Anda di halaman 1dari 23

Materi Pembelajaran

A. Pengertian Sistem Kelistrikan Dan Pengaman

Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk
suatu totalitas. Kelistrikan dapat diartikan sebagai gejala alam yang timbul dari polaritas dua
garis elementer, yakni proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem kelistrikan mobil adalah rangkaian energi listrik yang
disusun untuk menjalankan sebuah fungsi tertentu pada sebuah kendaraan.
Fungsi sistem pengamanan pada kendaraan adalah melindungi kabel, konektor, sakelar,
dan komponen sistem kelistrikan lainnya yang sering mengalami kerusakan pada komponen
akibat hubungan singkat. Komponen ini dipasang dengan menyisipkan pada rangkaian
sistem kelistrikan seperti fusible link, fuse, dan circuit breaker. Berikut contoh gambar sistem
kelistrikan mobil.

Gambar 1.1. Sistem Kelistrikan Mobil


Sumber: http://blogofacityseminarian.blogspot.com

B. Fungsi Sistem Kelistrikan Mobil

a. Membangkitkan bunga api yang dapat membakar campuran bahan bakar dalam
silinder, seperti sistem pengapian.
b. Membantu menghidupkan mesin pada awal (start) dengan putaran tertentu, seperti
sistem starter.
c. Menghasilkan tenaga listrik dan mempertahankan sumber arus (baterai) tetap
terisi, seperti sistem pengisian.
d. Dapat meningkatkan kenyamanan dan keselamatan dalam berkendara, seperti
sistem AC, sistem ABS, sistem kelistrikan bodi, sistem airbag, dan penghapus kaca
(wiper).

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 3


C. Macam – Macam Sistem Kelistrikan

Sistem kelistrikan mobil dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Sistem kelistrikan mesin

Gambar 1.2. Sistem Kelistrikan Mesin


Sumber: thebasserz.blogspot.com
Berikut ini macam-macam sistem kelistrikan mesin pada mobil:
1) Sistem Pengapian
Syarat terjadinya pembakaran di dalam silinder adalah harus ada unsur udara,
bahan bakar, dan api. Sistem pengapian merupakan sumber bunga api yang
menimbulkan ledakan campuran udara bahan bakar, sehingga terjadi proses
pembakaran di ruang bakar.
2) Sistem Starter
Mesin tidak akan dapat hidup (dihidupkan dengan tombol start) sebelum melakukan
siklus operasionalnya, antara lain langkah hisap, kompresi, usaha, dan buang. Untuk
membantu melakukan siklus pendahuluan saat awal menghidupkan, dibutuhkan
sistem starter dengan cara memutarkan poros engkol.
3) Sistem Pengisian
Baterai sebagai sumber arus hanya dapat menyimpan dan tidak dapat menghasilkan
arus, sedangkan kapasitas baterai terbatas dan tidak dapat memberikan arus yang
dibutuhkan pada kelistrikan mobil secara terus-menerus. Sistem yang memproduksi
arus berfungsi untuk mengisi baterai dan memberikan arus yang dibutuhkan pada
semua kelistrikan mobil saat mesin bekerja itulah yang disebut sebagai sistem
pengisisan.
4) Sistem EFI
Pada mobil konvensional, karburator berfungsi mencampurkan udara dan bahan
bakar yang menghasilkan gas yang mudah terbakar berupa kabut. Selain itu, fungsi
lain kaburator adalah mengatur kebutuhan campuran udara dan bahan bakar yang
masuk ke dalam silinder. Hal tersebut menghasilkan perbandingan campuran yang
tepat berdasarkan RPM, temperatur, dan beban mesin kendaraan.
Sistem EFI merupakan pengganti sistem karburator kendaraan saat ini yang dikontrol
secara elektrik. Sistem EFI juga berfungsi untuk menyetarakan perbandingan udara
dan bahan bakar yang masuk ke dalam silinder dengan cara penginjeksian yang
sesuai dengan kondisi kendaraan.

4 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


5) Sistem Common rail
Common rail pada dasarmya sama dengan sistem EFI yang berfungsi untuk mengatur
suplai bahan bakar yang masuk ke ruang bakar, namun perbedaanya common rail
digunakan pada mobil diesel.
6) Sistem Pemanas
Pada mesin diesel bertipe indirect, terdapat sistem pemanas pendahuluan dengan
kondisi pada ruang bakar dipasangkan glowplug yang dibutuhkan. Hal tersebut
berfungsi untuk memanaskan ruang bakar saat start (mesin dingin). Glowplug
terdiri dari coil pemanas. Pada mesin diesel tipe indirect terdapat sistem pemanas
pendahuluan di mana di dalam ruang bakar dipasang glowplug yang dibutuhkan
untuk memanaskan ruang bakar pada saat awal start ketika mesin dingin. Glow
plug terdiri dari gulungan (coil) dan pemanas yang terletak pada tabung. Kemudian,
aliran listrik akan mengalir melalui coil panas (heating coil) untuk memanaskan
tabung (heater tube). Berikut adalah contoh gambar rangkaian Glowingup.

Gambar 1.3. Glowplug


Sumber: Willycar.com
b. Sistem Kelistrikan Bodi
Sistem Kelistrikan Bodi dilengkapi terdiri dari jaringan kabel (wiring harness), sistem
penerangan exterior (lampu kepala, lampu kota, dan kabut); lampu penerangan interior
(lampu kabin); lampu peringatan (lampu sein, lampu mundur, kalkson); switch dan
relay; meter kombinasi dan gouge; wiper dan washer. Komponen-komponen tersebut
bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan saat berkendara.
c. Sistem Kelistrikan Sasis
1) ABS dan EBD
Anti-Lock Brake System (ABS) merupakan sistem pengereman yang dikontrol secara
elektronik. Sistem ini menggunakan suatu unit komputer actuator yang berfungsi
mengendalikan tekanan hidrolik menuju disc brake caliper pada roda mobil. Hal
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya dua hal, yaitu roda terkunci dan
pengendalian mobil ketika berhenti mendadak atau berjalan pada permukaan
jalan yang licin.
Sedangkan Electronic Brake Force Distribution (EBD) merupakan tambahan bagi
fungsi ABS untuk mengoptimalkan pengereman. ABS dan EBD mendistribusikan
tekanan pengereman yang berbeda-beda ke setiap roda dengan menyesuaikan
kondisi jalan, kecepatan, dan beban, serta menentukan roda yang tepat agar
mendapatkan tenaga pengereman yang paling kuat. Dengan demikian tekanan
masing-masing roda seimbang.

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 5


Gambar 1.4. Sistem ABS dan EBD
2) Brake Assist (BA)
Sistem Brake Assist (BA) merupakan sistem bantu rem yang bekerja saat kendaraan
membutuhkan daya pengereman yang besar. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam
beberapa situasi antara lain, saat pengereman mendadak, jalan menurun, atau
beban penuh yang dikontrol oleh ECU. Sistem ECU tersebut berdasarkan kecepatan
penerapan pedal rem atau kenaikan tekanan master silinder rem.

Gambar 1.5. Sistem Brake Assist


3) Traction Control (TRC)

Gambar 1.6. Traction Control


Traction Control (TRC) berfungsi menambah stabilitas pengendaraan dengan
cara mengurangi output mesin dan melakukan pengereman secara efektif untuk
menahan roda tidak tergelincir. Bentuk kegunaan TRC antara lain, kendaraan dapat
dihidupkan (start); dan berakselerasi lembut pada permukaan jalan yang licin,
meskipun hal tersebut berakselerasi saat kondisi berbelok; digunakan untuk mobil
off road 4WD agar mobil tidak terangkat ke atas dan tergelincir.

6 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


4) Vehicle Stabilty Control (VSC)
Vehicle Stabilty Control (VSC) sistem yang bekerja secara otomatis dengan cara
mengurangi output mesin, saat menikung atau berpindah jalur, sehingga keadaan
kendaraan tetap terkontrol secara aman sesuai jalur lintasannya. Berikut adalah
contoh gambar rangkaian Vehicle Stabilty Control (VSC).

Gambar 1.7. Vehicle Stabilty Control (VS)


5) Hill Start Asist (HSA)
Hill Start Asist (HSA) merupakan sistem yang bekerja saat kendaraan berada pada
daerah menanjak >45o. HSA menahan secara otomatis, sehingga pengemudi
memiliki cukup waktu untuk memindahkan kaki dari pedal rem ke pedal gas dan
dapat menekan gas sebelum terlepas dari kondisi pengereman. Kendaraan dengan
jenis SUV dan truck dilengkapi dengan Downhill Assist Control (DAC). Hal tersebut
bertujuan agar mobil dapat berjalan stabil saat kendaraan berada pada jalan yang
menurun. Cara kerjanya yaitu dengan memberikan pengaturan berapa besar daya
rem yang harus dikirimkan ke masing-masing roda.
d. Sistem Kelistrikan Infotainment
Selain keamaan, fasilitas setiap kendaraan saat ini telah berkembang. Teknologi yang
bersifat memberi informasi terkait kondisi mobil secara umum dan hiburan yang
diperlukan dalam memberikan kenyamanan bagi pengendara, salah satunya adalah
sistem audio, audio video, Global Position Sensor (GPS), USB port, dan cigarette lighter.
Berikut adalah kedua contoh gambar sistem kelistrikan infotaiment, yaitu gambar
rangkaian sistem kelistrikan audio dan sistem global possition sensor.

Gambar 1.8. Sistem Kelistrikan audio Gambar 1.9. Sistem Global Position Sensor
Sumber: Blacxperiencecom Sumber: Apritos.com

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 7


e. Sistem Kelistrikan Tambahan (assesoris)
Sistem kelistrikan tambahan (assesoris) merupakan sistem yang termasuk diluar sistem
kelistrikan utama yang memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam
berkendara.
1) Sistem power mirror
Sakelar power mirror ditempatkan di dashbord dekat dengan pengemudi. Pada
sakelar power mirror terdapat dua tanda, yaitu L (left) dan R (right) yang berfungsi
untuk memilih kaca spion yang ingin disetel dan memilih tombol kontrol gerakan
atas, bawah, kanan, dan kiri. Selain itu, sistem power mirror juga memiliki motor
power yang menggerakan tuas pengontrol posisi kaca. Berikut adalah gambar
rangkaian dari sistem power mirror.

Gambar 1.10. Rangkaian power mirror


2) Sistem Lampu Kabut Depan dan Belakang
Sistem lampu kabut depan dan belakang digunakan saat kondisi cuaca berkabut.
Sakelar lampu kabut dapat bekerja saat lampu kota (tail) dan lampu kepala (head)
telah dihidupkan. Berikut contoh gambar rangkaian sistem lampu kabut.

Gambar 1.11. Rangkaian Sistem Lampu Kabut

8 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


3) Airbag
Airbag adalah perangkat keselamatan yang berbentuk kantong udara yang
mengembang terjadi benturan. Hal itu berfungsi untuk melindungi bagian kepala,
leher, dan dada saat terjadi kecelakaan. Airbag bekerja berdasarkan signal sensor
pada kendaraan. Tekanan udara juga telah disesuaikan agar tidak mencederai
pengemudi. Selain berfungsi untuk melindungi pengemudi, airbag berfungsi
melindungi penumpang dengan diletakkan di bagian depan kursi dan sisi kursi.

Gambar 1.12. Air bag


Sumber: borronextrication.com
4) Immobilizer
Immobilizer digunakan sebagai kelengkapan standar keamanan kendaraan dengan
kondisi kunci kontak terdapat chip sebagai transmitter (pengirim gelombang radio).
Apabila signal yang dikirimkan sesuai, maka transponder akan mengirimkan data
ke ECU untuk mengaktifkan rangkaian sistem ignition dan menghidupkan relay
fuel pump. Tetapi, jika tidak sesuai, mesin tidak dapat dihidupkan. Berikut contoh
gambar rangkaian Immobilizer.

Gambar 1.13. Immobilizer


Sumber: hhtp://www.rentalmobilbali.net
5) Sistem Alarm
Sistem Alarm merupakan sebuah perangkat keamanan kendaraan yang bekerja
dengan memberi tanda peringatan berupa bunyi. Jika terjadi pintu mobil dibuka
secara paksa, maka dapat diaktifkan atau dinonaktifkan menggunakan remote
control yang terpasang pada kunci mobil.

Gambar 1.14. Sistem Alarm


Sumber: klasika kompas. Id

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 9


6) Sistem Lampu pengendaraan siang hari (Daytime Running Light)
Daytime Running Light merupakan sistem penerangan yang berfungsi menerangi
jalan, abila kondisi cuaca tiba-tiba gelap saat melewati terowongan atau berkabut.
Berikut contoh gambar rangkaian Daytime Running Light.

Gambar 1.15. Rangkaian DRL dengan pengontrolan oleh relai utama DRL

D. Melakukan Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman Kendaraan

a. Baterai
Baterai adalah alat untuk menghimpun membangkitkan tenaga listrik. Selain itu, baterai
juga dapat diartikan sebagai alat elektrokimia yang dibuat untuk menyuplai listrik
yang mengarah pada sistem starter mesin, sistem pengapian, sistem peneranga, dan
komponen kelistrikan lainnya.
KONSTRUKSI BATERAI
1) Elemen Baterai
Elemen Baterai terdiri dari plat positif yang terbuat dari timbaldioksida (PbO2) dan
plat negatif yang terbuat dari Timbal (Pb). Plat positif dan plat negatif dihubungkan
oleh plate strap yang dipasangkan secara selang-seling yang dibatasi oleh separator
dan fiberglas. Berikut adalah contoh gambar kontruksi baterai.

Gambar 1.16. Konstruksi Baterai


Sumber: klikauto.blogspot.com
2) Elektrolit
Dalam kotak baterai plat positif dan negatif terendam oleh cairan elektrolit baterai.
Elektrolit baterai merupakan campuran antara asam sulfat (SO4) dan air (H2O).
Elektrolit baterai dalam kondisi terisi penuh memiliki berat sebesar 1.260 – 1.280
(pada temperatur 20oC). Elektrolit baterai dengan berat sebesar 1.260 memiliki

10 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


kandungan 65% air sulingan dan 35 % asam sulfat, sedangkan berat seesar 1.28
memiliki kandungan 63% air sulingan dan 37% asam sulfat. Setiap baterai memiliki
beberapa sel yang saling berhubungan secara seri. Tiap-tiap sel dalam baterai
dapat menghasilkan tegangan sebesar 2,1Volt. Hal ini menunjukkan jika baterai
memiliki 6 sel, maka baterai tersebut memiliki tegangan sebesar 2,1 V x 6 = 12,6 V.
3) Kotak Baterai
Kotak baterai berfungsi untuk menampung cairan elektrolit. Pada kotak baterai
terdapat tanda Upper Level dan Lower Level untuk menunjukkan jumlah elektrolit
baterai. Kekurangan elektrolit dapat menyebabkan terjadinya kristalisasi pada sel-
sel baterai yang disebabkan panas. Jika bahan aktif baterai terlepas, hal ini dapat
menyebabkan efektifitas baterai menurun. Selain itu, apabil bahan aktif baterai
terjatuh didasar kotak atau terselip diantara sel, maka dapat terjadi pengosongan
pada kotak baterai. Berikut adalah contoh gambar kotak baterai.

Gambar 1.17. Kotak baterai


Sumber: margionoabdil.blogspot.com
4) Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi adalah tutup lubang pengisian elektrolit. Sumbat ventilasi berfungsi
untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan uap asam
baterai. Hal tersebut dilakukan dengan cara membiarkan gas hidrogen keluar
lewat lubang ventilasi agar uap asam sulfat mengembun pada tepian ventilasi
dan menetes kembali ke kotak baterai. Berikut contoh gambar sumbat ventilasi.

Gambar 1.18. Sumbat Ventilasi


Reaksi Kimia Baterai
1) Pengosongan (Discharge)

Gambar 1.19. Pengosongan (Discharge)


Pengosongan (Discharge) adalah reaksi kimia baterai saat digunakan atau
dihubungkan dengan beban seperti lampu. Reaksi kimia dapat dijelaskan seperti
berikut.
PbO2 + 2H2SO4 + Pb  PbSO4 + 2H2O + PbSO4
Saat terjadi pengosongan, kandungan keasaman elektrolit semakin rendah. PbO2
dan Pb bereaksi dengan SO4, sehingga membentuk PbSO4 yang dapat mengubah
H2SO4 menjadi air.

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 11


2) Pengisian (charging)

Gambar 1.20. Pengisian (Charge)


Sumber: blogakimobil.blogspot.com
Pengisian (Charging) adalah reaksi kimia baterai ketika dihubungkan dengan
Charger baterai. Reaksi kimia sebagai berikut:
PbSO4 + 2H2O + PbSO4  PbO2 + 2H2SO4 + Pb
Pengisian baterai charger memiliiki tegangan yang sangat tinggi, sehingga aliran
arus dari terminal positif baterai charger ke terminal positif baterai berkebalikan
dengan arah arus saat terjadi pengosongan. Saat pengisian SO4 terlepas dari kedua
plat positif dan plat negatif, akan menimbulkan reaksi Hidrogen, sehingga terbentuk
kembali H2SO4. Selain itu, Oksigen (O2) bereaksi dengan plat positif membentuk PbO2.
Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai adalah besarnya arus yang dapat diberikan oleh baterai pada waktu
dan temperatur tertentu. Terdapat dua istilah yang dipergunakan untuk menyatakan
kapasitas baterai antara lain:
1) Slow Discharge Capacity
Slow Discharge Capacity adalah kapasitas baterai saat digunakan untuk konsumsi
beban rendah. Ini terjadi saat tenaga listrik yang diambil dari baterai dalam kondisi
terisi penuh yang dihubungkan dengan beban, kemudian dikosongkan dengan
perlahan sampai mencapai tegangan discharge akhir sebesar 10,5 V untuk baterai
12 V. Kesimpulannya, semakin lama baterai discharge semakin besar kapasitasnya.
Slow discharge Capacity diukur dalam Ampere hours (Ah). Berikut adalah rumus
yang digunakan:

Contoh:
Baterai terisi penuh dikosongkan (discharge) terus-menerus dengan arus 5,6 A dan
mencapai tegangan akhir 10,5 V setelah 5 jam. Hal tersebut menghasilkan baterai
memiliki kapasitas sebesar 28 Ah (5,6 A x 5 jam).
2) High Discharge Capacity
High Discharge Capacity muncul saat terjadi beban tinggi (saat engine start). High
Discharge Capacity dapat diukur dengan memperhatikan jangka waktu baterai.
Baterai dapat memberikan arus untuk start engine dengan waktu yang lama. Selain
itu, pada temperatur yang rendah atau kondisi dingin akan menunjukan semakin
besar kapasitasnya.
Pemeriksaan Baterai
Berikut ini komponen-komponen baterai yang perlu diperhatikan:

12 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


Memeriksa Keretakan pada Kotak Baterai
1) Matikan kunci kontak dan semua sistem kelistrikan!
2) Lepas baterai dari kendaraan dengan melepas kabel negatif terlebih dahulu!
3) Periksa keadaan kotak baterai, jika terjadi kebocoran atau retak baterai perlu diganti!
(Jika elektrolit baterai terkena logam dapat menyebabkan kekaratan)

Gambar 1.21. Keretakan pada kotak baterai


Memeriksa Terminal Baterai
1) Periksa keadaan terminal baterai!
2) Bersihkan kerak dengan air panas, kemudian sikat!
3) Beri grease, kemudian periksa kekencangan terminal baterai! (jika terlonggar dapat
disebabkan karena keausan terminal yang tidak merata, sehingga perlu dilakukan
pengampelasan).

Gambar 1.22. Terminal baterai


Memeriksa Tegangan Baterai
1) Periksa tegangan baterai dengan multitestester!
2) Pilih selektor pada angka 50DC Volt!
3) Hubungkan probe multitester positif ke terminal positif baterai dan probe multitester
negatif ke terminal negatif baterai!

Gambar 1.23. Tegangan baterai


Memeriksa Keadaan Jumlah Baterai
1) Periksa keadaan jumlah baterai! (tidak boleh melebihi batas tertinggi atau Upper
dan kurang dari batas terendah Lower).
2) Tambahkan air suling, jika kurang cukup!

Gambar 1.24. Keadaan Jumlah Elektrolit Baterai

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 13


Catatan:
1) Menggunakan air biasa, karena dapat mengurangi kemampuan dan pertahanan
jangka waktu baterai!
2) Elektrolit yang terlalu banyak akan meluap saat pengisian. Hal tersebut menyebabkan
kekaratan pada terminal dan logam lainnya.
3) Hindari terkena mata dan kulit!
4) Cucilah segera dengan ai, bila terkena mata dan segera lakukanlah pengobatan!
Memeriksa Berat Jenis Elektrolit
1) Lepaskan sumbat ventilasi!
2) Periksa berat jenis tiap sel pada baterai dengan hydrometer!
Berat jenis : 1.25 – 1.28 pada suhu 20oC
Perbedaan tiap sel : 0.025
3) Peiksa sumbat ventilasi dari kerusakan atau penyuumbatan pada lubang dengan
cara semprot udara bertekanan!
Catatan:
Jika lubang ventilasi udara tersumbat saat pengisian baterai akan menimbulkan tekanan
di dalam kotak baterai dan merusak kotak baterai.
Kode Pengenalan Baterai
1) Lokasi Kode Accu
Lokasi pengenalan kode ACCU terletak pada bagian atas kotak baterai.

Gambar 1.25. Lokasi Kode ACCU


2) Informasi Kode Pengenal Baterai

Gambar 1.26. Informasi kode pengenal baterai


a) Kemampuan baterai
Angka 55 adalah kemampuan baterai yang menunjukan kapasitas baterai
secara tidak langsung. Berikut hubungan antara kode pengenal baterai dengan
kapasitas baterai dinyatakan dalam ampere jam.

14 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


Tabel 1.1 Informasi Kode Pengenal Baterai
b) Lebar dan Tinggi Baterai
Angka D merupakan lebar dan tinggi baterai yang ditunjukan dengan kode
A sampai dengan H sebagai berikut:
Tabel 1.2 Kode Lebar dan Tinggi (mm)
Kode Lebar (mm) Tinggi (mm)
A 127 162
B 127 atau 129 203
C 135 207
D 173 204
E 176 213
F 182 213
G 222 213
H 278 220

,
Gambar 1.27. Lebar dan Tinggi Baterai
c) Panjang Baterai
Angka 23 menunjukan panjang baterai dalam satuan (sentimeter)

Gambar 1.28. Panjang Baterai


d) Posisi Terminal positif Baterai
Huruf L menunjukan terminal positif berada di sisi kiri (Left) dan R berada di
sisi kanan (right)

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 15


Gambar 1.29. Posisi terminal positif baterai
Referensi

Gambar 1.30. Kode Baterai


Sumber www.teknik-otomotif.com
Pengisian Baterai
1) Pengisian Cepat
Pengisian cepat adalah pengisian dengan waktu yang singkat dan ampere yang
besar. Ampere pengisian tidak boleh melebihi ½ Kapasitas baterai. Contoh amper
pengisian baterai dengan kapasitas 60 Ah adalah 30 A atau kurang. Waktu pengisian
cepat biasanya antara ½ sampai 1 jam. Menjaga kuantitas dan kualitas baterai,
sebaiknya hindari pengisian cepat secara ters-menerus atau secara berkala. Ampere
pengisian (A) dapat diukur dengan rumus :

Contoh
Diketahui:
Kapasitas baterai : 60 Ah
Berat jenis baterai hasil ukur pada Oo C : 1,18
Ditanya: Berapa Ampere pengisian Cepat?
Dijawab :
A. Berat jenis elektrolit baterai pada suhu 20 OC adalah:
S20oC = St + 0,0007 x (t – 20)
S20 = Berat jenis pada suhu 20 OC
St = Nilai Pengukuran dari berat jenis
t = Temperatur elektrolit saat pengukuran dilakukan

16 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


S20oC = 1,18 + 0,0007 x (0 – 20)
= 1,18 - 0,014
= 1,16
Berikut ini tindakan yang dilakukan setelah pengukuran berat jenis :
Tabel 1.3 Tindakan yang dilakukan setelah pengukuran berat jenis
PENGUKURAN TINDAKAN

Tambahkan air suling agar berat jenis


1.300 atau lebih
jenis berkurang

1.290 – 1.220 Tidak perlu (OK)

Lakukan Pengisian Penuh, ukur berat


1.210 atau Kurang jenis bila masih dibawah 1.210 ganti
baterai
Perbedaan berat jenis antar sel
Tidak perlu (OK)
kurang dari 0.040
Lakukan Pengisian Penuh, bila
Perbedaan berat jenis antar sel perbedaan jenis antar sel melebihi
0.040 atau lebih 0.030 setel berat jenis bila tidak bisa
dilakukan, ganti baterai

2) Kondisi pengeluaran baterai


Kondisi pengeluaran baterai dapat diketahui dengan membaca tabel di bawah.

Tabel 1.4 Kondisi Pengeluaran Baterai


Dengan berat jenis 1,16, maka kondisi pengeluarannya adalah 50 % x kapasitas
baterai = 50 % x 60 Ah = 30 Ah
3) Ampere pengisian
Pada pengisian cepat membutuhkan kurun waktu ½ sampai 1 jam. Bila pengisian
cukup 1 jam, maka ampere pengisiannya (Ah) adalah

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 17


4) Pengisian Lambat
Pengisian lambat adalah pengisian dengan waktu lama dengan arus pengisian
yang kecil. Berikut ini cara melakukan pengisian dengan cara lambat :
Contoh
Diketahui:
Kapasitas baterai: 60 Ah
Berat jenis baterai hasil ukur pada Oo C : 1,18
Ditanya: Berapa lama pengisian lambat?
Dijawab :
A. Ampere pengisian
Arus pengisian maksimum harus kurang dari 1/10 kapasitas baterai atau
kurang.


B. Kondisi Pengeluaran
Untuk berat jenis baterai hasil ukur pada Oo C : 1,18 setelah dikonversikan
pada suhu 20oC berat jenisnya adalah :
S20oC = 1,18 + 0,0007 x (0 – 20)
= 1,18 - 0,014
= 1,16
Sehingga kondisi pengeluaranya sebesar 50 % x Kapasitas baterai = 50 % x
60 Ah = 30 Ah.
C. Lamanya Pengisian


b. Fusible Link
Secara umum fusible link hampir sama dengan fuse, yaitu sebagai pengaman rangkaian
kelistrikan jika arus yang mengalir lebih besar dari kapasitasnya saat terjadi hubungan
singkat. Fusible link memiliki kapasitas arus lebih besar dari fuse. Fusible link terpasang
pada terminal positif baterai sebelum menuju box sekering dan alternator. Terdapat
dua jenis, yaitu tipe link dan tipe catridge.

Gambar 1.31. Fusible Link

18 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


Kapasitas Fusible Link ditentukan oleh warna dan rumahnya
Tabel 1.5 Kapasitas dan kode warna Fusible Link
Persamaan Luas pada Fusible
Kapasitas Identitas Warna
link
30 A 0,3 Merah Muda
40 A 0,5 Hijau
50 A 0,85 Merah
60 A 1,0 Kuning
80 A 1,25 Hitam
100 A 2,0 Biru

c. Fuse
Fuse sebagai alat pengaman rangkaian dari arus berlebihan akibat hubungan pendek,
maupun beban berlebihan pada jaringan kelistrikan. Fuse bekerja sebagai pemutus arus
pada rangkaian kelistrikan. Apabila arus yang mengalir lebih besar dari kapasitasnya atau
terjadi hubungan pendek, maka kawat fuse tersebut akan panas, mencair dan terputus.
Hal tersebut menimbulkan pencegah kerusakan pada komponen lainnya. Suatu sekering
(fuse) dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tipe catridge (tabung) dan tipe blade.

Gambar 1.32. Fuse Catridge dan Blade


Sumber: Elektronika 28.blogspot
Kita dapat mengetahui kapasitas suatu sekring dengan mudah. Contohnya, pada sekring
tipe tabung (catridge) dapat dilihat pada ujung terminal, sedangkan untuk tipe blade
terdapat pada rumah sekering sendiri atau dapat diketahui dengan melihat warnanya.
Kapasitas Sekering (A) Identitas Warna
5 Coklat ke kuning-kuningan
7.5 Coklat
10 Merah
15 Biru
20 Kuning
25 Tidak bewarna
30 Hijau
Keuntungan sekering model blade adalah
a) Lebih ringan.
b) Bagian yang berhubungan lebih luas. Tidak mudah pecah dan anti shock.
c) Lebih tahan terhadap arus yang terputus-putus (intermittand).

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 19


Untuk menghitung besar kapasitas sekering yang digunakan, kita dapat menggunakan
rumus berikut.

Sebuah rangkaian lampu kepala terpasang lampu jenis halogen dengan daya sebesar
12V60/55w. Berapa besar sekering yang dibutuhkan untuk merangkai lampu jauh ?
Diketahui :
P : 60 watt
V : 12 Volt
Ditanya : Besar sekering yang diperlukan (I)
Dijawab :
I= = 10 A
Sedangkan pengisian pada kendaraan tegangannya 13,8 – 14,8 V jadi besar sekering yang digunakan

I= = 8,5 A
Karena lampu kepala yang dipasang ada 2 buah maka kapasitas sekering yang
diperlukan = 2 x 8,5 A = 17 A. Pemilihan sekering tidak boleh lebih kecil atau teralu
besar dari kapasitas. Jadi sekering yang diperlukan adalah 20 A.
Pemeriksaan dan pemasangan sekring/fuse:
Pemeriksaan fulse dapat dilakukan secara visual, dengan melihat terputus atau
tidaknya kawat sekering. Selain itu, dapat menggunakan multitaster dengan diatur
posisi ohm. Jika terdapat kontinuitas (jarum bergerak), maka sekering dalam kondisi
aman. Namun, jika tidak terdapat kontinuitas (jarum bergerak), maka akan terputs dan
harus diganti.
Sebelum memasang sekring periksa beberapa hal yang penting, seperti terminal
dari karat dan keberadaan jamur. Selain itu, dorong masuk sekring penuh kedalam,
supaya duduk sempurna. Ganti sekring dengan melihat rating ampere atau spesifikasi
pabrik yang terdapat pada tutup box sekering!

Gambar 1.33. Pemeriksaan Fuse


d. Circuit Breaker
Circuit Breaker mempunyai fungsi yang sama seperti sekering. Perbedaan dari keduanya
terletak pada arus listrik. Ketika arus mengalir melebihi kapasitasnya, maka seketika
akan terputus.
Tetapi, pada sirkuit breaker kondisi kontaknya akan terbuka. Hal ini dapat digunakan
kembali setelah dihubungkannya kembali dengan titik kontaknya. Ada dua jenis titik
kontak ada yang tipe penyetelan otomatis dan ada yang tipe penyetelan manual.
Membuka dan menutup titik kontak diatur oleh bimetal. Ketika kondisi panas, bimetal
akan melengkung dan memutus titik kontak. Penyetelan otomatisnya yaitu, titik kontak
akan terhubung kembali jika temperatur bimetal turun.

20 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


Gambar 1.34 Cirkuit breaker
Sumber: www.teknik otomotif
e. Relay
Relay berfungsi sebagai saklar yang dikontrol secara elektrik. Selain itu, relay juga
berfungsi sebagai pengaman sakelar untuk melancarkan arus dari baterai ke beban
tanpa melewati sakelat. Hal ini dapat mencegah penurunan tegangan. Dalam
sistematisnya, relay dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
1) Normaly Open (NO,) yaitu kondisi awal sebelum digunakan selalu berada pada
posisi terbuka (open).
2) Normaly Close (NC)yaitu kondisi awal sebelum digunakan selalu berada pada posisi
tertutup (close).

Gambar 1.35. Relay Normaly Open dan Normaly Close


Sumber : Vegoilguy.co.uk
Cara kerja Relay:
Pada jenis Normally Open Relay, ketika kumparan coil (terminal 86 dan 85) diberikan
arus, maka akan menimbulkan elektromagnet pada kumparan (coil) tersebut. Hal
ini menyebabkan kontak point tertarik, sehingga terminal 30 dan terminal 87 dapat
terhubung. Kumparan (coil) yang digunakan untuk menarik saklar yang kondisi sakelar
tertutup, pada umumnya membutuhkan arus yang kecil. Relay dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu
Keterangan
A. Relay dengan terminal 4 kaki (Normally
Open)
B. Relay dengan terminal 3 kaki
C. Relay dengan terminal 4 kaki (Normally
close)
D. Relay dengan terminal 5 kaki (Normally
Open)

Gambar 1.36. Tipe Relay

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 21


Cara pemeriksaan relay masing-masing tipe sebagai berikut:
1) Relay dengan terminal 4 kaki (normally open).
a) Memeriksa kontunitas dengan menggunakan ohm meter.
b) Terminal 86 dan 85 harus ada kontunitas dan Terminal 30 dan 87 tidak ada
kontunitas.
c) Hubungkan terminal 85 dan 86 relay dengan terminal positif baterai (86) dan
terminal negatif baterai (85), atau sebailknya!
d) Harus ada suara ‘tek’ yang menandakan bahwa terminal 30 dan 87 terhubung.
Jika tidak ada bunyi, maka relay perlu diganti.
e) Pemeriksaan yang tepat dapat dilakukan dengan cara memeriksa kontinuitas
antara terminal 30 dan 87 harus ada kontinuitas.
2) Relay dengan terminal 3 kaki
Terminal 30 dan 86 yang dialiri arus harus ada suara ‘tek’ . Hal lainnya juga dapat
dilakukan dengan cara memeriksa tegangan pada terminal 30 dan 87. Jika
keberadaan relay ada, maka kondisi aman.

Gambar 1.37. Relay dengan terminal 3 kaki


3) Relay dengan terminal 5 kaki
Terminal 85 dan 86 yang dialiri arus listrik harus ada suara ‘tek’. Hal lainnya juga
dapat dilakukan seperti, memeriksa multi tester kontinuitas terminal 30 dan 87.

Gambar 1.38. Relay dengan terminal 5 kaki

Gambar 1.39. Cara kerja terminal 5 kaki

22 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


f. Flasher
Flasher merupakan komponen pada rangkaian lampu sein dan hazzard yang berfungsi
untuk mengedipkan lampu. Berikut cara pemeriksaannya.
Flasher 2 kaki.
1) Periksa kontinuitas pada kedua terminal dengan menghubungkan terminal flasher
pada probe positif ke terminal B (flasher) dan probe negatif ohm meter ke L (fasher)!
(Flasher berstatus pada kondisi masih aman, jika jarum bergerak)
2) Ketika probe positif dan negatif, dipindahkan pada arah kebalikanya!
3) Jika tidak sesuai spesifikasi ganti flasher!

Gambar 1.40. Cara pemeriksaan flasher 2 kaki


Flasher 3 kaki
1) Terdapat tiga terminal pada flasher 3 kaki, yaitu terminal B (aliran menuju baterai);
terminal L (aliran menuju beban atau lampu); dan terminal E (aliran menuju massa).
Berikut cara pemeriksaaannya.
2) Periksa dengan menggunakan ohm meter! (Jika hubungan antara terminal B dan
E teridentifikasi jarum bergerak, maka flasher dalam kondisi aman).
3) Periksa hubungan antara terminal B dan terminal L! (Jika jarum tidak bergerak,
maka flasher dalam kondisi aman).
a) Ganti flasher, apabila tidak sesuai dengan spesifikasi!
b) Rangkai sumber arus positif baterai dengan terminal B, dan E (massa). Jika
L dihubungkan dengan test lamp yang menuju beban, maka lampu akan
menyala. Jika tidak, gantilah flashernya!

Gambar 1.41. Cara pemeriksaan flasher 3 kaki


g. Sakelar
Sakelar berfungsi sebagai penghubung arus listrik dengan beban yang digunakan
pada sistem kelistrikan kendaraan. Pada BAB ini akan membahas tentang kunci kontak.
Sakelar kunci kontak memiliki 4 terminal, antara lain: AM, ACC, IG, dan ST.

Gambar 1.42. Terminal kunci kontak

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 23


Keterangan:
1) Posisi LOCK digunakan untuk mengunci roda kemudi saat kondisi tidak ada terminal
yang terhubung.
2) AM (Ampere) / B (Baterai): Terminal arus listrik yang terhubung dengan sumber arus
(Positif Baterai).
3) ACC (Accessories) : Terminal yang dipergunakan untuk menyuplai arus ke sitem
kelistrikan tambahan seperti : audio video, tape player.
4) IG (Ignition) : Terminal yang dipergunakan untuk menyuplai arus ke sistem pengapian,
sistem pengisian, dan selenoid pada sistem bahan bakar.
5) ST ( Starter) : Terminal yang dipergunakan untuk menyuplai arus ke sistem starter.

Cara kerja:
1) Saat kunci kontak pada posisi ACC maka terminal yang terhubung adalah AM dan
ACC, sehingga arus dari sumber arus mengalir ke komponen kelistrikan tambahan.
Hal tersebut dapat menghidupkan audio video dan tape player.
2) Saat kunci kontak pada posisi ON/IG, maka terminal AM-ACC-dan IG akan terhubung.
Hal itu menyebabkan selain arus tersebut mengalir ke komponen kelistrikan
tambahan, arus tersebut juga dialirkan sistem pengapian, turn signal (tanda belok),
pengisian, wiper, dan lain-lain.
3) Saat kunci kontak pada posisi ST, maka terminal AM-IG dan ST akan terhubung.
Selain itu, arus mengalir dari sumber arus ke sistem pengapian dan sistem starter.
h. Konektor
Konektor berfungsi untuk menghubungkan komponen satu dengan komponen yang
lainya pada sistem kelistrikan kendaraan.

Gambar 1.43. Konektor


Berikut gangguan yang sering terjadi pada konektor.
1) Kontak dalam kondisi kurang baik, karena pin tidak terdorong merata.
2) Sambungan antara konektor longgar (jantan atau betina) saat konektor tidak
ditekan, sehingga terkunci atau konektor dalam kondisi rusak.
3) Terdapat karat, kotoran, atau air masuk kedalam konektor.
Cara pemeriksaan konektor
1) Periksa tahanan kontak (contact resistance) !
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan ohm meter dengan cara
memasukan probe ohm meter pada bagian belakang konektor. Jika pada akhirnya
terminal tersebut kotor, aus atau kendor, kemungkinan yang terjadi adalah cara

24 Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI untuk SMK/MAK


memasukannya kurang tepat (masuk dalam socket). Gantilah konektornya, apabila
menghasilak tahanan 1Ω atau lebih!

Gambar 1.44. Pemeriksa kontunitas konektor


Sebaiknya, konektor atau komponen tertentu juga harus mempertimbangkan
beban yang dihubungkan.
Contoh:
1) Headlight dengan 60-W low beam dan 150-W highbeam. Bila meter
menunjukkan 0,5 ohm, gantilah konektornya!
2) Relay dengan lilitan 60 ohm. Relay aman.
2. Periksa Kekuatan jepitan
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara memasukan pin jantan ke dalam pin
betina, jika terlalu mudah konektor perlu diperbaiki atau diganti.

Gambar 1.45. Pemeriksaan kekuatan jepitan pin


3. Periksa Terhadap Drop Tegangan
Pemeriksaan drop tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan voltmeter.
Dengan cara menghubungkan probe positif ke konektor yang terhubung dengan
sumber arus dan probe negatif ke terminal negatif baterai.

Gambar 1.46. Pemeriksaan drop tegangan konektor

Perawatan Sistem Kelistrikan Dan Pengaman 25

Anda mungkin juga menyukai