pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Berikut adalah beberapa hasil penelitian terkait dengan pokok

pembahasan dalam penelitian ini, namun berbeda dengan fokus kajian peneliti

yang menitik beratkan pada komunikasi persuasif guru sekolah untuk pembinaan

akhlak siswa selama pembelajaran daring di masa pandemi covid-19.

No. Nama dan Judul Metode Peneliti Hasil Peneliti Perbedaan


Peneliti
1. Risna Bahar:
Pembinaan
Karakter Anak
pada Sekolah Alam
Insan Kamil di
Kelurahan
Tamarunang
Kecamatan Somba
Opu Kabupaten
Gowa

C. Kerangka Pikir

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan

model konseptual tentang pemanfaatan teori yang berhubungan dengan berbagai

36
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir

yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antarvariabel yang akan

diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen

(bebas) dan variabel dependen (terikat). Pertautan antarvariabel tersebut,

selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian atau kerangka

berpikir dalam sebuah penelitian. Paradigma penelitian atau kerangka berpikir ini

merupakan model distruktur, konstelasi konsep, dan nilai-nilai persepsi sebuah

penelitian. Adapaun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

1 berikut ini.

Guru Sekolah

Pola Komunikasi Hambatan Komunikasi


Persuasif Persuasif

Motivasi Guru

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

D. Fokus Penelitian

37
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca dan

keluar dari pokok permasalahan, maka peneliti fokus pada pola komunikasi

persuasif guru sekolah di SMA Negeri 14 Jeneponto, Kabupaten Jeneponto

dalam pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran daring.

Moleong (2017) menyatakan bahwa masalah pada penelitian kualitatif

bertumpu pada suatu fokus. Fokus penelitian memberikan pemisah dalam

pembelajaran antara guru sekolah sebagai tenaga pendidik di sekolah dengan

siswa sebagai pelajar atau peserta pendidik di sekolah. Dalam hal ini, peneliti

fokus pada pemahaman dan jawaban terhadap masalah penelitian, yang menjadi

tujuan penelitian yang sesungguhnya.

E. Deskripsi Fokus

Berdasarkan fokus penelitian di atas dapat dideskrpsikan subtansi

permasalahn dan subtansi pendekatan penelitian ini, yaitu “pola komunikasi

persuasif guru sekolah di SMA Negeri 14 Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam

pembinaan akhlak siswa/siswi melalui pembelajaran daring” maka deskripsi fokus

penelitian ini adalah:

1. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah suatu bentuk atau pola hubungan antara dua pihak

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan atau proses interaksi

seseorang yang mudah dipahami (Maylya, dkk., 2018).

2. Hambatan Komunikasi

Hambatan komunikasi adalah segala bentuk gangguan yang mendistorsi

pesan atau hal-hal yang dapat menghalangi penerima pesan untuk menerima pesan

38
dengan baik, sehingga sebuah pesan tidak tersampaikan sesuai yang diharapkan.

Hambatan komunikasi juga merupakan segala bentuk gangguan yang terjadi di

dalam proses penyampaian dan penerimaan suatu pesan dari individu ke individu

yang lain yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor lingkungan maupunn

faktor fisik dan psikis dari individu itu sendiri (Damayanti & Purnamasari, 2019).

3. Persuasif

Persuasi atau persuasif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki dua arti. Pertama, kata persuasi diartikan sebagai ajakan kepada

seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya

(membujuk secara halus).  Selain itu juga diartikan sebagai karangan yang

bertujuan membuktikan ide, gagasan, atau pendapat dari penulis.

4. Guru

Guru merupakan seorang tenaga pendidik yang berada di lingkungan sekolah dan

berharap bisa menjadikan para peserta didiknya menjadi anak – anak yang

berguna kedepannya. Seorang guru juga sangat mengharapkan para

siswa/siswinya memiliki akhlak yang baik.

5. Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan usaha yang dilakukan dalam memperbaikki

dan mengembangkan perilaku, budi pekerti, norma dan nilai nilai akhlak para

anak didik supaya mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang

terpuji serta anak didik di harapakan bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan

berakhak karimah.

39
6. SMAN 14 Jeneponto

SMAN 14 Jeneponto adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Rumbia

Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Sekolah ini merupakan salah satu

sekolah yang sedang berkembang pada masa kini dan para tenaga pendidiknya

sangat berharap agar para peserta didknya memiliki akhlak yang baik. Pendidikan

agamanya dengan membimbing akhlak dan menjadikan anak didik berbudi

pekerti, memiliki moral serta berkepribadian yang baik sebab akhlak yang baik

adalah cerminan kehidupan bagi siswa/siswi dalam kehidupan sehari hari.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Didalam pemahaman masyarakat bahwa yang di namakan kegiatan

penelitian adalah dalam bentuk secara langsung terjun kelapangan (survey). Ada

juga yang mengatakan bahwa dalam melakukan sebuah penelitian harus jelas

dalam membuat daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan

teknik statistic. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dalam

pengumpulan datanya menggunakan metode yang sering timbul perdebatan

diseputar masalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dari responden.

Dalam penelitian kualtitaif juga dalam kehidupan sehari hari, kesalahan

dalam mempersepsi, menilai dan memperlakukan orang lain sering kali berakar

dalam diri sendiri. Kesalahan itu terjadi karena kita tidak berempati, memaksakan

persepsi, penilaian, indicator, pemahaman bahkan kebiasaan kita untuk menilai

orang lain. Kesalahan bias juga terjadi karena kita tidak mengetahui atau

mengabaikan konteks atau situasi. Penelitian kulaitatif sangat menekankan

pentingnya empati sebagai jalan untuk menggali emik atau perspektif subjek yang

diteliti dan pemahaman akan pentingnya konteks. Penelitian kualitatif tidak boleh

mengambil kesimpulan dari apa yang baru didengar atau dilihatnya. Ia mesti

bekerja keras ‘memasuki’ pengalaman subjektif individu atau komunitas yang

sedang ditelitinya.

41
Denzin dan Lincoln menguraikan penelitian kualitatif merupakan fokus

penelitian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretif dan

naturalistic terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti

kualitatif mempelajari benda benda di dalam konteks alaminya yang berupaya

untuk memahami atau menafsirkan fenomena dilihat dari sisi makna yang

dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian kualitatif mencakup subyek

yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris studi kasus., pengalaman pribadi,

instropeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks hasil pengamatan, historis,

interaksional dan visual yang menggambarkan saat saat dan sejalan dengan itu,

para peneliti kualitatif menerapkan aneka metode yang saling berkaitan, dengan

selalu berharap untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai subjyek kajian

yang sedang dihadapi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan observasi di Kabupaten jeneponto dan tertuju pada

Guru sekolah dan siswa atau siswi upaya Mengetahui Pola komunikasi persuasif

guru sekolah di SMA Negeri 14 Kabupaten Jeneponto dalam pembinaan akhlak

siswa melalui pembelajaran daring.. Narasumber dari penelitian ini adalah

beberapa orang yang dianggap relefensi untuk memberikan jawaban yang

dianggap memenuhi dari permasalahan penelitian yang dilakukan peneliti.

Waktu penelitian dilakukan pada tahun pembelajaran 2021-2022, berawal

dari pelaksanaan pembelajaran daring karena masa pandemi covid-19 hingga

diterapkannya uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah, yakni awal

maret 2022 hingga sekarang dengan rincian sbb.

42
C. Informan

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan yang memahami

informasi tentang objek penelitian. Informan menjadi pilihan yang mempunyai

kriteria supaya informasi yang didapatkan berguna untuk penelitian yang

dilakukan. Subjek penelitian yang menjadi informan akan memberikan beragam

informasi yang dibutuhkan selama proses penelitian. Hendarsono dalam Suyanto

(2005: 171-172) menyatakan bahwa informan penelitian terdiri atas dua jenis,

yaitu:

1. Informan kunci, yakni mereka yang mengetahui dan mempunyai berbagai

informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Informan tambahan, yang bisa memberikan informasi walaupun tidak

langsung terlibat dalam berhubungan sosial dengan pihak yang diteliti.

Pemilihan informan menjadi pokok data dalam penelitian yang bersumber

pada azas pokok yang menguasai permasalahan, mempunyai data, dan siap

memberikan informasi lengkap dan akurat. Kompleksitas data dalam

penelitian ini dapat diperoleh dari pelaku utama yaitu para tenaga pendidik.

Penelitian kualitatif tidak dipermasalahkan jumlah informan tetapi bisa

disangkutkan pada jelas tidaknya pemilihan informan kunci dan komplesitas dari

beragam peristiwa sosial yang diteliti. Dengan demikian, informan ditentukan

dengan teknik snowball sampling, yaitu cara penentuan informan berdasarkan

informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara tepat dengan

menginvestigasi informasi terkait subjek penelitian yang diperlukan. Pencarian

informan akan di berhentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah tepat.

43
Berikut informan yang peneliti pilih dalam memberikan informasi dengan

penelitian ini.

1) Informan kunci: Para Guru sekolah

2) Informan Pelengkap : Siswa/Siswi di Sekolah

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian perlu adanya dan kejelasan tentang Teknik

pengumpulan data apa yang akan digunakan dalam hal ini adalah sebagai bukti

baik tidaknya suatu penelitian. Teknik pengumpulan data adalah bagian

instrument pengumpulan data yang menetukan berhasil atau tidak suatu penelitian

yang dilakukan. Kesalahan penggunaan teknik pengumpulan data atau teknik

pengumpulan data tidak digunakan pada semestinya bisa berakibat fatal terhadap

hasil penelitian yang dilakukan.

Tehnik pengumpulan data adalah rangkaian kegiatan penting yang harus

dilakukan oleh seorang peneliti untuk mendapat data yang kompleks dan

komprehensif. Teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini

adalah obervasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dapat didefinisikan sebagai ‘perhatian yang terfokus terhadap

kejadian, gejala, atau sesuatu. Observasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai

bentuk, yang mempunyai berbagai fungsi sesuai dengan tujuan dan metode

penelitian yang digunakannya. Observasi ini diterapkan berdasarkan pendapat

44
Moleong (2017) bahwa (1) teknik observasi atau pengamatan didasarkan atas

pengalaman langsung terhadap objek yang diteliti, (2) teknik pengamatan

memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri, (3) teknik pengamatan

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proporsional peneliti, (4) teknik pengamatan mampu mereduksi bias

data, (5) teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu mengatasi hal-hal

sulit dalam penelitian, dan (6) teknik pengamatan membuka peluang kepada

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum bisa terbaca.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan yaitu:

a. Hal hal apa yang hendak diamati.

b. Bagaimana mencatat pengamatan.

c. Alat bantu pengamatan.

Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati.

Jika sebelumnya kita menyusun rencana sebelum melakukan pengamatan

maka akan membantu mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang tidak kita

inginkan atau kejadian yang dapat menghambat proses pengamatan nanti. Dalam

pengamatan ini haruslah diperhatikan hal hal yang sudah menjadi pertimbangan

sebelumnya dalam melakukan observasi agar bisa berjalan sesuai yang

diinginkan.

b. Wawancara

Sugiyono (2017) mendefinisikan bahwa wawancara merupakan penentuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan

45
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak

terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak anak, wawancara juga dapat

dilakukan dengan telepon.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik

wawancara ini bertujuan untuk menegaskan dan mengonstruksi orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain yang ingin

dicapai oleh peneliti. Dalam melakukan sebuah wawancara, peneliti dapat

mewawancarai informannya dengan cara wawancara informal, wawancara dengan

menggunakan petunjuk umum, atau wawancara terbuka. Ketiga jenis wawancara

ini dapat dilakukan secara terpisah dan dapat pula dilakukan secara bercampur

bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh peneliti di lapangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan ketika melakukan penelitian. Dan dokumen yang diteliti tidak harus

bersifat resmi melainkan berbagai macam. Penggunaan data dokumentasi

merupakan data berupa bukti fisik yang diambil dari berbagai informasi tertulis

yang relevan dengan topik penelitian. Dokumentasi ini dapat berupa tulisan, foto,

46
video, dan lain-lain. Sumber dari dokumentasi ini dapat berasal dari dokumentasi

yang diambil langsung di lapangan atau berupa arsip mengenai data yang

dibutuhkan, baik berupa arsip manual maupun arsip digital.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi materi lain yang telah anda

kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda sendiri mengenai materi

tersebut dan untuk memungkinkan anda menyajikan apa yang sudah anda

temukan kepada orang lain.

Menurut Emzir (2014), analisis data kualitatif berdasarkan model Miles

dan Huberman melibatkan tiga tahap analisis, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Ketiga tahap ini dilakukan secara terstruktur dan

berkesinambungan. Tahap demi tahap dilalui oleh peneliti secara interaktif hingga

mencapai titik penarikan kesimpulan atas data-data yang telah diperoleh di

lapangan.

1. Reduksi Data (data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan, baik melalui observasi, wawancara,

maupun dokumentasi, terlebih dahulu direduksi untuk mencapai titik fokus

terhadap hasil penelitian yang ingin dicapai. Data yang masih dalam bentuk

uraian atau catatan panjang direduksi, dirangkum, dipilih, disusun lebih

sistematis, sehingga mudah dipahami.

47
2. Penyajian data (data display)

Tahap penyajian data merupakan kelanjutan aktivitas analisis data setelah

melakukan reduksi data. Penyajian data adalah upaya peneliti untuk

menunjukan sekumpulan data atau informasi guna melihat gambaran hasil

penelitian secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian

tersebut. Dari penyajian data ini biasanya berupa naratif yang menarasikan

data dalam bentuk teks, kemudian teks narasi inilah yang memberi gambaran

dan penguatan atas hasil penelitian yang ingin dicapai.

3. Penarikan kesimpulan (data verifying)

Penarikan kesimpulan atas data yang telah direduksi dan disajikan merupakan

titik akhir dari analisis model Miles dan Huberman. Kesimpulan yang

diperoleh merupakan proses untuk menjawab permasalahan dalam penelitian,

sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Penarikan kesimpulan

merupakan konfigurasi hasil penelitian atau replikasi suatu temuan dalam

rangkaian data, sehingga dapat ditentukan saran dan masukan untuk

pemecahan masalah penelitian yang dilakukan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Ahdar. (2021). Pendemi Covid 19 dan Dilema Pendidikan Anak. Opini: Goresan
Sederhana dalam Mengapresiasi Hari Anak Nasional, Hal. 1

A, Susilawati. (2019). Strategi Dakwah dalam Pembinaan Akhlak Siswa/Siswi,


Skripsi: Strategi Dakwah dalam Pembinaan Akhlak Siswa/Siswi diMadrasah
Tsanawiah Negeri 2 Jeneponto, hal. 1

U, Latifah. (2017). Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan


Akhlak Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1, Bab 1
Pendahuluan: hal 1

G, Ihsan. Peran Guru sebagai Pendidik dalam Membina Akhlak Siswa Studi
Kasus di SMP Islamiyah Ciputat. Maryati, hal. 3-4

M. Insya Musa, Nurhaidah. (2016). Pengembangan Kompetensi Guru Terhadap


Pelaksanaan Tugas dalam Mewujudkan Tenaga Guru yang Profesional. Jurnal:
Pesona Dasar, hal. 13

Rizkimaulida, Dini. (2021). Komunikasi Persuasif Guru dalam Membentuk


Karakter Anak dimasa Pendemi. Kompasiana.Com, hal. 5-6

Fitriana, Susi. (2019). Konsep Kepribadian Guru Menurut Zakiah Daradjat. Tesis:
http://etheses.Iainponorogo.ac.id hal. 59-70

Firdaus, Muhammad. (2022). Upaya Guru Pai dalam membina Akhlak Mulia
Peserta didik Kelas XI Di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta. Skripsi:
http://repository.uinjkt.ac.id hal.3

49
Mahmud, Akila. (2022). Akhlak Islam Menurut Ibnu Miskawaih. Keywords:
Etika Islam Menurut Ibnu Miskawaih. Jurnal: Aqidah, hal. 86-88

H.Salihin, Tompo. (2022). Profil Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 14


Jeneponto. Desa Rumbia, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.
Dokumentasi: Wawancara.

Basam, Fadli. (2022). Penerapan Komunikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam meningkatkan Motivasi Guru melalui Pembelajaran daring di SDN
202 Walennae Kabupaten Soppeng. Skripsi: Tinjauan Teoritis.

Ardan, Farrel. (2021). Ayo Mengenal apa yang dimaksud dengan Teks Persuasif.
Humaniora: http://m.mediaindonesia.com

Nursam, N. (2017). Manajemen Kinerja. Kelola: Journal of Islamic Education


Management, 2(2).

Emzir, (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali


Press.

Eveline, L. & Angeline, M. (2014). Komunikasi Vertikal dan Horizontal dalam


Membentuk Gaya Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal: Studi pada
Binus University. Humaniora: Binus Journal, 5(1),
https://journal.binus.ac.id .

Maylya, M., Priyowidodo, G., & Tjahyana, L. J. (2018). Pola-Pola Komunikasi


dalam Komunitas Virtual Pengemudi Transportasi Online. Jurnal E-
Komunikasi, 6(2).

Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

50

Anda mungkin juga menyukai