Anda di halaman 1dari 778

Daftar Isi

SANG PEMBELAJAR (i)

RUANG BATHIN PRAJURIT PERANG PEMIKIRAN (ii)

MENGAPA SENOPATI WIRANG (v)

INTEL OH INTEL (vii)

TIPS MEMBACA BLOG I-I (viii)

DASAR-DASAR INTELIJEN (Z.A. MAULANI) (1)

WAWASAN INTELIJEN (34-100)


Intelijen? - Hakikat Keberadaan Organisasi Intelijen - Internal

Security - Antara Polisi, Militer dan Intelijen - Bidang Studi Intelijen-

Perputaran Intelijen - Kegiatan Rahasia - Teori Konspirasi Intelijen -

Foreign Counter-Intelligence - Latihan Sederhana - Latihan Sederhana

PENGAMATAN - Problem Solving ala Intel - Riset Intelijen Akademik -

Competitive Intelligence (CI) - Membedakan Informasi Terbuka dengan

Informasi Rahasia - Berpikir seperti seorang intel analis – INTAN - Core

Intelijen Unit - Omega Operation (Lanjutan Core Intelijen Unit) -

Tentang Laporan Intelijen - Intelijen Gaya Baru

INTELIJEN INDONESIA (101-273)


Kegiatan Intelijen di Indonesia - Krisis Intelijen - Akuntabilitas

Intelijen - Duka Cita Para Intel- Reformasi Intelijen – Celometan -

BAKORINDA = INTEL KAMPUNG - IPOLEKSOSBUDHANKAM Intelijen


Strategis - Antara Restrukturisasi dan De-Hendro-isasi B I N Bagian 1 -

RUU Intelijen Versi Kelompok Kerja Indonesia untuk Reformasi Intelijen

Negara - Antara Restrukturisasi dan De-Hendro-isasi - B I N Bagian 2 -

Agen Intelijen Tolak Perintah Atasan???????? - Dana dan Intelijen

Indonesia- Klarifikasi Tulisan UU Intelijen - Sekali lagi soal UU Intelijen

- Wewenang BIN, Koter TNI, Profesionalisme Polisi, dan Yang Kurang

Diperhatikan - What a story on Indonesian Intelligence - Yang

sesungguhnya dalam tubuh intelijen Indonesia - CIA di mana-mana, Fakta

atau Imajinasi? - FREEDOM OF INFORMATION ACT - Indonesia

target Amerika Serikat dan 60 ribu intel asing? - Kemandirian Sistem

Pertahanan dan Keamanan - Memperkuat Intelijen BNN dan Intelijen

Pajak- Penjelasan Logis dari pernyataan Ka B.I.N.- Do not fall in love with

your agent !!! - Jangan jatuh cinta???- Salut Buat Bung Syamsir Siregar -

Sedikit nasehat buat para agen muda - Bagaimana Caranya Mengabdi dan

Menjadi Anggota Intelijen Indonesia? - Tentang Institut Intelijen

Negara–IIN - Pro-Kontra Posisi Intelijen - Intelijen Asing - Kualitas

Intelijen Indonesia - Berita Terkini Intelijen Indonesia - Kepemimpinan

Sipil BIN - Diskriminasi Penghasilan di BIN - Kepada Yang Tersayang

Adik-Adik STIN - Intel Menjawab- Cambridge Circus - Duduk Perkara

Mossad dan Intel Asing di Indonesia – IIN - Intel oh Intel - Sekilas

Info Intelijen - Peringatan Untuk Intelijen Aktif - Masa Depan Intelijen

- Tentang RUU KAMNAS- Intelijen dan Konspirasi - Selamat Jalan

Bapak Intelijen Indonesia


Daftar Isi
Badan Intelijen dari masa ke masa: Alat Negara atau Memperalat Negara? (1-12)

ISLAM, TERORISME DAN INTELIJEN (13-127)

Bom dan Intelijen - Serangan Teror di London - Aliran Dana Teroris di

Indonesia - Pesan dari Teroris Indonesia - Selamat Jalan DR Azahari -

Teroris Pilih Indonesia???? - Why Sidney Jones had been banned to

enter Indonesia? - BOM Menyambut Tahun Baru 2006 - Bom Natal 2005

+ Bom Tahun Baru 2006 - Sekali lagi soal Sidney Jones - Sedikit tentang

Islam Indonesia - Waspada aksi teror BOM - Dimanakah Riduan

Isamuddin berada? - Klarifikasi pandangan saya tentang Islam Indonesia

- Bocoran dari the Wing of Excellence - Tentang Melawan Terorisme -

Demokrasi dan Teror - Lima Tahun Setelah Nine-Eleven - Catatan Akhir

Tahun Perang Melawan Teror – POSO - BOM 1717 - Isu dari Abu Dujana-

Antara AD, NMT dan Bang Zul - Dimana Osama Bin Laden? - Dongeng

tentang Terorisme di Bumi Indonesia - Skenario Terbaru Terorisme

Indonesia - Tidak semua JI Teroris?

DIBALIK PERISTIWA (CERITA INDONESIA RAYA) (128-205)

Krisis Intelijen- P a n i k- Ibu Pertiwi Hamil Tua- Hari-hari Penentuan-

Antara Megawati, Habibie dan Gus Dur- Megawati Naik Tahta- Megawati

Turun Tahta- All the President's Men- Catatan Akhir Tahun

Pemerintahan SBY-JK- Pilkada Aceh- Klarifikasi Soal HW dan DPJ-

Demokrasi dan Ekonomi- GSM oh GSM Masih Berbendera Merah Putih


kah?- Mimpi Buruk Indonesia Raya- Negeri Ken Arok- Pernyataan Sikap

Blog I-I Soal Reshuffle Kabinet 7 Mei 2007-Ambon Manise RMS Pahite-

Koalisi Kuning-Merah- Merah Putih Indonesia Raya- Rethinking 04-

Sedikit lagi tentang Cakalele RMS- Makna Kemerdekaan Indonesia Raya-

Pokok Persoalan Indonesia Raya-"Indonesia Pecah"- Soeharto- Mencla-

Mencle

ANALISA & PERISTIWA KHUSUS (206-375)

AM Hendropriyono versus TPF Munir - Ada Apa dengan KONTRAS-


Munir oh Munir- Kejutan Kasus Munir

Buah Simalakama Korupsi- Bagaimana Intelijen Menilai Kelangkaan BBM-


Bupati, illegal logging dan pencucian uang

Perhatian untuk Papua - Catatan Khusus Blok Cepu - Soal Papua dan Blok
Cepu- Grand Design Amerika Serikat Terhadap Papua - Tambahan
tentang Papua

Soal Demo Buruh- Soal Demo Buruh #2- Kiri oh Kiri- Sebuah Catatan
Untuk Gerakan Kiri Indonesia- Gerakan Kampungan Marxist Indonesia-
Tentang Komunisme Versus Liberalisme

Hak Kebebasan Beragama versi AS- Anti Amerika ?- Studi Dampak


Perang Irak- Bush Bush Bush- Pasir, Ekstradisi dan Masalah Pertahanan-
Perdebatan Soal kunjungan Knesset- Resolusi Lebanon- Soal Malaysia

Penting!!! Peringatan atas komunikasi via e-mail-Penyesalan demi


kebenaran- Adakah yang suci ?- Buku Bahagiakan Istri dengan Satu
Istri- Polisi Tutupi Reka Ulang Penembakan Lester- Soal Opus Supremus-
Travel Warning Aparat Asing !

Bagaimana Memenangkan Perang Ide - Perang Ide di Metro TV - Perang


Fikiran
SENOPATI WIRANG ON BLOG I-I (376-480)

Intel oh Intel - Mengapa Senopati Wirang? - Bahasa Inggris - Soal e-

mail dan komentar - Artikel / Opini Anda - Non-aktif untuk medical

check-up - Kritik dan Caci Maki - Menunggu Aksi Dukungan- Hari ini saya

gembira - Buat Sahabat Letkol Djuanda - Senopati Wirang seorang

pengecut?- Permohonan Ma'af - Krisis Blog I-I - Menjelang Natal 2006

dan Tahun Baru 2007 - Publikasi Ulang Artikel Blog I-I - Bukan Sok Intel

- Refleksi Tahun 2007Masehi / 1428 Hijriah - Tanya Kenapa Tanya

Kenapa - Blog I-I Tiarapppp ! - Masalah E-mail & Intelijen Dunia Maya-

Ma'af & Jangan Khawatir - Mengering Sudah - Tetangga Dunia Maya-

Tanpa Judul - Blog I-I Menjawab - Komunitas Penuh Kejutan - Visi dan

Misi Blog I-I - Perubahan Visi dan Misi Blog I-I - Alas!!! - Anjing

Menggonggong Kafilah Berlalu - Rethinking 03 - Tips Membaca Blog I-I-

Visi dan Misi Blog I-I - Copy Darat Warga Blog I-I- Kejutan dari rekan

Blog I-I di Australia - Virus di Blog I-I - Forum Komunitas Blog I-I-

Kecelakaan Kecil - Rethinking Ancaman Asing - Klarifikasi soal Kaskus-

Rekan-Rekan Blog I-I Yth. - Perjalanan Sunyi - Memanaskan Situasi?-

Ketidaksengajaan Ego
Sang Pembelajar

Lahir dari rasa ingin tahu, untuk membuka wawasan, melihat peristiwa

menggali makna selanjutnya mencari berita dengan Search di belahan

dunia portal Google.co.id tentang INTELIJEN lalu berkenalan dengan

tulisan dalam Blog Intelijen Indonesia (Blog I-I) yang di-posted oleh

seseorang yang bernama Senopati Wirang

Mencoba milah dan memilih mana fakta mana fiksi, mana yang ilmiah mana

yang alamiah, mana berita mana analisa, mana story mana opini.

Ada yang ditemukan ada yang belum ketemu, ada yang dipahami ada yang

belum dimengerti, ada yang mudah ada yang susah. Itulah belajar dan

belajar, dalam ruang yang bisa di lihat dan di baca, dalam lorong yang

bernama teknologi informasi, dalam gang yang berjudul dunia maya ada

sedikit ilmu yang dicari oleh sang pembelajar.

Tak banyak yang bisa disimpulkan hanya : INTEL OH INTEL

Sekedar mencoba berbagi meskipun anda bisa mudah mencari, maka

tulisan Blog I-I coba di daur ulang dalam buku ini. Semoga manfaat.

Trims Pak Seno atas setitik cerita tentang Indonesia Raya.....

Kebenaran sejati milik Ilahi

Editor : Sang Pembelajar

Intel oh Intel i
Ruang Bathin
Prajurit Perang Fikiran

Seringkali seorang prajurit perang fikiran (intel) juga bertempur dalam

ruang pikirnya sendiri tentang apa-apa yang sudah dilakukannya. Akankah

terampunkan dalam pengadilan akhir di hadapan Yang Maha Kuasa? Siapa

yang akan menyelamatkannya?

Bertanya-tanya juga dalam ruang fikirnya, adakah kebaikan yang bisa

dicapai dengan kejahatan? siasat demi siasat menggerogoti kejernihan

hati. Kebiasaan untuk menempatkan kepentingan nasional, eksekutif serta

pimpinan di atas kepentingan lain mungkin saja menabrak kebaikan dan

kebenaran sejati.

Meyakinkan hati dan pikiran bahwa menjadi seorang intel adalah juga

menjalani kebaikan seringkali goyah dalam ketidakpastian langkah

kebaikan itu sendiri. Bahkan terhapus dari ingatan seorang intel untuk

rasa bersalah, berlindung dengan pembenaran-pembenaran langkah yang

ternyata tidak baik, bahkan cenderung teramat jahatnya.

Perhatikan perjalanan sejarah bangsa kita, peranan intelijen bukan saja

dalam membangun NKRI, tetapi juga dalam menggerogotinya dengan

mabuk kekuasaan dalam sistem otoriter-militeristik. Entah sudah berapa

banyak kelukaan yang tercipta dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Begitulah hidup...setidaknya sebelum kita masuk ke alam kubur ada

Intel oh Intel ii
kesadaran dan tahu persis apa-apa yang harus dipertanggungjawabkan

dalam kekerasan memegang rahasia negara.

Perang fikiran dalam diri seorang intelijen adalah keniscayaan yang tidak

terhindarkan. Apalagi bagi mereka yang benar-benar telah mengalami

pahit getirnya dunia intelijen.

Dalam masa-masa akhir perjalanan saya, ada semacam keyakinan bahwa

intelijen bisa mencapai tujuannya dengan jalan kebaikan dan kebajikan,

dimana tujuan menjaga kepentingan nasional harus dipahami secara lebih

dalam dengan pematangan konsep operasi yang tidak terjebak dalam

taktik jangka pendek seperti pada masa Orde Baru. Kekeliruan dalam

mengelola persoalan bekas propinsi Timor Timur, Aceh, Maluku, Papua,

serta isu Islam radikal sangat jelas disebabkan konsep usang intelijen

militer yang selalu berada dalam keadaan ketakutan untuk kalah.

Sehingga langkah represif dan operasi "jalan singkat" ditempuh demi

NKRI.

Tidak ada yang salah dengan konsep demi NKRI, tetapi metodenya sangat

sembrono dan sudah tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Mengapa

banyak unsur pimpinan keamanan nasional menjadi sangat ketakutan

dengan kunjungan orang asing ke wilayah yang dinilai "bermasalah".

Adalah menjadi kedaulatan Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan

NKRI. Namun metode penjagaan kedaulatan tersebut seyogyanya bisa

terintegrasi dalam metode pembangunan bangsa yang menyeluruh. Selain

itu, ada semacam blue print jangka pendek dan jangka panjang yang pada

Intel oh Intel iii


gilirannya akan semakin memantapkan kebangsaan Indonesia dalam

kebhinnekaan.

Semoga tulisan singkat ini mampu merangsang sahabat Blog I-I untuk

memikirkan secara lebih serius konsep maupun langkah-langkah nyata

untuk menjamin eksistensi NKRI yang kuat baik dalam konsolidasi

internal seluruh komponen bangsa, maupun dalam menghadapi tantangan

dinamika internasional.

(Senopati Wirang)

Intel oh Intel iv
Mengapa Senopati Wirang?

Setelah sekitar 22 e-mail menanyakan tentang siapa saya dan mengapa

menggunakan nama Senopati Wirang, saya pikir cukup adil bila saya share

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di Blog. Khususnya supaya

tidak ada lagi yang penasaran atau mengirimkan pertanyaan yang sama

lewat e-mail.

Pertanyaan siapa saya dan mengapa Senopati Wirang sangat berkaitan,

karena pertanyaan mengapa akan menjawab pertanyaan siapa.

Maka daripada itu, saya mulai dengan jawaban mengapa Senopati Wirang.

Senopati adalah sebuah kata yang akan segera menggetarkan setiap dada

anggota intelligence community di masa saya aktif. Komunitas intelijen

Indonesia di masa itu boleh dinilai solid dalam artian organisasi dan

operasi, tetapi tidak memiliki visi jauh ke depan. Senopati yang kemudian

dijadikan simbol bagi insan intelijen Indonesia kemudian digambarkan

dalam bentuk ksatria tanpa nama yang senantiasa memperdalam ilmu dan

memperluas cakrawala. Dalam perjalanan tersebut sang Ksatria selalu

membawa sebilah pedang, sebagai simbol bela negara dan bukan sebagai

cerminan watak agresif. Jadi singkatnya identitas Senopati

seharusnyalah melekat di dalam dada setiap insan intelijen Indonesia.

Kemudian kata Wirang saya artikan menanggung malu. Saya meyakini

bahwa "mayoritas" insan intelijen Indonesia tidak terlibat dalam

perbuatan, kegiatan atau operasi yang memalukan baik bagi dirinya,


Intel oh Intel v
bangsa maupun negara. Seingat saya, saya juga tidak pernah (tidak

merasa) melakukan tindakan yang memalukan. Meskipun demikian, sejak

saya mulai memikirkan konsep blog ini, saya sadar bahwa perbuatan

menuliskan dunia intelijen melalui media blog adalah berarti saya siap

menanggung malu. Bagaikan menepuk air, maka tak urung muka sendiri pun

sewajarnya akan basah.

Setelah memahami jawaban mengapa, saya berharap pertanyaan "siapa"

tidak lagi menjadi penting, lagipula di kalangan intelijen-pun saya kurang

dikenal. Lebih jauh, saya ingin menyampaikan keinginan murni dari hati

saya untuk hanya ada di dunia maya berupa tulisan blog ini.

Juga kepada saudara-saudari yang terus berusaha meneliti keberadaan

saya. mohon ada pengertian untuk memahami posisi saya, khususnya untuk

rekan di Amerika atau dimanapun juga yang memiliki teknologi

pemantauan e-mail dan blog.

Terima kasih

posted by senopati wirang

Intel oh Intel vi
Tulisan Pertama Blog Intelijen Indonesia yang di posted 11
September 1995

Intel oh Intel

Blog ini hanyalah refleksi keprihatinan seorang anak bangsa Indonesia

yang menjadi saksi terpuruknya salah satu elemen bangsa dan negara

yang vital, yaitu INTELIJEN.

Pendapat dan analisa serta informasi yang ada dalam Blog ini menjadi

tanggungjawab individual yang tidak lepas dari faktor kekhilafan,

subyektifitas dan kurang akuratnya data pendukung. Perlu pula

ditegaskan bahwa semua tulisan dalam Blog ini tidak ada kaitannya

dengan institusi manapun, baik negara maupun unsur private.

Silahkan membaca......

Posted by senopati wirang / Monday, September 11, 1995

Intel oh Intel vii


Tips Membaca Blog I-I

Mohon maaf kepada seluruh rekan-rekan Blog I-I, bahwa baru sekarang

ini saya memberikan catatan penting ini. Tujuannya adalah untuk

menghindari kesalahpahaman diantara sesama rekan tentang apa-apa

yang tertulis dalam Blog ini.

Perlu dipahami bahwa adalah tidak mungkin untuk menyampaikan

informasi intelijen secara langsung dalam media terbuka seperti Blog.

Oleh karena itu, bacalah pelan-pelan dan perhatikan pesan-pesan

tersembunyi yang hampir selalu ada dalam setiap tulisan. Ada yang

tersurat dan ada yang tersirat.

Betapapun kerasnya artikel Blog I-I tetap berada dalam kepedulian

kepada masa depan Indonesia Raya, sehingga jangan dipolitisir menjadi

propaganda yang menyudutkan siapapun. Meski begitu, Blog I-I tidak

segan-segan membidik perilaku siapapun yang berpotensi merusak

Indonesia Raya.

Nilai kebenaran informasi Blog I-I tidaklah mutlak, melainkan dibingkai

dalam kemasan yang harus dipahami sebagai suatu cara menghindari

permusuhan dengan pihak-pihak yang anti Blog I-I. Saya yakin rekan-

rekan yang rajin mengikuti perjalanan Blog I-I sudah bisa melihatnya.

Betapapun remehnya informasi dalam Blog I-I, tetap mengandung pesan

tertentu.

Sejumlah tulisan adalah sumbangan produk intelijen rekan-rekan Blog I-I

yang dikirimkan ke e-mail saya di senopati_wirang@yahoo.com. Ada yang

saya tulis ulang atas permintaan penulis dan ada yang tidak.

sekian.

Intel oh Intel viii


DASAR-DASAR INTELIJEN

Oleh : Letjend (Purn) Z.A. Maulani (Mantan Kepala BAKIN)

Pengertian Dasar

Intelligence is knowledge, demikian secara generik menurut kamus.


Jargon militer mengartikan – intelligence is foreknowledge. – kemampuan

“weruh sadurunge winarah”. Meski intelijen diharapkan weruh sadurunge

winarah, tatkala garis pertahanan Bar Lev Israel di Gurun Sinai hancur

berkeping-keping pada ofensif Oktober 1973 oleh serbuan yang

mendadak dari Jendral Sazely dalam Perang Ramadhan, orang hampir-

hampir tidak bisa percaya bahwa badan intelijen Mossad yang legendaris

itu ternyata tidak memiliki kawruh akan adanya ofensif di hari raya Youm

Kippur sesuai dengan reputasinya yang digembar-gemborkan selama ini.

Cerita tentang intelijen yang tertangkap basah, yang diperdaya oleh

lawannya, yang bobol, bukan hanya dialami oleh Mossad dan Aman (badan

intelijen pertahanan Israel) yang konon sakti mandraguna, tetapi dialami

juga oleh badan-badan intelijen kondang dunia betapa pun handal dan

canggihnya.

Sejarah keberhasilan yang legendaris dari raid “Tora, Tora, Tora” oleh

sayap udara dari armada Kekaisaran Jepang yang melibas habis kapal-

kapal armada pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour pada bulan

Desember 1941 dan menjadi pemantik Perang Pasifik, merupakan suatu

operasi intelijen yang mempermalukan Amerika yang sungguh sangat

monumental. Kejadian sedemikian tetap berulang berkali-kali, bahkan di

Intel oh Intel 1
penghujung abad ke-20 ini ketika badan-badan intelijen sudah makin

sophisticated.

Ketika menjelang Natal pada 24 Desember 1979 sembilan divisi Uni

Soviet, yang terdiri dari divisi berlapis baja ke-5, ke-54, ke-103, ke-104,

lalu divisi mobil udara ke-105, serta divisi infanteri bermotor ke-66, ke-

201, ke-357 dan ke-360, terdiri tidak kurang dari 45.000 orang prajurit

melancarkan serbuan besar-besaran menyeberangi perbatasan Tajikistan

menyerbu dan menduduki Afganistan, tiga badan intelejen Amerika

Serikat paling canggih –-CIA, DIA (Defense Intelligence Agency) dan

NIA (National Intelligence Agency)-– yang diawaki dengan personil yang

paling terlatih dan paling berpengalaman, diperlengkapi dengan sarana

penyadap elektronika dan pemantau satelit yang mampu mengawasi tiap

jengkal permukaan bumi pada tiap saat, tiba-tiba saja oleh keberhasilan

pendadakan itu tampak menjadi badan-badan intelijen paling konyol di

dunia. Harap diingat, sembilan divisi bukanlah jumlah kekuatan yang kecil

yang begitu saja dapat lolos dari pengamatan.1)

Contoh lain lagi. Ofensif Argentina pada tanggal 2 April 1982 terhadap

kepulauan Falkland, atau Malvinas kata orang Argentina, adalah juga

ceritera nyata betapa sebuah lembaga intelijen paling bergengsi seperti

MI-6 Inggris tertangkap basah tidak mampu mengantisipasi serangan

dadakan tersebut sebelumnya. Jadi, badan-badan intelijen, yang paling

canggih, paling berpengalaman, dan paling bergengsi seperti Mossad, CIA,

MI-6, bahkan KGB sekalipun, ternyata bukanlah lembaga-lembaga dewa

yang serba tahu dan serba bisa. Bahwa intelijen sebagai lembaga harus

mampu menjalankan empat fungsi utamanya, yaitu –-to anticipate, to


Intel oh Intel 2
detect, to identify, and to forewarn-– secara mumpuni, memang itulah
yang diharapkan.

Maka dari itu, ketika Pemerintah Orde Baru pada waktu yang lalu

menginstruksikan untuk membangun “posko-posko kewaspadaan” guna

mengantisipasi terhadap berbagai kemungkinan adanya dadakan

kerusuhan sosial, perintah semacam itu tak pelak lagi merupakan suatu

sindiran gaya Jawa terhadap komunitas intelijen, terutama dalam

menjalankan keempat fungsi utama yang disebutkan di atas tadi. Kalau

tidak, untuk apalah pula “posko-posko kewaspadaan” itu, meski kelemahan

itu tidak terletak sebagai tanggung jawab badan-badan intelijen an sich.

Dalam hal ini aparat pemerintah lainnya perlu diperiksa juga akan peran

dan tanggung jawabnya, terutama berkenaan dengan efektivitas dari

intelijen fungsional. Sehubungan dengan intelijen tersebut, tokoh guru

peperangan gerilya Che Guevara memperingatkan dari dalam belantara

Colombia, bahwa “informasi akan mengalir ke arah ke mana simpati rakyat

diberikan.“ Barangkali kaidah besi ini harus menjadi peringatan bagi

badan-badan intelijen kita juga.

Dari contoh-contoh di atas tadi, kenyataan empirik memperlihatkan

kelemahan-kelemahan alamiah memang akan terus melekat pada badan-

badan intelijen kapanpun dan dimanapun, karena kelemahan yang bersifat

manusiawi. Kelemahan itu dapat bersifat struktural (artinya, bisa

diperbaiki), bisa kultural (sulit diperbaiki). Meski dengan segala

kemungkinan akan kelemahan yang ada, yang dapat membatasi

kemampuannya, fungsi intelijen sejak zaman dahulu kala telah telah

diakui menduduki peran yang menentukan. Sun Tzu (250 s.Masehi) telah
Intel oh Intel 3
menetapkan adagiumnya yang terkenal “Ketahui musuhmu, dengan

mengetahuinya sudah separuh dari kemenangan”.2)

Intelijen – Profesi untuk Hanya Seorang Klien

Intelijen memiliki watak sebagai a professional with one client --profesi

yang mengabdi hanya kepada seorang klien. Istilah tersebut

mencerminkan bukan sekedar keunikan intelijen, tetapi juga keterkaitan

berbagai perannya dengan fungsi-fungsi dari sekuriti nasional. Paling

tidak ada enam fungsi-fungsi yang mengalir dari aspek sekuriti nasional.

Fungsi-fungsi dari sekuriti nasional itu adalah :

1. Membina kepastian hukum (legal surety);

2. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat (civil order);

3. Menegakkan hukum secara paksa (law enforcement);

4. Membangun kemampuan pertahanan (defence capability);

5. Melindungi masyarakat dari berbagai bencana, baik karena alam,

kelainan, maupun kesengajaan (public safety from disasters);

dan yang terakhir,

6. Memelihara keamanan negara (state security);

yang masing-masing memiliki ciri-ciri masalah dan ancamannya sendiri-

sendiri.3)

Karakterisasi ancaman menuntut adanya spesialisasi penanganan masing-

masing. Spesialisasi intelijen terhadap fungsi-fungsi dari sekuriti

nasional tersebut dimanifeskan ke dalam crime and law enforcement

Intel oh Intel 4
intelligence, yang dilaksanakan oleh badan intelijen kepolisian (seperti
FBI, Spesial Branch, Intelpol, dsb). Fungsi berikutnya, yakni defence

intelligence, dilaksanakan oleh badan badan intelijen pertahanan, mulai

yang terbatas pada lingkup intelijen daerah pertempuran (combat

intelligence) sampai kepada intelijen yang berlingkup strategis. Kemudian


oleh berbagai intelijen yang ditujukan untuk melindungi masyarakat

(intelligence for public protection) dari berbagai wujud bahaya yang

tanggung-jawabnya dilaksanakan oleh departemen terkait (mulai dari

lembaga pengawasan kegiatan vulkanologi, pengendalian banjir,

penanggulangan kenakalan remaja, narkotika dan uang palsu, sampai

kepada pengawasan lalu-lintas orang asing, dsb) serta untuk perlindungan

kepentingan nasional yang lebih luas, yang mencangkup bidang politik,

ekonomi, keuangan, sosial-budaya, serta keamanan sosial, yang

dilaksanakan oleh badan-badan intelijen nasional (NIA, MI-6/5, BIN,

dsb)

Pertanyaan :

1. Berapa luas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab dari BIN?

2. Apa saja fungsi dari BIN?

Meski ada spesialisasi pada berbagai badan intelijen untuk beragam

kepentingan tersebut, sebagai realisasi fungsi-fungsi sekuriti nasional

pada berbagai tingkat dan wujudnya, kepentingan-kepentingan ini tetap

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.

Intel oh Intel 5
Oleh karena itu, peran dan fungsi koordinasi antar badan-badan intelijen

yang ada itu tidak saja tidak boleh dinafikan, bahkan secara fungsional

merupakan kebutuhan yang wajib dilakukan. Hambatan dan kelemahan

utama dari badan-badan intelijen justru terletak pada fungsi koordinasi

ada take and give dan prinsip intelijen tentang pemberian informasi

hanya kepada mereka yang memang mutlak harus tahu (need to know

basis), turut mengendala proses koordinasi. Masalah lain adalah

menetapkan “siapa yang memang perlu tahu”. Kendala lain terhadap

koordinasi, yang turut menentukan, lebih bersifat kultural, yaitu faktor


subyektif dari badan-badan intelijen –persisnya tokoh-tokoh-- yang

terlibat. Faktor gengsi misalnya.

Koordinasi adalah kegiatan tukar-menukar keterangan mengenai masalah-


masalah yang “tidak jelas” atau “tidak diketahui” atau “perlu diketahui

bersama”. Sementara kaum intelijen adalah sosok yang acapkali harus

menampilkan kesan yang serba tahu. Oleh karena itu untuk menghindari

embarrassment akan hal semacam itu, banyak bos-bos intelijen yang


sebenarnya memerlukan exchange of notes, konsultasi, atau koordinasi

dalam rangka memerlukan informasi yang ada di tangan mereka, acap kali

merasa enggan dan kalaupun terpaksa, cukup mengirim wakil dari eselon

rendahan saja, yang biasanya tidak memiliki mandat untuk memutuskan

sesuatu.

BIN yang di dalam fungsinya menyandang fungsi mengkoordinasikan

kegiatan intelijen pada lingkup nasional dikabarkan mengalami kesulitan

dalam menjalankan fungsi koordinasinya di antara badan-badan intelijen

yang ada.
Intel oh Intel 6
Pertanyaan : Apa kendala yang menyebabkan kesulitan dalam
menjalankan fungsi koordinasi oleh BIN terhadap badan-badan intelijen
lain?

Lalu, rivalitas (persaingan) yang inheren atau melekat di dalam tubuh

berbagai badan-badan intelijen menjadi faktor lain lagi yang mengendala

usaha koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka mengefisienkan kegiatan

badan intelijen yang ada. Berbeda dengan kompetisi (yang juga berarti

persaingan dalam bahasa indonesia), di mana di dalamnya perjuangan


merebut prestasi dilaksanakan tanpa merugikan pihak-pihak yang

bersaing, rivalitas adalah persaingan yang kadangkala tanpa perlu

memperebutkan prestasi, justru bertujuan untuk menimbulkan kerugian

pada pihak pesaing lainnya. Rivalitas adalah permainan zero-sum-game.

Keadaan yang merugikan ini bias bertambah parah bila penguasa politik

menggunakan rivalitas itu untuk power balancing penguasa. Ciri dari

sistem demikian, berbagai kelompok kepentingan bertarung untuk

memperebutkan kedekatan atau untuk memperoleh favorit dari penguasa.

Untuk beberapa waktu lamanya badan-badan intelijen di Indonesia, tanpa

perkecualian, tidak lain hanyalah instrumen untuk mencapai kepentingan

politik. Badan inteljen yang bekerja secara professional untuk single

client organization yang pernah ada adalah BRANI (Badan Rahasia


Nasional Indonesia), dari tahun 1945 sampai 1950.

Lembaga intelijen Indonesia yang pertama, Badan Istimewa BKR, disusun

setelah selesainya penyelenggaraan Pendidikan Penyelidik Militer Khusus

dibawah Letnan Kolonel Zoelkifli Loebis, yang menjadi kepala Tjabang


Intel oh Intel 7
Chusus (staf intelijen) BKR (Badan Keselamatan Rakyat). Badan Istimewa

BKR diresmikan pada tanggal 6 Oktober, 1945 di Cileungsi, Bogor, sehari

setelah pemerintah meresmikan BKR sebagai badan keamanan dari

Republik yang baru lahir. Ketika ditanyakan tentang hal itu Zoelkifli

Loebis menyatakan tidak ingat lagi kapan Badan Istimewa BKR itu

diresmikan. “Saya tidak ingat tanggal pembentukannya. Yang jelas

sesudah 17 Agustus 1945 dan sebelum 5 Oktober 1945,” ucap bapak

intelijen Indonesia ini. 4)

Letnal Kolonel Zoelkifli Loebis merekrut 40 orang opsir PETA mantan

lulusan Seinen Dojo (Pusat Pelatihan Pemuda), yang kemudian diikutkan

dalam pelatihan intelijen oleh Zanchi Yugeki-tai (Satuan Intelijen Bala

Tentara Ke-16) sebagai kader intelijen. Latihan para kader intelijen itu

hanya berlangsung tidak lebih dari seminggu lamanya, ditekankan

terutama pada intelijen lapangan dan teritorial, seperti pengumpulan

informasi militer, sabotase dan perang urat saraf. Tenaga pelatihnya

terdiri dari para perwira dari badan intelijen Jepang Sambobu

Tokubetsu-han (Beppan), seperti Letnan Yanagawa, Letnan Tsuchiya,


Letnan Yonemura dan seorang muslim Jepang Abdul Hamid Nobuharu

Ono, yang dikenal dekat dengan perwira-perwira BKR, Selain Zoelkifli

Loebies sendiri yang pernah bertugas sebagai perwira intelijen di

Singapura.5) Ketika pusat pemerintahan publik dipindahkan dari Jakarta

ke Yogyakarta, Badan Istimewa BKR diubah namanya menjadi BRANI

(Badan Rahasia Nasional Indonesia) yang secara administratif menginduk

ke Kementerian Pertahanan dan secara operasional memiliki akses

langsung kepada Panglima Besar Soedirman dan Presiden Soekarno.

Intel oh Intel 8
Pemimpinnya tetap Zoelkifli Loebis. BRANI melanjutkan melakukan

pelatihan terhadap beratus pemuda dalam rangka membentuk FP (Field

Preparation).

Tugas FPI itu macam-macam, seperti sabotase, propaganda dan perang

urat saraf, penggalangan perlawanan terhadap Belanda, menyusup ke

daerah lawan, hingga penyelundupan senjata. “Pokoknya, kami ini intelijen

tempur sekaligus teritorial” ujar Letnan Jendral Soetopo Joewono,

mantan kepala BAKIN yang menjadi anggota BRANI.6) Untuk mendukung

kepentingan politik, misi BRANI kemudian tidak terbatas pada intelijen

militer saja, tetapi diperluas kepada intelijen politik dan strategis.

Pada masa Amir Sjarifoeddin menjadi perdana menteri pada April 1947

lembaga intelijen ini dirombak menjadi KP V (Kementerian Pertahanan V).

Satuan-satuan intelijen yang berada di luar struktur militer, yakni yang

berada di bawah kepolisian dan kejaksaan pada masa sebelum perang,

dimasukkan kedalam jajaran kementerian pertahanan pada staf yang

berbeda. Seksi-A (bekas BRANI) diserahkan di bawah kepemimpinan

Kolonel Abdoerahman, orang kepercayaan Amir Sjarifoeddin, sedangkan

Zoelkifli Loebis menjadi wakilnya. Amir Sjarifoeddin dan Abdoerahman

kemudian hari terlibat dalam Peristi Pengkhianatan PKI di Madiun pada

1948.

Setelah perang kemerdekaan usai, ketika Pemerintah Republik kembali ke

Yogya, KP V dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk intelijen

Kementerian Pertahanan (IKP). Di bawah menteri pertahanan Sri Sultan


Hamengkubuwono IX, dalam posisi sebagai kepala IKP, Zoelkifli Loebis
Intel oh Intel 9
membentuk BISAP (Biro Informasi Angkatan Perang), yang bertugas

menyiapkan informasi strategis kepada menteri pertahanan dan pimpinan

militer.

Setelah terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 IKP “digembosi”. Peran

intelijen pada lingkup nasional dilakukan oleh SUAD-I. Pada tahun 1959

Presiden Soekarno membentuk sebuah badan intelijen baru di tingkat

nasional, Badan Pusat Intelijen (BPI), yang dipimpin langsung oleh

menteri luar negri Soebandrio. Dibawah kepemimpinan Soebandrio, BPI

dimanipulasi dan dimanfaatkan oleh kaum komunis dan simpatisannya. BPI

menyusup ke dalam Departemen Hankam, Komando-Komando Militer, dan

badan-badan pemerintahan lainnya untuk tugas mengamati lawan-lawan

politik Presiden Soekarno. Untuk pertama kali sebuah badan intelijen

seperti BPI secara sengaja diarahkan dan digunakan sebagai sebuah

instrumen politik dengan tugas khusus untuk mengawasi dan menghabisi

lawan-lawan pemerintah seperti yang lazim berlaku di negara-negara yang

bercorak otoriter.

Dengan tumbangnya kekuasaan Presiden Soekarno, dan bangkitnya Rezim

Orde Baru pada tahun 1965, BPI dibubarkan.sebuah badan intelijen baru

dibentuk, yaitu Komando Intelijen Nasional (KIN) pada tahun 1966,

tetapi sebelum berusia setahun KIN dibubarkan dan digantikan oleh

BAKIN (Badan Koordinasi Intelejen Negara) di bawah pimpinan Letnan

Jenderal Yoga Sugama. Presiden Soeharto tidak sepenuhnya percaya dan

menyandarkan dirinya pada BAKIN. Ia membentuk sebuah jaringan

Intelijen lain sebagai saingan BAKIN di bawah kendali mayor Jendral Ali

Murtopo dengan Operasi Khusus (Opsus)-nya, di luar pengetahuan Bakin


Intel oh Intel 10
maupun staf intelijen Departemen Pertahanan Keamanan/Markas Besar

ABRI, serta komando pemulihan keamanan dan ketertiban (Kopkamtib)

yang ada pada waktu itu. Dalam melaksanakan tugas intelijennya Ali

Murtopo bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto. Selain

itu di luar Opsus, Presiden Soeharto masih membentuk dan

mengendalikan jaringan intelijennya sendiri.

Ali Moertopo merupakan tokoh kepercayaan Presiden Soeharto sejak

tahun 1948. Ia adalah tokoh yang dikirimkan oleh Mayor Jenderal

Soeharto, Panglima Kostrad, pada tahun 1965, tanpa sepengetahuan

Presiden Soekarno, untuk menemui Des Alwi di Bangkok dalam rangka

menjajagi kemungkinan mengakhiri ‘Konfrontasi’ dengan Malaysia. Sejak

saat itu Ali Moertopo dengan Opsus-nya ditugasi untuk menangani

bidang-bidang khusus politik, diplomasi, dan bisnis, di bawah kendali

langsung Presiden Soeharto.

Permainan yang dijalankan Ali Moertopo tidak senantiasa sejalan dengan

kepentingan tentara, yang dipresentasikan oleh Panglima Kopkamtib

Jenderal Soemitro, yang didukung oleh BAKIN. Persaingan antara Opsus

dengan Kopkamtib berakhir dengan show down pada 15 Januari 1978,

yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas

Januari) yang berakhir dengan lengsernya kedua tokoh, baik Ali

Moertopo maupun Jenderal Soemitro, dari arena politik.

Sesudah Peristiwa Malari Presiden Soeharto memanggil Brigadir

Jenderal Benny Moerdani dari posnya di Seoul untuk menggantikan Ali

Moertopo. Ia diangkat sebagai asisten intelijen Dephankam /ABRI, dan


Intel oh Intel 11
mengambil alih kepemimpinan CSIS dari tangan Ali Moertopo. Pada waktu

itu Pusintelstrat (Pusat Intelijen Strategis) yang berada di bawah

kendali asisten intelijen Dephankam/ABRI, dan mengambil alih

kepemimpinan CSIS dari tangan Ali Moertopo. Pada waktu itu

Pusintelstrat (Pusat Intelijen Strategis) yang berada dibawah kendali


asisten intelijen Dephankam/ABRI, berfungsi hanya sebagai “lembaga

pusat” dengan tugas pokok terbatas pada merumuskan doktrin dan

menyelenggarakan latihan semata. Jenderal Benny Moerdani tidak puas

dengan hal itu, dan mereorganisasikan “tenaga pusat” itu menjadi sebuah

‘badan’ -agency- yakni BAIS (Badan Intelijen Strategis) ABRI dengan

tugas-tugas yang sangat luas. Di bawah kepemimpinan Jendral Benny

Moerdani BAIS tidak saja merambah sampai kepada perumusan politik

luar negeri (yang membuatnya tidak disenangi oleh kalangan Pejambon),

tetapi terutama ia berhasil menyakinkan Presiden Soeharto untuk

memberikannya kewenangan melaksanakan sesuatu “operasi tertutup”

melakukan invasi ke Timor Portugis pada tahun 1975. Kegiatan operasi itu

sedemikian tertutupnya sampai-sampai Menhankam/Pangab Jenderal

Surono tidak mengetahuinya sampai detik-detik terakhir Hari–H

serbuan, yang dengan sekaligus menandai berakhirnya peran Opsus yang

masih melakukan kegiatan intelijen di timor portugis dengan nama sandi

“Operasi Komodo”.

Untuk “mensinergikan operasi-operasi intelijen” sesudah peristiwa

Malari, Presiden Soeharto kemudian menempatkan Jenderal Benny

Moerdani sebagai Waka BAKIN, di bawah Jenderal Yoga Sugama.

Berdalihkan bahwa BAKIN hanyalah sebuah “badan koordinasi”, maka

Intel oh Intel 12
struktur organisasinya “dilangsingkan” dengan menjadikannya sebuah

organisasi yang tidak menjadi badan intelijen yang berfungsi melakukan

operasional intelijen secara penuh. Tugas pokoknya lebih ditekankan pada

koordinasi. Barangkali karena alasan tersebut, ketika saya mengambil alih

pimpinan BAKIN pada bulan April 1999, sarana operasional seperti untuk

intelijen komunikasi-elektronika, dan organ untuk operasi lapangan tidak

ada. Fungsi komunikasi-elektronika diturunkan menjadi hanya sebuah

seksi yang berada pada detasemen markas, yang bertugas untuk

pelayanan internal. Karena tiadanya organ operasional lapangan, “laporan

intelijen” yang saya terima dari staf, yang diharapkan berisi “analisis”

dari intelijen matang, tidak lebih berupa guntingan dari berbagai koran

nasional. Sementara itu badan intelijen militer, BAIS, mengendalikan

operasi dan kegiatannya mulai dari intelijen lapangan, teritorial dan

intelijen strategis, dengan fokus terutama pada intelijen politik dalam

negeri. Dalam melaksanakan tugasnya, kadang kala kegiatan intelijen

merambah kepada bidang-bidang dan tindakan-tindakan yang dikemudian

hari membuat nama “intel” tidak terlalu harum di masyarakat.

Intelijen- Kegiatan Mencari Jawaban Terbaik

Tadi di awal pembicaraan telah dikemukakan bahwa kegiatan intelijen

terkait erat dengan proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, serta

pengendalian hasilnya. Keputusan yang baik ditentukan oleh tersedianya

informasi yang benar, faktual, cermat, obyektif, lengkap, terkini, dapat

tepat waktu.Dengan kata lain, intelijen adalah kegiatan mencari jawaban

terbaik guna mendapatkan solusi terbaik. Untuk memperoleh jawaban

terbaik itu, maka pengorganisasian intelijen menuntut segala yang


Intel oh Intel 13
terbaik dalam segaenap aspeknya. Sulit untuk mendapatkan jawaban
terbaik bila organisasi intelijen tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi
dasarnya sekalipun, seperti contoh yang dialami oleh BAKIN tadi.

Organisasi intelijen tidak lain hanyalah sekedar sarana untuk

menjalankan misinya. Misi organisasi intelijen, seperti organisasi-

organisasi lainnya ditentukan lingkungan strategisnya, tugas utama dan

khusus yang dipikulkan keatas pundaknya, serta tantangan yang sedang

dan bakal dihadapinya. Mengingat wataknya sebagai organisasi yang

mengabdi hanya untuk seorang klien, badan intelijen harus tajam pada
spesialisasinya. Organisasi yang terlampau luas dan lebar tanggung

jawabnya dapat terjebak kedalam perangkap tahu sedikit tentang banyak

hal.

Di bidang intelijen pertahanan konon banyak hal Indonesia masih perlu

berbenah diri. Salah satu fungsi dari intelijen pertahanan, misalnya saja

di bidang survaillance udara dan maritim, yang belum mampu kita tangani

dengan memuaskan. Beberapa kawasan Tanah Air, seperti Laut Natuna,

Selat Malaka, Laut Sulawesi, serta laut-laut di kawasan timur Indonesia,

tetap masih merupakan black areas untuk intelijen kita. Bukan saja

karena kawasan-kawasan tadi belum terliput secara penuh dan efektif

oleh sistem jaringan kadar kita, juga kalaupun sarana deteksi tersebut

tersedia, beberapa faktor baik jenis, kemampuan, dan usia sudah tidak

lagi memenuhi kebutuhan sekarang. Beberapa radar buatan Rusia yang

sudah jompo tidak memiliki suku cadang lagi. Beberapa lagi, seperti radar

Plessey dan Thomson tidak kompatibel satu sama lain, sehingga saling
tidak mampu memberikan peringatan dini yang merupakan inti fungsinya
Intel oh Intel 14
suatu jaringan radar. Padahal kemampuan peringatan dini dan deteksi dini

dari sistem jaringan radar, baik di atas daratan maupun dibawah

permukaan air, akan sangat menentukan kemampuan unsur-unsur

surveillance udara dan maritim yang juga masih sanngat terbatas dalam
jumlah, kekuatan, dan kemampuannya- dalam rangka membangun pagar

pertahanan tanah air yang dapat diandalkan. Jangan lupa, wilayah

nusantara yang harus kita lindungi sekarang ini telah meningkat tiga kali

lipat, dari yang semula hanya dua juta kilometer persegi kini menjadi

enam juta kilometer persegi, sebagai akibat bertambah luasnya wilayah

tanggung-jawab keamanan dengan kawasan zona ekonomi eksklusif.

Intelijen bukan hanya berurusan bagaimana mengamati partai-partai

politik, tetapi juga bagaimana harus mampu menegakkan hak-hak

kedaulatan nasional di lautan dari pelanggaran lalu-lintas ilegal,

penyelundupan dan kejahatan di laut, termasuk antara lain pencurian

kekayaan laut yang kini telah mencapai triliunan rupiah, maupun ancaman

penggerogotan terhadap garis-garis batas nasional. Lautan telah menjadi

frontier baru yang menuntut perhatian, karena berkaitan dengan bukan


hanya hari ini, tetapi masa depan anak-cucu kita.

Sementara itu negeri ini terbuka telanjang oleh pengamatan pihak-pihak

lain melalui geo-stationary orbiting surveillance satellite yang

diperlengkapi baik dengan alat pendengar elektronika serta thermal dan

satelit fotografik, yang mampu mengamati, menyadap berita, dan


memotret sampai detil mulai dari nomor kendaraan pasukan darat, di

nomor lambung kapal-kapal yang ada di permukaan laut, jumlah dan jenis

pesawat yang masih air serviceable, sampai pada semua pergerakan


Intel oh Intel 15
latihan maupun operasi pasukan-pasukan darat, laut dan udara, mulai dari

Aceh, sampai dengan Papua. Kesibukan badan-badan intelijen dengan

politicking selama ini telah menjadikannya alpa membangun intelijen


pertahanan yang akhirnya akan menentukan kemampuan kita

mempertahankan dan melindungi segenap rakyat Indonesia dan seluruh

tanah tumpah darah Indonesia dengan sebaik-baiknya.

Keterbatasan kemampuan udara strategis serta telekomunikasi

elektronika sangat menghambat kemampuan intelijen strategis di

lapangan. Pekerjaan tersebut selama ini terbatas dilakukan secara

terbuka oleh para petugas di perwakilan-perwakilan di luar negeri. Tetapi

bila saatnya mengharuskan untuk melakukan pengumpulan keterangan

secara senyap di daerah yang bermusuhan, maka kemampuan itu patut

dipertanyakan. Barangkali unsur intelijen strategis masih mampu

melaksanakan misi infiltrasi, tetapi pekerjaan eksfiltrasi terhadap

pasukan tersebut setelah misi berakhir masih merupakan tanda tanya

besar. Apresiasi intelijen yang menyatakan dalam tempo sepuluh tahun ke

depan tidak akan ada perang sungguh telah menina-bobokkan kita.


Bahwasanya contoh-contoh tentang pecahnya perang dadakan seperti di

Falkland, Afganistan, Teluk, dan sebagainya, seharusnya tidak

mengizinkan suatu angkatan perang alpa dalam mempersiapkan dirinya.

Bukankah, si vis pacem para bellum. Titik-titik ledak yang eksplosif

berada di tepian Pasifik, seperti semenanjung Korea, kepulauan Daoyu-

tai, selat Taiwan, sengketa di pulau-pulau atol Spratley, dan sebagainya,

bisa saja terjadi peluberan, karena hampir semuanya berbatasan

Intel oh Intel 16
langsung dengan zona ekonomi eksklusif Indonesia yang menempati posisi

silang.

Pertanyaan :

1. Apakah BIN ada menjalin kerja-sama dengan badan-badan intelijen

asing untuk mengatasi kekurangan sarana surveillance tersebut di


atas?

2. Dengan badan-badan intelijen asing siapa saja dan dalam bidang apa

saja?

3. Menurut informasi alat informasi pada camera-recorder imigrasi


di Bandara Cengkareng dipasok oleh pihak Amerika Serikat,
dengan catatan mereka berhak menerima hasil pengamatan lalu-
lintas orang di Bandara kita?

4. Apa bentuk kerja-sama BIN dengan badan-badan intelijen asing


tersebut dalam “pemberantasan terorisme” di Indonesia, serta
peran dari badan-badan intelijen asing tersebut di Indonesia?

Tugas Intelijen adalah Pengabdian Mutlak Tanpa Pamrih

Kemampuan dan kualitas kinerja intelijen ditentukan oleh kehandalan dan

kualitas dari sistem pendidikan dan pelatihan yang merupakan wujud

upaya untuk menjadikan seseorang cakap dan matang melalui pembekalan

kemampuan profesional dan pemberian pengalaman secara sistematik.

Intel oh Intel 17
Pertanyaan :

Untuk menjadikan BIN sebuah lembaga intelijen yang profesional dengan


kinerja yang profesional, bagaimana sistem rekrutmen calon-calon
petugas intelijen kita?

Sisi kedua adalah efisiensi sistem pembinaan karier yang memungkinkan

seseorang menjadi matang melalui pemberian pengalaman yang

sistematik. Para master-spy dunia yang ada pada awalnya terbentuk dari

para cantrik (apprentice). Melalui kedua sistem tersebut yang dibina

secara serasi, bertahap dan berlanjut, para cantrik intelijen yang semula

masih hijau dibangun keterampilan, kepercayaan diri, kemampuan, dan

kepemimpinannya, dengan rajutan antara pelatihan kejuruan dan keahlian

berbagai lika-liku seni intelijen dengan penugasan, dari tugas magang,

tugas lapangan (field operative), lalu agen handler, kemudian middle

analyst, sampai kepada senior analyst. Hasil dari itu semua akan

melahirkan master-spy.

Pertanyaan :

1. Bagaimana sitem pendidikan dan pelatihan professional baik yang


berupa ‘in-house’ maupun ‘out-house training’ ?

2. Bagaimana pola ‘tour of area’ dan tour of duty’ (mutasi dan


promosi) para pejabat BIN ?

Akibat iklim politik yang serba tidak menentu, bidang pembinaan karier

kepegawaiaan yang belum mengacu kepada prestasi, yang juga berlaku

Intel oh Intel 18
pada aparat intelejen, telah mengendala kaidah itu. Para petugas dan

pejabat intelejen, terutama yang berasal dengan latar belakang non

militer berdasarkan ketentuan pemerintah harus mengikuti ‘pendidikan

karier’ berjenjang regular pegawai negeri, seperti SPAMA, SPAMEN, dan

SPATI, untuk mengapatkan kenaikan jabatan yang mengandung juga

kenaikan tanggung jawab, sementara sebagaimana dinaklumi, sistem

pendidikan karier pegawai negeri tersebut tak ada sangkut pautnya sama

sekali dengan peningklatan keterampilan profesionalisme intelijen yang

seharusnya mereka peroleh dalam sistem pendidikan karir mereka.

Sebaliknya, in-house training yang dilakukan oleh lembaga intelijen

selama ini di bidang tradecrafts mereka ternyata tidak memiliki efek

karier, belum mendapatkan pengakuan dari badan administrasi pembinaan

kepegawaian negara, BAKN, kecuali sekedar sebagai credit points

semata.

Sosok Intelijen

Bagian terpenting dari rangkaian pembinaan sumber-daya manusia untuk

menjadikan seseorang sisik intelijen dalam rajutan pembinaan pendidikan

dan pembinaan karier atas tadi bermula pada tahapan awal, yaitu

recruitment.

Kekeliruan pada tahapan awal ini akan berdampak panjang. Pencarian bibit

(talent-scouting) menjadi pengalaman penting dari usaha recruitment.

Dari sederet panjang tuntutan yang mutlak ada pada tiap calon rekrut

ialah integritas pribadi, loyalitas dan kemampuan profesional


(professional competence).
Intel oh Intel 19
Integritas pribadi merefleksikan sosok seorang yang jujur, dapat
dihandalkan, satu kata dengan perbuatan, memikiki keberanian moral, adil

dan bijaksana. Kesemuanya mutlak diperlukan, mengingat pekerjaan

intelijen akan lebih banyak dilaksanakan dengan mengandalkan pribadi

demi pribadi. Pengetahuan, analisis, dan laporan dari seorang sosok

intelijen akan sangat tergantung pada judgement dari pribadi yang

bersangkutan. Dengan kata lain, keberanian mengambil keputusan pada

saat-saat kritis yang terkait erat dengan integritas pribadi seseorang.

Loyalitas menjadi tuntutan mutlak yang kedua. Loyalitas, atau kesetiaan,


mengandung keteguhan akan komitmen seseorang kepada misi yang

diembannya, kepada etika profesinya, kepada organisasinya, dan

terutama kepada bangsa dan negaranya, diatas segala-galanya tanpa

pamrih. Sosok dan lembaga intelijen tidak boleh menyimpangkan

kesetiaannya kepada kelompok atau golongan, atau kepentingan-

kepentingan sempit di luar kepentingan nasional.

Pertanyaan : Bagaimana mengawasi loyalitas para petugas intelijen

dalam tugasnya kepada misinya dan sumpahnya?

Pengalaman keterlibatan badan-badan intelijen di masa silam dalam

konflik-konflik yang bernuansa kepentingan kelompok dan politik aliran

dari sejak awal sejarah republik sebagaimana dituturkan pada riwayat

lembaga BRANI, KP V, PBI dan sebagainya, cukup menjadi pelajaran yang

telah menorehkan trauma ke dalam tubuh bangsa, yang telah menjadikan

badan-badan intelijen kita tidak terlepas dari trauma masa lalu, di mana

sosok intelijen kerap cenderung memperlihatkan subjektifitas politik


Intel oh Intel 20
alirannya, primordialisme yang kental, sehingga tidak dapat menghindari
diri dari perlibatan dengan kegiatan politicking dalam politik praktis.

BIN sebagai badan koordinasi intelijen negara, tidak peduli siapa pun

yang memimpin dan kapan pun, pada dasarnya harus senantiasa terikat

kepada misinya, yaitu menyampaikan informasi yang objektif dan faktual

--pertimbangan tentang apa yang sepatutnya dilakukan atau tidak

dilakukan-- kepada presiden/kepala negara dalam rangka mengamankan

segala upaya untuk “melindungi segenap rakyat Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahterahan umum,


mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan keterlibatan
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.”

Pertanyaan : Bagaimana usaha Kepala BIN untuk menjamin agar badan-

badan intelijen kita, khususnya BIN, tidak menjalankan politik kelompok,


politik aliran dan atau primodialisme, yang selama ini telah menjadi
trauma besar di kalangan masyarakat Indonesia?

Kemampuan profesional menjadi syarat mutlak ketiga menuju terbinanya


sosok intelijen yang profesional. Professionalisme tidak terbatas hanya

pada penguasaan teknis dari trade-craft intelijen. Di dalamnya


terkandung kewajiban dan kemampuan untuk menegakkan etika profesi

yang menjadikan intelijen menjadi profesi yang disegani dan terhormat,

bukan pekerjaan yang menimbulkan rasa takut dan jijik. Profesionalisme

menuntut dalam kegiatan intelijen penghormatan kepada hukum dan

ketentuan yang berlaku, hak-hak asasi manusia, nilai-nilai budaya yang


Intel oh Intel 21
ada, karena negara yang kita impikan bukanlah negara polisi (police state)

atau negara kekuasaan (machts staat) yang kekuasaannya didukung oleh

polisi rahasia semacam Kempetai, Gestapo, GRU, atau Stazei. Badan-

badan intelijen fungsional, diharapkan oleh rakyat agar “berhenti

melakukan hal-ihwal di luar fungsi dan misi intelijen, dan terutama


dengan kegiatan yang menzalimi rakyat.” Jangan sampai berlaku pemeo,

“sukses di semua bidang, terkecuali di bidang intelijen.”

(Catatan : Oleh karena itu dalam upaya melakukan profesionalisasi sosok

intelijen, dalam rekrutmen calon petugas intelijen di luar tiga tuntutan

dan persyaratan tersebut diatas, badan-badan intelijen strategis

mensyaratkan tenaga didik serendah-rendahnya strata-1; berkepribadian

hangat dan menyenangkan-bukan yang berpenampilan sangar; mudah dan

enak bergaul dalam berbagai lingkungan ; menguasai paling tidak satu

bahasa asing, yaitu bahasa inggris, dengan fasih; mampu membangun

struktur berpikir logis dan analitik; serta mampu menyampaikannya

secara jernih baik secara lisan maupun tertulis).

Menengok perkembangan intelijen ke belakang dan memandang gelagat

perkembangan lingkungan dalam dan luar negeri ke masa depan, usaha

untuk melakukan reposisi kedudukan dan peran intelijen dalam kehidupan

negara merupakan langkah yang perlu dan harus diambil, dengan secara

jujur berusaha menarik pelajaran dari masa lampau serta dari

kekurangan-kekurangan objektif yang masih ada di masa kini.

Acuan missi intelijen di masa depan harus terkait dengan usaha untuk

mendukung komitmen bangsa, yaitu turut mengamankan terbentuknya, 1)


Intel oh Intel 22
masyarakat madani yang demokratik; 2) yang menghormati supremasi

hukum; 3) mendukung terbentuknya pemerintahan yang bersih; 4) serta

menjunjung tinggi pluralitas bangsa dalam wujud penghormatan kepada

perbedaan dengan tetap berada dalam pigura Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pertanyaan : Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, apakah Saudara

Kepala BIN sepakat akan perlunya melegislasikan suatu ‘Undang-undang


tentang Intelijen’, yang isinya menetapkan secara tegas tugas pokoknya
(‘mission’), fungsi-fungsinya, bidang-bidang yang menjadi lahan
garapannya, jenis tugas (‘tasks’) agar badan-badan intelijen kita tidak
terjebak menjadi “polisi rahasia” yang bertentangan secara mendasar
dengan prinsip negara kita sebagai negara hukum (‘recht-staat’); undang-
undang itu perlu menetapkan kepada siapa ia bertanggung-jawab,
bagaimana hubungannya dengan DPR, dari mana sumber alokasi anggaran
belanja bagi lembaga intelijen, dan hal-ihwal yang berkaitan dengan
tanggung-jawab administratif badan-badan intelijen.

Tantangan Baru – Cakrawala Baru

Tantangan masa depan bukan hanya berwujud ancaman fisik. Runtuhnya

Tembok Berlin pada 1985 bukan hanya meniadakan dua kubu yang

bersaing, yang nyaris akan meluluh-lantakkan dunia. Berakhirnya Perang

Dingin dengan kemenangan blok Barat telah membuka pintu bendungan

yang tak tertahankan, munculnya suatu fenomena baru, yakni globalisasi.

Globalisasi, atau proses pensejagatan, terjadi berkat berlangsungnya

revolusi dahsyat di bidang teknologi transportasi, telekomunikasi, dan


Intel oh Intel 23
informasi. Revolusi tersebut telah mengubah secara total konsep tentang

ruang dan waktu. Dunia dibuatnya makin menciut. Kenichi Ohmae

menyebutnya –a new borderless world– suatu dunia yang tidak lagi

mengenal tapal-batas. 7) Tanpa tapal-batas gelombang informasi dalam

era globalisasi mendorong proses uniformisasi umat manusia.

Uniformisasi itu terutama berkiprah dalam visi dan aspirasi, seperti

tampak pada gerakan perjuangan untuk menghormati hak-hak asasi

manusia, demokratisasi, hidup yang lebih ramah lingkungan. Terhadap

gejala uniformisasi tampak gerakan regionalisme yang kini tumbuh bak

cendawan di musim hujan dan kian menguat, di Amerika Utara, Eropa, dan

Asia (Timur, termasuk Tenggara), serta munculnya entitas non-negara

yang ditujukan untuk kerja-sama ekonomi seperti WTO, APEC, ASEM,

dan sebagainya.

Gejala yang memerlukan kewaspadaan dalam uniformisasi ini ialah

terbentuknya entitas non-negara, di mana yang terpenting adalah

menguatnya kesadaran kesetia-kawanan diaspora etnis Cina secara

mondial maupun regional, yang kini bangkit menjadi kekuatan ekonomi

dunia yang harus diperhitungkan. Di negara-negara tepian Pasifik, di luar

RRC dan Taiwan, jumlah etnis Cina yang hanya 25 juta jiwa memiliki

pendapatan 30 triliun dolar setahun, yang berarti delapan kali lipat GDP

Cina Daratan yang berpenduduk 1,3 milyar jiwa.

Jaringan etnis Cina perantauan tersebut sangat rumit, terdiri dari

jaringan-di-dalam-jaringan, baik jaringan berdasarkan she (marga),

perkongsian, maupun negara, dimana mereka bertempat tinggal, yang

terkait rumit satu dengan yang lain. Sudono Salim masih salah seorang
Intel oh Intel 24
ketua organisasi dari she Lim sedunia. Bersama-sama dengan Mochtar

Riyadi keduanya menjadi anggota dewan penasehat dari perhimpunan

etnis Cina perantauan sedunia yang bermarkas-besar di Chinese Heritage

Center Singapura.

Dalam hubungan ini Lee Kuan Yew, menteri senior Singapura, dan para

pemimpin Singapura, mengidap impian menjadikan Singapura sebagai

ibukota para Hoa Xiao di dunia. Ketika terjadi Tragedi Mei 1998

menjelang tumbangnya Presiden Suharto, kerusuhan besar yang menimpa

etnik-Cina di Jakarta, adalah Singapura yang paling kencang suaranya

mengecam Indonesia dalam rangka memberikan kesan Singapura sebagai

negara yang paling peduli dengan nasib etnik Cina Hoa Xiao.

Lalu apa kaitannya dengan solidaritas diaspora etnis Cina ini? Kekuatan

duit mereka. Siapa saja yang ingin berpolitik butuh duit. Tetapi juga

sebaliknya, duit menjadi basis dari kekuatan politik. Artinya, sewaktu-

waktu kepentingan ekonomi dan atau keuangan dari kelompok etnis Cina

perantauan terancam di salah satu atau beberapa negara klien, sudah

dapat dipastikan akan ada reaksi berupa ramifikasi politik. Terpuruknya

moneter, ambruknya perbankan, dan rusaknya ekonomi Indonesia,

merupakan salah satu contoh dari kekuatan sistem senjata ekonomi.

Tumbangnya rejim Orde Baru bukan karena ada divisi berlapis-baja

menggelinding di jalan-jalan Thamrin atau Sudirman di Jakarta, atau

penerjunan pasukan payung di lapangan Monas, atau berjatuhannya

peluru-kendali di Cilangkap. Presiden Soeharto tumbang karena jatuhnya

nilai rupiah, yang membuka pintu kepada krisis moneter dan kemudian

ekonomi yang akut. Minat intelijen nasional harus disesuaikan dan


Intel oh Intel 25
dilebarkan antara lain dengan adanya tantangan berupa ancaman baru

tersebut.

Duit juga menjadi faktor kuat yang mempengaruhi perumusan kebijakan

nasional. Dalam hal ini contoh konkrit adalah ketika melalui tokoh-tokoh

Hoa Xiao seperti Tong Joe, Tommy Winata, dan James Riyadi, Presiden
Megawati mengeluarkan kebijakan R & D (Release and Discharge), kepada

para obligor yang pada umumnya adalah konglomerat keturunan Cina yang

melarikan diri ke Singapura, pembebasan dari kewajiban mengembalikan

hutang-hutang mereka yang mencapai angka sampai 170 trilyun rupiah

yang berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) bermasalah.

Bersama dengan penjualan Indosat kepada Singapura


Telecommunications, dan keputusan untuk menaikkan tarif bahan bakar

minyak (BBM), listrik dan telepon, kesemuanya telah menjadi pemantik

demonstrasi-demonstrasi besar-besaran yang dilancarkan oleh

mahasiswa, pemuda, buruh, pengusaha, kaum miskin dan ibu-ibu rumah

tangga di Jakarta pada awal Januari 2003.

Kemudian masalah lain yang memerlukan perhatian adalah runtuhnya

imperium Uni Sovyet pada tahun 1989 yang telah menampilkan Amerika
Serikat sebagai satu-satunya super-power di dunia. Menanggapi peristiwa

tersebut Amerika Serikat telah memutuskan untuk mempertahankan dan

meningkatkan peran tersebut sebagai pemimpin dunia yang dipandangnya

“lebih efektif ketimbang pemimpin Perserikatan Bangsa-bangsa.” Untuk

itu, berdasarkan doktrin Bush yang disampaikan di depan kongres

Amerika Serikat pada tanggal 20 september 2002, di dalam dokumen

sebanyak 31 halaman derngan berjudul “The National Security Strategy


Intel oh Intel 26
of United States of Amerika”, Amerika Serikat harus meningkatkan
upaya untuk memperluas kehadiran militer Amerika Serikat ke seluruh

kawasan Eropa dan Asia, dengan membangun pangkalan yang semula hanya

ada di 120 negara, diperluas menjadi 160 negara, untuk menjamin

kedudukan dan peran White Americana, perannya sebagai pemelihara

perdamaian dunia di bawah kekuaaan Amerika Serikat untul mengamankan

kepentingan itu Amerika Serikat membentuk sebuah organisasi super-

intelligence bernama ‘Proaktive Pre-Empitiv Organization Group’ (P2OG),

dengan tugas melakukan operasi-operasi intelijen atas dasar ‘Pukul dahulu

urusan belakang’. Prinsip ini sesuai dengan ancaman presiden Bush kepada
semua negara, “if you’re not with use, you’re against us” (kalau tidak

mendukung kami, anda adalah musuh kami). Serangan Bom Bali pada 12

Oktober 2002 dan Makasar pada 6 Desember 2002 merupakan bentuk

dari kampanye intelijen proactive yang baru dari Amerika Serikat

sebagaimana kata Menteri Pertahanan Donald Rumfield operasi semacam

itu berjuang untuk memancing keluarnya ”tikus-tikus muslim radikal dari

sarangnya.”

Peran Intelijen Asing Di Indonesia

Makin meningkatnya operasi intelijen asing, terutama intelijen Barat di

Indonesia, terlihat dengan munculnya propaganda hitam di situs internet

TIME.com edisi 17 September 2002, yang menurunkan berita menarik

tentang Omar Al-Faruq, sebagai awal dari suatu operasi intelijen yang

sistemik untuk mengubah Indonesia tidak lagi menjadi “Mata rantai

paling lemah di Asia Pasifik dalam rangka upaya memerangi jaringan


terorisme international”. Munisinya adalah tentang hadirnya gerakan
Intel oh Intel 27
islam fundamentalis yang digerakkan oleh suatu organisasi, Jama’ah

Islamiyah, yang gerakannya oleh kaum fundamentalis muslim warga


negara Indonesia untuk mendirikan “super-state” Islam di Asia Tenggara.

Tujuan akhir dari kampanye intelijen ini adalah untuk menguasai negeri

dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kampanye anti-terorisme

Amerika Serikat di Indonesia seluruhnya hanya didasarkan pada

pengakuan Al-Farouq segera diikuti dengan pernyataan-pernyataan yang

sifatnya menekan Indonesia dari para proxy Amerika, seperti “sheriff

Amerika” John Howard dari Australia, “jurubicara” menteri senior

Singapura Lee Kuan Yew, yang menuduh melalui majalah the Far Eastern

Economic Review Hongkong, bahwa ada “ratusan gerakan Islam radikal di


Indonesia yang berpotensi sebagai organisasi teroris.” Pernyataan Lee

Kuan Yew itu menggebyah-uyah semua organisasi kemasyarakatan

(ormas) Islam di Indonesia adalah organisasi teroris.

Konon menurut CIA Al-Faruq adalah tokoh kakap Al Qaedah di Asia

Tenggara yang berhasil diciduk, dikesankan sebagai prestasi terpenting

CIA di Asia Tenggara. Mengapa? Karena ia dinyatakan sebagai tangan

kanan Usamah bin Ladin, yang mendapat tugas untuk mengkoordinasikan

gerakan Islam radikal di Asia Tenggara. Ia tokoh penting terutama

dengan kegiatan untuk mendirikan sebuah “super-state” Islam di Asia

Tenggara. Ia disebutkan banyak menjalin hubungan drngan tokoh-tokoh

Islam radikal Indonesia, antara lain dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir,

pemimpin pondok pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo. Ia juga adalah Amir

Majelis Mujahidin Indonesia, yang dituduh sebagai “sayap” Al Qaedah di


Indonesia.

Intel oh Intel 28
Dalam dokumen CIA itu ada banyak nama Arab tokoh-tokoh Al-Qaedah

yang berada dalam jaringan korespndensi Al Farouq. Antara lain, ada

nama-nama Dr. Ayman Al Zawayhiri dan Mohammad Atef. Kedua tokoh

puncak Al Qaedah itu dilaporkan pernah mengujungi Poso dan Ambon

pada tahun 2000, dua tempat bergolak yang oleh CIA dituduh akan

dijadikan sebagai basis baru Al Qaedah, sebagai Afghanistan kedua.

Dari laporan-laporan CIA yang dibocorkan melalui media massa, Amerika

Serikat ingin membangun kesan bahwa jaringan Al Qaedah di Indonesia

merupakan serius. Laporan itu juga mengatakan Al Qaedah berhasil

membangun sebuah “kamp latihan militer” di Poso. Selain Poso ada tiga

buah lagi di Kalimantan, antara lain sebuah di Balikpapan. Tanggal 18

Januari 2002 melalui juru bicara BIN Muchyar Mara mengulang kembali

bahwa di Poso ada pusat kamp pelatihan teroris Islam meski berkali-kali

dibantah oleh pejabat setempat.

Sekedar sebaagai contoh, pusat latihan militer kaum Islam radikal di

Kalimantan yang disebut-sebut dalam laporan CIA itu ternyata pondok

pesantren Hidayatullah, yang ada di desa Gunung Tembak, Balikpapan.

Kampus pondok pesantren Hidayatullah itu terdiri dari suatu hamparan

seluas 30 hektar dengan bangunan masjid, gedung pertemuan unum, ruang

belajar, bedeng-bedeng perbengkelan mesin dan alat-alat pertanian,

hamparan lahan ladang tempat para santri praktek bertani, sebuah danau

buatan yang asri sebagai reservoir air bagi kawasan desa Gunung

Tembak, dan asrama bagi santri putra maupun putri serta kawasan

perumahan para ustadz. kawasan ini, karena design lengkapnya, pernah

Intel oh Intel 29
mendapatkan penghargaan Kalpataru karena jasa-jasa Hidayatullah

mengubah tanah gersang di sana menjadi lahan subur.

Bertetangga dengan pesantren Hidayahtullah di desa Mandar berdiri

tegak pangkalan Yonif 600 Lintas-Udara, pasukan cadangan pemukul dari

Kodam VI/Tanjungpura, dan agak ke selatan lagi berdiri basis kompi

Kopasgat TNI AU yang bertugas mengamankan kawasan bandara

internasional Sepinggan, Balikpapan. Di antara pangkalan-pangkalan ini

dengan pesantren, yang dahulunya hanyalah hutan dan semak belukar,

berkat bimbingan pesantren Hidayatullah. Itulah “pusat latihan militer”

di Balikpapan menurut versi CIA.

Pertanyaan : bagaimana keterrangan dari kepala BIN tentang informasi

tentang adanya kamp-kamp latihan kaum teroris di Poso dan Kalimantan


yang dinyatakan oleh juru-bicara BIN Machya Mara?

Yang termasuk dalam daftar “wanted”- orang yang dicari di Indonesia

menurut versi Amerika Serikat kalau diteliti ternyata adalah mereka

yang turut memperjuangkan berlakunya syariat islam di Indonesia.

Sebagai contoh, Agus Dwi Karna yang bersama-sama Tamsil Linrung

mestinya sudah dibebaskan oleh pengadilan Manila, ternyata keputusan

itu dicabut kembali dan tidak berlaku bagi Agus Dwi Karna, karena dia

adalah ketua dari Laskar Jundullah, organisasi yang bernaung di bawah

“panitia persiapan pelaksanaan Syari’at Islam Sulawesi Selatan”. Dosa

dari ustadz Abu Bakar Ba’asyir, karena ia menyatakan mendukung

gagasan ”berlakunya syari’at Islam bagi para pemeluknya” di Indonesia.

Sebenarnya Agus, ustadz Ba’asyir, tidak sendirian. Banyak orang


Intel oh Intel 30
Indonesia dan bahkan beberapa Partai politik di Indonesia, masih terus

memperjuangkan gagasan berlakunya syari’at Islam ”bagi para


pemeluknya” di Indonesia, dan aspirasi itu sudah menjadi publik dan

legal-konstitusional sejak bulan Juni 1945 dalam debat-debat terbuka di

sidang Dokuritsu Zyoonbi Choosa-kai, kemudian di sidang konstituante

pada tahun 1959, dan terakhir di sidang MPR 1999. Jadi apa salah

mereka? Dan sampai dengan hari ini gagasan pemberlakuan syari’at Islam

“bagi para peneluknya” di Indonesia masih menjadi wacana terbuka di

tengah-tengah publik di Indonesia.

Pertanyaan :Sampai dengan hari ini pihak kepolisian belum juga berhasil

mengungkapkan bukti-bukti keterlibatan dari Al Ustadz Abu Bakar


Ba’syir dengan kegiatan terorisme sebagaimana yang dituduhkan oleh
pihak keamanan selama ini. Bagaimana keterangan dari kepala BIN
tentang tuduhan terhadap Al Ustadz Abu Bakar Ba’syir yang hanya
berdasarkan testimoni tunggal ’in absentia’ dari seorang tokoh Omar Al-
Faruq?

Pada tanggal 12 Oktober 2002 pukul 23.05 sebuah ledakan bom di Bali

yang begitu dasyat, konon dilihat dari jumlah korban yang jatuh adalah

yang kedua terbesar sesudah serangan terhadap gedung WTC New York.

Bom yang meledak di depan Sari Night Club menewaskan 184 jiwa

mencederai berat dan ringan 300-an orang, seratusan lagi hilang,

menghancurkan atau merusak 47 buah bangunan, dan membakar

seratusan kendaraan berbagai jenis.

Intel oh Intel 31
Para pengamat dan para ahli demolisi pada umumnya berpendapat bahan-

ledak yang digunakan di pantai Legian-Kuta itu bukan dari bahan

konvensional. Tim investegasi gabungan Polri dan Australia berusaha

melunakkannya dengan menyebutkan bahwa bahan ledaknya, yang semula

dikatakan dari bahan C-4, kemudian diturunkan menjadi RDX, kemudian

di turunkan lagi menjadi HDX, kemudian TNT, lalu bahan ledak yang

diimprovisasi dari bahan pupuk dan akhirnya dari bahan karbit. Ada kesan

perubahan keterangan tentang bahan-ledak agaknya dimaksudkan untuk

meniadakan tudingan bahwa bom itu ulah dari kekuatan luar.

Ledakan bom Bali itu harus dibaca sebagai coup de grace kepada

Indonesia yang melengkapkan hegemoni Amerika Serikat di Asia

Tenggara. Bom Bali sengaja dibuat sedemikian hebatnya, bukan termasuk

kategori bom lokal agar gaungnya mengglobal, sebagai pretext bahwa

bangsa dibelakang peledakan itu adalah Muhammad Khalifah, adik-ipar

Usamah bin Ladin, dari Al Qaidah. 8)

Ketika Presiden Bush mengancam negara-negara termasuk Indonesia

dengan dalil “If you not with us, you’re against us”, ancaman itu tidak

menyisakan alternatif lain, kecuali “ikut, atau menjadi musuh Amerika”.

Terima wortel atau mau pentungan. Kebijakan satu arah semacam itu

tidak membuka peluang bagi negara lain untuk mengembangkan politik

nasional yang netral, politik yang bebas-aktif. Sikap Amerika itu telah

menjadi ancaman terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan nasional

Indonesia selama ini yang bebas dan berkedaulatan baik dalam

pengembangan kebijakan dalam-negeri, luar-negeri maupun keamanan,

yang tidak selalu searah dengan selera Amerika Serikat. Seorang


Intel oh Intel 32
Indonesianis, Daniel Lev, memberikan saran kepada pemerintah

Indonesia, agar tidak terseret pada kepentingan asing jangka-pendek,

dan lebih baik memberikan perhatiannya kepada kepentingan nasional

Indonesia jangka-panjang.

Menghadapi dilema seperti itu, maka tidak ada pilihan lain bagi

pemerintah dan badan intelijen nasional kita kecuali melaksanakan

tugasnya dengan tetap mengacu kepada amanah konstitusi, “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk


memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Sumber : Khalifah 1924.0rg

Intel oh Intel 33
WAWASAN INTELIJEN

Intel oh Intel 34
Intelijen?

Apakah definisi Intelijen?

Intelijen dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan langsung dari

Intelligence (N) dalam bahasa Inggris yang berarti kemampuan

berpikir/analisa manusia. Mudahnya kita lihat saja test IQ (Intelligence

Quotient), itulah makna dasar dari Intelijen.

Intelijen atau Intelligence berarti juga seni mencari, mengumpulkan dan

mengolah informasi strategis yang diperlukan sebuah negara tentang

negara "musuh". Dari definisi ini berkembang istilah counterintelligence

yang merupakan lawan kata dari intelligence.

Intelijen juga merujuk pada organisasi yang melakukan seni pencarian,

pengumpulan dan pengolahan informasi tersebut di atas. Dengan definisi

ini intelijen juga mencakup orang-orang yang berada di dalam organisasi

intelijen termasuk sistem operasi dan analisanya.

USA, Russia (sejak era Uni Soviet) adalah dua negara yang

mengembangkan intelligence mengarah pada sebuah field science baru.

Keberadaan sejumlah Akademi di Russia, bahkan Sekolah Tinggi sampai

Graduate School di USA (bersepesialisasi di bidang intelijen) merupakan

langkah-langkah gradual menuju penciptaan field science of intelligence.

Sementara di sebagian besar negara "besar" seperti Inggris, Perancis,

dan China, Intelligence masih dianggap sebagai seni yang dirahasiakan

dan hanya diajarkan pada calon-calon agen intelijen selama beberapa

tahun.

Intel oh Intel 35
Hakikat Keberadaan Organisasi Intelijen

Mungkin kebanyakan orang menyangka keberadaan organisasi intelijen

semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah atau elit politik yang

berkuasa. Hal ini merupakan kekeliruan persepsi yang sangat

membahayakan bagi nama baik sebuah organisasi intelijen. Dalam kasus

kebijakan represif negara junta militer, otoriter, rejim komunis dan

revolusi sejenisnya, memang terjadi penyimpangan fungsi intelijen yang

hakikatnya ditujukan untuk menghadapi ancaman dari luar negara menjadi

alat represi bagi pemerintah.

Teknik, mekanisme kerja, sistem analisa dan produk yang dihasilkan

organisasi intelijen di manapun di dunia adalah sejenis, yaitu berupa hasil

olah analisa berdasarkan data-data yang akurat dan tepat serta

disampaikan secepat mungkin kepada para pengambil keputusan dalam

sebuah negara.

Tidak ada yang misterius, aneh ataupun luar biasa dalam organisasi

intelijen. Secara historis dan alamiah, organisasi intelijen memiliki ciri

tertentu yang telah diketahui masyarakat luas, yaitu prinsip

kerahasiaan. Ciri utama inilah yang kemudian menimbulkan tanda-tanya

bagi masyarakat. Selanjutnya timbul pula praduga-praduga yang belum

tentu benar sehingga mitologi intelijen menjadi semakin kabur dalam

bayang-bayang cerita atau kisah nyata, cerita fiksi dan fakta terjadinya

peristiwa yang sulit diungkapkan secara transparan kepada khalayak.

Intel oh Intel 36
Definisi tugas pokok intelijen di seluruh dunia cukup jelas, yaitu pada

umumnya bertugas mengumpulkan intelijen (informasi) dan melakukan

operasi tertutup (kegiatan rahasia) di luar negeri. Intisari dua kegiatan

utama tersebut adalah mengidentifikasi dan mencegah ancaman terhadap

negara dan warga negara serta untuk meningkatkan keamanan dan

keselamatan negara.

Sementara itu, apa yang dimaksud dengan kegiatan intelijen di dalam

negeri adalah kontra-intelijen (kontra-spionase), yaitu kegiatan rahasia

yang ditujukan untuk mendeteksi kegiatan intelijen negara asing di dalam

wilayah teritorial negara kita. Dalam perkembangannya kegiatan kontra-

intelijen lebih ditujukan untuk menangkal kegiatan terorisme

internasional maupun kejahatan trans-nasional.

Tidak ada istilah meng-inteli warga negara yang "kontra" pemerintah.

Model ini hanya ada dan muncul di negara-negara blok komunis, junta

militer dan negara otoriter dengan tujuan melanggengkan kekuasaan.

Sementara di negara demokrasi, transparansi dan persaingan politik yang

sehat dalam koridor hukum sewajibnya diterima sebagai aturan main dan

intelijen harus "bersih" dari soal dukung-mendukung kekuatan politik

yang bersaing di dalam negeri. Sangat mirip dengan peranan militer dalam

negara demokrasi.

Apa yang sering disebut sebagai intelijen tingkat instansi dan intelijen

polisi lebih mengarah pada spesifikasi sasaran operasi, dan mereka tidak

melakukan operasi intelijen seperti hakikatnya intelijen. Apa yang

mereka lakukan adalah penyelidikan dan penyidikan atas suatu


Intel oh Intel 37
pelanggaran hukum. Adapun teknik dan mekanisme kerjanya bisa saja

sama dengan intelijen "murni".

Intelijen militer bisa dianggap sebagai saudara kandung intelijen sipil.

Tujuan, motivasi dan hakikat operasinya bisa dikatakan sama. Hanya saja

cakupan ruang operasinya yang sedikit berbeda, bahkan seringkali terjadi

operasi gabungan sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.

Perbedaan hanya sedikit dalam tujuan operasi taktis (jangka pendek),

sekedar contoh misalnya saja signal intelligence (SIGINT) sangat vital

bagi intelijen militer karena terkait dengan pendeteksian mobilisasi

militer asing yang menjadi pihak lawan (oposisi). Sementara itu, SIGINT

bagi intelijen sipil lebih bermanfaat dalam mengamankan operasi

tertutup di negara lawan dengan melakukan coding informasi yang rumit

dan sulit dipecahkan lawan.

Meskipun dinamakan Organisasi Intelijen Sipil, organisasi intelijen yang

baik tidak bisa hanya berwarna sipil karena pentingnya sentuhan militer.

Hakikatnya merupakan gabungan antara kemampuan militer (tempur) atau

combatants dan petugas intelijen (intelligence officers). Dengan kata

lain, meskipun seorang anggota intelijen berlatar belakang militer dia

juga punya kemampuan seluwes orang sipil. Sebaliknya petugas intelijen

sipil wajib mempunyai kemampuan militer yang cukup. Mereka semua

wajib untuk loyal dan bersumpah setia demi keselamatan rakyat dan

negara. Intelktual, bakat, dedikasi dan keberanian adalah beberapa hal

yang menjadi modal utama insan intelijen baik sipil maupun militer.

Intel oh Intel 38
Sebagai orang Indonesia yang peduli dengan reformasi intelijen

Indonesia, terus terang saya sangat sedih dan kecewa dengan

perkembangan, dinamika, serta prospek intelijen di Indonesia.

Mudah-mudahan tulisan singkat ini dibaca dan dipahami oleh generasi

muda, intelektual dan mereka yang aktif di dunia intelijen. Harapan saya

adalah bangkitnya semangat dan berkembangnya kreatifitas serta

kesungguhan dan tekad yang kuat dalam membangun organisasi intelijen

di Indonesia yang ideal, bisa diaplikasikan serta memiliki citra positif di

mata masyarakat Indonesia dan disegani oleh lawan yang menjadi

ancaman bagi negara dan warga negara Indonesia.

Intel oh Intel 39
Internal Security

Internalisasi konsep pengamanan ke dalam kesadaran seorang intel

merupakan dasar dari segala tindak tanduk intelijen dalam situasi apapun.

Dalam operasi maupun dalam kehidupan sehari-hari seorang intel tidak

akan pernah bisa mengabaikan konsep internal security.

Konsep internal security paling inti terletak pada kewaspadaan seorang

intel atas keamanan dari ancaman maupun potensi ancaman terhadap

dirinya sendiri. Kemudian bisa diperluas ke lingkungan unit kerjanya,

organisasi, keluarga, dan masyarakat.

Pelatihan dasar berupa penyelamatan pertama dari bahaya kecelakaan,

kebakaran, serangan/ancaman orang jahat, pengamatan intel asing, dan

ancaman dari "pemerintah" yang bisa jadi ingin mengorbankan dirinya

adalah pelajaran-pelajaran harus melekat di dalam kesadaran seorang

intel. Trust No One

Intel oh Intel 40
Antara Polisi, Militer dan Intelijen

Sebenarnya saya ingin istirahat sejenak, tetapi mumpung lagi ingat dan

sangat aktual jadi saya tuliskan saja, mudah-mudahan ada anggota polisi,

militer atau intelijen yang membacanya, atau setidaknya ada diantara

pembaca yg melaporkannya kepada aparat keamanan di Indonesia.

Seperti lagu antara aku, engkau dan bekas pacarmu, hubungan antara

polisi, militer dan intelijen menjadi semakin kompleks dan

mengkhawatirkan dalam 5 atau 10 tahun ke depan. Bila situasi "tidak

enak" diantara ketiga lembaga yang bertanggung jawab menciptakan rasa

aman bagi rakyat Indonesia itu tetap ada, tidak tertutup kemungkinan

kondisi yang semakin buruk akan menciptakan "persoalan" yg tak kunjung

selesai di tanah air.

Dimana letak persoalan yang saya maksudkan? Hari ini saya hanya akan

bicara soal kehormatan (dignity ataupun pride). Ketiga lembaga tersebut

sangat menjunjung tinggi kehormatan korps, sehingga sangat perlu untuk

menjaga respect baik diantara mereka maupun dari rakyat. Bayangkan

perasaan korps TNI yang pada masa lalu demikian dihormati (mungkin

lebih tepat ditakuti), sekarang setelah diupayakan untuk kembali dalam

kotak-kotak barak demi profesionalitas, masih saja dituduh macam-

macam. Ketakutan kembalinya dominasi TNI dalam dunia politik

kekuasaan justru menciptakan rasa muak dari tubuh korps TNI terhadap

sikap konyol yang meragukan reformasi TNI (meski lambat tetapi pasti,

ini lebih baik ketimbang perubahan drastis). Misalnya dalam kasus koter
Intel oh Intel 41
(komando teritorial), tidak ada yg salah dengan struktur ini sepanjang

fungsinya memang untuk menjamin pertahanan negara. Artinya TNI tidak

masuk secara semena-mena ke dalam ruang publik masyarakat, karena

kewajiban penjagaan kemanan publik secara hukum menjadi tanggung

jawab Polisi. Tetapi bagaimana bila tidak ada Polisi? tentunya siapapun

yang memiliki kemampuan perlu mengambil tindakan untuk setidaknya

menjaga ketentraman dan ketertiban tidak secara berlebihan tentunya.

Dalam kaitan ini bisa saja dibuat semacam prosedur yang resmi secara

hukum.

Ketakutan terhadap bangkitnya militerisme tidak sepatutnya ditunjukkan

dengan sikap anti militer yang cenderung lahir dari rasa benci atau tidak

suka. Akan lebih elegan bila kita sikap adil dalam penyusunan struktur

pertahanan dan keamanan nasional Indonesia. Juga sangat diperlukan

kehati-hatian dalam menggagas masa depan struktur tersebut. Sikap

arogan yang terus-terusan mengecilkan peranan TNI, saya perhatikan

bukan saja telah menggores kehormatan TNI, tetapi lebih jauh sangat

sembrono karena bandulnya terlalu jauh di dorong ke sisi ekstrim yang

berpotensi melahirkan sikap "perlawanan" dari hati siapapun yang telah

dididik untuk menjadi patriot bangsa. Saya ide dasar dwifungsi di masa

awal adalah bukan untuk penguasaan Indonesia oleh militer, melainkan

bagaimana militer tetap bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran di masa

damai, tetapi sayang.... sejarah telah mencatat prestasi buruk dari

dwifungsi tersebut.

Intel oh Intel 42
Sebuah titik balik tercermin dari kebangkitan Polisi sebagai korps yang

sejatinya memang untuk menjaga keamanan publik. Keberhasilan

reformasi memisahkan Polisi dari belenggu militer tidak seyogyanya

menciptakan arogansi baru dari tubuh korps Polisi yang akan menjadi

pemain utama dalam keamanan domestik Indonesia. Tidak ada yang salah

dengan reformasi tersebut dari kaca mata pemerintahan sipil yang

demokratis. Hanya saja pemulihan kehormatan Polisi sebagai salah satu

penegak hukum seyogyanya tidak melahirkan rejim keamanan Polisional

yang kemudian cenderung merendahkan korps keamanan yang lain, seperti

militer dan institusi intelijen. Pernyataan "sombong" dari Kepolisian

Republik Indonesia yang saya akui semakin berprestasi, seringkali

bertentangan dengan kerendahan hati dunia intelligence community dan

kevakuman agen-agen militer. Semua tahu siapa yang berkuasa dan

dijamin hukum sekarang, tetapi tidak berarti dengan kekuasaan tersebut

Polisi menjadi agen tunggal keamanan negara Republik Indonesia. Dengan

semakin besarnya organisasi Polisi, berarti kita telah melangkah dari

negara semi militer menuju negara Polisi, pada saatnya nanti kerawanan

penyalahgunaan wewenang untuk keperluan di luar tugas akan muncul satu

per satu.

Saya tidak anti Polisi bahkan sangat mendukung terciptanya supremasi

sipil dalam negara demokratis Indonesia. Tetapi struktur keamanan

negara tidak sepatutnya terlalu berat pada hanya satu korps saja,

bagaikan pilar tunggal. Rencana pembentukan semacam National Security

Council sangatlah penting dalam rangka memperjelas arah dan ruang

lingkup pekerjaan masing-masing korps keamanan di Indonesia. Dengan

Intel oh Intel 43
keanggotaan yang lengkap dari berbagai element keamanan yang didukung

kalangan praktisi hukum, akademisi saya yakin format keamanan dan

struktur yang menjadi penjaganya akan menghilangkan rasa tidak enak

antara korps.

Hal tersebut di atas adalah fakta mengapa KOORDINASI keamanan itu

menjadi omong kosong, karena masing-masing bergerak sendiri-sendiri.

Lalu bagaimana dengan intelijen?

Intelijen militer terbagi dalam dua kubu besar yaitu intelijen tempur

(taktis) dan intelijen strategis. Intelijen strategis di masa Orde Baru

hampir tidak ada bedanya dengan Intelijen Sipil seperti BAKIN yang

kemudian menjadi BIN, semuanya terlalu berat dalam menangani soal-

soal politik dalam negeri dan mengantisipasi ATHG yang didefinisikan

dari Bina Graha atau Cendana. Pada masa ini, intelijen yang juga

didominasi oleh orang-orang intel militer memiliki kehormatannya sendiri

berupa prestasi di tingkat nasional dan internasional. Meski tidak

diketahui oleh publik, tapi stabilitas terjaga melalui pola-pola penanganan

"masalah" dengan cepat. Di bidang politik, peranan intelijen dalam

memastikan kelanggengan kekuasaan adalah sangat vital. Suasana ini jelas

berubah pasca reformasi, intelijen tidak lagi bisa mengabdi secara

membabi buta dalam mendukung kekuasaan politik seorang presiden,

inilah salah satu penyebab utama mengapa presiden Indonesia pasca

reformasi tampak tidak kuat. Keinginan kuat dari agen-agen muda untuk

juga berperan secara profesional dan obyektif menyebabkan kelumpuhan

Intel oh Intel 44
dalam mendukung kekuasaan presiden. Bila pimpinan intelijen tidak

mendeteksi gejala ini dalam tubuh organisasi, saya kira amatlah

disayangkan.

Lebih jauh, Intelijen lebih suka berperan dalam bidang-bidang yang

benar-benar ancaman serius bagi masa depan bangsa Indonesia seperti

terorisme, kontra-intelijen, spionase aktif, transnational crime, intelijen

ekonomi, juga dalam kasus korupsi dan konflik lokal/regional.

Sementara itu, Intelijen tempur menurut saya tetap berada dalam posisi

yang sama persis dengan era Orde Baru, mereka membutuhkan dukungan

teknologi satelit, radar, sistem deteksi dini, dan operasi-operasi

pengamatan di wilayah perbatasan dan yg berpotensi menjadi daerah

konflik. Dukungan kepada mereka saya kira sangat minimal, dan

keberadaan mereka justru di garis depan komando teritorial yang banyak

diperdebatkan itu. Bila yang dimaksud komando teritorial itu berupa

kepanjangan kepentingan menjaga kekuasaan model Orde Baru, maka

garisnya mengarah pada intelijen strategis. Namun jangan salah, intelijen

strategis juga mendata dan menyelidiki secara mendalam gerakan yg

menciptakan kekacauan di dalam negeri mulai dari aksi individual, gerakan

separatis, gerakan ideologi kiri dan kanan, dan tentu saja gerakan

teroris. Hal ini boleh dikata sangat mirip dengan BAKIN atau BIN

sekarang. Bahkan baik intelijen strategis maupun intelijen negara

memiliki kepanjangan tangan di luar negeri. Intelijen strategis melalui

atase hankam, intelijen negara melalui agen.

Intel oh Intel 45
Sebenarnya saya hanya mau bilang kalo penataan intelijen, polisi dan

militer seyogyanya dilakukan secara terpadu dan hati-hati tanpa

menyinggung kehormatan korps. Sangat diperlukan kejelasan hukum yang

menjadi landasan bagi terciptanya pembagian kerja yang sesuai dengan

spesialisasi masing-masing. Jangan seperti patriot bebek yang hanya

aktif pada sektor-sektor yang sedang populer dan aktual, ada masalah

teroris semua aparat mengerubungi tanpa koordinasi, bahkan ada

keinginan untuk menjadi yang paling hebat/dominan. Perlu ada kejelasan

pembagian tugas dan definisi pekerjaan masing-masing. Jadi meskipun

seseorang itu anggota TNI aktif, bila dia seorang spesialis infiltrator ke

organisasi teroris, tidak ada salahnya bila diaktifkan dengan tugas

khusus. Demikian juga juga dengan anggota-anggota Polisi yang berada di

bagian anti teror, seyogyanya saling mengenal dengan anggota anti teror

di tubuh militer dan intelijen. Dengan demikian tidak perlu terjadi silang

pendapat yang sifatnya saling membantah di antara sesama aparat

keamanan, baik polisi, militer maupun intelijen, karena hal ini cuma

memperjelas tidak adanya koordinasi, tidak adanya saling menghormati.

Tentunya hal ini kembali pada segenap jajaran pimpinan Polisi, Militer dan

Intelijen.

Aku...Engkau dan Bekas Pacarmu....

Intel oh Intel 46
Bidang Studi Intelijen

Apa sebenarnya yang wajib dipelajari dalam studi intelijen secara

akademik?

Pertanyaan itu terus menggelitik hati dan pikiran saya sejak Pak

Hendropriyono menggagas dan akhirnya mewujudkan sekolah Intelijen

setingkat S1 dan S2 beberapa tahun silam. Tanggung jawab dalam

mencetak kader intelijen yang memiliki kapasitas kesarjanaan yang tinggi

secara akademis terus membayangi sekolah Intelijen. Karena saya tidak

bisa ikut campur dalam penyusunan kurikulum maupun penyelenggaraan

sekolah tersebut, maka saya akan ungkapkan apa-apa yang wajib

dipelajari dalam studi intelijen berdasarkan survey internet dan

pengalaman sekolah saya, sbb:

1. Konteks studi intelijen seyogyanya lebih luas dari studi politik,

ekonomi, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, hukum

internasional, kriminologi, etika, psikologi, dan usaha-usaha

negara bangsa dalam memelihara keamanan politik, sosial,

ekonomi, dan militer. Dengan kata lain studi intelijen bersifat

multidisplin.

2. Sebagai pondasi, diperlukan studi logika, matematika dan

statistik serta dasar-dasar ilmu alam, filsafat manusia dan

filsafat ilmu pengetahuan, geografi, dan sejarah dunia.

3. Sebagai pengetahuan praktis dan teknis perlu dikembangkan

spesialisasi khusus seperti bahasa asing, fotografi dan teknologi

audio video, ilmu komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi

sistem pengamanan.
Intel oh Intel 47
4. Sebagai pilihan studi bisa disusun berdasarkan area studies

(kajian wilayah/kawasan misalnya Asia Tenggara) atau issues

studies (kajian masalah misalnya Terrorisme).

5. Sebagai studi utama, tentu saja tetap mengajarkan dasar-dasar

intelijen mulai dari internal security sampai pada analisa

intelijen strategis tingkat advance.

Dalam waktu studi 4-5 tahun tentu saja variasi studi yang bisa disusun

dalam sebuah kurikulum studi intelijen bisa diperluas ke bidang-bidang

lain yang juga menjadi perhatian intelijen, bisa juga memasukkan studi

lingkungan hidup, studi tentang gerakan NGO, studi tentang analisa

psikologi (khususnya tentang personality), teori komunikasi beserta

teknik praktisnya, dll.

Semoga saja, sahabat Blog I-I yang sedang atau sudah menempuh studi

intelijen baik yg S1 maupun S2, juga mendapatkan apa yg saya tuliskan di

atas. Karena dengan demikian, saya yakin cukup memadai untuk menjadi

dasar dalam melangkah secara mantap dan profesional khususnya dalam

melaksanakan tugas serta meningkatkan kapabilitas organisasi intelijen

secara umum.

Catatan dari saya tersebut di atas bisa jadi masih sangat kurang. Bila

ada yang ingin menambahkan ide silahkan.

Sekian

Intel oh Intel 48
Perputaran Intelijen

Sedikit memenuhi harapan sebagian pembaca tentang teknik intelijen,

berikut ini saya sarikan apa yang disebut perputaran intelijen atau

lingkaran kerja intelijen atau the intelligence cycle. lebih nyaman rasanya

menggunakan istilah asing the intelligence cycle.

The intelligence cycle adalah proses mengolah informasi mentah menjadi

produk intelijen yang disampaikan kepada pengambil kebijakan untuk

digunakan dalam penentuan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan

kebijakan. Ada 5 langkah dalam perputaran intelijen.

1. Planning and Direction. Merupakan manajemen informasi mulai

dari identifikasi data-data yang diperlukan sampai pengiriman

produk intelijen ke pengambil kebijakan atau pengguna produk

intelijen. Merupakan awal dan akhir dari lingkaran. Menjadi awal

karena berkaitan dengan penyusunan rencana yang mencakup

kebutuhan pengumpulan informasi yang spesifik dan menjadi

akhir karena produk akhir intelijen yang mendukung keputusan

kebijakan, menciptakan permintaan-permintaan produk intelijen

yang baru. Keseluruhan proses mengacu pada petunjuk pengambil

kebijakan seperti Presiden atau Perdana Menteri, pembantu-

pembantu di jajaran eksekutif seperti Dewan Keamanan

Nasional, anggota kabinet....yang kesemua itu mengawali

permintaan khusus kepada intelijen.

2. Collection. Adalah pengumpulan data/informasi mentah yang

diperlukan untuk memproduksi analisa intelijen. Ada banyak


Intel oh Intel 49
sekali sumber-sumber informasi termasuk informasi terbuka

seperti berita radio asing, surat kabar, majalah, internet, buku,

dll. Informasi terbuka merupakan salah satu sumber utama

intelijen yang harus dimekanisasikan secara disiplin menjadi

sebuah rutinitas sehari-hari yang menjadi supply tidak terbatas

yang akan mendukung analisa intelijen. Bila anda pernah

berkunjung ke CSIS di Tanah Abang III Jakarta, perhatikan

bagaimana intelijen masa Orde Baru berbagi teknik dengan

lembaga penelitian dan menjadikannya sebagai salah satu

lembaga yang disegani. Guntingan Koran CSIS adalah khas

pekerjaan membosankan yang sangat vital bagi intelijen,

khususnya bagi perwira analis, karena dengan mengikuti setiap

waktu perkembangan terkini dari media massa akan melatih

insting analisanya. Di samping itu, ada juga informasi rahasia

dari sumber-sumber yang rahasia pula. Informasi ini hanya

memiliki prosentase yang kecil namun sifatnya amatlah sangat

penting sehingga sering juga menjadi penentu dari sebuah

produk intelijen. Biasanya diperoleh dari operasi tertutup oleh

para agen intelijen atau melalui informan. Secara teknis

penngumpulan data juga dilakukan oleh peralatan canggih secara

elektronik dan fotografi serta satelit.

3. Processing. Berkaitan dengan interpretasi atas data/informasi

yang sangat banyak. Mulai dari penterjemahan kode,

penterjemahan bahasa, klasifikasi data, dan penyaringan data.

Dalam organisasi intelijen tradisional dan konservatif, seorang

agen baru seringkali harus melalui masa-masa membosankan

Intel oh Intel 50
melakukan pemilahan data berdasarkan kategori yang ditentukan

atasannya. Hal ini sangat penting untuk membiasakan diri dalam

menyusun jurnal pribadi maupun jurnal unit yang sangat vital

dalam mempercepat proses penemuan kembali data-data lama

yang tersimpan. Juga membiasakan diri untuk segera melihat

data dari sudut pandang potensi spot intelijen atau memiliki

potensi ancaman.

4. All source Analysis and Production. Merupakan konversi dari

informasi dasar yang telah diproses menjadi produk intelijen.

Termasuk didalamnya evaluasi dan analisa secara utuh dari data

yang tersedia. Seringkali data yang ada saling bertentangan atau

terpisah-pisah. Untuk keperluan analisa dan produksi, seorang

analis, yang biasanya juga spesialis bidang tertentu, sangat

memperhatikan tingkat "kepercayaan"data (bisa dipercaya atau

tidak), tingkat kebenaran dan tingkat relevansi. Mereka

menyatukan data yang tersedia dalam satu kesatuan analisa yang

utuh, serta meletakkan informasi yang telah dievaluasi dalam

konteksnya. Bagian akhirnya adalalah produk intelijen yang

mencakup penilaian atas sebuah peristiwa serta perkiraan akan

dampaknya pada keamanan nasional. Salah satu unsur vital dari

produk intelijen adalah peringatan dini dan perkiraan keadaan.

Sementara model laporan ada macam-macamnya mulai dari yang

sangat singkat berupa telpon lisan yang menjadi laporan kepada

pimpinan negara, sampai laporan yang cukup tebal mencakup

analisa perkiraan keadaan tahunan. Dari beberapa kasus yang

terungkap di media massa, terlihat jelas bahwa baik BIN maupun

Intel oh Intel 51
BAIS TNI sangat lemah di sektor analis ini, entah karena

sumber daya manusia-nya yang levelnya masih sebatas lulusan

akademi militer, D3 atau S1 saja, atau karena memang

keterbatasan dana yang menyebabkan lembaga intelijen tidak

berkutik soal peningkatan SDM. Bandingkan misalnya dengan

CIA atau Mi6 yang secara aktif mengirimkan para analisnya ke

universitas-universitas di berbagai negara untuk menempuh

studi doktor sekaligus memantapkan spesialisasi masing-masing.

5. Dissemination. Merupakan langkah terakhir yang secara logika

merupakan masukkan untuk langkah pertama. Adalah distribusi

produk intelijen kepada pengguna (pengambil kebjiakan) yang

biasanya adalah mereka yang meminta informasi kepada

intelijen. Untuk kasus Indonesia, pengguna disini hampir identik

dengan Presiden.

Sekian.

Intel oh Intel 52
Kegiatan Rahasia

Metode pengumpulan informasi oleh organisasi intelijen di seluruh dunia

selalu mengandalkan human intelligence (humint). Pertanyaannya

kemudian adalah apakah metode klasik penyampaian informasi ke kantor

pusat masih saja berlangsung. Pola-pola operasi dead drop microfiche dan

brushpass, dll tampaknya semakin rawan. Sementara komunikasi melalui

internet jelas sangat terbuka oleh program-program deteksi semacam

cyberspy dan kaum hacker serta sistem pengawasan oleh provider

internet dan pemerintah.

Sistem pengawasan lingkungan yang semakin ketat sejalan dengan

perkembangan teknologi mau tidak mau akan menyulitkan kegiatan

rahasia di luar negeri.

Berbeda dengan kegiatan rahasia di dalam negeri, kegiatan rahasia di

luar negeri tidak saja beresiko karena melanggar hukum sebuah negara

melainkan juga karena bisa merusak kredibilitas sebuah negara di mata

negara yang dimata-matai. Lebih jauh merusak hubungan diplomatik.

Hal yang paling lucu dari kegiatan rahasia di luar negeri belakangan ini

adalah para intel dari berbagai negara akhirnya minum kopi bersama-

sama di Starbuck sambil berdiskusi tentang terorisme internasional,

tentang masalah internasional, dengan pengecualian masalah di negara

masing-masing, lha bagaimana ini...mungkin abad 21 ini merupakan akhir

dari kasus-kasus espionage antar negara. Hal ini saya perhatikan terjadi

di Paris, Washington DC, Tokyo, Hongkong, Singapore, dan bahkan

Intel oh Intel 53
Jakarta.

Tentu tidak seluruhnya demikian, hal tersebut di atas hanya terjadi

diantara organisasi yang sudah menjadi counterpart dan memiliki

kesepakatan untuk bekerjasama. Tentu masih ada hal-hal yang bersifat

spionase dalam kadar yang relatif berbeda-beda.

Bagaimana dengan kegiatan rahasia di dalam negeri? Dahulu salah

seorang junior saya yang berwajah sangar tapi baik hati sering

mengajarkan pada calon agen untuk mengutamakan keberanian, karena

operasi di wilayah sendiri. Apapun persoalannya bisa diatasi karena kita

memiliki "hak" untuk melakukan operasi keamanan. Keberanian yang

kadangkala melangkah terlalu jauh dari sisi kerahasiaan, akibatnya ada

beberapa agen yang sangat baik harus mengakhiri karirnya dari operasi

lapangan karena terekspos ke pihak lawan atau ke publik, contohnya agen

yang membongkar jaringan Jamaah Islamiyah.

Mengingat pentingnya kegiatan rahasia dengan segala prinsip-prinsipnya,

saya ingin menghimbau kepada seluruh jajaran intelijen untuk kembali

menerapkan standar baku kerahasiaan, khususnya dalam membentuk

calon agen menjadi agen rahasia.

Agak aneh membahas kegiatan rahasia di media yang tidak rahasia,

tetapi dengan variasi pembaca yang tidak saya ketahui, mungkin ada

pesan yang tertangkap entah oleh siapa.

Intel oh Intel 54
Teori Konspirasi Intelijen

Sebuah artikel menarik dalam sebuah Blog anak muda progressif patut

untuk disimak. Intisari tulisan tersebut adalah tentang teori konspirasi

intelijen yang mengambil kasus Pilkada Aceh. Lihat konflik-pilkada-aceh-

dan-teori konspirasi intelijen yang ditulis oleh Syaiful Haq.

Catatan yang ingin saya berikan atas tulisan tersebut adalah sbb:

1. Tulisan kritis atas kemungkinan intelijen mengembangkan teori

konspirasi yang kemudian membentuk sebuah opini ada benarnya.

Misalnya ketika membahas bahwa teori konspirasi menjadi

masalah besar ketika masuk pada tiga area (Syafii Anwar).

Pertama, ketika teori konspirasi mengarah kepada apa yang

disebut sebagai paranoia within reason. Selalu ada semacam

paranoia atau ketakutan yang berlebihan, yang selalu mengikut

dalam akal manusia. Kedua, teori konspirasi juga mengembangkan

apa yang dalam ilmu komunikasi disebut sebagai systematically

distortion of information. Informasi yang di didistorsi

sedemikian rupa secara sistematis sehingga sulit untuk

dipertanggungjawabkan. Tentu kita ingat pepatah, kebohongan

yang diulang seribu kali akan menjadi sebuah kebenaran. Ketiga,

teori konspirasi juga selalu mengarah kepada terrorizing of the

truth, karena sulit dibuktikan maka pernyataan yang berbau

konspiratif justru menjadi teror bagi kebenaran. Tetapi ada hal-

hal yang lebih penting ketimbang ketiga hal tersebut di atas.

2. Ketakutan yang berlebihan bisa dilabelkan kepada rejim-rejim

yang mengharamkan keterbukaan (otoriter-militer). Indonesia


Intel oh Intel 55
yang sekarang lebih terbuka dengan sistem politik demokratis

tidak lagi dihantui oleh ketakutan yang berlebihan. Pernyataan

Kepala BIN saya kira lebih cocok bila dianggap sebagai

peringatan dini yang bertujuan mendorong semua elemen

masyarakat Aceh untuk mencegah terjadinya disintegrasi

bangsa ataupun kegagalan dalam pemilu.

3. Distorsi informasi? dalam dunia ini tidak ada informasi yang

murni tanpa distorsi. Apabila intelijen melakukan dengan sengaja

sebuah proses distorsi, maka hal itu akan lebih jelas bila kita

mengambil contoh kasus perang ideologi komunisme versus

liberal kapitalisme di dunia. Dalam kasus-kasus negara kesatuan

vs gerakan separatisme, distorsi informasi juga terjadi. Tetapi

dalam pilkada Aceh yang terjadi adalah sinergi informasi yang

bertujuan meminimalkan potensi-potensi konflik yang bisa timbul

dari pelaksanaan pilkada terbesar di Indonesia tersebut. Potensi

konflik tidak secara eksklusif ditujukan kepada kelompok GAM,

karena GAM telah menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang

memiliki hak yang sama dalam pilkada. Melainkan secara general

mengarah pada persaingan antara elit lokal yang dikhawatirkan

bisa mengarah pada tindakan kerusuhan dari pihak yang kalah

dalam pilkada. Karena itulah dikembangkan saling pengertian dan

ikrar untuk menghormati hasil pilkada dari seluruh kandidat.

Semua tujuannya untuk memperkecil potensi konflik dalam

pelaksanaan pilkada.

4. Teror terhadap kebenaran? sungguh aneh bila sebuah peringatan

dini dianggap sebagai teror. Peringatan dini bukanlah sebuah

Intel oh Intel 56
fakta mutlak yang harus diterima, melainkan sebuah pengingat

bagi semua pihak.

Tulisan ini bukan pembelaan untuk komentar-komentar pimpinan BIN,

hanya sebuah respon yang mudah-mudahan bisa diterima. Lebih jauh lagi

seorang pimpinan intelijen tidak sembarangan dalam berkomentar di

depan publik. Ada tujuan-tujuan mulia untuk kepentingan yang lebih luas

bagi seluruh komponen bangsa. Dalam kasus Aceh, kepentingan untuk

mensukseskan pilkada yang damai jauh lebih penting daripada menyoroti

soal GAM, non-GAM serta analisa separatisme lainnya.

Ah....sekarang saya tuliskan bagian benarnya. Disadari ataupun tidak,

potensi kekeliruan ke arah tiga area yang menimbulkan teori konspirasi

intelijen bisa saja terjadi. Hal ini perlu didukung oleh kebijakan

nasional/institusional yang serius dalam mendefinisikan ancaman. Sebagai

contoh, komunisme dalam era Orde Baru mendapat julukan bahaya laten,

sehingga harus ditumpas hingga akar-akarnya. Lebih luas lagi, pada

periode tsb sangat jelas terjadi teori konspirasi intelijen yang

memberangus setiap potensi pemikiran tentang ide-ide yang melawan

dominasi negara (komunis, agama, demokrasi, dll).

Apabila di era demokrasi ini terjadi lagi penciptaan teori konspirasi

intelijen, maka akan sangat mudah bagi masyarakat untuk segera

melihatnya. Hal ini disebabkan oleh keterbukaan yang menyediakan

segudang informasi untuk segera mengcounter sebuah teori konspirasi

intelijen. Sekian

Intel oh Intel 57
Foreign Counter-Intelligence

Akhirnya saya memutuskan untuk terus menulis dengan idealisme dan niat

demi kejayaan dan kemajuan dunia intelijen Indonesia. Terima kasih atas

dukungan dan nasehat dari semua rekan-rekan sahabat Blog I-I.

Catatan: Untuk sementara waktu saya belum bisa berkomunikasi via e-


mail, mohon maaf dan pengertian dari sahabat Blog I-I.

---------------------------------------------------------------------------------

Pada masa saya masih aktif, Intelijen Indonesia dalam hal ini BAKIN dan

BAIS cukup disegani oleh lembaga-lembaga intelijen di dunia. Khususnya

kehandalan unit khusus Kontra Intelijen (Istilah kerennya Foreign

Counter-Intelligence -- FCI). Unit khusus yang wajib ada di seluruh

lembaga intelijen di dunia tersebut memiliki peranan yang sangat penting

dalam mendeteksi setiap gerak-gerik intelijen asing di negara kita.

Sejumlah kasus besar yang melibatkan lembaga bergengsi seperti MI6,

CIA dan KGB pada era perang dingin telah berhasil diungkap oleh unit

khusus BAKIN yang seringkali juga bekerjasama dengan BAIS. Dalam

tulisan ini saya tidak akan membahas kasus demi kasus yang menjadi

prestasi tersendiri tersebut, tetapi saya akan mempertanyakan mengapa

di era reformasi ini malahan justru saya menerima begitu banyak e-mail

yang mengeluhkan sebuah trend kemunduran.

Beberapa masukkan tentang kemunduran tersebut misalnya semakin

kurangnya pelatihan di luar negeri atau minimal bersama counter-part

untuk membiasakan deteksi dini pola operasi intel asing. Lebih jauh lagi,

pola pelatihan bahasa asing secara praktis yang ditujukan untuk


Intel oh Intel 58
penguasaan secara maksimal atas satu atau beberapa bahasa asing juga

belum ada peningkatan berarti. Hal ini lebih disebabkan kekeliruan

manajemen sumber daya manusia, singkatnya ada cukup banyak kasus

salah penempatan dan perlunya peningkatan SDM. Faktor yang juga cukup

penting adalah lambatnya update teknologi dan variasi teknik operasi

yang memanfaatkan teknologi baru.

Pada masa perang dingin, memang peranan CIA dalam melatih unit khusus

Kontra Intelijen tidak bisa diabaikan. Unit Khusus Intelijen Indonesia

yang bahkan menggunakan simbol yg lebih mirip lambang lembaga intelijen

Amerika tersebut, begitu efektif dan efisiennya dalam hampir setiap

operasi. Para senior tentunya masih ingat bagaimana majalah Playboy bisa

ada di meja kerja kita pada era mesranya hubungan BAKIN dengan CIA.

(Bagi para pejuang moral dalam tubuh intelijen, mohon maaf atas fakta

ini).

Counter-Intelligence atau Kontra-Intelijen mencakup intelijen domestik

(dalam negeri), fungsi pengamanan informasi dalam negeri, kontra-

spionase, dengan tujuan melakukan penetrasi terhadap kegiatan rahasia

intelijen asing di negara kita. Salah satu tujuan utama operasi Kontra

Intelijen adalah mengungkapkan agresi, subversi dan sabotase rahasia.

Kegiatan berupa agresi, subversi dan sabotase rahasia tersebut biasanya

merupakan rangkaian rumit dari jaring kegiatan intelijen asing yg juga

melibatkan "penghianat" dari kalangan bangsa kita sendiri.

Setidaknya ada 4 prinsip utama kegiatan Kontra-Intelijen, yaitu:

(Jeffrey Richelson)

Intel oh Intel 59
1. Penetrasi terhadap kegiatan intelijen asing yang bermusuhan di

negara kita

2. Rekrutmen agent dan defector (pembelot) yang mendukung

negara dan bangsa kita

3. Riset dan pengumpulan data mengenai intelijen asing atau

oposisi (baik yg bermusuhan maupun yg bersahabat).

4. Penghancuran dan Netralisasi kegiatan intelijen asing yang

bermusuhan.

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas dapat kita lihat bahwa tidak semua

kegiatan intelijen asing bisa kita anggap "membahayakan" NKRI. Hanya

intelijen asing yg bermusuhan saja yang perlu dinetralisir kegiatannya,

sementara kegiatan intelijen asing yang bersahabat bisa memberikan

manfaat berupa warning, melalui jalur counter-part. Definisi bermusuhan

tersebut bisa ditentukan dari fakta di lapangan maupun atas keputusan

pimpinan yang memiliki informasi yang lebih lengkap. Biasanya unit-unit

pelaksana operasi hanya memiliki potongan informasi dan tidak bisa

menentukan kategori bermusuhan atau bersahabat.

Pekerjaan unit Kontra-Intelijen merupakan kebalikan dari pekerjaan unit

Spionase aktif yang beroperasi di luar negeri. Karena sifat pekerjaannya

yang bertolak belakang tersebut, maka tidak mengherankan bahwa setiap

anggota intelijen yang bertugas ke luar negeri wajib memiliki

pengetahuan mengenai Kontra Intelijen. Sebaliknya, anggota Kontra

Intelijen juga perlu tahu cara kerja Spionase aktif.

Intel oh Intel 60
Sejarah akan terus bergulir dan tercatat dalam setiap periode. Ada

kalanya catatan itu begitu baik adakalanya catatan itu bagaikan noda.

Semua tergantung dari kesungguhan para pelaku sejarah dalam menjalani

hidup dan pekerjaannya. Sehubungan dengan pertanyaan dan cibiran

terhadap pekerjaan intelijen, ingin saya tegaskan bahwa:

Intelijen hanyalah sebuah pilihan profesi dari sekian banyak profesi lain
yang juga memberikan manfaat kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena itu, tidak bisa dinilai dari salah satu sudut saja, misalnya
soal sifat dasar pekerjaan yang diliputi kerahasiaan. Banyak orang menilai
pekerjaan ini terlalu kotor karena kepura-puraan, tidak menyenangkan
dan bahkan cenderung jahat. Padahal semua itu sudah menjadi bagian
alamiah pekerjaan intelijen yang melakukan semua itu demi kepentingan
yang lebih besar, yaitu kepentingan seluruh elemen bangsa untuk survive
dan juga untuk negara agar tetap eksis di dunia. Bila segenap komunitas
intelijen meyakini itu dan sungguh-sungguh profesional, niscaya tidak
akan ada perasaan rendah diri ataupun over confident.

Catatan ini khusus buat menyemangati seluruh rekan-rekan yang

mengalami tekanan, depresi, ketidaknyamanan dan segala dampak negatif

dari sistem kerja, situasi dan kondisi pekerjaan intelijen Indonesia.

Sekian

Intel oh Intel 61
Latihan Sederhana

Bagaimana seorang intelijen mampu mengendalikan segala macam emosi

dalam situasi yang sangat genting sekalipun? Bagaimana seorang intelijen

yang mengalami perdebatan bathin antara nurani dan tugas mampu

mengambil keputusan yang tepat?

Apakah dua hal di atas bisa tercipta secara tiba-tiba? Berikut ini sebuah

latihan sederhana yang biasa dilakukan intel junior yang baru masuk

dalam lingkaran pendidikan intelijen.

1. Setiap intel junior membawa 1 pak korek api yang isinya 10 box.

2. Seluruh batang korek api yang ada di dalam box dibuka dan

dihamburkan diatas meja secara acak.

3. Di acak-acak lagi hingga tidak berarturan.

4. Kemudian batang korek yang berantakan itu disusun satu

persatu dengan prinsip satu arah. Misalnya kepala batang korek

disebelah barat semua.

5. Demikian berulang-ulang sampai kurang lebih dua jam. Biasanya

kebosanan sudah mulai terlukis di wajah calon intel karena tidak

bisa melihat manfaatnya.

6. Setelah berulang-ulang menyusun batang korek dalam satu arah

terjadi proses penyelarasan pikiran, dalam satu tujuan target

dan memperteguh motivasi.

7. Sambil melakukan penyusunan batang korek instruktur

menjelaskan bahwa kekisruhan dalam diri manusia yang

merupakan pertentangan bathin (kesadaran/consciousness) dan

pertentangan dalam pikiran adalah hal yg wajar. Yang perlu

Intel oh Intel 62
dilakukan oleh seorang intel adalah mengarahkan kekisruhan itu

dalam tujuan ideal yang secara etis bisa diterima oleh prinsip-

prinsip individual seorang intel.

8. Contoh paling ekstrim adalah penghilangan nyawa manusia.

Secara etika universal hal ini tentu tidak bisa diterima oleh

siapapun. Tetatpi ketika telah diargumentasikan dengan maksud

dan tujuan penghilangan nyawa tersebut untuk apa, maka

diharapkan proses penyelarasan lahir-bathin seorang intel

menjadi semakin kuat.

9. Puncaknya adalah terciptanya determinasi dalam diri seorang

intel dan penghilangan motif pribadi dalam suatu operasi

pembunuhan misalnya. Hal ini jelas akan mengurangi beban rasa

bersalah seseorang yang secara etika universal melakukan salah

satu kesalahan atau dosa besar.

10. Banyak ahli psikologi menuduh proses latihan ini sebagai bentuk

cuci otak untuk menciptakan mesin pembunuh. Sesungguhnya

tidak demikian, karena pembunuhan sangatlah jarang dilakukan

oleh intelijen baik di masa perang dunia, perang dingin maupun

pasca perang dingin. Hal ini menjadi dasar survival seorang intel

yang harus bertugas di wilayah lawan (negara lain), dimana dalam

operasi bisa disamakan dengan situasi perang, membunuh atau

dibunuh. Lebih tepat bila hal ini terkait erat dengan prinsip

keselamatan pribadi dan pengamanan pribadi seorang intel yang

sedang bertugas.

11. Pembunuhan aktif dalam bentuk operasi lebih banyak dilakukan

oleh tim khusus yang biasanya dikenal dengan istilah Black Cell

Intel oh Intel 63
Task Force yang sengaja diciptakan untuk mengerjakan

pekerjaan kotor pemerintah. Pada umumnya mereka yang

tergabung dalam Task Force tersebut sudah pernah membunuh

dengan menatap langsung mata korbannya, tanpa ada emosi

pribadi. Contoh paling jelas dalam sejarah adalah Tim Pembunuh

yang dibentuk oleh PM Israel Golda Meir sebagai balasan atas

tragedi pembunuhan atlet Israel di Muenchen, Jerman. Tim

tersebut tidak melakukan operasi intelijen melainkan melakukan

operasi penghilangan nyawa musuh negara. Latihan mereka

tentunya jauh dari sekedar menyusun batang korek api. Satu

prinsip yang sangat menarik adalah bahwa setiap pembentukan

Tim Khusus dimanapun didunia pasti tidak akan memiliki garis

hubungan dengan institusi resmi intelijen sebuah negara. Apabila

ada yang kemudian mengaitkan dengan Mossad atau Sinbeth

dalam kasus Tim Golda Meir, ini hanya karena ada keinginan dari

Mossad/Sinbeth agar institusinya disegani di dunia. Itulah

sebabnya Tim yang sejenis ini disebut Black Cell.

12. Latihan menyusun batang korek adalah suatu bentuk disiplin diri

yg paling kecil dari ratusan teknik intelijen lainnya untuk

menciptakan insan intelijen yang handal dan profesional.

Intel oh Intel 64
Latihan Sederhana

PENGAMATAN

Melanjutkan serial latihan sederhana, kali ini saya ingin menyampaikan

salah satu keterampilan yang sangat penting bagi seorang insan intelijen,

yaitu pengamatan.

Seringkali kita tertipu oleh film-film ala James Bond yang

menggambarkan keterampilan prima seorang agen rahasia, padahal

kenyataan tidak berkata demikian. Bahkan film remake model Jason

Bourne mengulangi kekeliruan citra seorang agen super, saya lebih senang

versi lama yang diperankan oleh William Hurt. Dimana letak

kejanggalannya? dalam kaitan latihan kali ini saya ungkapkan satu

kejanggalan saja, yaitu daya ingat super dari seorang agen rahasia,

seolah-olah otak bisa merekam seluruh pandangan mata kita.

Kenyataannya adalah ingatan manusia pada umumnya tidaklah terlalu

bagus, tetapi hal ini bisa dilatih untuk ditingkatkan ke level di atas rata-

rata.

Melatih ingatan pengamatan mata kita. Dilakukan oleh dua orang, sebut

saja pelatih dan yang berlatih.

1. Gunakan salah satu kamar kerja lengkap yang biasa dipakai

sehari-hari sebagai tempat berlatih. Tentunya di dalam kamar

tersebut ada banyak barang-barang seperti meja, kursi, lemari

file, komputer set, alat tulis, majalah, koran, hiasan dinding, dll.

Intel oh Intel 65
2. Tentukan berapa lama seorang yang akan berlatih itu melakukan

pengamatan di dalam kamar, untuk tahap awal bisa satu jam atau

setengah jam, tetapi semuanya tidak boleh ada yang dicatat

dalam notes sekecil apapun. Harus mengandalkan daya ingat.

3. Setelah melakukan pengamatan, silahkan keluar dari ruangan dan

mulai menuliskan apa-apa saja yang sudah terekam dalam

ingatan. Pelatih dalam hal ini berperan mengawasi jalannya waktu

dan pengecekan ulang ke dalam kamar.

4. Hasil yang baik adalah bila anda dalam waktu yang relatif singkat

mampu mengingat banyak benda di dalam kamar tersebut.

5. Setelah beberapakali berlatih dengan kamar yang sama tentunya

sudah semakin baik hasilnya. Lalu masuk pada tahap berikutnya,

pelatih menentukan salah satu benda di kamar itu untuk dipindah

tempat, digeser atau di hilangkan. Kemudian, yang berlatih

masuk ke kamar dan melakukan pengamatan dan segera

menyebutkan benda yang mana yang digeser, dipindah atau di

hilangkan. Bila yang berlatih mampu dengan cekatan untuk

menjawab soal ini, maka dia bisa dinilai memiliki pengamatan yang

baik. Hal yang sama bisa dilakukan dengan gambar ilustrasi

kamar atau foto.

6. Bila kita punya teman dekat yang memiliki ketertarikan yang

sama dalam soal pengamatan, kita bisa berlatih bersama dalam

suasana yang menyenangkan karena seperti tebak-tebakan,

misalnya ketika kita mengunjungi rumah makan, segera

mengetahui ada berapa meja yang tersedia, atau ada berapa

Intel oh Intel 66
orang yang sedang makan, dan seterusnya dan seterusnya bisa

divariasikan sekehendak hati.

7. Meski demikian, dalam dunia intelijen tidak semua benda

diperhatikan, tetapi ada hal-hal tertentu yang selalu menarik

perhatian, hal ini hanya bisa lahir dari kebiasaan dan

terbentuknya insting intelijen yang mampu membaca situasi,

sangat mirip dengan keahlian pencari jejak di hutan yang

membaca setiap detil bermakna.

Intel oh Intel 67
Problem Solving ala Intel

Begitu banyak metode atau cara untuk menyelesaikan sebuah

permasalahan tetapi begitu sedikit skill/kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk mempraktekkan metode-metode tersebut. Keterjebakan

kita dalam sebuah kerangka teori atau cara otak berpikir atas suatu

masalah seringkali membuat kita lupa tentang pokok permasalahan yang

dihadapi. Akibatnya tentu saja mendorong kita untuk mengambil langkah-

langkah yang jauh penyelesaian pokok permasalahannya.

Sebuah cara sederhana adalah dengan mengurutkan secara terstruktur

jawaban yang kita temukan atas sebuah persoalan. Pada bagian akhirnya

kita mengkonfrontasikan jawaban akhir dengan persoalan awal.

Contoh kasus. Dengan pertanyaan pokok Bagaimana.

Masalah 1. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Otak Kita?

Jawaban 1. Belajar

Masalah 2. Bagaimana belajar yang efektif?

Jawaban 2. Membaca berbagai sumber dan Berdiskusi dengan para ahli

Masalah 3. Bagaimana memilih sumber bacaan? Bagaimana mendapatkan

pencerahan dari para ahli?

Jawaban 3. Studi ke perpustakaan. Mendengarkan pendapat para ahli

dengan seksama dan menanyakan hanya hal-hal yang benar-benar belum

dimengerti.

Bila kita berhenti sejenak, perhatikan apakah jawaban ketiga masih

menjawab soal pertama.....mungkin jawabnya masih mungkin juga tidak.

Intel oh Intel 68
Karena pertanyaan pertama yang terlalu umum seharusnya bisa dipecah

lagi, kemampuan otak yang mana?

Misalnya pertanyaan dilanjutkan/diperdalam dengan pertanyaan, sbb:


Masalah 1. Bagaimana meningkatkan kemampuan otak kita? (Keinginan

general)

Masalah 2. Kemampuan otak yang mana? (Klasifikasi)

Masalah 3. Ada berapa banyak tipe kemampuan otak? (mencari sebaran

horisontal)

Masalah 4. Ada berapa tingkatan kemampuan otak itu? (mencari

informasi ttg level vertikal)

Masalah 5. Mengapa meningkatkan kemampuan otak? (mencari alasan)

dst...dst... masihkan pendalaman pertanyaan itu relevan dengan

pertanyaan awal....

Singkat kata, anda akan takjub dengan permainan pertanyaan maupun

permainan tanya jawab di otak kita. Contoh di atas tentu terlalu

sederhana dan umum dan tidak berdasarkan pada penelitian empiris

ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Tetapi disadari ataupun tidak, mekanisme cara berpikir manusia yg telah

"terotomatisasi" menjadi bagian dari bawah sadar yang tidak lagi

disadari, karena kita pada umumnya hanya terpaku pada tujuan-tujuan

praktis, taktis ataupun strategis.

Pelajaran sederhana ini saya terima dalam bincang-bincang ringan di

sebuah ruangan berlantai marmer coklat di mana miniatur pesawat model

U2 dan A12 melayang tergantung pada langit-langit, somewhere in USA.


Intel oh Intel 69
Riset Intelijen Akademik

Baru-baru ini ada beberapa orang yang mengaku sedang mendalami ilmu

intelijen secara akademis menanyakan tentang ciri khas sebuah penelitian

intelijen dibandingkan dengan penelitian ilmu sosial yang sudah mapan

seperti ekonomi, sosiologi dan politik, dll yang sudah menjadi program di

Universitas atau Perguruan Tinggi. Bagaimana dengan landasan teori dan

metodologinya?

Sejujurnya saya bingung, karena dunia akademis adalah sebuah dunia

dengan disiplin dan metode pembuktian yang berbeda dengan praktek

intelijen yang saya pahami. Untungnya saya masih pernah berkenalan

dengan dunia akademis meski tidak diembel-embeli PhD ataupun master.

Berkat perkenalan dan diskusi saya dengan sejumlah profesor

berpengaruh di negeri Paman Sam, saya bisa memahami cara pandang

dunia akademis dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat

bagaimana memahami sebuah fenomena dan memecahkan persoalan yang

ada di dalamnya.

Meskipun intelijen juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat teknologi

tinggi dan eksakta khususnya matematika, namun saya melihat bahwa

pengaruh ilmu sosial (social sciences) multidisplin adalah lebih dominan.

Saya lebih cenderung memasukkan intelijen ke dalam studi tersendiri

yang boleh-boleh saja menggunakan berbagai pendekatan dari metologi

ilmu sosial lain. Di pusat pendidikan CIA sendiri tidak terlihat adanya

upaya memantapkan sebuah teori ataupun paradigma intelijen, yang ada

cuma bagaimana cara memahami berpikir secara intelijen.

Intel oh Intel 70
Salah satu cara berpikir misalnya dengan The Analytic Hierarchy Process

(AHP) yang meskipun sudah lama digunakan oleh berbagai studi teknis,

manajemen dan organisasi, juga digunakan oleh kalangan intelijen sebagai

sebuah cara yang luwes dalam membantu seseorang menyusun prioritas

dan mengambil keputusan yang terbaik pada saat aspek kualitatif dan

kuantitatif dari sebuah keputusan perlu dipertimbangkan. Meski saya

memandang teknik tersebut hanya memadai untuk mereka yang baru lulus

SMA kemudian mencoba mengaplikasikannya..., saya kira cukup lumayan

sebagai alat bantu analisa. Bahkan pendekatan The Lockwood Analytical

Method for Prediction (LAMP) yang pernah saya tampilkan di blog ini

beberapa bulan yang lalu hanya bermanfaat untuk mempermudah

seseorang dalam memfokuskan pusat analisa dan pertanyaan yang ingin

dijawab. Untuk model yang seperti ini bahkan kita bisa belajar dari

model-model pendekatan analisa psikologis tentang bagaimana manusia

menyikapi sebuah fenomena yang menjadi perhatian studi intelijen.

Singkatnya, riset intelijen akademik bersifat luwes dan tidak terpaku

pada bentuk scientific inquiry tertentu yang telah distandarkan dalam

studi intelijen. Lebih jauh, penggunaan metodologi ilmu-ilmu yang sudah

mapan secara akademis adalah sangat vital bagi unit analis intelijen.

Misalnya untuk melakukan analisa intelijen di bidang ekonomi, seorang

analis tentu harus paham ekonometrik, ekonomi makro dan mikro, serta

teori-teori ekonomi sejak masa Adam Smith hingga yang kontemporer

seperti penggunaan game theory dalam menjelaskan konflik dan

kerjasama di bidang ekonomi. Demikian juga dengan analisa intelijen di

bidang politik, juga diperlukan dasar pemahaman tentang teori-teori

Intel oh Intel 71
politik dari zaman Aristotles hingga sekarang. Setidaknya ada 5 bidang

utama yang bisa menjadi pusat perhatian riset intelijen akademis, yaitu :

1. Politik, fokus perhatian pada analisa terhadap

pembangunan/perkembangan/dinamika politik dalam rangka

meramalkan kecenderungan dan skenario masa depan,

menyajikan peringatan adanya perubahan dan mengidentifikasi

ancaman dan peluang bagi pembuat kebijakan di sebuah negara.

Pengetahuan yang mendalam tentang ilmu politik menjadi wajib

dan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang luas tentang isu-

isu politik internasional. Secara umum bisa dibagi dua, politik

domestik dan politik internasional.

2. Kepemimpinan individu maupun kolektif dari sebuah negara.

Meskipun sangat dekat dengan ilmu politik, ada tambahan aspek

psikologi sehingga tercipta pendekatan psikologi politik dalam

bidang ini. Lebih jauh juga dilengkapi dengan pendekatan analisa

organisasi (struktur, budaya, dan mekanisme). Hasil riset akan

mengarah pada pemimpin nasional negara asing dan calon

pemimpin potensial di bidang politik, militer, ekonomi, Iptek,

sosial-budaya

3. Ekonomi. Mencakup perdagangan, keuangan energi, dan berbagai

aspek yang mempengaruhi pembangunan nasional serta potensi

ancaman bagi kepentingan ekonomi sebuah negara.

4. Militer. Mencakup studi terpadu dari intelijen strategis, studi

pertahanan, studi perang dan perdamaian, Statistika militer, dll

yang ditujukan untuk melakukan analisa tentang potensi ancaman

Intel oh Intel 72
dan kalkulasi perimbangan kekuatan. Kedalaman pengetahuan

strategi militer darat, laut dan udara perlu dilengkapi dengan

wawasan yang luas tentang perkembangan/dinamika keamanan

global dan regional.

5. Science & Technology. Ini agak berbeda namun juga vital bagi

studi intelijen, yaitu mereka dengan latar belakang insiyur

(sarjana teknik) dan ilmuwan yang mengaplikasikan keahlian

mereka untuk menganalisa persoalan kritis seperti perang

informasi lewat media internet, perkembangan teknologi baru

(nano science, robotika), senjata kimia dan biologi serta ancaman

kesehatan nasional dan masalah sumber-sumber energi.

Dari kelima bidang tersebut di atas rekan-rekan yang sedang menjadi

tema untuk penelitian intelijen akademis, bisa mempersempit masalah

dengan studi kasus.

Kembali ke soal metodologi, saya kira hal ini sangat tergantung dengan

tema yang diminati untuk diteliti. Misalnya seseorang yang memutuskan

untuk meneliti jaring terorisme di Indonesia dan dampaknya bagi sikap

politik umat Muslim, tentunya harus memiliki pemahaman tentang

metodologi penelitian sosial yang mencakup bagaimana mengukur sebuah

sikap (survey), bagaimana memvalidasi hubungan kausal antara terorisme

dengan sikap umat Islam, yang mana kesemua itu merupakan hal yang

elementer bagi ilmuwan sosial-politik.

Intel oh Intel 73
Atau bila ingin menganalisa sikap elit pelaku bisnis di Indonesia terhadap

kebijakan ekonomi liberal pemerintahan SBY, tentunya diperlukan

pemahaman ekonomi makro yang cukup.

Lalu.....dimana letak studi intelijen-nya, apa bedanya dengan studi politik

atau ekonomi dalam dua kasus di atas?

Perbedaannya akan terlihat dalam penulisan hasil penelitian, yaitu setelah

menguasai teknik menulis laporan yang komunikatif, singkat dan efektif,

hasil penelitian yang lengkap/detail beserta analisanya, harus bisa

diformulasikan dalam sebuah laporan singkat yang bisa

dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain ilmu intelijen akademis

mencakup seluruh multibidang studi yang terkait dengan intelijen

ditambah pemikiran dan disiplin praktis dunia intelijen.

Mudah-mudahan rekan-rekan yang sedang bergelut dengan studi intelijen

bisa mengambil manfaat dari tulisan ini.

Sekian.

Intel oh Intel 74
Competitive Intelligence (CI)

Salah satu alasan mengapa saya tidak memilih karir di dunia bisnis atau

bekerja di perusahan nasional atau internasional adalah karena saya

kurang nyaman dengan sebuah kondisi yang biasa kita kenal dengan istilah

kompetisi atau persaingan. Fair competition atau persaingan sehat dalam

dunia usaha adalah sebuah syarat penting terselenggaranya sistem pasar

bebas yang stabil.

Saya bukan ahli ekonomi, tapi pengalaman pekerjaan yang menyebabkan

saya juga pernah bersentuhan dengan dunia ekonomi cukup membantu

dalam menuliskan artikel ini. Sebuah artikel yang saya coba untuk bisa

melengkapi artikel saya tentang intelijen ekonomi dalam kacamata makro.

Competitive Intelligence bukan sebuah terminologi baru dalam dunia

intelijen bisnis. Dalam banyak cerita sering digambarkan bahwa

pemanfaatan teknik-teknik intelijen dalam dunia bisnis memegang

peranan penting dalam menentukan kebijakan ataupun langkah strategis

sebuah perusahan. Dalam rangka "survive" atau "penguasaan" pasar atau

peningkatan laba, sering pula digambarkan bahwa teknik intelijen yang

digunakan adalah "pencurian" informasi dari perusahaan pesaing. Cerita-

cerita tentang bagaimana pentingnya operasi intelijen dari sebuah

perusahaan yang berupaya membangkrutkan perusahaan saingannya dan

kemudian mengakuisisinya sebenarnya agak jauh dari kenyataan. Dengan

pengecualian "permainan" dalam dunia usaha energi (minyak bumi, gas

alam, nuklir), teknologi informasi, bisnis peralatan militer, jasa keamanan,

Intel oh Intel 75
serta media massa, maka dunia bisnis lainnya cenderung untuk tidak

melakukan operasi intelijen berupa operasi rahasia.

Apa yang dilakukan pada umumnya perusahaan-perusahaan besar di dunia

adalah proses seleksi, koleksi, interpretasi, dan distribusi informasi

terbuka yang bisa diakses publik namun memiliki nilai penting bagi

perusahaan. Usaha-usaha tersebut bisa disingkat dengan istilah

Competitive Intelligence -- CI. (lihat Richard Coombs, Competitive

intelligence handbook. University Press of America, Bab I). Lebih jauh

Richard Coombs memberikan contoh definisi lain bagi CI sbb: kutipan

buku ini bisa dilihat sedikit pada combsinc.com.

1. Intelijen Bisnis adalah sebuah alternatif terminologi bagi

Competitive Intelligence. Definisinya adalah kegiatan-kegiatan

monitoring lingkungan eksternal sebuah perusahaan untuk

mendapatkan informasi yang relevan bagi proses pembuatan

kebijakan perusahaan tersebut.

2. Istilah lain CI adalah Competitor intelligence, yaitu proses

analisa yang mentransformasikan keseluruhan competitor

intelligence yang utuh menjadi pengetahuan strategis tentang

kompetitor, posisi, performance, kapabilitas, dan niat/tujuan.

Pengetahuan strategis tersebut harus relevan, akurat, dan bisa

digunakan.

3. Competitive intelligence adalah sebuah cara berpikir (way of

thinking).

Intel oh Intel 76
4. CI menggunakan sumber-sumber informasi publik untuk

mengetahui lokasi dan membangun informasi tentang persaingan

dan pesaing-pesaing yang ada.

5. Competitor intelligence adalah informasi yang sangat spesifik

dan tepat waktu tentang sebuah perusahaan.

6. Tujuan dari CI adalah bukan mencuri rahasia perusahaan

kompetitor, rahasia pasar kompetitor ataupun properti rahasia

lainnya. CI adalah sebuah teknik pengumpulan informasi secara

sistematis, secara terbuka (legal) dalam jangkauan informasi

yang begitu luas, yang ketika telah terseleksi dan disatupadukan

serta dianalisa akan menyediakan sebuah pemahaman yang utuh

tentang struktur perusahaan pesaing, budaya perusahaan,

kebiasaan, kemampuan/kelebihan dan kelemahannya.

Berangkat dari definisi-definisi tersebut di atas, maka cukup jelas bahwa

seorang analis dalam dunia Competitive Intelligence bisa jadi memiliki

pengetahuan dan kemampuan yang relatif sama dengan Intelijen Analis

(INTAN) dalam dunia intelijen sesungguhnya. Perbedaannya hanya

terletak dalam sasaran, bahan keterangan, atau dengan kata lain isinya

(content). Sebaliknya seorang INTAN yang telah lama berkecimpung

dalam analisa intelijen, akan dengan mudah mengadaptasikan dirinya

dalam dunia pekerjaan Competitive Intelligence. Sebenarnya memang

demikianlah faktanya di dunia ekonomi liberal. Banyak mantan anggota

intelijen dari lembaga bergengsi seperti yang terjun di dunia Competitive

Intelligence. Minimal menjadi penasihat atau pengarah unit khusus dalam

perusahaan yang biasanya berada di divisi riset dan pengembangan.

Intel oh Intel 77
Competitive Intelligence adalah alternatif yang sangat menarik bagi

kalangan intelijen aktif untuk mengaplikasikan pengetahuan di masa

pensiun. Selain bisnis keamanan yang juga sering merekrut mantan-

mantan anggota intelijen, maka dunia bisnis intelijen pun tidak

ketinggalan.

Dalam prakteknya, tidaklah mudah membangun sebuah unit riset dan

pengembangan dalam sebuah perusahaan untuk cepat tanggap dalam

merespon kebutuhan perusahaan. Seringkali perusahaan kurang

memperhatikan pemanfaatan unit riset dan pengembangan untuk hal-hal

yang lebih strategis. Kebanyakan riset dan pengembangan hanya

mengarah pada peningkatan mutu produksi, peningkatan kualitas SDM,

dan kalkulasi pasar serta keuntungan yang mungkin diperoleh dalam satu

periode. Dengan sedikit pengecualian riset dari kalangan marketing, maka

kebanyakan riset yang dilakukan perusahaan kurang memperhatikan

aspek taktis maupun strategis yang berpotensi membesarkan sebuah

perusahaan.

Kita tentunya tidak bisa selalu berasumsi positif bahwa semua pemain

ekonomi akan berlaku jujur dan patuh pada persaingan bebas yang sehat.

Hal ini bis dibandingkan dengan dunia intelijen pemerintah yang tidak

pernah bisa percaya 100% pada negara asing, maka dalam dunia bisnis-

pun tidak ada bedanya. Bila dilihat dari sistem kerja maupun tujuannya

untuk memberikan pertimbangan yang sangat penting bagi perusahaan,

maka nyaris tidak ada bedanya dengan intelijen pemerintah. Perbedaan

Intel oh Intel 78
yang mendasar adalah bahwa CI harus tetap bekerja sesuai koridor

hukum karena resiko yang ditanggung terlalu besar bila melangkah di luar

hukum. Meski demikian, sudah menjadi hal wajar bila dalam kenyataan,

pekerjaan CI sangat mirip dengan pekerjaan intelijen pemerintah.

Bisnis informasi memang bisnis yang sangat menarik, sehingga tidak

mengherankan bila mereka yang terjun dalam dunia ini begitu bervariasi.

Mulai dari petugas perpustakaan publik, legal atau corporate dan and

analis pusat informasi sampai ke manajer personil, spesialis dalam data

finansial, mereka yang berkecimpung dalam business-development, dan

perencana strategis, sampai ke mantan anggota intelijen, pensiunan

intelijen militer, pakar informasi dan kalangan akademisi.

Saya beri contoh misalnya Pusat Data Bisinis Indonesia (PDBI) yang

pernah dikomando oleh Drs Christianto Wibisono. Model institusi seperti

ini cenderung bekerja semacam menjadi agen bagi perusahaan yang

membutuhkan jasa mereka. Tentu tingkat kepercayaan terhadap bentuk

CI yang cenderung independen ini harus melalui evaluasi Board of

Executive sebuah perusahaan. Karena sebuah perusahaan tidak akan

pernah bisa tahu sejauh mana level keamanan memanfaatkan institusi

yang bespesialisasi semacam ini.

Oleh karena itu, tetap diperlukan unit internal perusahaan yang

berspesialisai dalam CI. Nah unit CI perusahaan inilah yang intensif

berinteraksi dengan Pusat Data Bisnis atau dengan lembaga-lembaga data

dan riset lainnya seperti Biro Pusat Statistik, Pusat Studi, Marketing

Riset, pemantau persaingan, perpustakaan, lembaga survey, ataupun


Intel oh Intel 79
dengan kalangan akademisi yang memiliki spesialisasi tertentu. Bahkan

bila perlu mengembangkan sendiri teknik pengumpulan informasi

berdasarkan teknik-teknik intelijen.

Semua akhirnya akan kembali pada kemapuan analisa, karena di era

modern ini boleh dibilang data sangat mudah diperoleh dan tersebar luas

secara terbuka. Persoalannya terletak pada kemampuan menyeleksi dan

menemukan data yang tepat. Hanya analis-analis yang selevel dengan

INTAN-lah yang saya yakini mampu memberikan masukan kepada unit

operasional untuk memperoleh dan memilih data yang diperlukan. INTAN

pulalah yang akhirnya akan mengolah dan mentransformasikan informasi

tersebut menjadi produk jadi CI yang diperlukan perusahaan.

Tidak terlalu mudah bukan?

Sayangnya saya tidak tahu bagaimana situasi dunia Competitive

Intelligence saat ini di Indonesia.

Intel oh Intel 80
Membedakan Informasi Terbuka dengan Informasi
Rahasia

Sebuah Catatan untuk Komunitas Intelijen dan Aktivis Pembela


Kebebasan

Cara berpikir linear dalam sebuah garis lurus dari sebuah kelompok

masyarakat adalah hal yang biasa. Hal ini terpola karena setiap anggota

kelompok terekspos dalam cara pandang tertentu dalam periode waktu

yang cukup lama. Dalam ilmu politik kita mengenal budaya politik, dalam

psikologi kita mengenal mass behavior, dalam dunia ekonomi kita

mengenal motivasi ekonomi. Sesungguhnya apa yang terjadi secara

berkelompok tersebut adalah pembentukan cara berpikir dan cara

menganalisa seseorang terhadap suatu persoalan menjadi khas dari sudut

pandang tertentu. Kata sudut pandang sudah mencerminkan sebuah cara

berpikir linear yang seringkali bersifat bersilangan dengan sucut pandang

lain.

Hal inilah yang menjadikan perdebatan soal informasi rahasia dan

terbuka terasa alot, khususnya bila dikaitkan dengan prinsip kebebasan

memperoleh informasi dan prinsip kerahasiaan negara.

Sudut pandang seseorang sangat ditentukan oleh latar belakang,

perjalanan hidup dan lamanya terekpos dalam sebuah komunitas.

Komunitas intelijen adalah sebuah contoh komunitas yang dicekoki oleh

prinsip kerahasiaan, seolah-olah segala sesuatu menjadi rahasia. Hal ini

sudah menjadi budaya perusahaan intelijen di seluruh dunia, diterima

Intel oh Intel 81
begitu saja sebagai sebuah keyakinan yang tidak bisa ditawar.

Sebaliknya, komunitas pers dan aktivis paham liberal adalah contoh-

contoh komunitas yang sangat menghargai kebebasan mengakses

informasi demi tersedianya informasi yang benar dan layak dikonsumsi

oleh masyarakat.

Kekeliruan utama komunitas intelijen dan pengambil kebijakan dalam

memandang kerahasiaan sebuah informasi seringkali lebih didasari oleh

proses bagaimana memperoleh informasi tersebut. Apa-apa yang

diperoleh dari hasil operasi intelijen hampir bisa dipastikan sebagai

informasi berklasifikasi rahasia terlepas dari apa isi informasi tersebut.

Seringkali informasi yang diperoleh dari sebuah operasi sebenarnya

relatif tidaklah terlalu rahasia, sebaliknya apa yang dituliskan oleh

seorang wartawan investigasi justru bisa bersifat lebih rahasia. Jadi

bagaimana menilai kerahasiaan tersebut?

Selama komunitas intelijen bersikukuh dengan cara berpikir linear yang

diselubungi oleh tabir kerahasiaan dan tidak benar-benar menerapkan

metode penyusunan tingkat/level kerahasiaan maka segala sesuatu yang

ada dalam organisasi intelijen akan menjadi rahasia, padahal sebagian

besar saya yakini tidaklah bersifat rahasia. Sebaliknya, bila komunitas

pers maupun aktivis pendukung kebebasan informasi hanya melihat dari

satu sudut pandang pengungkapan informasi sejelas-jelasnya untuk

masyarakat, mereka tidak akan mampu melihat kerawanan dari sebuah

informasi yang seharusnya diletakkan dalam kotak rahasia negara.

Intel oh Intel 82
Sebuah ilustrasi cerita dari keseharian hidup manusia bisa kita jadikan

contoh yang sangat baik.

1. Seorang pria menaksir seorang wanita = bukan rahasia

2. Pria tersebut kemudian berpacaran dengan si wanita = masih

bukan rahasia

3. Mereka semakin panas dalam berpacaran = menjadi rahasia

berdua

4. Si wanita menjadi hamil = menjadi rahasia "besar" bagi mereka

berdua

5. Si wanita menggugurkan janin bayinya = rahasia "sangat besar"

bagi mereka berdua ditambah dokter/dukun yang menggugurkan

janin tersebut

 Sebagian besar orang tahu kalo dua sejoli itu berpacaran tetapi

tidak banyak yang tahu sejauh mana mereka berpacaran. Bila

anda tahu sampai detil bagaimana mereka berpacaran, tentunya

anda juga ikut menanggung rahasia tersebut. Selanjutnya

terserah kepada anda bagaimana menilai informasi rahasia yang

anda ketahui itu, bisa anda laporkan kepada orang tua si wanita,

bisa anda biarkan (rahasiakan), atau bahkan bisa anda

sebarluaskan ke masyarakat karena masyarakat sangat "senang"

mendengarkan cerita yang bernuansa rahasia itu.

 Tahukah apa dampaknya bila rahasia itu disebarluaskan, dalam

komunitas yang memegang tinggi norma dan agama, si wanita

sebebas apapun akan menjadi stress berat atau semi gila dan

dengan resiko tertinggi bunuh diri. Si pria bila tidak


Intel oh Intel 83
bertanggung jawab akan kabur melarikan diri, apalagi kalo

percintaan mereka tidak menghujam di dalam hati.

 Tetapi masyarakat berhak tahu kemesuman mereka yang

melanggar norma dan mereka patut "dihukum" agar tidak ada lagi

yang berani melakukan hal yang sama. Lalu bagaimana dengan

kebebasan individu yang ingin mereka tempuh, barangkali mereka

tidak lagi terikat oleh norma dan agama dan ingin melanjutkan

hubungan ke pernikahan.

 Pada satu pandang ekstrim pasangan pria dan wanita tersebut

akan menyatakan persoalan mereka adalah rahasia mereka,

sementara bagi orang-orang diluar mereka ada yang merasa

patut ikut merahasiakan ada juga yang merasa rahasia itu tidak

sepatutnya disembunyikan. Selama cara berpikir kita hanya

berpijak dari satu sudut pandang dan bersifat linear, maka kita

tidak akan pernah paham bagaimana dampak yang akan terjadi

dan bagaimana respon yang akan timbul dari pihak yang lain.

Selanjutnya kita masuk pada contoh kasus imajinari tingkat

departemental:

1. Terjadi kasus korupsi suap dikalangan Hakim : bukan rahasia

2. Suap tersebut ternyata mengarah pada tokoh yang dihormati :

bukan rahasia

3. Tokoh tersebut juga menjabat dalam posisi yang tinggi : bukan

rahasia

4. Penyidik mengalami kesulitan dalam mencari bukti dari sang

tokoh : bukan rahasia


Intel oh Intel 84
5. Tokoh tersebut mendapat dukungan organisasi departemental :

bukan rahasia

6. Tokoh tersebut mengambil langkah antisipatif ke eksekutif :

masih semi rahasia

7. Terjadi pertemuan antara penyidik, sang tokoh dan eksekutif :

isi pertemuan mulai bersifat rahasia

8. Ada upaya kompromi demi menjaga martabat yudikatif yang

sudah rusak dimata umum : rahasia

9. Telah terjadi tahu sama tahu kemana sesungguhnya aliran dana

suap tersebut : sangat rahasia

Kunci persoalan jelas terletak pada aliran dana suap yang saya yakini

tidak akan digunakan secara individual sang Tokoh yang semakin rusak

namanya oleh berita media massa. Mengapa hal ini kemudian menjadi

sangat rahasia....tanyakan pada intelijen Indonesia bidang politik dan

ekonomi.

Bila kita analogikan dengan kasus pria dan wanita dan cara pandang non-

linear maka kita bisa mengerti mengapa ada semacam perdebatan dalam

menentukan apakah sesuatu itu rahasia atau tidak?

Sekian, semoga bermanfaat

Intel oh Intel 85
Berpikir seperti seorang intel analis - INTAN

Seorang Intelijen Analis (selanjutnya saya sebut INTAN) memiliki

karakter khusus dalam cara berpikirnya. Karakter tersebut terbentuk

melalui proses panjang pelatihan dan pengalaman kerja. Salah satu model

atau karakter seorang INTAN adalah berspesialisasi dalam "misi

khusus". Di Amerika Serikat analis seperti ini biasanya dibentuk melalui

pendidikan khusus di the Kees, Helms, atau Kent schools of thought

(Ford 1993). Di Indonesia bisa dibandingkan dengan Pusintelstrat TNI

yang pada masa Orde Baru telah melahirkan banyak perwira intel yang

berkarakter khusus. Atau bila kita menilik lebih jauh lagi dalam dunia

intelijen Indonesia, maka kita akan mengenal salah seorang Legenda

Intelijen Indonesia yaitu Zulkifli Lubis yang memiliki karakter Intelijen

Jepang karena dia alumnus Sekolah Intelijen Nakano di Tangerang. Lubis

sempat mendapat pendidikan di Pusat Pendidikan Intelijen Regional

Jepang yang berada di Singapura. Lubis mendapat pendidikan bukan

hanya teori, tetapi juga kegiatan praktis. Guru di sekolah itu adalah para

petugas intelijen Jepang yang berhasil menundukkan Perancis di wilayah

Indochina. Lihat intelijen jepang sebelum menginvasi Belanda.

Kemiripan karakter INTAN yang merupakan alumni dari sekolah khusus

intelijen adalah bahwa berpikir secara analitikal bagaikan sebuah

skill/keahlian seperti keahlian seorang ahli bela diri yang menjadi

instingtif atau seperti keahlian pembalap Mobil Formula One. Begitu

cepatnya dalam merespon setiap keadaan yang memerlukan analisa

intelijen. Artinya bisa diajarkan, bisa dipelajari dan bisa ditingkatkan


Intel oh Intel 86
melalui latihan terus-menerus. Tentu saja tidak berarti setiap orang bisa

lolos kualifikasi sebagai pembalap level Formula One. Ada kalanya

seorang pembalap hanya mampu masuk dalam level Indy Car, karena

skillnya tidak mengalami peningkatan yang nyata. Untuk mencapai cara

berpikir analitis seperti seorang INTAN yang handal, biasanya seseorang

calon analis belajar sambil bekerja dan belajar dari kesalahan berupa

kegagalan dan kejutan. Kekeliruan kadang kala berakibat fatal, misalnya

berupa kematian manusia. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang

analis untuk tetap bekerja sambil memperbaiki cara berpikirnya serta

tidak membiarkan kebiasaan lama yang buruk dalam berpikir

dipertahankan. Penyebab utama kegagalan berpikir cermat dalam analisa

intelijen adalah Cognitive Bias, sebuah terminologi teknis bagi

predictable mental errors (istilah ini bukan berarti sebuah kegilaan,


tetapi lebih mengarah pada cara berpikir yang tidak tepat yang bisa

diperkirakan akan menghasilkan produk yang rendah tingkat akurasinya).

Hal ini disebabkan oleh proses strategi penyederhanaan informasi. Bila

cognitive bias tidak dapat dihindarkan, maka kegagalan intelijen juga

tidak terelakan.

INTAN harus mengetahui dirinya sendiri. Mereka harus memahami

kacamata/cara pandang yang mereka gunakan pada saat melakukan

proses penyaringan, klasifikasi, analisa maupun mencari fokus informasi.

Kacamata tersebut dalam pendidikan intelijen dikenal juga dengan istilah

– mental models, mind-sets, atau analytical assumptions. Tidaklah pernah

dibenarkan untuk mencari alasan dengan menyatakan : "Andai saja kita

punya informasi lebih banyak." INTAN biasanya telah memiliki banyak

Intel oh Intel 87
informasi di mejanya dan mereka belum tentu bisa mencerna semua

informasi yang tersedia. Alasan seperti perlu informasi yang lebih

berguna, perlu lebih banyak intelijen pengumpul informasi yang

dipercaya, perlu informasi dari orang dalam, dll tidaklah bermanfaat.

Lebih banyak informasi tidak akan banyak menolong dalam proses

pemilahan data yang saling bertentangan dan bersifat ambivalen.

Untuk memahami sebuah negara, misalnya, anda perlu lebih dari sekedar

informasi tentang negara tersebut. Anda perlu memiliki sebuah

perspektif dari diri anda sendiri, sebuah perspektif yang yang akan

menolong anda ketika anda harus memproduksi sebuah analisa tepat

waktu pada saat persitiwa demi peristiwa terus terjadi.

Kelemahan teknik memperkuat perspektif anda dalam proses analisa

adalah anda harus menjadi seorang spesialis. Sering kali seorang spesialis

tenggelam dalam perspektifnya dan ketinggalan kereta ketika perubahan

dunia terjadi secara tidak terduga. Dalam kasus ini seorang generalist

mungkin akan lebih tajam hasil analisanya, karena akan lebih cepat

melihat trend dari kacamata yang lebih terbuka, tanpa didorong oleh

perspektifnya.

INTAN cenderung untuk memperlakukan perkiraan mereka lebih penting

dari pada apa yang mereka ingin lihat. Mereka tidak dipengaruhi oleh

harapan dalam berpikir; mereka berpikir secara reflek. Mereka telah

menganalisa latar belakang mereka sendiri, bukan dalam rangka mencari

jati diri jiwanya dari apa yang mereka inginkan, tetapi dalam rangka

Intel oh Intel 88
memahami bagaimana pengalaman masa lalu, pendidikan dan pelatihan,

norma dan budaya organisasi telah mempengaruhi mereka untuk

memberikan perhatian khusus hanya pada beberapa hal dan bukan untuk

hal yang lainnya.

INTAN tidak mengandalkan pikiran terbuka (open mind). Prekonsepsi

adalah tidak bisa dihindari. INTAN memperoleh obyektifitas dengan

membuat asumsi-asumsi dasar dan pertimbangan seterbuka mungkin.

Validitas diperoleh dengan proses analisa dua sisi yaitu analisa pribadi

(berdasarkan asumsi yang dibuat) dan membuat hasil analisa kita bisa

didebat oleh INTAN lain (keterbukaan dalam pertimbangan).

Sebuah perspektif yang segar dan baru kadang kala diperlukan.

Seringkali seorang INTAN ditugaskan untuk mengerjakan analisa atas

sebuah masalah atau sebuah negara yang telah dianalisa oleh INTAN

berpengalaman yang telah menganalisanya selama 10 tahun, dengan tujuan

untuk melahirkan wawasan atau pemahaman baru.

INTAN pada umumnya mencoba beralih maju mundur dari satu

perspektif ke perspektif yang lain. Mereka mencoba melihat dan

mengartikan sesuatu masalah dari interprestasi pihak musuh (oposisi)

maupun dari pihak user (pimpinan, negara atau Presiden kita).

---------------------------------------------------------------------------------

Catatan: Apa yang saya tuliskan di atas hanya sebuah bagian yang sangat

kecil dari INTAN.

Sekian

Intel oh Intel 89
Core Intelijen Unit

Sebuah komentar dari seorang observer atas tulisan "AM Hendropriyono

versus TPF Munir" segera menggugah saya untuk memberikan tanggapan

yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.

Core Intelijen Unit adalah sebuah ide yang brilian bila sistem hukum

yang ada bisa memberikan dukungan yang signifikan. Dengan independensi

dan otorisasi yang luas, unit ini akan mampu bergerak leluasa dalam

melaksanakan fungsinya. Dalam jangka pendek, jelas sangat membantu

kinerja dunia intelijen secara umum.

Persoalan utama yang dihadapi dalam pembentukkan Core Intelijen Unit

begitu banyaknya, sehingga saya harus susun dalam bentuk pointers:

1. Prinsip-prinsip demokrasi menuntut adanya transparansi dalam

setiap pembentukkan unit kerja yang bertujuan membantu

pemerintah menjalankan tugas sebagai pelaksana garis besar

haluan negara, termasuk didalamnya pembentukan sebuah unit

intelijen.

2. Ketiadaan landasan hukum intelijen akan memperumit keadaan.

Belum lagi benturan dengan sistem administrasi negara yang

telah mengatur keberadaan unit-unit intelijen dalam beberapa

level. Misalnya di level nasional ada BIN sedangkan di level

departemental ada intelijen imigrasi, intelijen kejaksaan,

intelijen bea-cukai dll. Pada tataran horisontal sesama penegak

hukum ada intelijen militer dan ada pula intelijen kepolisian.

Intel oh Intel 90
3. Soal siapa yang akan duduk dalam Core Unit Intelijen yang baru

akan menjadi polemik baru. Belum lagi kemungkinan politisasi

masalah ini akan menjadi bumerang bagi pemerintah, karena

pihak yang tidak senang tentu akan segera menyampaikan

tuduhan adanya upaya penguatan posisi eksekutif melalui tangan

intelijen. Ingat.... kata inteljen sangat sensitif dalam wacana

politik nasional Indonesia.

4. Ada masalah klasik dalam hal kesediaan unit-unit intelijen yang

sudah ada untuk mendukung sepenuhnya Core Intelijen Unit.

Dari fakta lemahnya koordinasi intelijen yang seharusnya berada

ditangan BIN sesuai hukum, kita bisa melihat arogansi sektoral

dari tiap-tiap unit intelijen yang cenderung bersaing untuk

mencapai prestasi kerja.

5. Bagaimana pula reaksi dari DPR yang pastinya akan banyak

diwarnai kepentingan politik dalam memberikan dukungan atau

sebaliknya.

6. Reaksi kalangan LSM jelas akan curiga dan bisa diramalkan

mereka segera melancarkan serangan kritikan pedas pada

pemerintah.

7. Sesungguhnyalah Indonesia memerlukan penataan yang serius

dalam masalah ini.

Benar apa kata saudara observer bahwa kalangan intelijen tidak banyak

yang membaca ulasan saya, mungkin mereka terlalu sibuk dengan

pekerjaan rutin, mungkin juga mereka tidak peduli lagi karena apatisme

terhadap dukungan riil pemerintah dan DPR dalam bentuk kepastian

peraturan hukum yang menjadi payung kegiatan intelijen.

Intel oh Intel 91
Omega Operation (Lanjutan Core Intelijen Unit)

Sebelumnya saya sangat berterima kasih atas dukungan moril dari

seorang saudara Observer, setidaknya demikianlah yang saya rasakan.

Setelah masuknya beberapa e-mail yang bernada "keras" dan salah

satunya bisa saya kenali, sebenarnya saya agak ragu untuk melanjutkan

proses tulis-menulis dunia maya ini. Tetapi saya pikir harus ada yang

melakukannya. Seperti para pembaca bisa lihat dalam blog ini, saya

berusaha meng-upload sesuai dengan periode masa, sedikit demi sedikit

kumpulan tulisan yang merupakan diary yg tercerai berai dalam kumpulan

dokumen pribadi sejak era 1980-an dan saya kompilasikan pada tahun

1990-an ditambah curhat kontemporer era 2000-an. Tentu kedalaman

analisa juga "tidak mungkin" dibeberkan karena akan segera dikenali oleh

elit petinggi intelijen yang pernah aktif atau masih aktif.

Melanjutkan soal Core Intelijen Unit, saya setuju bahwa ada landasan

idealis nan mulia yaitu Integritas Nasional. Landasan ini masih relevan

untuk tetap dijadikan acuan dalam pembentukkan sebuah Core Intelijen

Unit. Hanya saja saya meragukan keberlangsungan unit tersebut karena

akan berganti-ganti dari satu presiden ke presiden berikutnya, yang lebih

penting lagi adalah unit ini bekerja cenderung untuk kepentingan

"pribadi" presiden dan bukan untuk keselamatan bangsa dan negara.

Sebagai contoh "Omega" dan yang sejenisnya.


Intel oh Intel 92
Saya akui bahwa kinerja dan gebrakan Omega (saya baru tahu kalo OTB

ini namanya Omega) bisa dinilai di atas rata-rata. Kredibilitas pimpinan

unit yang berada disamping presiden dan "orang-orang pilihan" dengan

biaya operasi unit kerja diatas biaya operasi unit kerja yang formal

adalah faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan Omega. Itulah

sebabnya mereka tidak perlu cari "duit tambahan".

Meski demikian, hal ini bukan berarti intelijen formal, khususnya orang-

orang (agen) BIN dan BAIS tidak mengerti. Mereka hanya tutup mata

dan membiarkan prosedur operasi di luar struktur itu berjalan. Beberapa

senior intelijen saya dengar "agak" gusar dan kecewa dengan pilihan

presiden mempercayai model operasi ini.

Menurut saya bentuk Core Intelijen Unit yang paling berhasil dalam

sejarah intelijen Indonesia adalah model Opsus-nya Almarhum Ali

Murtopo. Kata-kata beliau yang tidak akan terlupakan adalah our budget

limit is the sky, bisa anda bayangkan pengaruhnya waktu itu. Peringkat

Core Intelijen Unit berikutnya mungkin Death Squad-nya Leonardus

Benyamin Moerdani. Dengan sepengetahuan pimpinan intelijen dan

presiden, kedua model Core Intelijen Unit tersebut mencatat prestasi

luar biasa dalam menjaga integritas nasional, dengan kata lain

mengamankan kepemimpinan mantan presiden Suharto. Hebatnya sampai

sekarang tak ada satupun kasus Opsus maupun Death Squad yang bisa

atau mungkin untuk diungkapkan di depan hukum.

Ketika saudara observer menyebutkan soal deep operation, deep

operator dan prinsip intelligence maupun soal the first and the last line

Intel oh Intel 93
of defence, saya jadi ingat kisah mantan-mantan agen BPI (Badan Pusat
Intelijen) yang melakukan semua itu diluar struktur operasi BPI,

khususnya mereka yang berperan sebagai deep operators, namun

kemudian harus menanggung penderitaan akibat ikut dituduh komunis,

entah baru berapa orang yang direhabilitasi dan diberikan penghargaan

yang layak.

Secara pribadi saya kurang setuju bila keberadaan Core Intelijen Unit

hanya akan mengulangi sejarah kelam sekaligus gemilang intelijen

Indonesia. Pada akhirnya mereka yang berada dalam Core Intelijen Unit

adalah orang-orang intel pilihan atau orang-orang yang mengerti dan

punya kemampuan intel yang memadai. Hampir tidak ada bedanya dengan

keberadaan orang-orang intel dalam lembaga intelijen formal. Malahan

akan menimbulkan kecemburuan dan friksi dalam operasi, saingan dan

hebat-hebatan.

Untuk jangka pendek, keberadaan Core Intelijen Unit mungkin cukup

efektif. Namun untuk jangka panjang akan lebih baik bila revitalisasi

organisasi intelijen melalui penataan hukum dan profesionalisme

organisasi menjadi agenda utama.

Intel oh Intel 94
Tentang Laporan Intelijen

Sesekali rasanya perlu kita melepas pandangan ke dunia global, khususnya

bagaimana dinamika dunia intelijen bergeliat dalam pro dan kontra.

Perbedaan hasil intelijen, perbedaan analisa, serta perbedaan saran

tindak.

Baru-baru ini, US National Intelligence Estimate (NIE) menyatakan

bahwa Iran tidak memiliki program senjata nuklir. Dalam sebuah laporan

yang direlease pada 3 Desember 2007, 16 US intelligence agencies

mengkonfirmasi bahwa Iran tidak memiliki program senjata nuklir. Lalu

bagaimana dengan sanksi yang sudah dijatuhkan kepada Iran, bagaimana

dengan resolusi Dewan Keamanan PBB 1737/1747?

Terjadinya perbedaan pandangan antara intelijen AS dan Israel dalam

soal nuklir Iran lebih bersifat taktis jangka pendek. Sebuah persiapan

komuniti intelijen AS untuk menyambut pemimpin baru AS dalam pemilu

mendatang. It has nothing to do with the truth out there. Di samping itu,

masih ada harapan bahwa sikap Iran tidak akan permanent karena politik

domestik Iran menunjukkan bahwa Presiden Ahmadinejad mengalami

banyak kritikan dari tokoh-tokoh moderat Iran, seperti mantan presiden

Rafsanjani.

Bahkan Iran juga bermaksud memaksakan keberuntungannya dari

estimasi intelijen negara-negara barat. Belum lama ini Iran bahkan

menanyakan analisa intelijen Inggris. Sebuah upaya yang agak terlampau

jauh.

Intel oh Intel 95
Pertanyaannya seharusnya bukan pada benar atau tidaknya perkiraan

intelijen AS atas nuklir Iran, tetapi pada mengapa bisa terjadi demikian.

Pertanyaan yang sama yang juga seharusnya ditujukan saat intelijen AS

menyatakan Irak memiliki senjata nuklir.

Nuklir adalah persoalan khusus denngan pendekatan analisa yang khusus

pula. Dari sudut pandang negara pemiliki nuklir, estimasi harus dilakukan

sebelum sebuah negara memiliki senjata nuklir. Ada titik kritis yang

didukung oleh ketersedian material nuklir, kemampuan dana dan sumber

daya manusia, serta penguasaan teknologi, dan tentu saja kehendak untuk

memiliki senjata nuklir. Pada saat sebuah negara sudah berhasil memiliki

senjata nuklir maka, negara pemiliki hanya bisa menyatakan selamat

bergabung. Karena prinsip sama-sama hancur yang begitu kuat mengikat

para pemilik nuklir.

Kembali ke soal laporan intelijen, ada hal-hal yang sangat prinsip dalam

laporan intelien, yaitu fakta-fakta, analisa, dan perkiraan serta saran

tindak. Tentu saja laporan intelijen yang serius jauh sekali kualitasnya di

atas tulisan-tulisan Blog I-I yang hanya serempet sana-sini secara

minimal. Sekedar berbagi cerita, sebuah laporan intelijen komprehensif

setebal 50an halaman biasanya hanya disajikan dalam dua lembar memo

kepada Presiden. Rekan-rekan yang bekerja di institusi intelijen jangan

membandingkan dengan fakta yang rekan-rekan kerjakan saat ini, saya

bernai nyatakan bahwa harus ada upaya reenginering ke dalam organisasi

untuk mencapai idealnya kinerja sebuah organisasi intelijen.

Intel oh Intel 96
Dalam kasus laporan intelijen AS tentang nuklir Iran, tampak ada

kejanggalan di sana sini. Sepertinya sudah ada deal khusus yang

sebenarnya membuat Israel geram, karena satu-satunya ancaman bagi

Israel di Timur Tengah saat ini adalah Iran. Ingat apapun bisa dibuat

untuk kepentingan nasional, jadi janganlah pernah berharap untuk

menemukan kebenaran sejati dalam dunia intelijen. Semuanya mengalir

dalam darah tipu daya demi suatu tujuan yang meskipun mulia jalannya

berliku-liku.

Dengan sedikit rileks melihat persoalan terbuka dalam kasus nuklir Iran,

saya berharap rekan-rekan juga bisa merasakan maksud dan tujuan Blog

I-I dibuat.

Blog I-I bukanlah sebuah laporan intelijen yang memerlukan sejumlah

level otentikasi. Jadi rekan-rekanlah yang melakukan otentikasi bila

rekan-rekan setuju dan satu pandangan, dan sebaliknya menolaknya bila

tidak setuju.

Sekian

Intel oh Intel 97
Intelijen Gaya Baru

Seseorang anonymous dengan nama sandi -HatiSejati- menyampaikan

sebuah link yang sangat baik yaitu Blog Sosiologi, khususnya mengenai

salah satu artikelnya yang buat saya sebenarnya berita lama yaitu

tentang intelijen gaya baru.

Ketika cikal-bakal internet ARPAnet yang merupakan kakek buyut

internet modern lahir pada sekitar tahun 1960-an , konsep untuk

memperluas teknik input informasi dari publik yang akan memperkaya

analisa intelijen belumlah terpikirkan karena kakeknya internet ini

memang hanya eksis secara di tertutup di kalangan militer dan intelijen

Amerika . Tentu saja pemikiran tersebut sangat minor di dalam dinamika

perang dingin dan tingkat kerahasiaan yang tinggi. Akhirnya ARPnet

hanya dipergunakan sebagai NCP (Network Control Protocol) dengan

tingkat keamanan yang sangat tinggi antara instalasi militer dan

khususnya yang terkait dengan instalasi bom nuklir.

Meski demikian Charles M. Herzfeld sudah menganjurkan untuk

memperluas jaringan minimal secara nasional yang ditujukan untuk

interaksi para peneliti dan penyelidik yang terpisah secara geografi. Agar

mereka bisa berkomunikasi dan mempercepat komunikasi serta

peningkatan ilmu pengetahuan melalui pertukaran data antar lembaga

penelitian seperti universitas. Jadi jauh lebih terbuka dan progresif

dibandingkan kalangan militer yang penuh kerahasiaan. Pertukaran data

pertama terjadi antara UCLA and Stanford Research Institute.


Intel oh Intel 98
Desakan dari kalangan akademisi dan non military figures inilah yang

kemudian memisahkan sistem internet militer (MILnet) dari internet

yang kita kenal sekarang, hal ini terjadi pada tahun 1983. Segera setelah

terjadi proses pengamanan yang intensif dan MILnet berkembang lebih

ke tingkat/level/coding akses yang rumit, internet publik berkembang

mengarah pada simplifikasi penggunaan. Pada tahun 1986, sebuah LAN

yang merupakan turunan dari sebuah sistem komputing jaringan bernama

NSFnet (National Science Foundation Network) lahir. Pada tahun 1990

APRA mati dan sistem NFS menjadi inti dari internet modern yang kita

gunakan sekarang.

Pada periode awal 1990-an, badan-badan intelijen Amerika sudah mulai

memikirkan apa yang menjadi kebijakan Negroponte sekarang, karena

intelijen dan militer institusi yang paling awal mengenal dan mengetahui

kemampuan sistem komputer jaringan. Pada saat itu juga proyek

propaganda sudah mulai berbarengan dengan proyek B-BETA yang

bertujuan memperkuat basis-basis bisnis yang lebih luas bagi perusahaan

software asal Amerika yang berspesialisasi dalam OS, Virus dan Anti

Virus dan piranti lunak lainnya.

Saya yakin betul bila Intelijen telah lama memanfaatkan pengumpulan

informasi melalui jaring internet, namun melalui mekanisme yang lebih

mirip dengan sadap telepon atau sekarang kita kenal dengan spyware.

Spyware modern sangat efektif dalam mencuri kode sandi pengguna

internet khususnya yang berkaitan dengan net banking system. Bahkan P

to P yang kina kenal belakangan juga merupakan mekanisme untuk

Intel oh Intel 99
mengambil data tanpa disadari oleh seseorang yang terkoneksi. Tentunya

program yang mereka miliki berbeda dengan yang kita gunakan secara

bebas melalui download gratisan.

Ketika saya belajar intelijen di Amerika untuk pertama kalinya pada

tahun 1980-an, mereka telah memamerkan sistem dokumentasi dan arus

informasi yang terkoneksi dengan baik, tentu saja saya tidak mengerti

sepenuhnya pada saat itu, hanya manggut-manggut seperti orang tolol.

Ketika saya kembali mengunjungi AS lagi pada tahun 1990-an, saya

menyaksikan betapa cikal-bakal internet modern sangat menjanjikan

keuntungan bisnis dan juga keuntungan tidak terbatas bagi intelijen.

Saya ragukan bila CIA dan lembaga inteljien lain di AS mengalami

kesulitan dalam memahami dokumen dalam bahasa apapun, seperti

disinyalir dalam berita ini yang seolah-olah intelijen AS kekurangan

tenaga dalam menterjemahkan bahasa asing khususnya Arab. Itu hanya

pengalihan untuk mempertegas kehadiran nyata intelijen dalam dunia

internet. Satu-satunya negara di dunia yang sangat waspada dengan

kemampuan Amerika di dunia internet adalah Republik Rakyat China yang

bertahun-tahun memberlakukan pengawasan dan kontrol ketar terhadap

akses internet di negaranya. Hal ini terjadi karena RRC sudah tahu

melalui jaring human intelligence (humint) yang berada di AS tentang

sejauh mana intelijen Amerika bisa melakukan intersep ke dalam

jaringan. Jadi apa yang disampaikan Negroponte hanya menyatakan apa

yang sudah terjadi selama belasan tahun belakangan ini.

Bagaimana dengan indonesia?

Intel oh Intel 100


INTELIJEN INDONESIA

Intel oh Intel 101


Kegiatan Intelijen di Indonesia

Kegiatan intelijen selalu berdasarkan pada kepentingan nasional sebuah

entitas politik (negara). Kegiatan intelijen yang bertujuan mengetahui

keadaan pihak lawan disebut juga spionase (espionage). Sedangkan

kegiatan intelijen untuk mencegah lawan mengetahui keadaan negara kita

disebut counterintelligence.

Kegiatan intelijen yang dimanfaatkan kekuatan politik domestik untuk

melanggengkan kekuasaan biasanya menjadi suatu bentuk polisi rahasia

dan bukan lagi melaksanakan fungsi dasar intelijen. Karena lawan disini

sudah dikorupsi menjadi musuh politik dalam negeri.

Salah satu unsur pembusukan organisasi intelijen di Indonesia adalah

perubahan fungsi intelijen yang ideal menjadi alat politik presiden.

Hal ini dimungkinkan oleh doktrin single client kepada presiden dan

hilangnya fungsi kontrol dari parlemen pada kepeminpinan mantan

presiden Suharto.

Meski reformasi sudah berjalan doktrin single client tersebut masih

terlalu kuat mempengaruhi kinerja intelijen nasional. Akibatnya operasi

intelijen Indonesia masih dipengaruhi oleh kepentingan politik presiden

yang tidak menjamin terciptanya obyektifitas analisis dan

profesionalisme kerja.

Intel oh Intel 102


Seharusnya doktrin single client tersebut dibatasi dengan UU Intelijen

yang memperjelas fungsi intelijen dan posisi badan-badan intelijen dalam

sistem tata negara RI. Artinya, meskipun intelijen tetap menjunjung

tinggi loyalitas kepada presiden (demi akurasi dan kecepatan reaksi

eksekutif negara), namun tidak lagi bisa dikorupsi untuk kepentingan

presiden dan kelompoknya semata.

Dengan demikian, anggota dan prajurit intelijen bisa

mempertanggungjawabkan setiap produk analisa berdasarkan hasil

operasi intelijen ke hadapan rakyat, bangsa dan tentunya juga nilai-nilai

moral dan etika.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, November 27, 1996

Intel oh Intel 103


Krisis Intelijen

Awal tahun 1997 bukan hanya sudah dibayangi persoalan-persoalan

ekonomi tahun 1996, melainkan juga krisis percaya diri kalangan intelijen.

Setelah gagal meyakinkan mantan Presiden Suharto untuk mundur dengan

"mulus" gara-gara ulah Golkar dan keluarga Cendana, analis intelijen dari

yang terendah sampai level menengah harus menelan pil pahit teguran

keras pimpinan intelijen dari berbagai angkatan. Tentu saja banyak juga

analis intelijen yang telah membusuk akibat represi dan sifat tercela cari

muka kepada pimpinan. Ada juga analis intelijen yang memang takut

dengan situasi yang serba menekan.

Akibatnya.......obyektifitas analisa intelijen terberangus oleh kekuatan

politik elit yang walaupun secara nyata di massa akar rumput sudah

goyah.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, February 19, 1997

Intel oh Intel 104


Akuntabilitas Intelijen

Bagaimana mengukur akuntabilitas intelijen dan kepada siapa intelijen

harus akuntabel?

Dua pertanyaan tersebut menjadi sangat penting karena berkaitan

dengan masalah kepercayaan seluruh komponen bangsa terhadap kinerja

intelijen. Reformasi nasional Indonesia yang ditandai oleh demokratisasi,

rasionalisasi, serta berbagai perbaikan disegala bidang tentunya juga

menuntut dunia intelijen untuk berbenah diri.

Akuntabilitas kerja seorang wakil rakyat di DPR akan dengan mudah

dirunut ke dalam proses pemilihan umum dan pertanggungjawaban dirinya

kepada konstituen yang telah memilihnya. Akuntabilitas seorang presiden

Indonesia sejak pemilu langsung semakin jelas dan mudah dipahami. Bila

seorang presiden tidak lagi dikehendaki rakyat akan dengan mudah

diganti melalui mekanisme pemilu.

Lalu bagaimana dengan intelijen, khususnya mereka para intel yang tidak

melalui proses pemilu, tidak bisa diawasi publik dan tidak pula memiliki

kewajiban untuk membocorkan rahasia negara kepada publik?

Sesungguhnya jawabannya sangat sederhana dan melekat pada diri

seorang intel, yaitu NORMA PROFESIONAL INTELIJEN. Sebagaimana

juga seorang dokter dengan etika kedokterannya, seorang intel juga

terikat dengan norma profesional intelijen. Keterikatan seorang intel

kepada norma profesinya tidak dapat dilecehkan oleh kekuatan-kekuatan

politik.

Intelijen memiliki dunianya sendiri dan tanggungjawabnya sendiri, bukan

hanya kepada pemerintah dan rakyat yang mana intelijen hanyalah abdi
Intel oh Intel 105
negara dan bangsa, melainkan juga kepada hati nuraninya dan Tuhannya.

Mimpi buruk seorang intel yang harus menanggung kesalahan, dosa, atau

kekeliruan sampai kematian menjemputnya adalah suatu hal yang tidak

pernah terbayangkan oleh profesi-profesi lainnya.

Pekerjaan "kotor" yang seringkali dilekatkan dalam profesi intelijen juga

harus ditanggung dalam kekosongan kepentingan pribadi. Korupsi

terbesar seorang intel bukan pada nafsu duniawi kepada uang melainkan

korupsi kepada kejujuran hatinya yang harus digerogoti oleh kepura-

puraan demi negara dan bangsa.

Lalu mengapa seseorang mau menanggung hidup yang tidak enak tersebut,

tentu jawabnya ada di lubuk hati masing-masing. Tentu tidak banyak intel

yang mematut dirinya dengan norma profesi intelijen. Terlalu banyak

mulut-mulut bocor, terlalu banyak penghianat di dalam tubuh organisasi

intelijen, terlalu banyak yang bermental busuk, terlalu banyak yang

tumpul otaknya, terlalu banyak yang buruk teknik operasinya, dan

akhirnya pembusukkan organisasi terjadi secara pasti.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, May 21, 2005

Intel oh Intel 106


Duka Cita Para Intel

Kematian Munir pada 7 September 2004 tidak hanya menyedihkan bagi

kalangan pejuang HAM Indonesia melainkan juga menyedihkan bagi

komunitas intelijen Indonesia.

Intelijen telah sekian lama terpuruk...terperosok ke dalam kubangan

lumpur Orde Baru hanya karena menjadi mata telinga bagi sebuah

mekanisme penindasan rakyat.

Intelijen sipil telah sekian lama disunat oleh kekuatan doktrin dan

praktek militer untuk mengikuti jalur komando dalam melaksanakan

tugasnya.

Akibatnya intelijen dimanapun engkau berada harus menanggung malu,

dosa dan terpinggirkan dari pergaulan normal masyarakat Indonesia.

Bila tidak memicingkan sebelah mata, rakyat akan mencibirkan mulutnya

karena intelijen telah menjadi impoten lahir dan bathin.

Lahiriahnya intelijen telah direduksi oleh kekuatan polisionil yang

disahkan oleh undang-undang kepolisian. Lebih lanjut bahkan tidak ada

kekuatan hukum apapun yang bisa melindungi kegiatan intelijen, artinya

bila anda menjadi anggota intelijen anda harus siap mati bagaikan anjing

kurap yang akan membusuk dipinggir jalan.

Intel oh Intel 107


Bathiniahnya intelijen telah dibungkus oleh pragmatisme politik eksekutif

negara dan telah dibingkai oleh citra yang "keliru" yang terus menerus

diberitakan oleh media massa. Rakyat semakin benci dengan dunia

intelijen yang cenderung digambarkan dengan sebagai bagian dari

"kejahatan politik" para penguasa.

Di era keterbukaan dan demokrasi Indonesia, intelijen semakin ciut

nyalinya karena semakin banyak orang yang tahu kelemahan-

kelemahannya. Khususnya dalam hal landasan hukum yang seharusnya

menjiwai pelaksanaan tugas seorang intel.

Kasus Munir jelas memojokkan intelijen, khususnya Badan Intelijen

Negara (BIN) yang sebenarnya baru dilahirkan kembali sejalan dengan

semangat demokrasi, transparansi, profesionalisme dan penegakan

hukum.

Dari hari ke hari, bulan ke bulan.... pemberitaan tentang kematian

seorang manusia bernama Munir terus bergulir mengarah pada pencitraan

"negatif" terhadap institusi yang bernama BIN.

Tak kurang dari pejabat dan mantan pejabat eselon 1 & 2 BIN menjadi

pesakitan diseret ke hadapan sebuah Tim yang sangat Politis dan juga ke

hadapan bagian reserse dan kriminal Kepolisian. Demi pengungkapan

misteri kematian satu orang yang kebetulan secara profesional terangkat

Intel oh Intel 108


menjadi tokoh yang lumayan dikenal khalayak, maka sorotan terhadap

institusi BIN semakin menjadi-jadi.

Inilah yang saya nyatakan sebagai duka cita yang mendalam bagi para

intel yang harus menanggung kegelisahan karena praduga bersalah yang

terus-menerus dicecarkan. Pembentukkan opini publik yang terus-

menerus mengalir dalam bentuk penyelidikan dan penyidikan ke dalam

organisasi BIN adalah jelas sangat aneh bagi seorang pelaksana setingkat

eksekutor misalnya.

Para intel tentu sudah siap menerima segala konsekuensi dari

pekerjaanya karena semua anggota intelijen sudah menandatangani

kontrak kematian sebagai anjing kurap pemerintah yang harus bersedia

dimatikan bila pemerintah menghendaki. Para intel telah meletakan Hak

Asasi dirinya demi negara dan bangsa yang secara ideal telah

didoktrinkan pada dirinya, tidak akan pernah ada pembela HAM peduli

dengan fakta ini.

Langkah-langkah apapun yang akan diambil oleh aparat penegak hukum

bersama Tim Pencari Fakta (TPF) Munir dalam menyelesaikan atau

mengungkap kasus kematian Munir akan menjadi taruhan bagi masa depan

Indonesia, yang berarti juga masa depan penegakan HAM, masa depan

penegakkan hukum, dan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah masa

depan keberlangsungan organisasi intelijen.

Posted by Senopati Wirang /Monday, May 16, 2005

Intel oh Intel 109


Reformasi Intelijen

7 tahun setelah bergulirnya reformasi, apakah reformasi intelijen juga

terjadi?

Bila kita menilik perubahan signifikan dalam lembagai intelijen tertinggi

di republik ini, maka sekilas kita akan melihat sosok Badan Intelijen

Negara (BIN) yang berbeda dengan Badan Koordinasi Intelijen Negara

(BAKIN) di masa lalu. Sayang, letak perbedaannya hanya pada kata

koordinasi.....yang bisa diartikan hilangnya fungsi koordinasi atau mungkin

juga upaya menjadikan badan yang sungguh-sungguh memiliki

operasionalisasi yang memadai.

Lebih lanjut, bila kita menilik badan intelijen lain semisal Badan Intelijen

Strategis (BAIS) milik militer dan Badan Intelijen Keamanan

(Baintelkam) milik Polri, unit intelijen Departemen seperti di Depkumham,

Kejaksaan Agung, Direktorat Sospol Depdagri maka tidak sedikitpun

perubahan. Bahkan apa yang kita kenal sebagai komunitas intelijen yang

dikoordinir BIN masih tetap berjalan. Karena bentuk komunitas intel itu

lebih mirip ngobrol sambil ngopi bareng serta "sedikit" pengarahan, maka

pengaruhnya bisa jadi sangat-sangat lemah.

Ketika Amerika Serikat diguncang teror bom yang kita kenal dengan

sebutan 9/11, serta-merta terjadi desakan dilakukannya reformasi

nasional atas organisasi dan gelar operasi seluruh jajaran intelijen. Tidak

ada sesuatupun yang berdampak serius ke dalam organisasi, karena

Intel oh Intel 110


kongres dan eksekutif sangat menghargai keberadaan organisasi intelijen

seburuk apapun kinerja mereka.

Tapi di Indonesia yang terjadi adalah sebaliknya, fungsi intelijen

semakin kerdil, marjinal dan saya perkirakan hanya kan menjadi

mata-telinga penguasa menjelang pesta demokrasi lima tahunan,

akibatnya profesionalisme organisasi semakin terabaikan.

Tingkat frustasi para intel telah mendekati suatu kondisi yang

memprihatinkan. Dengan sistem single client yang patuh total pada

presiden, maka tidak mau tidak semua unsur intelijen, khususnya BIN

telah berubah menjadi alat politik yang signifikan.

Kalau benar-benar diperhatikan apa fungsi dari Badan Intelijen di negara

RI, kita tinggal melihat ke dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu bisa

dijabarkan sebagai berikut:

"Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia, yang dijabarkan dalam bentuk tugas mengkoordinasikan
perencanaan umum dan pelaksanaan operasional kegiatan intelijen
diantara instansi-instansi lainnya yang memiliki fungsi intelijen dan
mendukung penyelenggaraan tugas pokok intelijen masing-masing instansi.
Memberikan keterangan-keterangan rahasia yang akurat dan tepat waktu
kepada presiden dan kabinet. Mengumpulkan keterangan rahasia luar
negeri, keterangan rahasia dalam negeri, melakukan analisa, melaklukan
kontra-spionase, dan melakukan kontra-terorisme."

Intel oh Intel 111


Tetapi apa daya mimpi tak sampai, kooptasi organisasi intelijen oleh

kekuatan politik dan kepentingan sesaat para penguasa telah melemahkan

organisasi intelijen itu sendiri. Ini apa yang saya sebut sebagai hilangnya

profesionalisme dan nurani kerakyatan/kebangsaan yang seharusnya

melekat di hati setiap insan intelijen.

Sekedar bukti-bukti politik:

 Perkembangan intelijen di tanah nusantara mulai tumbuh setelah

RIS dilebur menjadi RI dan menjelma menjadi NKRI pada

tanggal 15 Agustus 1950. Dimana mantan presiden Soekarno

pada bulan Desember 1958 membentuk Badan Koordinasi

Intelijen (BKI), tetapi pada bulan November 1959, Badan

Koordinasi Intelijen (BKI) dirubah namanya menjadi Badan Pusat

Intelijen (BPI) yang dalam bahasa Inggris = CIA. Tokoh yang

ditugasi dan diberi tanggung jawab oleh mantan presiden

Soekarno untuk mengurus dan menjalankan Badan Pusat

Intelijen (BPI) adalah Menteri Luar Negeri Subandrio (orang

dekat presiden yang kemudian juga terseret dalam sengketa

politik nasional).

 Ketika terjadi pergantian kekuasaan ke tangan Jenderal

Soeharto, itu Badan Pusat Intelijen (BPI) dibubarkan dan

"dibersihkan" pada tanggal 22 Agustus 1966, digantikan oleh

Komando Intelijen Negara (KIN) yang langsung dibawah

komando Jenderal Soeharto dengan bantuan tokoh intel kawakan

Sudirgo tentunya. Kemudian pada tanggal 22 Mei 1967, Komando

Intelijen Negara (KIN) berganti nama menjadi Badan Koordinasi


Intel oh Intel 112
Intelijen Negara (Bakin), pemimpin lembaga baru ini adalah

Jenderal-jenderal terdekat dengan presiden yang sedang

menjabat. Nama-nama tokoh intelijen Indonesia seperti Letjen

(purn) Sutopo Yuwono, Jenderal (purn) Yoga Soegomo, Letjen

(purn) Sudibyo, Letjen (purn) Moetojib, Letjen (purn) ZA

Maulani, Letjen (purn) Arie J. Kumaat, Jenderal (purn) AM.

Hendropriyono, dan terakhir Mayjen (purn) Syamsir Siregar

semuanya adalah orangnya presiden.

 Kiprah pemimpin BAKIN yang pertama tidak terlalu lama karena

pertentangan dengan para petinggi militer, sehingga pada tahun

1974 harus digantikan oleh pemimpin yang lebih disenangi

kalangan militer aktif dan khususnya mantan presiden Suharto.

 Pada masa mantan Presiden Suharto, kepemimpinan Jenderal

Yoga Soegomo jelas tidak bisa dipungkiri nama besarnya, karena

ranking militernya yang jenderal penuh didukung oleh model

operasi gaya Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB).

Kepemimpinan gaya flamboyan yang melebihi wewenang

berdasarkan hukum positif itu telah mengabaikan pentingnya

penataan hukum nasional dalam bidang pertahanan dan keamanan

(security). Keberadaan hukum antisubversi dan kekuatan politik

nasional yang bersandarkan pada militerisme telah membuat

terbuai organisasi intelijen. Jelas sekali peran intelijen sebagai

kepanjangan tangan penguasa, dan kedekatan BAKIN dengan

mantan Presiden Suharto tidaklah mungkin untuk dibantah.

 Anomali organisasi BAKIN terjadi setidaknya dua kali yaitu

pertama ketika Ali Moertopo waktu itu berpangkat Brigjen

Intel oh Intel 113


memegang posisi sebagai salah satu Deputi Operasi yang sangat

berpengaruh. BAKIN kalah terkenal oleh apa yang masyarakat

kenal sebagai Opsus (Operasi Khusus). Kedua yaitu ketika Benny

Moerdhani yg masih Mayjen menjabat sebagai Wakil Kepala

BAKIN, upaya pengrusakan organisasi sipil dibawah militer

sangat kentara terjadi di BAKIN. Akibatnya intelijen sipil

benar-benar mandul, impoten dan dikuasai oleh militer

seutuhnya. Pada anomali organisasi yang kedua, yaitu dibawah

kepemimpinan Sudibyo yang terjadi adalah kemandulan

organisasi BAKIN tersebut tidak segera diatasi dengan

revitalisasi organisasi yang mengupayakan kemandirian intelijen

sipil. Anggota intelijen lebih banyak disuapi "bingkisan" dari

rekanan pengusaha pimpinan dan lupa dengan tugas pokok

organisasi. Sehingga peranan BAIS jelas jauh lebih menonjol

ketimbang BAKIN yang secara teori jauh lebih tinggi.

 Adalah Letjen (purn) Moetojib yang pertama berusaha lebih

netral dalam soal politik nasional, yaitu ketika memutuskan untuk

tidak turut serta dalam rekayasa penggembosan PDI

(Megawati).

 Upaya serius memperbaiki kinerja BAKIN diawali oleh gebrakan

Letjen (purn) ZA Maulani yang sempat memiliki waktu untuk

mengevaluasi kerja BAKIN saat menjabat sebagai pimpinan

Setwapres. Letjen (purn) ZA Maulani sangat menyadari kualitas

produk BAKIN yang diibaratkan sebagai garbage in garbage out

(semuanya analisa BAKIN bagaikan sampah busuk). Disadari atau

tidak oleh orang-orang BAKIN, pernyataan Letjen (purn) ZA

Intel oh Intel 114


Maulani tersebut tidak mengherankan, karena faktanya BAKIN

telah terperosok ke dalam jurang kehancuran organisasi melalui

dominasi militer dan hilangnya jiwa pengabdian intelijen yang

profesional.

 Letjen (purn) ZA Maulani masih sempat meninggalkan berkas

reformasi organisasi yang bertujuan merombak organisasi dan

gelar operasinya. Berkas tersebut dilanjutkan oleh Letjen (purn)

Arie J. Kumaat karena seperti biasa pergantian presiden berarti

pergantian Kepala Badan Intelijen. Betapa beratnya

kepemimpinan Letjen (purn) Arie J. Kumaat karena konon ia

bukan pilihan Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid).

 Reformasi intelijen dalam tubuh BAKIN yang kemudian

dikukuhkan menjadi BIN di era Letjen (purn) Arie J. Kumaat

tersebut semakin berkibar ketika pemimpin flamboyan Letjen

(purn) AM Hendropriyono diangkat sebagai Kepala BIN dengan

status setingkat Menteri Negara. Langkah-langkah perbaikan

organisasi juga dilaksanakan sejalan dengan semangat

menjadikan BIN sebagai organisasi yang profesional. Sayangnya

nuansa politis masih terasa seperti juga pada masa-masa

kepemimpinan sebelumnya. Kedekatan Letjen (purn) AM

Hendropriyono yang kemudian mendapat pangkat kehormatan

sebagai Jenderal dari mantan presiden Megawati tidak

diragukan lagi kedekatannya dengan presiden. Sebuah upaya

positif adalah memperkuat posisi sipil dalam organisasi BIN,

bahkan ikut mengusulkan agar Kepala BIN bisa dipimpin orang

sipil.

Intel oh Intel 115


 Terakhir adalah menurunnya kembali status Kepala BIN. Meski

fakta pangkat militer pemimpin yang terakhir hanya berbintang

2, tidak berarti kemampuannya memimpin organisasi intelijen

patut diragukan. Mayjen (purn) Syamsir Siregar sebagai teman

dekat presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sekarang

berkuasa, memikul beban yang sangat berat baik secara internal

maupun eksternal. Dengan pengalaman memimpin lembaga

intelijen TNI (BIA/BAIS) tentunya harapan membawa BIN

menjadi organisasi yang profesional, disegani dan disayangi

rakyat menjadi tugas utamanya. Kemandegan reformasi intelijen

yang tidak jelas mau kemana, persoalan profesionalisme

intelijen, dan semakin menurunnya citra intelijen di mata publik

seyogyanya segera diatasi secara profesional. Tentu saja soal

kedekatan Kepala Badan Intelijen dengan presiden juga patut

mendapat sorotan, karena selayaknya kedekatan itu tidak

kembali menjerumuskan dan menghancurkan organisasi yang

dibangun demi kejayaan bangsa Indonesia.

Posted by Senopati Wirang /Monday, May 16, 2005

Intel oh Intel 116


Celometan

Celometan adalah istilah negatif yang ditujukan kepada seseorang yang

banyak omong kosong dan sedikit kerja serta tidak terampil dalam

melaksanakan tugas.

Dalam setiap latihan militer di Indonesia, instruktur akan sangat

membenci kadet prajurit yang celometan dan tidak cekatan.

Adalah sangat biasa bila instruktur harus melayangkan tangannya ke

wajah prajurit celometan. Hal ini demi kebaikan si prajurit itu sendiri

dimana sifat celometan sangat berbahaya bagi dirinya sendiri maupun

bagi unitnya. Prajurit dilatih untuk berperang dan bukan untuk berdebat,

bayangkan jika dalam perang sungguhan prajurit saling mendebat untuk

hal yg tidak prinsipil.

Meskipun dalam keadaan damai, prajurit intelijen selalu dalam keadaan

perang. Oleh karena itu, sifat celometan tidak bisa ditolerir apapun

alasannya.

Apabila kemudian saya dianggap celometan dan pantas untuk dibungkam

dengan tamparan yang paling keras (dieliminasi), maka argumentasi saya

adalah bahwa saya lebih pantas dianggap sebagai the other.

Menjadi the other karena keberadaan saya bahkan tidak disadari oleh

komunitas intelijen.
Intel oh Intel 117
Menjadi the other karena selalu mengamati dinamika intelijen nasional.

Menjadi the other karena sesungguhnya tidak akan pernah dikenal publik.

Anggap saja saya ini the other yang sangat prihatin dan peduli dengan

perkembangan intelijen Indonesia. Mohon dimaklumi.

Hal ini saya tegaskan berkaitan dengan "peringatan" dari the man within

yang peduli dengan eksistensi saya.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, June 05, 2005

Intel oh Intel 118


BAKORINDA = INTEL KAMPUNG

Baru-baru ini persoalan mengaktifkan kembali sel intelijen dalam

birokrasi pemerintahan daerah menjadi ramai kembali. Pemerintahan SBY

tampaknya tertarik untuk mengadopsi ide desk Bakorinda (Badan

Koordinasi Intelijen Daerah) yang telah digagas pada masa pemerintahan

Megawati.

Reaksi negatif terhadap Bakorinda secara umum dapat dirangkum dalam

ketakutan atas "model operasi intelijen Orde Baru". Model yang

digambarkan seram, culik-menculik, bunuh yang semua itu melanggar

HAM dan menimbulkan keresahan publik.

Tanggapan positif lebih melihat efektifitas desk Bakorinda sebagai ujung

tombak pengumpul informasi atas setiap ATHG yang muncul di seluruh

wilayah nusantara.

Pendapat saya pribadi adalah sebagai berikut:

1. Pengaktifan desk Bakorinda yang mengintegrasikan koordinasi

intelijen di daerah akan menciptakan sebuah struktur elit

sumber informasi yang vital bagi pemerintah daerah. Pada

awalnya akan sangat bagus untuk mendeteksi setiap ancaman

teror namun pada akhirnya akan bergeser pada fungsi deteksi

ancaman sesuai definisi kepala pemerintah daerah. Potensinya

sangat besar untuk diselewengkan pada kepentingan individu,

apalagi seorang kepala pemerintah daerah harus melalui proses

pemilihan (pilkada).

Intel oh Intel 119


2. Insan Intelijen tidak ada yang bisa dikarbit dalam waktu

singkat. Tidak ada artinya organisasi yang besar (gendut) yang

mencakup seluruh nusantara bila orang-orang yang menjadi

operatornya adalah birokrat PNS ditambah sedikit anggota

intelijen dari Kepolisian, Militer dan BIN. Saya berani

meramalkan yang akan terjadi adalah "bisnis" informasi karena

koordinasi berarti berbagi kue kepentingan. Ini berdasarkan

pengamatan perilaku anggota intelijen di daerah aman. Anggota

intelijen yang telah dibina dengan berbagai teknik keterampilan

dan indoktrinasi menjadi lemah dan terkontaminasi oleh pola

kerja birokrat PNS yang cenderung kolutif, koruptif dan tidak

profesional. Untuk daerah konflik saya kira masih lebih baik

karena tuntutan survival dan tekanan dari pusat membuat

anggota intelijen harus profesional.

3. Setelah penyimpangan fungsi Bakorinda oleh para kepala daerah,

ada juga kecenderungan lain berupa fungsi tambahan Bakorinda

sebagai bagian dari mesin politik pemilu nasional. Konflik

kepentingan dari adanya perbedaan unsur-unsur Bakorinda akan

dengan mudah disatukan oleh uang.

4. Keanggotaan yang mencakup unsur Polisi, Militer, BIN,

Kejaksaan, Depkumham (Dirjen Imigrasi), Bea Cukai, dan

Depdagri vis a vis Pemda akan menimbulkan rasa "superior"

dalam tubuh Bakorinda karena semua elemen aparatur keamanan

duduk di dalamnya. Sekali lagi hal ini justru membahayakan

karena konsentrasi "rasa super" itu akan cenderung koruptif.

Intel oh Intel 120


5. Kreatifitas dan kewaspadaan intelijen akan semakin lemah

seiring dengan adanya forum kongkow-kongkow di warung Pemda.

Singkatnya saya tidak percaya dengan profesionalitas yang tinggi dalam

wadah Bakorinda.

Sebagai alternatif pendapat saya sbb:

1. Mungkin usulan saudara Aris Santoso (Media Indonesia Senin 13

Juni 2005) dengan pengaktifan DPKN (Dinas Pengawas

Keamanan Negara) dibawah POLRI sangat tepat. DPKN akan

bertanggung jawab penuh atas masalah keamanan dalam negeri

dengan melaksanakan fungsi sebagai pendeteksi awal dari setiap

ancaman keamanan di dalam negeri.

2. BAIS yang sekarang juga melakukan fungsi DPKN sebaiknya

menjadi Badan Intelijen Pertahanan (BIP) dimana fungsi

utamanya adalah Intelijen Pertempuran terkait dengan setiap

ancaman atas integritas NKRI dari dalam berupa gerakan

separatisme dan dari luar negeri berupa menjaga keutuhan

wilayah, khususnya didaerah perbatasan. Serta dengan terus

mengikuti perkembangan regional dan global di bidang strategi

pertahanan.

3. BIN yang sekarang campur aduk melakukan semua fungsi

intelijen sebaiknya berkonsentrasi pada fungsi spionase dan

counterintelligence (Kontra Intelijen). Artinya BIN

mengadakan operasi intelijen di luar negeri dan melakukan

deteksi atas setiap kegiatan intelijen asing di dalam negeri (baik


Intel oh Intel 121
intelijen negara asing maupun intelijen organisasi teroris

internasional). Dalam operasi kontra intelijen bisa dibentuk Task

Force (sifatnya temporal) yang anggotanya BIN, DPKN dan BIP.

4. Intelijen Imigrasi melakukan fungsinya secara khusus dalam

masalah keimigrasian. Disamping tugas pokoknya, Intelijen

Imigrasi juga merupakan pendukung utama kegiatan DPKN dan

BIN.

5. Intelijen Bea Cukai akan berkoordinasi erat dengan Kepolisian

dalam penanganan masalah bea dan cukai.

6. Intelijen Kejaksaan Agung tetap seperti fungsinya sekarang.

7. Intelijen Departemen Keuangan perlu dikembangkan khususnya

terkait dengan masalah penyimpangan pajak dan kasus korupsi

dalam tubuh pemerintah. Bisa didukung oleh DPKN dan BIN.

8. Perlukah Intelijen Depdagri? Bila perlu mungkin lebih tepat

disebut sebagai Badan Pengumpul Informasi.

9. Tidak akan ada arogansi sektoral karena ruang lingkup

operasinya sudah ditentukan.

10. Seluruh Lembaga Intelijen harus netral dalam dunia politik dan

tidak bisa dimanfaatkan oleh kepentingan individu atau partai

politik.

11. Perlu landasan hukum dengan Undang-Undang Intelijen

Indonesia.

Demikian ump.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, June 14, 2005

Intel oh Intel 122


IPOLEKSOSBUDHANKAM Intelijen Strategis

Apabila intelijen benar-benar bekerja profesional mendeteksi setiap

ancaman bagi kehidupan rakyat Indonesia, tentu tidak akan ada kasus

Busung Lapar.

Apabila intelijen benar-benar menjadi pengawal pembangunan ekonomi

nasional, tentu tidak akan terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM)

di beberapa daerah.

Apabila intelijen benar-benar membuka mata dan telinga atas dugaan

korupsi dalam tubuh pemerintah, tentu tidak akan terjadi korupsi

berjama'ah.

Apabila intelijen mendokumentasikan setiap temuan kasus penebangan

liar dan penggundulan hutan, tentu akan mudah membongkar kasus mafia

kayu.

Apabila intelijen sungguh-sungguh melakukan kontra-operasi terhadap

kelompok teroris, tentu kasus bom akan segera berhenti.

dst....dst apabila....intelijen

Intelijen strategis menyangkut hajat hidup kehidupan berbangsa dan

bernegara, begitu luas cakupan operasinya, begitu banyak organisasi yang

berbau intelijen, tetapi sayang begitu lemah pelaksanaannya.

Intel oh intel.....riwayatmu kini

Posted by Senopati Wirang /Thursday, June 23, 2005

Intel oh Intel 123


Antara Restrukturisasi dan De-Hendro-isasi B I N
Bagian 1

Hanya ada dua kata bagi insan intelijen yang mencermati proses

restrukturisasi BIN akhir-akhir ini: Lagu Lama

Kepentingan politik senantiasa begitu kuatnya menerpa BIN sehingga lagu

lama perlu dinyanyikan lagi.

Semuanya orang presiden, maka negara aman dan tenteram (penguasa

bisa tidur nyenyak). Politisasi Badan Intelijen sudah terjadi sejak awal

kemerdekaan, meski demikian pada era Orde Lama, intelijen tidak terlalu

jauh masuk dalam lingkaran politik presiden, karena loyalitasnya bukan

kepada presiden semata, melainkan kepada negara dan rakyat Indonesia.

Pemerintah Orde Baru adalah pemerintahan yang merekayasa bentuk

organisasi intelijen yang amat sangat loyal kepada presiden. Bayangkan

saja doktrin pertama yang harus diingat oleh setiap insan intelijen Orde

Baru adalah prinsip single client (presiden).

Pada era Orde Lama, insan intelijen tidak terlalu dicekoki oleh prinsip

single client itu, tetapi lebih pada pembentukan karakter prajurit

intelijen yang profesional dan mengabdi kepada negara dan bangsa

Indonesia. Definisi ancaman adalah kepada segala sesuatu yang

membahayakan negara dan rakyat Indonesia. Tapi jeleknya adalah

merembesnya kelompok aliran politik dalam intelijen, misalnya dalam

kasus keterlibatan sejumlah orang intelijen yang bersimpati kepada

Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga terjadilah operasi pilih tebang

besar-besaran yang pertama dalam organisasi intelijen (waktu itu masih

Intel oh Intel 124


berbentuk Biro/Badan Pusat Intelijen - BPI yang dikomandoi Subandrio).

Betapa tidak adilnya perlakuan terhadap mantan-mantan BPI, meski

sudah lolos dari Litsus (penelitian khusus) yang pertama kali dikenalkan

oleh pemerintah Orde Baru, karir dan masa depan sudah bisa dianggap

masuk kotak, paling-paling hanya menyentuh kursi eselon tiga. Tidak

sedikit yang kena tebang dan terkena salah tebang.

Prinsip single client jelas bisa meminimalkan kemungkinan timbulnya

kelompok kepentingan dalam organisasi intelijen. Tetapi yang terlupakan

adalah intelijen menjadi tidak kritis kepada presiden. Ada cerita lucu

dari salah seorang mantan pejabat BAKIN ketika yang bersangkutan

melaporkan kasus penyalahgunaan wewenang oleh keluarga Cendana yang

kemudian dianalisa akan menjadi bumerang bagi presiden. Maksud dan

analisanya boleh jadi sangat baik, tetapi justru yang bersangkutan

malahan harus menelan pil pahit dengan tuduhan mengabaikan prinsip

single client.

Sampai dengan bergulirnya reformasi, insan intelijen dalam tubuh BIN

maupun BAIS TNI (mereka yang meniti karir secara profesional)

sebenarnya sangat resah dan khawatir dengan trend Orde Baru yang tak

kunjung berubah. Khususnya di kalangan angkatan muda yang saya nilai

jauh lebih progressif dibanding para aktivis yang pro demokrasi

sekalipun. Kesulitan para prajurit intelijen angkatan muda itu adalah

dalam menghadapi kenyataan organisasi yang kusut oleh kepentingan

politik para pemimpinnya. Kalangan muda itu sering dikategorikan sebagai

kelompok frustasi karena idealisme intelijennya. Seiring berlalunya

waktu, mungkin mereka sudah terkontaminasi oleh kepentingan dan


Intel oh Intel 125
hasutan politik yang begitu keras sekaligus sangat menggoda karena ada

faktor uang di sana.

Beberapa generasi cemerlang parajurit intelijen karir saya nilai cukup

berhasil dalam mengupayakan profesionalisme intelijen dan revitalisasi

intelijen sekaligus memulihkan citra pejuang intelijen untuk kepentingan

negara dan rakyat. Itulah mengapa saya kagum dengan junior saya Sdr.

As'at Ali yang begitu tekun dan teguh dalam menjalankan tugas.

Kesulitan kepentingan politik menyingkirkan Sdr. As'at terletak bukan

hanya dari dukungan internal organisasi BIN, melainkan karena

kemampuan dan ketidakberpihakannya kepada kepentingan kelompok-

kelompok politik di dalam negeri.

Kepiawaian Mayjen Syamsir yang mungkin masih ingat bila bertemu saya

jelas terletak pada permainan tertutupnya, di mana nyaris sulit

terdeteksi apa tujuannya.

Bila saya boleh berargumentasi, apa yang sedang terjadi dalam tubuh

BIN sekarang ini sulit untuk dipastikan arah dan tujuannya. Kelompok

pendukung Yudhoyono jelas akan kesulitan bila dalam proses de-Hendro-

isasi juga menyingkirkan prajurit intelijen karir yang jelas-jelas tidak

terlibat langsung dalam soal dukung-mendukung presiden. Namun hal itu

bisa saja terjadi karena jeleknya orang-orang intelijen adalah terlalu

besarnya rasa curiga dan tidak percaya kepada orang-orang sesama intel

yang berada di luar lingkaran terdekatnya.

Bagi saya pribadi lagu lama masih akan terus dinyanyikan sepanjang tidak

ada perhatian dari publik, tidak ada perhatian dari pemerintah dan DPR,

Intel oh Intel 126


tidak ada perhatian dari kalangan intelijen untuk secara sungguh-sungguh

menciptakan aturan hukum yang kuat dan pasti dalam keberadaan dan

aturan main organisasi intelijen berikut mekanisme kerja, operasi, peran

dan posisinya dalam negara Republik Indonesia.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, September 10, 2005

Intel oh Intel 127


RUU Intelijen Versi Kelompok Kerja Indonesia untuk
Reformasi Intelijen Negara

Akhir Agustus 2005 yang lalu RUU Intelijen versi Kelompok Kerja

Indonesia untuk Reformasi Intelijen Negara konon berhasil

menyelesaikan dan mulai disosialisasikan ke masyarakat.

Dalam ulasan singkat ini saya hanya mengajukan lima kritik dan satu

tanggapan positif.

Kritik

1. Pembentukkan LKIN (Lembaga Koordinasi Intelijen Negara)

yang semodel dengan BAKIN mencerminkan kekurangkreatifan

dalam merancang sebuah model atau struktur intelijen bagi

sebuah negara. Pola operasi chakra byuha tidak ada bedanya

sama sekali dengan apa yang sudah pernah dilakukan BAKIN.

Keberhasilan BAKIN dimasa lalu tidak terlepas dengan sistem

komando dan faktor kepemimpinan di BAKIN serta kedekatan

dengan presiden. Dengan demikian pola hirarki sebenarnya

menjiwai model koordinasi BAKIN di masa lalu. Kekurangan pola

ini hanya pada terlalu besarnya kemungkinan terjadinya

penyimpangan wewenang.

2. Ada kejanggalan dalam reorganisasi BAIS TNI menjadi Badan

Intelijen Strategis (BIS) dibawah Dephan. Karena akan

diarahkan menjadi badan intelijen luar negeri (operasi

spionase/intelijen dan kerjasama intelijen). Apakah warna

Intel oh Intel 128


intelijen Indonesia di forum internasional hanya akan di isi oleh

kalangan militer dengan para atase pertahanan dan stafnya?

Selanjutnya ada kejanggalan pula dalam diarahkannya BIN

menjadi badan yang beroperasi di dalam negara (dalam negeri).

Bagaimana dengan sejarah BIN sejak masa Badan Koordinasi

Intelijen (BKI) kemudian menjadi BPI (Badan Pusat Intelijen),

dan seterusnya sampai jadi BAKIN dan terakhir menjadi BIN

telah membina kerjasama luar negeri yang tidak sedikit. Apakah

akan ditanggalkan saja?

3. Pembentukan Intelijen Militer jelas agak aneh karena setelah

mereorganisasi BAIS TNI lalu dibentuk lagi intelijen militer.

Mengapa jadi ada dua lembaga intelijen berbau militer? yang

mencakup dalam dan luar negeri. Hal ini jelas mencoreng proses

demokratisasi dan supremasi pemerintahan sipil, karena intelijen

adalah darah informasi bagi sebuah negara. Pengkerdilan

organisasi intelijen sipil menjadi sangat memprihatinkan karena

para penggagas RUU tersebut adalah intelektual yang

seharusnya memiliki cukup wawasan tentang posisi vital intelijen

dalam sebuah negara.

4. Kemudian keberadaan Intelijen Instansional adalah sangat

mengada-ada, karena tidak perlu diformalkan dalam bentuk

badan atau lembaga. Intelijen dalam sebuah instansi departemen

seperti Intelijen Imigrasi, Intelijen Pajak, Intelijen Lingkungan,

Intelijen Kehutanan, dan yang lainnya hanya membutuhkan

dukungan koordinasi dan kekuatan operasi untuk menghadapi

ancaman yang berada diluar kuasa mereka. Dalam posisi ini

Intel oh Intel 129


biasanya Polisi dan mungkin militer menjadi andalan untuk

mendukung operasi bersama. Lebih jauh posisi PPNS pejabat

Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu dipertegas dalam aturan

hukum yang lebih jelas. Dengan kata lain tanggung jawab

intelijen instansi adalah tetap kepada pimpinan instansi dan

bukan pada badan baru.

5. Hanya ada satu kata untuk Lembaga Penunjang yang saya

ramalkan hanya akan menjadi sarang kepentingan kelompok dan

potensi untuk mendikte keseluruhan gelar operasi intelijen.

Karena apa yang dimaksud penunjang biasanya malahan kebalikan

menjadi sebuah birokrasi baru yang sangat buruk bagi intelijen.

Biarkan Badan-badan intelijen menunjang dirinya sendiri-sendiri

dalam kemandirian.

Tanggapan positif saya hanya pada pentingnya keberadaan UU Intelijen

bagi sebuah negara. Bagaimanapun compang-campingnya sebuah RUU hal

ini perlu mendapat perhatian para pakar intelijen dan masyarakat luas,

khususnya dalam hal mungkin-tidaknya model RUU di atas diaplikasikan

secara maksimal.

Salam Intelijen.....

Posted by Senopati Wirang /Thursday, September 08, 2005

Intel oh Intel 130


Antara Restrukturisasi dan De-Hendro-isasi

B I N Bagian 2

Pada bagian dua ini saya hanya ingin menyampaikan kata selamat kepada

pimpinan BIN yg telah secara meyakinkan berhasil melakukan "perbaikan

internal" ke dalam tubuh organisasi BIN. Dengan tetap memegang prinsip

profesionalisme, apa yg dituduhkan sebagai proses de-Hendro-isasi

akhirnya bisa kita anggap sebagai revitalisasi organisasi yg nyaris

terbawa dalam kutub kekuatan politik tertentu (baca kepentingan PDI-P).

Harapan saya adalah bahwa organisasi BIN bisa berdaya guna dalam

menjaga keselamatan negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Bukan demi

kepentingan partai politik atau bahkan kepentingan presiden sekalipun.

Seyogyanya bila BIN memperhatikan kepentingan negara dan rakyat

Indonesia otomatis juga menjaga kepentingan presiden. Kepentingan

politik aliran, partisan, kelompok dan yg sejenisnya hanya akan merusak

derap kerja organisasi BIN.

Cuma sayang seribu sayang, sampai dengan saat ini BIN tetap bagaikan

ayam sayur yg lumpuh karena ketidakmampuannya menyusun, mengajukan

dan memperjuangkan lahirnya sebuah undang-undang Intelijen Negara yg

akan menjadi landasan bagi kerja organisasi BIN.

Bisa saja orang mengatakan bahwa intelijen tdk perlu undang-undang,

tetapi dalam realita politik sekarang yg lebih demokratis, segala

perangkat hukum yg melandasi setiap gerak kegiatan organ pemerintah

Intel oh Intel 131


menjadi sangat vital. Tanpa itu, bisa jadi kegiatan setiap orang BIN

dianggap melanggar hukum.

Entahlah, bagi saya sehebat apapun orang, dan proses restrukturisasi

dalam tubuh BIN akan percuma saja karena toh mereka tidak akan bisa

bekerja secara optimal dibawah payung hukum yg jelas.

Posted by Senopati Wirang /Monday, October 24, 2005

Intel oh Intel 132


Agen Intelijen Tolak Perintah Atasan????????

Angin kering yang berhembus menggelitik intelektualitas sejumlah

akademisi yang tiba mendeklarasikan diri sebagai pakar intelijen negara,

tampaknya berpotensi untuk semakin memperparah kerusakan yang telah

ada dalam tatanan struktur intelijen republik Indonesia.

Judul tulisan kali ini mengacu pada pernyataan dari Kelompok Kerja

Indonesia untuk Reformasi Intelijen Negara yang salah satu isi dari

draft UU Intelijen Negara yang mereka buat. Akan ada semacam hak

bagi agen intelijen untuk menolak tugas yang melanggar HAM. Mengapa

saya begitu yakin bahwa hak tersebut akan terasa aneh bagi telinga

komunitas intelijen di seluruh dunia. Prinsip kepatuhan agen dalam

melaksanakan perintah pimpinan adalah hal yang tidak bisa ditawar, dan

soal tanggung jawab sudah jelas berada ditangan pemberi perintah, tidak

ada bedanya dengan prajurit dalam peperangan. Hal prinsipil yang perlu

ditekankan dalam UU Intelijen seharusnya bukan soal hak agen untuk

menolak perintah, tetapi lebih pada ruang lingkup operasi yang

diperkenankan bagi institusi intelijen, hal ini merupakan tanggung jawab

pimpinan intelijen yang dilakukan "biasanya" atas sepengetahuan

presiden. Selain itu, bila hak seorang agen untuk menolak perintah

dengan alasan melanggar HAM, maka definisi HAM itu akan sangat

subyektif per-individu agen. Saya bisa memastikan akan terjadi

bentrokan kepentingan dan perpecahan dalam organisasi intelijen, karena

seorang agen yang mungkin memang "penakut" akan beralasan ini itu guna

menghindari perintah.

Intel oh Intel 133


Sungguh sangat menyedihkan intelijen Republik Indonesia bila nasib masa

depannya hanya ditentukan oleh "the cleverness" para akademisi yang

mungkin semakin naik daun dalam mata publik Indonesia. Saya sangat

yakin bahwa kalangan muda intelijen Indonesia baik sipil maupun militer

paham dan seharusnya merasa ngeri dengan masa depan yang semakin

kabur karena landasan hukum yang menjadi acuan dalam setiap tindakan

intelijen sangatlah rapuh.

Juga sangat menyedihkan karena, draft UU Intelijen yang seharusnya

dilandasi oleh "the intelligence" para agen, case officer dan analyst atau

orang intelijen sendiri ternyata hampir tidak terdengar gaungnya,

malahan yang ramai cuma soal beberapa poin pasal yang dianggap

"berlebihan" oleh sebagian kalangan.

Sebagai orang di luar sistem saya bisa melihat kegamangan reformasi

intelijen Indonesia, dan juga bisa memahami mengapa hanya intelijen

negara (BIN) yang menjadi sorotan. Kecenderungan untuk memperkuat

intelijen militer dan intelijen strategis dengan gaya operasi agresif dan

memandulkan intelijen negara (BIN) dengan intelijen positif sama saja

dengan mematikan masa depan intelijen sipil yang seharusnya berperan

sentral bersama Kepolisian Indonesia. Tapi apa daya, diamnya sebagian

besar agen-agen muda cemerlang yang ada dalam tubuh BIN saya yakini

sebagai cerminan kepatuhan mereka pada sumpah prajurit intelijen.

Intelijen sipil yang saya bayangkan dimasa depan tidak berarti tanpa

orang militer di dalamnya atau tanpa kepemimpinan orang militer (soal

Intel oh Intel 134


kepemimpinan bisa sipil bisa militer dan tidak ada dominasi bila perlu

militer aktif yang bergabung menjadi orang sipil), dikotomi sipil-militer

dalam organisasi intelijen jelas berpotensi menyesatkan siapapun yang

membaca tulisan tentang intelijen. Lebih jauh, apa yang saya bayangkan

adalah sebuah organisasi intelijen berwatak sipil dengan disiplin militer

dan beranggotakan profesional intelijen yang mengerti makna lebih dari

sekedar mencari informasi, yaitu bagaimana menterjemahkan dan

menganalisa informasi tersebut secara intelijen dan menjadi produk yang

bisa dipertanggungjawabkan, bisa dipercaya akurasinya dan cepat

prosesnya.

Mudah-mudahan angin kering yang mengawali tulisan ini bisa dipersejuk

dengan adanya pandangan-pandangan positif dan kritik membangun buat

masa depan intelijen Indonesia.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, November 09, 2005

Intel oh Intel 135


Dana dan Intelijen Indonesia

Pagi ini secara kebetulan saya membaca artikel lawas dari saudara

Algooth Putranto di bisnis.com (Bisnis Indonesia, mudah-mudahan tetap

dimaintain oleh bisnis.com). Meskipun artikel tersebut tertanggal Selasa,

01/06/2004, namun relevansi pembahasannya masih terasa hingga saat

ini dan mungkin di masa mendatang.

Argumentasi saudara Algooth yang rasanya sangat saya kenal gaya

tulisannya tersebut, cukup jelas dan rasanya agak menelanjangi dunia

intelijen indonesia. Diantara para junior pelaksana operasi intelijen

sering terdengar gurauan "ngasih sekian puluh ribu rupiah pengin

aman"....ha ha...ha... dilanjutkan dengan tawa yang mengiris hati karena

sebenarnya dedikasi anggota intelijen (sipil dan militer) tidaklah

diragukan. Kurangnya dukungan dana tersebut membuat mereka memeras

otak untuk mangatur bagaimana mencukupi setiap langkah operasi yang

dilaksanakan. Mereka tidak lagi memikirkan sisa dana operasi karena yang

dipikirkan adalah jangan sampai uang pribadi ikut terkuras demi

lancarnya operasi. Maklum uang pribadi yang tak lain sama saja dengan

gaji PNS/Tentara itu adalah untuk menopang hidup keluarga yang pas-

pasan, artinya kalo sampai terpakai berarti keluarga tidak makan.

Bandingkan misalnya dengan korupsi besar-besaran dari berbagai

lembaga pemerintahan/instansi/departemen dalam mengucurkan dana

dinas luar, termasuk contohnya dana dinas luar studi banding ke luar

negeri buat anggota Dewan yang terhormat.

Intel oh Intel 136


Sekali lagi dari tulisan saudara Algooth (sebaiknya lain-kali ditulis dengan

gaya tidak terlalu kentara), terdapat beberapa sinyalemen tentang

mengapa intelijen tidak handal. Dari sekian banyak sinyalemen, benarkah

yang terutama terletak pada faktor uang dan kebutuhan akan perhatian

serius para pemimpin nasional.

Suatu waktu saya pernah masuk ke kamar kerja Bapak Ali Moertopo, saat

itu untuk sekedar pengarahan tentang sebuah operasi kecil. Kemudian

ketika masuk pada masalah pendanaan, beliau dengan tenangnya

menanyakan berapa perlunya untuk operasi ini, karena saya agak canggung

bicara soal dana kemudian beliau kurang lebih berkata demikian : "soal

dana operasi buat intelijen the limit is the sky, jadi jangan ragu katakan

berapa?"

Bandingkan dengan intelijen kontemporer yang dibahas saudara

Algooth....jauh sekali bukan. Pada masa jayanya pimpinan intelijen yg

dekat dengan mantan presiden Suharto, soal dana tidak pernah menjadi

masalah, soal cara operasi tidak pernah menjadi pembicaraan, soal hukum

apalagi.

Apa yang lolos dari pengamatan saudara Algooth adalah perbedaan spirit

Orde Baru dengan Reformasi. Dimana pada era Orde Baru, segala

sesuatunya dimungkinkan karena faktor kekuasaan yang memusat pada

mantan presiden Suharto tidak terbantahkan oleh siapapun. Saat ini

intelijen tentunya tidak akan lagi bisa mengulangi pola Orde Baru dengan

belaian manja kucuran dana operasi (ingat!! dana tersebut biasanya non-

Intel oh Intel 137


budget dan lemah dalam pertanggungjawaban dan tidak ada

transparansi).

Di era reformasi, dana-dana tambahan di luar budget buat intelijen

hilang terpangkas oleh mekanisme yang bersifat otomatis. Ada sumber-

sumber pendanaan yang hilang "dibawa" oleh para pemimpin intelijen,

misalnya soal bagi-bagi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) pada tahun 70-

80an yang juga dinikmati sebagian elit pimpinan intelijen. Belum lagi

setoran-setoran gelap dari berbagai kalangan bisnis yang membutuhkan

dukungan intelijen. Hal ini bisa kita bandingkan dengan setoran pengelola

Judi kepada Kepolisian Republik Indonesia, atau beking-membekingi

kalangan tentara kepada bisnis besar di berbagai daerah.

Itulah mengapa sekarang terasa sangat defisit dalam soal anggaran,

karena sejak dulunya sumber pendanaan yang resmi memang sedikit.

Saudara Algooth sangatlah menyederhanakan persoalan atau memang

ingin menyembunyikan bagian yang merupakan aib bagi intelijen.

Tapi bagaimanapun saya setuju bila intelijen butuh perhatian serius baik

dalam soal pendanaan, posisi dalam sistem keamanan nasional dan

landasan hukum yang akan memayungi kerja profesional intelijen.

Posted by Senopati Wirang /Monday, November 07, 2005

Intel oh Intel 138


Klarifikasi Tulisan UU Intelijen

Sehubungan dengan sejumlah pertanyaan tentang mengapa sikap saya

seolah-olah mendua soal wewenang penahanan yang diminta BIN dalam

tulisan UU Intelijen dan tulisan-tulisan sebelumnya, saya ingin

mengklarifikasikan bahwa antara tulisan-tulisan saya itu tidak

bertentangan.

Benar bahwa saya setuju Polisi menjadi pusat dari penanganan soal

keamanan dalam negeri Indonesia. Dengan Polisi memiliki wewenang

penahanan dan penangkapan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Benar bahwa saya juga pernah menyarankan agar ada wewenang BIN

untuk "meminta" Polisi untuk melakukan penahanan.

Terakhir saya juga menyatakan bahwa akan lebih efektif bila BIN punya

wewenang sekaligus memiliki unit yang memiliki kemapuan untuk operasi

penahanan terhadap tersangka atau orang diduga kuat membahayakan

atau memiliki informasi yang sangat penting.

Untuk catatan yang terakhir sifat penahanan yang dilakukan oleh BIN

bukanlah seperti yang dilakukan Polisi, tetapi lebih mirip ke model

penahanan yang dilakukan misalnya oleh PPNS Imigrasi. Secara khusus

untuk kasus yang sifatnya khusus pula, tidak akan bisa seenaknya atau

semaunya menahan dan memintai keterangan kepada sasaran. Dalam

banyak kasus Intelijen lebih baik mendapatkan informasi tanpa diketahui


Intel oh Intel 139
oleh sasaran. Tetapi untuk kasus khusus seperti kontra-intelijen,

terorisme dan kejahatan lintas negara diperlukan langkah cepat berupa

pencegahan, salah satunya dengan mekanisme penahanan. Memang bisa

dibayangkan efek samping yang mungkin berbahaya baik bagi kehidupan

masyarakat yang demokratis maupun bagi tubuh BIN sendiri, yang

berpotensi untuk terjerumus ke penyalahgunaan wewenang. Tetapi sekali

lagi, dengan adanya UU Intelijen yang secara lebih jelas dan transparan

mengatur Intelijen, justru bahaya intu bisa diminimalkan.

Satu yang perlu dipastikan adalah bahwa hal ini jangan sampai

menciptakan situasi saling menyilang dengan otoritas keamanan lain,

khususnya Polisi. Dalam kasus terorisme dan kejahatan lintas negara,

kerjasama dengan intelijen Polisi tentunya sangat penting.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, November 26, 2005

Intel oh Intel 140


Sekali lagi soal UU Intelijen

Baru-baru ini bermunculan tuduhan dari kalangan akademisi dan aktivis

NGO bahwa keinginan BIN memiliki wewenang lebih luas akan merusak

prinsip intelijen. Polemik tersebut kembali mengemuka pasca pertemuan

BIN dengan Komisi I DPR di Senayan pada 24 November 2005.

Kekeliruan publik dalam memahami intelijen beserta prinsip-prinsipnya

sungguhnya memilukan hati patriot-patriot intelijen yang harus

menanggung segala tuduhan itu dengan lapang dada. Apa saja tuduhan

tersebut:

1. Bahwa intelijen sepenuhnya tertutup dan bersifat rahasia. Hal ini

tidaklah benar karena pada organisasi intelijen harus ada bagian-

bagian yang sepenuhnya tertutup, tertutup secara samar, setengah

terbuka dan sepenuhnya terbuka. Organisasi intelijen Indonesia

dalam sejarah, sejak berdirinya memang lebih dipengaruhi model Uni

Soviet dengan KGB dalam soal ketertutupan namun dipengaruhi oleh

CIA dalam soal cara operasional. Dengan semikian organisasi intelijen

Indonesia menjadi unik dengan segala kelebihan dan keurangannya.

Boleh dikata sangat tertutup, karena nyaris tidak pernah ada cerita

yang jelas kepada publik tentang intelijen Indonesia. Sementara

perangkat hukum dan penerapan prinsip-prinsip yang lebih diterima

di negara demokratis tidak terlalu berkembang, toh Indonesia

selama dibawah Orde Lama maupun Orde Baru tidaklah pernah

demokratis dari kacamata model birokrasi intelijen yang ada.

Intel oh Intel 141


Intelijen benar-benar menjadi alat kekuasaan yang amat sangat

efektif dengan segala wewenang yang berada di atas hukum (karena

memang tidak ada hukum yang mengaturnya). Sekarang ketika

desakan reformasi juga melanda dunia intelijen, penataan hukum

menjadi begitu kompleks karena sudut pandang yang terlalu kontras

muncul antara dunia intelijen dengan kalangan akademisi dan aktivis

NGO. Intelijen Indonesia yang pada masa lalu bisa melakukan

penangkapan, penahanan dll karena memang tidak ada hukum yang

mengatur, sekarang merasa lumpuh karena harus mengindahkan

aturan hukum terlebih dahulu. Itulah mengapa siapapun pimpinan

BIN (lihat misalnya sikap Bung Hendro maupun Bung Syamsir), dala

soal perluasan wewenang intelijen. Sebenarnya akan lebih tepat bila

dikatakan bukan perluasan wewenang melainkan legalisasi sampai

batasan tertentu dari "kebiasaan" operasi intelijen di masa lalu. Hal

ini semacam penyesuaian dengan peraturan yang jelas dan mantap

dalam mendukung kerja intelijen. Bahwa akan terjadi praperadilan

bila intelijen menangkap, saya kira hal itu akan sangat minimal karena

sasaran intelijen tidak akan pernah lagi kepada "musuh" penguasa

dari definisi politik, tetapi lebih mengarah pada sasaran yg sungguh-

sungguh membahayakan pertahanan dan keamanan nasional

Indonesia. Jadi tidak akan lagi terjadi penangkapan terhadap aktivis

dengan alasan kecil menyinggung perasaan presiden, seperti pada

masa lalu. Petugas intelijen yang ada disini pada umumnya berasal

dari unit-unit operasional TNI maupun Polisi, karena mereka punya

kemampuan yang lebih dibandingkan pada umumnya intelijen sipil

yang berspesialisasi di bidang yang sangat tertutup seperti covert

Intel oh Intel 142


agent maupun analis. Tidak akan pernah seorang agen BIN yang

tertutup itu berani melakukan penangkapan, tentu saja hal ini hanya

dilakukan oleh satuan tugas khusus yang melibatkan anggota Polisi

atau TNI, tetapi penangkapan itu dilakukan atas surat perintah dari

pimpinan BIN. Jadi ketakutan bahwa setiap anggota akan bisa

menangkap benar-benar konyol, karena saya yakin lebih dari 90%

anggota BIN tidak mau kehilangan masa depannya dengan terlibat

proses tangkap-menangkap atau tahan-menahan orang itu.

2. Intelijen tidak boleh menyentuh sasaran???? ini benar-benar

keblinger dengan idealisme intelijen model Badan Pengumpul

Informasi. Jelas intelijen itu jauh lebih besar dari sekedar

organisasi pengumpul organisasi. Intelijen hampir selalu menyentuh

sasaran, hal ini yang menjadikan otentikasi hasil penyelidikan

intelijen, karena bersentuhan dengan sasaran. Saya bisa bicara

sejauh ini karena saya sering bersentuhan dengan sasaran ketika

bekerja dahulu. Untuk mendapatkan informasi intelijen dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi tentu kita harus bisa memaksimalkan

kedekatan dengan sasaran. Lebih jauh, dalam buku panduan klasik

intelijen di seluruh dunia disebutkan bahwa beberapa level sentuhan

dengan sasaran sebagai berikut: (1) Bersentuhan tanpa disadari oleh

sasaran (2) Bersentuhan dengan pihak antara untuk mendapatkan

informasi yang dimiliki sasaran (3) Bersentuhan dengan disadari

sasaran yang biasanya berlanjut dengan rekrutmen informan..... dst

dst, sampai puncaknya bersentuhan dengan tujuan eliminasi sasaran.

Puncak inilah yang paling ditakuti oleh orang intelijen maupun non-

intelijen, karena hal ini juga berarti menyentuh hal yang paling azasi

Intel oh Intel 143


dari diri manusia. Bila BIN hanya ingin mengorek keterangan dari

sasaran melalui mekanisme penahanan sementara, maka sudah tidak

lagi menerapkan seluruh panduan klasik dari kitab intelijen. Ini sudah

sejalan dengan semangat demokrasi dan prinsip intelijen yang

termodifikasi oleh kompromi dengan kebebasan individu dan

penghormatan terhadap hak warga negara dan prinsip menjaga

keselamatan masyarakat yang lebih luas. Adapun mengenai aturan

hukum, itu semua dibuat agar mekanisme itu berjalan dalam koridor

yang terkendali dan terawasi. Jadi seharusnya hal ini diajukan

sebagai sebuah argumentasi dari orang-orang intelijen.

3. Intelijen tampak menakutkan dan dianggap sebagai yang tidak

memiliki sedikitpun peran dalam penegakan hukum atau singkatnya

non-yudisial. Mungkin kondisi inilah yang perlu diubah terlebih

dahulu. Seyogyanya intelijen itu juga pro-penegakan hukum dan

memiliki anggota-anggota yang berstatus PPNS seperti intelijen

yudisial model bea-cukai, imigrasi, kejaksaan, dan KLH. Masa

intelijen yang sejak lahirnya sudah dipersenjatai lengkap malahan

tidak bisa mengambil tindakan pencegahan, sementara organ seperti

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), bisa melakukan penyidikan pro-

justisia. Tentu saja anggota yang ada dalam unit yg akan berstatus

PPNS ini telah melalui saringan internal dan harus dipastikan secara

hukum hanya mereka yg berstatus PPNS itu yg berhak melakukan

operasi penahanan. Lagi pula dengan keberadaan sejumlah anggota

Polisi dan TNI dalam tubuh BIN, prosedur penahanan dan

penangkapan akan lebih terencana baik dengan menimbang segala

konsekuensinya. Intelijen tidak selayaknya ditakuti, apalagi oleh para

Intel oh Intel 144


aktivis yang menentangnya habis-habisan, karena intelijen tidak lagi

bisa ditekan oleh penguasa politik untuk mematikan gerakan aktivis

seperti pada masa Orde Baru. Satu-satunya hal yang bisa mendorong

intelijen menjadi lebih profesional adalah dengan perangkat hukum

yang komprehensif yang mengatur dunia intelijen secara terpadu,

kemudian mendefinisikan struktur dan operasi lembaga-lembaga yang

melakukan kegiatan intelijen. Tanpa UU Intelije, sama saja kita

membiarkan intelijen berjalan secara liar tanpa tuntunan dan kendali

dari hukum. Ingat, intelijen mengenal prinsip kejahatan sempurna

yang tidak pernah bisa diungkap penyidik manapun, tradisi ini tidak

akan pernah hilang dari dada patriot intelijen. Biarpun biro penyidik

sehebat FBI mengatakan there is no such a perfect crime,

sebenarnya terlalu banyak kasus yang masuk dalam kategori unsolved

mystery. Oleh karena itu, jangan biarkan intelijen Indonesia

terperosok dalam keadaaan yang serba gamang dan tanggung, salah-

salah penyelahgunaan wewenang justru banyak terjadi di kala UU

Intelijen itu memang diupayakan untuk tidak pernah ada, seperti

yang dikonsepkan oleh trio mantan Presiden Suharto, Bapak Yoga dan

Bapak Zulkifli. Tentunya para pembaca sudah mengerti arah

pembicaraan saya.....

4. Intelijen hanya mengolah data???? pengolahan data hanya sebuah

unit dari sebuah organisasi intelijen. Pengolahan data tersebut juga

bertingkat level-levelnya, dari olahan data kasar, pembuatan matrik,

pendekatan-pendekatan analisa, kemudian akan ada semacam

rekomendasi. Sementara yang melakukan operasi pencarian informasi

baik secara terbuka maupun tertutup adalah unit lain, jadi jangan

Intel oh Intel 145


dicampurdukan, ini namanya disinformasi kepada publik. Bila

kemudian BIN ingin memformalkan/melegalkan unit yang diberikan

wewenang penahanan, maka inipun hanya sebuah unit yang khusus

sifatnya dan bisa bergerak cepat, artinya akan ada pemilihan

terhadap agen-agen khusus dari kalangan sipil, anggota-anggota polisi

dan TNi yang mampu melakukan pekerjaan khusus itu dengan baik

dan sesuai prosedur hukum yang menjadi landasannya. Betapa

kecilnya intelijen Indonesia bila hanya sebagai badan pengumpul dan

pengolah informasi, kalo hanya itu berikan saja tugas intelijen itu

kepada Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di

Tanah Abang, toh itu dulu dibikin oleh orang-orang BAKIN dan

orang-orang yang dekat atau direstui mantan presiden Suharto.

Kurang lebih seperti CSIS itulah unit pengolah data dan analis di

lembaga intelijen dimanapun di dunia. Tetapi intelijen Indonesia

tentunya tidak boleh dikerdilkan sampai sejauh itu. Sayangnya ambisi

individual salah seorang penggagas CSIS yang juga orang penting

BAKIN telah memisahkan CSIS sebagai think thank yang kehilangan

hubungan erat dengan dunia intelijen, kecuali secara perorangan

saja.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, November 26, 2005

Intel oh Intel 146


Wewenang BIN, Koter TNI, Profesionalisme Polisi,
dan Yang Kurang Diperhatikan

Perdebatan soal wewenang BIN tampaknya akan menuju pada kompromi

jalan tengah dimana wewenang itu tidak permanent (periode waktu

tertentu) dan diatur pada kasus tertentu (bersifat khusus/particular

atau tidak berlaku umum). Kita tunggu saja bagaimana revisi RUU

Intelijen yang akan menjadi Undang-Undang (mudah-mudahan tidak

diperlambat lagi oleh ketidakmengertian dan prasangka). Mudah-mudahan

pula UU Intelijen nantinya mengatur secara keseluruhan dunia Intelijen

Indonesia, artinya semua unit intelijen bisa mengacu pada UU Intelijen,

disamping landasan hukum yang ada pada masing-masing induk

organisasinya.

Komando Teritorial TNI tampaknya tetap hidup dan akan tetap ada

dengan ruang lingkup pertahanan Negara dan tidak lagi ikut campur dalam

soal keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan dilengkapi klausul bisa

membantu Kepolisian RI dan Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam

menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat secara terbatas pada

bagian dimana Polisi kekurangan sumber daya di daerah tertentu. Hal ini

juga akan dibatasi oleh waktu dan sifatnya kasus per kasus. Konsekuensi

berupa dukungan anggaran yang besar dari pemerintah guna membangun

TNI yang kuat dan disegani Negara lain tentunya tidak bisa ditunda lagi.

Termasuk pembangunan industri strategis pertahanan sebagai bentuk

kemandirian dan diversifikasi sistem dan alat-alat pertahanan.

Profesionalisme prajurit TNI yang dibekali pemahaman tentang

Intel oh Intel 147


supremasi sipil (bukan dalam artian supremasi orang sipil tetapi dalam

artian watak pemerintahan sipil yang demokratis).

Profesionalisme Polisi sebagai penjaga ketertiban dan keamanan

masyarakat tentu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perbaikan dan reformasi

organisasi Polisi yang akan mencakup aspek-aspek keamanan dan

penegakkan hukum dalam masyarakat Indonesia menjadi vital dan perlu

dibekali oleh pemahaman yang komprehensif tentang konsep Negara

Hukum yang demokratis. Artinya proses pembersihan organisasi Polisi

dari perilaku menyimpang berupa penyalahgunaan wewenang, korupsi,

suap, dll seyogyanya segera dihilangkan. Meski Kepolisian Ri akan semakin

besar tentunya tidak berarti Indonesia akan mengarah pada Negara

Polisi. Misalnya dengan terbentuknya puluhan unit kerja Polisi yang

mencakup beragam bentuk penanganan kejahatan yang mengganggu

ketertiban dan keamanan masyarakat, diharapkan hal ini juga telah

dilengkapi dengan system pengawasan kinerja Polisi oleh semacam Komisi

dapat berjalan dengan baik.

Apa yang kurang diperhatikan dari komposisi system pertahanan,

keamanan dan penegakan hukum di Negara kita?

Ya, benar kita masih menantikan reformasi di bidang hukum. Dengan

memberanikan diri menunjukkan jari ke arah system peradilan yang sulit

dipercaya, kita bisa melihat reformasi yudisial masih terkatung-katung

dalam kompleksitas birokrasi yang begitu sulitnya dirubah oleh karena

lembaga-lembaga yang terkait begitu kuatnya memproteksi dirinya. Kasus

Intel oh Intel 148


demi kasus yang menimpa para oknum Kehakiman, Kejaksaan, Mahkamah

Agung, bahkan sampai ke lembaga penjara tentunya sangat

memprihatinkan, ini bukan lagi soal moral atau kurangnya gaji yang

mereka terima, tetapi lebih pada kurangnya penegakan disiplin internal

yang tidak ditopang oleh sanksi yang tegas dan berat.

Satu lagi kekurangan hampir menimpa semua organisasi, yaitu sifat

Hangat-hangat Tahi Ayam...., maaf bila terasa kurang sopan. Tapi itulah

kenyataan bahwa ketahanan dan keteguhan dalam menjalankan idealisme

seringkali ambruk karena faktor mental tersebut. Marilah kita tinggalkan

sifat negatif tersebut dan bersemangatlah dalam memotivasi diri pribadi

maupun memotivasi organisasi untuk mewujudkan cita-cita secara

berkesinambungan.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, November 29, 2005

Intel oh Intel 149


What a story on Indonesian Intelligence

New York-based Human Rights Watch (HRW) mengatakan bahwa draft

UU yg memberikan extra power kepada BIN secara efektif akan

merubah lembaga tersebut menjadi sebuah kekuatan polisionil yg bisa

mengarah pada penyalahgunaan wewenang secara sistematis.

Benarkah demikian?

Pertama-tama marilah kita lihat poin-poin yg menjadi sorotan HRW, sbb:

Human Rights Watch also expressed concern over other provisions of

the draft, including:

1. Violations of civil liberties. The draft gives broad and poorly

defined powers to conduct surveillance, monitor and seize

correspondence, and electronically monitor (bug) the

conversations of those strongly suspected (diduga kuat) of

involvement (terlibat) in a threat to the nation.

2. Power of summons. Article 18(b) grants intelligence operatives a

broad power to summon (memanggil) any person for questioning

about any issue related to a threat to the nation.

3. Warrantless searches and seizures. Article 19 empowers

intelligence operatives to enter and search any building, public

or private, including residences. Articles 31 and 32 empower

officials to conduct raids on individuals, bodies, clothes, things,

Intel oh Intel 150


houses or other structures and seize any objects or documents

strongly suspected of being tied to threatening activities.

4. Excessive powers for BIN. Through the amorphous entity called

the intelligence community, the bill in effect extends the BIN

Directors power into almost every branch of government, and

potentially even into civil society. This dangerously and

unnecessarily extends the vast powers and the near total lack

of accountability of BIN operatives to a potentially endless

array of official and unofficial actors. The inclusion of the

Attorney Generals office, the police, and the military in the

intelligence community threatens to undermine any mechanisms

for accountability that may exist in current law governing the

military and law enforcement.

Catatan atas Violations of civil liberties, adalah sangat menggelikan bila

UU intelijen yang ditujukan untuk kemanan negara dikait-kaitkan dengan

pelanggaran atas kebebasan masyarakat sipil. Sesungguhnya yg perlu

dipertegas adalah atas keputusan penentuan sasaran yg diduga kuat

terlibat. Mengenai metode operasi dimanapun intelijen akan memasuki

ruang pribadi "sasaran yg diduga kuat terlibat". Penyalahgunaan

wewenang oleh pimpinan intelijen atau atau oleh individu yg bekerja

dalam instansi BIN adalah terbuka untuk diinvestigasi baik secara

internal maupun oleh lembaga ekstra yg dibentuk pemerintah. Justru

karena ketiadaan UU itulah maka sampai sekarang siapapun yg

"menguasai" atau memiliki akses kekuasaan dalam tubuh BIN tidak akan

pernah bisa disentuh hukum. Seandainya ada aturan UU yang jelas tentu,

Intel oh Intel 151


unsur pimpinan BIN akan bisa mempertanggungjawabkan setiap operasi

intelijen di depan hukum.

Catatan atas Power of Summon (wewenang untuk memanggil), ini adalah

yg sangat lumrah dan biasa bila aparat keamanan negara seperti lembaga

intelijen melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak yg diperlukan

informasinya. Langkah preventif yg bisa mencegah terjadinya

pemanggilan secara semena-mena adalah justru dengan adanya aturan

main yg jelas dengan adanya surat pemanggilan, alasan pemanggilan, serta

tidak adanya cara-cara interogasi model lama yg biasa dilakukan polisi,

militer dan intelijen. Selain itu, pihak yg dipanggil, bila diperlakukan tidak

sebagaimana mestinya bisa menggugat balik kepada BIN. Dalam hal ini

unsur rasa keadilan menjadi landasan yg penting. BIN melakukan

penyelidikan, penyidikan demi terbongkarnya suatu kasus yg

membahayakan negara, saya yakin bila mekanisme kerja BIN dipercaya

rakyat, justru rakyat akan dengan senang hati melaporkan setiap ATHG

kepada BIN.

Catatan atas Warrantless searches and seizures, hal ini sangatlah

mengada-ada karena mana ada intelijen yg melakukan penggeledahan di

gedung atau lokasi tertentu seperti cara polisi. Apa yg dicari intelijen

adalah untuk membongkar keseluruhan pola ancaman kepada negara,

bangsa dan rakyat Indonesia dan tidak selalu pro-justisia. Sedangkan apa

yg dicari polisi berhenti pada upaya penemuan barang bukti (hard

evidence) yang bisa dibawa ke meja pengadilan, yg tentunya harus

memenuhi syarat prosedur perolehan barang bukti tersebut. Lagi pula

tidak akan ada operasi intelijen yang serta merta menggeledah dengan
Intel oh Intel 152
terbuka sebuah sasaran, baik berupa gedung, lokasi, barang, atau

properti tertentu.

Catatan atas Excessive powers for BIN melalui the intelligence

community, lagi-lagi ini menjadi sebuah bukti ketidaktahuan publik atas

apa yg namanya intelliegence community di Indonesia. Perlu saya

tegaskan bahwa sejak dulu BPI, LIN, BAKIN, dan sekarang BIN hampir-

hampir tidak pernah bisa mengendalikan intelligence community karena

intelijen institusi lain tidaklah tunduk dibawah BIN. Dengan pengecualian

saaat Intelijen dikomandoi oleh mantan presiden Suharto sampai dengan

kepemimpinan Yoga Soegama, maka pasca Yoga boleh dikatakan intelijen

sipil telah dikebiri oleh intelijen militer yang luar biasa berpengaruh

dengan otaknya LB Moerdhani. Boleh dikatakan apa yg dimaksud

excessive power BIN adalah individu-individu militer yg luar biasa

powerful dengan segala networks, strategi, taktik operasinya terasa

represif kepada rakyat Indonesia di masa Orde Baru.

Mudah-mudahan catatan kecil ini terbaca oleh pihak-pihak yg mengkritisi

maupun yang tidak mengkritisi RUU Intelijen. Akhir kata, saya juga

merasa perbaikan atas draft UU Intelijen tetap diperlukan guna

terciptanya intelijen yang handal dalam kerangka negara demokrasi

Indonesia.

Salam

Posted by Senopati Wirang /Saturday, November 05, 2005

Intel oh Intel 153


Yang sesungguhnya dalam tubuh intelijen Indonesia

Sebenarnya tidak ada yg istimewa dalam tubuh intelijen indonesia, baik

itu yg sipil maupun militer. Tidaklah terlalu jauh berbeda dengan

organisasi intelijen di manapun di dunia.

Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam memahami

dunia intelijen, khususnya untuk kasus Indonesia.

1. Upaya deteksi dini kalangan intelijen atas kasus teror di Indonesia

sebenarnya tidak perlu diragukan, tetapi apa dinyana kejadian demi

kejadian aksi teror terus berkelanjutan. Dimana yg salah dan ada apa

dengan kinerja intelijen, benarkah mereka telah menjadi lemah,

benarkah koordinasi intelijen akan menyelesaikan semuanya. Jawaban

saya sederhana sekali, tidak ada yg salah dengan kinerja intelijen,

juga tidak benar kalau mereka telah menjadi sedemikian lemahnya.

Apa yg telah terjadi adalah keengganan kalangan intelijen untuk

berkontribusi dalam menjaga ketertiban dan keamanan nasional

karena intelijen terus-menerus dijadikan "tempat sampah" dan

"dikorbankan" oleh sistem tata negara Indonesia yg diskriminatif

terhadap intelijen. Kalangan legislatif, eksekutif (kabinet) dan

yudikatif di Indonesia sudah sama-sama mahfum akan minimnya

anggaran intelijen, baik untuk intelijen militer maupun intelijen sipil.

Kehidupan sosial prajurit intelijen sejati di Indonesia boleh dikata

jauh dari makmur, mereka hidup hanya sedikit di atas upah minimum

regional. Dengan pengecualian para oknum anggota intelijen yang

pandai mencari kekayaan dengan penyalahgunaan informasi dan

Intel oh Intel 154


wewenang, mayoritas anggota intelijen hidup sangat sederhana,

kadang-kadang nyaris frustasi dalam tekanan kebutuhan ekonomi (hal

ini sama-sama dirasakan oleh mayoritas rakyat Indonesia). Meski

demikian, hal ini bukanlah alasan utama kurang terasanya kerja

intelijen. Yang lebih utama adalah dalam hal meyakinkan berbagai

pihak tentang perlunya reformasi intelijen sesuai dengan

nyawa/spirit intelijen universal. Pertama-tama, apa yg disebut

sebagai koordinasi adalah omong kosong para cendekiawan yang

merasa pintar dan anjuran para politisi yang selalu mencari dukungan

dari individu-individu intelijen. BAKIN dalam sejarahnya hanya dua

kali secara sukses mengkoordinir (mengkomandoi) unit intelijen lain,

yaitu kasus SUSDARYANTO JOHANNES BATISTA, Pembajakan

WOYLA serta mungkin operasi KOMANDO JIHAD. Mengapa BAKIN

bisa mengkomandoi unit intelijen di luar BAKIN tidak terlepas dari

kepemimpinan di BAKIN yang waktu itu boleh dikata luar biasa

powerful.

2. Orang-orang intelijen angkatan 70 dan awal 80-an yang sekarang

banyak duduk di pucuk pimpinan intelijen Indonesia adalah orang-

orang terlatih yang paham betul peta ATHG bagi keamanan negara

Indonesia. Meskipun intelijen juga manusia biasa, saya sangat ragu

bila deteksi dini yang mereka lakukan tidak kena sasaran. Yang

mungkin terjadi adalah pada satu sisi, kekecewaan yang sangat

mendalam dari sebagian besar kalangan intelijen yang diremehkan

oleh berbagai kalangan. Sedangkan di sisi lain, ada pemanfaatan rasa

frustasi tersebut oleh orang-orang yang paham peta intelijen

indonesia untuk menciptakan suasana "kurang aman" atau untuk

Intel oh Intel 155


menciptakan prestasi individual pimpinan tertentu. Persaingan antara

pimpinan unit-unit intelijen di level menengah jelas sangat tidak

sehat bagi kinerja organisasi. Tetapi itulah hal yang lumrah dan

normal dalam dunia intelijen yang nyaris tidak mengenal teman dan

dalam situasi tidak saling mempercayai. Singkatnya, gembar-gembor

intelligence community yang seolah-olah sangat berpengaruh dan

memiliki nilai penting dalam memahami kekuatan inti intelijen

indonesia adalah jauh dari kebenarann. Tidak pernah benar-benar

ada koordinasi antar unit-unit intelijen, bahkan secara individualpun

terjadi saling tertutup dalam penanganan kasus intelijen. Hal ini

sangat lumrah karena prinsip kompartementasi dan penerapan

operasi sel hitam masing-masing. Dengan demikian, ide-ide cemerlang

yang didasarkan pada pola kerjasama atau koordinasi antar unit

intelijen adalah buang-buang waktu, karena secara alamiah intelijen

akan mengalir kembali dalam pola individualistik, masing-masing. Bila-

pun terjadi koordinasi hal ini hanya pada bagian terluar saja, tidak

akan pernah menyentuh intisari kerja intelijen itu sendiri, hal ini

sangatlah prinsip.

3. Kembali pada penilaian mengapa intelijen (militer dan sipil) seperti

hanya menantikan meledaknya ancaman demi ancaman adalah lebih

dikarenakan arogansi Kepolisian yang seolah-olah menjadi agen

tunggal penjaga keamanan negara dan disahkan oleh undang-undang.

Arogansi yang akan menyeret Indonesia ke dalam kesinambungan aksi

teror demi aksi teror. Meskipun kepolisian akan terus memperkuat

dan membenahi unit intelijennya dengan bantuan FBI, Interpol,

Kepolisian Australia, Jerman, dst-dst dengan limpahan bantuan

Intel oh Intel 156


teknis, dana, serta pelatihan. Hal itu tidak akan pernah bisa

menyamai sifat kerja alamiah intelijen militer maupun intelijen sipil

non kepolisian (baca BIN beserta unit operasi dibawahnya). Intelijen

yang sesungguhnya tidak pernah mengharap popularitas bila

berprestasi dan siap mendapat caki-maki bila gagal, dengan

puncaknya mengorbankan diri demi negara, bangsa dan organisasi.

Sangatlah berbeda dengan model operasi polisi (setertutup apapun)

selalu mengharap liputan media dan berakhir dengan pujian dan

kenaikan pangkat bila berprestasi. Yang lebih penting lagi adalah

prinsip pro-justisia dengan tujuan pembuktian dengan barang bukti

dan legalitas operasi dengan adanya surat dari Mabes Polri.

Sementara intelijen akan sangat minimal dalam soal prinsip yang

dianut polisi. Tujuan intelijen-pun boleh dikata sangat berbeda

karena tidak melulu taktis jangka pendek dengan tema pengungkapan

kasus, melainkan lebih pada menjaga kesinambungan strategi

keamanan nasional jangka panjang.

Mudah-mudahan asumsi saya dalam menilai intelijen indonesia tidaklah

tepat, karena hal ini sangatlah kritis dan harus segera diatasi bila benar

adanya.

Posted by Senopati Wirang /Monday, November 07, 2005

Intel oh Intel 157


CIA di mana-mana, Fakta atau Imajinasi?

Dalam sejumlah operasi penangkapan terhadap kelompok yang diduga

sebagai teroris sering terdengar adanya keterlibatan CIA. Dalam polemik

penangkapan Al Farouq di Bogor misalnya, ada dugaan-dugaan

keterlibatan CIA, bahkan diduga Al Farouq yang konon "kabur"

sebenarnya orangnya CIA. Dalam penangkapan/penculikan Hassan

Mustapha Osama Nasr alias Abu Omar di Italia, lagi-lagi CIA disebut-

sebut ikut aktif dalam aksi tersebut. Lucunya Washington Post

menyebutkan pemerintah Italia merestui kegiatan CIA tersebut.

Inilah yang disebut dunia propaganda yang terus-terusan mencitrakan

CIA sebagai organisasi intelijen yang mampu menjangkau seluruh dunia,

mengawasi dan bahkan bisa membekuk siapapun yang bersikap anti

Amerika. Bila kita bandingkan berita Washington Post, cerita

penangkapan Al Farouq dengan film the spy game, kita akan sedikit

melihat adanya benang merah propaganda unilateralisme Amerika sebagai

adidaya tunggal di dunia. Dalam spy game yang dibintangi Brad Pitt

tersebut kita bisa lihat China sebagai salah satu sasaran operasi CIA,

dan tentunya dalam film tersebut CIA "mampu" mengatasi krisis atas

terbongkarnya sebuah kegiatan mata-mata.

Propaganda antara kenyataan/fakta dan ilustrasi/imajinasi terus-terusan

dihembuskan dalam rangka menjaga hegemoni Amerika. Sangat sulit

untuk membantah propaganda yang dikeluarkan oleh Washington Post

karena percampuran antara fakta dan rekayasa berita begitu halusnya.

Intel oh Intel 158


Sejumlah tokoh Indonesia pernah berurusan dengan Washington Post

dalam soal pemberitaan yang mencitrakan sifat negatif tertentu.

Menurut informasi dari seorang rekan wartawan di Washington Post

beberapa tahun silam. Pimpinan intelijen negara masa Megawati, Bung

Hendropriyono hampir saja diberitakan sebagai tokoh di belakang

gerakan radikal Islam alumni Afghanistan, khususnya yang terkait dengan

Lasykar Jihad. Tetapi dalam konfirmasi dengan Bung Hendro,

Washington Post malahan ditantang untuk melansir berita tersebut dan

Bung Hendro menanti dengan santai....kenapa, karena itu bukan fakta

melainkan imajinasi intelijen dan Bung Hendro bisa melipatgandakan

kekayaannya dengan melakukan tuntutan balik dengan tuduhan

pencemaran nama baik atau fitnah. Akhirnya Washington Post

membatalkan berita "imajinasi" tersebut.

Asik bukan mendengar cerita-cerita propaganda dan seluk beluknya.

Untuk konfirmasi saya tidak bisa menyebutkan nara sumber di

Washington Post. Tetapi bagi yang ada di Indonesia, silahkan tanyakan

kepada Pak Hendropriyono, apakah saya berbohong atau tidak.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 08, 2005

Intel oh Intel 159


FREEDOM OF INFORMATION ACT

Pendapat pro-kontra yang diceritakan seorang sumber kepada saya atas

isi RUU Kebebasan Informasi yang ada di Indonesia, membuat saya

merasa perlu meyampaikan bahwa di era Indonesia yang demokratis, UU

Kebebasan Informasi itu tetap penting. Hanya saja perlu diperhatikan

sisi-sisi yang bersinggungan dengan aspek keamanan dan pertahanan

nasional. Hal ini saya yakin sudah dimaklumi oleh pihak-pihak yang terkait

dalam menyusun dasar hukum yang proporsional untuk bidang-bidang yang

saling bersinggungan. Penyusunan UU di atas idealisme ekstrim tentunya

kurang baik, lagipula orang Indonesia sudah biasa menempuh jalan tengah

dengan musyawarah dan mufakat.

Untuk rekan-rekan yang ingin mempelajari dan sedang membahas RUU

Kebebasan Informasi bisa membandingkan pembahasan yang ada di

Indonesia dengan Freedom of Information Act and Privacy Act handbook

melalui link dibawah ini.

FREEDOM OF INFORMATION ACT & PRIVACY ACT

HANDBOOK

MAY 2002

Posted by Senopati Wirang /Saturday, December 17, 2005

Intel oh Intel 160


Indonesia target Amerika Serikat dan 60 ribu intel
asing?

Kemarin saya menerima forward cerita tentang bagaimana Amerika

Serikat mengobok-obok Indonesia, bagaimana sejumlah negara asing

mengincar pulau-pulau di nusantara, dan juga tentang keberadaan 60 ribu

intel asing di Indonesia. Hanya satu pertanyaan singkat yang disampaikan

yaitu benarkah berita/analisa tersebut?

Cukup lama saya merenung dan membuka-buka lembaran informasi yang

saya kumpulkan. Sulit memang meraba-raba nilai kebenaran informasi dan

akurasi analisa. Misalnya begini, sumber utama yang senantiasa

mengobarkan sentimen bahwa AS sedang menabuh genderang neo-

kolonialisme modern di media massa adalah Saudara DR. AC Manullang.

Dengan argumentasi pola propaganda white, grey and black yang

menimbulkan ketidakjelasan tersebut saudara Manullang menambah

ketidakjelasan yang dia sendiri mungkin mulai bingung memilah-milahnya.

Percampuran fakta, analisa, opini, dan imajinasi sangat kuat dalam hampir

setiap pandangan saudara Manullang. Adalah sangat disayangkan karena

pendapat-pendapat saudara Manullang tersebut selalu demikian, andai

saja saudara Manullang lebih berani melakukan klasifikasi dan

memisahkan fakta dengan imajinasi/rekayasa analisa, saya tentunya akan

sangat menghormati pendapatnya. Karena cerita yang sempat ramai pada

sekitar bulan Maret 2005 tersebut tetap berada dalam ruang lingkup

yang kontroversial, tidak ada salahnya bila saya meluangkan waktu untuk

melakukan klasifikasi isu-isu yang berputar di sekitar dunia politik

Intel oh Intel 161


internasional Indonesia, sbb: (Saya akan awali dengan imajinasi dan

diakhiri dengan fakta-fakta).

1. 60 ribu intel asing beroperasi di Indonesia. Data ini merupakan

imajinasi yang boleh dinilai tidak ada dasarnya sama sekali.

Jumlah negara di dunia ada sekitar 240-an itupun dengan

berbagai status, mulai dari member states of UN, Un

recognized, non-UN recognized, unrecognized defacto

independent, sovereign but not defacto independent, dependent

territories, recognized by international treaty, UN

Protectorate, dan mungkin masih ada status lainnya. Jumlah

terbesar yang benar-benar sovereign dan aktif dalam politik

internasional mungkin dibawah 200. Jadi, anggap saja seluruh

200 negara tersebut memiliki kepentingan di Indonesia, bila

dibagi rata maka 60 ribu/200 = 300 intel dari setiap negara.

Pembagian ini tentunya tidak masuk akal, baik.... untuk negara

sedang/menengah mungkin secara maksimal hanya mengaktifkan

sekitar 5 s/d 30 agen, sedangkan untuk negara kecil dibawah 5

orang untuk setiap negara, bahkan ada negara yang tidak mampu

mengirimkan agennya ke luar negeri karena terlalu mahal.

Apakah berarti negara besar seperti AS mengoperasikan ribuan

agen di Indonesia? bila ini yang anda percayai silahkan

saja.....Untuk kasus Indonesia sangat mudah untuk melakukan

penelitian misalnya ke Dirjen Imigrasi untuk mengetahui berapa

banyak orang asing yang berkunjung atau menetap di Indonesia

dan apa tujuan keberadaan mereka di Indonesia, lalu kita lihat

Intel oh Intel 162


jumlah 60 ribu intel asing itu mencapai berapa persen dari

keberadaan orang asing di Indonesia. Bandingkan dengan analisa

tentang Intel People Republic of China (PRC) yang dikenal

sebagai negara yang paling banyak menyebar intel ke luar negeri.

Menurut perkiraan FBI, PRC telah mengaktifkan sistem operasi

intelijen massal dengan pola pengumpulan serpihan informasi.

PRC tidak mengirim agen ke luar negeri, melainkan melakukan

rekrutmen ke kalangan Chinese Overseas. Inipun jumlahnya baru

mencapai ribuan untuk beroperasi di negara seperti Amerika

Serikat. Lalu kepentingan apa ada 60 ribu intel di Indonesia?

akan lebih masuk akal bila dikatakan intel asing melakukan

proses rekrutmen ke kalangan tertentu yang potensial dari

masyarakat Indonesia.

2. Grand Strategy Amerika Serikat terhadap Indonesia. Benar

bahwa ada grand strategy Amerika terhadap Indonesia. Tetapi

yang penting adalah apa isi grand strategy tersebut? apa benar

karena Indonesia mayoritas Islam lantas ada sentimen untuk

terus-terusan menekan Indonesia dengan dasar analisa koalisi

Yahudi-Kristen plus agenda kapitalisme internasional.

Kapitalisme internasional bisa berjalan bersama-sama konsep

liberal tanpa adanya dukungan gerakan Yahudi maupun Kristen,

hal ini cuma memperdalam permusuhan lama yang dibawa oleh

sejarah. Apa yang mendasari grand strategy Amerika tentunya

kepentingan nasional yang diperluas dalam politik luar negeri.

Penguasaan SLOC (garis navigasi laut) di wilayah Indonesia,

jaminan penguasaan sumber-sumber alam penting berupa gas,

Intel oh Intel 163


minyak dan emas, serta berkiblatnya Indonesia ke Amerika

adalah agenda terpenting yang mendasari politik luar negeri

Amerika Serikat terhadap Indonesia. Peranan intelijen dalam

kaitan tersebut sangatlah penting, khususnya dalam analisa

perkiraan keadaan nasional Indonesia, serta yang lebih vital lagi

dalam memproyeksikan masa depan Indonesia. Tidak diperlukan

ribuan agen untuk mendorong apa yang sudah terjadi dan akan

terjadi di Indonesia, tetapi hanya pengungkit kecil yang mampu

menggulingkan keseluruhan gulungan sejarah Indonesia.

3. Kasus radikalisme Islam. Saya hanya ingin memastikan kepada

segenap pembaca bahwa kasus radikalisme Islam adalah salah

satu bentuk pengungkit persoalan yang saya maksud dalam poin

2. Peranannya sangat vital dalam hal untuk mengembalikan

kemesraan hubungan Indonesia-AS, tidak ada yang kehilangan

muka dalam pecairan program IMET, tidak ada yang menelan

ludah dalam pencabutan embargo militer AS. Ke depan

diharapkan hubungan Indonesia-AS semakin erat sebagai

partner strategis menghadapi kebangkitan China yang akan

segera menjadi negara superpower. Tetapi Indonesia lagi-lagi

mengulangi sejarah Orde Lama maupun Orde Baru dengan

memainkan kartu diversifikasi hubungan luar negeri dengan

alasan independensi dan harga diri serta kekhawatiran

tergantung pada satu negara superpower. Inilah sebabnya isu

gerakan radikal Islam (yang sebenarnya masalah kecil yang akan

segera habis popularitasnya) masih saja ada.

Intel oh Intel 164


4. Fakta bahwa hampir seluruh kebijakan luar negeri AS bisa

direferensikan ke hasil studi dari the Brooking Institute,

RAND, serta sejumlah lembaga penelitian yang ada di

universitas terkenal di Amerika menunjukkan bahwa isu

terpenting adalah dalam soal penguasaan power, militer, politik,

ekonomi. Baik kaum neocon, liberal, maupun realist Amerika

Serikat sedang memperhitungkan sebuah kalkulasi jangka

panjang yang menjamin dominasi AS di dunia internasional.

Motivasi power tersebut begitu kuatnya, sedangkan motivasi

sentimen keagamaan hanya mengikuti dibelakang, inipun karena

masyarakat Amerika ternyata termasuk menganggap penting

soal agama bila dibandingkan dengan masyarakat Eropa.

5. Akan lebih tepat bila dikatakan bahwa Amerika Serikat sangat

mendambakan sikap Indonesia yang pro-AS. Lihat misalnya

Malaysia, meskipun Mahattir pernah dianggap sebagai tokoh

yang "berani" dari Asia Tenggara, sebenarnya tidak ada artinya

sama sekali bila dibandingkan dengan kejujuran politik luar

negeri Indonesia dibawah Sukarno yang sungguh-sungguh anti

kolonialisme, anti hegemoni dan non blok. Sikap Indonesia yang

jauh lebih jujur dalam soal nilai-nilai kemanusiaan internasional

inilah yang ditakutkan muncul kembali pasca 1998 yang berarti

kedaulatan kembali ke tangan rakyat dari pemilu langsung.

Rakyat Indonesia juga terkenal di dunia dengan konsep amook

(amuk massa) yang selalu berpihak kepada pihak yang tertindas.

Meskipun rakyat Indonesia mudah dihasut kesana kemari, ketika

kemajuan pembanggunan dan tingkat pendidikan semakin tinggi,

Intel oh Intel 165


potensi kepemimpinan regional Indonesia tidak akan pernah

hilang.

6. Soal pulau-pulau Indonesia yang dincar asing memang benar

adanya, hal ini terinspirasi dari kelengahan dan ketidakmampuan

Indonesia menjaga dan mengelola pulau-pulautersebut secara

efektif. Untuk yang ini berhati-hatilah serta perkuatlah

Angkatan Laut Republik Indonesia.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 15, 2005

Intel oh Intel 166


Kemandirian Sistem Pertahanan dan Keamanan

Pasca pencabutan embargo perlengkapan dan suku cadang militer dari

Amerika baru-baru ini, pemerintah Indonesia tampaknya segera

merespon dengan dengan sejumlah rencana belanja untuk memulihkan

kekuatan militer kita. Meski Panglima TNI menyatakan akan tetap

melanjutkan diversifikasi sumber alat utama sistem pertahanan

(alusista), tak urung kita tetap akan menatap masa depan ketergantungan

dengan negara asing, Amerika, Russia, Australia, China? negara manapun

yang menjadi sumber, kita sebagai pembeli akan tetap tergantung dengan

sikap penjual.

Kurang maksimalnya strategi pertahanan dalam politik luar negeri

Indonesia telah menyebabkan rendahnya kepemilikan teknologi peralatan

militer kita. Maksud saya, kita kurang memaksimalkan situasi perang

dingin untuk kepentingan nasional dan lebih banyak bermain-main dalam

"arogansi" kepemimpinan politik diplomasi di region ASEAN ketimbang

merealisasi pembangunan militer yang disegani di kawasan. Bertahun-

tahun saya mendambakan adanya "proyek rahasia" pembangunan teknologi

militer yang mandiri hasil karya bangsa sendiri. Namun yang saya

temukan cuma industri strategis yang dikelola secara kurang profesional

dan bahkan cenderung menggerogoti anggaran negara. Lebih menyedihkan

lagi bila kita melihat bahwa komitmen pemerintah dalam strategi

pembangunan industri militer sangat minimal. Saya perkirakan bila kondisi

pasca Orde Baru ini terus berlanjut tanpa komitmen yang jelas dalam

peningkatan kapabilitas militer kita, maka Indonesia akan semakin

diremehkan dalam forum regional apalagi internasional.


Intel oh Intel 167
Benar, militer tidak seharusnya terlalu dominan dalam sistem

pemerintahan sipil yang demokratis. Tetapi hal ini tidak berarti

peningkatan kapabilitas militer diabaikan dan bahkan strategi

pembangunan militer menjadi tidak jelas. Kemudian persoalan HAM juga

penting, tetapi hal ini tidak untuk mengkerdilkan militer atau

memarjinalkan peranan militer dalam pembangunan bangsa.

Seorang aktivis yang tampaknya anti militer pernah mengungkapkan

bahwa militer adalah preman yang dibayar oleh rakyat melalui pajak, dan

militer secara resmi dipersenjatai. Lalu bagaimana mungkin kita sebagai

rakyat tidak "benci" dengan tindak tanduk militer yang melukai rakyat.

Saya hanya tersenyum, dan berpikir sejenak. Barangkali tuduhan

tersebut ada benarnya namun tidak sedikit kekeliruannya. Mengapa

terjadi generalisasi bahwa militer melukai rakyat. Ada kepentingan apa

dibalik pencitraan negatif militer Indonesia tersebut.

Pendapat yang lebih obyektif bisa kita lihat pada hampir semua pengamat

asing yang diawali oleh Kahin (George McTurnan Kahin dari Cornell

University) dan Cliford Geertz, kemudian Ben Anderson (AS), Daniel S

Lev (AS), Herbert Feith (Australia), Harold Crouch (Australia), kemudian

William Liddle (AS), lalu belakangan Douglas E Ramage Adam Schwarz,

Damiens Kingsbury, dst...dst. Masih banyak lagi pengamat asing lain yang

pada umumnya memiliki cara pandang yang perlu kita perhatikan sebagai

bangsa dan negara yang sedang diamati/diteliti. Jangan cuma

Intel oh Intel 168


mengeluarkan kritikan pedas tanpa ada dasar penelitian yang mendalam

serta disertai oleh argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Analisa tanggung yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ditujukan untuk

menjustifikasi kesimpulan negatif yang merugikan sebagian atau

keseluruhan komponen bangsa Indonesia sudah selayaknya dipertanyakan

dan diperdebatkan, bila terbukti salah alamat maka wajib ditolak.

Sayangnya jarang ilmuwan atau akademisi Indonesia yang berkomitmen

untuk itu. Lakukanlah analisa dan penelitian serta bila mungkin

berteorilah dalam semangat memajukan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam bidang militer misalnya karya Crouch, "The Army and Politics in

Indonesia" tentunya perlu menjadi rujukan untuk mempelajari kelemahan

dan kekuatan yang sudah dibangun dalam sejarah militer dan politik

nasional Indonesia. Bagaimana ke depan, tentunya kita tidak ingin terus-

terusan hanya menjadi obyek penelitian karena begitu banyaknya

"keanehan" atau masalah sehingga menarik untuk diteliti oleh orang asing.

Sudah waktunya kita secara mandiri menciptakan atau melakukan proses

kreatif sebagai bangsa merancang masa depan yang lebih cerah.

Kembali pada soal kemandirian sistem pertahanan dan keamanan, adalah

sangat perlu untuk mengkritalisasikan blue print industri militer nasional

Indonesia menjadi bagian dari strategi pembangunan militer jangka

panjang. Secara ekonomis, harus diakui dalam 5-10 tahun ke depan, kita

sulit untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada negara asing dalam

hal peningkatan sistem persenjataan nasional kita. Namun setidaknya

Intel oh Intel 169


diperlukan keyakinan dan komitmen perencanaan mulai dari tahun ke

sebelas untuk segera merealisasi kemandirian dalam industri pertahanan.

Dalam jangka menengah 5 tahunan industri small arms kita seharusnya

bisa ditingkatkan secara bertahap. Bayangkan saja, saya sangat sedih

ketika melihat begitu banyaknya butiran peluru produksi PT. Pindad yang

"ket/cat" alias macet. Lalu bagaimana juga dengan industri dinamit PT.

Dahana yang memproduksi dinamit yang kadang meledak kadang

melempem. Mungkin di tahun 2000an ini sudah membaik, tapi sejujurnya

saya ragu karena hantaman krisis ekonomi tentu juga akan berpengaruh.

Saya membayangkan parjurit TNI tidak lagi perlu mengandalkan M16 dan

kita ganti dengan senjata semi otomatis bernama pasopati. Saya juga

memimpikan bahwa senjata serbu Uzi yang pernah saya pakai dulu

dibuang saja dan diganti dengan senjata serbu kunta, dst...dst. Meskipun

saya yakin kemampuan industri small arms Indonesia sudah mulai mantap,

tetapi bila dilakukan perbandingan dengan perkembangan industri senjata

sejenis di luar negeri, sulit rasanya saya meyakini bahwa produk kita

telah 100% berkualitas sama. Inilah sebabnya diperlukan adanya angka

perbandingan kenaikan anggaran militer sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi. Komitmen untuk mematok perbandingan rasional antara

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan anggaran militer adalah wajib.

Tetapi yang lebih wajib lagi ada ketepatan analisa dalam pilihan prioritas

sektor mana yang akan dikembangkan terlebih dahulu.

Ini saya tulis karena agak kesal dengan sikap sejumlah kalangan yang

Intel oh Intel 170


kurang mengerti pentingnya militer bagi sebuah negara. Ini saya tulis

juga karena berharap peningkatan kapabilitas militer adalah berada

dalam jalur profesionalisme dan dalam kerangka sistem pemerintahan

yang demokratis. Artinya, apapun pandangan saya perlu didebat oleh

publik terlebih dahulu.

Mudah-mudahan saudara/saudari yang mengirim e-mail soal hankam

kepada saya bisa melihat sikap saya secara obyektif.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, December 09, 2005

Intel oh Intel 171


Memperkuat Intelijen BNN dan Intelijen Pajak

Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat Jenderal Pajak adalah

dua institusi yang perlu memiliki intelijen aktif yang kuat serta

berkesinambungan dalam melakukan operasi di bidang masing-masing.

Bahaya narkotika tidak kalah penting dibandingkan dengan bahaya

terorisme. Sementara potensi kerugian negara dari penggelapan pajak

tidak kalah kecil dibandingkan dengan kasus korupsi.

Meski saya yakin baik BNN maupun Dirjen Pajak sudah melangkah maju

dalam membangun struktur unit intelijen di dalam organisasinya, namun

perlu kiranya didukung lebih jauh proses penguatan unit intelijen di dalam

kedua institusi tersebut.

Lebih jauh BNN yang meskipun bertanggungjawab kepada Presiden

adalah dikepalai oleh Kapolri, adalah lebih mudah dalam menciptakan unit

operasi yang handal dengan dukungan personel polisi. Barangkali yang

perlu diperkuat adalah citra operasi khusus BNN yang bersih dari

penyalahgunaan wewenang. Karena polisi secara umum masih menyimpan

citra negatif karena kelakuan sejumlah oknum personel yang melanggar

hukum di wilayah tugasnya.

Intel oh Intel 172


Lalu bagaimana dengan Dirjen Pajak? perlu digagas wewenang unit

intelijen pajak dalam turut serta menegakkan hukum sebagai langkah

antara untuk dilanjutkan oleh Kepolisian.

Proses penguatan unit intelijen di kedua institusi di atas adalah sangat

vital bagi peningkatan performance organisasi. Hal ini lebih lanjut juga

diikuti oleh profesionalisme dan pengawasan serta sistem internal

security guna mencegah timbulnya penyalahgunaan wewenang.

sekian.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, December 17, 2005

Intel oh Intel 173


Penjelasan Logis dari pernyataan Ka B.I.N.

Sebelumnya blog I-I menyatakan no comment untuk B.I.N. yang

overexposed, mengapa? karena berarti saya mengkomentari sebuah

polemik komentar yang tercipta oleh kejelian media massa membidik

sebuah issue. Contohnya MIOL yang mengangkat editorial berjudul BIN

yang "overexposed".

Akan lebih obyektif bila saya langsung saja mencoba mencari logika dari

komentar yang terlontar dari pimpinan B.I.N.

1. Soal pernyataan tentang penyusupan intelijen ke pesantren-

pesantren untuk mendeteksi gerakan teroris. Mengapa sebuah

penyusupan diumumkan ke publik, apalagi dengan pihak Kepolisian

juga sedang berkembang polemik soal sidik jari para santri.

Aneh bukan? apakah ini hanya banyak cakap yang tidak berarti?

Sungguh saya melihatnya tidak demikian, saya segera melihat

bahwa sedang berlangsung operasi penyelidikan yang justru

tidak menargetkan pesantren, sayangnya pelemparan polemik itu

terlalu tajam bagi telinga umat Islam, sehingga tampak

kontraproduktif dan menuai badai kritik yang bertubi-tubi.

Tetapi tidak masalah, yang terpenting pekerjaan nyata intelijen

mengejar tersangka kelompok teroris berkedok Islam terus

berlanjut.

2. Soal pengalihan strategi kelompok teroris dari aksi teror bom ke

penculikan termasuk dengan target presiden dan keluarga dan

sejumlah pejabat. Dari berbagai opini yang berkembang di


Intel oh Intel 174
masyarakat, saya nilai 50% percaya dan 50% tidak percaya.

Kelompok yang percaya pada umumnya berada dalam lingkaran

yang bersimpati kepada presiden sementara yang tidak percaya

tentu saja dari kelompok oposisinya (kritis dan tidak terlalu

simpati kepada presiden). Seperti pernah saya tulis sebelumnya

Bom menyambut tahun baru 2006, informasi ini tidak boleh

diremehkan. Perkara kemudian dipermanis dengan sejumlah

pernyataan yang didramatisir, itu lain soal. Sayangnya memang

hal ini terlalu tergesa-gesa dan tampaknya belum melalui analisa

yang lebih mendetail. Hal ini tentu saja mengundang pancingan

untuk pihak-pihak yang tidak simpati kepada presiden untuk

berkomentar bahwa itu semua sebagai sebuah upaya mengangkat

popularitas SBY atau upaya politis yang hampa unsur sekuritinya.

Apalagi seperti saya pastikan dalam artikel Bom, taktik teror

bom belum berakhir dan taktik lainnya masih sebatas wacana.

3. Soal para teroris bergerak dari dan ke luar Jawa dalam mencari

sasaran tidaklah terlalu istimewa. Hampir boleh dikata

pernyataan ini sangat umum dan cenderung mencerminkan

ketidakpastian dimana lokasi teror akan terjadi.

4. Soal mengusut motif Eggy Sudjana melapor ke KPK tentang

rumor pemberian mobil Jaguar kepada orang-orang ring satu

Presiden oleh pengusaha Harry Tanoesoedibyo. Saya yakin ini

refleksi pribadi dari pimpinan yang lepas dari kinerja profesional

dan analisa institusi intelijen. Hal inilah yang paling disedihkan

kalangan profesi intelijen yang seumur hidup bekerja tetapi

harus nrimo disamaratakan dengan sikap pimpinan yang seumur

Intel oh Intel 175


jagung (masa jabatan sesuai kehendak presiden). Tetapi inilah

satu-satunya penjelasan logis dari sikap seseorang yang begitu

dekatnya dengan presiden dalam melakukan "pembelaan".

Apakah dari komentar-komentar tersebut BIN overexposed? antara iya

dan tidak. Justru media massa termasuk blog I-I ini yang bisa

mencitrakan BIN overexposed. Sementara itu, saya pribadi tidak

meremehkan langkah-langkah pimpinan BIN yang sekarang, Syamsir

Siregar, karena di dunia intelijen cukup diakui kepiawaiannya. Lebih jauh,

saya justru melihat ada "sesuatu" yang positif antara media yang

mengangkat isu BIN dengan BIN, sesuatu yang tidak akan saya bahas.

Publik bisa mencaki-maki intelijen vis a vis BIN, publik berhak

mengkritisi BIN dari apa yang kelihatan, publik juga bebas menilai dari

berbagai sudut tentang kinerja intelijen yang seringkali hanya diukur dari

kegagalan deteksi dini. Apakah apa yang kita lihat dan dengar dari

permukaan muka BIN melalui jajaran pimpinannya bisa mencerminkan

isinya? Saya kira sebagian besar insan intelijen hanya tersenyum sambil

menikmati kopi hangat di tengah malam dalam rangka menjaga mata yang

semakin mengantuk, sebagian lagi mengurut dada melihat citra semu yang

tercipta dari dugaan-dugaan publik, sebagian lagi (yang sedang menaruh

resiko nyawa karena tugas penyusupan) bahkan tidak tahu bahwa

kantornya sedang diekspos oleh penilaian-penilaian media massa dan

publik.

Mudah-mudahan rekan-rekan insan intelijen membaca dan tidak ambil

pusing dengan polemik yang sedang terjadi. Pekerjaan di depan mata tak
Intel oh Intel 176
pernah ada habisnya, tak akan ada pujian untuk keberhasilan dan caki-

maki menanti untuk kegagalan berikutnya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, January 06, 2006

Intel oh Intel 177


Do not fall in love with your agent !!!
Melanjutkan refleksi nasehat untuk para agen muda, berikut ini saya

sampaikan satu pesan sakral turun temurun yang hampir selalu menjadi

salah satu batu ujian terberat seorang agen rahasia, yaitu bertahanlah

dari godaan untuk jatuh cinta di tengah-tengah tugas.

Terlepas apakah anda masih bujangan ataukah sudah berkeluarga,

sangatlah berbahaya bila anda yang baru memulai karir di dunia intelijen

tidak mampu mengendalikan gelora asmara yang mudah terpercik di hati

manusia yang "terpaksa" sering berkelana seorang diri.

Kesepian dan kebutuhan akan komunikasi dengan seseorang yang

memahami pekerjaan agen rahasia merupakan dasar dari semua gejala

bangkitnya keahlian seorang agen rahasia memikat calon partner yang

diincarnya. Pada gilirannya hal ini akan menjerumuskan pada perilaku

playboy ala James Bond, atau yang paling kampungan adalah kawin lagi

atau selingkuh tanpa sepengetahuan Istri/Suami, atau untuk yang

bujangan adalah munculnya kebiasaan buruk gonta-ganti pasangan dan

ketagihan akan kebebasan.

Kesemua itu akan dengan segera mengakhiri karir dan masa depan

seorang agen rahasia. Cerita fantasi romantisme seks bebas ala James

Bond hanya ada dalam khayalan porno masyarakat barat. Lebih jauh lagi,

cerita novel ataupun film-film spionase hampir selalu dibumbui cerita

erotis yang jauh dari fakta "menyenangkan". Petualangan romantis dan

terwujudnya fantasi seksual dalam dunia spionase memang banyak


Intel oh Intel 178
didukung oleh situasi dan kondisi. Namun hal itu juga sekaligus menjadi

sarana atau alat jebak yang sangat efektif oleh pihak musuh. Teknik

pemerasan oleh KGB dengan memanfaatkan rekaman adegan kencan agen

rahasia lawan selama era perang dingin tentunya bisa menjadi salah satu

contoh.

Dalam kisah-kisah klasik intelijen seringkali digambarkan seorang Case

Officer (CO) jatuh cinta dengan agen (informan) yang dilatihnya.

Sebenarnya nasehat tersebut tidak hanya untuk level CO, melainkan juga

untuk para pendatang baru agar segera memahami situasinya.

Jatuh cinta adalah hal yang manusiawi dan wajar sepanjang hal ini

sungguh-sungguh disalurkan untuk niat dan cita-cita yang luhur berupa

tali pernikahan. Tetapi ketika jatuh cinta diobral maka tidak akan lebih

dari lahirnya persoalan demi persoalan, seperti lagu too much love will kill

you dari kelompok Queen. Dalam dunia intelijen, resiko kematian akibat

mengobral cinta dapat diartikan dengan matinya kesiagaan menghadapi

pendadakan pihak lawan, matinya kemampuan analisa secara jernih bila

ada faktor X "yang dicintai", atau matinya pertimbangan dalam

menentukan keputusan yang tepat. Itulah sebabnya saya katakan pada

bagian awal, janganlah jatuh cinta dengan seseorang ketika kita sedang

bertugas.

Tugas apapun yang diamanatkan dari kantor pusat adalah menjadi

prioritas pertama. Faktor godaan harta dan cinta diyakini oleh mayoritas

profiler lembaga intelijen di seluruh dunia sebagai faktor yang bisa

Intel oh Intel 179


menggeser keutamaan tugas dari kantor pusat. Kedua faktor tersebut

saling mengisi dengan faktor yang juga tidak kalah pentingnya yaitu

keyakinan ideologi.

Namun berbeda dengan faktor keyakinan/ideologi, faktor cinta bisa

muncul secara spontan dan tanpa proses panjang. Unsur kejutan dari

faktor cinta adalah menduduki peringkat pertama dalam kasus-kasus

desersi seorang agen rahasia. Itulah sebabnya lembaga-lembaga intelijen

di seluruh dunia sangat memperhatikan faktor kehidupan pribadi setiap

agennya dengan menyediakan jasa konseling, agar tercipta keseimbangan

antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Para agen yang handal tentu saja

berusaha mati-matian untuk tidak pernah masuk dalam ruang konseling,

karena hal ini tentu berarti MASALAH.

Sekedar catatan ringan

Bayangkan sendiri, bila anda seorang agen muda (laki-laki) sedang

bersekolah di kantor CIA - Langley, USA. Berkenalan dan kemudian

akrab dengan seorang wanita yang kecantikannya merupakan dambaan

khayalan masa anda SMA. Si wanita-pun bersambut dan membuka dirinya

dengan bebas untuk anda.... apa yang akan anda lakukan?

Tidak akan terlalu banyak beda antara yang sudah menikah ataupun

bujangan, kedua-duanya akan mengalami pertarungan bathin yang amat

sangat hebat, sampai-sampai tugas belajarnya terganggu. Ohhh cantik

sekali dalam hati bergumam, kapan lagi ada kesempatan yang luar biasa

Intel oh Intel 180


ini. Akal dan rasio mulai goyah dan penilaian-pun mulai kabur antara

batasan logis dan emosi nafsu.

Kesendirian dan pertimbangan "tidak ada yang tahu" terus menggoda dan

menggoda untuk menceburkan diri dalam perbuatan yang akan segera

mengakhiri masa depannya di dunia intelijen. Mengapa demikian? karena

itulah salah satu ujian yang dilakukan CIA kepada agen-agen handalnya.

Mungkin akan terasa aneh, agen CIA punya "moral"? saya jawab benar

begitu adanya...mereka telah dilatih untuk tidak cepat terjerumus dengan

jebakan cinta. Karena disamping motif uang, cinta merupakan motif yang

kuat untuk mendorong seorang agen melakukan pembelotan atau desersi.

Bagaimana dengan agen muda Indonesia?

Disamping pedoman umum dari kantor pusat dan pertimbangan masa

depan keluarga, bagi agen-agen muda Indonesia, saya ingatkan keberadan

sejumlah filter yang bisa melindungi, yaitu keyakinan agama dan moralitas

serta rasa malu. Bila itu dipelihara baik-baik dalam mengemban tugas

negara...maka godaan sehebat apapun mudah-mudahan akan berlalu.

Pesan ini khusus disampaikan buat adik-adik yang sedang bertugas dan

berhadapan langsung dengan godaan cinta.

Posted by Senopati Wirang /Thursday, February 23, 2006

Intel oh Intel 181


Jangan jatuh cinta???

hari ini saya senang mendapat teguran dari rekan sejawat yang

mengkritik tulisan Do not fall in love with your agent. Karena teguran

tersebut mengungkit kejujuran dan kebenaran cerita seutuhnya.

Baiklah....

Memang benar CIA itu tidak bisa dinilai bermoral atau tidak bermoral

secara sepintas lalu, cerita saya sebelumnya seolah-olah menggambarkan

agen-agen CIA yang telah lolos dari proses pendidikan adalah mereka

yang mampu mengendalikan perasaan dan selalu bersikap profesional.

Cerita itu cuma karangan saja...pada intinya pesan saya sangat sederhana

dan langsung saya tujukan kepada segenap anggota komunitas intelijen

Indonesia.

Saya merasa ini sangat perlu karena saya mendeteksi kasus demi kasus

cukup mengganggu pengembangan profesionalitas insan intelijen

Indonesia. Khususnya buat mereka yang bertugas di luar negeri.

Berbeda dengan kasus cinta lokasi celebritis Indonesia yang hanya

berdampak pada kehidupan pribadi dan keluarga, maka cinta lokasi buat

insan intelijen adalah kesalahan fatal yang tidak termaafkan, karena

dampaknya mencakup pada kinerja dan tidak tercapainya tujuan dari

tugas pokoknya.

Intel oh Intel 182


Singkat kata, saya menganjurkan kepada seluruh komunitas intelijen

Indonesia untuk waspada dari faktor ini dan juga kepada unsur pimpinan

untuk mengembangkan mekanisme pengawasan dan pembinaan yang lebih

baik.

Para pembaca mungkin menganggap enteng persoalan ini, tetapi faktanya

kita mungkin akan kecolongan atau bahkan kehilangan sejumlah agen muda

yang potensial karena rayuan maut cinta yang mendorong seorang agen

untuk meninggalkan atau mengabaikan tugas pokoknya.

Akhir kata, saya senang karena ternyata ada rekan sejawat yang cukup

senior yang juga membaca blog Intelijen Indonesia.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, February 25, 2006

Intel oh Intel 183


Salut Buat Bung Syamsir Siregar

Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang veteran CIA yang sudah

sama-sama pensiun dan baru saja kembali dari bumi pertiwi Indonesia

sebagai turis biasa. Mungkin karena kebiasaan lama mengamat-amati

perkembangan Indonesia, khususnya intelijen... si mister bule itu tetap

buka mata dan telinga tentang perkembangan Indonesia.

Dari mister bule tersebut saya peroleh bahan keterangan yang sangat

menyejukkan yaitu intelijen Indonesia dalam hal ini BIN dan BAIS TNI

sudah semakin profesional dalam pembagian ruang operasi. Lebih jauh,

berdasarkan data-data yang dimiliki mister bule, intelijen Indonesia

telah berhasil mengisi ruang-ruang kosong dalam operasi nusantara, yang

berarti informasi di daerah terpencil akan lebih cepat diperoleh dan

dikirimkan ke pusat. Hal ini bukan berarti Bakorinda atau bentuk Kominda

yang represif akan lahir kembali. Tetapi lebih pada profesionalisme

mekanisme kerja yang mengutamakan penguatan jaring informasi yang

cepat dan tepat/akurat, velox et exactus. Apa yang saya senang adalah

sikap tegas berupa sanksi yang berat kepada anggota yang membangkang

perintah penugasan, juga peningkatan disiplin kepada anggota yang

menyalahgunakan wewenang.

Untuk ruang lingkup operasi nusantara memang masih memerlukan lebih

banyak lagi organik intelijen yang piawai dan mampu menguasai medan

operasi. Namun setidaknya kebijakan yang tegas akan mendisiplinkan

segenap anggota intelijen yang pada awal reformasi tampak lesu.


Intel oh Intel 184
Apakah berarti kita kecolongan karena ada mantan intel asing yang

berhasil membuat pemetaan kekuatan operasi di dalam negeri kita?

entahlah...si mister bule itu sudah seperti "sahabat" lama. Kalaupun iya

kecolongan... Indonesia memang sedemikian transparannya dari kacamata

luar negeri. Kekuatan dan kelemahan kita senantiasa dengan mudah

dikalkulasi untuk mengukur tingkat bargaining internasional kita. Saya

kira tanpa operasi khususpun pihak asing dengan mudahnya melakukan

perkiraan kekuatan dan kelemahan kita di berbagai sektor.

Namun hal ini tidaklah mengecilkan hati kita sebagai negara berkembang

yang sedang membangun. Bahkan komentar dari mister bule bisa menjadi

acuan terhadap keberhasilan kelanjutan reformasi intelijen dibawah

kepemimpinan Syamsir Siregar.

Seperti pernah saya ulas dalam tulisan reformasi intelijen jelas bahwa

perkiraan saya tidak jauh meleset. Sosok Bung Syamsir Siregar tidak

kalah dengan pendahulu-pendahulunya. Setiap kepemimpinan boleh

memiliki gaya yang berbeda, namun niatnya sama yaitu reformasi

organisasi dan mekanisme kerja dengan tujuan Indonesia Jaya.

Informasi ini bisa jadi sangat rahasia bagi media massa Indonesia karena

masih ada "ketakutan" akan bangkitnya lagi pemerintahan yang represif

dengan dukungan intelijen yang kuat. Apa yang perlu dilakukan oleh kaum

pro demokrasi liberal adalah mengupayakan pengawasan terhadap

intelijen melalui institusi perwakilan seperti DPR dan DPD. Sedangkan

Intel oh Intel 185


bagi kaum pro demokrasi sosial perlu kiranya mengupayakan

pemberdayaan civil society secara berkesinambungan dengan tujuan

menyelaraskan derap langkah pembangunan yang berkeadilan. Karena

kalau tidak, intelijen bisa jadi akan melupakan RUU Intelijen, karena

mereka telah lahir kembali dengan tingkat keahlian yang semakin tinggi,

sehingga tidak lagi merasa risau dengan landasan hukum. Mana yang lebih

baik? dengan atau tanpa landasan hukum.....intelijen akan terus melaju,

velox et exactus.

Pesan saya buat Bung Syamsir hanya jauhi permainan politik kekuasaan

menjelang pilpres 2009.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, February 08, 2006

Intel oh Intel 186


Sedikit nasehat buat para agen muda

Seorang agen operasional maupun agen analis senantiasa dipengaruhi oleh

kapabilitas dirinya dan keraguan lingkungan atas kemampuannya. Sehebat

apapun seorang agen, bila telah terperosok dalam suasana "merasa

hebat", maka kejatuhannya akan segera datang.

Di luar aspek kapabilitas seorang agen mengembangkan kemampuan

dirinya, dia mesti senantiasa memperhatikan adanya pendapat/analisa

yang mungkin lebih baik dari kalangan pakar ahli. Satu hal yang perlu

dipisahkan adalah aspek emosi individual yang seringkali mewarnai sebuah

pendapat (subyektifitas). Subyektifitas seringkali berhasil mempertajam

analisa atau perkiraan dari satu sudut pandang karena ia diperkuat oleh

emosi. Namun kekeliruan dalam mengandalkan pada sikap seperti ini akan

menjerumuskan bila ternyata insting intelektual/intelijen meleset,

sehingga emosi yang membimbing analisa tersebut akan kelihatan begitu

bodohnya, dan penyesalan tidak akan berguna.

Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk melihat secara umum,

membandingkan dengan pendapat lain, dan sekali lagi membuat

penglihatan ulang kepada sebuah duduk persoalan. Proses ini berlangsung

lambat pada awalnya, namun akan termekanisasi seiring dengan kebiasaan

seorang agen.

Intel oh Intel 187


Ingat pada nasehat Kipling's "If":

"If you can trust yourself when all men doubt you"

--and here comes the rub—

"But make allowance for their doubting, too."

Memang benar seorang agen yang baik hanya percaya 100% pada dirinya

sendiri, namun tetap berilah ruang pada keraguan orang lain pada anda.

Anda akan menjadi orang yang percaya diri sekaligus waspada pada

kekeliruan yang mungkin terjadi pada diri sendiri. Sehingga tidak akan

terjadi keyakinan yang berlebihan yang bisa mendorong pada kehancuran

diri sendiri.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, February 12, 2006

Intel oh Intel 188


Bagaimana Caranya Mengabdi dan Menjadi Anggota
Intelijen Indonesia?

Saya telah menerima dan mengecewakan entah berapa puluh e-mail dan

unpublish comment dari rekan-rekan, mungkin mencapai seratusan lebih

yang menanyakan bagaimana menjadi intel, meminta informasi tentang

BIN atau bahkan meminta rekomendasi untuk bisa masuk dalam

komunitas intelijen Indonesia.

Mungkin sudah waktunya bagi BIN untuk lebih transparan dengan

melakukan rekrutmen terbuka yang lebih kompetitif sehingga calon-calon

agen yang direkrut benar-benar pilihan. Hal ini tentunya tetap diiringi

dengan sistem spotting agen yang tertutup. Dua mekanisme rekrutmen

yang memiliki tujuan berbeda sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Menurut saya untuk agen-agen khusus operasional, sistem rekrutmen

tertutup dengan spotting berbulan-bulan masih relevan, karena

karakteristik agen yang dibutuhkan adalah kemampuan khusus yang unik

yang dimiliki seseorang karena pengalaman hidupnya, karena keterampilan

khususnya, karena jaring komunikasinya, karena aksesnya, dll. Setidaknya

model ini sangat efektif dan tampak tetap menunjukkan bahwa agen yang

direkrut cukup handal dan sebagian besar unsur sipil pimpinan BIN

mungkin dari model ini, selebihnya sampah.

Sementara agen-agen analis lebih membutuhkan rekrutmen kompetitif

yang bisa dilakukan secara terbuka di kampus-kampus terkemuka untuk

Intel oh Intel 189


mendapatkan calon agen terbaik. Seluruh Badan Intelijen di dunia seperti

CIA, MI6, MOSSAD, ASIS, dll telah melakukan rekrutmen terbuka

sejak lama. Bidang-bidang pendukung seperti teknologi informasi dan

peralatan intelijen jelas membutuhkan kemampuan teknis yang tinggi dari

lulusan informatika, telekomunikasi, elektronika, dll. Model ini sedikit-

demi sedikit juga ditempuh oleh beberapa petinggi BIN yang mencoba

mendeteksi calon-calon agen potensial dari kampus, cukup banyak yang

menonjol hasilnya dan berhasil menyelamatkan muka BIN dikala krisis,

tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sementara mayoritas agen BIN yang

direkrut melalui jalur kekeluargaan yang tidak transparan oleh pejabat

lainnya hanyalah sampah.

Sistem penyaringan yang ketat dan berlapis mudah saja untuk disusun

bila BIN benar-benar ingin melakukan revitalisasi organisasi. Informasi

tentang dibukanya kesempatan bergabung dengan BIN hanya dilakukan

oleh para pejabat BIN yang akhirnya hanya memasukkan kenalan atau

anggota keluarganya. Meski ada jaminan loyalitas, tetapi bagaimana

dengan kemampuannya yang sangat terbatas. Sudah saat ketakutan

BIN disusupi oleh calon agen yang tidak loyal kepada Negara dan Bangsa

Indonesia disingkirkan, karena sekarang Indonesia sudah demokratis,

tidak lagi menginteli bangsa sendiri secara intensif demi kepentingan dan

kekuasaan politik kelompok penguasa. Tetapi mewaspadai ATHG yang

sungguh-sungguh menjadi bahaya bagi rakyat, bangsa dan negara

Indonesia.

Intel oh Intel 190


Kehancuran organisasi BIN sejak akhir era 1980-an, 1990-an bahkan

mungkin sampai tahun 2000-an jelas disebabkan oleh buruknya sistem

rekrutmen kekeluargaan semacam itu. Meski saya dengar mantan Kepala

BIN, Jenderal (purn) AM Hendropriyono telah merancang mekanisme

rekrutmen yang lebih baik dan kompetitif serta meningkatkan sistem

pendidikan dan pelatihan. Namun fakta bahwa tidak semua calon agen

potensial di masyarakat tahu tentang adanya rekrutmen BIN,

menurunkan prosentase kemungkinan calon agen terbaik yang terpilih

masuk menjadi anggota intelijen.

Semoga para pejabat BIN tergugah untuk melakukan reformasi

organisasi.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, May 09, 2006

Intel oh Intel 191


Tentang Institut Intelijen Negara - IIN

Bukannya tidak mau membahas sekolah yang digagas Jenderal (purn) AM

Hendropriyono tersebut. Tetapi lebih dalam kaitan etis karena belum ada

yang bisa saya ungkapkan secara terbuka tentang sekolah tersebut.

Pertama usia sekolah yang relatif masih sangat muda dan tiba-tiba

"tenggelam" pasca pergantian pemerintah dan pimpinan BIN. Bahkan

website yang telah dirancang meliputi BIN dan IIN tiba-tiba juga hilang.

Saya merasa perlu ikut menjaga privacy calon-calon agen yang sedang

mengikuti pendidikan di sana. Saya punya keyakinan akan potensi mereka

karena seleksinya yang ketat melalui jalur-jalur khusus penelusuran

bakat ke sekolah-sekolah menengah unggulan yang mudah-mudahan

bersih dari unsur nepotis (identitas dan keberadaan mereka sangat

penting untuk dilindungi). Inilah cita-cita Bung Hendro yang pernah saya

rekam dengan perekam digital yang saya titipkan pada seorang agen

muda. Bung Hendro sangat memperhatikan masalah pendidikan dan

peningkatan kualitas BIN untuk menjadi lembaga yang profesional. Meski

unsur "pamer" seperti celebrities beliau agak mengganggu sebagian

kalangan intel, gebrakan Bung Hendro akan berdampak positif bila

programnya terus dijalankan. Persoalannya tentu saja dana yang besar.

Akankan pimpinan yang baru juga berkomitmen untuk menganggarkan

dana pendidikan yang besar itu?

Intel oh Intel 192


Sekolah program Master Intelijen di Batam...quo vadis? jawabnya status

quo alias mandek karena visi dan misi pendidikan Bung Hendro terasa

terlalu berat dengan minimnya sumber daya BIN.

Perbedaan konsentrasi perhatian pimpinan tentu menyebabkan prioritas

kebijakan yang berbeda pula. Konon kabarnya program tersebut sudah

diambil alih lembaga pendidikan yang bergengsi di Indonesia, yaitu

Universitas Indonesia...dengan program khusus pasca sarjana Kajian

Stratejik Intelijen. Ini bukan promosi...tetapi bila ada berminat tidak

ada salahnya mencari tahu ke Universitas Indonesia. Informasi dalam

Blog I-I ini saya rasa perlu karena kajian tersebut juga agak tertutup

pengumuman penerima mahasiswanya. Bila ingin cek websitenya silahkan

kunjungi ketahanan nasional-stratejik intelijen. Seleksi ketat dan harus

melalui tes dan rekomendasi yang memadai tentang kemampuan akademik

calon pendaftar. Serta tidak menerima titipan nepotisme. Saya lihat staf

pengajarnya para ahli dan ada juga praktisi, ada kemungkinan mahasiswa

program ini bisa membuka peluang bertemu praktisi intelijen seperti

saya...entah sebagai dosen tamu...entah sebagai bagian untuk membantu

riset mahasiswa.

Bila staf administrasi atau staf pengajar program pasca sarjana UI

kurang responsif dalam menerima dan menjawab setiap pertanyaan "ingin

tahu" dari pembaca Blog I-I yang berbondong-bondong ingin mendaftar,

sampaikan pendapat saya; "bahwa menjadi hak setiap warga negara untuk

mendapatkan hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan. Bila UI

membuka program kajian stratejik intelijen tentunya juga harus

Intel oh Intel 193


membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap peminat program

tersebut".

Bila kesehatan saya tetap terjaga dan diberi umur panjang, untuk sekolah

di Batam sebenarnya saya bersedia pulang ke Indonesia dan mengajar

dimasa pensiun saya ini. Akan saya nyalakan kehidupan akademis-praktis

ilmu kajian intelijen bersama komunitas intelijen Indonesia.

Saya senang dunia pendidikan, meski saya memenuhi kualifikasi untuk

mengajar di UI dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan saya.

Saya kurang tertarik karena kurikulumnya masih didominasi perspektif

national resilience serta kurang jelas spesialisasi mata kuliahnya. Saya

memimpikan program intelijen yang dijiwai oleh school of thought

intelligence. Saya juga memimpikan lahirnya the Sherman Kent School ala

Indonesia, yang mampu menghasilkan analis-analis intelijen yang handal.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, May 12, 2006

Intel oh Intel 194


Pro-Kontra Posisi Intelijen

Organisasi Intelijen di seluruh dunia menghadapi persoalan yang hampir

sama tatkala dilihat dari sudut posisinya di masyarakat maupun dalam

sebuah negara. Posisi bisa berarti dari sisi pentingnya, manfaat,

pengaruhnya atau bahkan power kekuasaannya. Namun bisa juga berarti

dimana letaknya dalam sebuah kehidupan bernegara dan berbangsa.

Setidaknya ada 6 faktor penting yang mempengaruhi posisi sebuah

lembaga Intelijen dalam sebuah negara.

Pertama, adalah definisi ancaman. Intelijen sebagai bagian dari aparatur

keamanan yang paling depan menjadi sangat penting atau vital bagi

sebuah negara ketika definisi ancaman lebih jelas dan disepakati oleh

mayoritas masyarakat atau minimal oleh para pengambil keputusan baik di

eksekutif maupun legislatif. Contoh kasus misalnya dalam keadaan

perang, dimana pihak-pihak yang bermusuhan saling berhadapan dan

jelas, arah ancaman datangnya dari mana. Atau bisa juga situasi pasca

perang dunia kedua (era perang dingin), dimana persepsi ancaman nyaris

seragam, yaitu berhadap-hadapannya dua kubu yang bersaing, Uni Soviet

dan sekutu melawan Amerika Serikat dan sekutu.

Kedua adalah lingkungan eksternal dari sebuah negara. Faktor kedua ini

masih terkait dengan faktor pertama. Lingkungan eksternal bisa diawali

dengan negara-negara tetangga , lingkungan regional sampai global.

Apabila banyak potensi konflik dengan lingkungan eksternal maka

biasanya posisi intelijen menjadi penting dan tidak banyak dipertanyakan

oleh publik. Tetapi bila lingkungan eksternal terlihat stabil dan damai
Intel oh Intel 195
serta banyak diwarnai dengan kerjasama dan kesepahaman antar negara,

maka posisi intelijen menjadi biasa saja sebagaimana layaknya sebuah

lembaga yang menyediakan informasi da analisa. Lebih jauh, bahkan akan

mulai dipertanyakan sejauh mana sebaiknya intelijen memiliki

peran/pengaruh dalam pembuatan keputusan atau kebijakan negara.

Ketiga adalah struktur birokrasi dan administrasi negara. Hal ini sangat

erat hubungannya dengan wewenang dan posisi lembaga-lembaga negara

berdasarkan hukum/UU yang berlaku. Sebagai contoh misalnya

perkembangan lembaga-lembaga intelijen di Indonesia. Sejak masa

kemerdekaan hingga hari ini tidak pernah ada Undang-Undang tentang

Intelijen Negara yang mengatur secara komprehensif Intelijen

Indonesia. Salah satu sebab utama adalah karena pemikiran intelijen

masa Orde Lama maupun Orde Baru lebih banyak dipengaruhi oleh konsep

negara otoriter dimana intelijen tidak merasa perlu diatur-atur oleh

Undang-Undang. Meski misalnya, lembaga intelijen dibentuk hanya dengan

Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden (seperti KIN, BPI, KOTI,

BAKIN, BIN), Keputusan Panglima TNI (Unit Intelijen Tempur,

Pusintelstrat, dan BAIS?), namun kinerja dan wewenangnya bisa melebihi

lembaga lain yang diatur oleh hukum. Intelijen era Orde Lama dan Orde

Baru selalu menganggap Intelijen bisa berjalan di atas hukum. Kompetisi

draft untuk kebijakan negara dengan sendirinya juga banyak didominasi

oleh kalangan intelijen yang didukung oleh lembaga Think Tank yang terus

berkembang. Hal ini sedikit banyak juga menimbulkan friksi dengan

departemen terkait karena sering dilangkahi oleh intelijen. Konyolnya

kadang kala persoalan yang ke permukaan justru lebih banyak ke wilayah

pribadi persaingan para pejabat tinggi, baik dalam hal meningkatkan

Intel oh Intel 196


kedekatan dengan presiden maupun dalam hal memperoleh kesempatan

bisnis. Tidaklah mengherankan bila dalam era reformasi dan demokrasi,

intelijen nasional kita tampak kedodoran dalam mengikuti perkembangan,

bahkan dibandingkan dengan langkah cepat Kepolisian Republik Indonesia

sangat ketinggalan jauh. Contoh sederhana adalah dalam hal menyusun

RUU Intelijen Negara yang baik, bersifat nasional, demokratis, dan bisa

diterima publik.

Keempat adalah kondisi internal lembaga intelijen. Kondisi organisasi

intelijen boleh dikata nyaris tidak terdengar oleh publik. Sekuat/sehebat

apakah Intelijen Indonesia selalu menjadi pertanyaan yang tidak

terjawab. Pemeliharaan kondisi internal intelijen yang misterius tentu

saja sangat diperlukan dalam menjaga kerahasiaan organisasi. Media

massa bisa saja menuliskan atau mengkritisi kelemahan-kelemahan

intelijen dan hal ini tidak perlu dibantah ataupun dikonfirmasi. Media

massa bisa juga menampilkan wajah intelijen yang super dan sangat

bermanfaat bagi kehidupan bernegara dan berbangsa, dan hal ini juga

tidak perlu dikonfirmasi apalagi dibantah. Catatan yang ingin saya

tekankan dalam soal kondisi internal organisasi intelijen adalah pada

kejujuran jajaran pemimpin intelijen dalam mengevaluasi organisasi, baik

soal kinerja, peningkatan profesionalisme SDM, efisiensi dan efektifitas

operasi, masalah anggaran dan alokasi dana, kesejahteraan anggota, dan

respon-respon organisasi terhadap perkembangan nasional maupun

internasional.

Kelima adalah persepsi publik terhadap intelijen. Sehebat apapun sebuah

lembaga intelijen bila tidak diabdikan untuk kepentingan negara dan

masyarakat adalah sia-sia. Intelijen Nasional Indonesia telah menabung

Intel oh Intel 197


begitu banyak kecurigaan demi kecurigaan yang menimbulkan

kekurangpercayaan publik pada pentingnya intelijen, akibatnya muncul

resistensi terhadap upaya-upaya penguatan organisasi intelijen. Padahal

bila ada keyakinan publik bahwa intelijen yang kuat akan bermanfaat

positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dukungan publik

sudah cukup untuk meletakkan posisi intelijen yang selayaknya.

Terakhir/keenam adalah sistem politik. Terkait erat dengan faktor

ketiga dan kelima, faktor sistem politik juga mempengaruhi kewajaran

dimana posisi intelijen sebaiknya diletakan. Pada rejim militer dan

otoriter, tentu saja posisi intelijen sangat berpengaruh dan tinggi. Dalam

negara demokratis, posisi intelijen tetap tinggi tetapi dalam transparansi

dan kontrol yang efektif dari berbagai pihak. Tinggi-rendahnya posisi

intelijen di negara demokratis bersifat fluktuatif tergantung pada

faktor pertama yaitu definisi ancaman, Perhatikan misalnya pasca 9/11

2001 yang menaikkan posisi strategis lembaga-lembaga intelijen di

banyak negara, bahkan tampak revitalisasi organisasi intelijen yang cukup

signifikan. Dalam kondisi nyaris "tanpa ancaman", posisi intelijen

selayaknya tetap stabil dalam kesiagaan/kewaspadaan penuh menjaga

stabilitas negara.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, September 22, 2006

Intel oh Intel 198


Intelijen Asing

Baru-baru ini saya menerima informasi dari Cah Bodho yang menurut saya

justru lebih pantas disebut Cah Jenius. Informasi yang lumayan lengkap

mengenai gerakan Intelijen Asing yang akan saya singkat dalam tulisan ini

sungguh mencengangkan. Beberapa potongan informasi bahkan saya

berani mengkonfirmasikannya. Berbeda dengan dugaan-dugaan intelijen

yang sering dikemukakan para pengamat intelijen seperti Bung AC

Manullang. , maka informasi Cah Bodho jelas mengungkapkan gerak-gerik

intelijen asing khususnya Mossad secara lumayan detail. Mereka

bergerak tidak dalam jumlah yang besar, tetapi sangat efektif karena

beberapa agen yang telah mendapat pelatihan melalui "paket wisata

rohani" sehingga bisa masuk Israel. Keberadaan beberapa agen lokal yang

telah dilatih tersebut kemudian membina beberapa informan, tanpa si

informan tahu untuk siapa sebenarnya dia bekerja, karena yg penting

mereka menerima bayaran. Dalam pengamatan saya, jumlah agen Mossad

yang aktif di Indonesia hanya sekitar 2-3 orang saja, saling bergantian

dan hampir selalu berjalan minimal berdua. Pusat komunikasi dan komando

tetap berada di Singapura, lagi pula mereka secara mobile bisa

bermarkas di mana saja.

Gerakan Mossad di Indonesia secara umum memang ditargetkan untuk

memperoleh pengakuan atau pembukaan hubungan diplomatik. Meski

Indonesia bukan negara Islam, tetapi pengakuan keberadaan Israel

sangatlah penting dan strategis. Keberadaan shadow Embassy Israel di

Singapura misalnya bukanlah hal baru. Hal ini telah disampaikan kepada

pemerintahan Suharto sejak awal tahun 1990an. Namun hal itu tidak
Intel oh Intel 199
dianggap sebagai ancaman oleh sejumlah petinggi militer. Bahkan

hubungan baik sejumlah tokoh Koppasus yang melakukan pembelian unit-

unit senjata serbu untuk kepentingan pembentukan Pasukan Elit semakin

membuka peluang masuknya pengaruh intelijen Israel ke dalam tubuh

negara Indonesia. Pada awal tahun 2000an seiring dengan terpilihan Gus

Dur sebagai Presiden, Shadow Embassy Israel sudah sangat siap, dalam

waktu singkat siap diaktifkan.

Lebih jauh Cah Bodho mengungkapkan tentang network Mossad yang

bekerja di negara Indonesia. Meski tidak terlalu lengkap, namun sejumlah

dugaan Cah Bodho patut diacungi jempol.

Mohon maaf, bila sekali lagi saya menulis sebuah tulisan yang dangkal

dengan selalu mengambang dalam soal who, what apalagi why. Saya tidak

akan menyangkal tuduhan sejumlah pembaca Blog I-I tentang

kedangkalan tulisan saya dalam Blog I-I. Tetapi apalah daya saya. Hanya

sebuah keprihatinan yang terpaksa saya bungkus dengan kata-kata yang

sedikit mengaburkan dan membuat dangkal analisa saya sendiri.

Kembali pada cerita Cah Bodho tentang bagaimana pembinaan Mossad

dalam merekrut orang-orang Indonesia lengkap dengan sistem transfer

pembayarannya. Saya ingin memberikan warning kepada segenap Instansi

Intelijen di Republik Indonesia bahwa infiltrasi Mossad begitu dahsyat

ke dalam Republik Indonesia.

Intel oh Intel 200


Saya tidak sudah tidak begitu paham sejauh mana infiltrasi Mossad ke

dalam instansi pemerintah khususnya intelijen, polisi dan militer. Tetapi

sepengetahuan saya, hubungan ketiga instansi tersebut dengan Israel via

company, agen, ataupun individu asal Israel sangatlah rawan.

Cah Bodho dengan sangat berani menceritakan sedikit tentang operasi

Mossad ke dalam masyarakat Indonesia. Entah sudah berapa banyak

orang Indonesia yang menjadi penghianat Republik Indonesia. Saya

tentunya berkewajiban menjaga identitas Cah Bodho meski saya punya

teknologi untuk menelusurinya.

Hahaha...tentu saja Israel/Mossad juga punya teknologi menelusuri Blog

I-I dan mencari tahu siapa Senopati Wirang. Saya sudah tidak peduli lagi

tentang resiko menulis dalam Blog I-I. Tentunya saya tetap

mengutamakan kepentingan nasional dengan tidak gegabah menulis

tentang perkembangan terkini dunia keamanan di Indonesia. Mohon maaf

kepada para pembaca yang misalnya kecewa dengan tulisan tentang

pembunuhan Munir. Tentu saya tidak akan menuliskan kepahlawanan Bung

Polycarpus ataupun kepahlawanan Munir dengan gamblang. Meski Editorial

The New York Times poisoned justice mengungkapkan tentang racun

dalam tubuh peradilan Indonesia, saya melihat bahwa ketiadaan bukti

keras (hard evidence) adalah merupakan kesulitan terbesar. Oleh karena

itu, SBY tidak usah janji muluk-muluk, karena hal ini akan menjadi

senjata untuk menghancurkan kredibilitas pemerintah Indonesia,

khususnya di bidang penegakkan hukum dan HAM. Saya pribadi tentu

Intel oh Intel 201


saja lebih baik untuk no comment lebih lanjut tentang apa sesungguhnya

yang terjadi.

Kembali pada soal Mossad, kesombongan kalangan intelijen, kepolisian dan

militer dalam meremehkan hubungan dengan Israel bisa ditandai dengan

masih adanya kontrak-kontrak dengan perusahaan asal Israel. Cah Bodho

mungkin paham tentang sepak terjang networking Mossad di masyarakat

Indonesia. Mungkin juga tahu tentang bagaimana Mossad menyeret

kalangan Islam Indonesia dalam sebuah dunia kelam radikalisme seperti

juga pernah terjadi dalam sejarah, yaitu pada masa Khalifah Ali. Andai

umat Muslim Indonesia mengerti tentang bahaya infiltrasi Mossad dalam

tubuh gerakan keagamaan politik yang senantiasa bernuansa adu domba,

maka tidak akan terjadi gerakan-gerakan radikal yang menggunakan

kekerasan.

Saya tidak bermaksud mencari kambing hitam gerakan radikal Islam

kepada gerakan operasi Mossad. Tetapi bukankah hal ini juga terjadi di

Timur Tengah, contoh paling jelas saat ini adalah Lebanon dan masalah

palestina. Permusuhan sesama Muslim, permusuhan Islam-Kristen jelas

merupakan permainan yang mengasikan bagi Mossad. Perlu diperhatikan

bahwa Mossad tidak identik dengan orang-orang Yahudi secara umum.

Tetapi Lebih bisa dikaitkan dengan gerakan Zion internasional yang

seringkali juga tidak dipahami oleh orang Yahudi biasa. Jadi lebih pada

gerakan politik internasional yang didukung oleh unsur-unsur yang lengkap

secara politik, ekonomi, intelijen, militer, teknologi, dll. Konon dalam

perbincangan ringan, mereka tidak akan pernah diam dan puas melihat

Intel oh Intel 202


perkembangan Indonesia hanya karena mayoritas penduduknya Muslim.

Selain pengakuan Israel ada satu lagi upaya, yaitu pengendalian politik

dan ekonomi serta penghambatan pembangunan yang berkelanjutan.

Ah....saya mohon maaf atas kedangkalan tulisan saya ini. Tetapi pada

akhir tahun 2005 saya pernah mendengar bahwa Mossad tengah

mempersiapkan infilitrasi total ke dalam tubuh intelijen, polisi dan

militer Indonesia. Namun saya tidak tahu persis teknik infiltrasi yang

akan mereka lakukan. Tetapi hal ini tentunya lebih diketahui oleh aparat

yang bekerja di dalam dunia intelijen, polisi maupun militer.

Catatan tambahan, Blog I-I telah beberapa kali dikunjungi dari Israel,

dan sejumlah negara Timur Tengah. Entah mengapa mereka tertarik

melakukan pengamatan terhadap Blog I-I. Hal ini saya dengar juga

dialami sejumlah Blogger yang menggunakan kata teroris atau tag teroris

dalam tulisan mereka. Hanya sebagai contoh misalnya Blog milik Farit

Gauss yang konon juga menjadi sasaran pengamatan dari Israel.

Lebih jauh dan sebagai catatan kecil dari sisi teknologi persandian

misalnya, kita tentunya juga mahfum tentang teknologi enskripsi Lemsara

(Lemsaneg/LSN) 128 Bit yang ketinggalan jaman mungkin mudah

ditembus CIA yang telah menggunakan teknologi 4X lebih tinggi. Mudah-

mudahan teknik tradisional juga dipadukan dengan teknologi yang ada,

sehingga kecanggihan teknologi asing tidak begitu saja menelanjangi

informasi tentang Indonesia.

Intel oh Intel 203


Bila tidak ada lagi rahasia yang dimiliki Republik Indonesia, maka apalah

artinya peranan semua institusi keamanan Indonesia karena rawan

ditembus oleh Mossad ataupun CIA. Lalu apa sebenarnya tujuan akhir

mereka? Entahlah....mungkin para pembaca Blog I-I bisa memberikan

pendapat.

Sekian

Terima kasih pada sahabat Blog I-I yang telah memperingatkan tentang

mudahnya untuk membongkar identitas Blog I-I. Saya masih "merasa"

aman dengan menggunakan network tradisional yang tersebar di

Indonesia dan beberapa di luar negeri. Kalaupun akhirnya Blog I-I

terungkap karena sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh

juga, maka saya hanya bisa berdo'a semoga saya bersabar dengan

resikonya.

Posted by Senopati Wirang /Friday, October 20, 2006

Intel oh Intel 204


Kualitas Intelijen Indonesia

Apakah karena nyaris tak terdengar, maka intelijen Indonesia menjadi

begitu jeleknya? Apakah karena masih saja terjadi konflik terbuka, maka

intelijen Indonesia tidak bekerja maksimal? Apakah karena artikel saya

yang sebelumnya tentang rekrutmen intelijen, maka intelijen Indonesia

secara keseluruhan berkinerja buruk/negatif?

Tentu dalam menarik logika tidak sesederhana itu. Saya tidak akan

membela intelijen bila memang pantas dikritisi, saya juga tidak akan

menjatuhkan kredibilitas intelijen Indonesia hanya karena sedikit barang

bukti tentang kinerja mereka.

Ketika saya melakukan penelitian terhadap korupsi besar-besaran di

tubuh Pertamina, sungguh sedih menyaksikan perusahaan raksasa

kebanggaan nasional era 70-80an tersebut tersungkur karena selain

mismanagement juga disebabkan oleh mismentalitet sejumlah

pengelolanya. Tetapi tidak seluruhnya mengandung mentalitet sampah,

dan banyak diantara pengelola Pertamina yang berusaha profesional.

Begitu juga dengan penelitian terhadap Garuda Indonesia. Saya kira

saudara-saudara yang bekerja untuk dua perusahaan besar tersebut

mengerti maksud saya. Sayangnya secara internal seluruh aib perusahaan

disimpan bahkan tidak sedikit yang sudah musnah. Sehingga transparansi

kepada publik nyaris mustahil.

Apabila dilakukan penelitian mendalam atas Intelijen Indonesia, maka

hasilnya kurang lebih akan mirip. Ada bagian-bagian yang rusak namun

Intel oh Intel 205


tidak sedikit bagian-bagian yang bekerja optimal. Oleh karena itulah, kalo

dalam perusahaan swasta ada upaya perbaikan melalui reengineering yang

bertujuan menghidupkan kembali organisasi. Dalam intelijen Indonesia,

upaya-upaya perbaikan secara nyata telah dilakukan dan tentunya hal ini

tidak perlu dilaporkan kepada publik. Sesuai dengan kerangka demokrasi,

perbaikan kinerja intelijen Indonesia cukup untuk diketahui oleh

pemerintah (presiden) selaku user dan DPR selaku mitra pemerintah.

Kepada pembaca Blog I-I yang juga menggunakan nama samaran senopati,

saya harap ikut menjaga makna nama senopati dengan bertanggung jawab.

Artikel ini saya tuliskan untuk menjawab rasa penasaran para senopati-

senopati yang bertanya-tanya tentang kualitas intelijen Indonesia.

1. Soal rekrutmen. Proses rekrutmen yang ideal telah ada sejak masa

Orde Lama, era BPI sampai sekarang. Baik yang ditargetkan kepada

mereka yang berlatarbelakang pendidikan SMA maupun Sarjana.

Metode rekrutmen sejak masa perkuliahan seorang calon agen juga

telah terselenggara secara berkelanjutan tanpa melihat periode

waktu melainkan berdasarkan kebutuhan. Disamping itu ada yang

mengikuti formasi pembukaan lowongan menjadi PNS intelijen, yang

periodenya bisa jadi sama dengan masa penerimaan CPNS instansi

pemerintah lain. Kemudian ada juga yang direkrut dari kalangan

militer dan polisi dengan melihat latar belakang pendidikan

intelijennya atau pengalaman kerjanya. Nah....dari mereka-mereka

yang direkrut secara ideal, diperoleh calon-calon agen yang handal

dan menjadi motor organisasi. Sementara, apa yang pernah saya

tuliskan sebagai rekrutmen yang buruk adalah ekses dari sistem


Intel oh Intel 206
rekomendasi. Apa yang saya khawatirkan adalah bahwa porsi yang

ideal semakin sedikit. Dengan penjelasan ini, maka cukup jelas

mengapa kadang masyarakat menemui sosok intel yang "payah",

tetapi jarang bertemu intelijen yang handal. Tentu saja begitu,

karena yang payah tersebut mudah blow-up terbongkar dan yang

handal mungkin tidak akan pernah dikenal. Padahal anda mungkin

sering berdiskusi dengan agen intel yang handal tersebut tanpa

menyadarinya.

2. Orang-orang Sandi Negara bukanlah intelijen aktif yang biasa

melakukan operasi-operasi khusus, mereka adalah sandiman dengan

dunia yang penuh rahasia dan kode etik tersendiri. Peranan sandiman

sangat penting dalam menjaga keamanan informasi negara dan oleh

karena itulah, mereka dilatih secara khusus baik sistem sandi

tradisional maupun yang memanfaatkan teknologi. Disana juga diisi

orang-orang sipil dan militer yang terlatih dalam soal persandian.

Rekrutmen sejak SMA karena memang kebutuhan dan masa pelatihan

yang sekarang setara dengan Diploma IV atau bahkan setara S1.

3. Mengenai orang-orang Indonesia lulusan perguruan tinggi yang

direkrut oleh Kedutaan Besar Amerika maupun Kedutaan Besar Asing

lainnya, memang benar mereka orang pilihan karena rekrutmen

Embassy Asing tentunya tidak main-main. Bahwa kemudian mereka

bekerja untuk kepentingan asing saya kira itu usrusan pribadi

mereka. Bahkan bila mereka dilatih sedemikian rupa seperti seorang

agen intelijen, maka itu juga menjadi tanggung jawab mereka. Tanpa

adanya bukti yang bisa diajukan ke meja pengadilan, sulit untuk

menuduh mereka sebagai penghianat bangsa. Tetapi saya pernah

Intel oh Intel 207


bertemu dengan pensiunan penghianat negara yang hanya bisa

menyesali hari tua karena telah menjadi alat asing. Hal itu

disebabkan karena ada beberapa informasi vital yang pernah dia

berikan kepada pihak asing yang menyebabkan hancurnya sejumlah

sendi kehidupan sosial ekonomi bangsa Indonesia. Tentu kita tidak

perlu mengingatkan tentang dosa menyengsarakan rakyat tersebut.

Setahu saya, penggunaan teknologi di Kedubes Amerika pun masih

biasa saja, kalaupun seseorang dalam Kedutaan mengaku mampu

menembus hampir semua instansi pemerintah melalui internet, itu

mungkin saja karena memang informasi tersebut terbuka dan bebas

diakses siapa saja.

4. Sistem kerja intelijen asing di Kedutaan Besar ada dua, yaitu yang

terbuka sering dikenal sebagai counter part dan yang tertutup atau

dikenal spionase. Mereka yang terbuka bahkan saling bekerjasama

dan tukar-menukar informasi. Sedangkan mereka yang tertutup

melakukan operasi spionase untuk memperoleh informasi rahasia

yang vital bagi sebuah negara. Negara-negara komunis dan rejim

militer melakukan kontra spionase yang sangat ketat bahkan seperti

dalam pemainan sepak bola satu agen asing dijaga ketat minimal satu

agen kontra. Pada masa saya masih bertugas, saya bahkan pernah on

the spot bersama teman-teman kontra mendata satu per satu agen

intel asing sampai ke tempat tinggalnya. Saya kira bila sistem

pengawasan intel asing tersebut masih berjalan, tidak ada yang perlu

dikhawatirkan.

5. Persoalan dalam menghadapi intel asing sejak zaman dahulu adalah

klasik, yaitu ketertinggalan dalam soal teknologi, baik komunikasi

Intel oh Intel 208


maupun trasportasi serta dana operasi. Bayangkan jika anda naik

motor mengawasi intel asing yang naik mobil. Atau bayangkan

kejadian ketika tiba-tiba sistem komunikasi mati karena pihak lawan

sudah memiliki teknologi yang lebih tinggi. Tetapi saat ini, saya yakin

ketertinggalan tersebut sudah tidak lagi relevan.

6. Saat ini di dalam negeri ada tiga organisasi intelijen yang bekerja

secara aktif, yaitu BIN (Badan Intelijen Negara), BAIS (Badan

Intelijen Strategis), dan BIK (Badan Intelijen Kepolisian). Di masa

depan saya meramalkan peranan BIK akan semakin dominan dalam

menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Hal ini

dikarenakan watak Kepolisian yang semakin sipil dan menjadi

pengayom masyarakat dan hal ini tentunya perlu ditunjang oleh

profesionalisme dan juga didukung oleh dasar hukum yang kuat.

Demikian, semoga pembaca Blog I-I dapat melihat kondisi intelijen

Indonesia secara lebih obyektif. Mohon maaf kepada pihak yang

berwenang atas kelancangan saya menuliskan artikel yang lebih

transparans kepada publik. Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, October 22, 2006

Intel oh Intel 209


Berita Terkini Intelijen Indonesia

Mulai bulan ini saya akan mengupayakan pemberitaan terbaru yang

terkait dengan dunia intelijen Indonesia. Dengan berbagai sumber yang

saya miliki, mungkin akan sangat kurang karena perkembangan dunia

intelijen Indonesia yang sesungguhnya tidak mungkin tercatat oleh saya

seorang diri. Oleh karena itu, saya akan sangat senang dan terbuka untuk

menerima dan kemudian mengupload berita dunia intelijen Indonesia

terkini dari rekan-rekan sahabat Blog I-I. Saya sangat harapkan

dukungan rekan-rekan Blog I-I untuk bisa turut serta mendukung upaya

pemberitaan secara kontinyu ini. Pada bagian akhir dari up date berita

terpilih, saya akan memberikan catatan berupa opini pribadi saya atas

perkembangan berita tersebut.

---------------------------------------------------------------------------------

GUS DUR BANTAH YAYASANNYA BERSAMA B.I.N MELOBI

AMERIKA

Jumat 08 September 2006 15:00 UTC

Gus Dur membantah keras bahwa yayasannya bersama badan intelejen

negara BIN pernah menyewa sebuah perusahaan lobi di Washington

untuk mendesak Amerika agar memulihkan program pelatihan militer bagi

TNI. Badan lobi Collins & Co memoles citra TNI pada saat kalangan

Konggres prihatin kasus Aceh, Papua dan kasus Munir tahun silam. Isu itu

kini ramai di tengah peringatan dua tahun kasus Munir yang penuh tanda

tanya dan keprihatinan karena kasus Munir masih misterius. Laporan

Aboeprijadi Santoso dari Jakarta.

Intel oh Intel 210


Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kepada Radio Nederland

Wereldomroep di Jakarta, membantah keras keterlibatan yayasannya

dalam upaya lobi di Amerika itu. "Nggak, kenal aja enggak," katanya

tentang perusahaan Collins & Co. Gus Dur mengaku tidak tahu menahu

mengenai lobi yang menyebut BIN dalam satu nafas dengan Gus Dur

Foundation. Di dalam Wahid Institute memang ada sebuah yayasan

bernamaYayasan Gus Dur yang berupaya mendirikan rumah sakit,

universitas dan sebagainya, tapi ini takada hubungannya dengan BIN,

katanya.

Tentang tokoh As'ad Said Ali yang disebut-sebut dalam dokumen Collins,

Gus Dur membenarkan, dia orang NU dan Wakil Kepala BIN, satu-satunya

yang tidak dicopot sejak Kepala BIN Hendropriyono digantikan Syamsir

Siregar. Tapi, tandas Gus Dur, dia orang BIN yang bisa saja orang NU

atau apa saja. Dokumen yang sedianya akan diterbitkan Collins & Co itu

menjadi tanda tanya baru. Adakah As'ad Said Ali dan BIN memanipulasi

nama Gus Dur Foundation seperti dikesankan Gus Dur, ataukah ada upaya

BIN membangun citra baru di dalam dan di luar negeri. Sebab dokumen

yang disebut Dokumen FARA itu menyebut Collins berupaya kuat

memoles citra TNI di kalangan Konggres Amerika yang waktu itu amat

prihatin soal Aceh, Papua dan kasus Munir. Sementara itu peringatan dua

tahun kasus Munir dikabuti pertanyaan publik, mengapa kasus ini belum

juga terbongkar? Menurut Gus Dur, "Ini menunjukkan bahwa orang-orang

yang sebenarnya memerintahkan pembunuhan Munir, ada di dalam

pemerintah. "Jadi, lanjutnya, "Ini cuma supaya kasusnya terhenti." Lalu

Intel oh Intel 211


mengapa Presiden SBY sama sekali tidak bertindak, bahkan tidak

bersedia menerbitkan Laporan Tim Pencari Fakta Independen yang

merupakan tim dengan mandat kepresidenan? GusDur ketawa ngakak.

"Itu, karena SBY pada dasarnya tidak punya keberanian saja," katanya.

Ada yang mengatakan, SBY tidak berisiko digoncang para jenderal,

seperti Gus Dur dulu, kalau berani membongkar kasus Munir. Tapi yang

lain berpendapat, ini kan presiden terpilih rakyat, maka dia kuat. Hanya

SBY takut jika pensiun, dia bisa diMunirkan. "DiMunirkan" sudah menjadi

kata kerja baru di Indonesia.

Baru-baru kabarnya mantan Kepala BIN Jendral Hendropriyono yang

sering berkampanye untuk PDI-P, sempat kesal tentang prestasi

partainya itu, dan di muka kader PDIP sempat keceplosan, "Kalau gini

terus, ya saya Munirkan". Namun, kenyataannya, investigasi TPF mau pun

polisi tidak memiliki indikasi apa pun menyangkut diri Hendropriyono.

Jadi Hendro agaknya bersih. Kalaupun tersangkut, itu hanya karena dia

mantan bosnya Mayjen Muchdi Pr yang telpon genggamnya diketahui

sampai 41 kali berhubungan dengan HP-nya Pollycarpus, terhukum kasus

Munir. Pembela Muchdi menangkis itu tidak membuktikan siapa pengguna

HP yang mengadakan kontak itu. Koordinator Kontras Usman Hamid

menunjuk, kalau mau menuntaskan soal ini, mudah saja, silahkan minta

presiden RI atau Kapolri meminta Kantor Pusat Telkom di Bandung

membuka isi dan suara ke-41 pembicaraan telpon genggam itu. Itu saja

masalahnya, jadi publik sempat bingung mengapa SBY mau pun Kapolri

Jendral Sutanto tetap bergeming. Walhasil peringatan kasus Munir yang

bertajuk "Keadilan Untuk Munir, Keadilan Untuk Semua" itu tetap

Intel oh Intel 212


prihatin, mulai dari perenungan di LapanganTugu Proklamasi sampai

peluncuran buku kumpulan tulisan Munir yang berjudul "Membangun

Bangsa & Masalah Kemiliteran, Jejak Pikiran Munir". Jejak itu kini

membuat 7 September sebagai "Hari Pembela HAM". Sekian laporan

Aboeprijadi Santoso dari Jakarta. (Radio Nederland Wereldomroep,

Postbus 222, 1200 JG Hilversum)

---------------------------------------------------------------------------------

Catatan:

 Berita Lobby BIN bersama Yayasan Gus Dur merupakan hasil

investigasi simultan Washington D.C - Jakarta, dan

dipublikasikan bersamaan dengan hari terbunuhnya Munir Thalib

yaitu pada 7 September 2004. Kemudian dikutip dalam berbagai

pemberitaan tentang Indonesia, termasuk dari sumber yg saya

kutipkan di atas, yaitu Radio Nederland (lihat Ranesi atau Radio

Nederland). Selain Radio Nederland, BBC Indonesia juga

memberitakan hal senada dalam gusdur lobby. Sementara

sumber utama berita pada umumnya mengacu pada website

ICIJ, lihat Jakarta's Intelligence Service Hires Washington

Lobbyists:Former Indonesian president's foundation served as

conduit for push to overturn ban on military cooperation

Dengan demikian cukup jelas pesannya.

 Sudah menjadi kewajaran bagi Lembaga Lobby Collins and Co.

untuk mencatatkan dokumen FARA (the Foreign Agents

Registration Act) untuk menjamin bahwa publik Amerika

"mengetahui sumber informasi yang ditujukan untuk

Intel oh Intel 213


mempengaruhi/menggoyang opini publik, kebijakan, dan hukum".

FARA mengharuskan/mewajibkan setiap agen (seperti lobbyist,

perusahaan public relations) yang bekerja untuk kepentingan

"asing" untuk mendaftarkan laporan kepada the Department of

Justice dan membuat "file forms" setiap enam bulan. Collins &

Co. mengarsipkan dibawah hukum tersebut beberapa copy dari

kontrak asli dengan the Gus Dur Foundation/BIN berikut data

dokumen pendukungnya. Dengan demikian tidak ada pelanggaran

hukum, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia.

 Investigasi selama kurang lebih satu tahun dilakukan oleh ICIJ

(the International Consortium of Investigative Journalists)

yang merupakan bagian dari penyelidikan perubahan sikap

Amerika Serikat pasca Teror 11 September dalam hal program

asistensi dan bantuan militer serta dampak perubahan tersebut

pada Hak Asasi Manusia--HAM. Investigasi tersebut difokuskan

kepada 10 negara kunci termasuk Indonesia, serta dijadwalkan

akan di-release pada awal tahun 2007.

 Satu-satunya wakil dari ASIA yang juga duduk sebagai Advisory

Committee members ICIJ kebetulan juga berasal dari Indonesia

yaitu, wartawan senior dengan segudang pengalaman Goenawan

Mohamad. Saya pribadi cukup kagum dengan integritas beliau

karena saya pernah bertemu pasca kasus Kapal Jerman Timur

pada tahun 1994. Beliau adalah pendiri dan editor Majalah

Tempo , konon Majalah berita yang paling dihormati. Pada tahun

1995, Goenawan Mohamad mendirikan the Institute for the

Studies on Free Flow of Information (ISAI) yang menghasilkan

Intel oh Intel 214


media alternatif yang ditujukan untuk mengurangi atau bahkan

menghilangkan sistem sensor media. Belakangan Mohamad juga

membentuk the Alliance of Independent Journalists atau lebih

lebih dikenal AJI, yang sering dianggap sebagai satu-satunya

organisasi wartawan yang independen. Segudang penghargaan

jurnalistik dan prestasi dalam dunia kewartawanan melakat pada

sosok Goenawan Mohamad. Sebagai anggota Advisory Committee

ICIJ, pertanyaan dalam hati saya, apakah beliau tahu detail

proses penyelidikan ini dan adakah kaitannya dengan perjuangan

penegakkan HAM di Indonesia?

 Setelah saya membaca sendiri dokumen yang dimaksud (dokumen

FARA), maka politisasi kasus ini untuk menekan pemerintah

Indonesia dalam penyelesaian kasus Munir akan semakin berat.

Atau bila dibalik akan memudahkan pemerintah untuk akhirnya

mengambil langkah-langkah nyata dan tegas dalam penyelesaian

kasus Munir, tentunya dengan kalkulasi resiko seperti yang

diungkapkan Gus Dur. Hal ini mirip dengan argumentasi akan

lebih mudah "menjatuhkan" Suharto dengan memanfaatkan

tekanan luar negeri bersamaan dengan gerakan dalam negeri

dibandingkan tanpa adanya tekanan luar negeri. Mungkin memang

perlu diakui bahwa solidaritas terhadap perjuangan Munir Thalib

cukup kuat baik di dalam maupun di luar negeri. Tetapi karena

kuatnya kelompok di dalam negeri, maka dianggap perlu untuk

terus mencari cara menekan pemerintah Indonesia melalui

tangan-tangan luar negeri.

Intel oh Intel 215


 Mengapa akhirnya terkonsentrasi pada kasus Munir, karena

untuk persoalan Aceh dan Papua bisa dilihat bahwa tekanannya

tidak ke sana.

 Secara pribadi saya sangat salut dengan pimpinan BIN yang

berani menempuh resiko dengan melobby Kongres melalui sebuah

lembaga lobby. Saya tahu bahwa salah seorang tokoh BIN yang

ikut serta adalah seorang agent senior yang sekarang menjadi

deputi yang telah malang melintang di Amerika bertahun-tahun

dan telah memperhitungkan segala sesuatunya. Target

mencairkan kembali program IMET bisa dianggap sukses besar.

Sementara dampak timbulnya tekanan pada kasus Munir adalah

efek samping yang tidak terhindarkan. Belajar dari kasus

tersebut, mengapa pemerintah Indonesia tidak pernah

memikirkan untuk memiliki institusi yang bisa dipercaya

khususnya dari kalangan swasta yang bonafid untuk bertindak

atas nama Indonesia? Tanpa bermaksud mencemooh prinsip-

prinsip kedaulatan dan kemandirian NKRI, fakta dalam politik

internasional maupun hubungan internasional menunjukkan bahwa

tekanan internasional, khususnya dari negara superpower seperti

Amerika Serikat tidak dapat diabaikan. Itulah sebabnya hampir

seluruh negara di dunia memiliki Institusi, tokoh lobby atau jalur

khusus untuk mempengaruhi opini publik, kebijakan dan hukum di

Amerika. Contoh yang paling sederhana tentu saja Lobby Israel.

 Bagi Gus Dur masalah ini tentu perlu dibantah karena akan

menjadi tanda tanya besar bagi kredibilitas pribadi maupun

Yayasannya. Lebih jauh, Gus Dur tampak memberikan dukungan

Intel oh Intel 216


kepada Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali, ketika Gus Dur

menegaskan bahwa As'ad bersih dari kasus Munir dan beliau

adalah satu-satunya pimpinan BIN yang tidak dicopot dalam

kepemimpinan Syamsir Siregar.

 Sebagai tambahan, pada 27 Oktober 2005, sebuah grup yg

teridri dari 68 anggota the U.S. Congress mengirimkan sebuah

surat kepada Presiden SBY yang intinya: urging his government

to implement the investigative team's suggestions on the Munir


killing. "We understand the [report] suggests that the
government should create a new commission with a strong
mandate to explore the evidence wherever it may lead, including
enforcement of full cooperation of all state agencies, including
[BIN]."

Bahkan sebuah surat yang didukung oleh dua partai politik

(REPUBLIC-DEMOCRAT), disponsori bersama oleh Reps. Mark

Kirk, R-Ill., and Jim McDermott, D-Wash., memberikan catatan :

"Munir devoted his life to finding the truth, and in the end he
gave his life for that cause. Now his own death is the subject of
an unprecedented fact-finding report. We strongly urge your
government to fulfill Indonesia's promise as an open and
democratic society by publicly releasing the report and acting
on its recommendations."

 Diperoleh informasi juga bahwa tokoh kunci dalam pembahasan

HAM Indonesia di Kongres Amerika, Senator dari Partai

Democrat, Patrick Leahy dari Vermont, baru-baru ini memasukan

sebuah "provision" (ketentuan/syarat) kepada Senat dalam

Intel oh Intel 217


tahun fiskal 2007 untuk Foreign Operations Appropriations Bill

(belum melewati Kongress) yang mewajibkan the Secretary of

State untuk menyerahkan sebuah laporan kepada the

Committees on Appropriations "status investigasi kasus Munir

Said Thalib, termasuk upaya-upaya pemerintah Indonesia untuk

menangkap setiap individu yang memerintahkan pembunuhan

tersebut dan aksi lainnya yang diambil oleh pemerintah

Indonesia (termasuk Peradilan Indonesian, Polisi dan Badan

Intelijen Negara[BIN]), untuk membawa individu yang

bertanggung jawab ke depan hukum."

 Informasi terakhir mengenai langkah yang ditempuh Leahy

semakin jelas, bahwa konsentrasi persoalan memang ke arah

tekanan untuk penuntasan kasus Munir. Seperti pernah saya

ungkapkan dalam tulisan saya tentang kasus Munir yaitu Duka

Cita Para Intel dan AM Hendropriyono Versus TPF Munir bahwa

kasus Munir memang kompleks dan bahkan menyulitkan posisi

Intelijen Indonesia secara keseluruhan (baik segenap anggota

maupun institusinya). Posisi sebagian besar pemberitaan media

dalam kasus Munir secara nyata telah menurunkan tingkat

kepercayaan publik terhadap BIN (bila ada survey, saya berani

bertaruh untuk asumsi ini). Lebih jauh, keresahan anggota

intelijen dalam bekerja untuk rakyat, bangsa dan negara

Indonesia menjadi semakin nyata. Karena saat ini praktis hanya

intelijen sipil BIN yang tidak jelas masa depannya. Mulai dari

ketiadaan payung hukum yang jelas, tuduhan secara institusional

yang berarti menggeneralisir BIN sebagai salah satu lembaga

Intel oh Intel 218


pelanggar HAM, dan sekarang secara khusus ada tekanan

internasional (Amerika) yang khusus mengarah pada BIN melalui

kasus Munir.

 Pemberitaan tentang pernyataan AM Hendropriyono di depan

kader PDI-P (masalah kata diMunirkan) cukup tendensius dalam

menggiring opini publik ka arah kesimpulan terntentu. Begitu

juga soal hubungan telpon genggam/HP Muchdi Pr dengan

Pollycarpus dan pada akhirnya akan berputar-putar dalam

argumentasi hukum. Semakin lama kasus Munir semakin

terbengkalai dan semakin sulit pembuktiannya di depan hukum.

Bila semua hanya berangkat dari dugaan ataupun diduga kuat,

maka sistem peradilan nasional Indonesia tidak akan bisa

memutuskan sebuah keputusan hukum tanpa adanya bukti hukum

yang bisa dipertanggungjawabkan. Sementara itu, bila masalah

hukum ini kemudian dicampur aduk dengan tekanan politik dari

sejumlah tokoh penting negara superpower Amerika Serikat

kepada pemerintah Indonesia, bisa dibayangkan semakin

kompleks dan rumitnya masalah ini.

 Dari pengakuan beberapa anggota aktif BIN, ada sedikit berita

yang mengiris hati, yaitu praktis BIN semakin dikebiri dengan

berbagai persoalan yang membayangi. Mungkin tidak pernah

terbayangkan oleh publik, bahwa tidak sedikit anggota BIN yang

sungguh sungguh ingin membawa BIN menjadi organisasi

profesional yang pro-gerakan demokrasi, penegakan hukum dan

perlindungan HAM.

Intel oh Intel 219


 Bila rekan sahabat Blog I-I bertanya bagaimana lantas posisi

Senopati Wirang, hal ini sungguh sangat sulit. Meski misalnya

saya memiliki data cukup belum tentu saya bisa

merekomendasikan satu obat mujarab berdasarkan kalkulasi

resiko yang akan dilalui Presiden SBY, Kapolri, BIN, maupun

Peradilan Indonesia atas pilihan-pilihan langkah strategis

penuntasan kasus Munir pasca dokumen FARA. Saya percaya

Presiden SBY dan anggota Kabinet bidang Polkam sudah memiliki

informasi cukup. Penuntasan secara hukum masalah ini sampai

pada sasaran yang dikehendaki atau berdasarkan dugaan kuat

TPF Munir maupun para "aktivis HAM" Indonesia dan luar negeri

akan sulit karena lemahnya kecukupan barang bukti yang bisa

dibawa ke pengadilan. Hal ini cukup jelas terlihat dari hasil kerja

dan temuan TPF selama masa kerjanya dan hasil rekomendasinya,

bahkan dari jalannya sidang kasus Munir di pengadilan. Mungkin

bagi Senator Patrick Leahy kondisi ini cukup empuk untuk

menjadi "pekerjaan rumah" bagi persoalan HAM Indonesia yang

digelutinya. Leahy mungkin juga sudah melihat kondisi

obyektifnya, dan justru karena kerumitan masalah inilah, maka

beragam dugaan/asumsi dengan mudah digunakan secara logis

untuk meyakinkan salah satu sudut pandang yang bisa menggiring

opini publik.

 Sementara itu, kebenaran kasus Munir justru akan semakin

kabur dan semakin jauh dari meja hukum karena memang

ketiadaan barang bukti baru yang bisa digunakan untuk membuka

kembali atau menuntaskan kasus Munir. Semakin performance

Intel oh Intel 220


pemerintah Indonesia menjadi lebih buruk dalam kasus Munir,

semakin membuka kesempatan bagi orang-orang seperti Leahy

untuk terus menekan dengan alasan yang telah dipersiapkan dan

cukup meyakinkan publik Amerika. Bila pun akhirnya-pun tekanan

itu semakin kuat, maka pemerintah dalam hal ini Presiden SBY

harus mampu mengambil langkah yang tepat, seperti dalam

permainan catur, pengorbanan atau ketiadaan langkah terbaik

karena hasilnya tetap pengorbanan. Nah siapa yang dikorbankan

itu tergantung dari kalkulasi resikonya.

Bila ada kekeliruan data, mohon rekan-rekan sahabat Blog I-I

memberikan koreksi.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, September 09, 2006

Intel oh Intel 221


Kepemimpinan Sipil BIN

Sekitar sebulanan yang lalu, tepatnya sekitar hari-hari menjelang lebaran

seorang lingkaran dekat Presiden menanyakan pendapat saya tentang

calon pengganti Kepala BIN, Syamsir Siregar.

Beberapa nama yang beredar cukup menarik untuk dibahas, baik dari

mereka yang berlatar belakang militer maupun sipil. Saya tidak akan

membahas mereka yang berlatar belakang militer, karena siapapun

Jenderal Bintang dua, tiga atau empat yang duduk di pucuk pimpinan BIN

jarang mengalami resistensi internal maupun kemampuan dalam

pengelolaan jaring intelijen domestik dan internasional.

Saya akan melakukan perbandingan antara dua calon dari kalangan sipil

yang memiliki kans yang sama kuat, yaitu antara Sdr. As’at Said Ali dan

Sdr. Makarim Wibisono.

Dari sudut pandang supremasi sipil dan pemantapan organisasi intelijen

sipil, maka kedua tokoh tersebut sama-sama menjanjikan reformasi

organisasi BIN menjadi seperti CIA atau seperti lembaga intelijen sipil

lainnya di dunia. Hal itu tentu bukan berarti terjadi pergeseran dari sifat

militeristik menjadi murni sipil. Faktor penting dari kepemimpinan sipil

semata-mata hanya bermakna simbolik bahwa dalam dunia intelijen

Indonesia, kepemimpinan sipil tidak lagi diharamkan.

Selama ini, kepemimpinan sipil dikebiri dalam opini ketidakmampuan

ataupun ketidaktegasan karakter yang sulit diperbaiki. Sementara

kepemimpinan militer hampir selalu menjadi pilihan terbaik.

Tulisan ini bukan bermaksud menciptakan dikotomi sipil-militer, karena

hal ini harus dibuang jauh-jauh dari benak komunitas intelijen. Apa yang

dibutuhkan oleh dunia intelijen Indonesia adalah kepastian hukum,


Intel oh Intel 222
pembinaan karir yang baik serta mekanisme dan sistem organisasi yang

mantap. Kemudian mengenai siapa-siapa yang mengisi posisi-posisi penting

intelijen tidak memandang seseorang itu sipil atau militer, melainkan

dilihat dari kemampuannya. Sekali lagi bila seorang sipil naik sampai

puncak pimpinan BIN, maka hal ini menjadi sebuah momentum

keseimbangan yang di masa mendatang akan semakin mendewasakan sikap

para pemimpin intelijen dalam memandang latar belakang seorang

pimpinan intelijen, yaitu berdasarkan pada kemampuan dan prestasi.

Saya pribadi melihat bahwa kepemimpinan intelijen Indonesia baik dari

kalangan sipil maupun militer telah memperlihatkan prestasi tersendiri

yang tidak perlu diungkapkan. Sedangkan dari sisi kekurangannya kita

juga bisa memperhatikan sejumlah pemberitaan yang menerpa dunia

intelijen Indonesia.

As’at atau Makarim

Dari sudut pandang kapasitas intelektual, saya kira gelar-gelar akademis

tidak bisa menjadi satu-satunya ukuran. Karena meski hal itu secara jelas

memperlihatkan sebuah catatan tertulis tentang prestasi seseorang,

namun hal itu tidak menjamin seseorang mampu menjadi pimpinan

intelijen.

Dari sudut pandang jaringan intelijen, Sdr. Makarim Wibisono mungkin

bisa memperbesar kerjasama intelijen internasional dan menciptakan unit

intelijen aktif (spionase). Hal sama tentu saja bisa di lakukan oleh Sdr.

As’at karena pengalaman luar negeri Sdr. As’at yang begitu luas. Tetapi

bagaimana dengan jaringan intelijen domestik yang utamanya diarahkan

Intel oh Intel 223


pada kontra-intelijen, kontras-spionase, kontra-terorisme. Sdr. As’at

jauh lebih unggul dibanding Sdr. Makarim.

Dari sudut pandang kedekatan politik dengan kekuatan-kekuatan politik

dalam negeri. Nilai lebih Sdr. Makarim hanya kedekatan dengan SBY dan

lingkarannya dan basis organisasinya, yaitu Deparlu. Terbuka pula

kemungkinan Makarim memiliki akses dengan sejumlah tokoh politik

dalam negeri. Sementara itu, Sdr. As’at diterpa gosip kedekatan dengan

PDI-P dan Partai Golkar, sehingga sebagian kalangan SBY merasa

khawatir. Padahal Sdr. As’at lebih tepat bila dilihat sebagai tokoh

intelijen yang memiliki kedekatan dengan hampir seluruh kelompok Islam

Moderat di dalam negeri. Lebih jauh, sebagai seorang organik intelijen,

bisa dikatakan bahwa semua unsur intelijen tidak ada bedanya dengan

prajurit perang yang tidak akan melakukan pembangkangan politik kepada

pimpinan negara (Presiden).

Dari sudut pandang organisasi, kekecewaan yang sangat besar akan

dialami oleh lebih dari 80% organik BIN bila akhirnya orang sipil pertama

yang memimpin BIN bukanlah seseorang yang sama-sama berjuang di

dalam organisasi dalam waktu yang lama. Saya mendengar kabar akan ada

pengunduran diri besar-besaran dari jajaran pimpinan BIN sebagai

bentuk protes. Saya perkirakan hal ini akan menjadi awal kejatuhan SBY,

yang bisa jadi akan semakin terpuruk popularitasnya.

Dari sudut pandang keinginan untuk memanfaatkan Sdr. Makarim sebagai

bumper/martir menyelesaikan masalah HAM, khususnya kasus Munir.

Saya kira setelah Sdr. Makarim melakukan evaluasi langsung pada intisari

permasalahan juga akan terdiam seribu bahasa. Hal yang sama juga akan

menimpa kepemimpinan Sdr. As’at, bahkan siapapun dari kalangan militer.

Intel oh Intel 224


Perlu diketahui bahwa meskipun Sdr. As’at dan sebagian besar pimpinan

sipil BIN bersih dari kasus Munir, namun kode etik dan sumpah intelijen

sudah menjadi darah daging kehidupan insan intelijen. Khusus untuk

masalah ini, sebaiknya SBY sendirilah yang mempersiapkan diri untuk

mengambil langkah berani, sehingga seluruh jajaran polkam akan

memberikan dukungan penuh.

Dari sudut penerimaan kalangan militer. Saya kira bila secara definitif

kepemimpinan sipil bisa mencapai puncaknya di BIN, kalangan militer akan

bisa menerima. Hanya saja hal ini membutuhkan kerja ekstra bagi

seseorang yang jarang berinteraksi dengan kalangan militer.

Catatan penting!!!! Kepemimpinan saat ini ada ditangan Sdr. Syamsir

Siregar yang meski saya lihat agak kelelahan selama memimpin BIN, telah

menunjukkan dan meneruskan tradisi organisasi BIN yang terus berusaha

meningkatkan profesionalitasnya. Seperti kita lihat bersama,

persahabatan sipil-militer dalam tubuh BIN bisa tetap terjaga atas

dasar saling menghormati dan bekerjasama dalam memenuhi tugas

pokoknya.

Sekian

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 03, 2006

Intel oh Intel 225


Diskriminasi Penghasilan di BIN

Kurang lebih sebulan yang lalu saya mengangkat tema yang langsung

membidik BIN, yaitu tentang kepemimpinan sipil BIN. Tidak disangka

tidak dinyana berbagai pertanyaan mengenai pertimbangan siapa yang

pantas menggantikan Sdr. Syamsir Siregar berhamburan ke Blog I-I. Di

awal Januari ini isu itu kembali berhembus dan kali ini bukan di Istana

melainkan di kalangan DPR, baca detik.com edisi 9-10 Januari 2007.

Sungguh menarik karena saya bisa merasakan mayoritas anggota Dewan

telah melihat sosok yang paling tepat untuk diangkat. Sementara dari

pihak SBY justru masih terikat dengan janji ke kalangan dekat (eks Tim

Sukses) serta hasil bisikan agen-agen CIA di Istana. Berapapun nama

diajukan SBY, sebenarnya hanya ada satu calon yaitu yang pernah

dijanjikan SBY.

Berlawanan dengan keinginan SBY, kondisi nyata di DPR dan organisasi

BIN sungguh mendambakan kepemimpinan sipil dari dalam BIN.

Wah judul artikel tidak nyambung dengan paragraf pembukaan.....???

maklum sudah semakin pikun. Baiklah....akan saya kait-kaitkan dengan

judul artikel kali ini.

DISENSOR ATAS PERMINTAAN AGEN P5

Intel oh Intel 226


Berikut ini catatan yang diberikan agen P5 :

Yth. Pak Seno

Saya hanya ingin berbagi pendapat soal diskriminasi yang Pak Seno

sebut-sebut dalam artikel yang berjudul Diskriminasi Penghasilan di

BIN. Semoga Pak Seno berkenan dan juga menjadi bahan pemikiran bagi

rekan-rekan pembaca Blog I-I.

Pertama, sangat tidak etis membeberkan "kelemahan" organisasi ke

dalam media Blog I-I yang bisa dibaca di seluruh dunia. Kekecewaan yang

mendalam dari sejumlah oknum yang mengirim informasi/e-mail kepada

Pak Seno masih kurang cukup bila dijadikan satu-satunya referensi

tulisan yang tendensius dan penuh tuduhan tersebut. Alangkah baiknya

semua informasi dikumpulkan dan kemudian dikonfrontasikan langsung

kepada pimpinan intelijen guna mendapatkan tanggapan yang berimbang.

Kedua, sadar maupun tidak sadar Pak Seno telah berkontribusi dalam

merusak citra organisasi intelijen negara yang sedang dibangun. Alangkah

baiknya jika memang ada hard fact tentang kerusakan organisasi di

sektor manapun segera dilaporkan ke pihak yang berwenang. Kritik

membangun ke dalam organisasi lebih diperlukan daripada teriak-teriak

meludahi wajah sendiri (meminjam istilah Pak Seno, maaf).

Ketiga, dalam pengamatan saya Pak Seno telah memiliki pengaruh luas

karena benar adanya bahwa Pak Seno telah menjadi bahan pembicaraan

yang melebihi orang-orang intel yang telah dikenal publik di negeri ini.

Posisi "maya" Pak Seno yang signifikan ini sebaiknya lebih terarah pada

Intel oh Intel 227


reformasi dan penguatan organisasi intelijen yang tidak mengabaikan

citra organisasi di mata masyarakat.

Demikian pendapat saya, mudah-mudahan Pak Seno tidak tersinggung dan

menjadi bosan menyoroti dunia intelijen Indonesia.

Terima kasih

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, January 10, 2007

Intel oh Intel 228


Kepada Yang Tersayang Adik-Adik STIN

Tiga hari yang lalu seseorang menyampaikan peringatan bahwa Blog I-I

bisa berdampak negatif kepada calon-calon agen potensial yang sedang

digembleng. Karena Blog I-I hanya memberikan kesan suramnya masa

depan karir di dunia intelijen. Diperkirakan telah terjadi penurunan

semangat di kalangan calon agen setelah membaca tulisan-tulisan gila dari

Senopati Wirang.

Sebelumnya saya mohon maaf bila tulisan dalam Blog I-I dianggap

mengandung racun yang mematikan.

Secara singkat saya ingin membesarkan hati adik-adik bahwa kesuksesan

hidup dunia tidak semata-mata dilihat dari cemerlangnya jalur karir,

tidak dari gemerlapnya penghasilan harta, tidak dari kejeniusan belaka.

Melainkan secara utuh menjadi bagian jati diri patriot bangsa yang

merupakan identitas prajurit intelijen yang tidak cepat puas dan tidak

cepat menyerah. Sesungguhnya hakikat keberhasilan berkarir di dunia

intelijen bukan hanya terletak pada bukti-bukti suksesnya sebuah analisa

atau operasi, melainkan lebih ke dalam prinsip hidup kita yang mengabdi

pada keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Andaipun harus mati

demi prinsip tersebut akan terasa nyaman dan ringan. Perhatikan mereka

yang menjadi legenda dalam dunia intelijen, banyak yang dihargai setelah

melalui hinaan dan penderitaan. Hal itu semata-mata hanya tragedi

kehidupan dimana intelijen dengan segala citra hebatnya hanyalah

manusia biasa yang memegang keyakinan tentang fungsinya untuk

menjaga seluruh komponen bangsa dari kehancuran. Ini hanya sebuah


Intel oh Intel 229
pesan yang membuat saya masih hidup bergairah menyoroti dunia

intelijen Indonesia. Merupakan pesan turun-temurun dari senior intelijen

sejak masa perjuangan yang sebagian telah diabadikan dalam janji

prajurit perang fikiran (semoga diajarkan di sekolah).

Sekian dan mohon maaf bila Blog I-I telah meracuni pikiran adik-adik.

Saya terbuka untuk berdiskusi kritis bila memang perlu dan kpada

segenap rekan Blog I-I jangan sungkan untuk memberikan koreksi dan

teguran.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, January 10, 2007

Intel oh Intel 230


Intel Menjawab

Beberapa e-mail dari rekan-rekan pembaca Blog I-I berisi keluhan dan

pertanyaan bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang intel. Saya

jadi teringat sekitar 20an tahun silam ketika beberapa intel junior dalam

komunitas intelijen Indonesia bersenda gurau dan saling bercerita

tentang betapa repotnya menjalani tugas sebagai anggota intelijen dalam

kehidupan sehari-hari. "Enaknya" pada era Orde Baru adalah bahwa

kekuasaan begitu besarnya, sehingga kerisauan intelijen itu hanya

sebagai obrolan ringan setelah mendapatkan pelatihan masalah cover

yang ideal.

Bagaimanapun juga, seorang intel adalah mahluk sosial dengan berbagai

hubungan sosial yang harus dipelihara dengan baik serta dijalani secara

normal seperti orang biasa.

Berikut ini, saya berikan beberapa catatan untuk rekan-rekan Blog I-I

yang masih risau tentang menjalani kehidupan sebagai individu dan

anggota masyarakat sekaligus juga sebagai petugas intelijen.

Pertama mempraktekan prinsip anonim. Seorang petugas intelijen perlu

meresapi bahwa keberadaan dirinya yang terkait dengan institusi

intelijen adalah tanpa nama. Saya sudah mencontohkan dengan eksistensi

Senopati Wirang yang telah mengambil semua identitas, semua ide,

semua intelektualitas jati diri saya yang kemudian dipublikasikan ke

dalam dunia maya Blog I-I.


Intel oh Intel 231
Kedua terkait dengan prinsip anonim, apabila sulit dihindari untuk

terungkapnya identitas asli kepada keluarga, sahabat/teman, kolega

kerja dari institusi lain, maka tidak ada gunanya apabila hal itu ditutup-

tutupi dengan kebohongan. Langkah yang perlu ditempuh adalah dengan

hanya mengakui adanya keterkaitan dengan institusi intelijen. Misalnya

Saya Fulan bekerja di Baintelkam Polri, saya Johnny bekerja di BAIS

TNI, saya Budi bekerja di Intelijen Imigrasi, saya Anto bekerja di BIN,

saya Agus bekerja di Intelijen Kejaksaan Agung, dst. Hal penting yang

perlu diperhatikan adalah bahwa informasi itu tidak tersebar lagi lebih

luas dengan meminta perhatian pihak yang sudah tahu. Lebih dari itu, misi

utama, kegiatan, serta keahlian khusus anda sebagai petugas intelijen

tetap dirahasiakan.

Ketiga terkait dengan keahlian khusus yang anda miliki sebagai seorang

petugas intelijen, maka ada saat-saat dimana anda mendapat

pelatihan/training. Sejumlah metode pelatihan adalah bersifat terbuka

dan merupakan keahlian dasar yang wajib diketahui oleh seorang intel.

Namun ada pelatihan yang sangat khusus yang sangat sensitif yang

langsung terkait dengan pekerjaan anda, hal yang semacam ini bukan

untuk dipamerkan ataupun diketahui banyak orang di luar organisasi.

Sebagai contoh keahlian dalam menggunakan intelligence devices,

keterampilan membunuh secara "wajar", dan keterampilan melakukan

trick kotor intelijen. Saya kira rekan-rekan Blog I-I senior akan bisa

mengingat siapa saya, karena keterampilan yang saya peroleh di CIA dan

Mossad pada tahun 80-an hanya diikuti oleh sangat sedikit orang. Karena

Intel oh Intel 232


sedikit itulah, maka saya cukup percaya diri akan kerahasiaan yang akan

selalu melindungi.

Keempat masalah verifikasi pekerjaan yang harus dilakukan ketika kita

melakukan hubungan dengan dunia praktis di sekitar kita. Misalnya hal ini

terkait dengan hubungan dengan Bank (tabungan, kredit pinjaman, kartu

kredit, dll), pemilikan properti, dan data-data administrasi lainnya.

Adalah sangat penting untuk mempersiapkan cover job yang sempurna,

dalam artian benar-benar ada sampai pada tingkat verifikasi dan back

stopping yang kuat.

Kelima masalah hubungan dengan media massa. Sebuah situasi yang ideal

adalah keberadaan sebuah Divisi atau Direktorat Kebijakan Informasi

Publik atau semacam Humas/PR. Organisasi Intelijen dari waktu ke waktu

akan menjadi berita di media cetak, TV maupun internet. Oleh karena itu

Divisi yang bertanggungjawab yang memberikan pernyataan resmi. Dalam

kasus Indonesia, pimpinan Intelijen seperti KA BIN, KA BAIS, KA

BAINTELKAM, sekaligus merangkap menjadi humas. Apabila anda telah

mencapai posisi yang tinggi dan mulai dikenal publik, jangan sekali-kali

memberikan konfirmasi ataupun penyangkalan atas sebuah informasi yang

terkait dengan organisasi intelijen di mana anda bekerja. Jawaban

singkat berupa no comment sudah cukup. Bahkan bila anda masih pada

tingkatan yang lebih rendah, jangan sekali-kali memberikan konfirmasi

atau penyangkalan walaupun hanya sebagai bincang-bincang ringan dengan

anggota keluarga atau teman.

Intel oh Intel 233


Keenam terkait dengan masalah kewaspadaan seorang intelijen adalah

melekat dan sungguh-sungguh dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari

dan menjadi otomatis duluan seperti iklan sebuah produk motor

automatic. Misalnya dalam kasus konflik komunal, terorisme, dan kegiatan

intelijen asing, maka menjadi kewajiban untuk melaporkan apabila anda

sungguh-sungguh menemukannya walaupun itu di luar tugas pokok unit

anda.

Ketujuh terkait masalah tingkatan klasifikasi informasi yang cara

menanganinya. Mulai dari catatan tulisan tangan anda sampai laporan

khusus. Secara umum hanya ada tiga tingkatan kerahasiaan yaitu

Terbatas, Rahasia, dan Sangat Rahasia. Namun tingkatan itu bisa saja

diperbanyak tergantung keputusan pimpinan masing-masing organisasi.

Kedelapan adalah prinsip need-to-know yang harus secara ketat dijalani

dalam keseharian kerja seorang intelijen. Banyak omong, distribusi

laporan yang sembarangan, atau kekeliruan dalam proses pelaporan

adalah hal-hal yang bisa merusak mekanisme kerja intelijen. Mungkin

anda berpikir Blog I-I sudah melanggar prinsip ini, saya tidak

menyangkalnya karena Blog I-I memang menjadi konsumsi publik.

Pembelaan saya adalah bahwa saya membuka diri untuk koreksi dari

siapapun untuk bisa menyajikan sebuah proses pembelajaran dan

reformasi Intelijen Indonesia.

Intel oh Intel 234


Kesembilan prinsip For Official Use Only (FOUO) harus secara ketat

diterapkan dalam setiap dokumen yang diberikan tanda Untuk

Kepentingan Dinas. Jangan sampai anda campur adukkan dengan

keseharian pekerjaan rutin maupun pribadi. Anda berkesempatan

memanfaatkan informasi-informasi penting untuk hal-hal yang

menyimpang. Misalnya untuk pemerasan, untuk mencari keuntungan, untuk

membuka peluang bisnis, untuk kepentingan kelompok atau pribadi. Oleh

karena itu, janganlah tergoda untuk menjerumuskan diri ke situasi

tersebut.

Kesepuluh masalah publikasi karya seorang petugas intelijen. Diperlukan

persetujuan dari pimpinan intelijen untuk setiap publikasi seorang

petugas intelijen yang mungkin berisi data-data intelijen. Bahkan

meskipun bila anda sudah pensiun seperti saya, ada sebuah proses review

atas hasil karya anda. Sekali lagi rekan-rekan Blog I-I akan bingung,

apakah Blog I-I sudah direstui? jawabnya tanyakan pada jajaran

pimpinan Komunitas Intelijen Indonesia (IC). Apapun kontroversinya,

Blog I-I sekali lagi memberikan ruang koreksi yang sangat luas kepada

organisasi intelijen di Indonesia untuk klarifikasi, koreksi, sensor, dan

apapun namanya dengan catatan atau alasan yang dimenegrti Blog I-I.

Kesebelas masalah pengamanan pribadi anda sebagai seorang petugas

intelijen. Ketika seorang petugas intelijen keluar dari kantornya, ada

begitu banyak informasi yang ada di kepalanya. Oleh karena itu, seorang

petugas intelijen juga menjadi target pihak oposisi yang ingin

Intel oh Intel 235


membongkar informasi dari organisasi intelijen. Karena itu waspadalah

dan jagalah keselamatan anda di manapun berada.

Keduabelas masalah hubungan dengan warga negara asing. Petugas

Intelijen Indonesia seyogyanya waspada terhadap infiltrasi agen-agen

asing ke dalam organisasi dan usaha-usaha menjadikan anda seorang

double agent. Setiap hubungan dengan orang asing mencakup percintaan,

kewajiban dalam satu organisasi internasional, dan hubungan profesional

lainnya pada prinsipnya wajib diketahui organisasi. Apalagi jika hubungan

tersebut menjadi semakin erat, misalnya dari percintaan mengarah pada

pernikahan, harus ada proses clearance yang teliti. Meski begitu,

hubungan-hubungan dengan WNA yang memang dirancang dalam sebuah

rencana operasi yang dikendalikan oleh Case Officer dari Markas Pusat

adalah sah-sah saja.

Ketigabelas korespondensi dengan warga negara asing. Berbeda dengan

poin nomor dua belas, maka masalah korespondensi bisa dibedakan

korespondensi sosial (penpal) dan korespondensi strategis, yaitu yang

membahas aspek-aspek pekerjaan intelijen. Korespondensi yang

berpotensi membahas pekerjaan organisasi adalah dilarang atau

setidaknya diketahui pimpinan atau menjadi bagian dari operasi intelijen.

Meskipun sangat sulit, karena sekarang sudah menjadi begitu cepat

prosesnya melalui internet, maka tanggung jawab kontrolnya ada di

tangan anda.

Intel oh Intel 236


Keempatbelas Masalah mengunjungi Kedutaan Besar negara lain atau

bertemu dengan diplomat asing. Karena dalam setiap Kedutaan Besar

asing selalu ada agen intelijen, maka seorang petugas intelijen tidak

dianjurkan untuk berkunjung ke Kedutaan Besar atau menemui diplomat

asing (bisa jadi diplomat intel). Urusan Visa, dan masalah-masalah yang

terkait dengan Kedutaan Besar asing seyogyanya dikondultasikan dengan

unit liaison agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Kelimabelas masalah kegiatan radio amatir yang rawan dari eksploitasi

intelijen asing termasuk kepemilikan website yang bisa membongkar

individu-individu penting intelijen. Blog I-I berkali-kali menjadi sasaran

desepsi asing yang seolah-olah merupakan sumbang saran dari sesama

rekan Blog I-I yang nasionalis. Itulah sebabnya Blog I-I sangat

berterima kasih kepada beberapa agen senior dan sedikit pimpinan

intelijen yang memberikan perhatian berupa teguran, kritik, saran dan

konfirmasi.

Keenambelas masalah perjalanan pribadi ke luar negeri. Setiap petugas

intelijen Indonesia yang melakukan kunjungan ke luar negeri dalam urusan

pribadi harus mendapatkan persetujuan dari pimpinan intelijen. Hal ini

terkait dengan pengamanan. Hukuman kepada petugas intelijen Indonesia

yang lalai atau sengaja tidak melaporkan kunjungan ke luar negeri

maksimal dikeluarkan dari kedinasan. Ini merupakan masalah prinsip

disiplin petugas demi terjaganya fungsi pengawasan yang maksimal dari

penghianat di dalam organisasi. Misalnya saja, pada tahun 1979 saya

melakukan kunjungan pribadi kepada seorang tokoh KIN yang tersingkir

Intel oh Intel 237


ke Taiwan, saya melaporkan secara rinci rencana tersebut langsung

kepada pimpinan. Selain silaturahmi, ada misi memahami kebijakan baru

RRC dalam kepemimpinan Teng Hsiao Bing.

Ketujuhbelas masalah keanggotaan dalam sebuah organisasi lokal,

regional maupun internasional. Adalah sah-sah saja bila seorang petugas

intelijen menjadi anggota atau bahkan pengurus organisasi.

Persyaratannya sangat sederhana, jelas maksud dan tujuannya. Apalagi

untuk organisasi internasional, tentu harus sepengetahuan pimpinan

intelijen. Perlu diketahui bahwa ada organisasi yang dibentuk memang

untuk menghancurkan organisasi intelijen, maka berhati-hatilah bila

kegiatan yang dituju dalam organisasi bisa kontraproduktif terhadap

kegiatan anda, pengecualian hanya bila ada dalam rencana operasi

interlijen, misalnya organisasi target intelijen.

Kedelapanbelas masalah perubahan status pernikahan, perceraian, dan

ganti nama. Kesemua itu wajib dilaporkan kepada organisasi.

Kesembilanbelas masalah narkoba adalah masalah yang sangat

membahayakan kinerja seorang petugas intelijen. Hukuman berupa

pemecatan secara tidak hormat adalah wajar.

Keduapuluh masalah senjata dan tanda pengenal dalam kantor pusat.

Kedisplinan dalam memperlakukan senjata dan tanda pengenal bagi

petugas intelijen Indonesia adalah vital. Kedua hal tersebut melekat

dalam identitas seorang petugas. Pada saat ke kantor pusat pemakaian

Intel oh Intel 238


tanda pengenal adalah wajib, dan pada saat di luar tugas tanpa pengenal

tidak boleh hilang ditempat umum. Demikian pula dengan senjata,

kehilangan kedua hal tersebut bisa berakibat sanksi yang berat.

Keduapuluhsatu masalah kehilangan informasi penting harus dilaporkan

kepada pimpinan langsung untuk dilakukan review tingkat resiko yang bisa

ditimbulkan. Misalnya ketika terjadi pembocoran dari dalam organisasi

hal ini harus diselidiki secara seksama untuk mengetahui pihak yang

membocorkan yang bisa dihukum dengan pemecatan.

Keduapuluhdua msalah penggunaan jalur telepondan fax aman dan tidak

aman. Untuk pembicaraan yang rahasia seperti rencana operasi, maka

wajib menggunakan jalur telepon aman yang bebas penyadapan. Anda bisa

menggunakan berbagai metode, alat, atau sandi (encrypted).

Catatan tersebut di atas hanya sebagai masukan demi profesionalitas


petugas intelijen yang memahami kewajibannya dalam menjalankan tugas
serta menjalani kehidupan wajar sehari-hari. Bila rekan Blog I-I ada
tambahan ide, silahkan ditambahkan.

Sekian, semoga bermanfaat

Posted by Senopati Wirang /Saturday, February 24, 2007

Intel oh Intel 239


Cambridge Circus

"I get so angry but I keep my mouth shut"

Begitulah ekspresi seorang Senopati Wirang bila harus mendongeng

tentang Cambridge Circus. Buat rekan-rekan yang belum terlalu banyak

tahu tentang kisah-kisah penghianatan intelijen, ada baiknya mengunjungi

link Cambridge Circus yang mudah-mudahan bisa mempersingkat waktu

dalam memahami salah satu istilah yang wajib diketahui oleh insan

intelijen. Namun bila rekan-rekan Blog I-I ingin lebih serius lagi maka

akan sangat baik untuk membaca buku John Le Carre atau menonton film

berikut ini :

Adalah seorang Bird Commander yang memancing saya untuk menulis

artikel ini.

Silahkan dilanjutkan bila tertarik.........sebelum rekan-rekan Blog I-I

melanjutkan ada baiknya dipahami bahwa masalah ini sangat serius

sehingga saya harus sangat berhati-hati dalam penulisannya.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa kisah tentang Mole (agen penetrasi

yang ada di dalam organisasi intelijen, umumnya double agent) merupakan

keniscayaan yang sulit dihindari dalam dunia intelijen. Hal itu menjadi

natural bagi orang-orang intel dan sangat dipahami bahwa tingkat

probabilitanya cukup tinggi. Di Indonesia pernah dihebohkan dengan

kasus Susdaryanto yang kemudian menjadi catatan klasik dunia intelijen

Indonesia. Belajar dari kasus tersebut, para tikus-tikus bermain dalam

tataran yang lebih aman yaitu dengan mengembangkan sayap-sayap

Intel oh Intel 240


pendukung yang kuat serta menghindari pertemuan langsung di Indonesia.

Dengan mengandalkan alat komunikasi yang relatif lebih canggih dari

alat-alat yang dimiliki Intelijen Indonesia, para tikus bisa merasa aman,

dan demikianlah faktanya.

Celakanya Blog I-I melihat bahwa beberapa tikus tersebut termasuk

intel andalan di jajaran Polri, TNI dan BIN. Tentu saja tuduhan Blog I-I

akan berdampak serius dengan tuntutan adanya klarifikasi dengan fakta

dan tunjuk muka siapa si tikus yang dimaksud. Sejujurnya Blog I-I tidak

bisa tunjuk muka atau memberikan DPO Circus yang dimaksud. Mengapa

demikian? karena memang tidak pernah ada lagi operasi pengungkapan

infiltrasi intel asing ke dalam tubuh organisasi keamanan Indonesia.

Selain dianggap naif dan mengada-ada, setiap kecurigaan ke arah sana

selalu didahului oleh kelihaian para tikus untuk menghentikan kecurigaan

tersebut.

Berikut ini saya kategorikan beberapa jenis kelompok Circus :

Pertama Circus Merdeka Philip dibentuk pada masa operator CIA senior

keturunan Vietnam bekerja di Indonesia, saat ini para tikus diperkirakan

sudah atau akan menduduki posisi-posisi penting dalam organisasi

Intelijen.

Kedua Circus Graha TW, motivasi pada uang dan aksi premanisme yang

akan tergiring menuju gerakan membuka diri pada infiltrasi kepentingan

China, Singapura dan Israel. Sangat kuat dalam organisasi TNI.

Ketiga Circus Opera House sedang bergerak cepat dalam tubuh Polri dan

BIN, merupakan operasi penggalangan Australia yang memberikan begitu

banyak bantuan uang dan teknis.


Intel oh Intel 241
Keempat Circus Mandarin berjalan mantap karena sangat halusnya

senantiasa menjadi kepanjangan kepentingan negara-negara Eropa

khususnya Inggris.

Kelima Circus Sahara yang secara berkelanjutan memposisikan Islam

sebagai ancaman serius bagi NKRI, merupakan antek-antek Mossad yang

sangat lihai.

Blog I-I mengangkat masalah Circus secara ringan hanya sebagai teguran

halus sekaligus peringatan kepada rekan-rekan intel yang telah

terperosok dalam permainan intelijen asing. Mengapa tidak secara keras

dilakukan tindakan disiplin oleh pimpinan intelijen, Mabes Polri dan Mabes

TNI? Blog I-I melihat bahwa kebanyakan anggota Circus tersebut masih

dalam tahapan "tergalang" dan belum sungguh-sungguh melakukan

pembelotan yang serius, motivasi harta dan karir gemilang merupakan

faktor utama. Blog I-I meyakini bahwa mereka hanya salah jalan dan bisa

kembali bertaubat. Dengan kata lain, hanya masalah waktu saja untuk

proses pengumpulan bukti-bukti pro justisia, setidaknya di antara anda

para tikus sudah ada yang bisa merasakan mengapa tiba-tiba karir anda

mandeg bukan?

Semoga catatan yang dangkal ini tidak mengecewakan rekan-rekan Blog

I-I.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, February 27, 2007

Intel oh Intel 242


Refleksi Intelijen Indonesia

Tulisan ini tidak mengandung informasi yang akurat tentang peristiwa-

peristiwa di tanah air. Hanya sebuah refleksi ringan.

Memang dasar negeri penuh misteri dan propaganda, hampir tak ada

kasus yang benar-benar bersih dari unsur misteri alias ketidakjelasan

informasi yang simpang siur. Itulah sebabnya teori konspirasi begitu laku.

Bahkan sejujurnya lama-kelamaan saya jadi ikutan pusing. Bila kebenaran

diungkapkan-pun tidak akan langsung bisa dilihat sebagai kebenaran.

Melimpahnya informasi justru membuat pekerjaan intelijen menjadi

harus ekstra hati-hati. Sementara itu, permainan demi permainan tanpa

kenal ampun terus bergulir dari satu papan masalah ke masalah lain. Dari

luar tampak sebuah dinamika yang sehat dan baik bagi kemajuan manusia

Indonesia yang demokratis. Tetapi siapa yang bisa menduga kehancuran

tiba-tiba Indonesia Raya bak kisah goro-goro ramalan Jayabaya.

Belakangan sejumlah kalangan mempertanyakan masalah Blog I-I, bisa

dipercaya atau tidak? punya afiliasi dengan siapa? berapa besar jaring

informasinya? apa maksud dan tujuannya? adakah kode-kode instruksi

yang tersembunyi? membela kepentingan siapa? dst....dst....dst.

Kita akan sangat berbahaya apabila kita jujur di dunia yang penuh

kebohongan. Ada yang perlu saya syukuri bahwa kepedulian rekan-rekan

semakin lama semakin satu irama dengan Blog I-I, bahkan mereka yang

kontra pun mulai berpikir panjang dan mengajak diskusi-diskusi sensitif

tentang masa depan Indonesia. Sayang saya sudah lambat berpikir dan

terlalu capek untuk mengikuti dinamika perkembangan yang begitu cepat.


Intel oh Intel 243
Sebagai contoh, entah berapa puluh rekan Blog I-I yang menanyakan

apakah artikel Blog I-I tentang Jamaah Islamiyah di Poso merupakan

murni analisa Senopati Wirang. Perlu saya sampaikan bahwa simpati dan

kesamaan visi dari rekan-rekan pembaca Blog I-I telah berkembang

menjadi ikatan longgar untuk sharing informasi. Saya sendiri semakin

sulit memperkirakan berapa besar perkembangan jaring informasi yang

memiliki nafas sama Blog I-I. Banyak informasi yang merupakan serpihan

fakta, banyak juga yang desepsi, serta tidak sedikit yang bertanya-

tanya. Maka saya konfirmasikan kepada rekan-rekan bahwa artikel dalam

Blog I-I merupakan kumpulan dari sejumlah informasi dari rekan-rekan

yang punya akses dan kemudian saya susun menjadi artikel yang mudah

dibaca dan dipahami. Seperti pernah saya sampaikan dalam tulisan-tulisan

awal, maka saya mematuhi kepatutan untuk tidak gegabah membahas

suatu kasus yang masih dalam proses penyelidikan. Apalagi kasus sensitif

gerakan kelompok teroris yang sedang dikejar-kejar Densus 88. Apabila

saya bawakan oleh-oleh cerita tentang lolosnya NMT atau AD tentu akan

pihak geregetan ingin menjitak kepala saya. Densus 88 sudah bekerja

dengan sangat baik.

Informasi tentang Jamaah Islamiyah, NII KW 9, keterlibatan oknum

aparat, keterlibatan intelijen asing, perang melawan teror, pembusukan

citra Islam, adu domba Islam-Kristen, konflik komunal, operasi cabut

mandat, masalah perampokan pasir oleh Singapura, sikap Malaysia yang

arogan, isu HAM, kelompok neoliberal, bangkitnya Partai Komunis

Indonesia, dll begitu simpang siur di tengah-tengah masyarakat. Bahkan

dalam forum komentar Blog I-I pun mulai tampak simpang siur yang saya

Intel oh Intel 244


kewalahan untuk meresponnya satu per satu. Mudah-mudahan artikel-

artikel dalam Blog I-I tidak semakin memperkeruh keadaan.

Ojo kagetan Ojo gumun kata mantan Presiden Suharto. Rekan-rekan juga

tidak perlu emosional dalam menyikapi setiap suasana keruh yang

disebabkan oleh menebalnya kabut persoalan yang harus disingkapkan

oleh intelijen.

Bila Indonesia Raya memang berambisi menjadi negara 5 besar di dunia

pada tahun 2030 dengan pendapatan per kapita US$ 18.000 seperti

diungkapkan oleh Presiden SBY, maka sudah tidak bisa ditawar lagi

penguatan sektor intelijen sebagai garda depan penjaga keselamatan

bangsa. Saya katakan demikian karena bila kita belajar dari RRC, jelas

sekali bahwa sejak tahun 1960-an intelijen RRC yang dipimpin oleh Otak

Revolusi Kebudayaan Kang Sheng yang telah merancang pondasi yang

kokoh bagi intelijen modern RRC, diantaranya dengan pendataan seluruh

Cina Perantauan yang potensial bagi pembangunan nasional RRC. Secara

khusus misalnya ditetapkan target kepada Ilmuwan Cina Perantauan yang

sangat cerdas untuk bekerja di luar negeri dan pada waktunya dipanggil

kembali untuk membangun Cina. Kemudian target juga diarahkan kepada

kapitalis Cina di dunia. Sehingga, meski Kang Sheng akhirnya harus

dihukum karena tuduhan terlibat kasus Gang of Four. Intelijen RRC telah

membangun jaring intelijen manusia yang luar biasa atau mungkin yang

terbesar di dunia. Jaring itulah yang diteruskan oleh institusi intelijen

untuk terus mendukung pembangunan RRC sebagai negara besar.

Sehingga ketika terjadi pergeseran konsep pembangunan, tidak ada

masalah atau gejolak yang berarti, secara mantap terjadi kesinambungan


Intel oh Intel 245
dari pemimpin lama kepada pemimpin baru, bagaikan lari estafet yang

tidak terputus di tengah jalan.

Bagaimana dengan Indonesia? dengan kondisi intelijen yang tercerai

berai, kondisi demokrasi yang sarat politik kepentingan, adakah jaminan

bahwa program pembangunan Indonesia akan konsisten dan berkelanjutan

dari waktu ke waktu. Bukankah hampir menjadi tradisi di Indonesia untuk

terjadinya jeda/putusnya kesinambungan pembangunan ketika terjadi

perubahan pemimpin. Oh entah kapan lahir kesadaran komunal seluruh

komponen bangsa untuk berperilaku benar demi kelangsungan Indonesia

Raya.

Masalah yang ini belum selesai, meledak masalah yang itu. Masalah yang

itu sedang ditangani, muncul lagi masalah yang lain, begitu dari waktu ke

waktu. Derap langkah pembangunan yang tertatih-tatih dalam perbedaan

konsep, keyakinan, kepentingan, strategi dan bahkan sampai level taktik

pun terjadi perbedaan yang mengarah pada konflik.

Hal itu belum menyoroti soal kinerja. Tanggung jawab anggaran

pemerintah yang hampa kinerja semakin rusak manakala para pelakunya

bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud bekerja sesuai dengan rencana

yang dianggarkan. Ditengah perjalanan banyak bermunculan lembaga-

lembaga ekstra (fungsional) karena lembaga struktural tidak berfungsi.

Ada kesan banyak yang ingin berbuat namun hanya sebatas ingin saja,

berandai-andai tanpa kerja nyata yang bisa dipertanggungjawabkan.

Korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan kontrol yang lemah di berbagai

sektor baik di pusat maupun di daerah. Semuanya menjadi sebuah ramuan


Intel oh Intel 246
maut yang mematikan. Sementara para pelakunya memiliki keyakinan aji

mumpung yang sangat kuat. Mumpung aparat masih bisa dibeli, mumpung

hukum masih bisa pilih kasih, mumpung pemerintahan bisa disandera oleh

kepentingan politik, dan jutaan mumpung lainnya.

Insan intelijen yang ideal di Indonesia adalah sekumpulan orang stress

yang nyaris gila karena harus melihat kenyataan pahit sulitnya menangkap

asap tanpa menyeret anginnya. Sebuah pesan revolusi untuk menyalakan

api karena asap akan hilang bila apinya sudah menyala. Atau menuang

tuba/endrin bening ke dalam air agar ikan mati keluar dari dalam air dan

mengapung, sehingga air tak bergolak ataupun menjadi keruh. Lagi-lagi

pesan revolusi yang sungguh Blog I-I tidak setuju, karena sangat jarang

terjadi revolusi damai, apalagi dalam sejarah bangsa Indonesia.

Tetapi tidak berarti intelijen ideal harus menyerah pada keadaaan dan

duduk bengong tanpa berbuat apapun. Manfaatkanlah Blog I-I untuk

kepentingan bersama. Tegurlah Senopati Wirang bila ada artikel yang

bernada kebohongan, fitnah, ataupun pengelabuan. Koreksilah untuk

kepentingan bangsa Indonesia. Sampaikanlah kebenaran informasi

intelijen walaupun pahit. Tentunya perlu rekan-rekan renungi dahulu

tingkat sensitifitas informasi yang pantas diangkat dalam Blog I-I, bisa

dilihat dari manfaat yang bisa diberikan.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, March 23, 2007

Intel oh Intel 247


Duduk Perkara Mossad dan Intel Asing di Indonesia

Mohon maaf kepada seluruh komponen bangsa Indonesia bila Blog I-I

mengabarkan berita yang kurang enak didengar dan menimbulkan tanda

tanya. Mohon maaf kepada segenap aparatur keamanan pemerintah yang

masih aktif bila Blog I-I membawa kekisruhan. Mohon maaf kepada unsur

pimpinan di Negeri tercinta Indonesia Raya bila informasi-informasi

sensitif dari jaring Blog I-I membuat hati menjadi panas. Sungguh tidak

ada maksud tersembunyi selain meningkatkan kewaspadaan publik serta

mendorong peningkatan Intelijen Indonesia yang berwibawa, kuat,

cerdas, dan cepat tanggap.

Informasi kedatangan Kidon di Indonesia telah mengundang terjadinya

polemik hebat baik secara offline (copy darat) maupun online (silahkan

dicari sendiri linknya). Beberapa kelompok agen binaan Mossad

terdeteksi mengurangi aktivitas dan lebih berhati-hati, beberapa bahkan

mulai menjadi ragu-ragu atas pilihan menjual diri kepada Israel. Dari sisi

kesadaran ini saya merasa ada manfaat positif yang nyata dari Blog I-I.

Meskipun demikian, apa-apa yang dibahas dalam Blog I-I tentang Mossad

maupun Intelijen Asing lainnya bukan sebuah generalisir kebencian

terhadap unsur-unsur asing di Republik Indonesia. Melainkan sebuah

proses kabar berita intelijen berdasarkan dukungan data yang mudah-

mudahan bisa merangsang kewaspadaan yang lebih baik.

Intel oh Intel 248


Blog I-I tidak bermaksud menjerumuskan bangsa Indonesia untuk

berpandangan sempit kepada seluruh unsur asing yang ada di Indonesia.

Blog I-I juga tidak bermaksud melimpahkan seluruh persoalan bangsa

Indonesia kepada kambing hitam yang bernama unsur asing ataupun

Mossad. Bahwa terlalu banyak unsur domestik, pemimpin, pengusaha, dan

elit Indonesia yang menjadi pelacur busuk yang menjual diri kepada unsur

asing itu ada benarnya. Namun kita juga sulit dalam berhadapan dengan

pelacur berwajah manis dan menguasai ekonomi dan politik negara bukan?

Salah-salah kita juga diajak sekalian melacurkan diri demi kesuksesan

pribadi.

Bila artikel-artikel Blog I-I sebelumnya disimpulkan sebagai sebuah

tuduhan yang tidak beralasan kepada Mossad dan Intelijen Asing lainnya,

maka hal itu sebuah kekeliruan karena Blog I-I hanya bertanya-tanya

dalam pengaruh teori konspirasi. Jadi bukan sebuah desepsi informasi

yang bertujuan memanaskan situasi.

Jaring Blog I-I saat ini terus mengembangkan operasi pengumpulan

bahan keterangan untuk menjaga agar kerusakan Indonesia Raya tidak

semakin parah. Terima kasih kepada para ksatria Ronin yang menjadi

garda terdepan dalam menginformasikan berbagai perkembangan

keamanan dan intelijen. Silahkan menjadikan Blog I-I sebagai rumah

bersama kumpulan Ronin atau Senopati tanpa Raja yang senantiasa

mengasah diri. Demi Indonesia Raya, mungkin suatu saat kita bisa

mendapat kehormatan untuk berjuang seperti Kisah 47 Prajurit Ronin di

Edo pada masa akhir pemerintahan Shogun Tokugawa Tsunayoshi.

Intel oh Intel 249


Kembali pada pokok pembicaraan, dan sebagai pemanasan awal, Blog I-I

akan mengungkapkan satu bukti faktual operasi Kidon yang teramat

sensitif dan resikonya sangat besar karena akan menyinggung unsur

pimpinan intelijen atau bahkan berpotensi menyebabkan ybs turun

jabatan.

Seperti pernah saya ungkapkan bahwa rencana infiltrasi yang lebih dalam

ke NKRI telah menjadi agenda Mossad sejak tahun lalu. Sasarannya

adalah lembaga keamanan Indonesia dengan tujuan menciptakan jalur

komunikasi langsung yang tidak bisa diintersep oleh pihak ketiga. Jalur

komunikasi tersebut dibangun atas biaya Mossad, dengan biaya yang

sebenarnya tidak terlalu mahal bagi sebuah negara, namun cukup lumayan

bagi instansi keamanan. Menurut informasi hasil intersep di Singapura,

pembukaan jaring komunikasi tersebut merupakan ujian kenaikan bagi

seorang agen yang telah bertahun-tahun menjadi Katsa di Indonesia.

Selain itu, ada aspek bisnis yang besar berupa pembayaran atas jasa-

jasanya dalam menciptakan jaring kegiatan di Indonesia. Agen tersebut

berinisial ASGF, keturunan Arab serta memiliki hubungan dekat dengan

pimpinan militer dan intelijen Indonesia. ASGF telah berhasil meyakinkan

bahwa komunikasi Jakarta - Tel Aviv sangat penting dan harus dibangun

tahun ini juga. Menurut informan Blog I-I yang berkantor di depan

Kalibata Mall, bisa dipastikan bahwa alat tersebut sudah terpasang.

Tidak usah menuduh Blog I-I macam-macam, silahkan buktikan sendiri

dan tanyakan langsung kepada pimpinan tertinggi di Kantor tersebut.

Intel oh Intel 250


Setidaknya perlu ada konfirmasi apakah Blog I-I menyebarkan fitnah

belaka atau fakta.

Mohon maaf sekali lagi bila Blog I-I tidak mampu menahan diri dan

melanggar prinsip Si decem habeas linguas, mutum esse addecet.

Sesungguhnya Kidon sudah direstrukturisasi menjadi Komemiute sesuai

dengan konsep perang modern, assasination, sabotage, dll yang dilakukan

Kidon bukan hanya aksi-aksi hebat dengan kemampuan teknis yang tinggi,

melainkan mencakup operasi cuci otak atau dekonstruksi pikiran untuk

menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan keinginan Mossad. Bila

proses dekonstruksi telah dilakukan, maka sasaran dianggap sudah "mati"

karena tidaklagi menjadi oposisi atau musuh bagi Mossad. Sasaran

dekonstruksi tersebut adalah tokoh-tokoh berpengaruh di NKRI. Meski

saya belum paham bagaimana proses itu berjalan, tetapi konon sangat

efektif.

Mengapa Indonesia? apa pentingnya Indonesia? sebuah pertanyaan

desepsi untuk membodohi potensi bangsa dan negara Indonesia.

Sebenarnya pertanyaan tersebut harus dibalik kapan Kidon datang dan

kita menantikan juga dengan taraf kecerdasan yang seimbang sehingga

mereka tidak mampu melakukan dekonstruksi pikiran para pemimpin kita.

Indonesia Raya yang kuat adalah Mimpi Buruk bagi Israel sekutunya

karena mereka juga memahami dan mempercayai kebangkitan kekuatan

dari Selatan yang sebenarnya dipengaruhi cerita legenda berdasarkan

kitab suci, diantaranya misalnya tafsir "bebas" dari surat Al Kahfi dalam

Intel oh Intel 251


Al-quran yang mana hal itu juga menjadi obyek penerawangan kaum

Kabalist yang berpengaruh.

Bila saya mencoba menarik perhatian para pembaca dengan tulisan

provokatif tentang Mimpi Buruk Indonesia Raya, mohon dibaca sebagai

penggugah dari tidur.

Mohon dimaafkan kelancangan Blog I-I.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Monday, April 16, 2007

Intel oh Intel 252


IIN

Sekedar menjelaskan bahwa IIN - Institut Intelijen Negara sudah tidak

ada dan berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Intelijen Negara - STIN.

Bila ada yang berminat sekolah kesana, upaya untuk mencari tahu sudah

menjadi bagian dari nilai keseriusan lulusan SMA yang ingin menekuni ilmu

intelijen dan mengabdi kepada Indonesia Raya. Meski begitu, para

pencari bakat Intelijen juga melakukan aktifitas pemantauan untuk

mencari bibit unggul yang berbakat di berbagai SMA.

Untuk rekan-rekan Blog I-I yang ingin mendalami S-2 Kajian Stategis

Intelijen, Hubungi Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Informasi lengkap cari sendiri....lha calon intel harus ada usaha, maaf

informasi dari Blog I-I sangat terbatas. Nanti disangka promosi

terselubung.....

Senang juga mendengar banyak sekali peminat sekolah intelijen.

Usulan untuk menyegarkan pembahasan dunia intelijen sedang saya

pikirkan, salah-salah Blog I-I dituduh mengajarkan intelijen secara online

serta mau menandingi Intelijen yang resmi.

Salam Indonesia Raya

Posted by Senopati Wirang /Monday, June 11, 2007

Intel oh Intel 253


Intel oh Intel

Sekedar kilas balik dunia intelijen yang menyebalkan dalam sudut

pandang individualistik yang melihat tidak adanya masa depan yang cerah

dalam kehidupan pribadi seorang intel.

Ini merupakan counter pandangan negatif yang terlanjur menerpa dunia

intelijen Indonesia.

Sungguh dimanapun kita bekerja akan ada orang yang tulus bekerja

mencari nafkah yang halal dan ada orang brengsek yang mencari

keuntungan pribadi duniawi semata.

Pekerjaan intelijen tidak ada bedanya dengan pekerjaan pengabdian yang

lain kepada rakyat dan tanah air kita. Tetapi karena karakternya yang

tidak transparan maka syak wasangka begitu kuat kepada intel. Seolah-

olah intel adalah seorang berpenyakit kusta yang menjijikan dan miskin,

atau sebaliknya intel adalah sosok perlente yang dibiayai pajak rakyat

namun tidak peduli sedikitpun pada nasib rakyat.

Jadilah diri anda sendiri.

Meskipun begitu gelapnya masa depan Indonesia, intelijen tidak pernah

putus asa melihat cahaya diujung labirin kegelapan dan tetap melangkah.

Bertanyalah mengapa sampai saat ini kita masih takut melangkah dalam

kegelapan. Bukankah semua harus melangkah entah itu menuju

kehancuran atau menyongsong masa gemilang.

Intel oh Intel 254


Bukan soal ingin mempertahankan idealisme, tetapi masalahnya adalah

memberanikan diri melakukan yang seharusnya dilakukan.

Intel oh intel, betapapun jasamu terhadap rakyat Indonesia, nasibmu

bahkan lebih buruk dari pahlawan tanpa tanda jasa. Intel tak lebih dari

orang biasa yang bermimpi tentang Indonesia Raya yang mengayomi

rakyat dalam kehidupan yang sejahtera.

Bunga-bunga Intelijen

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, June 26, 2007

Sekilas Info Intelijen

Bagi rekan-rekan Blog I-I yang paham bahasa Arab dipersilahkan untuk

mempelajari pesan-pesan dalam forum ini:

http://alfirdaws.org/vb/

Ada seruan jihad global melawan Amerika Serikat dkk, diantaranya

melalui teknologi informatika dan elektronika.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, June 19, 2007

Intel oh Intel 255


Peringatan Untuk Intelijen Aktif

Sehubungan dengan kasus komentar saudara Bataviasaint di shoutbox

tentang masalah daftar Ambalat, Blog I-I memutuskan untuk

menghapusnya karena hal itu sudah mengarah pada suatu bentuk

disclosure yang tidak bisa ditolerir Blog I-I.


Bagaimanapun juga kondisi amatiran rekan-rekan Blog dalam melakukan

kegiatan intelijen atau jalan-jalan, ada kewajiban tidak tertulis untuk

saling menjaga. Bahkan saya sendiri tidak sungkan untuk mengatakan

please watch my back kepada seluruh rekan Blog I-I.


Saya paham bahwa beberapa rekan Blog I-I kecewa karena Blog I-I

telah membiarkan caci maki di shoutbox sebagai bentuk kebebasan

berekspresi. Namun hal ini jauh berbeda dengan komentar yang

mengarah pada pengungkapan sesama rekan Blog I-I.

Semoga saudara Bataviasaint mengerti dan hal ini juga untuk seluruh

rekan-rekan Blog I-I yang lain untuk tidak mengangkat hal-hal aktual

dari unit intelijen manapun.

Mohon peringatan ini dianggap sebagai pembelajaran bersama tentang

pentingnya saling menjaga, saling menghormati, dan saling

memperingatkan sesama rekan Blog I-I demi kejayaan Intelijen

Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia Raya.

Salam Intelijen

SW

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, August 07, 2007

Intel oh Intel 256


Masa Depan Intelijen

Belum lama ini seorang rekan Blog I-I menanyakan tentang masa depan

intelijen di Indonesia. Sebuah pertanyaan yang sederhana namun begitu

luas dan tidak dapat dijelaskan hanya dari sudut pandang Blog I-I

semata. Karena sekali lagi saya perlu nyatakan bahwa coretan tulisan

dalam Blog I-I bukanlah sebuah kreasi ilmiah, bukanlah sebuah produk

intelijen dan bukan pula sesuatu yang harus diyakini akurasinya. Hanya

sebuah ungkapan demi ungkapan yang sarat dengan keterbatasan dan

subyektifitas.

Beberapa komentar rekan-rekan yang semakin merangsang daya nalar

setiap pembaca Blog I-I sangatlah baik untuk masa depan penciptaan

sistem dan mekanisme pertahanan dan ketahanan nasional Indonesia yang

salah satunya ditopang oleh intelijen.

Sungguh saya sangat gembira meski beberapa komentar dengan tajamnya

menyoroti kelemahan-kelemahan dalam Blog I-I yang sebenarnya

menggugah untuk direspon dengan nada pembelaan...tetapi dari pada

membela diri tanpa argumentasi yang memadai, akan lebih positif bila

saya akui bahwa ada benarnya apa-apa yang rekan-rekan keluhkan

terhadap Blog I-I. Sementara setiap upaya perbaikan sistem di negeri

Indonesia Raya ini tampak begitu melelahkan, karena kecenderungan

untuk tarik-menarik kepentingan tidak dapat dihindari. Jangankan

membahas pengaruh Blog I-I dalam komunitas intelijen di Indonesia, bila

kita bandingkan dengan pengaruh kaum reformis di DPR-RI, di Eksekutif

dan di Yudikatif, rasanya kita masih harus terus berjuang lebih keras lagi
Intel oh Intel 257
untuk melakukan perbaikan demi perbaikan. Blog I-I hanya bersuara di

luar pagar komunitas intelijen sehingga pengaruhnya tidak sebesar para

reformis di DPR, Eksekutif maupun Yudikatif.

Reformasi Intelijen tidak dapat dilepaskan dari Reformasi Militer atau

Penataan Sistem Pertahanan dan Ketahanan yang harus seimbang dalam

budaya kendali Sipil. Dalam makna yang lebih luas bukan mengarah pada

dikotomi sipil-militer secara wujud, tetapi lebih dalam soal perwatakan

kebijakan dan arah strategi pembangunan sistem pertahanan dan

ketahanan. Sinergi seluruh komponen institusi keamanan dan pertahanan

serta penegakkan hukum menjadi syarat mutlak bagi terciptanya

keamanan bagi bangsa Indonesia.

Dalam kaitan ini, Blog I-I melihat bahwa upaya penciptaan sistem yang

menyeluruh tersebut telah digagas oleh Departemen Pertahanan, namun

karena karena adanya ego sektoral yang kuat dari salah satu institusi,

maka Pimpinan Negeri ini lebih memilih mengambil langkah "aman" dengan

menyingkirkan ide-ide reformasi sistem pertahanan dan keamanan negara

yang komprehensif. Sebenarnya semua itu hanya menyimpan sebuah BOM

waktu yang akan membahayakan serta menjadi kerawanan di masa

mendatang.

Blog I-I sangat memahami perasaan Patriot Bangsa Indonesia yang

dilecehkan sebagai pelanggar HAM serta menjadi pesakitan dalam

berbagai kasus. Blog I-I juga memahami kekesalan kalangan civil society

yang melihat bahwa TNI belum juga menuntaskan reformasinya.

Intel oh Intel 258


Sementara konflik Polisi-TNI sepertinya akan terus meletup walaupun

dalam skala terbatas.

Diperlukan dasar hukum yang kuat yang mengatur keseluruhan lembaga

keamanan dan pertahanan untuk memberikan rasa adil kepada semua

pihak.

Reformasi politik telah mempersempit ruang gerak perwira menengah

dan tinggi TNI dalam meniti perjalanan karirnya sebagai abdi bangsa,

ingat abdi bangsa dan bukan pencari kekayaan dan kekuasaan. Hal itu

kemudian sudah bisa diterima dengan adanya aturan main yang sama bagi

siapapun yang ingin terjun ke kancah politik. Lagi-lagi kita bisa mengaca

pada sejumlah perubahan peraturan perundang-undangan di bidang

politik.

Polisi secara khusus telah memiliki perundang-undangan sendiri, TNI pun

tidak ketinggalan, tetapi tidak ada sinergi dan tidak ada mekanisme

hubungan yang jelas. Lalu bagaimana dengan intelijen yang sama sekali

tidak memiliki dasar hukum yang kuat selain kepres tentang kelembagaan

intelijen. Lemahnya sinergi hukum jelas membuka peluang yang sangat

besar bagi terciptanya kecurigaan dan saling bersaing secara tidak

sehat.

Dalam kondisi tersebut, maka pengaruh individual seorang pimpinan

intelijen menjadi sangat vital guna mengisi setiap kelemahan yang

tercipta dalam ketiadaan aturan hukum.

Intel oh Intel 259


Membicarakan masa depan intelijen tidak dapat dipisahkan dari

pembicaraan tentang masa depan Indonesia. Betapapun ambisiusnya

pimpinan negeri ini, tidak akan pernah terwujud sebuah negara yang

besar dan kuat tanpa adanya intelijen yang kuat pula. Hal itu tidak

berarti hanya intelijen yang menjadi tulang punggungnya, melainkan hal

itu berangkat dari fakta bahwa intelijen memberikan laporan, analisa,

penilaian dan saran yang idealnya menjadi salah satu rujukan utama dalam

kebijakan nasional.

Dengan adanya sinergi yang kuat antara intelijen dengan militer, polisi,

kejaksaan agung dan berbagai institusi hukum dan keamanan lainnya,

maka ancaman yang membahayakan Indonesia Raya bisa diantisipasi.

Lalu apakah dengan kuatnya intelijen, hal itu akan menginjak-injak hak

warga negara? tentu saja tidak karena harus ada aturan hukum yang

menciptakan transparansi intelijen secara terbatas dalam fungsi

pengawasan yang diberikan kepada perwakilan rakyat. Dasar hukum

intelijen juga secara otomatis akan memberikan batasan yang pasti

tentang ruang gerak intelijen. Tanpa adanya aturan hukum, maka intelijen

menjadi liar, contoh riilnya adalah senopati-senopati yang bergerak

sendiri-sendiri atau bisa juga Blog I-I dijadikan contoh. Apabila ada

aturan hukum intelijen dalam kerangka pertahanan dan keamanan yang

jelas, Blog I-I mungkin akan kena imbasnya dan sudah tidak diperlukan

lagi keberadaannya ditengah-tengah masyarakat.

Intel oh Intel 260


Waduh maaf bila tulisan ini dan tulisan Blog I-I pada umumnya tidak

terstruktur dengan baik. Bila ada manfaatnya silahkan dimanfaatkan, bila

tidak lupakan saja.

Salam

SW

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, December 25, 2007

Intel oh Intel 261


Tentang RUU KAMNAS

Kepada rekan-rekan Blog I-I yang memiliki draft RUU KAMNAS mohon

kiranya dapat menginformasikan kepada saya agar analisa atas RUU

KAMNAS tersebut semakin mendalam di kalangan pemerhati keamanan

dan aparat keamanan melalui Blog I-I. Saya pribadi hanya berkesempatan

membahasnya sekilas waktu dalam sebuah acara makan malam bersama

beberapa pengamat. Waktu itu saya tidak terlalu tertarik karena SBY

sudah memutuskan untuk menyimpannya sampai batas waktu yang tidak

ditentukan.

Dalam diskusi kami waktu itu, saya berada dalam posisi mendukung ide

melakukan pendekatan yang komprehensif dalam penataan sistem

pertahanan keamanan nasional termasuk upaya sinergi dari fungsi

pertahanan negara (hanneg), keamanan dalam negeri (kamdagri) serta

keamanan dan ketertiban masyarakat (kambtibmas), serta kalo ingin

sempurna termasuk di dalamnya sistem intelijen negara dan sistem

pengambilan keputusan masalah keamanan nasional di level nasional.

Namun seorang rekan pejabat tinggi Polisi secara tegas menyampaikan

bahwa ide tersebut akan kontraproduktif terhadap perundang-undangan

yang telah melewati proses legislasi sebelumnya. Kami juga paham

keberatan yang disampaikan oleh rekan Polisi dan melihatnya sebagai

sebuah proses dialog menuju pada upaya penataan sistem keamanan yang

mengakomodir pemikiran dari seluruh elemen keamanan nasional

Indonesia.
Intel oh Intel 262
Kemudian seorang rekan mempertanyakan proses penyusunan RUU

KAMNAS di Dephan apakah hal itu hasil buah pemikiran segelintir

akademisi, staf ahli di Dephan ataukah sungguh-sungguh telah melalui

proses yang bertujuan mengakomodir pandangan dari seluruh elemen

keamanan nasional. Benar bahwa proses dialog dari seluruh unsur

keamanan nasional akan menyita waktu panjang, namun bila hal itu

memiliki ujung keputusan yang kuat di tangan Presiden, maka seluruh

elemen keamanan nasional harus tunduk. Persoalannya sekarang adalah

bahwa masing-masing unsur pimpinan dalam sistem keamanan nasional

saat ini tahu persis bahwa Presiden SBY sangat berhati-hati sehingga,

dengan sedikit "ditakut-takuti", akhirnya lebih memilih penundaan.

Hakikatnya SBY cukup paham akan masa depan sistem keamanan nasional

Indonesia, namun karena kuatnya tarik-menarik kepentingan sektoral,

akhirnya keputusan bijak untuk menundanya menjadi pilihan yang tak

terhindarkan.

Sebuah keputusan tidak akan mampu menyenangkan semua pihak.

Demikian juga dalam soal tarik-menarik kepentingan dalam penyusunan

RUU KAMNAS.

Kepada pihak-pihak yang mengkampanyekan RUU KAMNAS coba lakukan

sosialisasi yang bersifat komunikatif yaitu menyampaikan pemahaman

kepada publik dan khususnya instansi terkait masalah keamanan nasional

tentang pentingnya sinergi dari seluruh elemen keamanan nasional. Namun

jangan lupa untuk tetap menjaga kehormatan seluruh institusi keamanan

Intel oh Intel 263


nasional dengan tidak menggurui tentang bagaimana menjaga keamanan

nasional Indonesia karena seluruh elemen keamanan nasional Indonesia.

Dengan kata lain lobby yang lebih halus dan cerdas serta proses

meyakinkan seluruh unsur keamanan nasional sangatlah penting, sama

pentingnya dengan sosialisasi publik guna mendapatkan dukungan politik

dalam kerangka demokrasi.

Catatan: Ketika saya katakan mendukung ide RUU KAMNAS hal itu dalam

cara pandang yang umum, dan belum masuk dalam pembahasan ayat per

ayat serta analisa strategis arti penting keberadaan RUU KAMNAS. Lagi

pula saya belum membaca keseluruhan isi dari RUU KAMNAS, jadi boleh

dikatakan saya cukup tertarik dengan idenya semata, namun bila ingin

lebih serius tentu harus ada pendalaman materinya serta melihat

keberatan dari pihak-pihak yang berkeberatan.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 08, 2008

Intel oh Intel 264


Intelijen dan Konspirasi

Beberapa komentar dan pandangan yang saya terima mempertanyakan

konspirasi yang "sering" dilakukan intelijen. Wah..wah..wah, sungguh

dahsyat pengaruh penciptaan opini publik yang membuat angker lembaga-

lembaga intelijen di dunia dengan ketakutan adanya konspirasi. Apa

sesungguhnya yang ada dalam hubungan antara intelijen dan konsep

konspirasi?

Konspirasi adalah merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang disusun

secara detail sedemikian rupa yang dilakukan oleh lebih dari satu pihak

yang bertujuan tertentu bergulir secara normal/wajar ditengah-tengah

masyarakat. Konspirasi cenderung berkonotasi negatif karena tujuan-

tujuan tertentu yang dirancang secara rahasia tersebut lebih banyak

diisi oleh kepentingan golongan/kelompok yang melanggar kepentingan

golongan/kelompok lain.

Dalam definisi yang lebih positif, konspirasi tidak ada bedanya dengan

kerjasama rahasia untuk mencapai tujuan bersama. Misalnya saja ketika

Amerika Serikat dan sekutu Baratnya merestui integrasi Timor Timur ke

dalam NKRI. Dalam kacamata kelompok Komunis Fretilin,

kerjasama/persetujuan/dukungan rahasia AS kepada Indonesia

merupakan suatu konspirasi, karena beragam peristiwa di Timor Timur

(sekarang Timor Leste) tersebut seluruhnya terbungkus secara "baik"

dalam genggaman kekuatan kelompok Liberal Barat yang anti Komunis.

Hanya karena intelijen yang hampir selalu bersentuhan dengan kerjasama

rahasia tingkat regional maupun internasional, maka masyarakat awam

Intel oh Intel 265


akan langsung menuduh adanya suatu konspirasi tertentu dalam

terjadinya persitiwa-peristiwa di masyarakat.

Contoh lain yang menarik adalah kasus Bom Bali dan terciptanya kelompok

Jemaah Islamiyah. Masih banyak pihak di kalangan Muslim yang meyakini

bahwa ada konspirasi Barat dalam mengkondisikan terciptanya kelompok

teroris, misalnya dengan kejanggalan penanganan Hambali dan kasus

Omar Faruq. Banyak pandangan ditengah-tengah komunitas Islam yang

militan yang menduga kuat bahwa Hambali dan Omar Faruq adalah agen

CIA, dan segala cerita Jemaah Islamiyah adalah hasil konspirasi kaum

Yahudi dan kerjaan CIA untuk menjebak kelompok Muslim tertentu ke

dalam aksi teror regional atau global. Bahkan pemicu peristiwa besar

seperti 9/11 pun banyak diwarnai analisa konspirasi yang secara umum

kita kenal sebagai teori konspirasi.

Teori konspirasi atau persekongkolan hanya suatu pendekatan (belum sah

diakui sebagai teori) yang berusaha memahami serta menjelaskan latar

belakang peristiwa atau rangkaian peristiwa tertentu (khususnya yang

menarik perhatian khalayak banyak seperti pada peristiwa pembunuhan

politik, krisis ekonomi, revolusi sosial, atau terorisme, dll) dari sudut

pandang adanya kekuatan rahasia yang merancangnya dan

menggulirkannya secara wajar. Kekuatan rahasia tersebut biasanya

diterjemahkan kepada kelompok rahasia tertentu termasuk intelijen.

Jalan cerita konspirasi umumnya bersifat memperdaya logika publik dan

menghasilkan polemik yang tidak akan pernah diketemukan kebenaran

hakikinya. Klaim pandangan konspirasi yang agak berlebihan misalnya

peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah adalah hasil kerja para

konspirator belakang layar yang memanipulasinya.

Intel oh Intel 266


Benarkah kerjaan Intelijen selalu terkait dengan konspirasi?

Konspirasi dari konotasi negatif sangat jarang dilakukan oleh intelijen

karena tingkat kerumitan rancangan kegiatannya bertingkat sampai

minimal lima level yang terputus sebagaimana dasar penerapan operasi

standar situasi perang. Hampir bisa dipastikan tidak akan terbongkar

atau yang sering kita kenal sebagai a perfect crime, yang akan selalu

dibantah oleh aparat penegak hukum seperti kepolisian. Padahal apa-apa

yang tercatat dalam sejarah sebagai unsolved mystery cenderung

dianggap sebagai bagian dari hasil kerja konspirasi. Namun dalam

generalisasi kerja intelijen yang rahasia segala yang disentuh intelijen

kemudian dibungkus dalam sudut pandang konspirasi, padahal terlalu

ceroboh dan dangkal apabila hal itu dikerjakan oleh intelijen, apalagi bila

langsung bersentuhan dengan tangan petinggi intelijen. Bisa jadi

konspirator yang mudah tercium oleh publik adalah pelaku pemula

bermodal kecil serta belum berpengalaman sehingga tampak belepotan di

mana-mana.

Betapapun lemahnya suatu konspirasi, apabila dilakukan berdasarkan pada

kerjasama sejumlah pihak untuk mencapai kepentingan bersama, maka

cerita yang meluncur kepada publik akan samar dan sulit ditentukan mana

yang benar. Hal itu didukung oleh fakta bahwa waktu terus berputar dan

generasi berganti, sehingga akan banyak cerita yang terkubur begitu

saja. Standar minimal terjaganya sebuah cerita konspirasi adalah minimal

25 tahun yaitu setara dengan boleh-tidaknya suatu file rahasia dibaca

oleh publik sebagai bahan riset penelitian sejarah dan rekayasa sosial

atau konstruksi masyarakat. Tetapi tidak sedikit kelompok rahasia yang

Intel oh Intel 267


membawa mati seluruh cerita konspirasi karena kuatnya prinsip

kerahasiaan individu anggota-anggotanya.

Intelijen lebih banyak berurusan dengan kegiatan nyata menyelamatkan

bangsa dan negara, ya memang kedengaran klise dan seperti manusia

super yang waktunya habis untuk bangsa dan negara. Ideal sekali bukan?

Keseharian intelijen boleh dikatakan jauh dari wacana konspirasi, karena

utamanya adalah deteksi dini atas setiap potensi ancaman kepada bangsa

dan negara. Deteksi dini pada garis terdepan adalah akses kepada

informasi yang diperlukan. Selanjutnya analisa dan akhirnya adalah

rekomendasi yang seyogyanya diperhatikan oleh pimpinan negara.

Namun karena kemampuan individu intelijen yang rata-rata sudah

terlatih dalam soal kerahasiaan, pesanan untuk melakukan kerjasama

rahasia dalam rangka mewujudkan suatu peristiwa tertentu tidaklah

terlalu sulit untuk dikerjakan dan hal ini hanya membutuhkan satu

dukungan, yaitu dana segar.

Cukup jelas bukan?

Intelijen bukanlah konspirator, tetapi tidak sulit bagi intelijen untuk


melakukan konspirasi.
Semoga Bermanfaat

SW

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 11, 2008

Intel oh Intel 268


Selamat Jalan Bapak Intelijen Indonesia

Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto pada hari ini tanggal 27 Januari

2008 pukul 13.10 waktu Indonesia bagian barat wafat meninggalkan kita.

Dunia Intelijen Indonesia kehilangan salah seorang Master Spy yang

telah menjadi legenda tersendiri dengan segala misterinya.

Blog I-I secara khusus menyampaikan penghormatan tertinggi atas jasa-

jasa Master Spy Suharto dalam membangun Intelijen Indonesia dengan

segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan ini izinkanlah saya

memberikan gelar sebagai Bapak Intelijen Indonesia.

Berikut ini memoir khusus untuk Master Spy Suharto:

Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto yang wafat pada usia 86 tahun

merupakan prajurit perang fikiran sejati yang memiliki karakter menjadi

semakin kuat dalam tekanan pekerjaannya. Bangsa Indonesia lebih

mengenalnya sebagai sosok pemimpin negara selaku Presiden selama

kurang lebih 32 tahun. Namun bagi Intelijen Indonesia, Jenderal Besar

Soeharto adalah peletak dasar Intelijen Strategis yang fokus pada

urusan politik dan khususnya pemeliharaan kekuasaan. Dengan langkah

awal pembubaran dan pembersihan Badan Pusat Intelijen (BPI) pada

tanggal 22 Agustus 1966, Master Spy Suharto membentuk Komando

Intelijen Negara (KIN) dan langsung mengkomandoinya dengan bantuan

tokoh intel kawakan Sudirgo. Sebagaimana lembaga intelijen di seluruh

dunia, ada unit prestigius yang memiliki power kuat dalam KIN yaitu

Opsus yang dipimpin oleh Letkol. Ali Moertopo dengan asisten Leonardus

Intel oh Intel 269


Benyamin (Benny) Moerdani dan Aloysius Sugiyanto.Dengan cikal bakal

KIN tersebutlah kemudian pada tanggal 22 Mei 1967, KIN yang telah

"bersih" dari unsur komunis berganti nama menjadi Badan Koordinasi

Intelijen Negara (Bakin), dan almarhum Suharto secara cerdas

mengelolanya melalui Jenderal-jenderal terdekat dengannya. Mulai tahun

1970 terjadi reorganisasi Bakin dengan tambahan Deputi III dan pos

Opsus di bawah Brigjen. Ali Moertopo.

Pada era kepemimpinan Mayjen. Sutopo Juwono, Bakin memiliki Deputi II

di bawah Kolonel Nicklany Soedardjo, perwira Polisi Militer (POM) lulusan

Fort Gordon, AS. Pada awal 1965 Nicklany telah membangun unit intel

PM, yaitu Detasemen Pelaksana Intelijen (Den Pintel) POM. Secara

resmi, Den Pintel POM menjadi Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel),

lalu tahun 1976 menjadi Satuan Pelaksana (Satlak) Bakin dan di era 1980-

an dan kemudian berubah nama menjadi Unit Pelaksana (UP) 01.

Pada saat yang bersamaan dengan jalannya sejarah, intelijen militer yang

secara teori harus fokus pada masalah intelijen tempur dengan segala

informasi pertahanan dan ketahanan didesain oleh Master Spy Suharto

sebagai penyeimbang informasi BAKIN sekaligus sebagai cross check.

Sebelum BPI dibersihkan dari unsur komunis, di Angkatan Darat ada

lembaga yang bernama Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD)

milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) yang mengimbangi Biro

Pusat Intelijen (BPI) yang saat itu di bawah pimpinan Subandrio. Seiring

dengan pembersihan pada tubuh BPI, pada periode awal Orde Baru,

Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis (disingkat

Intel oh Intel 270


Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar dilikuidasi

ke dalamnya. Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B.

Moerdani. Jabatan tersebut terus dipegang sampai L.B. Moerdani

menjadi Panglima ABRI. Pada era tersebut, intelijen militer memiliki

badan intelijen operasional yang bernama Satgas Intelijen Kopkamtib.

Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi

Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh

Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil

Kepala. Tahun 1986 BIA diubah menjadi BAIS yang berdampak kepada

restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan menganalisis

semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan dan Pembangunan Nasional.

Master Spy Suharto yang Blog I-I kenal adalah sosok intelijen yang

tegas dan sangat memperhatikan kecepatan dan keakuratan informasi

sebagai dasar pengambilan keputusannya. Selain itu, Master Spy Suharto

juga faham tentang pahitnya kebenaran dan jahatnya manipulasi

informasi, sehingga ketabahannya dalam menghadapi perang opini tentang

dirinya memperlihatkan kematangan mentalitas intelijennya. Begitu dingin

dalam senyum yang sulit dipahami oleh kawan maupun lawannya.

Semua legenda Intelijen Indonesia seperti Zulkifli Lubis, Yoga Sugama,

Ali Murtopo, Benny Moerdani, serta berbagai unsur pimpinan militer dan

intelijen yang ada selama periode Orde Baru berada dalam genggaman

strategi intelijen Master Spy Suharto. Perhatikan bagaimana kelihaian

intelijen Master Spy Suharto dalam mengelola keberadaan Bakin-Bais

yang praktis memiliki banyak kesamaan dalam operasinya.

Intel oh Intel 271


Satu-satunya kelemahan Master Spy Suharto di mata Intelijen

Indonesia adalah keterlupaan dalam membangun pondasi yang kuat bagi

masa depan Intelijen Indonesia. Ketakutan yang kuat kepada loyalitas

Intelijen yang dalam sejarah sering menjadi negara dalam negara

menyebabkan besarnya kepentingan untuk mengkerdilkan intelijen.

Rapuhnya struktur, mekanisme dan landasan kerja Intelijen Indonesia

menyebabkan situasi dan kondisi intelijen bagaikan terombang-ambing

dalam kepentingan politik. Sementara perubahan dan tantangan zaman

yang begitu cepat telah meninggalkan dinamika Intelijen Indonesia yang

tersangkut dalam pola dan paradigma kejayaan di masa perang dingin.

Jasa almarhum Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto dalam dunia

intelijen telah menjadi amalan yang tidak akan dilupakan oleh Intelijen

Indonesia dari satu generasi ke generasi berikutnya. Intelijen Indonesia

mendo'akan semoga amal-amal baik almarhum diterima Allah SWT dan

kekeliruannya dapat diampuni.

Bagi Prajurit Perang Fikiran tidak ada dendam dalam setiap perbedaan

dan konflik, semuanya begitu dingin dan beku dalam keheningan

pengorbanan. Membawa rahasia negara sampai kematian menjemput.

Bertahan dalam kesabaran dan pengharapan bahwa akhirnya dosa-dosa

kita diampuni baik oleh Tuhan semesta alam maupun oleh umat manusia

yang telah kita sakiti.

Semoga Insan Intelijen Indonesia di manapun berada tidak melupakan

jati diri dan sejarahnya, namun demikian tetap berpegang pada tali yang

Intel oh Intel 272


kokoh yaitu misi dan visi memperjuangkan kepentingan nasional rakyat,

bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama

mencapai Indonesia Raya yang adil dan makmur sejahtera.

Hormat Intelijen Indonesia

Hormat Khusus Prajurit Perang Fikiran

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Sunday, January 27, 2008

Intel oh Intel 273


Badan Intelijen dari masa ke masa: Alat Negara atau
Memperalat Negara?

Tulisan ini merupakan *Muqaddimah* pada sebuah buku berjudul *Awas!


Operasi Intelijen*, yang diterbitkan oleh Ar Rahmah Media, Jakarta,
September 2006, khususnya pada halaman 6 hingga 21.

Oleh Irfan S. Awwas *)

SELAIN TNI dan Polri, badan intelijen merupakan salah satu alat negara,
bukan alat pemerintah atau alat dari rezim tertentu yang sedang
berkuasa. Namun dalam kenyataannya, terutama selama rezim Orde Baru
berkuasa, badan intelijen lebih terkesan sebagai alat penguasa.

Badan intelijen yang dimiliki negara RI, tidak saja BIN (Badan Intelijen
Negara), tetapi ada badan-badan intelijen di bawah kendali TNI, Polri,
dan bahkan lembaga sipil lainnya. Pimpinan badan intelijen di tubuh TNI
dan Polri, tentu saja dijabat oleh perwira-perwira TNI dan Polri yang
masih aktif. Sedangkan badan intelijen di luar TNI-Polri seperti BIN,
mengapa lebih sering dijabat oleh para perwira TNI atau purnawirawan
TNI.

Menurut berbagai sumber yang berhasil dirangkum oleh badan Litbang


Majelis Mujahidin, selama empat dasawarsa lebih, sejak 1965 hingga
tahun 2006 ini, kepala badan inteljen selalu dijabat oleh perwira TNI
minimal berbintang dua.

Badan Pusat Intelijen (BPI) yang didirikan sejak November 1959 dan
pernah dipimpin Dr Subandrio (tokoh PKI), dibubarkan pada tahun 1965.
Sejak itu, badan intelijen bernama KIN (Komando Intelijen Negara) di
bawah pimpinan Jenderal TNI Soeharto yang saat itu juga menjabat
sebagai Menpangab/Menteri bidang Hankam/Ketua Presidium Kabinet
Ampera. Namun dalam kesehariannya, KIN dijalankan oleh Mayjen TNI
Hertasning, hingga tahun 1967.

Periode 1967-1968, setelah KIN dibubarkan, dibentuk BKI (Badan Kerja


Intelijen), yang dipimpin Mayjen TNI Sudirgo. Ternyata, Sudirgo
dianggap kekiri-kirian, maka KIN pun dibubarkan, kemudian menjadi

Intel Oh Intel 1
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara), dirintis oleh Letjen TNI
Yoga Soegama yang sempat menjalankan lembaga ini selama beberapa
bulan (November 1968 hingga Maret 1969).

Letjen TNI Yoga Soegama dikirim ke New York menduduki posisi sebagai
orang kedua untuk perwakilan Indonesia di PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) dengan pangkat Duta Besar, setelah terjadi peristiwa kehilangan
tas berisi dokumen di bandara. Posisi Yoga dilanjutkan oleh Mayjen TNI
Sutopo Yuwono (1969-1974). Yoga kembali menduduki posisi Kepala
BAKIN (1974-1989), setelah sekitar lima tahun bertugas di New York.

Pasca kepemimpinan Letjen Yoga Soegama, berturut-turut BAKIN


dipimpin oleh Letjen TNI Soedibyo (1989-1997), kemudian Mayjen TNI
Muthojib (1997-1998), dilanjutkan oleh Mayjen TNI ZA Maulani (1998-
1999), dan terakhir Letjen TNI Arie J. Kumaat (1999-2001). Tahun
2001, BAKIN menjadi BIN (Badan Intelijen Negara), dipimpin pertama
kali oleh Letjen TNI Purn AM Hendropriyono dan berfungsi menjalankan
koordinasi atas seluruh badan intelijen yang ada.

Sejak KIN hingga BIN, Drs. As'ad merupakan orang sipil pertama
yang berhasil menduduki posisi cukup tinggi, yaitu sebagai wakil kepala
badan intelijen, sejak 1998 hingga masa kekuasaan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.

Oleh komunitas politik, Drs. As'ad disebut sebagai orang NU. Ia mulai
menduduki jabatan sebagai Waka BAKIN sejak BJ Habibie menggantikan
Soeharto sebagai Presiden RI. Drs. As'ad ketika itu mendampingi Mayjen
TNI Z.A . Maulani. Ketika Habibie turun dan digantikan Abdurrahman
Wahid, Drs As'ad tetap pada posisinya, namun kali ini ia mendampingi
Letjen TNI Arie J. Kumaat (Nashara). Pada saat jabatan Presiden RI
dipegang Megawati, Kumaat digantikan Letjen TNI Purn Abdullah
Makhmud Hendropriyono, kader PDI-P, dan Drs As'ad tetap pada
posisinya.

Setelah Megawati tidak lagi menghuni Istana Negara, akibat kalah dalam
Pilpres 2004 dan muncul Presiden Susilo Bambang Yudojono (SBY) yang
terpilih untuk pertama kalinya melalui pemilihan langsung, AM
Hendropriyono yang pernah menjadi atasan SBY melepaskan jabatannya.
Posisi Hendro kemudian diisi oleh Letjen TNI Purn Syamsir Siregar.

Intel Oh Intel 2
Sementara itu, Drs As'ad tetap awet pada posisinya, entah sampai
kapan?

Naik turunnya kepala badan intelijen negara seirama dengan jatuh


bangunnya pemimpin puncak lembaga eksekutif (presiden), maka tidaklah
keliru bila ada yang menyimpulkan bahwa badan intelijen negara belum
menjadi alat negara sepenuhnya, tetapi lebih sering menjadi alat
penguasa.

Ali Moertopo dan Ekstrim

Konon Sosok intelijen yang paling dikenal dan licin adalah Ali Moertopo,
meski ia belum pernah berhasil menduduki posisi puncak di lembaga
intelijen. Ali pertama kali secara resmi berkiprah di dalam lembaga
intelijen negara adalah pada tahun 1969 1974, ketika Mayjen TNI
Sutopo Yuwono menjabat sebagai Kepala BAKIN, dan Ali Moertopo
mendampinginya sebagai Deputy Kepala BAKIN.

Pada tahun 1974-1989, ketika Kepala BAKIN dijabat oleh Letjen TNI
Yoga Soegama, Mayjen TNI Ali Moertopo menjabat sebagai Wakil Kepala
BAKIN, selama kurang lebih empat tahun (1974-1978). Posisinya
kemudian digantikan oleh Mayjen TNI LB Moerdani (1978-1980), yang
juga menjabat sebagai Ketua G-I/Intel Hankam. Sebelum 1974, agenda
kerja intelijen lebih banyak mengurusi ekstrim kiri (komunis), dwikora
(konfrontasi dengan Malaysia), korupsi, pengamanan Pemilu, Timor Timur
(yang kala itu masih dijajah Portugis). Baru setelah tahun itu masuklah
agenda mengawasi ekstrim kanan khususnya generasi kedua DI/TII-NII.

Sebelum bergabung dengan TNI, Ali Moertopo pernah bergabung dengan


tentara * Hizbullah*, salah satu unsur cikal bakal TNI. Danu M. Hasan
adalah salah seorang anak buah Ali di Hizbullah. Pada gilirannya, ketika
Ali masuk TNI, Danu bergabung ke dalam DI/TII. Danu M. Hasan sempat
menjabat Komandeman DI/TII se Jawa. Kelak, pasukan Danu berhasil
ditaklukkan oleh Banteng Raiders yang dikomandani Ali Moertopo.
Perjalanan berikutnya, pasca penaklukan, terjalinlah hubungan yang lebih
serius antara Ali dengan Danu di dalam kerangka "membina mantan
DI/TII". Pada persidangan kasus DI/TII, 1980-an, terungkap bahwa Ali
Murtopo secara khusus menugaskan Kolonel Pitut Soeharto untuk
menyusup ke golongan Islam, antara lain dengan mengecoh Haji

Intel Oh Intel 3
Ismail Pranoto (Hispran) di Jawa Timur. Di Jawa Barat, Pitut "membina"
Dodo Kartosoewirjo dan Ateng Djaelani. Namun gagal, kecuali Ateng
Djaelani, sehingga di kalangan pimpinan DI dia dianggap pengkhianat.

Pada 1976 muncul kasus Komando Jihad (Komji) yang merupakan muslihat
cerdik Ali Moertopo. Menggunakan istilah Islam sebagai perangkap
menjebak umat Islam. Pada mulanya, Ali Moertopo mengajak para
petinggi DI untuk menghadapi bahaya komunisme dari Utara (Vietnam).
Ketika itu Vietnam yang komunis berhasil mengalahkan tentara Amerika
(1975). Perang Vietnam berlangsung sejak 1961. Kemenangan komunisme
Vietnam, kemudian dijadikan momok dan ancaman bagi Indonesia yang
sejak awal Orde Baru sudah menjadi 'sekutu' AS. Karena, sejak awal
1970-an sudah terlihat kecenderungan bahwa AS akan dikalahkan oleh
kekuatan komunis Vietnam.

Dengan alasan menghadapi ancaman komunisme dari utara itulah, petinggi


DI pasca wafatnya Imam NII, As-Syahid Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo, diminta mengorganisasikan laskar, semacam Pam
Swakarsa. Dalam waktu relatif singkat terkumpullah ribuan orang dari
seluruh penjuru Nusantara, siap menghadapi bahaya komunisme dari
utara.

Semangat membela tanah air dan mempertahankan aqidah Islam dari


bahaya komunisme inilah yang menjadi alasan bagi sejumlah orang
sehingga mau terlibat. Mereka yang berhasil direkrut pada umumnya
rakyat kebanyakan, mulai dari pedagang, guru mengaji, guru sekolah
umum, bahkan ada juga prajurit TNI. Walau sudah berhasil merekrut
ribuan orang, namun tidak ada satu tetes perbuatan radikal pun yang
dilakukan mereka. Tiba-tiba, secara licik mereka semua ditangkap, dan
dipenjarakan dengan tuduhan hendak mendirikan Negara Islam
Indonesia, dituduh subversif, dan diberi label Komando Jihad.

Gerakan Islam dan Intelijen

Hampir tidak ada lembaga Islam pergerakan di Indonesia yang steril dari
penetrasi intelijen. Bahkan sejak awal Orde Baru, hal ini sudah mulai
dilakukan. Tidak saja dalam rangka memata-matai, pada beberapa kasus
justru menjadi 'arsitek' bagi terciptanya anarkisme atau gerakan

Intel Oh Intel 4
radikal.

Awal tahun 1970, Ali Moertopo 'menggarap' Nur Hasan Ubaidah,


sehingga berhasil dinobatkan sebagai "Imam" sebuah kelompok puritan
ekstrim kanan yang kemudian terkenal dengan nama Islam Jama'ah (IJ).
Salah satu ajarannya adalah mengkafirkan orang Islam di luar
komunitasnya. Untuk menghindari protes massa akibat ajaran sesat yang
dikembangkannya, Lembaga ini berganti nama menjadi Lemkari, kemudian
berganti lagi menjadi LDII hingga kini. Jenderal TNI Purn Rudini mantan
KASAD yang kemudian menjadi Mendagri, ketika itu berada di belakang
perubahan nama dari IJ menjadi Lemkari, dan menjadi salah satu unsur
pendukung GOLKAR terutama sejak Pemilu 1971. Oleh MUI, IJ
atau Lemkari atau Darul Hadits dinyatakan sebagai aliran sesat. Bahkan
Kejaksaan Agung telah mengeluarkan pelarangan di tahun 1971, melalui
Surat Keputusan Jaksa Agung RI No: Kep-089/D.A./10/1971.

Meski tidak berhasil memproduksi berbagai tindakan radikal, setidaknya


Ali Moertopo –kemudian dilanjutkan oleh Rudini– melalui Nur Hasan
Ubaidah dan Islam Jama'ah-nya telah berhasil mendiskreditkan Islam
sebagai sosok yang menakutkan, pemecah belah, bahkan sumber
anarkisme.

Pada tahun 1978, intelijen berhasil membina dan menyusupkan Hasan


Baw, mahasiswa IAIN Jogjakarta, ke dalam gerakan Warman, yang
terkenal dengan serangkaian aksi radikalnya dengan sebutan Teror
Warman di Jawa Tengah.

Tahun 1981 Najamuddin disusupkan ke dalam gerakan Jama'ah Imran di


Cimahi, Jawa Barat. Najamuddin pula lah yang merancang aksi anarkis
berupa penyerbuan Polsek Cicendo, bahkan merancang aksi pembajakan
pesawat Garuda. Peristiwa ini dikenal dengan kasus "Pembajakan Woyla".
Salah seorang "sutradara" pembajakan Woyla adalah Mulyani (belakangan
lebih dikenal dengan nama A. Yani Wahid, kini almarhum). Sebagai
"sutradara" ia tidak ikut dalam aksi pembajakan, namun segala persiapan
pembajakan berada di tangannya.

Semasa hidupnya, almarhum berkawan karib dengan AM Hendropriyono,


bahkan ia menjadi motor penggerak di dalam mencetuskan konsep
*ishlah* untuk kasus Lampung Berdarah. Selain itu, almarhum juga

Intel Oh Intel 5
pernah menjadi staf Menkopolkam semasa dijabat Jenderal SBY. Bahkan
almarhum ikut pula mensukseskan SBY hingga mencapai puncak sebagai
Presiden RI.

Stigmatisasi ala Komando Jihad, juga terjadi pada kelompok pengajian


pimpinan Imran bin Zein ini. Sebagai sebuah kelompok, pemuda-pemuda
bersemangat kala itu sama sekali tidak menyebut dirinya sebagai
Jama'ah Imran. Barulah setelah pecah kasus penyerbuan Polsek Cicendo
dan Pembajakan Woyla, kelompok ini diberi label Jama'ah Imran oleh
aparat berwenang.

Sekalipun pada tahun 1983 Ali Moertopo mati mendadak di Gedung


Dewan Pers (jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat), namun kebijakan rekayasa
intelijennya tetap berlanjut. Tahun 1986, gerakan Usrah pimpinan Ibnu
Thayib kesusupan Syahroni dan Syafki, mantan preman blok M, yang
menyebabkan timbulnya sebuah peristiwa berdarah, sehingga, membawa
tokoh-tokoh kelompok ini masuk bui. Tahun 1988, Ibnu Thayib diberi
'order' sebagai umpan yang ternyata meleset, karena umpan itu tidak
digubris. Tetapi, kemudian 'ditelan' oleh Nur Hidayat, seorang mantan
karateka Nasional yang pernah menjadi bagian dari gerakan Usrah Ibnu
Thayib. Lalu, pada Februari 1989, terjadilah tragedi yang terkenal
dengan Lampung Berdarah di dusun Talangsari III, desa Rajabasa Lama,
Lampung Tengah. Pembantaian yang menyebabkan tewasnya ratusan
orang, termasuk anak-anak dan wanita, dipimpin langsung oleh AM
Hendropriyono, Komandan Korem 043 Garuda Hitam, Lampung kala itu.

Pada tahun 1994, di Pandeglang terjadi penangkapan besar-besaran


terhadap 800 lebih jamaah NII KW-9. Mereka yang ditangkap aparat itu
adalah mantan anggota NII KW-9 pimpinan Abu Toto alias Panji
Gumilang. Di hadapan aparat mereka mengaku baru saja melepaskan diri
dari keanggotaan NII KW-9, serta menjelaskan bahwa pimpinan mereka
adalah Abu Toto. Mereka semua akhirnya dijebloskan ke penjara dengan
masa tahanan paling rendah 2-3 minggu, namun sosok yang bernama Abu
Toto sama sekali tidak disentuh aparat.

Siapa Abu Toto? Menurut Mohammad Soebari, Mantan Kabag Keuangan


DPR RI dan tokoh elite KW-9, di tahun 1980 ketika elite NII KW-9
ditangkap Ali Moertopo, Abu Toto kabur ke Sabah sambil membawa lari
uang jamaah sebanyak dua miliar rupiah. Toto muncul kembali sekitar

Intel Oh Intel 6
tahun 1988-1989 dan bergabung dengan Karim Hasan yang secara
ideologis sudah berbeda dengan Soebari. Toto berhasil meyakinkan Karim
Hasan yang secara aqidah sudah menyimpang itu untuk 'kembali' kepada
NII. Padahal, di tahun 1983, Karim Hasan sudah menyatakan keluar dari
NII faksi Adah Djaelani.

Tahun 1992, H. Rais Ahmad yang ketika itu menjabat sebagai pimpinan
NII KW-9 ditangkap aparat. Namun, Toto yang juga petinggi KW-9 tidak
tersentuh aparat. H. Rais akhirnya mendekam di tahanan hingga 1997
tanpa proses peradilan, hingga akhir hayatnya. Setelah H Rais ditangkap
(1992), Toto pun leluasa mengambil tongkat estafet kepemimpinan NII
KW-9 yang terus melanggengkan doktrin sesat ala Lembaga Kerasulan
yang disebarkan Karim Hasan, hingga kini.

Seluruh peristiwa penangkapan jamaah NII KW-9 di tahun 1992 dan


1994, adalah atas laporan Toto sendiri. Menurut sumber dari kalangan
pergerakan, sudah sejak 1986 Toto direkrut aparat, disuruh pulang dari
pelariannya, kemudian 'membangun kembali NII' setelah sebelumnya
masuk ke dalam lingkaran Karim Hasan, tokoh sekte Lembaga Kerasulan.

Pada tanggal 27 Agustus 1999, masyarakat pergerakan dikejutkan oleh


sebuah pemberitaan berkenaan dengan diresmikannya sebuah pesantren
oleh presiden BJ Habibie, di Indramayu. Pesantren termegah di Asia
Tenggara itu bernama Ma'had Al-Zaytun, yang dipimpin oleh Syaikh Al-
Ma'had AS Panji Gumilang.

Yang membuat kalangan pergerakan terkejut bukanlah kemegahan


pesantren yangvberdiri di tengah-tengah kemiskinan rakyat sekitarnya,
tetapi terutama tertuju kepada sosok yang bernama AS Panji Gumilang,
yang tak lain adalah Abu Toto, alias Toto Salam, yang pernah memfitnah
H Rais (1992) hingga masuk penjara, yang pernah melaporkan 800 lebih
jamaahnya sendiri (jamaah NII KW-9) sehinga ditangkap aparat (tahun
1994), karena mereka melepaskan keanggotaannya di KW-9 dan tidak
mengakui kepemimpinan Toto.

Tanggal 5 Juli 2004, masyarakat kembali dikejutkan oleh pemberitaan


seputar pilpres putaran pertama, yaitu ketika Al-Zaytun berubah
sementara menjadi 'TPS Khusus' yang menampung puluhan ribu suara

Intel Oh Intel 7
(24.878 jiwa) untuk mendukung capres Jenderal Wiranto. Ketika itu,
puluhan armada TNI-AD hilir-mudik mengangkut ribuan orang dari luar
Indramayu yang akan memberikan suaranya di TPS Khusus tersebut.
Sayangnya kemudian hasil dari TPS Khusus ini dianulir.

Pada Pemilu Legislatif 5 April 2004, terdapat sekitar 11.563 pemilih yang
tersebar di 39 TPS Khusus Al-Zaytun, hampir seluruhnya (92,84 persen)
dberikan kepada PKPB pimpinan Jenderal Hartono dan Mbak Tutut.
Selebihnya (618 suara) diberikan kepada Partai Golkar pimpinan Akbar
Tanjung.

Dari fakta-fakta ini, adalah masuk akal bila muncul wacana atau bahkan
kesimpulan tentang kedekatan (atau bahkan keterkaitan) antara Toto
alias Panji Gumilang dengan petinggi militer Orde Baru, Partai Golkar
mesin politik Orde Baru, dan tokoh Orde Baru lainnya, termasuk
intelejen. Pada 14 Mei 2003, Jenderal Hendropriyono dalam kapasitasnya
sebagai Kepala BIN (Badan Intelejen Negara), atas nama Presiden
Megawati, memenuhi undangan Panji Gumilang untuk menancapkan patok
pertama bangunan gedung pembelajaran yang diberi nama *Gedung
Doktor Insinyur Haji Ahmad Soekarno*. Kehadiran Jenderal
Hendropriyono ketika itu, diikuti hampir seluruh pejabat tinggi
BIN.

Sebelumnya, sekitar akhir 1999, ZA Maulani Kepala BAKIN saat itu


pernah membawa pesan AS Panji Gumilang kepada Al Chaidar untuk tidak
menerbitkan buku yang mengupas sepak terjang Toto Salam dan
keberadaan Al-Zaytun. Beberapa bulan sebelum buku tersebut terbit, Al
Chaidar diajak oleh Zaenal Muttaqin, Pemred Sabili kala itu ke rumah
makan Sate Pancoran. Ternyata di tempat itu sudah menanti ZA Maulani.
Al Chaidar mau menghentikan rencana penerbitan buku tersebut dengan
imbalan satu miliar rupiah. Nampaknya tidak ada kesepakatan di antara
mereka, dan sebagaimana telah sama-sama diketahui, buku tersebut
terbit perdana pada Januari 2000, berjudul *Sepak Terjang KW9 Abu
Toto*, dan hampir setiap bulan mengalami cetak ulang.

Zaenal Muttaqin, mantan aktivis Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin) ini


memang dikenal dekat dengan kalangan jenderal, seperti ZA Maulani,
Muchdi PR (terakhir menjabat sebagai salah satu Deputy BIN di bawah
Hendropriyono), Letjen Prabowo Subianto, Brigjen Adityawarman Thaha,

Intel Oh Intel 8
Mayjen Kivlan Zein yang oleh Abdurrahman Wahid pernah disebut dengan
julukan "Mayjen K" ketika kasus Ambon pertama kali meledak.

Sebelum kasus penimbunan senjata oleh Brigjen Koesmayadi diungkap


oleh KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso (29 Juni 2006), beberapa tahun
sebelumnya sejumlah aktivis Islam pernah melaporkan kepada aparat
kepolisian tentang adanya timbunan senjata di Al-Zaytun, pada sebuah
tempat yang dinamakan bunker. Laporan itu baru ditindak-lanjuti aparat
kepolisian beberapa bulan kemudian, setelah ratusan senjata itu
dipindahkan ke tempat lain, dan bunker tempat penyimpanan senjata
sudah berubah fungsi. Senjata-senjata itu milik seorang jenderal aktif
yang sangat berpengaruh pada masanya.

Dari fakta-fakta di atas, nampaknya sulit untuk mencegah bila ada yang
menyimpulkan bahwa Toto adalah sosok yang disusupkan ke dalam
gerakan Islam, dengan proyek mercusuarnya berupa Ma'had Al-Zaytun.

Namun, kebijakan susup-menyusup agaknya tidak berhenti sampai di situ.


Salah satu tokohnya adalah Haris. Pada tahun 2000 ketika sejumlah
tokoh Islam pro Syari'at menyelenggarakan Kongres Mujahidin pertama
pada 5-7 Agustus, sosok Haris sudah ambil bagian dengan peranan yang
cukup signifikan, sehingga ia bisa menjalin kontak ke kalangan tokoh
Islam. Sebelum berkiprah di Kongres Mujahidin, sosok Haris sudah lebih
dulu malang-melintang di berbagai gerakan Islam, menyusup melalui
"pintu gerbang"-nya yaitu Ustadz Rani Yunsih, salah seorang tokoh Islam
pergerakan, kini almarhum.

Belakangan diketahui, Haris mengaku ditugasi untuk aktif mengarahkan


agar rekomendasi yang ditelurkan Kongres Mujahidin adalah institusi
bernama "Jama'ah Islamiyah". Namun gagal, karena Kongres ternyata
melahirkan lembaga tansiq bernama Majelis Mujahidin, hingga sekarang.

Jadi, melalui jejak intel penyusup ini, diketahui bahwa sejak awal memang
sudah ada kekuatan yang berusaha mewujudkan JI di Indonesia secara
formal. Bahkan hingga kini, masih tetap ada keinginan untuk mengkaitkan
antara MM dengan JI. Antara lain sebagaimana analisa yang dibangun
Maftuh dan kawan-kawan melalui buku berjudul " *Negara Tuhan: The
Thematic Encyclopaedia*".

Intel Oh Intel 9
Ketika pecah tragedi WTC 11 September 2001, Haris –perwira menengah
sebuah angkatan yang bekerja untuk badan intelijen, dan disusupkan ke
MM– mengatakan, bahwa MM aman. Maksudnya jauh dari tindakan radikal
apalagi terorisme. Sebagai sosok yang pandai bergaul, Haris pasti tahu
persis siapa Ustadz Ba'asyir, terutama ketidak terkaitannya dengan JI,
termasuk *track record* Ustadz Ba'asyir yang tidak pernah terkait
tindak kekerasan. Itu semua tentu sudah dilaporkan Haris kepada
institusinya.

Sosok Haris sebenarnya bisa dijadikan bukti, bahwa Ustadz Ba'asyir


sama sekali jauh dari apa yang dituduhkan kepada beliau selama ini.
Namun, mengapa beliau tetap saja ditahan? Nampaknya, aparat penegak
hukum termasuk aparat intelijen, ketika itu sekadar melaksanakan order,
mengikuti kehendak Presiden AS, George Walker Bush. Terbukti, ketika
pemerintah SBY membebaskan Ba'asyir, yang paling sewot dan ribut
justru PM Australia, Jhon Howard, sekutu AS.

Salah satu bukti adanya kepentingan asing yang berupaya mengkait-


kaitkan Majelis Mujahidin dengan kegiatan terorisme, bisa diperoleh dari
pengakuan Asep Rahmatan Kusuma, yang pengakuannya pernah
dipublikasikan majalah berita mingguan GATRA.

Pada GATRA edisi 4 Januari 2006, Rahmatan mengakui bahwa ia pernah


diperintah oleh CIA untuk mengirimkan anggota MM naik bus dari Garut
ke Bandung pukul 05.00. Kelak, pada bus itu akan ditaruh bahan peledak.
Sehingga, saat bus dihadang, ada orang MM yang diringkus. Menurut
Asep Rahmatan Kusuma, ini merupakan rekayasa untuk menjebak anggota
MM. Namun, * Alhamdulillah* rekayasa jahat itu gagal alias tidak
berhasil.

Penyusupan agen intel ke dalam tubuh Majelis Mujahidin memang tidak


selalu bertujuan untuk menjebak. Sebagaimana dilakukan oleh mantan
Komandan Laskar Kristus Evangelist Wilayah Indonesia Timur,
Andronikus Kaparang, M.Th, alias Lalu Muhammad Hasan alias Ihsan, yang
menyusup ke MM dengan tujuan melacak mata rantai hubungan Majelis
Mujahidin dengan Al Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin. Juga, menelusuri
sumber dana, dan kemungkinan keterlibatan Majelis Mujahidin dalam
permusuhan dengan umat Kristen. Namun, Andronikus tidak menemukan
keterlibatan Majelis Mujahidin atas kecurigaannya tersebut.

Intel Oh Intel 10
Pengakuan ini disampaikan Andronikus pada tanggal 9 Juli 2006, di
Markaz Pusat Majelis Mujahidin, Jogjakarta.

Memperalat Negara Sebagai institusi Islam yang berjuang bagi


diterapkannya Syari'at Islam di lembaga negara, tanpa harus kehilangan
kewaspadaan seorang mujahid, kehadiran agen intel ke dalam tubuh
Majelis Mujahidin, bukanlah peristiwa yang terlalu mencekam. Selama ia
hanya berusaha memastikan ada-tidaknya keterkaitan MM dengan aneka
aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia, maka penyusupan itu
hanyalah sia-sia belaka. Karena, pasti sang agen tidak akan pernah
menemukan bukti-bukti yang signifikan. Majelis Mujahidin hanya
khawatir, bila kehadiran agen intel tadi tidak sekadar menggali informasi,
tetapi melakukan serangkaian jebakan dan rekayasa untuk mengadu
domba, menjebak, memfitnah, atau membenturkan MM dengan penguasa,
dengan mengaitkan aksi radikal maupun terorisme yang pernah atau akan
terjadi.

Sebagai instistusi dakwah dan jihad, bagi Majelis mujahidin, intel juga
manusia, yang menjadi objek da'wah bagi pentingnya penegakan Syari'ah
Islam di Indonesia. Sejauh gerakan Islam konsekuen menjadikan Syari'at
Islam sebagai parameter utama dalam mengawal setiap aktivitas,
program, termasuk pola berpikir tokoh-tokohnya, tidak ada hal yang
harus dikhawatirkan. Harus dihilangkan cara pandang sebagai orang
kalah, yaitu merasa menjadi korban konspirasi, merasa diperalat pihak
lain, atau dijebak ideologi tertentu. Mengapa kita tidak berpikir
sebaliknya, memposisikan gerakan Islam sebagai agen perubahan, bukan
sebagai obyek penderita. Sehingga, bergaul dengan siapa saja, tidak
seharusnya membuat kita kehilangan apa pun jua.

Menurut Al-Qur'an, Islam senantiasa bersikap bersahabat dengan siapa


saja yang suka berbersahabat, berdamai dengan siapa saja yang ingin
damai, dan juga siap melawan terhadap siapa saja yang mengusiknya.
Melawan siapa saja yang mencetuskan fitnah, termasuk mereka yang
tidak membiarkan pemikiran Islam berkembang bebas, atau orang yang
hendak memaksakan ideologi tertentu pada kaum Muslimin. Siap melawan,
baik melalui perang intelektual, taktik dan strategi, maupun menggunakan
sarana fisik. Karena, kekuatan Syari'ah Islam pada seorang Muslim
adalah jaminan bagi keselamatan jiwanya, hartanya, dan kehormatannya.
Manakala komitmen pada Syari'ah Islam melemah, kaum

Intel Oh Intel 11
Muslimin akan mudah menjadi sasaran pertumpahan darah, dan adu
domba. Harta kekayaan serta kehormatan mereka akan menjadi obyek
penjarahan musuh-musuhnya.

Aktivitas dakwah dan jihad, menyeru penegakan Syari'ah Islam, tidaklah


bertentangan dengan konstitusi negara. Juga, sama sekali tidak
berpotensi menimbulkan disintegrasi. Hasil penyusupan Haris dan
Andronikus, seharusnya sudah bisa menjadi kontribusi berharga bagi
badan intelijen untuk sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa Majelis
Mujahidin sama sekali tidak terkait dan tidak bisa dikait-kaitkan, apapun
alasannya, dengan radikalisme dan terorisme. Kalau badan intelijen
merupakan alat negara, akan lebih produktif bila aktivitasnya ditujukan
untuk memata-matai berbagai tindakan yang berpotensi merugikan
negara, seperti *illegal logging* (pembalakan liar), prostitusi, peredaran
narkoba, penjualan bayi, preman, perkosaan, uang palsu, penyelundupan
BBM, penambangan pasir liar, korupsi, penyelewengan
dana BLBI yang mencapai triliunan rupiah, penimbunan senjata (dan jual-
beli senjata organik kepada pihak-pihak yang tidak layak).

Masih sangat banyak jagat persoalan yang seharusnya menjadi objek


badan intelijen ketimbang memata-matai MM, ataupun gerakan Islam
lainnya, yang menyerukan kepada penegakan Syari'ah Islam. Sebagai alat
negara, badan intelijen seharusnya bisa menemukan sebab-sebab
mengapa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, misalnya, bisa direbut oleh
Malaysia. Apa sebenarnya yang telah dilakukan aparat terkait sehingga
kedua pulau itu bisa lepas begitu saja?

Namun, jika kerja intelijen cuma mengobok-obok Majelis Mujahidin,


padahal di luar sana banyak pihak sedang melakukan aneka kegiatan yang
berpotensi menghancurkan NKRI, maka jawab lah pertanyaan ini:
Benarkah intelijen sebagai alat negara, atau cuma memperalat negara
guna kepentingan politik rezim yang berkuasa? Atau, untuk memuaskan
negara asing seperti AS dan sekutunya, sehingga pemerintah bisa
mendapat kucuran dana pinjaman (hutang) yang akan membebani generasi
mendatang? Jika hanya itu, *masya Allah*, betapa nista dan tidak
berdayanya akal sehat sebagian aparat di negeri ini.

Intel Oh Intel 12
ISLAM, TERORISME
DAN INTELIJEN

Intel Oh Intel 13
Bom dan Intelijen

Setiap ada peristiwa teror bom, perintah eksekutif negara dengan serta-

merta mengarah pada kalangan intelijen. Entah itu intelijen polisi, militer,

maupun intelijen sipil seperti BIN.

Kasus terakhir di Tentena (28/5) amat sangat menjengkelkan dari sudut

padang kemanusiaan maupun ketentraman sosial masyarakat yang

tertimpa teror. Lebih luas, hal itu juga menimbulkan simpati nasional

dimana rakyat Indonesia secara umum ikut "merasa" menderita karena

ancaman bom itu bisa terjadi lagi di mana saja.

Lalu apa yang sudah dan sedang dikerjakan kalangan intelijen? mengapa

seperti tidak ada henti-hentinya?

Bandingkan misalnya dengan masa pemerintahan represif Orde Baru,

peristiwa bom paling terkenal mungkin kasus bom BCA dan Borobudur

ditambah pembajakan pesawat yang terkenal dengan peristiwa Woyla.

Tidak pernah ada atau tidak pernah diberitakan kasus teror bom yang

banyak mengambil nyawa orang sipil yang tidak bersalah dan tidak

berkepentingan. Tapi di era reformasi ini entah berapa total nyawa yang

direnggut oleh aksi keji tersebut.

Jawabnya sangat singkat, intelijen saya pastikan tidak bekerja optimal.

Prinsip kerja 7 hari 24 jam sudah berubah menjadi kemalasan. Semangat

patriotisme dan pengorbanan digerogoti oleh keengganan. Etos disiplin

Intel Oh Intel 14
telah tergelincir menjadi kecerobohan dalam operasi. Harga diri yang

berangkat dari profesionalisme dan pengabdian telah terbakar oleh

penghinaan publik yang bertubi-tubi. Landasan kerja yang pada era Orde

Baru dijamin oleh UU Subversi dan dukungan politik telah diberangus

oleh ketamakan konsep individualistik atas nama hak asasi manusia.

Praktis Intelijen Indonesia sudah dimandulkan oleh ibu kandungnya

sendiri yaitu negara dan rakyat Indonesia. Lantas, berapa harga yang

harus dibayar.... yah kira-kira sebesar bom demi bom yang akan terus

membayangi setiap penjuru tanah air Indonesia.

Mungkin akan ada pihak yang menuduh balik, intelijen khususnya intelijen

militer yang jelas punya akses terbaik soal bom menjadi genit dan

berupaya menarik perhatian publik dengan mendalangi sejumlah kasus

bom itu. Jawabnya adalah pertanyaan singkat atas inisiatif dan perintah

siapa? apakah petinggi intelijen atau petinggi militer atau mantan

pembina paramiliter? Saya yakini bukan semua itu, karena fakta bicara

bahwa periode represif Orba adalah masa subur puluhan atau bahkan

ratusan gerakan bawah tanah anti pemerintah, sedangkan era reformasi

adalah masa subur mempraktekan berbagai metode perlawanan. Hal ini

hanya karena intelijen sudah dilumpuhkan secara sistematis oleh ibu

kandungnya sendiri.

Terjadinya penurunan drastis dari moral anggota intelijen berdasarkan

pengamatan dari dalam maupun dari luar telah terjadi sejak tahun 1990-

an. Diawali dengan pembusukan organisasi melalui hilangnya prinsip

Intel Oh Intel 15
koreksi diri dan loyalitas pada "tokoh" yang memimpin intelijen, sampai

terbentuknya klik nepotisme yang menggurita. Anggota intelijen,

khususnya mereka yang benar-benar profesional melalui pendidikan dan

pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri (Amerika Serikat,

Inggris, Perancis, Israel, dll) dan telah berprestasi dalam berbagai

operasi dengan induk organisasi BIA/BAIS dan BAKIN/BIN menjadi

sangat frustasi dengan pembelengguan individu profesional ke dalam

busuknya politisasi badan intelijen oleh penguasa.

Ketika penguasa mengalami gunjang-ganjing reformasi, tidak ada satupun

pemimpin nasional yang menganggap penting intelijen. Tidak ada yang

berani mengungkapkan kerusakan permanen yang terjadi dalam

mekanisme kerja maupun organisasi intelijen. Seorang Gus Dur bahkan

pernah berniat melikuidasi salah satu badan intelijen. Mungkin semua

elemen civil society yang salah satunya bisa dipresentasikan dengan LSM

membenci intelijen.

Kembali pada esensi pembahasan tulisan ini, saya hanya mengingatkan

salah satu aspek yang menyebabkan lemahnya mekanisme pengamanan

nasional, khususnya dari sisi peringatan dini dan pencegahan adalah pada

terabaikannya organisasi yang sangat vital dalam menjaga dan menjamin

ketentraman dan keselamatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia, yaitu

intelijen.

Intel Oh Intel 16
Serangan Teror di London

Dunia kembali diguncang dengan aksi teror bom di London 7 Juli 2005.

Tiga lokasi Subway dan sebuah double-decker, di bom dalam waktu yang

simultan. Apa artinya?

Kepolisian dan surat kabar Inggris serta merta menyimpulkan bom

tersebut sebagai serangan terencana yang hanya bisa dibisa dilakukan

oleh kelompok teroris.

Pertanyaan berikutnya adalah kelompok teroris yang mana?

Ada klaim dari beberapa organisasi radikal yang membawa-bawa agama

tertentu, tapi sejauh mana kebenaran klaim tersebut? Ada juga tuduhan

kepada Al-Qaida yang hampir selalu dimunculkan sebagai kelompok

teroris internasional yang berada di belakang setiap aksi teror setelah

9/11. Tetapi yang sesungguhnya, belum ada indikasi atau keterangan awal

yang bisa memastikan kelompok pelaku teror bom tersebut.

Bila dianalisa dari sudut pandang strategis, bom London hanya akan

mengabadikan "global war on teror" yang dihembuskan oleh Amerika

Serikat pasca tragedi 9/11. Karena aksi teror yang berkesinambungan di

seluruh dunia tersebut telah menjustifikasi pentingnya memerangi

kelompok teroris di seluruh dunia. Karena sifat perang melawan teroris

yang sangat berbeda dengan perang konvensional, ada kecenderungan

untuk menciptakan sebuah citra musuh bersama ke dalam sosok Al-Qaida

secara khusus atau Islam radikal secara umum, sedikit demi sedikit

probabilita kelompok teror komunis (kiri) dan pro-kemerdekaan seperti

Intel Oh Intel 17
IRA tergeser. Kecenderungan tersebut berupaya menghapus

kemungkinan munculnya analisa bahwa pelaku teror itu mungkin saja

kelompok yang diuntungkan dari situasi kacau yang diakibatkan oleh

kepanikan dan kemarahan masyarakat.

Kelompok yang diuntungkan dari aksi teror bom adalah industri alat

keamanan (security industries) yang memproduksi berbagai alat

pemantau keamanan, alat deteksi, perlengkapan senjata ringan, dst.

Kelesuan industri alat keamanan sangat terasa pasca Perang Dingin,

karena peranan intelijen dan kontra intelijen menurun drastis dengan

hilangnya persaingan antara blok barat dan blok timur. Penggunaan

intelijen devices oleh dunia intelijen juga menurun tajam, riset dan

pengembangan industri intelijen devices juga mengalami kelesuan. Selain

itu, intelijen-pun seperti jadi pengangguran terselubung.

Bisa jadi pelaku di lapangan adalah mereka yang fanatik dan membabi

buta tunduk pada idealisme aksi teror demi tujuan "mulia" atau yang

dianggap "mulia". Tapi pemicu terjadinya aksi bom bisa jadi didorong oleh

kelompok kepentingan tertentu yang jelas sangat ahli dan menguasai

dunia "bawah tanah" yang paham betul dengan kerawanan masyarakat dan

kerawanan ruang-ruang publik.

Saya tidak bisa menunjukkan jari ke arah siapa kelompok kepentingan

yang dimaksud, tetapi bisa direnungkan bahwa ada bagian sejarah umat

manusia yang dibangun diatas berita dan cerita kebohongan belaka.

Termasuk di dalamnya cerita tentang kelompok teroris internasional.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, July 09, 2005

Intel Oh Intel 18
Aliran Dana Teroris di Indonesia

Nah ini dia yang ditunggu-tunggu, sinyalemen intelijen yang "mungkin"

lumayan menarik untuk dibahas dan bisa menjadi acuan kemana intelijen

negara seharusnya difokuskan. Meskipun saya sendiri tidak merasa yakin

dengan info dik wawan, tapi saya bisa mencium sumber informasi dik

wawan mungkin dari counter-part yang "bisa dipercaya". Lain halnya

dengan info mantan KaBIN yang sebenarnya sudah pernah melalui masa-

masa penyelidikan di masa beliau memimpin BIN, namun mengalami

banyak sekali kendala dalam soal pembuktian akhir. Meski telah ada apa

yg namanya PPATK, saya yakin sistem transfer melalui kurir, atau model

tradisional lainnya tidak akan pernah terlacak oleh mereka. Bahkan pola

yg tercatat melalui sistem transfer bank-pun tidak akan terlacak bila

polanya sangat wajar. Jadi PPATK perlu sekali mempelajari pola-pola

kriminal keuangan baik dalam skala kecil maupun besar, dalam hal ini

mungkin intelijen bisa berbagi pengalaman.

MIOL Selasa, 15 November 2005

Aliran Dana dari Diplomat

JAKARTA (Media): Pengamat intelijen Wawan H Purwanto

mengungkapkan seorang diplomat asing menjadi penghubung dan berperan

mengalirkan dana untuk kegiatan teroris kelompok Azahari dan Noordin

M Top di Indonesia.

Intel Oh Intel 19
Aliran dana juga disalurkan melalui seorang kurir asal Malaysia dengan

inisial Suf. Dana berasal dari sumbangan simpatisan yang sepaham dengan

Noordin M Top dan Azahari di Malaysia.

"Diplomat itu punya kekebalan internasional sehingga leluasa menyalurkan

dana kepada kelompok teroris. Dia memberikan uang dengan tujuan

membuat keruh," ujar Wawan kepada Media di Jakarta, kemarin.

Indikasi ini sudah ia beri tahukan kepada DPR dan pemerintah supaya

diselidiki lebih jauh. "Kalau bisa diperbaiki, ya diperbaiki karena

menyangkut hubungan diplomatik," tambahnya.

Mengenai kegiatan kurir Suf, menurut Wawan, justru ia dapatkan dari

Polisi Diraja Malaysia. Awalnya kurir Suf menyalurkan dana ke Indonesia

melalui bank. Namun, setelah mulai terlacak, Suf mengubah modus.

Suf kemudian melakukan transfer tunai melalui perorangan dengan

sistem cut out. Orang hanya dipakai sekali dan langsung dilepas atau

diputus hubungan setelah melaksanakan tugas.

Menurutnya, pada 2002-2003 ada bank di dalam negeri yang pernah

dilewati aliran dana tersebut. Ia tidak berani menyebut secara spesifik

bank itu. Namun, ia memastikan bank itu merupakan bank asing yang ada

di Indonesia. Sedangkan di Malaysia, Wawan menengarai merupakan bank

pemerintah setempat.

"Saya tidak berani menyebutkan secara spesifik, tapi yang jelas itu bank

asing yang ada di Indonesia. Untuk di Malaysia, selama ini yang saya tahu

bank pemerintah yang ada di Malaysia," ucapnya. Lembaga donor

Intel Oh Intel 20
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn)

Hendropriyono mengungkapkan pola pendanaan para teroris umumnya

berasal dari lembaga-lembaga charity (donasi) yang penggunaannya

disimpangkan melalui iuran anggota dan simpatisan, serta kelompok

tertentu seperti Al-Qaeda.

"Yang kami duga ada iuran anggota. Juga dana yang mengucur dari

sejumlah yayasan untuk kegiatan sosial yang dipakai mendanai kegiatan

terorisme," paparnya kepada Media di Jakarta, kemarin.

Namun, Hendro mengakui belum bisa secara tepat menyebut sumber

pendanaan utama kelompok teroris Azahari. Yang pernah terungkap,

lanjutnya, lalu lintas uang menggunakan jasa kurir sebelum sampai kepada

pihak yang akan melancarkan aksi teroris. "Misalnya yang pernah

diungkap ada dana lewat kurir yang sampai ke Hambali," katanya.

Meski begitu, Hendro mengingatkan, dalam setiap peristiwa terorisme

pola pendanaan yang dipakai bisa berbeda-beda. "Tapi biasanya kalau

pelakunya sama, pola pendanaannya tidak jauh berbeda," kata dia.

Sedangkan pengamat politik Hermawan Sulistyo mengatakan pemerintah

tidak perlu membentuk lembaga baru untuk mengawasi aliran dana karena

sudah ada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Penyidikan yang dilakukan PPATK, kata dia, akan mempersulit masuknya

aliran dana. Misalnya, pendanaan bom Bali I diketahui dari rekening yang

digunakan. "Jadi, PPATK bisa melakukan pemotongan aliran dana, tapi

dengan permintaan dari polisi dan kejaksaan," kata Hermawan kepada

Media di Jakarta, kemarin. (KL/*/*/P-2)

----------------------------------------------

Seharusnya info saluran dana dari diplomat asing dan model donasi dari

Intel Oh Intel 21
lembaga-lembaga tertentu kepada kelompok teroris segera diselidiki dan

dihancurkan jaringnya. Dari sinyalemen yang dikeluarkan seorang

pengamat intelijen yang juga pengajar di Institut Intelijen Negara dan

sinyalemen dari mantan KaBIN tampak jelas bahwa kekuatan utama BIN

berada di bidang kontra-intelijen di dalam negeri dan spionase aktif di

luar negeri. Bila kita baca buku Ken Conboy tentang Intel Inside terlihat

bahwa kekuatan operasi intelijen negara terletak pada unit pelaksana

kontra-intelijen. Sementara itu jaring nasional intelijen negara tidak

jauh beda kemampuannya dengan intelijen strategis (BAIS) bahkan

seringkali saling bekerjasama. Dengan adanya dominasi Polisi dalam

hampir seluruh aspek keamanan dalam negeri, maka seyogyanya jaring yg

sudah ada dari intelijen negara dan intelijen strategis bisa bekerjasama

juga dengan polisi, dan mungkin membiarkan polisi menjadi bintang dan

pahlawan, toh intelijen tidak pernah memimpikan popularitas dan

penghargaan publik. Hanya saja publik perlu menunjukkan rasa hormat

dan terima kasih walaupun pekerjaan intelijen tidak tampak. Jadi

mungkin ada benarnya bila intelijen negara berkonsentrasi dalam

pengumpulan informasi yang bersifat ATHG dari dalam dan luar negeri

dengan fokus tentunya kontra-intelijen dan intelijen aktif di luar negeri.

Hanya dengan pemantapan format ini, maka intelijen negara bisa mengisi

ruang yang telah menjadi spesialisasinya sejak didirikan. Kemudian ruang

operasi keamanan intelijen dalam negeri bisa sepenuhnya berada ditangan

intelijen polisi. Hanya saja perlu dibuat peraturan yg jelas tentang

wewenang intelijen negara untuk meminta polisi melakukan operasi sesuai

dengan tujuan penegakkan hukum dan keamanan dalam negeri. Bisa jadi

intelijen negara dalam upaya membongkar kejahatan di dalam negeri

Intel Oh Intel 22
seperti kasus terorisme senantiasa berada di garis depan informasi dan

senantiasa mendukung operasi polisi, tanpa perlu memiliki wewenang

khusus dalam tubuh intelijen negara, seperti menahan dan mengorek

informasi. Tetapi yg sangat dikhawatirkan adalah munculnya egoisme

korps, khususnya Polisi yang merasa bisa mengatasi segala persoalan

keamanan dalam negeri tanpa bantuan siapapun. Pada gilirannya, kita juga

harus mewaspadai meluasnya wewenang polisi yang bisa jadi semakin

berada diluar kendali karena tidak ada lembaga lain yg menjadi mitra

operasi sekaligus faktor pengendali terjadinya penyimpangan.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, November 15, 2005

Intel Oh Intel 23
Pesan dari Teroris Indonesia

Rekaman berdurasi sekitar 15 menit tentang pengakuan para pelaku bom

Bali II dan seorang tokoh misterius bertopeng yang disiarkan oleh

sejumlah TV Indonesia dan telah disiarkan di mancanegara pada minggu

ini cukup mencengangkan dan menarik untuk disimak.

Apa yg bisa kita cermati dari ditemukannya video tersebut?

1. Pesan itu memang sengaja dibuat untuk ditemukan dan

disebarluaskan ke masyarakat luas secara umum, namun sasaran

khususnya adalah pemintaan "tolong" atau dukungan dari organisasi

teroris internasional, bahwa kedudukan atau posisi kelompok teroris

nusantara sudah terjepit. Hal ini bisa saya pastikan karena ada

reaksi dari beberapa kelompok di luar negeri yg justru merasa

simpati dengan kondisi yg dialami oleh organisasi teroris Indonesia,

hal ini merupakan kebalikan dari reaksi negatif dari mayoritas umat

Muslim Indonesia. Mungkin dalam waktu yg relatif singkat akan ada

kontak antara kelompok teroris lokal dengan kelompok teroris

internasional.

2. Kenyataan bahwa sistem indoktrinasi paham jihad dengan bom bunuh

diri cukup berhasil merekrut anak-anak Muslim Indonesia yg mungkin

"terlanjur basah" terjebak dalam lingkungan organisasi teroris,

modusnya hampir sama saja dengan kelompok pengedar obat bius.

Apa yg membedakan adalah isi doktrinnya dan motivasi yg menjadi

penggerak gerakan teror tersebut. Bisa juga kita bayangkan posisi

Intel Oh Intel 24
seseorang yg telah dibai'at (disumpah) menjadi anggota korps

pejuang apapun (tentara, martir, jihadist, phalangist, dst).

Membunuh manusia itu merupakan hal yg sulit dan berat untuk

pertama kali, tapi tidaklah terlalu berat untuk yg berikutnya.

Demikian juga proses masuknya sebuah keyakinan tentang apapun,

amatlah sulit untuk meyakini sesuatu untuk saat pertama. Dari

pengamatan saya, hal pertama yg dilakukan seorang pencari bakat

bunuh diri adalah adanya potensi untuk tidak merasa kehilangan apa-

apa. Pada tahap yg paling awal menjadi wajib bagi calon teroris untuk

putus hubungan dengan siapapun yg bisa mempengaruhi sikap dan

keyakinannya (keluarga, pacar, sahabat, singkatnya orang-orang

tercinta). Kemudian menjadikan gerakan/harakah atau organisasi

sebagai keluarganya yg merelakannya bahkan memujanya untuk bisa

mati "syahid". Saya jadi ingat ketika rekrutmen jihad Afghanistan

diserukan di tanah air Indonesia, saya sempat memperoleh akses

untuk ikut berjihad beserta sejumlah dokumen sederhana yg akan

membawa saya ke Pakistan kemudian perlahan menyusuri jalan

menuju perang kecil dengan resiko kematian sejati sebagai syahid.

Tetapi jalan itu tidak saya lanjutkan karena masih ada hubuddunya,

rasa cinta dunia, sayang keluarga, dan mendambakan ketenangan,

walau hati sempat galau karena seruan jihad begitu kuat memanggil

dari tangisan sesama Muslim di belahan dunia yg lain. Jadi seburuk

apapun citra yg dilekatkan kepada gerakan teroris yg mengambil

tema jihad Islamiyah, saya hanya ingin mengingatkan bahwa simpati

kepada saudara-saudara kita yg mengambil langkah untuk berjihad

dengan jalan kekerasan (aksi teror) tidaklah akan surut, karena

Intel Oh Intel 25
keteraniayaan saudara-saudara Muslim di belahan dunia akan menjadi

pemicu lahirnya simpati terhadap gerakan teroris dan antipati

terhadap hegemon dunia yg dipimpin Amerika. Hal ini mungkin

kelihatan klise dan tendensius bagi kebanyakan Muslim Indonesia yg

sibuk dengan urusan dunia masing-masing. Tetapi ketika terbuka

pintu ke arah "lain", simpati itu tidaklah pernah surut...hal ini mirip

dengan cita-cita negara Islam dari benak sebagian umat Muslim.

3. Aha.. untuk soal gerakan teroris Indonesia, saya kira pendapat

brother Al Chaidar sangat menarik. Sebagai individu unik yg

menguntungkan secara pribadi, Chaidar yg mengaku kenal dengan

sebagian besar tokoh teroris yg paling dicari di Indonesia, hal ini

benar-benar unik. Bahkan bisa meragukan (atau membuat ragu)

bahwa tokoh bertopeng yg terekam dalam video yg telah ditayangkan

di mancanegara itu adalah Wawan alias Noordin M Top. Sebagai

mantan tokoh "pejuang" Negara Islam Indonesia (NII) dan tentunya

sangat tahu peta perjuangan NII versi Kartosoewirjo seperti

tertulis dalam bukunya Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam

Indonesia Kartosoewirjo. Apa yg aneh dalam diri brother Chaidar

adalah keistimewaannya sebagai "wakil" pemerintah dalam negosiasi

dengan kelompok teroris. Satu-satunya pengakuan Chaidar yg

mencurigakan adalah bahwa dia melakukan itu untuk mencoba

memahami jalan pikiran dan perasaan mereka (para teroris yang

sebenarnya Chaidar sudah paham betul, benarkan?) Juga begitu

yakinnya bahwa gerakan teroris di Indonesia adalah untuk mengikuti

fatwa Usamah bin Laden untuk berjihad melawan Amerika. Bila saya

balik, maka gerakan teroris di Indonesia adalah untuk menarik

Intel Oh Intel 26
perhatian Usamah bin Laden, seperti apa yg terekam dalam video, yg

saya yakini kini telah diketahui oleh gerakan teroris internasional.

Bahwa teroris Indonesia skalanya lokal bisa dilihat dari lemahnya

pembiayaan untuk operasi bom, silahkan cek ke Polri atau TNI yg

punya data tentang perkiraan dana yg diperlukan untuk operasi bom

Bali I ataupun Bom Bali II, sungguh tidaklah terlalu besar. Tetapi

Chaidar benar tentang proses panjang doktrinasi yg tidak berada di

pesantren-pesantren, melainkan ditempat-tempat rahasia (bahkan

banyak yg berada di lokasi perumahan mewah di beberapa kawasan di

Jakarta, benarkan Chaidar?)

4. Baca baik-baik penggalan pernyataan pria bertopeng : "Kami ulangi,

bahwa musuh-musuh kami adalah Amerika, Australia, Inggris,

Italia. Dan kami sampaikan juga bahwa musuh kami adalah penolong-

penolong dan pembantu Bush [Presiden Amerika Serikat George


Bush], Blair [Tony Blair, Perdana Menteri Inggris] penguasa kafir
dan penguasa murtad yang menguasai kaum muslimin, yang mengejar
ulama, dan para mujahid. Mereka inilah musuh-musuh kami yang kami
incar dalam serangan kami." Statement tersebut terlalu mirip

dengan perjuangan Usamah bin Laden, dan saya salut atas kecerdikan

memanfaatkan media video yg seolah-olah tertinggal itu. Mengambil

resiko meluasnya antipati dari mayoritas orang Indonesia demi

datangnya bantuan dari dunia luar. Lumayan....

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, November 18, 2005

Intel Oh Intel 27
Selamat Jalan DR Azahari

Media Indonesia Online (MIOL) pada 12 November 2005 memberitakan

pernyataan Presiden SBY ttg tewasnya DR. Azahari, tokoh yg diduga

otak aksi teror Bom di Indonesia. Demikian berita dari MIOL

Presiden : Tewasnya Dr Azahari Pencapaian Besar Perangi Terorisme


JAKARTA--MIOL: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan

tewasnya pemimpin teroris Dr Azahari merupakan pencapaian terbesar

Indonesia dalam menangani terorisme.

"Itu merupakan pencapaian terbesar tahun ini bagi kami dalam

memerangi terorisme. Saya berharap anda sekalian malam ini bisa tidur

lebih nyenyak," kata Presiden di depan 100 anggota parlemen Asia yang

menghadiri pembukaan Sidang Umum VIII Forum Parlemen Asia tentang

Populasi dan Pembangunan (AFPPD) di Gedung Pusaka Loka, DPR/MPR,

Sabtu (12/11).

"Sekarang kami masih memburu pimpinan teroris paling berbahaya ke-2

di Indonesia yaitu Noordin M Top," katanya. Ketika memberi sambutan,

Yudhoyono menjelaskan Azahari yang warga Malaysia tersebut

merupakan otak dan pelaku di balik serangkaian pemboman besar di

Indonesia seperti di Bom Bali 2002, Hotel JW Marriott 2003, Kedutaan

Australia 2004 dan Pemboman Bali Oktober 2005.

"Kami sudah lama memburu Azahari, ketika kepolisian kami bisa

menyudutkan dia di Malang, Jawa Timur, dia melawan dengan tembakan

dan 11 bahan peledak sebelum akhirnya dia tewas tertembak. Polisi juga

Intel Oh Intel 28
menemukakan beberapa bom lain di lokasi," kata Presiden. (Ant/OL-06)

--------------------------

Tak urung berita kematian DR. Azahari mengundang polemik yg utamanya

diarahkan pada kebenaran apakah DR.Azahari sudah tewas ataukah

belum?

Ketika Kapolri dengan beraninya melaporkan kematian DR. Azahari

(berarti sudah melalui proses identifikasi mayat korban secara standard)

kepada presiden dalam rapat kabinet, maka saya memberanikan diri untuk

membenarkan berita tersebut. Apalagi Presiden sangat senang dan

segera memberikan pernyataan publik tentang kematian DR. Azahari. Bila

ternyata salah tentu saja taruhannya jabatan Kapolri.

Sesungguhnya yg perlu dipolemikkan bukan pada benar tidaknya DR

Azahari telah tewas terbunuh, melainkan pada jaminan berhentinya aksi

teror bom di masa mendatang. Misalnya masih ada tokoh kedua Noordin

M Top dan tentunya jaringan kerja kelompok tersebut masih eksis.

Bagaikan aksi kejar-kejaran antara aparatur keamanan (polisi, intelijen,

dan unsur pendukung anti teror lainnya) dengan jaringan teroris, maka

sesungguhnya posisi kelompok yng dituduhkan sebagai teroris tersebut

sudah semakin sempit dan tinggal soal waktu kapan menghancurkannya,

bahkan ada kemungkinan untuk "tidak" bisa dihancurkan secara tuntas.

Intel Oh Intel 29
Ada dua sebab mengapa "tidak" hancur secara tuntas:

1. Kelompok yg menjadi sasaran aparat keamanan Indonesia

tersebut segera "bubar" bagaikan tidak pernah ada, dan kembali

menjadi orang-orang biasa. Sampai menunggu waktu lengahnya

pengamanan nasional Indonesia (ingat kebiasaan hangat-hangat

tahi ayam orang Indonesia).

2. Aparat keamanan yang secara bertahap berada di atas angin

mulai "sombong" dan meremehkan detil bermakna perembesan

organ-organ kelompok teror ke dalam masyarakat secara alamiah

dan wajar. Juga ada kemungkinan untuk mencicil penangkapan

para tokoh teror, karena hal ini juga akan memelihara perhatian

publik tentang prestasi aparat dan "kekalahan" kelompok teroris

di Indonesia.

Meskipun posisi kita selamanya bersebrangan, saya ingin mengucapkan

selamat jalan kepada DR Azahari semoga coretan kecil di barreta mungil

nan indah itu tetap menandai pertemuan singkat kita.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, November 12, 2005

Intel Oh Intel 30
Teroris Pilih Indonesia????

Oh lagi-lagi saya harus menarik nafas dalam-dalam atas komentar pakar-

pakar intelijen Indonesia. Entah apa yang menjadi landasan berpendapat

mereka, saya kurang pasti. Apakah benar-benar ada dasar informasi yang

menjadi acuannya ataukah permainan logika dan kutak-katik analisa

berdasarkan pada duga-duga dan fabrikasi argumentasi yang seolah-olah

ilmiah.

Judul Teroris Pilih Indonesia ini berdasarkan pada kutipan berita dari

Media Indonesia berikut ini:

Media Indonesia, Minggu, 13 November 2005

3 Faktor Teroris Pilih Indonesia, Sumber Dana dari Timur Tengah

JAKARTA (Media): Paling tidak terdapat tiga alasan teroris melancarkan

aksi di Indonesia. Lemahnya payung hukum, rendahnya tingkat pendidikan

sehingga memudahkan masuknya doktrin yang menyesatkan, serta faktor

kemiskinan.

Demikian rangkuman pendapat dari sejumlah pengamat intelijen yang

diwawancarai Media secara terpisah di Jakarta, kemarin, berkaitan

dengan maraknya aksi terorisme di Indonesia beberapa tahun terakhir.

Aksi terorisme berupa pengeboman di beberapa lokasi di Indonesia

membawa banyak korban jiwa serta harta benda. Ledakan paling besar

terjadi di Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 2.002

orang.

Intel Oh Intel 31
Berbagai pengeboman itu mencuatkan dua nama yang diburu polisi dan

ditakuti masyarakat. Mereka adalah ahli bom dan gembong teroris Dr

Azahari serta Noordin M Top. Azahari ditembak polisi dalam suatu

penyergapan di Batu, Jawa Timur, Rabu (9/11) lalu. Kini tokoh teroris

lainnya, Noordin M Top, serta kelompoknya dalam pengejaran polisi.

Pengajar Institut Intelijen Negara Wawan Purwanto mengatakan bila

dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia sangat potensial dimasuki

teroris. Payung hukum di Malaysia memberikan kewenangan kepada

aparat hukum untuk menangkap seseorang yang dicurigai melakukan aksi

terorisme, sedangkan di Indonesia aparat keamanan tidak bisa berbuat

apa-apa sebelum ada barang bukti.

''Jadi, negeri kita ini sangat empuk bagi kegiatan terorisme, terutama

setelah UU Antisubversi dicabut. UU Antiterorisme menjadi tidak

memadai. Aparat keamanan jadi ragu-ragu bertindak,'' kata Wawan.

Di pihak lain, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia

menjadi pintu masuk doktrin dan berbagai ajaran yang menyesatkan.

Selama ini, jelas Wawan, teroris memanfaatkan celah dari benturan

antara Islam modern dan Islam konservatif untuk mencuci otak

masyarakat Indonesia.

''Juga soal kemiskinan merupakan celah yang dimanfaatkan dengan

memberikan janji-janji yang cenderung muluk-muluk seperti uang dan

masuk surga,'' jelasnya lagi.

Di tempat terpisah, pengamat intelijen dari Universitas Indonesia Andi

Widjajanto mengatakan para teroris lebih memilih Indonesia sebagai

Intel Oh Intel 32
bagian implementasi konsep mendirikan khalifah Islam di Asia Tenggara.

''Yang mereka lakukan sekarang adalah menggerogoti sistem sehingga

ada kelemahan struktural yang signifikan di wilayah sasaran mereka. Dari

sini percikan-percikan revolusi sosial bisa dimunculkan,'' jelasnya.

Sumber dana

Mengenai sumber dana pembiayaan berbagai aksi terorisme tersebut,

Andi mengatakan sumbernya dari negara-negara Timur Tengah, terutama

Libia dan Suriah. Saat ini ada dugaan dana itu langsung berasal dari

Afghanistan melalui penjualan senjata gelap. Sedangkan dari dalam

negeri, kalaupun ada, itu merupakan bagian dari distribusi dana yang ada

di Afghanistan.

''Aliran dananya bermacam-macam. Bisa berupa penyelundupan senjata.

Bantuan berupa uang tunai bisa melalui transfer bank, tetapi wujudnya

terutama dari hasil penyelundupan senjata dan juga obat bius," kata Andi

lagi.

Namun, Wawan mengisyaratkan ada oknum dalam negeri yang memiliki

impunitas yang menyuplai dana tersebut kepada teroris.

Mantan perwira intelijen TNI Angkatan Laut Djuanda mengatakan

kemungkinan adanya konspirasi negara tetangga dengan para teroris.

Alasannya, dalam teori strategi peperangan dikenal prinsip bahwa musuh

utama dari sebuah negara adalah negara tetangga terdekat.

Sedangkan mengenai penyokong dana, Djuanda mengatakan sumber dana

bukan dari kalangan Islam radikal, melainkan musuh-musuh Islam yang

sengaja ingin menghancurkan Islam.

Intel Oh Intel 33
Indikasinya, jelas Djuanda, Al-Qaeda. Di masa lalu Al-Qaeda dibina

Badan Intelijen Amerika (CIA), tapi sekarang justru dicari dan menjadi

musuh utama negara adidaya itu. ''Jadi, perang terorisme di Indonesia

sekarang ini merupakan satu bagian dari perang besar, yaitu perang

ekonomi dan perdagangan,'' jelas Djuanda lagi. Menurut pengamat militer

AC Manulang, Indonesia dijadikan sasaran teroris disebabkan Indonesia

memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

"Ini sebenarnya strategi global Amerika. Yakni, kolonialisasi dan

kapitalisasi. Umat Islam Indonesia diperkirakan menjadi penghambat luar

biasa bagi keberlangsungan kepentingan Amerika di Indonesia, " kata

Manulang. Tegasnya, sambung Manulang, Amerika menginginkan citra

Islam Indonesia buruk di mata internasional. Caranya dengan menjadikan

Islam sebagai aksi-aksi di belakang terorisme. Dengan banyaknya teror

di Indonesia, semakin lama kian terbentuk opini bahwa Islam identik

dengan teroris. "Terorisme itu musuh dunia. Jika Indonesia tidak bisa

meredam radikalisasi, ini berarti Indonesia negara teroris," tambahnya.

Selain itu, Amerika ingin mengecek apakah ada kenyamanan dan keamanan

bagi warga negara dan kepentingan AS di negeri ini. "Yang ditakutkan AS

dari Indonesia adalah meluasnya upaya politikus agama, yang

menggunakan Islam sebagai kuda troya politik. Untuk menghambat itu

Amerika tidak memberi kesempatan bagi berkembangnya politik atas

nama agama di negeri ini. Amerika tidak ingin orang yang membawa-bawa

Islam di negeri ini berkuasa," jelasnya. Berkaitan dengan dana, Manulang

menduga berasal dari orang-orang di berbagai belahan dunia, khususnya

Amerika. Artinya, orang yang memiliki modal untuk berinvestasi di

Intel Oh Intel 34
Indonesia. "Di Irak, misalnya, aroma perebutan pengelolaan minyak

menjadi bukti adanya keterlibatan orang kaya," jelas Manulang.

Di sisi lain, menurutnya, sumber dana terorisme muncul dari kelompok

orang kaya di berbagai negara yang menjadikan agama sebagai ideologi

dan ideologi dijadikan agama. (*/X-6)

--------------------------------------------

1. Saudara Wawan, sebagai salah seorang the rising star komunitas

intelijen tampak terlalu formal dan tidak menyentuh esensi

persoalan yg sesungguhnya. Soal payung hukum memang ada

benarnya tapi bukan ini esensi persoalannya, Polisi selama ini

cukup berhasil "melumpuhkan" gerakan kelompok-kelompok

teroris (dengan dukungan dunia intelijen tentunya). Tetapi

tampak ada keinginan dari kalangan intelijen, khususnya yang

berbasis militer untuk turut aksi memerangi teroris, sehingga

desakan payung hukum masih saja bergaung. Saya kira

sebenarnya payung hukum yang melindungi setiap operasi Polisi

jelas menunjukkan keberhasilan Polisi, tetapi jadi

menomorduakan kalangan intelijen. Saya menduga ada

keengganan dari kalangan intelijen non Polisi untuk berbagi dan

membiarkan Polisi untuk menjadi pahlawan di mata masyarakat.

Sungguh hampir keseluruhan jaring teroris atas dasar

separatisme, sentimen agama maupun ideologi sudah terpetakan

di kalangan intelijen non polisi. Mantan Kapolri Da'i Bachtiar

saya kira cukup sportif dengan pernah mengakui bahwa polisi

Intel Oh Intel 35
disupplai informasi oleh komunitas intelijen non polisi, tetapi

memang sayang intelijen selalu menjadi kambing hitam setiap

kali kecolongan. Kemudian soal pendidikan, lagi-lagi soal klise yg

diajukan saya kira ini terlalu dipermukaan tidak menjelaskan

apa-apa. Bandingkan misalnya dengan negara-negara miskin di

Afrika yang tingkat pendidikannya dibawah Indonesia, mengapa

tidak menjadi front perang melawan terorisme??? Faktor

kemiskinan juga berbicara sama dengan alasan klise soal

pendidikan, siapa bilang hanya orang miskin dan berpendidikan

rendah yg tertarik dengan gerakan terorisme??? Sama dengan

orang-orang yg tertarik dengan dunia intelijen yg harus melewati

syarat tingkat intelligence minimum, maka orang yg tertarik dan

simpati serta mampu bergabung dengan gerakan terorisme juga

demikian. Saya mendukung argumentasi motivasi uang dan

petualangan dan ketersesatan dalam menterjemahkan mati demi

Tuhan. Sungguh saudara wawan atau lebih tepat dik wawan perlu

memperbaiki argumentasi karena anda telah dipersiapkan untuk

bisa go public dan "direstui" tentunya. Atau mungkin dik wawan

hanya mengeluarkan pernyataan yg telah diresmikan sebagai

pandangan yang mudah dicerna publik dan tidak mengundang

polemik, karena apa yg disampaikan bukanlah suatu hal yg baru

bagi publik (setiap orang yg tidak buta huruf dan buta berita

tentunya tahu). Terakhir, sedikit soal benturan antara Islam

modern (yg mana ya? yg liberal? yg anti tahayul bid'ah kurofat?

yg pembaharu?) dan Islam konservatif (yg tradisionalkah? atau

yg beraliran politik jihadkah? atau yg wahabiahkah?) adalah

Intel Oh Intel 36
tidak jelas, dan saya kira bukan itu semua. Apa yg terjadi adalah

seleksi secara efektif yang dilakukan oleh tim pencari bakat

teroris (mereka juga melakukan spotting) dan masuk ke semua

aliran yg ada, hal ini bisa dibandingkan dengan pola rekrutmen

jihad Afghanistan misalnya. Ma'af buat saudara wawan bila anda

membaca tulisan ini, mohon untuk direnungkan kembali baik-baik.

Bila saya keliru silahkan dikoreksi.

2. Buat Saudara Andi Widjajanto, saya memaklumi bila anda terlalu

banyak membaca tulisan "akademis" tentang Intelijen yang

dirancang oleh kelompok RAND atau setidaknya dipengaruhi oleh

orang-orang yang pernah atau punya kontak dengan RAND.

Janganlah terlalu terpengaruh oleh orang-orang seperti Angel

Rabasa atau John Haseman meskipun tulisan mereka sangat

meyakinkan, atau bahkan seorang spesialis seperti Zachary

Abuza (Simmons College in Boston), dan sejumlah penulis yg

"produktif" lainnya. Meski saya juga menghormati karya-karya

ilmiah mereka, namun coba lebih teliti kembali argumentasi dan

sumber rujukan tulisan mereka, saya kira saudara Andi akan

cepat menangkap maksud saya. Saya yakin setelah saudara Andi

lebih cermat dalam memahami peta studi terorisme maka

argumentasi mengapa ada kelompok teroris yg memilih Indonesia

adalah sebagai bagian implementasi konsep mendirikan khalifah

Islam di Asia Tenggara akan segera terpatahkan. Ada cerita yg

jauh lebih besar dari sekedar cita-cita "semu" khalifah Islam

Asia Tenggara. Argumentasi anda bahwa kelompok teroris

berusaha menggerogoti sistem melalui aksi teror jelas tidak

Intel Oh Intel 37
sesuai baik secara teori maupun prakteknya, karena tidak

realistis bagi para pelaku teror sekalipun (saya bisa jelaskan

lebih lanjut bila ada yg tertarik). Kemudian soal dana, jangan

mengacu pada dugaan "resmi" pemerintah Indonesia tentang

sumber dana dari Libia, Suriah atau bahkan Afghanistan, hal ini

dulu pada masa Presiden Megawati pernah dilontarkan sebagai

upaya diplomatis untuk menekan negara-negara tersebut agar

membuka akses kerja sama memerangi aksi teror. Tidak

sungguh-sungguh karena ada aliran dana yg besar dari sana,

apalagi hasil penjualan senjata dan obat bius, cobalah untuk

tidak berimajinasi, masa saudara Andi yg sedang terbuka luas

bisa terancam oleh kredibilitas argumentasi yg lemah semacam

itu. Betapa-pun saudara Andi berhasil mengakses sumber-

sumber terbatas di kalangan Intelijen, pendapat-pendapat

semacam itu sangatlah sumir dan tidak meyakinkan komunitas

intelijen internasional yg sesungguhnya. Perhatikan pendapat

saudara wawan soal oknum dalam negeri yg memiliki impunitas

(saya lebih setuju dengan istilah untouchable) yg menyuplai dana

ke kalangan teroris.

3. Ah kawan lama Djuanda mengapa anda menyampaikan teori

negara tetangga tanpa langsung saja menyebut Singapura dan

dukungan Mossad-nya, sepertinya masih ingin membiarkan publik

berpikir seperti biasa. Teori konspirasi internasional

penghancuran citra Islam memang sangat menarik, akan lebih

menarik bila disampaikan juga teori the puppet master. Kalangan

intelijen analis sudah banyak yg mengajukan "kemungkinan"

Intel Oh Intel 38
tentang adanya DALANG besar dibalik dalang-dalang kecil yang

menjadi operator teroris di seluruh dunia, lucunya atau ironisnya

sang dalang kecil tidak sadar atau tidak mau mempercayainya.

Saya sangat senang dengan argumentasi perang ekonomi dan

perdagangan, tapi bagaimana menjawab pertanyaan the rising

power of China. Kekuatan potensial terbesar yg bisa mengganggu

kapitalisme global dibawah asuhan Amerika hanya China.

Meskipun China juga menjadi pendukung "kapitalisme" yg mereka

coba definisikan kembali, tetapi tantangan dari China jauh lebih

besar ketimbang dunia Islam. Menurut saya isu melawan

terorisme internasional hanya pengalihan sementara terhadap

politik engagement dan containment China. Juga melalui isu

terorisme, hubungan pemerintah Indonesia pasca reformasi dan

Amerika beserta sekutunya membaik.

4. Ah si abang Manullang tak hentinya menghembuskan strategi

global Amerika tapi sayang mengapa alasannya saya rasakan

tidak terlalu kuat. Meski abang cukup lama bergelut dalam

litbang intelijen, tapi abang sangat jarang mengalami realita

lapangan intelijen. Akibatnya banyak analisa abang yang terlalu

bombastis meski ada juga dukungan faktanya. Sekali lagi saya

sampaikan, ini bukan soal potensi hambatan dari umat Islam

Indonesia tetapi lebih pada upaya menggiring umat Islam

Indonesia, khususnya pemerintah Indonesia untuk "terpaksa"

mendukung Amerika dalam memerangi "kejahatan" aksi teror.

Argumentasi bahwa citra Islam menjadi buruk seharusnya lebih

diperjelas dalam rangka membentuk opini publik domestik

Intel Oh Intel 39
Amerika yg mayoritas tdk terlalu paham juga opini internasional

tentang definisi ANCAMAN dari kelompok teroris. Saya kira

propaganda dan definisi ancaman teror itu sudah cukup jelas

dengan sejumlah aksi bom di beberapa kota di dunia, juga

termasuk yg di Indonesia. Lihat aksi bom terakhir yg terjadi di

Amman Yordania, saya kira akan masih akan ada serial

lanjutannya di kawasan Timur Tengah. Polemik apakah Al Qaeda

benar-benar berada dibelakang setiap aksi kelihatan semakin

mengkerucut ke arah "persetujuan" bahwa itulah kebenaran.

Sedikit soal politik Islam, abang sudah lupa dengan sejarah

bahwa kekuatan politik Islam tidak pernah mencapai angka

dominan dalam pemilu 1955 maupun pasca reformasi, yang

terbesar di kalangan Islam Indonesia adalah tidak pernah

benar-benar menginginkan negara Islam. Pendapat-pendapat lain

dari abang terlalu kecil untuk dikomentari karena saya lihat agak

tergesa-gesa.

Sekian kegelisahan saya dalam mencermati para pakar Intelijen

Indonesia.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, November 13, 2005

Intel Oh Intel 40
Why Sidney Jones had been banned to enter
Indonesia?

Source from Jakarta (Reuters) - On Monday 27th November, Indonesian

government said that an American expert on terrorism and Islamic

militancy in the region had been banned from returning because her

public comments made her a security threat.

-------------

Who is that American expert, yes Sidney Jones. The question now is

why?

According to Justice Minister Hamid Awaluddin, the decision to stop

Sidney Jones, Indonesia director of the Brussels-based International

Crisis Group (ICG), from entering Indonesia had been based from

intelligence and police information. Why would Indonesian Intelligence

and Police suggest Indonesian government to prevent Sidney Jones from

entering Indonesia?

For our security? Is it really for our security? For our security in

relation to the stability of our life in the form of public opinion? I still

do not understand. Neither Sidney Jones nor I can find any of her

public comment that can be considered as a security threat. If we read

ICG reports made by Sidney Jones, it is like reading a romantic novel. I

personally can not fully believe because I have different convincing

source compare to her reports. Maybe Indonesia talking about image in

international fora, that terrorism which closely linked to radical Islamic

Intel Oh Intel 41
movement is a bad image and makes some parts of Indonesian community

get angry, possibly.

Maybe she had done something wrong, I am not sure about this. If this

is about a misconduct or misperception of her, I am sure this is a small

problem, and Intelligence will never account that as a security threat.

Furthermore, it will be easier to ask directly for clarification. This is

not about her freedom of expression that made publicly are considered

a threat to security. This is about something even more complex and

unbelievable true.

For example, when Jones was expelled in June 2004 under a different

administration after a series of hard-hitting reports on terrorism in

Indonesia, a US high rank official ask Indonesia to ban her, without

clear reason. In July this year, she was allowed back to live in Indonesia,

because Indonesia thinks she is a good analyst and not always criticize

the way Indonesia fight terrorist group. Indonesia was also not so

comfortable with The ICG condemnation on the latest expulsion.

What I believe is that Sidney Jones should seek the reason within the

US homeland security policy, and ask the C.I.A. I am 100% sure that she

will easily understand and stop asking the reason why.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, November 29, 2005

Intel Oh Intel 42
Sekali lagi soal Sidney Jones
Baru-baru ini tepatnya tanggal 7 Desember kemarin, saya dengar Sidney

Jones mengungkapkan masih ada ratusan orang Indonesia terlibat

terorisme. Mengapa ada pernyataan demikian?

Sebagai bagian penting dari sebuah proses linkage antara propaganda dan

fakta yang berkesinambungan, perlu dipelihara sebuah situasi yang

mengandung ATHG. Orde Baru pernah mempopulerkan dan memelihara

konsep bahaya laten komunis untuk menjustifikasi sistem pemerintahan

yang represif. Lalu mengapa ada upaya untuk memelihara citra terorisme

Indonesia pasca kematian Dr. Azahari. Salah satunya adalah karena

kekhawatiran habisnya atau hilangnya citra terorisme Indonesia bila

penangkapan atau kematian Noordin M Top segera terjadi. Lebih jauh,

hal ini juga untuk memelihara perang melawan teror di seluruh dunia, dan

kasus Indonesia merupakan salah satu kunci penting di kawasan Asia

Tenggara.

Pernyataan Jones bukanlah fitnah atau tuduhan kosong belaka. Tetapi

persoalannya ada pada perbedaan cara melihat persoalan teroris antara

aparat keamanan Indonesia dan Jones. Bagi aparat keamanan, penanganan

teroris bukan cuma soal buru sergap atau tembak ditempat, tetapi lebih

jauh lagi untuk memelihara keamanan dan ketertiban di masa sekarang

dan masa mendatang. Penanganan terorisme bukanlah untuk

membangkitkan sikap bermusuhan kelompok teroris kepada pemerintah,

karena pemerintah dibentuk juga untuk kenyamanan hidup rakyatnya.

Disamping upaya penangkapan aktor utama terorisme, diupayakan sebuah

Intel Oh Intel 43
proses penyadaran masyarakat dari bahaya hasutan kelompok yang

senang menggunakan jalan kekerasan dan intimidasi. Hanya mereka yang

keras kepala dan tidak bisa direhabilitasi sajalah penanganan yang keras

berupa tembak ditempat dilakukan, tetapi bagi mereka yang tersesat

jalan dan kemudian sadar, masih ada jalan untuk memperbaiki diri,

mengapa? karena mayoritas dari 100an orang yang disebut Jones adalah

mereka yang terkena hasutan dan terhipnotis oleh konsep yang

sebenarnya ditolak oleh mayoritas umat Islam Indonesia.

Ada kekhawatiran perang melawan teror di Indonesia segera selesai dan

sebagian besar anggota kelompok teror segera membubarkan diri dan

sadar. Sehingga perang melawan teror di Indonesia tidak akan lebih dari

upaya penangkapan orang-orang kriminal seperti pembunuh, pemerkosa

dan aktor kejahatan lainnya. Kejahatan teror akan semakin mengendur

seiring dengan terbunuhnya para pentolan pimpinan kelompok teror

tersebut. Inilah kekhawatiran Jones.

Pernyataan Jones jelas menyulut sikap anti Amerika, anti CIA di satu sisi

dan memperkuat solidaritas kelompok teroris di sisi lain. Di dalam

kelompok teroris tersebut akan tercipta hubungan psikologis yang

semakin kuat karena sudah terlanjur dituduh Jones sebagai musuh

rakyat Indonesia. Kristalisasi kelompok teroris dalam jumlah ratusan itu

sangat berbahaya, karena sebenarnya dari yang ratusan itu saya yakin

75% sudah goyah keyakinannya pasca kematian Dr. Azahari dan tayangan

video pemuda yang kemudian mati akibat aksi bom bunuh diri. Kesadaran

demi kesadaran dari dalam kelompok teroris dengan sendirinya akan

Intel Oh Intel 44
menghilangkan keyakinan tentang aksi teror terhadap sesama warga

Indonesia. Tetapi Jones mengeluarkan pernyataan yang sebenarnya bisa

dikatakan fakta yang tidak perlu disampaikan ke publik. Hal ini hanya

menciptakan pemeliharaan konsep tentang bahaya kelompok teroris di

dalam benak rakyat Indonesia + pemeliharaan solidaritas kelompok

teroris itu sendiri.

Perhatikan pernyataan Jones bahwa penangkapan Noordin M Top tidak

akan menghilangkan persoalan. Kemudian apa yang akan menghilangkan

persoalan?

Apakah sudah ada lagi "aktor besar teroris" yang bisa dicitrakan sebagai

ancaman bagi rakyat Indonesia.

Saya kira sikap anti teroris dengan menyudutkan dari sisi keradikalan

gerakan Islam adalah salah satu persoalan penting yang harus segera

dihilangkan. Karena sudah menjadi watak bangsa Indonesia, pihak yang

dipojokkan terus-terusan justru membangkitkan simpati baru. Sikap

aparat keamanan Indonesia yang fokus pada prinsip "tebang pilih" atau

hanya memburu aktor teror yang sungguh-sungguh berbahaya sudah

sangat tepat. Tidak perlu ada pengambilan sidik jari, toh hal ini bisa

dijadikan program nasional nantinya dalam bentuk sistem jaminan sosial

dan keamanan (atau yg sejenisnya), dan bukan untuk mengawasi orang-

orang yang dicurigai.

Simpati baru dari propaganda yang memojokkan kelompok teroris dengan

sendirinya berkembang menjadi mekanisme pemeliharaan kelompok

teroris, siapa yang bertanggung jawab kalo sudah begini?

Intel Oh Intel 45
Disini kita lihat sebuah sisi negatif dari penguasaan ilmu psikologi massa

yang dimanfaatkan untuk mengembangkan sebuah opini publik yang sangat

meyakinkan di satu sisi dan memelihara kebencian di sisi lain.

Mudah-mudahan Jones membaca blog saya, mudah-mudahan mereka yang

simpati dengan gerakan teroris juga membaca blog saya. Yang pasti,

tulisan ini akan percuma bagi teroris sejati maupun bagi neocon sejati.

Salam

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 08, 2005

Intel Oh Intel 46
Bom Natal 2005 + Bom Tahun Baru 2006

Peringatan dini yang serius adalah vital bagi tercegahnya sebuah aksi

teror. Sejak ramainya aksi peledakan bom, setiap kali kita menjelang

tutup tahun dan awal tahun, selalu ada bayang-bayang ancaman peledakan

bom. Haruskah kita selalu mengalami masa-masa tegang pada momen-

momen tertentu?

Kearifan manusia dalam menerima atau merespon sebuah peringatan

adanya ancaman menjadi kunci utama untuk dapat melalui masa-masa

ancaman tersebut dengan tenang, bahkan mungkin nyaman-nyaman saja.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Seyogyanya rakyat terdidik di perkotaan bisa merespon peringatan

ancaman dengan lebih cerdas dan tanpa ketakutan yang berlebihan.

Begitu pula dengan adanya sistem atau katakanlah operasi keamanan yang

lebih intensif dari pihak aparat, seyogyanya masyarakat bisa melaluinya

dengan nyaman serta secara proaktif turut memperhatikan lingkungan

masing-masing.

Siapapun manusianya yang berniat melakukan aksi yang melanggar rasa

kemanusiaan akan mengalami gejolak bathin yang luar biasa. Meskipun

seseorang telah melalui masa pelatihan, cuci otak, dan pembentukkan

karakter yang lama, akan tetap ada gejolak itu. Pertama ditimbulkan oleh

hati nuraninya sendiri, kedua ditimbulkan oleh rasa takut ketahuan,

Intel Oh Intel 47
ketiga ditimbulkan oleh rumitnya perhitungan untuk menjamin

keberhasilan sebuah rencana.

Masyarakat umum bersama aparatur keamanan bisa memperbesar gejolak

calon pelaku tindakan teror dengan mempertinggi kewaspadaan dan

kepedulian terhadap keamanan lingkungan. Hal ini memanfaatkan gejolak

dari rasa takut ketahuan. Semakin tinggi sistem keamanan dan

kewaspadaan masyarakat, maka semakin sulit pula para teroris bertindak.

Aksi terorisme bukanlah sekedar aksi nekat yang spontan, tetapi melalui

proses perencanaan, perkiraan keadaan, pengamatan, penggambaran

situasi, dst.. sampai akhirnya pada pelaksanaan aksi. Mereka para teroris

juga manusia yang sering melakukan kecerobohan atau bahkan penakut,

jadi kesadaran yang bersifat kontinyu atas pentingnya kewaspadaan

amatlah penting sebagai sebuah bentuk pencegahan.

Menyikapi masa-masa akhir tahun dan awal tahun, saya merasa yakin

bahwa bila kewaspadaan masyarakat ditambah operasi keamanan oleh

aparat ditingkatkan, kita bila melalui masa-masa tersebut dengan tenang.

Apakah berarti tidak akan ada bom yang meledak di akhir dan awal tahun

besok? Bagaimana dengan tokoh seperti Noordin M Top yang belum

tertangkap? Dua pertanyaan tersebut tentunya tidak perlu mengecilkan

hati kita, tetapi malahan membangkitkan semangat memerangi kelompok

teror yang masih tersisa. Gerak-gerik kelompok yang tersisa tidak lagi

sebebas sebelumnya, mereka senantiasa khawatir dengan terjadinya

peningkatan kewaspadaan masyarakat. Mereka menantikan melemahnya

kewaspadaan masyarakat dan mengendurnya operasi keamanan. Dalam

Intel Oh Intel 48
penampilan yang mungkin terlihat wajar, mereka memperhatikan berapa

besar kemungkinan berhasilnya pelaksanaan aksi teror. Kalkulasi oposisi

pasif berupa kesadaran masyarakat luas tentang ancaman teror

menduduki posisi utama disamping oposisi aktif aparat keamanan.

Bila catatan tersebut diatas terlaksana di seluruh wilayah nusantara,

kecil sekali kemungkinan mereka mencapai sukses dalam pelaksanaan aksi

teror. Bahkan bisa jadi masyarakat turut aktif menggulung kelompok

yang mulai pecah dan terpojok itu.

Sekian.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, December 10, 2005

Intel Oh Intel 49
BOM Menyambut Tahun Baru 2006

Saya harus menuliskan ini meski kesehatan belum 100% pulih. Sekali lagi

aksi teror bom berhasil di wilayah nusantara, Palu berduka.

Seperti pernah saya tuliskan pada artikel Bom Natal 2005 dan Tahun

Baru 2006, pelaku teror bom benar-benar selalu mengintai kelengahan

masyarakat. Karena kewaspadaan masyarakat lebih ditakuti dibandingkan

dengan operasi keamanan polisi yang mudah dideteksi. Sayangnya saya

lupa menuliskan detail kemungkinan sasaran bom. Pasar daging babi!!!

bagaimana mungkin ini lolos dari pengamanan ketat aparat. Sebuah simbol

"musuh" dari kacamata radikal Islam yang sengaja ditampilkan oleh

pelaku bom dengan pesan yang mirip dengan bom terhadap gereja.

BIN tentu saja segera menjadi sorotan karena overconfident telah

mendeteksi seluruh kemungkinan ancaman teror. Bahkan keluar

pernyataan-pernyataan tentang berubahnya sasaran target teror,

sayangnya perubahan target itu dipahami sebagai pengalihan dari aksi

bom menjadi aksi culik. Mungkin saja rencana aksi culik itu bocoran dari

agen BIN yang berhasil penetrasi, tetapi BIN lupa mengkalkulasi

kemungkinan adanya informasi yang sengaja dilempar untuk menyesatkan,

konon saya dengar dari kalangan pendukung kelompok teror Indonesia

diluar negeri ada isyarat, BIN telah termakan oleh isu pengalihan sasaran

teror. Sayang seribu sayang.....

Intel Oh Intel 50
Andai saja saya cukup sehat untuk menuliskan peringatan kepada BIN

soal pernyataan Ketuanya kepada publik itu, tentu BIN tidak akan

terpojok lagi seperti sekarang ini. Apalagi BIN baru saja meresmikan

kantor cabang Bali yang cukup menyolok di media massa dengan 20

anggota aktif.

Sebagai catatan akhir, perlu saya sampaikan secara umum kemungkinan

sasaran aksi teror berikutnya:

1. Sasaran aksi bom

 Pihak/lokasi yang diterjemahkan sebagai musuh oleh kelompok

Al Qaida pimpinan Osama

 Pihak/lokasi yang diterjemahkan sebagai musuh Islam oleh JI

(semua yang bernuansa simbol kristen)

 Pihak/lokasi yang diterjemahkan sebagai pemeliharaan konflik

Islam vs non-Islam

 Pusat-pusat ekonomi yang didominasi oleh kalangan non-muslim

 Pihak/lokasi yang diterjemahkan sebagai pusat Islam pro-kafirin

 Belakangan muncul ide untuk menyerang simbol keamanan

pemerintah, seperti kantor Polisi, kantor intelijen dan militer,

tetapi konon hal yang ini harus melalui tahap perencanaan yang

lebih matang.

2. Sasaran aksi lain

 Dialog tentang rencana penculikan adalah wacana baru yang

belum masuk dalam tahapan perencanaan detail. Sejumlah nama

Intel Oh Intel 51
yang diterjemahkan sebagai musuh Islam hanya sebuah listing

kasar yang disusun berdasarkan pendapat, bukan prioritas.

Belum ada projek pilot sebagai model operasi yang akan

diterapkan. Presiden Yudhoyono memang dipandang sebagai

ganjalan yang cukup signifikan.

 Perampokan sebagai sumber dana cukup efektif, akan tersebar

ke seluruh nusantara dengan kalkulasi tingkat pengamanan pasif

dan aktif.

 Dialog tentang pembunuhan politik juga masih dalam tahap

pengumpulan ide kegiatan yang masih mentah.

Sebuah poin penting yang saya dengar telah menjadi salah satu pilar

agenda kelompok teror di Indonesia adalah menjaga eksistensi, baik

dengan melakukan aksi teror maupun memelihara organisasi atau bahkan

tetap mengaktifkan rekrument baru.

Sekian dan terima kasih pada rekan-rekan yang telah mengirimkan e-mail

perihal do'a dan simpati buat kesembuhan saya...hanya Tuhan YME yang

bisa membalas.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, January 01, 2006

Intel Oh Intel 52
Sedikit tentang Islam Indonesia
Ada apa dengan haraqah Islamiyah Indonesia? mengapa tiba-tiba saya

menuliskannya?

Tidak ada yang spesial dengan gerakan Islam di Indonesia, sebagian

besar mengadopsi dari pola-pola perjuangan di Timur Tengah dan ada

juga yang telah membumi di bumi pertiwi Indonesia Raya.

Perbedaan cita-cita perjuangan dan perbedaan penafsiran sungguh

sebuah fenomena biasa dalam dunia religi.

Dahulu ketika saya meneliti aliran-aliran Islam yang berpotensi menjadi

ancaman (dalam definisi Orba yaitu melawan pemerintah), pemerintah

Orba sudah mengantongi ratusan file berklasifikasi rahasia tentang

gerakan Islam. Mulai dari level yang ingin mendirikan negara Islam sampai

gerakan "sesat" yang biasanya diwarnai oleh pengalaman spiritual

pemimpin gerakan, semuanya tercatat dengan baik. Dikumpulkan dan

dianalisa serta diambil tindakan yang perlu. Operasi Komando Jihad

mungkin yang terburuk dari sudut pandang ketidakjujuran pemerintah

Orba terhadap gerakan Islam. Di kamar nomor lima seluruh elemen

intelijen senior tentunya ingat betapa busuknya represi pemerintah

terhadap gerakan Islam. Tetapi, langkah-langkah pemerintah Orba

setidaknya sangat efektif dalam meredam radikal Islam yang menguat

dengan adanya link ke kepemilikan senjata dan bahan peledak. Sehingga

peristiwa teror bom bisa dihitung dengan jari dan sebagian besar

berhasil di lumpuhkan sebelum aksi terjadi, bahkan tidak ada

Intel Oh Intel 53
pemberitaan media massa. Konsep adu domba dan kambing hitam serta

rekayasa cerita merupakan hal yang sangat mudah karena tidak adanya

alternatif penyelidik lain, ingat waktu itu tidak banyak NGO dan media

massa yang punya nyali.

Pola gerakan Islam pasca reformasi boleh dikata tidak banyak berubah,

ada yang moderat pluralis, ada yang tradisional toleran, ada yang

mempraktekkan sinkritisme, ada yang berpola aliran khusus yang

biasanya "sesat", ada garis keras yang kurang toleran, ada yang liberal,

dst. Kesemua itu menjadi warna yang beragam dan masing-masing

memiliki wilayah klaim atas interpretasi yang benar dari ajaran Islam.

Perbedaan yang sangat menyolok saat ini adalah dalam hal atmosfir

kehidupan bangsa Indonesia pasca reformasi. Pemerintah telah melepas

kunci-kunci represi secara bertahap dan kini mekanisme hubungan antara

variabel sosial tengah berproses. Gerakan-gerakan Islam mendapatkan

koridor dan pendukung masing-masing, mulai dari arena politik sampai

pergulatan pemikiran yang lebih serius.

Kotak pandora telah terbuka, konflik ringan dan berat telah terjadi,

apakah gerakan Islam yang bervariasi tersebut akan mampu menemukan

titik temu tentang kemuliaan beragama? ataukah warna konflik akan

tetap ada?

Sebuah kejumudan cara berpikir terlihat dari banyaknya kalangan muslim

yang percaya dengan teori konspirasi, bahwa ada sesuatu dibalik setiap

Intel Oh Intel 54
peristiwa yang bertujuan menghancurkan Islam. Keyakinan yang

cenderung menutupi logika yang jernih tersebut menimbulkan kecurigaan

yang berlebihan terhadap apa yang disebut sebagai musuh Islam.

Barangkali umat Islam di Indonesia perlu meyakini bahwa tidak ada

paksaan dalam beragama.

Posted by Senopati Wirang /Monday, January 02, 2006

Intel Oh Intel 55
Waspada aksi teror BOM

Sedih mendengar kematian demi kematian dari aksi teror bom di

Indonesia, berikut ini saya sampaikan konsep waspada aksi teror bom:

1. Sangat jarang pelaku aksi bom itu tunggal (seorang diri),

biasanya selalu kelompok yang telah berbagi tugas. Sebelum aksi

bom akan ada salah seseorang dari kelompok yang melakukan

pengamatan dan penggambaran. Meskipun bisa diperankan oleh

bukan orang lokal, perilakunya sangat wajar bahkan cenderung

bertegur sapa dengan sopan. Kekeliruan umum yang suka

dilakukan oleh pengamat dan penggambar adalah membawa

sobekan kertas kecil dan alat tulis. Pada level yang lebih baik

juga memanfaatkan kamera digital. Tetapi dalam kasus bom

bunuh diri, seringkali pelaku bom juga ikut melakukan

pengamatan. Seorang pengamat dan penggambar situasi juga

akan mencari jalan keluar (escape routes), jadi mereka akan

terlihat berjalan-jalan dengan santai di lokasi sebelum

peledakkan. Minimal akan terlihat dua kali (bisa jadi ganti

orang), sangat jarang pengamatan hanya sekali dan diikuti oleh

aksi teror bom.

2. Usia para pelaku pada umumnya berkisar antara 18-35 tahun,

karena dibawah 18 cenderung labil dan diatas 35 cenderung

lambat. Pada pelaku bom bunuh diri biasanya berstatus belum

menikah karena itu merupakan poin yang perlu diperhatikan.

Intel Oh Intel 56
3. Pada saat peletakan bom (bukan bom bunuh diri), pelaku hanya

mengikuti setiap rencana secara berurutan langkah demi

langkah. Sehingga prosesnya bisa jadi sangat singkat,

keseluruhan rangkaian kegiatan maksimal 10 menit, terus

menghilang melalui escape route yang telah dipilih secara wajar.

4. Mereka telah mempelajari konsep unattended items, yaitu

bahwa kewaspadaan publik diasumsikan tinggi, sehingga

peletakan paket bom adalah sewajar mungkin tidak menarik

perhatian. Itulah sebabnya kekhawatiran terbesar justru

terhadap tingkat kewaspadaan publik yang tinggi, karena sekecil

apapun sebuah paket bom, akan menarik perhatian.

5. Oposisi aktif adalah aparatur keamanan, hal ini mudah dipelajari

polanya. Untuk peningkatan keamanan, Polisi seyogyanya

bekerjasama dengan intelijen negara yang memiliki anggota yang

lebih bervariasi dan wajar dalam melakukan operasi pengamanan.

Sementara oposisi pasif adalah masyarakat, semakin tinggi

kewaspadaan masyarakat semakin kecil ruang gerak aksi teror

bom.

6. Seringkali para pelaku perlu menggali keterangan dasar tentang

suatu lokasi, mereka tidak segan-segan secara wajar

berbincang-bincang dengan tujuan menggali informasi. Tetapi

untuk pelaku lokal hal ini tidak terjadi karena medan operasi

sudah dikuasai.

7. Kewaspadaan tidak identik dengan ketakutan. Letakan

kewaspadaan dalam perspektif keamanan yang terpadu secara

komunal, saya kira forum berupa Rukun Tetangga sampai tingkat

Intel Oh Intel 57
Muspida bisa mendorong terciptanya kewaspadaan itu dengan

optimal.

8. Ketidakpedulian terhadap lingkungan adalah titik lengah

masyarakat yang selalu diintai oleh kelompok teror, sedangkan

ketakutan yang berlebihan/emosional juga menjadi bukti

keberhasilan aksi teror yang ditujukan untuk menciptakan

ancaman dan rasa takut.

9. Kontak dengan aparat keamanan sebagai mitra waspada

sangatlah vital, karena aparatlah yang bertanggungjawab penuh

dalam proses penegakkan hukum ketika indikasi pelaku teror

mulai terdeteksi oleh masyarakat.

10. Profesionalitas intelijen dalam memberikan peringatan dini

seyogyanya ditingkatkan dengan kegiatan pencegahan.

Posted by Senopati Wirang /Monday, January 02, 2006

Intel Oh Intel 58
Dimanakah Riduan Isamuddin berada?

Menjelang akhir tahun lalu ada pertanyaan dari seorang rekan via e-mail

perihal keberadaan Riduan Isamuddin alias Hambali. Mengapa pemerintah

AS tak kunjung memberi sinyal pengembalian Hambali ke tanah air

Indonesia untuk diadili sekaligus sebagai sumber utama untuk

membongkar jaringan kelompok JI yang beroperasi di Indonesia.

Setelah penangkapan Hambali pada 11 Agustus 2003, pemerintah

Indonesia khususnya Kepolisian dan Intelijen Negara merasa perlu

memdapatkan informasi sebanyak mungkin dari Hambali, sayang sejumlah

pertanyaan hanya bisa "dititipkan" kepada pihak berwenang di AS,

kemudian jawaban juga disampaikan melalui perantara. Artinya terbuka

kemungkinan adanya rekayasa, karena tidak ada kepastian bahwa sumber

informasi itu berasal dari Hambali atau bukan.

Dengan tuduhan yang sangat berat yaitu terlibat akti dalam organisasi

Jemaah Islamiyah dan al-Qaeda, terlibat dalam pengorganisasian dan

pendanaan aksi teror Bom Bali pertama yang menimpa klub malam, Bom

Hotel Marriot Jakarta, Bom Manila 2000, serta persiapan dalam

serangan 11 September, tentunya penggalian informasi dari mulut

Hambali sangat penting. Seperti kita baca dalam media massa, sejumlah

individu dari kelompok-kelompok yang sudah tertangkap cenderung untuk

buka mulut apabila sudah ada yang mulai buka mulut. Dalam kasus bom

bali pertama sangat jelas bahwa titik terlemah ada pada Amrozy,

sehingga rentetan informasi berharga bisa dikonfirmasikan tanpa

Intel Oh Intel 59
Amrozy merasa berkhianat pada kelompoknya. Saya menduga Hambali

adalah tipe yang lebih sulit bicara, sehingga pemerintah AS merasa perlu

menahannya lebih lama. Dalam kasus penangkapan Hambali di Thailand,

kabarnya penangkapan tersebut bisa sukses berkat informasi dari Khalid

Shaikh Muhammad

Hambali yang dijuluki Bin Laden Asia oleh BBC News Online, pada 15

Agustus, 2003 [online], http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-

pacific/2346225.stm, juga dijuluki sebagai bin laden Asia Tenggara oleh

CIA adalah salah satu tokoh kunci yang berpotensi mengetahui

keseluruhan gerak operasi JI di Indonesia.

Kembali pada pertanyaan awal dari tulisan ini, dimanakah Hambali?

jawabnya saya tidak tahu. Meskipun kita berputar-putar cari akses ke

dalam Washington D.C. saya kira akan sangat sulit untuk menggali

keterangan tentang keberadaan Hambali. Lebih jauh, pada Oktober 2004

organisasi pembela HAM seperti Human Right Watch (HRW) pernah

melansir bahwa Hambali termasuk diantara 11 tahanan tertuduh teroris

yang tempat penahanannya dirahasiakan (Detainees in Undisclosed

Locations)http://www.hrw.org/backgrounder/usa/us1004/7.htm#_ftn 5

Kemudian pada 1 December 2005 yang lalu kembali HRW mengeluarkan

pengumuman tentang daftar 25 orang tahanan yang tidak jelas

keberadaannya, bahkan diduga dibawah pengawasan CIA.

http://hrw.org/english/docs/2005/11/30/usdom12109.htm

Hambali termasuk di dalam daftar 25 orang tersebut dengan nomor urut

Intel Oh Intel 60
18. Penangkapan Hambali termasuk dalam kategori prestasi dalam perang

global melawan teror bagi presiden Bush

http://www.whitehouse.gov/infocus/achievement/chap1.html, tetapi

kembali ke pertanyaan asal, mengapa sepertinya pemerintah Indonesia

harus "menerima" apapun keputusan Amerika dalam menangani Hambali.

Meskipun presiden Bush pernah berjanji kepada mantan presiden

Megawati untuk memberikan akses bagi Indonesia, namun hingga kini

hanya transkrip interogasi saja yang mungkin sudah ada di tangan Polisi

Indonesia. Sementara akses langsung tinggal menjadi harapan saja

Ketika SBY masih menjabat sebagai Menko polkam, beliau pernah

menyatakan bahwa Hambali adalah orang yang paling tahu lebih dari

siapapun tentang sel kelompok teroris di Indonesia, kemudian mantan Ka

BIN, Bung Hendro pernah menyatakan bahwa jawaban Hambali

mengandung informasi yang vital, dari informasi tersebut kita bisa

mengetahui gambaran tentang besarnya jaring kelompok teror beserta

target-targetnya

Saya bukan analis yang mudah terkecoh dengan teori konspirasi yang

seringkali memutarbalikkan cara pandang kita terhadap sebuah

persoalan. Saya juga bukan tipe analis yang langsung terjun bebas dalam

mencerna teka-teki perlakuan pemerintah AS terhadap para tertuduh

pelaku teror internasional Terlepas dari ada tidak adanya skenario besar

dibalik perang global melawan teror, kita menyaksikan bahwa kejanggalan

demi kejanggalan dalam penanganan kasus terorisme terus mengusik

logika kita.

Intel Oh Intel 61
Tidak adanya transparansi dalam penegakkan hukum melawan kelompok

teror, membuat otak kita tentunya terus berputar mencari-cari alasan

yang rasional untuk menjelaskan fakta-fakta tersebut. Juga dengan

masih besarnya potensi teror bom di Indonesia juga membuat kita

bertanya-tanya, ada apa gerangan?

Media Indonesia pernah menyajikan tiga dugaan logis yang mudah

dipahami secara umum tentang pengelolaan kekerasan dalam editorialnya,

saya kira cukup menarik untuk disimak:

1. Bahwa aparat keamanan memang tidak berdaya serta

kemungkinan para penjahat lebih terlatih.

2. Bahwa para pengelola negara tidak sungguh-sungguh bekerja.

3. Bahwa ada kemungkinan aparat keamanan memang bersekutu

dengan para penjahat.

Walaupun saya khawatir model dugaan tersebut setelah dibaca berulang-

ulang bisa melahirkan kecurigaan yang lebih kuat pada nomor terakhir

(3), tetapi tetap menarik sekali untuk disimak.

Terlebih lagi bisa saya nyatakan bahwa ancaman teror di Indonesia

belumlah usai karena potensinya belum habis terungkap oleh aparat

keamanan. Sekali lagi, bila dugaan demi dugaan terus mengalir di forum

publik, bisa jadi fakta-fakta kejanggalan semakin terbungkus oleh

dugaan-dugaan logis. Justru yang saya khawatirkan adalah level analisa

kasus teror di Indonesia seringkali digeneralisir dalam satu paralel

Intel Oh Intel 62
bahwa para pelaku seolah-olah semuanya saling terkait dalam jaring

teroris yang luar biasa kompleks dan sulit dibongkar. Padahal

kemungkinan untuk saling berdiri sendiri sangat besar. Misalnya dalam

tubuh JI jelas ada perpecahan yang tampak dari sikap anggota-anggota

yang sudah tertangkap. Kemudian dalam kasus Poso, Palu, dan bahkan

Ambon, pemainnya tampaknya berkarakter lokal dengan akses ke

kelompok regional. Sementara pola-pola rekrutmen anggota baru semakin

bertingkat dan tidak saling mengenal. Hanya satu faktor pemersatu yang

mempersempit sudut analisa yaitu metode penggunaan bom sebagai cara

untuk membuat takut rakyat, memprovokasi kebencian antar kelompok,

serta memelihara eksistensi kelompok teroris yang beroperasi di

Indonesia

Sesungguhnya intelijen Indonesia saya yakini sudah memiliki gambaran

yang cukup untuk mencegah terjadinya aksi-aksi teror di kemudian hari.

Namun kembali pada dugaan logis Media Indonesia, saya kira poin nomor 1

tentang ketidakberdayaan perlu digarisbawahi, ketidakberdayaan yang

saya maksud adalah dalam hal pendanaan dan kepastian hukum. Sikap

ragu-ragu dan kurang percaya diri dari intelijen terlalu nampak bagi saya,

apalagi bila kita bandingkan dengan intelijen era mantan Presiden

Sukarno maupun mantan Presiden Suharto

Mengenai dugaan penjahat lebih terlatih saya kurang yakin, karena

hampir semua kasus bom di Indonesia tidak terlalu kompleks dalam

perencanaan maupun pelaksanaannya, dengan kata lain setiap lulusan

pusintelstrat TNI, pendidikan intel BIN, maupun pelatihan intelijen Polisi

bisa segera memahami bahwa kelompok teror yang beraksi tidaklah

Intel Oh Intel 63
terlalu istimewa. Lalu mengapa sangat lambat untuk segera diungkap dan

dihancurkan seluruh sel-selnya? jawabnya singkat. Dinamisme dan

mobilitas kelompok teror jauh di atas rata-rata anggota intelijen dan

aparat keamananan lainnya. Seperti di film, seperti kejar-kejaran saja.

Satu titik rawan yang harus segera diatasi oleh komunitas intelijen dan

aparat keamanan adalah pihak lawan (kelompok teroris) entah dari

siapa..entah bagaimana...cukup paham pola operasi dan besar gelar

operasi serta dengan mudah menemukan titik lengahnya. Khusus untuk

intelijen dalam negeri saya kira perlu dilakukan perombakan yang

mendasar dalam pola operasi rutin yang lama serta membangun jaring-

jaring baru yang lebih profesional, tampaknya jaring lama sudah berkarat

dan lambat merespon ancaman, dengan satu syarat utama....jaring

tersebut bebas dari kepentingan politik golongan...termasuk kepentingan

pribadi presiden.

Kembali pada pertanyaan Hambali dimana? akankah Indonesia diberi

akses langsung? lalu adakah kaitannya dengan pemeliharaan eksistensi sel

teroris di Indonesia? saya kira perlu kita tunggu titik terangnya....

Ah...entahlah saya kadangkala menulis tanpa berpikir panjang, mohon

koreksi dari pembaca bila ada kekeliruan

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 03, 2006

Intel Oh Intel 64
Klarifikasi pandangan saya tentang Islam Indonesia

Sungguh tidak disangka, tulisan singkat tentang Islam Indonesia yang

saya publish beberapa hari lalu mengundang banyak reaksi yang beragam

terhadap saya. Ruang lingkupnya mulai dari yang mempertanyakan agama

saya sampai yang menuduh saya anti Islam karena pernah terlibat operasi

komando jihad. Ini mungkin kekeliruan manusiawi yang bisa menimpa

siapapun ketika mencoba menyentuh ruang bahasan yang sensitif seperti

agama/religi.

Salah satu tuduhan yang keras misalnya menilai tulisan saya sengaja

diarahkan untuk melemahkan girah/semangat perjuangan umat Islam

dalam menegakkan kebenaran. Tuduhan yang lain misalnya menganggap

tulisan saya tidak berdasar pada fakta dan merupakan bagian dari

propaganda "musuh Islam" dengan memutarbalikkan kata, agar teori

konspirasi tidak dipercaya lagi. Hal ini menurut dia (yang menuduh saya)

terbukti dengan sejumlah artikel yang saya tulis berkaitan dengan aksi

teror bom yang mendukung asumsi barat tentang gerakan Islam radikal.

Ada juga yang secara hati-hati menginformasikan kepada saya bahwa

tulisan saya tersebut dikutip oleh sesama blogger yaitu

http://pkswatch.blogspot.com yang digunakan sebagai bentuk dukungan

untuk menyerang salah seorang tokoh PKS yang tampaknya percaya

dengan teori konspirasi.

Intel Oh Intel 65
Sementara dari kalangan non muslim juga ada yang mempertanyakan

maksud dan tujuan pembahasan soal Islam, adakah kaitannya dengan

terorisme ataukah hanya refleksi ringan saja. Bahkan dikaitkan dengan

intelijen, apakah intelijen sebegitu usilnya mengurusi ruang privat

beragama masyarakat?

Bagaimana ini? sensitif dan membingungkan tetapi harus ada kejelasan

karena inilah yang dipertanyakan oleh pembaca blog I-I .

Berikut ini klarifikasi saya:

1. Setiap anggota Intelijen Indonesia sejak pasca kemerdekaan

1945 diharamkan membawa isu agama ke dalam ruang pekerjaan

profesional. Meskipun faktanya amat sulit untuk bersikap

sekular murni, inilah realitas dunia intelijen. Mungkin kebanyakan

umat Muslim Indonesia tidak percaya dengan intelijen karena

penguasaan kalangan non-Muslim cukup signifikan, khususnya di

era Benny Moerdhani. Bahkan sebelumnya, seorang sinkritis

Islam-Kejawen seperti Ali Murtopo harus menyandang gelar anti

Islam di benak kebanyakan muslim Indonesia. Sesungguhnya

cukup banyak rekan muslim sejawat yang juga gelisah dengan

masuknya isu agama ke dalam tubuh intelijen. Beberapa kali

terjadi warning berupa surat kaleng ke sekretariat negara dan

kabinet bahkan ke Cendana untuk memperingatkan pemerintah

bahwa pembusukkan intelijen sedang terjadi. Namun, separah-

parahnya...pekerjaan mengawal NKRI tetap menjadi perhatian

utama dan perlahan isu sensitif tersebut bisa "teratasi" dengan

stabilisasi standard acuan adalah mendefinisikan ancaman dari

Intel Oh Intel 66
sudut level secara vertikal dan tidak mendefinisikan secara

horisontal. Jadi bukan karena faktor agamanya, maka sebuah

gerakan dianggap sebagai ancaman, melainkan dari fakta telah

mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Jadi

meskipun berbagai informasi tentang gerakan Islam terkumpul

lengkap, yang didefinisikan menjadi ancaman adalah kelompok

yang telah melangkah jauh menentang pemerintah (lagi-lagi ini

definisi pada era Orde Baru). Jangan lupa, pemerintah vis a vis

intelijen juga punya catatan lengkap tentang gerakan agama lain

termasuk aliran kepercayaan. Jadi ada proporsinya.

2. Terjadinya marjinalisasi terhadap hampir seluruh organisasi

agama adalah semata-mata strategi pemerintah dalam upaya

stabilisasi politik guna mendukung pembangunan...sekaligus

melanggengkan kekuasaan. Kooptasi hampir seluruh organisasi

sosial masyarakat ke dalam keseragaman cara pandang terhadap

negara di masa Orba dianggap paling tepat, untuk mendukung itu

tentunya diperlukan kebijakan yang "represif" beserta alat-alat

pendukungnya.

3. Saya pribadi adalah orang lama yang di masa muda sering ikut

mendengarkan diskusi Masyumi lama di kawasan Menteng

Jakarta. Saya tahu persis bagaimana semangat keislaman

Masyumi dianggap duri oleh pemerintahan Sukarno dan saya tahu

bagaimana pemerintahan Suharto mengadopsi hampir sebagian

besar rencana Sukarno dalam membangun negara sekuler

pancasila. Namun demikian, sesungguhnya umat Islam yang

membaca sejarah mengerti keputusan perubahan ayat pertama

Intel Oh Intel 67
Pancasila tidak seperti di dalam Piagam Jakarta adalah demi

keutuhan Indonesia yang merah putih. Lucunya dalam analisa

aliran Islam "Isa Bugis" hal itu dikaitkan dengan Q.S. Al Kahfi

dan dianggap sebagai kesalahan wakil Islam dalam panitia 9.

4. Kembali ke era reformasi. Saya ada keyakinan bahwa meski

masih ada konflik-konflik berdarah atas dasar perbedaan etnis,

agama, golongan dll, hal ini akan berakhir seiring dengan

gelombang perubahan cara pandang publik terhadap negara dan

bangsa. Dialog, keterbukaan/transparansi, mencari solusi

bersama serta maraknya gerakan civil society akan menggiring

bangsa Indonesia memasuki era baru yang lebih baik. Setidaknya

toleransi antar agama yang ada sekarang lebih murni

dibandingkan dengan toleransi semu yang diwarnai saling curiga

pada era Orla ataupu Orba.

5. Tentang teori konspirasi. Conspiracy theory adalah sebuah teori

alternatif yang selalu dimunculkan oleh pihak yang tidak puas

dengan penjelasan logis yang disampaikan secara terbuka oleh

yang berwenang (pemerintah, institusi, dll). Berangkat dari

kejanggalan penjelasan logis yang ada, terbentuklah sebuah

rangkaian analisa yang menggambarkan sebuah persoalan dari

sudut yang berbeda dan mudah dipahami akal. Kelemahan teori

ini adalah bersandar pada fakta yang bercampur dugaan. Sekuat

apapun sebuah dugaan tetap bukan fakta. Sesuai dengan kata

konspirasi, ada semacam strategi besar yang mengelola

terjadinya sebuah peristiwa. Untuk kasus Islam Indonesia, saya

kira hanya kasus terorisme saja yang terbuka peluang untuk

Intel Oh Intel 68
diselidiki sudut konspirasinya. Inipun sudah masuk dalam

kategori konspirasi bertingkat, yaitu invisible hand dan puppet

master benar-benar diluar jangkauan ketersediaan data. Apa

sebab demikian? faktanya terjadi aksi bom, pelakunya orang

Indonesia, ada pengakuan atas eksistensi gerakan JI, dan ada

mobilitas gerakan di level regional dan internasional. Menurut

saya, konspirasi terletak pada daya dorong kepada gerakan

teroris tersebut untuk melakukan aksi teror, siapa yang

menciptakan daya dorong tersebut? inilah yang sering

diupayakan jawabannya oleh penganut teori konspirasi. Ketika

mantan Ka Intelijen Negara Pak Maulani menyoroti kemungkinan

konspirasi dalam bom Bali 1 dengan analisa mikro nuklirnya,

tentunya sangat menarik. Tetapi jawaban yang sudah ada di lab

forensik Polri yang menunjukkan bahwa jumlah bahan peledak

dan zat kimia yang begitu besar di dalam sebuah mobil mampu

menimbulkan daya ledak yang luar biasa.

6. Intelijen tidak usil masuk ke dalam ruang privat beragama

masyarakat. Dasar penelitian terhadap berbagai aliran agama

adalah juga dari pengaduan masyarakat. Karena begitu

sensitifnya masalah ini, seringkali diperlukan pandangan dari

kelompok/organisasi agama yang besar. Persoalan di era

reformasi adalah pada poin kebebasan beragama yang

didefinisikan kebebasan meyakini "apapun" sebagai suatu wujud

yang azasi dari bathin manusia. Tentunya sangat sulit untuk

mengadili keyakinan orang di luar diri kita. Pendekatan yang

bernuansa penghakiman jelas akan menciptakan stigma tentang

Intel Oh Intel 69
intoleransi. Kalangan muslim Indonesia tentunya sangat paham

dengan kisah Al Hallaj di Irak dan Syeh Siti Jenar di Jawa.

7. Saya tidak anti Islam juga tidak membenci kepercayaan apapun

yang hidup di planet bumi. Keyakinan beragama berada di dalam

kesejatian diri masing-masing. Ada kalanya kita perlu

menyampaikan kebenaran walau satu kalimat inipun bila diminta,

adalah sia-sia berdakwah kepada mereka yang sudah tertutup

pintu hatinya.

8. Terakhir, dibidang teknologi telah berkali-kali terjadi revolusi,

era digital dilanjutkan dengan era nano di awal abad 21 ini, lalu

sejauh manakah revolusi pemahaman manusia akan dirinya,

Tuhannya, dan sesama manusia lain?

Kekeliruan dalam tulisan ini adalah kekhilafan saya dan kebenaran hanya

tercurah tatkala diizinkan oleh-Nya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, January 04, 2006

Intel Oh Intel 70
Bocoran dari the Wing of Excellence

Tulisan kali ini benar-benar isu yang belum saya cek kebenarannya.

Ada pihak tertentu yang sedang menguji thesis benturan Islam dengan

Barat. Sebut saja pihak tersebut the wing of excellence karena mereka

begitu yakinnya dengan kapabilitas intelektual yang jauh diatas rata-rata.

Mereka tidak terkait langsung dengan gerakan agama manapun, termasuk

Zionis Yahudi yang seringkali dianggap sebagai otak dibalik semua

konspirasi di dunia ini.

Pemuatan kartun Nabi Muhammad di sejumlah media massa Eropa bukan

tanpa perhitungan akan reaksi yang timbul dari dunia Islam. Hal ini

dengan cerdiknya telah diperhitungkan oleh kalangan the wing of

excellence. Pihak-pihak yang terkait langsung dengan proses pemuatan

kartun tersebut telah disusupi oleh sebuah grandeur ide untuk

membongkar kesakralan sosok Nabi Muhammad yang merupakan satu-

satunya Utusan Tuhan yang belum dicemari oleh kekonyolan canda tawa

manusiawi yang pada dasarnya wajar secara psikologis, ingat manusia itu

bukanlah malaikat yang patuh seutuhnya pada Yang Maha Kuasa.

Pembongkaran kesakralan Nabi Muhammad tersebut sekaligus sebagai

studi kasus terhadap respon seluruh umat Islam dunia yang menurut

daftar analisa kelompok tersebut akan pecah menjadi 9 kelompok besar,

yaitu:

Intel Oh Intel 71
1. Reaksi paling keras dengan aksi kekerasan oleh kelompok jihad

2. Reaksi agak keras dengan aksi demonstrasi dengan melakukan

penghinaan terhadap simbol negara yang merupakan balasan.

Kelompok yang akan melakukan aksi ini bersifat campuran.

3. Reaksi keras dengan dengan komentar intelektual yang akan

muncul dari elit politik negara berpenduduk muslim.

4. Reaksi yang justru menyudutkan Islam garis keras, karena

mereka akan kelihatan bodoh dan kurang dewasa.

5. Reaksi yang merupakan introspeksi ke dalam kelompok Islam

atas cara mereka memahami sebuah wacana kontroversial.

6. Reaksi acuh tak acuh yang menganggap Nabi dan Tuhan tidak

perlu dibela.

7. Reaksi khawatir bahwa citra Islam semakin buruk dengan

maraknya respon-respon kekerasan atas sebuah fenomena

karikatur (non-kekerasan).

8. Reaksi yang membongkar ketidakmampuan pimpinan umat Islam

memimpin "respon-respon spontan Islami" umat Islam atas

sebuah fenomena yang kontroversial.

9. Reaksi paling lemah, bahkan ikut tertawa ketika melihat Nabinya

digambarkan secara tidak benar (fitnah) dan tidak sopan oleh

pihak lain karena menganggap itu sebagai hal yang wajar dalam

pola berpikir liberal.

Kesembilan reaksi yang diperkirakan tersebut mungkin telah bertambah

lagi dengan kategori lain. Namun ada satu kesatuan analisa yang

Intel Oh Intel 72
dipersiapkan, yaitu untuk melihat persatuan umat Islam dunia dalam

bersikap, yang ternyata masih solid dalam level yang berbeda-beda.

Berikutnya adalah menjerumuskan aliran keras untuk terus mengobarkan

kekerasan, sehingga pencitraan secara kontinu tentang Islam sebagai

agama kekerasan menjadi wajar di benak manusia sedunia. Diharapkan

aliran keras ini semakin berkobar dan mampu menyeret aliran yang lebih

menggunakan intelektual dan kesabaran serta santun untuk merasakan

kobaran emosi anti barat (secara simbolis tergambar jelas dengan

demonstrasi yang diarahkan pada sejumlah negara barat). Misalnya

meskipun Amerika Serikat sebagai negara tidak terlibat dalam kasus

kartun, tetap ikut kena getah demonstrasi.

Konspirasi demi konspirasi untuk mengobarkan "kebencian" dan prasangka

tersebut tidak akan berhenti sesuai dengan ramalan kitab suci yang

diyakini umat Islam.

Hal ini hanyalah langkah antara untuk melanggengkan "permusuhan"

batiniah yang sebenarnya tidak dilandasi oleh kebencian terhadap ajaran

agamanya, tetapi "iri-benci" antar manusia yang berkeyakinan beda.

Demikian sedikit bocoran dari sumber yang belum bisa dipertanggung

jawabkan.

Semoga rakyat Indonesia yang merupakan penduduk muslim terbesar di

dunia bisa memperbaiki respon-respon terhadap isu global secara lebih

cerdas dan simpatik.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, February 12, 2006

Intel Oh Intel 73
Tentang Melawan Terorisme

Begitu banyaknya orang pintar atau yang merasa pintar berkomentar

bahwa langkah efektif untuk melawan terorisme adalah dengan

kesejahteraan ekonomi, mereka berpikir bahwa ekonomi akan

menyelesaikan segalanya...sungguh hal ini jauh dari fakta motivasi yang

ada di kepala dan di dada para teroris.

Manusia... entah mereka yang radikal ataupun liberal telah menipu dirinya

sendiri dengan sejumlah keyakinan yang saling bersebrangan. Keyakinan

orang-orang liberal dan kapitalis yang cenderung menganggap

kesejahteraan ekonomi akan menyelesaikan persoalan dunia sungguh

tidak pernah berusaha melihat dari sisi manusia yang lain. Misalnya soal

nafsu kekuasaan, manusia setelah berkecukupan tentunya masih

cenderung untuk mencapai "sesuatu" yang lain seperti power untuk

mengendalikan orang lain, itulah sebabnya konflik baik lokal maupun

global tidak akan pernah berakhir sepanjang motif ekonomi tetap

didorong oleh hasrat untuk mendapatkan keuntungan dan

melipatgandakannya tanpa melihat dampaknya pada dunia yang lebih luas.

Sementara rasa frustasi orang-orang radikal yang terpinggirkan secara

ekonomi tidak berarti lantas mereka berada dalam level kemiskinan,

mereka bahkan jauh dari kelaparan karena mekanisme pendanaan yang

cukup baik melalui gerakan simpatisan. Orang-orang radikal atau yang

anti dengan kemapanan dunia liberal-kapitalistik tidak akan pernah habis

sepanjang ketimpangan sosial tidak bisa diatasi. Oleh karena itu, sistem

Intel Oh Intel 74
ekonomi liberal-kapitalistik justru menjadi bagian dari persoalan dunia

yang mungkin sudah tidak dipersoalkan lagi karena manusia sudah lupa

tentang bagaimana eksploitasi sumber daya dunia itu terjadi.

Dalam dunia Islam yang menjunjung tinggi keadilan, isu-isu ekonomi

agaknya bisa dinomorduakan karena Islam juga mengajarkan untuk

menjauhi dunia yang diibaratkan sebagai tempat sampah yang tidak

seharusnya memberatkan perjalanan menuju alam berikutnya atau

akhirat. Sehingga konsep perjuangan penegakkan keadilan begitu kuatnya

dalam mempengaruhi hampir sebagian besar gerakan Islam di dunia.

Identifikasi dengan gerakan kekerasan sebenarnya bukanlah label Islam

tetapi menjadi model karena itu jalan yang "termudah" baik dalam

kerangka justifikasi maupun propaganda. Sayangnya langkah-langkah ini

tidak pernah diikuti oleh proses introspeksi ke dalam gerakan yang jelas-

jelas menjadi inferior citranya. Tentu saja para kelompok teroris baik

Islam maupun idelogi lainnya tetap membela dirinya dengan

mengedepankan bahwa mereka setidaknya tidak terkontaminasi oleh

lemahnya pendirian dan kecenderungan manusia moderat untuk

melacurkan dirinya dengan pemikiran-pemikiran liberal-humanistik...."ah

tidak apa-apa".

Misalnya begini, saya pernah diminta oleh seorang ustadz radikal untuk

menggunakan kacamatanya dalam melihat dunia yang berlumuran oleh

kelakuan nista umat manusia, entah bagaimana saya bisa mengerti sudut

pandang itu. Meskipun saya tetap tidak bisa mengamini langkah-langkah

keras berupa aksi teror, saya bisa melihat maksud dan kemurnian cita-

Intel Oh Intel 75
cita perjuangannya. Demikian juga ketika saya bertemu dengan kaum

sosialis demokrat yang merindukan pemerataan kesejahteraan bagi

rakyat Indonesia, saya juga bisa melihat melalui kacamatanya betapa

rusaknya sistem yang dibangun oleh keserakahan segelintir kapitalis yang

merampok harta rakyat Indonesia. Tetapi lagi-lagi saya tidak bisa

menerima penghalalan cara berjuang dengan kekerasan.

Tokoh dan orang-orang yang saya pernah berkumpul bersama itu

bukanlah orang miskin dan bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti

persoalan dunia. Mereka orang yang punya pendirian dan keyakinan untuk

"merubah dunia", jalannya ya.... dengan kekerasan. Revolusi, teror, dan

metode gerakan kekerasan dalam rangka mencapai tujuan perjuangan

merupakan sinyal yang mudah dipahami oleh umat manusia. Dengan

demikian metode yang sudah sangat tua ini tidak bisa dinilai sedemikian

rendahnya hanya karena motif ekonomi belaka. Orang-orang miskin

memang akan mudah terpikat oleh rayuan gerakan teror karena mereka

merasa geram dengan dunia yang tidak adil, tetapi kegeraman atas

ketidakadilan dunia bukan hanya milik orang miskin, tidak sedikit orang

berpendidikan tinggi dan cukup mapan yang juga bergabung dengan

gerakan teror.

Bahkan komentar orang-orang pintar moderat yang merasa tahu

persoalan justru menambah kegeraman kelompok teror, meskipun para

teroris tidak populer dalam skala besar, simpatisan tetap akan terus

mengalir sepanjang dunia berputar secara tidak seimbang, dimana

penindasan dan ketidakadilan tetap ada. Sudah menjadi sifat bawaan

Intel Oh Intel 76
manusia untuk melawan ketidakseimbangan. Mekanisme sistem global

yang jelas tidak seimbang dan selalu menguntungkan orang dan kelompok

kaya raya di dunia tidak akan pernah sepi dari aksi teror, secanggih

apapun mekanisme keamanan yang diciptakan maka secanggih itu pula

gerakan teror akan berkembang, hal ini merupakan bukti bahwa para

teroris bukanlah orang bodoh yang miskin. Mereka memiliki akses yang

luas dan ikut berpikir tentang dunia.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Monday, February 27, 2006

Intel Oh Intel 77
Demokrasi dan Teror

Pertanyaan mas Enda sungguh menggelitik saya untuk kembali menulis

tentang motif-motif gerakan teror.

Saya jadi teringat international summit on democracy terrorism and

security yang diadakan di Madrid tahun 2005 lalu, tepatnya pada 8-11

Maret.

200-an orang pakar dan praktisi sekuriti (rasanya ada orang Indonesia

yang ikut tapi entah siapa?) saya sendiri berhalangan dan hanya ikut

sebagai pemantau lewat weblog yang diprotek password. Mereka

membahas dan berdebat habis soal demokrasi, terorisme dan keamanan

yang bisa diterima secara akademis.

Apa yang bisa saya sharing dari sana, khususnya terkait dengan

pertanyaan mas Enda bahwa demokrasi juga menjadi salah satu sebab

terjadinya proses radikalisasi dari mereka yang teralienasi/tersingkir

oleh sistem demokrasi.

Karena mayoritas pesertanya adalah pendukung berat demokrasi, maka

sudah bisa diduga bahwa kesimpulan mereka mengarah pada bagaimana

memperkuat demokrasi sebagai salah satu pilar dalam melawan

terorisme. Meskipun kita sulit melihat kaitan langsung antara penguatan

demokrasi dengan penanganan terorisme, tampak bahwa para pakar dunia

tersebut begitu yakinnya bahwa demokrasi adalah pil mujarab menata

umat manusia modern.

Intel Oh Intel 78
Kalo pendapat para pakar menurut saya justru kurang menarik. Saya

malah tertarik dengan komentar awam dari belahan bumi lain, misalnya

pendapat seorang peserta non-pakar yang menyatakan bahwa

kebangkitan kelompok teror Islam tidak ada kaitannya dengan nilai-nilai

barat atau demokrasi. Kemudian pendapat lain tentang perlakukan tidak

adil negara-negara Eropa terhadap komunitas imigran asing, khususnya

kelompok muslim. Singkatnya barat dengan nilai-nilai demokrasinya

menerapkan standar ganda yang bisa dilihat semua orang. Misalnya dalam

masalah Israel, Afghanistan, Irak, Iran, serta sejumlah negara Amerika

Latin dan Afrika. Dengan demikian tidak ada kepercayaan dalam benak

maupun hati orang-orang non barat.

Kembali pada soal motif gerakan teror atau penyebab timbulnya gerakan

teror, berikut sejumlah faktor yang dirangkum dari summit tersebut:

1. Psikologis

2. Politik

3. Ekonomi

4. Agama

5. Budaya

Saya tidak akan bahas satu persatu karena file pdfnya bisa saudara-

saudara lihat di http://summit.clubmadrid.org/

Intel Oh Intel 79
Saya akan fokuskan pada pertanyaan mas Enda pada komentar di tulisan

Tentang Melawan Terorisme sbb:

Kalo pendapat yang mengatakan justru disebabkan karena "demokrasi"


bagaimana pak? Establishment dan sistem sekrg dengan legitimasi yang
datang dari demokrasi membuat ada kelompok2 yang teralienasi dan
merasa tidak punya suara, kelompok ini yg kemudian teradikalisasi dan
menjelma menjadi gerakan teroris.

Jawabnya tidak bisa bersifat general/umum karena demokrasi

merupakan terminologi yang luas dan dalam pelaksanaannya berbeda-beda

di setiap negara. Ada sifat partikular dalam pelaksanaan demokrasi

disesuaikan dengan budaya lokal dll. Tidak semua demokrasi menjamin

kesetaraan secara inklusif/pluralistik dan menghormati hak-hak

minoritas. Bisa jadi dalam negara "demokratis", pihak mayoritas

melakukan diskriminasi secara sistematik terhadap minoritas, sehingga

hal ini bisa saja mengkristalkan perlawanan kelompok minoritas dalam

bentuk gerakan radikal dan perjuangan dengan kekerasan. Untuk model

ini, komentar mas Enda tentu mendapat dukungan.

Belum lagi dari faktor stabilitas dan tingkat konsolidasi demokrasi yang

mana semua pihak menghormati aturan main dalam berdemokrasi. Seperti

kita lihat dalam demokrasi di Indonesia, sebaik apapun perkembangannya,

kita bisa memperhatikan betapa kasarnya perjuangan kaum demokrat itu

dalam "berebut" kekuasaan dan kekayaan. Sehingga tidak mengherankan

bila kecenderungan langgengnya korupsi tetap menjadi ancaman potensial

bagi Indonesia. Lain halnya jika konsolidasi demokrasi tersebut diperkuat

Intel Oh Intel 80
dengan landasan hukum dan pelaksanaannya yang tegas tanpa pandang

bulu. Saya kira semua tahu, reformasi hukum dan aparat keamanan

tampaknya mengalami hambatan terbesar.

Singkatnya, demokrasi tidak menjamin dirinya kebal terhadap ancaman

teror.

Tidak ada jaminan bila kita menempuh jalan demokrasi, maka teror akan

berakhir. Dalam kasus India, aksi pembunuhan terhadap pimpinan politik

oleh aktivis radikal merupakan contoh yang gamblang. Bahwa kekecewaan

kelompok tertentu yang berkembang menjadi aksi teror dalam sebuah

sistem demokrasi bisa saja terjadi. Tetapi model kelompok seperti ini

bisa dideteksi sejak awal....karena mereka tidak akan jauh dari kategori

ethno-nationalisme, separatisme, revolutionis kelompok kiri, kelompok

agama , and kelompok ekstrim kanan. Petunjuk awalnya adalah suara tidak

puas atas perlakuan atau kebijakan pemerintah.

Ah saya jadi ngalor-ngidul nulis tidak karuan. Meski begitu, harapan saya,

mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi bahan bacaan yang bermanfaat.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, February 28, 2006

Intel Oh Intel 81
Lima Tahun Setelah Nine-Eleven

Tulisan ini hanya refleksi ringan untuk turut mencatatkan peristiwa aksi

teror paling berhasil pasca perang dunia kedua. 11 September lima tahun

yang silam, publik Amerika Serikat dan dunia dikejutkan dengan peristiwa

teror yang memanfaatkan pesawat yang dibajak untuk meledakan

sejumlah sasaran penting. Setidaknya demikian yang banyak dikutip dan

dicatat oleh media massa maupun dokumen pemerintah dan buku. Lihat

misalnya di September 11 2001 attacks maupun di 9/11 digital archive.

Sejumlah analisa dan silang pendapat dalam menganalisa kasus 9/11

sangat menarik. Karena sampai saat ini keraguan maupun keyakinan pihak-

pihak yang berbeda pendapat tampaknya tidak akan pernah sepakat. Satu

pihak bersikukuh bahwa Al-Qaeda beserta suborganisasi dibawahnya

bertanggung-jawab dan telah memicu lahirnya kebijakan the War on

Terror serta melahirkan the Homeland Security Department. Pihak lain

meragukan dengan mengajukan konspirasi teori yang didukung oleh

sejumlah kejanggalan di seputar peristiwa 9/11. Sebuah paper pendek 6

halaman yang cukup menarik misalnya 9/11_conspiracy_theory_paper.

Apabila faktanya benar-benar kecolongan, maka dunia intelijen Amerika

bagaikan pesakitan yang harus menanggung malu akibat serangan teror

tersebut. Tetapi apabila itu semua rekayasa intelijen melalui sel hitam-

nya, maka itu sebuah skenario yang teramat dahsyat dan sukses besar.

Saya pribadi sampai sekarang lebih banyak meragukan dokumen resmi

yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat. Seorang rekan intelijen

Intel Oh Intel 82
senior di Amerika bahkan bercanda ringan tentang dokumen serangan ke

Timur Tengah yang telah dirancang sejak tahun 1970-an juga tentang

sedikit mengorbankan warga negara Amerika untuk kepentingan yang

jauh lebih besar.

Terlepas dari berbagai analisa dan siapa pelaku sesungguhnya, saya hanya

bisa menyimpulkan bahwa motivasi-motivasi power serta pendekatan

kekerasan tidak akan pernah berhenti dalam otak manusia. Itu hanya

sebuah cermin realita manusia yang memiliki potensi untuk menjadi

sangat kejam demi sebuah tujuan/kepentingan. Oleh karena itu, alangkah

baiknya bila bangsa Indonesia, khususnya kalangan intelijen untuk terus

meningkatkan kewaspadaan terhadap bisikan-bisikan jahat yang ingin

menghancurkan dan mengadu domba sesama anak bangsa Indonesia.

---------------------------------------------------------------------------------

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Monday, September 11, 2006

Intel Oh Intel 83
Catatan Akhir Tahun Perang Melawan Teror

Operasi Lilin 2006 selama 11 hari merupakan sebuah kebijakan keamanan

yang tepat dlam mengantisipasi ancaman teror yang mungkin terjadi pada

akhir tahun ini.

Dengan pengerahan kekuatan 18,000 anggota polisi didukung aparat

kemanan seperti satpam dll, kita bisa merasa aman karena mereka

menjaga gereja-gereja dan mesjid serta tempat-tempat strategis dan

pusat ekonomi di Jakarta.

Peningkatan keamanan di Poso, Sulawesi juga merupakan hal yang wjar

bahkan wajib untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Tiga pertimbangan (1) masih bebasnya anggota Jemaah Islamiyah (JI) yg

terkait Al-Qaeda Noordin Mohammad Top, (2) peringatan Kedubes AS

dan Australia, (3) sejarah serangan bom atas 38 gereja pada malam

Natal 2000 yang menyebabkan kematian 19 orang, merupakan dasar-

dasar kebijakan yang tidak bisa diabaikan. Satu lagi, penjinakkan Abu

Bakar Baasyir (ABB) yang saat ini telah diputus bebas oleh MA, tentunya

dengan konsekuensi ABB yang harus menjilati idealismenya dan

kehilangan kehormatan sebagai seorang pejuang Jihad kekerasan.

Meskipun keputusan pembebasan ABB sangat menyakitkan keluarga

korban Bom Bali dan protes Australia, namun sesungguhnya bagi ABB

pembebasannya sama saja dengan bukti kemunafikan dirinya sendiri yang

meninggalkan barisan Jihad.

Intel Oh Intel 84
Tulisan ini sebenarnya hanya apresiasi kecil bagi segenap aparat

keamanan khususnya intelijen yang telah memporakporandakan barisan

teroris di Indonesia. Semoga Tahun 2006 ini benar-benar ditutup tanpa

adanya ledakan teror, sehingga menjadi catatan sukses karena jumlah

teror maupun korban relatif lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 24, 2006

Intel Oh Intel 85
POSO

Poso di era reformasi adalah sebuah cerita berlumuran darah yang selalu

membuat pusing siapapun yang menanganinya. Poso di era Orde Baru

hanya sebuah wilayah sunyi dengan penduduk Muslim dan Kristen yang

jarang saling tegur sapa, paling-paling bertemu di pusat keramaian.

Kemudian di kantung-kantung pegunungan bila terjadi pertemuan sepintas

dalam kendaraan masing-masing hanya berpapasan dan melambaikan

tangan.

Sebuah wilayah sunyi yang menjadi mencekam ketika terjadi rangkaian

kisah banjir darah yang menyisakan dendam entah sampai kapan. Berikut

ini catatan Senopati Wirang yang bersumber pada informasi rekan-rekan

Blog I-I yang akhirnya merambah kelompok yang dituduh radikal oleh

pemerintah.

Pertama, saya mendapatkan klarifikasi bahwa persoalan gerakan radikal

Islam yang selalu dikaitkan dengan Jemaah Islamiyah di Poso tidak

sepenuhnya benar. Telah terjadi proses generalisasi bahwa JI berada di

belakang gejolak Poso yang belum berakhir hingga saat ini. Kelompok JI

yang ada di Poso adalah JI Akhiirun yang sembarangan merekrut anggota

dan sangat cepat terpancing oleh intimidasi pemerintah RI maupun oleh

elemen intelijen Asing (baca CIA, Mossad dan Australia). Kelompok ini

bahkan sudah disusupi informan/agen asing, misalnya saja saat ini sedang

dilakukan operasi internal untuk mengungkap penghianat dalam tubuh JI

yang diduga sebagai informan-nya Sidney Jones.

Intel Oh Intel 86
Sebagai akibat dari tergesa-gesanya pembentukan kelompok wakalah

versi JI Akhiirun maka terciptalah keadaan dimana seolah-olah JI telah

melakukan metamorfosa dan terpecah-pecah menjadi banyak bentuk.

Padahal yang terpcah-pecah hanya JI Akhiirun. Kondisi inilah yang

diyakini Sidney Jones dalam laporannya ICG tentang kelompok lokal JI di

Poso. Sebuah kejanggalan pandangan Sidney Jones adalah merestui

operasi Polisi di satu sisi dengan membesar-besarkan keberadaan JI di

Poso, namun mengkritik keras insiden 22 Januari 2007 dengan

mempermasalahkan jatuhnya korban. Polisi harus berhati-hati dengan

menguatnya gerakan pendiskreditan terhadap kebijakan tegas Polisi,

salah-salah nanti terpuruk seperti tentara (TNI).

Kedua, JI Awaalun yang masih solid saat ini sama sekali pasif dan lebih

mengintensifkan peningkatan kapabilitas anggota. Namun tetap

memperhatikan gerak kebijakan pemerintah yang melakukan kebijakan

yang tegas kepada JI Akhiirun. Suatu hal yang melegakan bagi JI

Awaalun adalah bahwa elemen Ikhwan bekerja dengan begitu baik melalui

jaring yang telah tercipta sedemikian baiknya di Indonesia. Adalah

kelompok Ikhwan yang berhasil menciptakan opini publik terjadi

kebijakan keliru berupa operasi represif kepada masyarakat sipil Muslim.

Lebih jauh muncul kembali tuntutan pengejaran terhadap daftar nama

yang disebutkan Fabianus Tibo cs.

Ketiga, proses kebencian terhadap Polisi di sebagian wilayah tidak

terjadi tiba-tiba melainkan telah menjadi bagian dari strategi rakyat

semesta (gerilya ditengah-tengah penduduk). Dalam situasi penuh

Intel Oh Intel 87
kecurigaan dan ketegangan, sangat mudah mendorong terjadinya

perlawanan terhadap Polisi karena memang pendekatan persuasif boleh

dikata gagal. Pertanyaan saya, bagaimana proses pengambilan keputusan

di Kepolisian? siapa yang menginformasikan orang-orang DPO tersebut?

Intelijen yang mana? Kalangan JI Awaalun dan JI Akhiirun sangat

meyakini bahwa Polisi dikendalikan oleh Task Force asing, sehingga

terjadi ketidakpercayaan yang meluas. Hal itu juga dikonfirmasi oleh

kelompok Ikhwan yang telah mengetahui langsung peranan Australia dan

AS dalam mengendalikan perang melawan teror di Indonesia. Perhatikan

juga peringatan mantan KA BIN Jendral (Purn) AM Hendropriyono

tentang Poso, siapa yang memberitahukan kepada Pak Hendro? Bukankah

itu juga bagian dari cerita panjang tentang terorisme di Indonesia.

Keempat, teriakan lantang Ustadz Abu Bakar Baasyir (ABB) yang kembali

bergerak menyoroti perlakukan tidak adil kepada umat Islam merupakan

upaya untuk meraih kembali kepercayaan JI Awaalun yang sempat luntur

ketika ABB baru saja dilepaskan. Saat ini ABB sudah bisa memantapkan

posisi sebagai juru bicara pembela serta untuk mempengaruhi opini

publik.

Kelima, hal yang sangat penting dari rangkaian peristiwa Poso adalah adu

domba pemerintah versus rakyat, dimana apapun yang terjadi Indonesia

akan rugi besar. Siapa yang untung? Perhatikan bagaimana konflik

berkepanjangan di Timur Tengah, Afrika, dan ketidakstabilan di Amerika

Latin.

Intel Oh Intel 88
Untuk mengakhiri penderitaan rakyat Indonesia sebagai akibat dari

gerakan intel asing, Senopati Wirang mengusulkan Operasi Ganyang

Intel Asing beserta antek-anteknya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, January 26, 2007

Intel Oh Intel 89
BOM 1717

Seperti pernah saya sampaikan dalam artikel kedatangan KIDON ke

Indonesia, sudah banyak situasi yang mendorong pada keresahan dan

situasi rawan serta pencitraan negatif Indonesia Raya. Salah satunya

adalah yang disebabkan oleh adanya ancaman bom yang disampaikan ke

nomor hotline 1717.

Saran saya, polisi jangan terburu-buru memberikan pernyataan yang

memastikan tentang suatu peristiwa yang membutuhkan penyelidikan

lebih dalam. Tengok saja kasus terbakarnya kapal Garuda G-200. Saya

tahu persis bahwa minimal perlu waktu 3 minggu dari seorang informan

ahli, eh tiba-tiba Mabes polri mengumumkan tidak ada unsur sabotase.

Lha kotak hitamnya saja belum bisa dibaca, saya tidak

menyalahkan...hanya saja jangan buru-buru. Andaikata respon-respon

formalitas untuk memberikan ketenangan publik memang diperlukan,

jangan terlalu detail tetapi berikan sebuah kesungguhan untuk melakukan

penyelidikan lanjutan yang serius. Bila POLRI tidak mau berada dibawah

Departemen (misalnya Departemen Keamanan Publik), maka tolong

tunjukkan bahwa POLRI mampu melakukan reformasi internal yang serius

termasuk pertanggungjawaban anggaran dan penyaluran dana operasinya.

Jangan cuma karena sudah mengirimkan banyak perwira ke luar negeri

(Jerman, Jepang, AS, dan Australia)terus merasa sudah hebat. Sangat

diperlukan kritik dan pengawasan ketat ke dalam POLRI agar sungguh-

sungguh mampu memberikan keamanan kepada publik. Bila ada kekeliruan

segera lakukan perbaikan-perbaikan. Saya kira sudah menjadi kewajiban

Intel Oh Intel 90
seluruh elemen bangsa untuk segera merealisasi UU Keamanan Negara

yang dihambat oleh ego sektoral serta sikap menang sendiri tanpa

memikirkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk rakyat.

Kembali pada soal bom 1717, Saya tidak akan mencampuri detail

penyelidikan apakah para tersangka yang sudah diketahui oleh Polisi

sungguh-sungguh secara nyata terbukti mengirimkan pesan ancaman

tersebut, ataukah ada jawaban lain yang belum dipublikasikan? petani,

mahasiswi, bocah 10 tahun dan tukang cendol???? mereka mengirimkan

pesan tentang ancaman bom.

Sedihnya sebuah indikasi buruknya metode penyelidikan Polri semakin

terbongkar. Ketidakmampuan dan ketidakhati-hatian polisi dalam

memberikan pernyataan publik semakin membingungkan, seolah-olah

setiap peristiwa harus ada jawaban segera....

Pada kasus ancaman bom 1717 misalnya ada dugaan terjadi "pemaksaan"

terhadap Ningsih agar tersangka mengaku. Saya tidak heran karena saya

juga pernah sekolah interogasi. Cobalah lebih hati-hati dan seksama

dalam melakukan penyelidikan, kasihan rakyat Indonesia disuguhi cerita

tolol yang tidak masuk akal. Jangan terlalu nafsu memberikan komentar

kepada pers, tetapi lakukan pematangan operasi penyelidikan dan berikan

jawaban yang profesional kepada publik. Bila memang belum cukup

informasi, jangan dipaksakan seperti berita-berita infotainment.

Intel Oh Intel 91
Saat ini Indonesia sangat membutuhkan diperkuatnya sistem teknologi

bagi kegiatan kontra intelijen, selain itu juga diperlukan jumlah personil

yang cukup dan profesional.

Semoga Mimpi Buruk Indonesia Raya tetap hanya mimpi dan tidak

meledak lagi, tetapi siapa yang tahu bila kinerja Polisi demikian? blog I-I

sudah menyampaikan laporan intelijen.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 13, 2007

Intel Oh Intel 92
Isu dari Abu Dujana

Sebelumnya saya lebih suka menggunakan inisial AD terhadap sosok Abu

Dujana yang misterius. Namun karena Polisi dan media massa telah

mempopulerkannya secara terus menerus, tidak terlalu penting lagi untuk

menggunakan inisial.

Sehubungan dengan itu, beberapa hari yang lalu seseorang yang mengaku

suruhan Abu Dujana mengirimkan informasi berupa pernyataan tentang

masalah terorisme di Indonesia sebagai berikut:

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Menyikapi gerak-gerik yang memojokkan kaum Muslim Indonesia dan

pencitraan negatif terhadap Jihadis-Jihadis yang berjuang di jalan

kemuliaan, kami menyatakan bahwa:

Pertama, sudah sangat jelas antara yang haq dan yang bathil di bumi

Indonesia. Kami telah menyadari sebuah strategi besar musuh-musuh

Islam untuk mengadu domba kaum Muslim di Indonesia dengan

menggunakan isu Islam Teroris dan Islam Moderat.

Kedua, kami telah menandai gerak-gerik asing dalam menunggangi aparat

keamanan Indonesia untuk memperbesar kebencian sesama Muslim

melalui operasi-operasi eliminasi para Jihadis tanpa melihat delik

kasusnya secara teliti. Kasus Poso adalah bukti nyata skenario

penghancuran perjuangan umat Islam yang kemudian diberikan label

teroris agar operasi Polisi menjadi sah secara hukum. Dari Poso setelah

Intel Oh Intel 93
melakukan intimidasi terhadap saudara-saudara Muslim yang tertangkap,

dikembangkan operasi di tanah Jawa yang merupakan pengungkapan

jaring support persenjataan dan amunisi, namun kemudian dipelintir

menjadi operasi menghancurkan jaring Abu Dujana dan Noordin M Top.

Hal itu tidak benar adanya. Informasi mengenai jaring Abu Dujana

maupun Noordin M Top di Sleman Yogyakarta tidak benar. Bahkan

dibesar-besarkan dan dikait-kaitkan. Apa yang diungkap oleh Polisi ada

JI Akhiirun yang telah kami tolak dan tidak lagi berada dibawah

pengawasan kami. Berdasarkan fakta ini, maka Polisi telah melakukan

kebohongan besar demi kepentingan nama baik dan keberhasilan operasi

yang ditunggangi aparat asing.

Ketiga, kami secara intensif telah menandai hampir seluruh aparat asing

yang berusaha mengarahkan operasi Polisi Indonesia dengan potret-

potret kegiatan mereka. Sejak dibuatnya pernyataan ini, kami tidak

menanggung keselamatan mereka di seluruh tanah Indonesia. Kami

tegaskan bahwa ini adalah prioritas target terpilih.

Keempat, menyerukan kepada seluruh Jihadis sejati untuk menunggu

waktu yang tepat dengan target yang besar. Saat ini telah banyak

kelompok palsu maupun yang kelompok prematur yang tidak memahami

intisari perjuangan, sehingga tidak menjalankan kegiatan sebagaimana

mestinya.

Intel Oh Intel 94
Kelima, tidak ada yang kami takuti selain Allah Yang Maha Kuasa. Semoga

para Jihadis sejati tetap meneguhi Shirathal Mustaqim yang merupakan

jalannya orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah.

Allahu Akbar

---------------------------------------------------

Catatan Blog I-I:

Saya cuma menduga-duga bahwa pernyataan diatas adalah campuran

antara imajinasi dan kenyataan. Bisa jadi tidak ada hubungannya sama

sekali dengan Abu Dujana atau NMT, bisa jadi benar-benar orang

suruhan yang berusaha memanfaatkan Blog I-I yang telah diakses oleh

hampir semua instansi keamanan. Atau mungkin juga karangan belaka

simpatisan kelompok Jihad yang frustasi.

Tetapi ada baiknya saya tampilkan sekedar untuk menjadi bahan

pertimbangan yang nilainya mungkin D3 dan tidak bisa

dipertanggungjawabkan otentikasinya.

Penilaian sesungguhnya terserah kepada anda semua.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, March 28, 2007

Intel Oh Intel 95
Antara AD, NMT dan Bang Zul

Organisasi Jemaah Islamiyah sudah berubah, dahulu terstruktur

sekarang terpecah-pecah, besok dalam sistem sel, besoknya lagi

berbentuk apa lagi. Begitulah perkembangan analisa terhadap Jemaah

Islamiyah.

Pimpinannya adalah Abu Bakar Baasir, eh bukan ABB cuma pimpinan

spiritual, eh pimpinannya Hambali, eh Dr. Azahari eh Abu Dujana eh

bukan, mungkin Noordin M Top tapi katanya dua cuma perekrut, eh dia

ahli bomnya, eh dia tangan kanan Azahari, tunggu dulu....bagaimana

dengan Zulkarnain? Begitulah perdebatan dalam melihat Jemaah

Islamiyah yang khususnya ada di Indonesia sejak beberapa tahun

belakangan ini.

Tahukan anda masih ada ratusan orang Indonesia di perbatasan Pakistan-

Afghanistan. Jadi teringat dua bulan lalu seorang agen Blog I-I

menyampaikan informasi tentang Mujahid Indonesia yang tewas di

Afghanistan, tentu saja hal ini tidak diketahui oleh Departemen Luar

Negeri yang memang kurang peduli dengan WNI di luar negeri.

Kembali pada soal penangkapan AD, hal itu sudah antiklimaks bagi

intelijen...tidak ada yang istimewa. Hanya soal permainan kapan waktu

yang tepat. Sebenarnya bagi rakyat Indonesia tidak perlu takut dan

khawatir terhadap Jemaah Islamiyah.

Intel Oh Intel 96
Hal yang perlu ditakuti adalah kehancuran Indonesia Raya karena operasi

adu domba kekuatan di Indonesia semakin kentara. Operasi yang

merupakan kelanjutan dari perang melawan teror akan menyentuh akar

persoalan, yaitu penghancuran moral Jihad umat Islam melalui benturan

pemikiran dalam kalangan umat Islam. Sudah banyak aktor yang

dipersiapkan dalam cara pandang liberal. Sementara di pihak lain sudah

ada kelompok Islam Internasional yang secara membabi buta bercita-cita

mendirikan khalifah Islam.

Hal itu dilakukan karena secara fisik gerakan teroris dianggap sudah

melemah sambil menunggu penguatan dari alumni perang yang akan pulang

menjelang 2009.

Salah besar bila Polisi dan Intelijen sudah merasa puas dengan

penangkapan AD, bahkan bila NMT pun sudah tertangkap. Permainan akan

berlanjut kepada Bang Zul (Zulkarnaen) sebagai the most wanted.

Entah sampai kapan permainan ini berjalan, mungkin sampai People

Republic of China sungguh-sungguh secara nyata berhadapan dengan AS

dalam sebuah perimbangan kekuatan, sayang itu masih lama yaitu sekitar

tahun 2025, itupun kalau Indonesia Raya masih ada.

Teror oh Teror...Cobalah untuk lebih cerdas dalam melihat perkembangan

dunia.

Salam Indonesia Raya


Posted by Senopati Wirang /Saturday, June 16, 2007

Intel Oh Intel 97
Dimana Osama Bin Laden?

Berbeda dengan kepura-puraan aparat keamanan Indonesia mengenai

posisi gerakan Islam Jihad Indonesia, karena sebenarnya memang tinggal

memilih siapa dan kapan menghancurkannya, maka kebingungan mengenai

dimana gerangan Osama Bin Laden (OBL) justru melanda gerakan Islam

Jihad baik di Afghanistan dan sebagian besar kawasan Timur-Tengah,

Afrika dan Asia Tengah, juga di Asia Tenggara.

Dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi baru-baru ini di [deleted]

tepatnya tanggal [deleted] yang dihadiri oleh pimpinan gerakan Jihad

lapis dua terkuak sejumlah poin-poin diskusi yang sangat penting tentang

OBL antara lain sbb:

1. Kemungkinan bahwa OBL sembunyi untuk keamanan

Dari kelompok sel Hamburg yang baru-baru ini mulai terbongkar,

di[peroleh informasi bahwa OBL tetap bersembunyi untuk alasan

keamanan dan sementara sebagai konsolidasi kekuatan. Masih ada

keyakinan yang cukup luas di gerakan baru pemuda Jihad bahwa pesan-

pesan OBL masih bisa efektif melalui media. Namun untuk keamanan

komunikasi, sementara ini "menghilang".

Sebuah do'a dipanjatkan oleh sel Hamburg sbb: "Segala kebaikan

bersamamu Osama, sementara Imam Mekkah, Saleh bin Humaid, sibuk

menerima kedatangan Nancy Pelosi di Dewan Shura Arab Saudi yang

hipokrit, Osama sibuk menyusun siasat menyerang dan membunuh Wakil

Presiden AS, Dick Cheney, pemimpin kampanye crusader terhadap dunia

Islam."

Intel Oh Intel 98
3. Kemungkinan OBL sudah tewas

Mayoritas pengikut OBL tidak bisa menerima isu bahwa OBL sudah

tewas. Hal itu semata-mata karena figur perlawanan OBL terhadap

kesewenangan Barat serta sibolisme dirinya sebagai pahlawan yang

menjadi harapan bagi dunia Islam. Meskipun sudah beredar isu bahwa

OBL adalah agen utama CIA yang sejak 20 tahun silam sudah disuntikkan

dalam gerakan Jihad, namun masih banyak yang kurang percaya dengan

isu tersebut. Baru-baru sudah terbit buku yang menyebutkan bahwa OBL

adalah agen CIA.

Informasi langsung dari Afghanistan menyebutkan bahwa pada 18 Mei

2007 masih ada yang melihat bahwa OBL sedang berjihad di Afghanistan.

Informasi tersebut diiringi dengan seruan bahwa kematian yang paling

mulia adalah melalui jihad di jalan Islam.

2. OBL sedang menyiapkan serangan besar ke Amerika Serikat

Dari [Mofawid al-Awal deleted], diperoleh informasi bahwa OBL sedang

menyiapkan serangan besar ke AS. Menghilangnya OBL bertujuan

membuat frustasi musuh-musuh Islam karena Jihad Salafi menggunakan

media seperlunya.

Bahkan lapis baru kepemimpinan Jihad Salafi sedang dipersiapkan di

deleted (Yaman)yang akan menjadi test bagi generasi muda untuk


menggagas teknik Jihad yang berbeda, namun dengan hasil yang

maksimal. Dengan demikian masalah menghilangnya OBL (mati atau hidup)

tidak menjadi masalah karena Jihad akan tetap berkobar sampai hari

kiamat.

Intel Oh Intel 99
Meski demikian, diyakini oleh kebanyakan pengikut Jihad Salafi termasuk

sekitar 21 orang wakil dari Indonesia yang akan menjadi pimpinan baru,

bahwa OBL masih hidup dan akan segera melakukan revitalisasi

organisasi.

4. OBL sebagai agen CIA

Maraknya isu OBL agen CIA telah dihembuskan hampir satu tahun

belakangan di dalam gerakan jihad salafi, namun semua itu ditolak dan

dianggap sebagai fitnah yang keji terhadap OBL. Sangat beruntung OBL

sudah jarang berhubungan dengan media, sehingga isu itu benar-benar

tampak dibuat-buat oleh AS untuk meruntuhkan moral jihad umat Islam.

5. OBL sedang sakit parah

Maraknya pemberitaan sakitnya OBL beberapa waktu silam ada benarnya,

tetapi hal itu tidak parah. Namun diperbesar bahwa dinyatakan oleh

deleted bahwa OBL sedang sekarat.


6. OBL masuk dalam gerakan jihad sunni di Lebanon

Menurut deleted isu masuknya OBL ke dalam konflik Lebanon terlalu

dibesar-besarkan dan dimanfaatkan oleh Israel dan negara-negara Barat

untuk justifikasi dukungan terhadap pemerintahan yang pro barat.

Bahkan secara keji disebarkan propaganda Barat bahwa radikal syiah dan

jihadi sunni bersatu di Lebanon sebagai gerakan kriminal membunuhi

rakyat dan mengancam tentara PBB.

Intel Oh Intel 100


Disamping pembahasan masalah OBL, diperoleh informasi tentang

masalah Jihad di Indonesia.

Komentar tentang Jihad di Indonesia

Dari UP di deleted diperoleh padangan singkat yang menyebutkan tragedi

di Indonesia sebenarnya sudah diwarning sejak lama, karena aparat

keamanan Indonesia adalah yang paling lengkap memiliki catatan tentang

gerakan Darul Islam, dan kebanyakan tokoh JI ada kaitan dengan

gerakan Darul Islam, jaring pesantren deleted, kekerabatan deleted,

serta alumni Jihad yang kembali ke tanah air Indonesia. Pada masa Orde

Baru ada perlindungan dari TNI Hijau yang antara lain tokoh-tokohnya

deleted bahkan saat ini sejumlah tokoh tersebut masih aktif seperti

deleted.

Masih besarnya harapan kebangkitan Jihad di Indonesia didukung oleh

penguatan gerakan intelektual Islam dan 3 organisasi besar yaitu deleted

yang akan memayungi jalan Jihad.

Biarkan Polisi bermain-main dengan daftar buruan, daftar tersebut

sudah kadaluarsa dan akan segera diisi dengan deleted yang akan

mewujudkan GORO-GORO yang sesungguhnya. Bila Abu Bakar Baasyir

bisa dibebaskan, maka mengapa Abu Dujana tidak. Bukankah fakta

bercampur fitnah yang dikembangkan aparat keamanan bersumber dari

intelijen asing seperti deleted.

Selama pemimpin Indonesia masih korup, hipokrit, hedonist, pemeras

rakyat, akan mudah digoyah hanya dengan keteguhan iman para Jihadis

Intel Oh Intel 101


yang harus segera berkonsolidasi pada deleted sementara dengan

memanfaatkan fasilitas deleted.

Tantangan terbesar Jihadis Indonesia adalah meyakinkan masyarakat

Indonesia bahwa jihad bukanlah tindakan kriminal seperti dinyatakan

oleh Kepolisian. Selain itu, berkembangnya generasi kedua Islam Munafik

yang mendirikan panji-panji Islam Liberal merupakan duri yang

menyakitkan dalam perjuangan jihad.

Sebagian besar generasi pesantren tradisional berada dalam jalan tengah

yang berpotensi untuk tetap istiqomah dalam agama Allah SWT dan tidak

akan sulit untuk berjihad. Sementara sebagian besar umat Islam justru

tenggelam dalam budaya Barat yang dianggap sudah biasa, normal dan

wajar.

Semoga Allah senantiasa melindungi hambanya yang berjalan tegak di

jalan Jihad....Allahu Akbar.

Demikian disarikan dari deleted tanpa mengurangi isi dan makna

pertemuan deleted.

Sekian

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, June 19, 2007

Intel Oh Intel 102


Dongeng tentang Terorisme di Bumi Indonesia

Pendahuluan

Turut menyampaikan selamat atas semakin terungkapnya skenario cerita

terorisme di bumi Nusantara....Indonesia Raya.

Intelijen lemah, Polisi kebobolan, TNI melempem, bom meledak di mana-

mana. Kurang lebih begitulah cerita awal terorisme di bumi tercinta ini,

sekitar 6-7 tahun silam.

Pasca reformasi TNI kebingungan bagaimana menghadapi desakan

reformasi militer dibawah kendali pemerintahan sipil. Kebingungan

mempertahankan atau memperbaiki citra sebagai pelanggar HAM dan

pembunuh rakyat sendiri. Gamang...kesal/marah...maju-mundur dalam

melangkah.

Pasca reformasi, elit-elit polisi berhasil melakukan revitalisasi dengan

segala cara termasuk suap miliaran rupiah kepada DPR-RI untuk

memuluskan langkah penguasaan seluruh perikehidupan keamanan

masyarakat melalui Undang-Undang. Super Cop Pro-Justisia.

Pasca reformasi, intelijen melakukan beberapa kali reorganisasi,

membesar-mengecil di masing-masing wilayah. Semua berusaha

mengadaptasikan diri terhadap perkembangan ancaman.

Intel Oh Intel 103


Alkisah

Dalam situasi politik-ekonomi yang morat-marit, rusaknya beberapa sendi

koordinasi keamanan nasional mendorong petualang separatisme dan

komunitas Darul Islam menggeliat kembali.

Alih-alih perang melawan teror, CIA mengirimkan ratusan inflitrasi

(inilah yang pernah digembar-gemborkan oleh mantan KSAD Jenderal

Ryamizard Ryacudu juga AC. Manullang, namun pernah dicounter oleh

Blog I-I sebagai upaya mengurangi kecurigaan CIA bahwa Intelijen

Indonesia sudah paham sepenuhnya permainan CIA di Indonesia) dari

berbagai arah ke nusantara untuk mendukung terciptanya suasana perang

global melawan teror, khususnya untuk membungkus perang pembebasan

Irak 2003 yang akhirnya berpuncak pada penguasaan kekayaan minyak

Irak. Rencana pembebasan Irak telah dilakukan sejak 1990-1991, ketika

Perang Teluk dinyatakan selesai, project the war on teror sudah dimulai.

Indonesia menjadi penting sebagai bagian penting dari cerita global,

karena keterlibatan pejuang Indonesia dalam perang Afghanistan sejak

tahun 1980-an khususnya di tahun 1984 cukup signifikan. Dari catatan

Blog I-I ada ribuan pejuang asal Indonesia. Meski banyak pejuang

Indonesia yang tidak benar-benar terjun dalam peperangan mengusir

Rusia, namun mereka sudah mempelajari banyak hal dari pelatihan perang

dan pengenalan senjata yang sangat baik.

Intel Oh Intel 104


Kelemahan utama para pejuang asal Indonesia yang terus mengalir dalam

sejumlah konflik di Timur Tengah adalah pemahaman politik global dan

permainan intelijen internasional yang merancang perencanaan dalam

skala global dengan tujuan yang tidak dipahami oleh kebanyakan Mujahid.

Lalu mengapa baru sekarang Blog I-I menuliskannya, hal ini terkait

dengan babak lanjutan perang melawan teror yang sedang mengalami

metamorfosa. Blog I-I sudah berusaha memberikan peringatan beberapa

kali kepada para Mujahid dan mantan Mujahid untuk melakukan

introspeksi serta pembukaan wawasan yang lebih luas. Namun ternyata

inflitrasi ke dalam organisasi para Mujahid sudah sedemikian dalam yang

kemudian melahirkan semacam deklarasi jihad yang dirangkai sedemikian

rupa mencakup kawasan di Asia Tenggara. Tidaklah mengherankan bila

justru para ahli politik internasional asal AS (Think Tank di AS) yang

kemudian mengklaim diri sebagai ahli atau pengamat terorisme mampu

melakukan pemetaan gerakan terorisme Asia Tenggara (sebagai front

kedua). Sementara benarkah Indonesia menerima begitu saja dan

mencaplok opotuniti memperoleh uang, asistansi dan teknologi.

Jihad di Asia Tenggara terinspirasi oleh kondisi labil beberapa negara

pasca krisis ekonomi. Tadinya ada high expectation bahwa Indonesia akan

benar-benar hancur dengan skenario Bosnia melalui perang antar etnis

dan agama yang pernah dihembuskan puluhan kali di berbagai wilayah

dengan potensi konflik yang tinggi. Permainan bisa berlangsung berkat

operator yang telah masuk ke dalam unit-unit yang diperlukan untuk

Intel Oh Intel 105


provokasi. Tubuh TNI sudah cukup kronis dengan infiltrasi, tubuh Polisi

juga, dan yang menyedihkan demikian juga dalam intelijen. Apa yang

pernah dibahas dalam tulisan Cambridge Circus adalah sungguh-sungguh

serius.

Babak Pertengahan

Setelah stelan gerakan terorisme Indonesia melalui labelling Jemaah

Islamiyah semakin mantap dan terus bergulir pasca Bom Bali I. Mulailah

CIA menanam budi dengan berbagai informasi "penting" serta

"kerjasama" yang sebenarnya sudah ditunggu-tunggu oleh kalangan

aparat keamanan Indonesia.

Australia bahkan termakan atau membiarkan diri ikut meramaikan karena

memang sangat medambakan masuk dalam wilayah operasi Indonesia

dengan alasan ikut serta dalam permainan global AS. Asutralia dengan

sukarela menggelontorkan dana dan proyek kerjasama dengan hampir

seluruh instansi keamanan di Indonesia.

Mulailah satu per satu cerita prestasi penangkapan dan pembunuhan

teroris dilakukan oleh aparat keamanan. Baik Polisi maupun intelijen

melakukan operasi-operasi yang menjanjikan prestasi dan kenaikan

pangkat elit pimpinan yang signifikan. Sementara pelaksana operasi baik

intelijen maupun anggota Densus 88 (prajurit wong cilik) harus

menanggung resiko tinggi dengan imbalan ala kadarnya. Tahukah anda

bahwa kesejahteraan anggota Densus 88 tidak sehebat yang difitnahkan

banyak pihak dengan mega proyeknya. Yang semakin kaya tentu saja

berada di pucuk pimpinan.

Intel Oh Intel 106


Sebuah cerita lama sejak masa Orde Baru dimana kekayaan para

Jenderal TNI maupun Polisi begitu luar biasa, kembali berulang. Apabila

dulu loncatan prestasi memanfaatkan konflik di Aceh, Timor Timur dan

Papua, maka sekarang terorisme adalah makanan yang sangat empuk.

Karena tinggal mencokok dan memilih waktu yang enak untuk

memperlihatkan prestasinya.

Itulah sebabnya di Indonesia hampir sama kondisinya dengan kebanyakan

Failed State, terlalu banyak Jenderal Kancil, yaitu Jenderal culas yang

mencari kekayaan dari eksploitasi kemiskinan rakyat Indonesia.

Babak Akhir

Saat ini ketidakpastian masa depan Indonesia semakin mengerikan

karena tidak ada satupun elemen bangsa yang kuat yang mampu mengawal

langkah Indonesia Raya menjadi negara berdaulat yang tidak bisa

dilecehkan.

Sebagai contoh; soal DCA RI-Singapura, Blog I-I menarik semua

pandangan positif karena setelah melakukan konfirmasi dengan berbagai

pihak terkait terungkap jelas bahwa : betapa baiknya DCA disusun, tidak

melibatkan instansi terkait secara terbuka adalah sebuah kekeliruan.

Intelijen ternyata kembali diabaikan dalam penyusunan DCA, Departemen

Pertahanan hanya diwakili oleh Direktorat Strahan, sementara Angkatan

Laut, Angkatan Udara, intelijen TNI, sekarang bisa menolak kesepakatan

itu karena tidak tahu menahu. Meskipun Menhan menghimbau kesabaran,

namun Menhan juga sudah tahu bagaimana proses penyusunan DCA

tersebut.

Intel Oh Intel 107


Reformasi Militer mandeg, bila dipaksakan malahan akan berbalik.

Reformasi sistem keamanan nasional menjadi sia-sia tanpa reformasi

militer. Sementara permintaan militer untuk mengurangi Superioritas

Polri ditolak mentah-mentah dengan menenggelamkan konsep Polri di

bawah Departemen. Sebuah Bom Waktu.

Pada saat yang bersamaan, semua aparat keamananan mengalihkan konflik

internal antar instansi tersebut dalam proyek perang melawan teror.

Lucunya lagi tuan dari perang melawan teror itu adalah pimpinan di

negara Asing. Saat AD tertangkap maka AD di negeri Kanguru dengan

lantang mengkonfirmasi dengan dasar informasi dari pejabat Polisi

setingkat Menteri, sangat keterlaluan bukan!!! Bagaimana nanti kalau

sudah menjadi Presiden menggantikan [deleted].

Blog I-I sangat marah hari ini, karena begitu banyak kerusakan dalam

sistem keamanan nasional. Namun Blog I-I juga mendengar kabar baik

bahwa musuh-musuh Blog I-I berpangkat Jenderal akan segera

tersingkir dari permainan dalam waktu dekat.

Kebenaran adalah tetap kebenaran, walaupun di dunia ini hanya ada

kebernaran relatif, namun jagalah hati dan pikiran intelejen kita untuk

kemakmuran dan keamanan rakyat Indonesia.

Salam Indonesia Raya

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Saturday, June 16, 2007

Intel Oh Intel 108


Skenario Terbaru Terorisme Indonesia

Watak hangat-hangat tahi ayam Indonesia sangat dipahami oleh

mayoritas pengamat Indonesia (Indonesianis). Hal ini tentu saja dipahami

sepenuhnya oleh intelijen asing yang menjadikan Indonesia sebagai

tempat bermain yang menyenangkan. Baik dari sisi kerjasama maupun

upaya merubah wajah Indonesia semuanya menyenangkan.

Dalam menghadapi masalah terorisme, sudah mulai tampak tanda-tanda

kembali pada posisi normal, dimana masalah terorisme dianggap hal yang

kurang penting oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Tidak lebih dari

urusan kriminal sejumlah pelaku yang dicitrakan sebagai kelompok Islam

garis keras. Hal itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi pihak yang

berkepentingan mengangkat kembali msalah terorisme sebagai masalah

paling penting di negara ini.

Padahal masalah pembangunan pertanian dan industri serta sejumlah

bencana besar seharusnya menjadi prioritas utama di negara ini.

Akan sia-sia upaya pemeliharaan ancaman teroris di Indonesia bila tidak

ada lagi ledakan, dan yang ada hanya kejar-kejaran sperti Tom and Jerry

yang sudah tahu persis dimana, bagaimana dan bilamana dilakukannya.

Terkait dengan adanya rencananya kelanjutan perang melawan teror yang

dimotori AS, maka Blog I-I menghimbau kewaspadaan publik atas

ancaman bom yang mungkin akan terjadi lagi mulai saat ini sampai masa

Intel Oh Intel 109


pemilu 2009. Tujuannya jelas untuk membela pandangan bahwa terorisme

masih ada dan sangat berbahaya di Indonesia.

Blog I-I sudah hampir putus harapan dengan komunitas intelijen nasional

dan khususnya Kepolisian yang sangat main-main dengan upaya penuntasan

gerakan teroris. Semua senang bila ada dana segar untuk kegiatan,

sementara sasaran pelaku teror sudah ada di tangan. Namun ada

secercah cahaya karena Blog I-I berhasil mendeteksi sejumlah jaring

intelijen yang cukup baik dan bekerja secara ideal dalam mengungkap

keseluruhan skenario terorisme di Indonesia.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh Tim Kontra Teroris Indonesia

adalah bahwa akan terus ada kejutan di luar daftar yang sudah dimiliki.

Kejutan itu mau tidak mau akan berbentuk ledakan. Ini bisa terjadi

karena musuh sesungguhnya bukanlah sesama bangsa Indonesia yang

terpengaruhi untuk melakukan tindakan teror, melainkan the puppet

master yang bergerak di belakangnya.

Akar Terorisme di Indonesia adalah masuknya agen-agen yang memusuhi

Islam serta mengarahkan para alumni Mujahid untuk melakukan tindakan

teror. Mengapa Blog I-I sangat yakin, hal ini tampak dari fakta bahwa

para Mujahid asal Indonesia pada umumnya adalah orang-orang

sederhana yang ingin mengabdikan hidupnya untuk tegaknya agama Islam.

Sangat tidak benar, bahwa Mujahid Indonesia adalah orang miskin dan

berpendidikan rendah. Hal ini adalah propaganda musuh Islam yang

sengaja masuk dalam bentuk informasi menyesatkan. Lihat sendiri

bagaimana kondisi pejuang asal Indonesia di sebagian wilayah Timur

Intel Oh Intel 110


Tengah, mereka adalah orang-orang yang tidak mabuk harta seperti

kebanyakan pemimpin di negeri ini.

Sekali lagi, kelemahan mereka justru pada lemahnya kewaspadaan bahwa

mereka diperalat oleh agen-agen penyusup untuk merubah sikap tegas

dalam memegang ajaran Islam menjadi gerakan teroris. Alasan berupa

teror satu-satunya jalan karena jalan lain sudah tertutup oleh

kapitalisme global adalah rayuan yang cukup berhasil. Apalagi bila

dihadapkan dengan fakta betapa kuatnya AS dan sekutunya, dan tragedi

WTC adalah pemicu untuk aktifnya hampir seluruh sel di dunia. Padahal

sel-sel tersebut sudah dalam genggaman intelijen, termasuk di Indonesia.

Adalah soal pilihan untuk segera menghancurkan atau menjadikannya

mainan.

Dari berbagai arah CIA membidik serta menghangatkan suasana perang

melawan teror di Indonesia. Itulah mengapa BIN pernah memberikan

peringatan kepada CIA bahwa BIN tahu gerakan mereka melalui salah

satu agennya, lihat Sidney Jones. Lihat juga Why Sidney Jones. Hal ini

menjadi semakin menarik bila kita berkunjung ke indymedia.

Namun kemudian terjadi kesepahaman dengan rejim SBY untuk

memerangi terorisme dari berbagai arahnya.

Saran dari Blog I-I, selidiki akar terorisme dengan pengungkapan seluruh

jaringnya termasuk infiltran yang mendorong alumni Mujahidin untuk

melakukan tindakan teror.

Intel Oh Intel 111


Hal yang sangat ditakuti adalah apabila seluruh elemen Islam garis keras

maupun moderat semua sadar dengan permainan intelijen ini, sehingga

terbuka dialog yang lebih baik. Namun saat ini sudah ada upaya

pembentukan konflik antara Islam berorientasi internasional dengan

Islam asli Indonesia (NU & Muhammadiyah), sehingga Islam di Indonesia

tidak akan pernah kuat. Hal cukup menarik adalah semakin kuatnya

pengaruh propaganda liberalisme Islam yang sesungguhnya memiliki dasar

sederhana nasionalisasi sekulerisme, namun semakin kebabalasan dengan

menyentuh berbagai aspek kehidupan beragama yang membuat marah

kelompok Islam tradisional maupun internasional.

Semoga tidak adalagi ledakan, yang sesungguhnya rencananya tidak

bergantung pada ditangkapnya AD, NMT atau siapapun, karena dengan

mudah akan ada pemimpin baru yang sudah disusupi oleh infiltran, contoh

faktual adalah Umar Farouq.

Kepada segenap komunitas pejuang Jihad yang meyakini perang adalah

kewajiban, mohon direnungi baik-baik.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, June 16, 2007

Intel Oh Intel 112


Tidak semua JI Teroris?

Lambat sekali Sidney Jones baru mengeluarkan oret-oretan logika

tentang anggota-anggota Jamaah Islamiyah (JI).

Sebuah logika lama yang dipertegas untuk mewarnai perdebatan pasca

penangkapan Abu Dujana dkk di Indonesia. Logika tersebut akan

menjelaskan mengapa begitu banyak elemen Islam yang memberikan

dukungan kepada kelompok yang dianggap teroris oleh aparat keamanan

Indonesia. Sebuah logika yang telah lama menjadi acuan analis intelijen

sipil Indonesia.

Bagi Senopati Wirang, artikel Sidney kali ini merupakan yang terbaik

yang pernah dia buat, karena obyektifitasnya cukup bisa

dipertanggungjawabkan. Mungkin Sidney sudah mulai insyaf serta mulai

bosan dan justru merasa ikut memikul tanggung jawab untuk memecahkan

persoalan terorisme yang disebabkan oleh kelompok kecil yang berfaham

radikal yang memilih jalur kekerasan. Bila semakin banyak analis obyektif

dalam menuliskan analisanya, maka secara bertahap persoalan radikal

agama dan teroris di Indonesia akan bisa diatasi tanpa melahirkan

masalah baru.

Silahkan dibaca dalam bahasa aslinya............

Intel Oh Intel 113


"Not All JI Are Terrorists"

Sidney Jones dalam The Advertiser (Australia)

30 June 2007

For most in Australia, the name Jemaah Islamiah will be forever linked

to the horrors of the first Bali bomb in which 88 Australians died. But

to brand all JI members as evil incarnate is to suggest that the only real

counter-terrorism option is to cast the net as wide as possible and lock

up all suspects for ever. That's what might be called the ``Guantanamo

option'' – and it won't work.

Why? Because people have joined JI for different reasons, and some

can

be dissuaded from using violence; because the biggest threat of more

attacks may come from outside JI; because prisons can be a

radicalising element; and because Indonesia is a democracy where less

corruption and more justice may be as effective a means of fighting

terror as police and spy satellites.

JI is a dangerous organisation because it promotes an ideology that

condones violence against Islam's enemies in the struggle to establish

Islamic law. Towards that end it seeks to amass weapons and give

members military training to prepare for the coming battle. But many

members do not support indiscriminate violence against civilians and

reject the notion that al-Qaida-style attacks on Indonesian soil are

an appropriate response to the deaths of Muslims in Afghanistan, Iraq

and elsewhere.

Intel Oh Intel 114


Many would have opposed the first Bali bombings if they had known

about the plans: not even every member of the JI central command was

in on the secret. The next three major bombings – the Marriott Hotel,

the Australian Embassy and Bali II – were effectively the work of a

splinter group led by Noordin Mohamed Top. If Noordin and his

opponents are lumped together as equally bad, the opportunity to use

the influence of the less extreme against the more extreme is lost.

Not everyone is equally committed to the cause, but any hope of

rehabilitation is undermined from the outset if anyone accused of

terrorism is considered beyond redemption. In late March, 16 convicted

terrorists – not JI – were moved from Ambon to Bali because local

authorities found that some ordinary criminals had been recruited into

jihadist ranks.

Of those moved, perhaps four were doing the recruiting. The others

included young Ambonese who indeed had been involved in attacks but

who would benefit more from structured vocational training programs

than from being thrown together with hardcore ideologues who could

make them far more radical than they are now. Some young men were

caught up in operations reluctantly but felt it was a betrayal of

their friends to pull out; others joined because they were persuaded

it was a way of showing solidarity with persecuted Muslims around the

world. Many of these men need to be seen not as steelyeyed killers but

as individuals who could use some guidance.

Intel Oh Intel 115


At the same time, the ideology that teaches hatred of the U.S. and its

allies is not going to go away any time soon. It is true that U.S.

policies, from Iraq to various aspects of the war on terror to

one-sided support of Israel, help keep it alive, but very few of the

millions exposed to jihadism on the internet or through religious

study sessions become terrorists.

In Indonesia, the factors used to explain terrorism elsewhere don't

apply: the country is not under occupation and it doesn't suppress

Islamic political parties. Those who join JI and other organisations

are not a persecuted minority or alienated immigrant group.

In Ambon and Poso, two areas where bitter Christian-Muslim fighting

took place in the years following Suharto's resignation, unresolved

grievances kept young men engaged in jihadi violence long after the

sectarian strife had ended.

Address those grievances, and the ideology's attraction diminishes.

That's not the case in Java, where a network of JI schools (some 20

out of a total of 30,000 schools, so the Islamic school system is not

the problem) continues to produce a new generation of potential

recruits, and where the increasing reluctance of JI leaders to

sanction attacks is pushing some hotheads into the arms of more

radical groups.

But even there, one recent graduate confessed he had no skills, and

the only thing he was trained to do was teach in another JI school. It

might be worthwhile to engage the local business community to set up

onthe- job training programs to offer alternative prospects.

Intel Oh Intel 116


Some say the problem in Indonesia is democracy and that there was no

terrorism under Suharto. But virtually all the men who later became JI

leaders first joined a banned group called Darul Islam in the late

1970s and early 1980s as a protest against Suharto and went to

Afghanistan to get the wherewithal to fight him.

Authoritarianism produced JI, not democracy. Now the task is to reduce

corruption and make the Government more responsive. Those who see

victory in the recent arrests of two top JI leaders should remember

that in the early 1980s, virtually the entire leadership of Darul

Islam was arrested.

It did not kill the organisation. Instead, in 1993, it produced JI.

Sidney JONES

Posted by Senopati Wirang /Friday, July 13, 2007

Intel Oh Intel 117


DIBALIK PERISTIWA
(CERITA INDONESIA)

Intel Oh Intel 118


Krisis Intelijen

Awal tahun 1997 bukan hanya sudah dibayangi persoalan-persoalan

ekonomi tahun 1996, melainkan juga krisis percaya diri kalangan intelijen.

Setelah gagal meyakinkan mantan Presiden Suharto untuk mundur dengan

"mulus" gara-gara ulah Golkar dan keluarga Cendana, analis intelijen dari

yang terendah sampai level menengah harus menelan pil pahit teguran

keras pimpinan intelijen dari berbagai angkatan. Tentu saja banyak juga

analis intelijen yang telah membusuk akibat represi dan sifat tercela cari

muka kepada pimpinan. Ada juga analis intelijen yang memang takut

dengan situasi yang serba menekan.

Akibatnya.......obyektifitas analisa intelijen terberangus oleh kekuatan

politik elit yang walaupun secara nyata di massa akar rumput sudah

goyah.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, February 19, 1997

Intel Oh Intel 119


Panik

Gejala-gejala kepanikan massa sepanjang tahun 1997 sebenarnya telah

terdeteksi oleh intelijen. Ketidakpuasan dan menguatnya konsolidasi

gerakan reformasi dianggap sepi oleh eksekutif.

Ketika terjadi perpecahan elit politik, kepanikan mulai menjalar secara

perlahan. Hal ini bukan karena bayang-bayang kejatuhan ekonomi

melainkan karena ketakutan terjadinya gerakan mahasiswa yang didukung

tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat.

Sungguh tidak ada yang rahasia bagi kalangan intelijen. Konsolidasi

gerakan anti Suharto semakin kuat sejak pertengahan tahun 1997. Lagi-

lagi, pimpinan intelijen yang ingin mendinginkan suasana hati presiden

menganggap semua gejala itu masih bisa diatasi. Intel oh intel.....musuh

dari professionalisme dan obyektifitasmu sebenarnya adalah pimpinanmu

sendiri.

Posted by Senopati Wirang /Friday, August 15, 1997

Intel Oh Intel 120


Ibu Pertiwi Hamil Tua

Meskipun istilah ibu pertiwi hamil tua merupakan peringatan keras bagi

mantan presiden Suharto, masih saja ada keyakinan konsolidasi elit

politik khususnya Golkar dengan dukungan Tentara akan mampu mencegah

lahirnya gerakan perlawanan nasional terhadap pemerintah.

Kesombongan analis intelijen tentara yang meremehkan kekuatan sosial

sebagai unsur penting dalam perubahan konstelasi politik telah

membutatulikan sejumlah elit politik dengan keyakinan semunya.

Semuanya sudah terlambat.......

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, March 04, 1998

Intel Oh Intel 121


Hari-hari Penentuan

Menyaksikan demonstrasi bagaikan gelombang yang mendatangi tak ada

hentinya. Dukungan dana yang kuat dari sejumlah pengusaha, gairah

aktivis mahasiswa, penyusunan konsep perjuangan para tokoh oposisi,

serta situasi ekonomi nasional yang terpuruk menjadi poros perubahan

yang tidak terelakkan.

Ibu pertiwi pecah ketuban, lahirlah reformasi. Masih ada dua pilihan

pembunuhan massal ala Tiananmen atau mengundurkan diri dengan

komitmen pemerintah selanjutnya.

Lagi-lagi intelijen menjadi sasaran telor busuk karena dianggap gagal

memprediksikan perubahan yang sebenarnya telah tercatat dalam

matriks analisa yang dibuang ditempat sampah pada tahun 1996-1997.

Mencegah pembunuhan massal melalui penggalangan tokoh dan

penyadaran terhadap elit militer yang haus kekuasaaan pun digiatkan

sebagai bagian dari penyelamatan ibu pertiwi.

Akhir kata....selamat datang reformasi. Analis intelijen boleh tersenyum

dalam kepahitan.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 24, 1998

Intel Oh Intel 122


Antara Megawati, Habibie dan Gus Dur

Banyak analis dan praktisi politik menganggap penyelesaian deadlock

pemilihan presiden pasca pemilu 1999 adalah berkat langkah cemerlang

poros tengah yang digagas Amien Rais Cs. Dalam sejarah itu, Gus Dur

ketiban rezeki menjadi pilihan yang bisa menurunkan ketegangan antara

kelompok Megawati dan kelompok Habibie.

Sesungguhnyalah intelijen berada dibalik sejarah itu. Dengan analisa dan

prediksi situasi politiknya, intelijen mengarahkan perputaran roda politik

pada posisi yang mengamankan rakyat dan mencegah meluasnya konflik

horisontal. Meski pimpinan intelijen berharap dapat mendukung

terpilihnya kembali Habibie, namun Habibie sebagai seorang demokrat

tulen sudah lebih dahulu menerima masukan intelijen berupa ilustrasi

konflik domestik yang terjadi bila beliau "dipaksakan" terpilih kembali.

Gus Dur yang kemudian terpilih jadi presiden rupanya mengetahui

permainan dunia intelijen, dia serta merta menunjukkan

ketidakpercayaannya pada dunia intelijen. Inilah sebabnya BAKIN waktu

itu nyaris dibubarkan. Pertama karena pimpinannya bukan orangnya Gus

Dur dan Gus Dur hanya berhasil menaruh orangnya pada posisi kedua di

BAKIN.

Meski Gus Dur berusaha membangun jaring intelijennya sendiri, tapi apa

dayanya kekuatan baru yang prematur dan oportunistik. Sangatlah mudah

untuk menggoyang kekuasaan Gus Dur dengan segala kelemahannya.

Intel Oh Intel 123


Meski Gus Dur juga akhirnya minta dukungan dunia intelijen, terlambat

sudah karena Gus Dur tidak pernah punya rasa hormat pada dunia

intelijen.

Pada saatnya nanti Megawati akan tampil dengan dukungan intelijen dan

TNI yang solid.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, November 07, 1999

Intel Oh Intel 124


Megawati Naik Tahta

Seperti pernah saya tuliskan pada tahun 1999, sikap gegabah dan arogan

dari seorang Gus Dur pada dunia intelijen telah membuatnya terantuk

kasus demi kasus yang akan membuatnya jatuh tersungkur dari kursi

kekuasaan.

Lemahnya kemampuan administratif, kurangnya pengalaman dalam

mengorganisir dengan baik, serta banyaknya orang-orang yang

menyesatkan di sekeliling Gus Dur telah membuat Gus Dur membuta-tuli

atas suara intelijen.

Tak ada pilihan lain, selain membiarkan roda sejarah berputar sekali lagi

untuk mengganti pimpinan negara secara tidak hormat diturunkan dengan

mekanisme pertarungan kekuatan politik di level elit politik.

Ma'af beribu ma'af untuk Gus Dur yang harus menelan pil pahit

kenyataan politik.

Megawati dengan segudang pendukung yang ahli strategi dan intelijen

dengan mudah melenggang ke Istana. Salah seorang tokoh intel yang

kemudian menjadi kepala BIN adalah otak keberhasilan Megawati

menjadi presiden.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, December 22, 2001

Intel Oh Intel 125


Megawati Turun Tahta

Kekuatan dukungan intelijen formal sipil maupun TNI tak mampu

mengupayakan terpilihnya Megawati pada pemilu 2004 karena faktor-

faktor sbb:

1. Faktor suami presiden yang tidak terma'afkan oleh opini publik.

2. Kekeliruan strategi intelijen yang cenderung meniru cara Orde Baru

yang sudah usang

3. Perpecahan intelijen antara pro-presiden dan sikap netral profesional

(mayoritas).

4. Citra Megawati sebagai pemimpin (di tingkat partai sekarang semakin

buruk).

5. Munculnya calon pemimpin alternatif yang lebih populer di mata rakyat.

6. Demokrasi membuka peluang yang sama pada seluruh kandidat.

7. Minimalnya rekayasa politik seperti pada era Orde Baru.

8. Politik uang tidak lagi efektif untuk pemilihan langsung + potensi

terbongkar oleh pengawas.

9. Pendidikan politik langsung kepada rakyat tidak lagi bisa membodohi

rakyat.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, August 22, 2004

Intel Oh Intel 126


All the President's Men

Para pembaca tentunya pernah mendengar kisah All the President's Men

atau bahkan sudah menonton filmnya. Yup...benar itu cerita tentang

orang-orangnya presiden. Dalam film klasik yang dibintangi Hoffman dan

Redford tersebut kita bisa memperhatikan sebuah gambaran yang

lumayan realistis tentang bagaimana sebuah kebocoran terjadi dari

lingkaran presiden ke tangan wartawan detektif handal Bob Woodward

and Carl Bernstein yang akhirnya "memaksa" Nixon mengudurkan diri dari

Gedung Putih karena skandal yang kemudian terkenal dengan sebutan

Watergate karena kejadiannya di Hotel Watergate di Washington D.C.

Pembukaan tulisan kali ini dengan ilustrasi sebuah skandal di Amerika

hanyalah sebuah trik untuk menarik minat baca saudara-saudara.

Adalah perhatian saya terarah pada lingkaran presiden SBY yang lama-

kelamaan mulai memperlihatkan gelagat ketidakprofesionalan dan kembali

pada pola-pola pengabdian pada kekuasaan dan upaya-upaya mencari

"kekayaan".

Saya sangat paham bahwa SBY sebagai presiden sedang belajar sambil

melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan negara. Sementara orang-orang

disekelilingnya juga tahu betul bahwa SBY belum paham keseluruhan pola

kerja dalam lingkungan kerjanya. Sehingga tidaklah mengherankan bila

bermunculan kebijakan yang tidak jelas landasan strategisnya.

Intel Oh Intel 127


Beberapa catatan penting buat SBY:

1. Kebijakan impor beras yang meggunakan alasan untuk menjaga

stock tidak didukung oleh data statistik yang meyakinkan, eh

malahan dibalik menjadi data statistik dibuat untuk mendukung

kebijakan impor beras tersebut. Sayangnya DPR tidak

melanjutkan proses penyelidikan hingga tuntas.

2. Kebijakan untuk ikut menyelesaikan masalah Semenanjung Korea

Utara tidak memeiliki agenda yang jelas selain demi

memperpanjang masa tugas seorang diplomat senior NS agar

punya pekerjaan setelah pensiun dari jabatan terakhir sebagai

Dubes.

3. Penunjukkan Duta Keliling Timur Tengah kepada salah seorang

tokoh parpol sangatlah tidak efektif karena unsur politisnya

begitu kuat.

4. Kebijakan kenaikan harga minyak terlalu memperkuat konsep

kaum ekonom liberal Indonesia yang kurang memperhatikan

dampak panjang berupa akumulasi penurunan perekonomian

rakyat kecil. Ingat Indonesia tidak memiliki basis industri dasar

yang kuat yang khas dan mampu bersaing dalam pasar global,

salah-salah kita akan sudah dan akan dijajah terus melalui model

penguasaan sumber kekayaan alam, saham industri strategis,

serta sektor jasa.

5. Semua paham bila SBY dekat dengan Amerika Serikat, tapi saya

mohon agar SBY menjaga jarak dengan Amerika dalam rangka

Intel Oh Intel 128


independensi. Hal ini bisa dimulai dengan mengurangi mengambil

posisi berdekatan dengan presiden Bush dalam agenda acara

foto bersama pimpinan negara dalam acara apapun.

6. Kunjungan ke Myanmar guna membicarakan masalah demokrasi

tampak seperti suruhan Amerika dan Eropa barat untuk menekan

junta militer Myanmar, mudah-mudahan ini bukan saran dari

informan CIA di lingkungan istana. Atau juga bukan saran Menlu

yang sangat jelas binaan Amerika.

7. Masalah "melindungi" tersangka koruptor di KPU, juga

menunjukkan masih kuatnya aspek perkoncoan.

8. Dugaan suap di lingkaran Istana sebaiknya segera diselidiki.

9. Menjelang pemilu 2009 jangan buat center-center yang

memanfaatkan kekuasaan, apalagi ada sejumlah tokoh pendukung

anda (tim sukses) yang belum mendapat "jatah" dan sudah

dijanjikan untuk memimpin lembaga yang aneh-aneh tersebut.

Sekian sekilas dugaan yang belum tentu benar tentang orang-orang

disekeliling Presiden.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, February 28, 2006

Intel Oh Intel 129


Catatan Akhir Tahun Pemerintahan SBY-JK

Blog I-I hanya akan menyoroti hal-hal yang sangat penting yang terkait

dengan kinerja pemerintahan SBY-JK, sebagai berikut:

1. Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat

memperihatinkan karena tidak tampak strategi yang bisa membuat

perekonomian Indonesia kembali bergairah. Kesempatan

memperlihatkan kesungguhan kebijakan Indonesia yang pro

pembangunan ekonomi tidak terlihat dalam pertemuan APEC di

Vietnam. Bagaikan monyet ditulup, Indonesia terbengong-bengong

melihat kesuksesan kebijakan Vietnam yang sangat menarik

perhatian negara-negara seperti AS, Jepang, Korea Selatan,

Australia, dll. Pembangunan yang terlihat hanya pada sektor

perdagangan dan peningkatan konsumsi masyarakat semakin

memperjelas jurang ekonomi antara si kaya dan si miskin. Sementara

industri nasional Indonesia bagaikan sekaratul maut menuju jurang

kehancuran. Dengan mengandalkan ekspor energi ke negara yang haus

energi seperti China, Jepang dan AS tidak akan bertahan lama, lagi

pula nilai pertambahan ekonomisnya sangat terbatas. Sungguh

setelah bertahun-tahun merdeka, sangat memalukan hanya

mengandalkan pada eksploitasi kekayaan alam semata. Kebijakan gas

nasional yang lebih tunduk pada kesepakatan ekspor ke Jepang dan

China telah membuat industri dalam negeri yang membutuhkan

pasokan gas mengalami kesulitan yang luar biasa. Bila memang sangat

yakin pada prinsip ekonomi liberal, seharusnya telah diketahui resiko

hancurnya industri dalam negeri dan peningkatan jumlah

Intel Oh Intel 130


pengangguran sebagai dampak tidak ketidakmampuan bersaing. Jika

cepat sadar dan memang memikirkan nasib rakyat, seyogyanya

peranan pemerintah ditingkatkan dalam mendorong pembangunan

yang lebih terarah. Beberapa peraturan yang mendesak untuk segera

diselesaikan misalnya peraturan tentang investasi, ketenagakerjaan,

dan perpajakan. Meskipun indikator ekonomi makro Indonesia

menunjukkan perbaikan misalnya nilai rupiah dan angka inflasi, namun

apalah artinya jika sektor riil tetap terseok-seok dalam kelumpuhan.

Bahkan jumlah angka kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi

(persisnya tidak saya catat...tapi bisa dilihat dari angka-angka di

BPS). Sektor perbankan yang miskin kredit dengan posisi lending

yang sangat memprihatinkan, hebatnya perbankan nasional tidak mau

rugi dengan memanfaatkan jalur Sertifikat BI. Industri pertanian

dan manufaktur yang menyerap tenaga kerja bagaikan pesakitan

karena belum ada terobosan yang mampu merangsang perubahan.

2. Penanganan bencana alam yang datang bertubi-tubi berjalan lambat

dan sangat tidak profesional. Bisa dipahami bahwa bencana datang

tidak diundang dan terjadi begitu cepat sehingga korban kematian

dan materi tidak terhindarkan. Satu-satunya unit pemerintah yang

tampak efisien adalah Badan Sar Nasional yang saat inipun terlihat

kedodoran karena sumber daya yang terbatas. Sementara itu,

pembentukan komisi dll hanya menjadi pemborosan yang luar biasa.

Alangkah baiknya jika Badan Sar Nasional diperkuat dengan

kebijakan dan dukungan pemerintah dengan pembentukan unit-unit

reaksi untuk mengatasi bencana.

Intel Oh Intel 131


3. Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan.

SBY yang sok kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut

dan selalu cari aman, sedangkan JK yang sok profesional

dikhawatirkan penuh tipu muslihat dan agenda kepentingan kelompok.

Mudah-mudahan saya keliru, namun saya yakin 100% rakyat

Indonesia sudah melihat dan memahami maksud saya. Apabila pada

tahun 2007 tidak terjadi perubahan sikap yang lebih memihak pada

rakyat dan demi kepentingan bangsa, maka saya tidak bisa

menghindari ajakan gerakan anti pemerintah yang akan semakin

menguat seiring dengan sikap yang tidak pro-rakyat dari

pemerintahan SBY-JK. Sebagai tambahan, ketidakkompakan anggota

kabinet menjadi nilai negatif yang besar.

4. Masalah politik dan keamanan bisa jadi cukup stabil dan tampak

konsolidasi demokrasi dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi

catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum menghasilkan

sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa

Indonesia. Tetapi malahan menjadi dunia busuk politisi yang

mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk

kekuatan kelompok.

5. Masalah korupsi saat ini kembali seperti kucing-kucingan. Mulai dari

dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi perdebatan yang

semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari koruptor-

koruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia. Sekedar contoh kecil

misalnya pernyataan JK yang menganggap upaya pemberantasan

korupsi mulai terasa menghambat pembangunan.

Intel Oh Intel 132


6. Masalah Politik Luar Negeri, sungguh konyol dan sangat minus Politik

Luar Negeri Indonesia saat ini. Selain selalu mengikuti saran agen-

agen CIA seperti HW (ralat HW hanya diduga sebagai agent yang

ter- influence dan secara tidak sadar terpengaruh oleh AS) dan DPJ

(agent aktif yang sukarela dan telah memiliki pola pikir AS),

Indonesia juga terjebak dalam Politk Luar Negeri Pahlawan

Kesiangan. Dalam kasus Nuklir Korea Utara, jelas peranan NS bisa

dinilai nol besar apalagi. Dalam kasus-kasus di Timur Tengah, utusan

khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia juga sangat sulit

bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran. Selain itu,

gebrakan tolol ikut serta dalam masalah Irak jelas merupakan dikte

Amerika Serikat yang diamini oleh korps Deplu. Juga desakan

peranan Indonesia dalam urusan dalam negeri Myanmar akan semakin

menyulitkan Indonesia di masa mendatang, ah singkatnya Indonesia

bukan lagi negara yang bebas dan aktif. Lebih tepat bila dinilai

Indonesia sebagai cecunguk AS yang aktif menjilati pantat AS.

Mohon maaf atas kekasaran artikel saya kali ini, saya sangat sedih dan

kesal dengan ketiadaan pemimpin yang peduli terhadap tangisan rakyat

miskin Indonesia. Mohon koreksinya atas kekeliruan yang mungkin ada

dalam tulisan saya ini.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 24, 2006

Intel Oh Intel 133


Pilkada Aceh

Selamat kepada siapapun yang akan menjadi pimpinan Aceh pasca Pemilu

11 Desember 2006. Hasil perhitungan sementara menunjukkan keunggulan

pasangan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar kandidat independen yang

sangat dihargai oleh masyarakat Aceh berkat peranannya dalam proses

damai. Kemudian suasana pilkada menjadi sangat sejuk karena hal itu

direspon dengan sebuah sikap politik yang elegan dan tepat oleh

Pemerintahan SBY.

Indonesia yang demokratis telah menghasilkan pimpinan yang berwatak

demokratis pula. Dengan asumsi yang sama, pimpinan Aceh yang terpilih

nantinya juga diharapkan memiliki watak demokratis dan bisa

membuktikan kepercayaan publik Aceh dengan kebijakan dan

implementasi yang tepat dalam pembangunan Aceh.

Sekali lagi terbukti bahwa dalam soal pemilihan pimpinan eksekutif,

popularitas seorang calon lebih dominan ketimbang mesin partai politik.

Ah...lagi-lagi saya menulis hal-hal yang klise. Baiklah untuk sisi kritisnya

saya akan menyampaikan beberapa potensi konflik yang disebabkan oleh

belum mantapnya watak demokratis dari sejumlah unsur di Indonesia.

Pertama, ada sebagian kalangan TNI yang masih ragu dengan

kesungguhan GAM dalam mengintegrasikan diri ke dalam pangkuan NKRI.

Apabila kelompok ini terus memprovokasi dalam tubuh pemerintahan

Intel Oh Intel 134


SBY, tidak tertutup kemungkinan kecurigaan terhadap GAM tetap

terpelihara. Saya sangat berharap kelompok ini keliru, dan hanya GAM

yang rela berkorban dalam membangun Aceh demi rakyat Aceh saja yang

bisa membuktikan kekeliruan kelompok ini.

Kedua, ada kelompok reformis TNI dan sipil yang meyakini itikad baik

GAM dan berhasil meyakinkan pimpinan negara Indonesia untuk melihat

Pilkada Aceh secara obyektif dengan menerima fakta di lapangan.

Ketiga, ada kelompok GAM yang meragukan dedikasi kandidat dari GAM

terkait dengan platform perjuangan dalam rangka membangun Aceh yang

maju, dan hal ini bisa menjadi persoalan internal GAM.

Keempat, ada kelompok GAM yang telah bersinergi dengan rakyat Aceh

yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat Aceh secara sungguh-

sungguh dan secara serius lebih memperhatikan kepentingan rakyat Aceh

dari pada kepentingan kelompok.

Kelima, rakyat Aceh telah memperlihatkan sebuah pilihan yang sangat

penting bagi masa depan Aceh dan kredibilitas pemimpin yang nanti

terpilih merupakan sebuah titik kritis masa depan Aceh. Artinya,

siapapun yang resmi menjadi pemimpin Aceh akan memikul harapan rakyat

Aceh tentang sebuah pembangunan ekonomi dan sosial. Sehingga

persoalan-persoalan yang bersifat politis tidak lagi penting, apalagi yang

bisa memicu konflik. Dengan demikian, unsur pimpinan eksekutif Aceh

bersama kalangan legislatif dengan dukungan dari pemerintah pusat

Intel Oh Intel 135


Jakarta akan lebih berkonsentrasi untuk membangun Aceh yang damai

dan sejahtera.

Salah satu kunci masa depan Aceh yang cerah adalah pemerintah pusat

Jakarta harus tegas menolak provokasi dari sekelompok kalangan

strategis yang masih menganggap GAM sebagai ancaman. Sementara dari

pihak GAM, dengan pembubaran GAM dan pembentukan partai lokal harus

membawa misi untuk kesejahteraan rakyat Aceh dan bukan membawa

misi yang bisa mengundang konflik melalui ide-ide kemerdekaan.

Munculnya kembali ide kemerdekaan di bumi Aceh hanya akan

memberikan amunisi kepada kelompok strategis yang saya sebutkan di

atas. Semoga pimpinan Aceh benar-benar bijak dan memahami jeritan

rakyat Aceh yang sudah lelah dengan konflik.

Indonesia Raya.....Aceh Sejahtera

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 14, 2006

Intel Oh Intel 136


Klarifikasi Soal HW dan DPJ

Saya sangat berterima kasih atas respon rekan-rekan Blog I-I mengenai

kontroversi 2 figur nasional berinisial HW dan DPJ yang sangat

berpengaruh dalam politik luar negeri Indonesia (lihat catatan-akhir-

tahun-pemerintahan-sby). Sayangnya sebagian besar respon tersebut

disampaikan dalam bentuk e-mail yang secara khusus diminta untuk tidak

dipublish.

Sayapun sadar akan potensi terpelesetnya sebuah tulisan menjadi fitnah

atau pencemaran nama baik seseorang. Oleh karena itu, saya akan

memberikan klarifikasi sebagai berikut:

1. Menjadi agen asing, apakah itu CIA atau lembaga intelijen asing lainnya

tidak berarti secara aktif menjadi agen operasional. Dalam kaitan ini,

saya mengkritik keras sikap dan pandangan HW yang cenderung pro AS.

Disadari ataupun tidak, potensi untuk menggiring kebijakan luar negeri

Indonesia yang pro AS tersebut bisa menjerumuskan Indonesia ke dalam

situasi yang sulit. Perlu saya ralat secara sadar bahwa HW hanya

terpengaruh secara halus untuk mengarahkan kebijakan LN Indonesia

menjadi pro AS, dengan demikian tidak secara aktif menjadi antek CIA.

Saya mohon maaf atas kekeliruan saya sebelumnya yang terlalu

menyederhanakan. Semoga bila saudara HW mengetahui tulisan ini bisa

memaafkan saya dan juga sebagai masukkan untuk introspeksi.

2. Berbeda dengan saudara HW, maka pada kasus DPJ saya justru

menerima banyak informasi yang semakin memperkuat dugaan bahwa

Intel Oh Intel 137


saudara DPJ memang antek AS. Bahkan pertikaian antara saudara DPJ

dengan sejumlah pimpinan intelijen dan Deplu (termasuk HW) sudah

sedemikian parahnya. Khusus terhadap intelijen negara sampai-sampai

DPJ berani melecehkan dengan usulan merombak lembaga intelijen

termasuk unsur pimpinannya, alasannya adalah karena diperlukan lembaga

intelijen baru yang profesional. Hal ini tidak berarti saya membela

lembaga intelijen, melainkan hanya menyoroti sisi kepantasan saja. Salah

satu indikasi kuat yang saya terima dari unsur pimpinan Deplu adalah

bahwa AS beserta misi diplomasi dan agenda tersembunyinya

"melangkahi" Deplu dan langsung meluncur ke Istana dengan membawa

sejumlah kesepakatan yang sangat penting.

Mengenai mengapa tidak ada atau belum ada tindakan aparat keamanan,

hal ini memerlukan pengumpulan hard fact yang bisa dipertanggung

jawabkan karena berhadapan dengan figur yang penting dan memiliki

power yang lumayan kuat. Saya kira sejumlah bahan yang sudah

terkumpul sudah bisa digunakan untuk memberikan peringatan. Karena

apabila pihak-pihak yang saya sebutkan tersebut segera sadar, maka bisa

jadi akan tetap diperkenankan untuk mengabdikan keahliannya di negara

ini, tentu saja semua itu dalam pengawasan yang seksama. Sekali lagi

bukan maksud saya untuk menyebarkan fitnah belaka, saya hanya

menginformasikan dan mohon maaf bila ada kekeliruan, mohon koreksi

rekan-rekan Blog I-I.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 02, 2007

Intel Oh Intel 138


Demokrasi dan Ekonomi

Hari ini 26 Februari 2007, saya tergoda untuk memberikan pujian atas

editorial Media Indonesia yang secara cerdas mengangkat tema ekonomi

vs demokrasi yang dikemas dalam judul Kemakmuran Ekonomi Mengawal

Demokrasi. Ada baiknya rekan-rekan Blog I-I mencermati editorial

singkat tersebut secara bijaksana dan ikut serta memikirkan solusi yang

baik dalam menyikapi derap langkah pembangunan Indonesia yang rawan

ATHG khususnya yang dipicu oleh persoalan ekonomi.

Berikut ini catatan penting yang saya sarikan dan saya tambah dengan

intelijen sbb:

Pertama Adalah benar bahwa DEMOKRASI Indonesia masih belum

berada pada zona aman. Bahkan, demokrasi yang tergolong terbesar di

dunia itu masih berada pada zona risiko tinggi. Salah satunya dilihat dari

sudut pandang ekonomi seperti diungkapkan dalam ilustrasi pemikiran

ilmiah yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Boediono dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas

Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sabtu (24/2).

Kedua Perhitungan Boediono bahwa dengan pertumbuhan ekonomi 7%

setahun, dan laju pertumbuhan penduduk 1,2% setahun, sehingga

penghasilan per kapita tumbuh sekitar 5,8% setahun, diperlukan sembilan

tahun lagi bagi Indonesia untuk bisa mencapai zona aman demokrasi

adalah sah-sah saja. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2006

masih sekitar 5,5%. Adapun target pertumbuhan ekonomi tahun ini

antara 5,7%-6,3%. Jadi, pertumbuhan ekonomi 7% setahun cukup tinggi

sekalipun bukan mimpi. Catatan Blog I-I, asumsi ekonomi tersebut

Intel Oh Intel 139


cenderung mengabaikan fakta psiko-sosiologis masyarakat, dimana pada

satu sisi ada semacam kelembaman karakter orang Indonesia yang suka

mengulangi kesalahan di masa lalu dan "nrimo". Kemudian di sisi lain ada

watak kemarahan tiba-tiba (amook massa) yang disebabkan oleh

meledaknya ketidakberdayaan menjadi kebencian pada "apapun" yang

mapan. Artinya kerawanan bisa meledak sewaktu-waktu, pasca bencana

tsunami di Aceh, gempa di Yogya, lapindo di Sidoarjo, banjir di Jakarta,

bencana kecelakaan transportasi di darat, laut dan udara, Blog I-I

melakukan observasi langsung dimana sumpah tangisan keluarga korban

dalam nuansa kebencian yang mendalam atas ketidakadilan pemilik modal

dan pemerintah sangat kuat. Hal itu bukan saja disebabkan oleh fakta

kurangnya perhatian, tetapi juga soal tanggung jawab yang tidak jelas di

pundak siapa.

Ketiga, jalan panjang yang harus ditempuh bangsa ini untuk mengamankan

demokrasi dari sudut pertumbuhan ekonomi jelas sangat mendewakan

kemakmuran ala ekonomi liberal, dimana asumsi bahwa perut kenyang dan

kemapanan akan mendorong peningkatan pendidikan serta kedewasaan

demokrasi yang pada akhirnya membawa pada kehidupan berbangsa dan

bernegara yang damai (baca: acuh tak acuh pada masalah politik). Padahal

masalah kultur/budaya politik juga tidak kalah pentingnya dalam merusak

tatanan demokrasi. Apabila dalam 9 tahun dengan pertumbuhan ekonomi

7%, Indonesia bisa masuk zona aman, maka apa jaminannya pertumbuhan

tersebut bisa berkeadilan sosial, karena semua tahu pertumbuhan tahun

2006 yang 5,5% tidak mencerminkan pemulihan ekonomi Indonesia

secara global. Ada elemen konsumsi (orang berduit) yang besar di sana,

serta belum ada tanda-tanda kebangkitan industri nasional, bahkan

Intel Oh Intel 140


investasi infrastruktur-pun kurang laku. Artinya belum ada pondasi

ekonomi yang meyakinkan bagi terjaminya pertumbuhan 7% secara

berkelanjutan.

Keempat Sangat membanggakan??? hanya karena dalam tempo cepat,

sangat cepat, negara yang puluhan tahun dipimpin dengan otoriter ini

berubah menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia

bersama India dan Amerika Serikat. Bahkan, Indonesia merupakan

negara demokratis terbesar di dunia dengan penduduk mayoritas muslim

yang juga terbanyak di jagat. Catatan: Janganlah terlalu besar kepala

kita ketika dipandang sebagai negara demokratis karena potensi konflik

dari pembukaan hampir seluruh keran kebebasan (liberalisme) telah

melahirkan monster baru. Monster baru yang bernama kekuatan

kelompok berduit yang mampu mengarahkan kemana demokrasi akan

bergulir.

Kelima Andaikata variabel kemakmuran ekonomi secara linear langsung

mempengaruhi demokrasi, maka bagaimana Boediono akan menjawab

demokrasi di Iran dengan kemandirian ekonominya. Bagaimana pula

Boediono bisa menjawab fenomena demokrasi di beberapa negara

Amerika Latin yang memberikan jawaban untuk kembali pada sosialisme

yang tidak serta merta memuja kemakmuran ekonomi. Adapun mengenai

kebenaran dalil bahwa krisis ekonomi yang berat hampir pasti akan

menjatuhkan rezim politik yang ada merupakan dalil yang terlalu umum.

Mengapa tidak diperjelas apakah krisis tersebut memang bagian dari

krisis dunia, disengaja oleh pihak asing, ataukah akibat kesalahan

manajemen ekonomi nasional (kebijakan), atau karena kebusukan

penguasa dan pemilik modal yang serakah.

Intel Oh Intel 141


Keenam Agak aneh bila tiba-tiba kita berpikir Demokrasi Indonesia yang

sedang mekar itu dapat punah karena krisis ekonomi kembali datang

menghajar bangsa ini (cenderung provokatif menakut-nakuti). Agak aneh

juga bila kemudian kita mengambil kesimpulan euforia demokrasi dengan

seluruh eksesnya yang menghambat pertumbuhan ekonomi harus segera

diakhiri (istilah euforia demokrasi merupakan serangan langsung ke

jantung demokrasi). Demokrasi bukan soal hambat-menghambat, tetapi

soal sikap mental dan sistem yang disepakati bersama oleh seluruh

elemen bangsa. Demokrasi juga soal kesepakatan aturan main yang

transparan. Apabila kemudian secara eksplisit Boediono menekankan

pentingnya bangsa ini mengambil posisi strategis mengenai imbangan

antara teknokrasi dan demokrasi saya setuju. Tetapi kalo hal itu

dimaksudkan untuk melemahkan posisi kritis anti liberalisme ekonomi

Indonesia saya sangat tidak setuju.

Ketujuh Lukisan pemikiran Boediono jelas tendensius, apalagi pemikiran

tersebut merupakan pidato ilmiah Boediono sebagai guru besar UGM.

Saya jadi terkenang Prof. Mubyarto dengan ekonomi kerakyatannya yang

banyak dicemooh oleh kaum liberal Indonesia (karena dianggap tidak

rasional secara ekonomi). Tentu saja pemikrian-pemikiran kritis harus

diarahkan kepada pemikiran yang membenturkan kemakmuran ekonomi

dengan demokrasi. Dalam mencari imbangan antara teknokrasi dan

demokrasi memang tidak mudah bukan karena masalah demokrasinya,

tetapi karena kepentingan politik "kelompok" yang mengganggu kebijakan

ekonomi nasional yang terpadu dan berkelanjutan. Kemudian hal itulah

yang menyebabkan distorsi terhadap kebijakan ekonomi nasional.

Mengenai rasionalitas kebijakan ekonomi, Boediono seharusnya paham

Intel Oh Intel 142


bahwa rasionalitas perhitungan ekonomi pembangunan hanya dipahami

oleh para ekonom, sedangkan rakyat hanya paham masalah-masalah

praktis yang langsung terkait dengan kehidupan sehari-hari. Ketika

terjadi kenaikan harga beras misalnya, apakah Boediono bisa menjelaskan

kepada rakyat yang berpenghasilan dibawah 1$US bahwa hal tersebut

sebagai akibat dari kebijakan ekonomi yang tidak rasional atau yang

rasional. Kemudian masalah privatisasi berbagai sektor yang menguasai

hajat hidup orang banyak apakah ketika kemahalan yang harus dibayar

juga merupakan hal yang rasional. Apakah mekanisme subsidi dan proteksi

sudah sedemikian haramnya sehingga menjadi kebijakan gila dalam

ekonomi pembangunan.

Kedelapan Himbauan Harian Media Indonesia yang menggarisbawahi dua

hal besar yaitu, di satu pihak presiden sebagai kepala eksekutif berani

mengambil langkah-langkah teknokrasi di bidang ekonomi, dan di lain

pihak, DPR lebih rendah hati untuk menghormati kebijakan teknokratis

yang diambil kabinet harus digarisbawahi lagi. Bagi Blog I-I, faktor

terpenting dari persoalan ini adalah pada wujud nyata kebijakan

teknokratis yang dimaksud. Keberanian mengambil kebijakan teknokratis

bukan berarti kebal kritik pedas, dan sebaliknya kerendah-hatian DPR

untuk menghormati kebijakan teknokratis harus dilandasi oleh keyakinan

dan kecerdasan ekonomi (Intelijen Ekonomi) bagi kemakmuran bangsa

Indonesia.

Kesembilan Blog I-I telah merenungkan ajakan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian Boediono bahwa kebijakan ekonomi, sampai batas

tertentu, perlu diinsulasikan dari hiruk-pikuk politik sehari-hari. Tanpa

mengesampingkan fakta besarnya kepentingan sempit dan jangka pendek

Intel Oh Intel 143


yang membonceng kebijakan ekonomi, Blog I-I hanya memberi catatan

bahwa insulasi kebijakan ekonomi tidak berarti kebal kritik dan secara

semena-mena diterapkan. Perlu dipahami bahwa stakeholder

pembangunan ekonomi bukan hanya eksekutif dan legislatif, tetapi ada

unsur gerakan masyarakat seperti pelaku bisnis, lsm, buruh, tani, dan

seluruh komponen yang menggerakan perekonomian nasional. Tentu saja

hal itu tidak berarti seluruh komponen terlibat dalam kebijakan ekonomi.

Mekanisme keseimbangan, transparansi, serta tujuan kebijakan ekonomi

yang jelas harus mendahului proses insulasi, selain itu perlu juga dilihat

bagaimana dampaknya bagi bagi para stakeholder.

Kesepuluh atau yang terakhir adalah kita patut berterima kasih kepada

Boediono yang telah mengingatkan anak bangsa ini bahwa demokrasi

memerlukan tingkat kemakmuran ekonomi sebagai syarat wajib yang bila

tidak dipenuhi akan memukul mundur demokrasi. Namun ada yang aneh

pada bagian akhir editorial yakni ilustrasi bahwa seorang seperti Hitler

bisa lahir, yaitu ia dipilih secara demokratis, tetapi dari sana kemudian

membunuh demokrasi. Apa hubungannya ajakan Boediono dengan lahirnya

seorang Hitler ?

Sekian

-------------------------
Catatan: Saya hampir kirimkan artikel di atas kepada Redaksi Media Indonesia,
namun saya urungkan karena saya masih menunggu dokumen paparan Boediono dari
rekan di UGM. Apabila ada rekan yang merasa hal ini perlu diketahui Redaksi
Media Indonesia, silahkan saja dikonfrontasikan

Posted by Senopati Wirang /Monday, February 26, 2007

Intel Oh Intel 144


GSM oh GSM Masih Berbendera Merah Putih kah?

Setelah sedikit saya edit beberapa bagian yang rawan bisa membongkar
identitas Cah Bodho sebagai penulis artikel ini, saya yakin betul bahwa
catatan Cah Bodho cukup penting untuk diketahui rekan-rekan Blog I-I.

Silahkan membaca.....

---------------------------------------------------------------------------------

GSM… OH GSM… MASIH BERBENDERA MERAH PUTIH KAH ?

Perkembangan dunia telekomunikasi di Rekiblik Ndonez ini sudah

mencapai tahap yang mengagumkan. Pada September 2006 data

menunjukan bahwa pengguna Ponsel di Rekiblik Ndonez ini sudah

mencapai angka yang cukup fantastis. Pengguna Ponsel di Ndonez untuk

sekarang ini mencapai lebih dari 38 juta pelanggan atau sekitar 17,28 %

dari keseluruhan jumlah penduduk Ndonez. Jumlah ini adalah jumlah

mereka yang hanya menggunakan operator yang menyediakan layanan

berbasis teknologi GSM (Global Satellite Mobile) belum ditambah lagi

mereka yang menggunakan operator yang menyediakan layanan berbasis

teknologi CDMA (Code Digital Multiple Access).

Tanpa ampun trend menggunakan Ponsel ini sudah merambah ke semua

lapisan masyarakat dari semua golongan baik itu di daerah pedesaan

maupun di kota-kota besar. Ponsel sudah menjadi semacam instrumen

untuk menaikan status sosial dari seorang individu, bahkan banyak yang

Intel Oh Intel 145


menjadikannya sebagai life style dengan alasan kebutuhan akan

komunikasi dan informasi yang cepat. Tentunya hal ini adalah sesuatu

yang positif dan bisa dipahami di satu sisi, tetapi apabila tidak diawasi

dengan semestinya oleh pemerintah sebagai regulator sistem

telekomunikasi di Rekiblik Ndonez ini, maka perkembangan dunia

telekomunikasi ini akan menjadi boomerang yang memungkinkan

terbukanya celah dalam sistem pertahanan dan keamanan negara. Karena

itu ijinkan saya berbagi pengalaman dengan Bung Seno.

Beberapa waktu yang lalu Densus 88 Antiteror Polri melakukan

penggerebekan di daerah Wonosobo, Jawa Tengah yang menewaskan

Jabir yang konon adalah murid terakhir Sang Empu perakitan bom yaitu

Alm. Dr. Azahari. Seorang informan yang berdinas di Densus 88

bercerita tentang kronologi terjadinya penggerebekan di Wonosobo.

Densus 88 berhasil melacak Jabir dari nomor Ponselnya dengan

menggunakan GSM Interceptor buatan Israel yang berharga 4 milyar

rupiah tiap unitnya. Alat tersebut adalah sebuah kotak kecil yang bisa

dibuka mirip Laptop. Ukurannya sedikit lebih besar dari Laptop standar,

warnanya abu-abu kehitaman. Melihat alat itu, otak saya mencoba

mengingat-ingat karena saya pernah melihat alat ini sebelumnya.

Saya ingat peralatan milik Hulubalang Mossad yang sudah dimodifikasi.

Ada semacam antena yang menyembul dan bisa ditarik dari dalamnya.

Untuk hal ini saya tidak begitu kaget karena pada beberapa jenis Laptop

juga terpasang CDMA Modem yang antenanya bisa ditarik cuma tidak

sebesar itu. Perbedaan yang mencolok adalah adanya dua kotak lain

berwarna hitam dengan instrumentasi yang tidak begitu jelas yang

Intel Oh Intel 146


terhubung dengan alat itu. Instrumen ini juga memiliki layar tersendiri

tapi saya tidak bisa membaca apa itu karena ketika saya melihatnya alat

tersebut dalam kondisi mati.

Ternyata alat mirip laptop itu bukan sembarang Laptop, Mossad

menyebutnya the smart eagle yang mana “Berita berbasis GSM milik

Mossad”. “Pencerahan” dari kalangan Densus 88 tentang fungsi

sesungguhnya alat itu membuka korelasi keyakinan Mossad menguasai

komunikasi GSM di Indonesia.

Saya terngiang dengan kalimat “Asal masih GSM !” Hal inilah yang

kemudian mendorong saya mengambil inisiatif lebih lanjut untuk

menganalisis menggunakan pendekatan Potential Risk Assessment (PRA)

dalam perspektif pertahanan. Bagaimana mungkin mereka mampu

mengakses semua teknologi komunikasi yang berbasis GSM di Rekiblik

Ndonez ? Kalaupun mereka memiliki peralatan yang canggih tetap saja

tidak semudah itu mengakses ke perusahaan-perusahaan yang memiliki

portofolio internasional.

Dalam teknologi telekomunikasi nirkabel, setiap modulasi yang terkirim

dalam pelayanan kepada para pelanggannya pasti dalam keadaan

encrypted dengan kode binary yang memang diciptakan khas, tidak

mengikuti aturan umum sehingga tidak mudah dipecahkan. Kebetulan saya

sedikit banyak belajar tentang ini, jadi saya tahu teknik enskripsi.

Jangankan untuk intercepting apalagi penyadapan, untuk mengakses

server induknya saja pasti sudah sangat kesulitan. Kecuali ada yang

“bermain” di balik itu semua, dengan memberikan key code binary untuk

Intel Oh Intel 147


decryption sehingga memudahkan langkah decoding setiap modulasi. Saya

mencoba melakukan deep study tentang dunia telekomunikasi di Rekiblik

Ndonez ini khususnya operator seluler yang menggunakan teknologi

berbasis GSM. Hasilnya cukup memuaskan saya, hipotesa saya terbukti.

Di Rekiblik Ndonez ini ada 3 operator seluler besar yang menggunakan

teknologi berbasis GSM yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Seluler Tbk.

(Telkomsel), PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat), dan PT.

Excelcomindo Pratama Tbk. (Pro XL). Kalau dilihat sekilas memang tidak

ada yang salah dengan ketiga perusahaan itu. Tetapi ketika diselidiki

lebih jauh Corporate Insight nya, maka akan ditemukan potensi

terbukanya masalah national security ini. Berikut ini adalah data Biro

Transaksi dan Lembaga Efek dari Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan (BAPEPAM) per Oktober 2006 tentang komposisi

pemegang saham dari 3 perusahaan telekomunikasi ini :

1. PT. Telekomunikasi Indonesia Seluler Tbk. (Telkomsel)

Singapore Telecom + publik asing : 37,86 %

Pemerintah Ndonez + publik Ndonez : 62,14 %

2. PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat)

Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. + publik asing : 86,62 %

Pemerintah Ndonez + publik Ndonez : 13, 38 %

Intel Oh Intel 148


3. PT. Excelcomindo Pratama Tbk. (Pro XL)

Telekom Malaysia Berhad + publik asing : 85,07 %

Telekomindo Primabhakti + publik Ndonez : 14,93 %

Lihat saja angka-angka tersebut. Wajar logikanya kalau saya

mengatakan bahwa telekomunikasi di Rekiblik Ndonez sudah tidak

“berbendera Merah Putih” lagi. Kalau boleh diambil rata-ratanya,

maka kepemilikan asing akan saham perusahaan-perusahaan

telekomunikasi di Ndonez mencapai angka 69,85 %. Kepemilikan

saham yang hampir mencapai 70 % inilah celah keamanan yang tidak

diperhatikan oleh aparat-aparat yang berkepentingan dalam hal ini,

termasuk Seno Raya di dalamnya.

Saya mencoba menyelidiki tentang perusahaan-perusahaan asing ini.

Tentunya dimulai dari kepemilikan atas saham perusahaan-

perusahaan tersebut. Saya meminta bantuan seorang teman di

Singapore untuk melacak kepemilikan saham dari Singapore Telecom

Inc. dan Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. Hasilnya cukup

lumayan untuk membuat saya curiga. Setengah dari saham

perusahaan-perusahaan tersebut memang dimiliki oleh pemerintah

Singapore, tetapi sebagian kecil yaitu sekitar 20 % lebih dimiliki

oleh seorang Spekulan Valas Yahudi yang pernah mengacak-acak

konstelasi perekonomian Asia Tenggara pada dekade 90-an. Dia

adalah George Soros. Sekalipun tidak secara langsung, tetapi salah

satu anak perusahaan dari Soros Corporation Holding Co. memiliki

Intel Oh Intel 149


saham kedua perusahaan ini. Meskipun kepemilikan saham atas kedua

perusahaan ini cukup kecil dibanding pemerintah Singapore, tetapi

munculnya nama ini dalam deretan para pemegang saham Singapore

Telekom Inc. dan Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. cukup

menimbulkan kecurigaan dalam benak saya terhadap setiap policy

kedua perusahaan ini di Rekiblik Ndonez.

Kalau diselidiki lebih dalam lagi, maka komposisi saham yang

sedemikian besar dari kedua perusahaan Singapore ini atas

perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Rekiblik Ndonez akan

memberikan berbagai macam konsekuensi tersendiri di dalam

manajemen perusahaan tersebut. Pihak pemilik saham yang lebih

banyak akan menaruh orang-orangnya di dalam manajemen inti

dengan porsi yang lebih banyak pula dalam perusahaan tersebut.

Analoginya mirip partai politik yang memenangkan suara terbanyak

sehingga memiliki banyak wakil di parlemen, demikian pula pemegang

saham dan Dewan Komisaris di dalam sebuah perusahaan.

Orang-orang yang ditaruh di dalam manajemen inti sebuah

perusahaan ini tentunya memiliki pengaruh besar dalam setiap policy

dan keputusan-keputusan yang diambil perusahaan. Ekses negatif

lainnya adalah, orang-orang yang duduk di manajemen inti inilah yang

memegang banyak rahasia perusahaan termasuk sistem keamanannya.

Saya memiliki segepok arsip-arsip tentang orang-orang di manajemen

inti ketiga perusahaan ini. Data saya lumayan lengkap tentang

“Biography of the Board of Commissioners”, “Biography of the Audit

Intel Oh Intel 150


Committee” dan “Biography of the Board of Directors” jangan tanya

dari mana saya mendapatkannya, karena setidaknya saya

menghabiskan waktu 5 bulan untuk mengumpulkannya.

Terlalu panjang kalau saya ceritakan di sini tentang latar belakang

mereka satu persatu. Setidaknya ada beberapa orang dari mereka

yang berasal dari Singapore yang bisa saya sebut di sini seperti

Peter Seah Lim Huat, Lee Theng Kiat, Sio Tat Hiang, Sum Soon

Lim, Lim Ah Doo, Ng Eng Ho, Joseph Chan Lam Seng, Raymond

Tan Kim Meng, dan Wong Heang Tuck. Setelah saya selidiki latar

belakangnya dengan seksama, pada intinya adalah, ada beberapa dari

mereka di masa lalu yang memang pernah memiliki hubungan dengan

beberapa Non Government Organization (NGO) yang berasal dari

Israel yang bermarkas di Singapore seperti Shimon Perez

Foundation, Shekel Ha-Nissi Foundation, dll.

Salah satunya bahkan mengambil Master of Technology dari

University of Tel Aviv dan menuliskan “Be shema Elah ha rahman

rahamin melek Yom Habbin, be shema Elah mubarekha ha shamayin

mim alama we ad alama hasyim be orach misor !” dalam pembukaan

Tesisnya (saya punya salinan Tesisnya). Kalimat ini merupakan

kalimat salam pembukaan dari agama Yahudi (Judaism). Dari closed

source yang saya dapatkan, mengkonfirmasikan kebenaran hal

tersebut. Ada kemungkinan mereka bukan hanya seorang

businessman saja, bisa jadi Mossad Agent atau sekurang-kurangnya

orang-orang binaan yang dimanfaatkan, karena harus diingat bahwa

Singapore adalah sahabat karib Israel di Asia Tenggara. Tidak salah

Intel Oh Intel 151


rasanya kalau saya menilai dari sinilah sumber kebocoran
enskripsi telekomunikasi Rekiblik Ndonez.

Saya mencoba menarik benang merah yang merangkum semuanya.

“Asal masih GSM, berita itu milik kami !” Saat ini saya tidak lagi

terheran-heran kalau para Hulubalang Mossad mampu dengan mudah

menyadap banyak informasi, ataupun pembicaraan-pembicaraan

penting yang dilakukan melalui Ponsel berbasis teknologi GSM (saya

tidak tahu bagaimana dengan nasib CDMA). Tapi saya ingin

menekankan bahwa, bahkan orang paling bodoh di negeri ini pun akan

tahu masa depan negeri ini kalau 17,28 % warga negaranya dimata-

matai secara sistematis dan terorganisir oleh negara lain yang

memang menghendaki kehancurannya. Anda tahu yang saya maksud.

Saya menghimbau pada pemerintah dan semua komunitas intelijen


yang ada, seriuslah dalam mengemban tugas negara. Kalau orang
segoblok saya dengan ketrampilan, tenaga, dana, fasilitas, dan waktu

yang terbatas saja masih bisa mendeteksi sampai sejauh ini meskipun

tidak detail, apalagi kalian yang dibekali dengan pendidikan,

pelatihan, dana, dan fasilitas yang memadai, harusnya bisa jauh lebih

dalam dari ini semua. Kami sebagai warga negara ingin melihat

hasilnya.

“Asal masih GSM, berita itu milik kami !” saya berharap


statement mereka akan berubah menjadi “Kalau sudah GSM,
berita itu bukan milik kami !”

Intel Oh Intel 152


Saya tunggu ulasannya Bung Seno. Sekali lagi, saya cuma Cah Bodho

yang nekad nulis dan nekad “nginteli” intel-intel.

----------------------------------------------------------------------------

Catatan Senopati

Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Cah Bodho yang saya

kagumi, begitu lama saya harus melakukan sejumlah crosscheck atas

artikel anda yang sangat berharga ini. Dengan sangat terpaksa, saya

"buang" bagian yang bisa digunakan untuk melacak anda. Penilaian

saya, Cah Bodho telah mengakses sekitar 20% informasi tertutup,

yang merupakan prestasi yang saya kira sulit untuk dicapai oleh Intel

Polisi, Intel TNI, bahkan Intel BIN sekalipun.

Saya juga termasuk yang pesimis karena saya hanya pensiunan yang

sama nekadnya dengan Cah Bodho. Andaikata kita bersama Blog I-I

mampu membangun pesimisitas mimpi menjadi gelora semangat

Republik Indonesia Raya, mungkin kenekadan ini akan menghasilkan

gelombang perubahan mental dan cara berpikir aparatur negara,

khususnya intelijen untuk menepati janji lahir bathin menjaga NKRI.

Pertanyaan saya berikutnya adalah, apakah Indonesian Intelligence

Communities mengetahui berbagai ancaman sejauh penyelidikan Cah

Bodho ataupun Blog I-I. Kemudian yang lebih terpenting lagi adalah

sekuat apa integritas Intelijen Indonesia dalam menyikapi berbagai

ancaman, jangan-jangan Intelijen Indonesia tidak mengerti metode

Intel Oh Intel 153


Potential Risk Assessment (PRA) ataupun metode Threat

Assessment (TA).

Setidaknya Cah Bodho telah berbuat sesuatu bagi NKRI, yaitu berupa

peringatan nyata tentang potensi resiko bagi NKRI yang harus ditebus
dari kebodohan kebijakan negara yang carut marut dan tidak

terkoordinasi antar bidang-bidang pembangunan.

Blog I-I sudah putus asa dengan jalur-jalur resmi organisasi intelijen

Indonesia yang telah menjadi lucu karena banyaknya kelompok-kelompok

circus cambridge yang akan Blog I-I soroti pada tulisan berikutnya.

Blog I-I menantikan partisipasi aktif dari rekan-rekan Blog I-I seperti

Cah Bodho.

Pesan Senopati untuk Cah Bodho, tetaplah waspada dan berlaku wajar

dalam setiap proses penyelidikan.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, February 27, 2007

Intel Oh Intel 154


Mimpi Buruk Indonesia Raya
Artikel ini sangat serius dan mohon untuk diresapi baik-baik oleh seluruh

Senopati-Senopati muda rekan Blog I-I dan siapapun yang masih punya

nurani untuk rakyat Indonesia . Sebenarnya agak ngeri untuk

mengungkapkan sepak terjang pihak-pihak yang ingin menghancurkan

Indonesia Raya. Hal ini bukan disebabkan oleh resiko yang akan

ditanggung Blog I-I, tetapi lebih pada resiko pecahnya peristiwa goro-

goro yang sesungguhnya. Hal itu bisa terjadi sebagai akibat tidak

langsung dari upaya Blog I-I didukung oleh sejumlah Senopati muda

membeberkan proses kehancuran Indonesia Raya yang disebabkan

lemahnya dukungan pemerintah kepada kegiatan Intelijen. Kemandulan

unit Kontra Intelijen, minimnya alokasi dana yang tepat serta semakin

buruknya kapabilitas analis intelijen telah menyebabkan pihak-pihak yang

ingin memberi "kerusakan serius" pada Indonesia Raya bisa leluasa

bergerak.

Satu tim bayonet sudah datang di bumi pertiwi beberapa waktu silam,

tepatnya tanggal 3 Maret 2007 dari Singapura. Tahukah anda apa

bayonet itu? dalam bahasa Ibrani bayonet adalah Kidon. Tim ini jauh

lebih saya takuti daripada tim apapun di Indonesia. Bila Senopati Wirang

diciduk dan diamankan oleh aparat pemerintah RI, Senopati masih punya

bargaining yang besar, itupun kalau tidak terjadi kecerobohan aksi

tembak-menembak seperti pada kasus Poso.

Tetapi bila harus berbicara tentang Kidon, itu sama saja dengan bunuh

diri...iya benar bunuh diri. Kidon yang merupakan unit di dalam Mossad

Intel Oh Intel 155


dan bekerja secara efisien untuk membunuh, sabotase, dan kerusakan

serius lainnya sudah mendarat di bumi tercinta Nusantara. Tim yang baru

datang tersebut melengkapi unit khusus Mossad yang sudah beroperasi

di Republik Indonesia sekitar 7 bulan sebelum peristiwa 9/11. Seperti

pernah saya ungkapkan pada tulisan tentang Intelijen Asing bahwa agen

Mossad sangat minimalis dalam melakukan aksinya, yaitu 2-3 orang. Maka

dalam kasus pengiriman Kidon kali ini terpantau ada sekitar 12 orang

yang ada saat masuk Indonesia terpecah menjadi tiga kelompok, Jakarta,

Surabaya, dan Denpasar, masing-masing beranggotakan 4 orang.

Spesialisasi keahlian Kidon adalah menggunakan senjata, menyamar dan

operasi yang dalam bahasa Ibrani disebut Paylut Hablanit Oyenet (PHO)

atau operasi sabotase tingkat tinggi. Ketika sejumlah kasus kecelakaan di

laut dan udara terjadi, Blog I-I sudah menerima isu-isu unsur sabotase,

namun saya menolaknya karena informasi yang masuk miskin hard fact.

Lebih mirip teori konspirasi dan pencarian kambing hitam yang kurang

meyakinkan. Bahkan ada pihak yang menyatakan bahwa kasus

tenggelamnya Kapal Senopati Nusantara bukan hal yang tanpa pesan bagi

Blog I-I, sebuah pesan pembunuhan bagi Senopati-Senopati "Liar"

Indonesia yang mengganggu kepentingan Israel. Kemudian dilanjutkan

dengan kasus kapal levina yang meskipun merupakan bahasa latin

kebetulan juga merupakan kode Levi-Ina (kode bagi sleeping agent

Mossad untuk bangun). Apakah saya akhirnya jadi percaya atau tetap

tidak percaya dengan teori konspirasi? ataukah biarkan saja catatan-

catatan kebetulan itu berlalu dan dianggap sebagai kecelakaan biasa.

Intel Oh Intel 156


Bagaimana pula dengan Adam Air dan Garuda Indonesia? saya tidak tahu

harus bagaimana menyampaikannya...Saya sangat berharap ada

transparansi dari hasil penyelidikan lapangan tentang apa penyebab

utama terjadinya kecelakaan yang mengerikan tersebut. Sekecil apapun

kecurigaan yang ada harus di teliti secara serius untuk melihat adanya

kemungkinan sabotase. Andai saja aparat keamanan dan intelijen

Indonesia bisa memiliki tempat kumpul bersama dan mendapat akses luas

atas seluruh barang bukti, maka mekanisme keamanan nasional akan

semakin solid. Beberapa rekan Blog I-I bahkan pernah memancing agar

Blog I-I membahas kasus meledaknya Adam Air di udara. Blog I-I tetap

tidak akan membahas sesuatu tanpa adanya bukti-bukti, walau dugaan

sangat kuat tapi sulit untuk dikemukakan tanpa dukungan fakta.

Sesungguhnyalah keberadaan Kidon yang membuat Blog I-I harus

mengeluarkan nilai ancaman yang tinggi kepada Indonesia Raya.

Senopati-Senopati Liar yang dimaksud dalam tulisan Blog I-I adalah

mereka yang selalu mengganggu kepentingan Israel. Adalah bukan

kebetulan bila ketua PP Muhammadiyah Dien Syamsudin juga berada di

dalam Pesawat Garuda yang naas terbakar. Ada indikasi bahwa tim Kidon

yang dikirim bukan hanya ahli dalam soal pembunuhan dan sabotase

kecelakaan, tetapi juga dalam permainan opini publik, dalam sebuah

rangkaian cerita propaganda hitam yang secara jitu akan membidik

Indonesia Raya menjadi pesakitan kembali. Saya tidak menakut-nakuti

Senopati-Senopati pembela Indonesia Raya, karena saya juga akan

menjadi target terdepan dengan membocorkan kedatangan mereka pada

Intel Oh Intel 157


3 Maret yang lalu itu. Mohon tingkat pengamanan transportasi menjadi

perhatian, baik darat, laut maupun udara.

Juga bukan kebetulan bila hubungan RI-Australia yang buruk sangat

diharapkan oleh Mossad agar Indonesia sibuk dengan urusan negara

tetangga. Bukan hanya Australia, tetapi juga dengan Singapura dan

Malaysia yang selalu di adu domba dengan tema kepentingan nasional.

Malaysia yang sangat ingin menjadi pemimpin dunia Malays beserta

kelompok etniknya sangat mudah didorong untuk bersikap arogan

terhadap Indonesia. Sementara Singapura juga demikian, dengan

kepentingan-kepentingan yang didorong oleh sejumlah operator Mossad

menjadi seolah-olah "potensi musuh berbahaya" bagi Indonesia.

Juga bukan kebetulan apabila telah terjadi proses kristalisasi yang

berupaya memecah belah persatuan TNI melalui gerakan cabut mandat

kepada SBY baru-baru ini. Kekecewaan yang besar dari sekelompok elit

militer terhadap SBY bukanlah hal yang ringan, kelompok ini sudah

bersatu dengan kelompok militer yang terpojok oleh kasus-kasus HAM,

mereka juga punya senjata dan kemampuan mobilisasi massa yang baik.

Belum lagi adanya indikasi paramiliter swasta yang sedang berproses

menjadi profesional dengan dukungan dari jaring jual-beli senjatanya.

Apabila semua berproses, dan kemudian SBY juga berproses didorong

untuk memuaskan kelompok HAM dengan "prestasi" penyelesaian masalah

maka...saya tidak tahu harus memberikan gambaran seperti apa di tahun

2007-2008-2009 ini. Serangan dari berbagai arah yang mengupayakan

proses penghilangan legitimasi SBY terus berproses bagaikan air yang

mengalir mencari celah-celah. Mulai dari dasar hukum (UUD 45 dll),

Intel Oh Intel 158


kristalisasi ketidakpuasan rakyat, bahkan sampai isu-isu pribadi SBY dan

aspek magis politik juga menjadi alternatif serangan.

Coba kita melongok ke luar. Sebuah informasi yang cukup solid (A2)

misalnya menyebutkan bahwa SBY telah sangat mengecewakan Mossad

(Israel) karena kedekatannya dengan kelompok Ikhwanul Muslimin dan

Iran. bahkan ketika SBY didaulat sebagai pemimpin dunia Islam oleh DR.

Yusuf Qardhawi, hal itu sudah cukup untuk meningkatkan ancaman

kepada Indonesia. Hal itu diperparah dengan konsistensi politik luar

negeri Indonesia yang mengecam masalah penggalian di sekitar Mesjid Al

Asqha. Mungkin si plontos ydde yang bolak-balik ke Seno Raya bisa

berpura-pura kooperatif, tapi sungguh mereka tidak akan henti-hentinya

mengupayakan kerusakan yang serius bagi Indonesia Raya. Si plontos

ydde juga akan menyangkal kehadiran Kidon di Indonesia, atau malahan

akan segera terbang ke Singapura begitu tahu Blog I-I membongkar

kedatangan Kidon, untuk menghindari pertanyaan. Mengapa Blog I-I tidak

melaporkan kepada pihak yang berwenang agar digelar sebuah operasi

besar untuk mengungkap jaring Mossad di Indonesia? mohon maaf, Blog

I-I kurang percaya kepada aparat karena Blog I-I tidak merasakan

adanya ketulusan dari dalam organisasi keamanan maupun intelijen. Blog

I-I malahan sudah dituduh macam-macam, dan maka dari itu hanya ini

yang bisa Blog I-I lakukan agar ada kewaspadaan nasional. Bukankah

Indonesia juga menganut prinsip hankamrata atau pertahanan keamanan

rakyat semesta, biarlah kewaspadaan itu meluas melalui media ini dan

terus disebarluaskan agar rakyat semesta waspada bila ada upaya

penyusupan oleh agen-agen asing. Saya masih percaya intelijen PBNU dan

Muhammadiyah juga terus bekerja, belum lagi elemen intelijen Mujahidin

Intel Oh Intel 159


yang sudah mulai paham peta terorisme internasional. Saya juga

berharap bahwa moderasi Islam di Indonesia bisa dipahami oleh

kelompok non Muslim sebagai langkah menuju kesepahaman tentang

Indonesia Raya. Sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman pada

tingkatan manapun ketika kita membahas ancaman asing. Saya yakin

bahwa apapun keyakinan kita, hanya mereka yang tidak punya hati nurani

yang rela mengorbankan Indonesia Raya.

Saya tahu resiko terbesar mengungkapkan Kidon adalah tidak ada ampun.

Tetapi dengan keyakinan bahwa kekuatan berita Blog I-I akan

meningkatkan kewaspadaan aparat keamanan dan intelijen, maka gerak

Kidon tidak akan leluasa di Indonesia. Meskipun Kidon kemudian

direstrukturisasi menjadi Komemiute, tetapi istilah itu masih aktif.

Mohon maaf, saya tidak berani mengungkap lebih detail tentang Tim

Kidon yang baru masuk. Saya juga tidak berani mengungkap sel yang

sudah ada di Indonesia, meski sudah ada masukan tentang orang

Indonesia keturunan Arab yang telah dibina di luar negeri. Keterbatasan

hard fact dan demi keselamatan rekan-rekan Blog I-I yang terus

memantau kegiatan mereka menjadi alasan yang saya kira bisa

dibenarkan.

Sekian

Catatan :

Mohon koreksi dan cek ricek kepada siapapun yang berkepentingan untuk

Indonesia Raya. Meski banyak yang berdo'a kecelakaan garuda adalah

Intel Oh Intel 160


yang terakhir, tugas intelijen dan aparat keamanan adalah memastikan

proses mempertinggi kewaspadaan aspek keselamatan transportasi.

Ancaman serius bagi Indonesia Raya adalah masih di sektor transportasi,

bom, kerusuhan sosial, dan menguatnya konsolidasi separatisme papua,

serta pembunuhan kepada target terpilih (yang anti Israel, mohon

tingkatkan kewaspadaan dalam perjalanan; transportasi, makanan-

minuman, dan segala sesuatu yang berpotensi menciptakan suasana

kematian yang wajar), sebagai tambahan juga akan berkembang

propaganda hitam yang memanaskan (mengadu domba) perjalanan bangsa

Indonesia menjelang pemilu 2009.

Saya berdo'a semoga saya salah dalam menilai potensi ancaman, dan

rakyat Indonesia tidak semakin menderita.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, March 07, 2007

Intel Oh Intel 161


Negeri Ken Arok

Sebenarnya saya agak malas membahas pertanyaan saudara xdidix

(silahkan cek di shoutbox atau tanya pada rekan Blog I-I yang anda

kenal)tentang sebuah link yang isinya caci maki terhadap salah satu

agama. Saya sengaja tidak buatkan linknya dalam blog I-I karena itu

sama saja saya mempromosikan/menyebarluaskan salah satu propaganda

adu-domba menghancurkan Indonesia Raya.

Tahukah rekan-rekan bahwa orang-orang asing terus berusaha memahami

karakter bangsa Indonesia dengan berbagai penelitian ilmiah. Tentu tidak

semua unsur asing wajib dimusuhi, banyak juga orang asing yang sungguh-

sungguh peduli. Misalnya saja analisa tentang Negeri Ken Arok ini

terilhami oleh seorang rekan diskusi asal Inggris yang menilai bangsa

Indonesia mudah sekali dipancing untuk saling membenci. Kemudian

mudah sekali menciptakan label dan stigma antar kelompok yang merusak

harmoni sosial. Sebuah karakter konfliktis yang mampu menggusur citra

bangsa yang cinta damai. Dalam ilmu sejarah kita mengenal Clifford

Geertz dan Snouck Hugronye, dalam ilmu sosial politik kita belajar dari

William Liddle, Harold Crouch, Ben Anderson, Daniel S. lev, dll sejumlah

nama besar lainnya. Mereka semua memberi sumbangan yang sangat

besar dalam memahami diri kita sebagai bangsa Indonesia. Kita juga

sudah sewajibnya memahami karakter dan potensi diri kita sebagai

bangsa, kita harus kembali membuka lembaran intelektual Prof.

Koentjaraningrat, pemikiran prof. Selo Soemarjan dll, bahkan di tanah

Jawa kita mengenal hasil karya sastra yang seharusnya menjadi renungan

Intel Oh Intel 162


yang serius. Bukan hanya kisah kejayaan Majapahit, Sriwijaya, Samudra

Pasai, Kerajaan Kutai, Kerajaan Goa, Kerajaan Bali, dll. Tetapi juga kisah-

kisah tragis kehancurannya. Sejarah berpotensi untuk berulang...maka

kita harus mencegah terulangnya kisah-kisah tragedi tersebut.

Kembali pada pertanyaan xdidix.....

Kembali pada pertanyaan xdidix, perlu diketahui bahwa intelijen asing

juga melakukan penelitian karakter bangsa Indonesia, tujuannya jelas

yaitu untuk memudahkan setiap operasi menghancurkan Indonesia Raya.

Salah satu karakter yang kuat adalah apa yang sebut Negeri Ken Arok.

Hal ini jauh lebih parah dari acara Republik Mimpi dan Kerajaan Mimpi di

salah satu TV Swasta. Karena fakta mudahnya menciptakan konflik di

Negeri Ken Arok sangat dipahami oleh pihak-pihak yang ingin

menghancurkan Indonesia Raya.

Kutukan Mpu Gandring masih ada sampai sekarang.

Misalnya saja, ada pihak yang menghembuskan isu bahwa Blog I-I adalah

kelompok sakit hati. Tetapi saya jadi tersenyum, silahkan dibaca apakah

ada sebuah refleksi sakit yang lahir dari artikel-artikel Blog I-I.

Link yang diberikan saudara xdidix jelas sebuah propaganda negatif yang

mencakup teknik perang urat syaraf untuk memperbesar kebencian

terhadap Islam sekaligus mendorong agar kelompok Islam radikal tetap

hidup. Islamphobia pertama kali dikembangkan di Eropa sejak

berakhirnya perang dingin. Hal itu disebabkan oleh karena Islam satu-

Intel Oh Intel 163


satunya ideologi yang utuh dan berpotensi mampu melawan dominasi

pemikiran liberal (yang sebenarnya tidak identik dengan Kristen).

Maraknya aksi-aksi teror semakin memberikan ruang yang luas bagi

berkembangnya Islamphobia. segala carapun di tempuh, salah satunya

adalah propaganda melalui media internet.

Mengapa blog I-I mengingatkan bahwa kita hidup di negeri Ken Arok? hal

ini karena provokasi dan hasutan untuk saling membenci sangat terbuka

di sini. Perhatikan bagaimana dalam link dari xdidix tersebut tampak

mencoba mendorong timbulnya kecurigaan bahwa forum website tersebut

diciptakan oleh kelompok Kristen. Kristen radikalkah? Saya melihatnya

tidak lebih sebagai propaganda jahat yang secara langsung di tujukan

kepada dunia Islam sekaligus menimbulkan saling tidak percaya dalam

masyarakat Indonesia. Sesungguhnyalah forum-forum semacam itu sudah

ada secara internal dalam kelompokl-kelompok tertentu, masih ingat

kasus Theo Syafei bukan? sementara dalam dunia Islam Indonesia masih

ingat kelompok yang menghalalkan darah non muslim bukan? Mereka

semua tidak lagi memiliki nurani dan tanggung jawab kepada bangsa dan

negara.

Bahwa ada kelompok-kelompok elit tertentu di negeri ini yang bekerja

untuk kepentingan asing adalah benar. Tujuannya menciptakan keabadian

Negeri Konflik Ken Arok.

Sebagai perbandingan, perhatikan bagaimana konflik Islam-Buddha di

Thailand dan Myanmar. Kemudian juga konflik Islam-Hindu di India-

Intel Oh Intel 164


Pakistan. Tahukah rekan-rekan bahwa konflik tersebut sebenarnya tidak

berakar di masalah agama, tetapi lebih pada masalah sosial-ekonomi dan

eksistensi etnisitas?

Saya yakin bahwa saudara-saudara yang beragama Islam tidak mudah

terprovokokasi oleh ajakan untuk membenci non-muslim. Sebaliknya

saudara-saudara yang beragama Kristen dan Katholik tidak akan mudah

percaya begitu saja menerima hasutan Islamphobia dari negeri-negeri

Barat. Begitu juga dengan saudara-saudara dari agama Hindu dan Buddha

serta keyakinan lainnya yang begitu banyak ragamnya di Nusantara ini.

Kita hidup di tanah yang satu Indonesia

Kita berbeda dalam persatuan Indonesia

Kita bahu-membahu mengubur negeri konflik Ken Arok

Kita belajar dari sejarah kehancuran Ken Arok

Singkirkan duri kebencian demi Indonesia Raya

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 13, 2007

Intel Oh Intel 165


Pernyataan Sikap Blog I-I Soal Reshuffle Kabinet 7
Mei 2007
Setelah pelantikan dan polemik yang mereda, izinkan Blog I-I

menyampaikan kepada semua rekan-rekan bahwa peristiwa reshuffle

kabinet yang kemarin adalah hal yang sangat biasa. Berbagai pendekatan

dan analisa bisa dilakukan untuk mendukung ataupun menyesalkan

reshuffle tersebut, tergantung pada kepentingan politik siapa kita

berbicara. Kebebasan dan demokrasi membuat banyak pihak berani

berkomentar, baik yang omong kosong, yang penuh tekanan, yang penuh

intrik, yang sekedar pelepas kekesalan, yang bermaksud baik, yang

bermaksud buruk, dst...dst.

Meskipun Blog I-I pernah "diajak" memikirkan oleh seorang rekan dengan

mendiskusikan seluruh daftar calon yang ada pada Presiden (yang

kemudian mengkerucut menjadi sekitar belasan nominasi), namun Blog I-I

tidak meyakini bahwa pergantian figur akan mampu memperbaiki secara

maksimal sejumlah kerusakan dan kelambatan pembangunan Indonesia

Raya. Sehingga Blog I-I hanya memberikan catatan-catatan ringan yang

kemudian menjadi bahan rekan Blog I-I untuk menghadap presiden

sebelum reshuffle. Sebuah catatan penting yang mungkin tidak akan

berani disampaikan kepada SBY adalah bahwa Blog I-I yakin SBY bukan

seorang peragu ataupun lemah dan tidak tegas. SBY adalah seorang

Jenderal yang pandai dan tegas serta keras dan memiliki strategi yang

sangat jelas di mata Blog I-I.

Intel Oh Intel 166


Saya paham bila banyak rekan Blog I-I yang sangat kesal kepada Adipati

SBY, namun kuranglah bijaksana bila kekesalan komunitas intelijen

menjadi bahan provokasi yang akan semakin merusak suasana politik

nasional. Meskipun komunitas intelijen analis dalam dan luar negeri di

kantor pusat hampir seluruhnya menderita akibat minimnya

kesejahteraan mereka, namun janganlah hal itu menjadi alasan untuk

mengurangi loyalitas intelijen. Jalan intelijen adalah loyalitas sampai mati

demi NKRI. Ancaman kepada Adipati berkorelasi langsung dengan

eksistensi dan stabilitas NKRI. Betapapun pandangan negatif kepada

Adipati SBY, perlu dipahami bahwa usaha-usaha perbaikan terus

dilakukan.

Perhatikan bahwa Adipati ternyata berusaha memberi ruang gerak yang

sangat luas kepada seluruh anggota kabinet, hal ini merupakan bagian dari

pembelajaran demokrasi. Namun banyak pejabat yang melihatnya sebagai

lemahnya kontrol, dan diperparah oleh soal posisi dukungan parti dsb.

Blog I-I sangat kritis dan keras terhadap kinerja Tim Ekonomi, namun

sejujurnya Blog I-I belum melihat kandidat yang memiliki kapasitas yang

melebihi Tim Ekonomi yang ada, khususnya dari sisi manajemen. Kritik

Blog I-I mencakup kurang kreatifnya terobosan pemulihan ekonomi yang

langsung menyentuh sektor riil.

Blog I-I adalah komunitas intelijen tanpa tuan, Komunitas Intelijen

Indonesia memiliki tuan Presiden. Mohon pengertian bila Blog I-I

berbeda pandangan dan lancang memberikan catatan kepada publik.

Intel Oh Intel 167


Catatan ini agak membela Adipati sebagai konsekuensi logis dan

obyektifitas dari sisi prioritas. Yaitu bahwa yang terbaik bagi Indonesia

Raya saat ini adalah membiarkan Adipati menjalankan sisa waktu

pemerintahaannya dengan ketegasan yang berlandaskan kepada niat baik.

Blog I-I menjamin bahwa rakyat teramat sangat merindukan

kepemimpinan Adipati SBY yang sesuai dengan karakteristik seorang

Jenderal Rakyat yang sesungguhnya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, May 09, 2007

Intel Oh Intel 168


Ambon Manise RMS Pahite

Intelijen kecolongan, lemah, loyo, gagal, harus dievaluasi, harus

bertanggung jawab, dst...dst...dst. Intel oh intel...begitulah pandangan

sejumlah pengamat yang tiba-tiba menjadi ahli.

Begitulah jadinya bila terjadi sesuatu yang "luar biasa" yang terkait

dengan peranan intelijen untuk memberikan peringatan dini atas potensi

terjadinya peristiwa yang mengancam NKRI.

Peristiwa "luar biasa" yang dimaksud di atas adalah sbb:

Pada 29 Juni 2007 dalam peringatan Hari Keluarga Nasional ke-14 di

lapangan Merdeka Ambon, Jalan Pattimura, Ambon, terjadi sebuah

peristiwa langka pertunjukkan tarian perang (cakalele) dan pengibaran

bendera Republik Maluku Selatan (RMS) oleh sekitar puluhan, eh

tepatnya 40-an, eh cuma 30-an, eh lolos 2 jadi 28, eh daftar namanya

cuma ada 27 orang (Yoyo Teterissa koordinator, Nus Malawauw, Seli

Malawauw, Johni Sinay, Sias Sinay, Yakobis Sinay, Melki Sinay, Johni

Riry, Merky Riry, Curlis Riry, Mercy Riry, Stevi Saiya, Merky Saiya, Piter

Saiya, Bobi Saiya, Ruben Saiya, Johanis Saiya, Frejohn Saiya, Johni

Saiya, Yoyo Saiya, Elfana Saiya, Marten Saiya, Abraham Saiya, Tete

Akihary, Leko Mendrik, Samuel Hendrik, Ferdinand Rajawaru, Piter

Yohanis, kemudian ditambah raja beta (kepala desa) Hutumuri jadi 28

lagi.

TNI sangat hati-hati merespon peristiwa di atas, Polri menganggap itu

bukan kecolongan, BIN masih diam seribu bahasa. Apa sesungguhnya yang

Intel Oh Intel 169


terjadi...???

Isu yang berkembang di lapangan mengabarkan bahwa deteksi dini sudah

dilakukan, namun level ancaman yang ada dinilai masih bisa diatasi. Bahwa

intelijen sudah tahu ada sesuatu yang janggal sekitar dua hari sebelum

acara ada benarnya, tetapi perkara bahwa akhirnya terjadi sesuatu yang

"luar biasa" menjadi urusan siapa? Katanya intelijen cuma menyampaikan

informasi...

TIDAK ADA YANG LUAR BIASA DALAM INSIDEN LAPANGAN

MERDEKA AMBON. Inilah catatan penting Blog I-I.

Mengapa demikian? Karena modusnya bukan semata-mata soal

menunjukkan kepada dunia bahwa RMS masih ada, tetapi lebih kepada

memancing reaksi keras pemerintah serta mempekeruh suasana politik

nasional dan lokal.

Permainan cantik Polisi dalam mengusir dan mengamankan para pelaku

tampaknya tidak bisa berlanjut di ruang interogasi...sayang sungguh

sayang. Media massa sudah memberikan gambaran babak-belurnya

sejumlah pelaku.

Sayang Blog I-I tidak sempat menyampaikan kepada SBY bahwa reaksi

terbaik atas insiden Lapangan Merdeka Ambon adalah anggap saja

sebagai riak kecil kekecewaan sekelompok kecil saudara kita di Ambon.

Tidak perlu takut ataupun merasa kewibawaan menurun, mereka yang

berdemonstrasi itu masih dalam status hukum warga negara Indonesia,

maka sayangilah secara bijaksana dengan memberikan pembinaan. Bisa

jadi hal ini merupakan isyarat bahwa masih ada potensi persoalan yang

belum tuntas.

Intel Oh Intel 170


Kemudian tugaskan intelijen dan aparat keamanan yang prfesional untuk

investigasi mencari akar persoalan, bukan mencari kesalahan semata.

Demikianlah konsep penanganan yang lebih baik serta tidak menciderai

kewibawaan.

Kewibawaan bukan berasal dari penghormatan semata, tetapi lahir dari

perilaku dan kebijakan yang sungguh-sungguh memperhatikan jeritan

rakyat. Perhatikan bagaimana ketika anda (SBY) berkunjung ke Lapindo,

bukankah anda tidak menyentuh keseluruhan persoalan, sehingga masih

ada kelompok yang berdemonstrasi dan tangisan anda menjadi semu

karena lawan-lawan anda segera melakukan politisasi.

Catatan Intelijen Blog I-I

1. Insiden Lapangan Merdeka Ambon adalah hal biasa dan tidak

menciderai kewibawaan Presiden. Langkah kongkrit yang perlu

ditempuh adalah langkah persuasif mencari akar persoalan yang

masih menjadi landasan gerakan RMS. Hindari sikap represif,

apalagi penyiksaan.

2. Pihak-pihak yang berteriak lantang bahwa kewibawaan Presiden

jatuh akibat insiden Lapangan Merdeka Ambon adalah mereka

yang merasa "pintar" serta berparadigma sistem kerajaan ala

Orde Baru yang bersifat menghancurkan setiap elemen

masyarakat yang bersebrangan dengan pemerintah Indonesia

Raya. Secara khusus Blog I-I menyatakan kekecewaan yang

sangat mendalam kepada tokoh-tokoh pimpinan PDI-P yang

secara serempak mengeluarkan pernyataan yang mirip-mirip,

Intel Oh Intel 171


seolah-olah SBY kehilangan martabat dengan kasus kecil

tersebut. Cobalah lebih elegan dalam berpolitik, rakyat tidak

lagi bodoh.

3. Blog I-I juga sangat kecewa dengan respon SBY selaku Presiden

yang sangat mudah ditebak dan memang sudah diperkirakan oleh

aktor intelektual insiden Lapangan Merdeka. Cobalah untuk lebih

rileks (tidak tegang), sabar (tidak grusa-grusu), serta bijaksana

(taktis dan diplomatis) dalam memberikan respon yang kelihatan

publik. Sementara itu perhatikan keseluruhan peristiwa itu

secara utuh dalam rangkaian kegiatan yang hanya bisa dirancang

secara khusus. Niscaya hanya dengan memejamkan mata, anda

bisa melihat siapa musuh sesungguhnya. Jangan pula cepat

termakan oleh apa-apa yang terlihat di depan mata. (Mohon

maaf, Blog I-I tidak bisa menuliskan fakta-fakta secara lebih

jelas lagi karena hanya akan mempercepat pecahnya konflik yang

lebih besar).

4. Intelijen Indonesia telah melakukan tugasnya sebatas wewenang

yang diberikan oleh hukum. Tuntutan macam-macam berupa

mundurnya pimpinan baik dari kalangan TNI, Polisi, maupun BIN

yang bertanggung jawab di wilayah Ambon adalah bumbu

penyedap politik nasional. Silahkan dipertimbangkan secara

matang dan tidak emosional serta hanya mengikuti desakan

kelompok tertentu belaka. Pihak-pihak yang secara langsung

mengeluarkan tuduhan diharapkan bisa berkata berdasarkan

fakta dan bukan cuma asal menuntut profesionalitas kinerja

Intel Oh Intel 172


intelijen. Meskipun demikian, Blog I-I tidak menolak perlunya

evaluasi terhadap intelijen.

5. Telah beredar berbagai macam analisa dari pengamat maupun

politisi yang membuat citra intelijen sedemikian buruknya,

namun kita bisa membaca secara hati-hati mana yang obyektif

dan mana yang cuma memanaskan suasana.

6. Blog I-I memantau secara khusus peristiwa ini, sehingga bisa

menuliskan catatan ini. Terima kasih kepada pihak-pihak yang

segera mengirimkan berita lengkap kepada Blog I-I.

-------------------

Catatan tambahan:

Sampai malam ini, isu peranan CIA dan MI6 dalam insiden Lapangan

Merdeka Ambon terlihat masih prematur. Namun kemungkinan ini tidak

diboleh ditutup, hal ini bisa menjadi tugas khusus kontra spionase

Intelijen Indonesia. Bisa dimulai misalnya dengan mencermati pola-pola

hubungan tokoh RMS dengan CIA yang telah terkumpul dengan baik.

Pihak-pihak yang merasa keheranan bagaimana mungkin terjadi

sekelompok penari cakalele yang tidak ada dalam daftar acara bisa masuk

ke lapangan sebaiknya tidak perlu terlalu heran. Apakah 1000 dollar

cukup untuk membuka jalur, jangankan CIA...Blog I-I juga sanggup untuk

melakukan hal-hal ringan semacam itu. Kita masih di Indonesia kan?

begitu seloroh kebanyakan agen CIA yang mulai over confident.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, June 29, 2007

Intel Oh Intel 173


Koalisi Kuning-Merah

Namanya juga politik taktis menuju kekuasaan, lagi-lagi tidak ada yang

aneh atau bersifat khusus. Apalagi dipertajam dengan isu pro-

konservatif dan pro-reformasi.

Ujungnya cuma kekuasaan saja. Blog I-I secara perlahan mencatat

penurunan kualitas politik Indonesia dengan bergesernya demokrasi ke

arah penguasaan sistem demokrasi oleh elit. Sebut saja istilahnya

Demokrasi Elitis.

Blog I-I memberikan peringatan dini hancurnya demokrasi bila kondisi

taktis menuju kekuasaan tidak segera diatasi oleh gerakan pemantapan

hukum dan penyadaran politik masyarakat yang mensyaratkan perbaikan

kesejahteraan dan tingkat pendidikan. Demokrasi hanya menjadi mainan

pemilik modal dan elit politik...bila begini terus tidak ada jaminan

terselenggaranya mekanisme kontrol apapun di negeri ini.

2009 oh 2009...

Posted by Senopati Wirang /Friday, June 29, 2007

Intel Oh Intel 174


Merah Putih Indonesia Raya
Berada ditengah-tengah gegap gempita gelora Bung Karno membuat saya

meneteskan air mata. Sekian lama setelah reformasi, tidak pernah saya

mengalami keadaan bersama semangat keIndonesiaan yang begitu kuat

bersama puluhan ribu pendukung Tim sepakbola Indonesia. Meskipun

Indonesia kalah 1-2 dari Saudi Arabia, namun kekalahan itu tidak

mengendorkan rasa semangat ketika melangkah meninggalkan gelora Bung

Karno. Kekalahan itu terjadi setelah sebuah perjuangan panjang selama

90an menit, pada detik-detik akhir...kita harus melihat bahwa

keberuntungan belum berpihak kepada lawan. Tak ayal rasa kesal karena

kalah dari penonton tidak meluap menjadi kemarahan, malahan lahir

simpati karena perjuangan Tim Indonesia boleh dikata pantas untuk

dipuji apapun hasilnya.

[D E L E T E D] atas permintaan agen P5, dengan argumentasi dukungan

data "tidak akurat" dan "tidak dapat dipertanggungjawabkan". Model

artikel seperti ini kurang tepat di Blog I-I, karena tidak berlandaskan

pada hard fact. Meskipun demikian agen P5 memberikan apresiasi yang

baik dari sisi vision dimana hal yang serupa telah menjadi pembahasan di

dunia spiritual. Esensi semangat Indonesia Raya juga harus dibangun di

kalangan yang menggeluti dunia spiritual.

Salam Merah Putih

Posted by Senopati Wirang /Sunday, July 15, 2007

Intel Oh Intel 175


Rethinking 04

Ungkapan-ungkapan Tsar sangat menarik untuk segera direspon. Karena

hal itu mengingatkan pendidikan intelijen oleh Pusintelstrat, dibandingkan

dengan pendidikan Investigasi Polisi, dan pendidikan intelijen oleh

Counterpart Bakin dahulu.

Perbedaan nyata kerjaan intelijen dengan Polisi adalah dalam soal

pengungkapan sebuah delik hukum, intelijen mengutamakan pencegahan

atas terwujudnya ancaman terhadap negara (membuka tabir masa depan).

Sementara Polisi berjaga-jaga (keamanan di saat sekarang) dan

mengungkap kejadian kejahatan (yang telah terjadi). Saat ini Polisi sudah

merambah wilayah intelijen dengan membangun unit intelijen sendiri,

namun polanya masih dalam upaya pengungkapan kasus pro-justisia.

Jadi pikirkan kembali sebelum menuduh bahwa terjadi kelinglungan dalam

menjadi bekas-bekas langkah di hamparan pasir. Bagi intelijen tidak ada

yang membingungkan, semuanya begitu jelas meskipun buktinya tidak

cukup diajukan ke depan hukum. Sementara bagi Polisi, meskipun juga

sudah jelas, namun semua bukti awal di atas pasir tidak akan secara

gegabah dibahas kepada media massa, karena itu merupakan bahan

penyelidikan yang sangat vital. Dengan demikian, dunia kepolisian dan

intelijen Indonesia terus bekerja tanpa harus melaporkan setiap detail

perkembangan kepada publik, kalo dilaporkan tentu malahan akan kontra-

produktif.

Intel Oh Intel 176


Intelijen juga mengupayakan minimalisir korban serta pencegahan aksi

susulan, sementara Polisi berkonsentrasi pada pengungkapan misteri

kejahatan dengan penangkapan dan pengungkapan jaringnya. Dengan

demikian, siapa yang linglung.

Bahwa ada dugaan permainan intelijen asing juga sudah diketahui secara

jelas oleh segenap aparatur keamanan Indonesia, namun tidak semua level

mengetahuinya. Sehingga bila anda bertanya kepada bagian humas,

meskipun bintangya ada 10 sekalipun kata-katanya tidak akan bisa

mencerminkan 100% kenyataan, karena kenyataan itu hanya bisa

dipertaruhkan di depan pengadilan resmi (meja hijau) ataupun pengadilan

tidak resmi (eliminasi).

Semoga bermanfaat

Posted by Senopati Wirang /Friday, July 13, 2007

Intel Oh Intel 177


Sedikit lagi tentang Cakalele RMS

Seperti biasa investigasi laporan Tempo memang bisa dianggap salah satu

yang terbaik di negeri ini, obyektif...berimbang...komprehensif. Dalam

laporan Tempo edisi Edisi. 20/XXXIIIIII/ 09 - 15 Juli 2007. (Bukan

promosi gratis buat Tempo)

Sebagai sebuah model penyusunan laporan, bolehlah menjadi pelajaran

bagi rekan-rekan Blog I-I yang malas mengumpulkan bahan keterangan

dan menulis catatan detail. Setelah itu baru melakukan analisa terhadap

detail bermakna, dimana dalam kasus Cakalele yang dilaporkan Tempo

tersebut perhatikan bagaimana informasi yang disampaikan oleh Presiden

RMS Alexander H. Manuputty yang mengklaim aksi anggotanya itu telah

lama direncanakan. Katanya, "Itu hak politik rakyat Maluku." Meskipun

RMS sudah bermetamorfosis menjadi [deleted]di tengah-tengah

masyarakat Maluku, namun hakikatnya masih sama. Betapapun kecilnya,

hal ini harus segera diatasi karena pengaruh Langley bisa

memperbesarnya seperti dalam kasus Aceh, Timor-Timur dan Papua.

Walaupun masalah RMS hanya sebuah persoalan minor bagi AS, namun

cukup mengganggu bagi Indonesia.

Sebuah klaim yang mandul namun menjadi berbahaya serta perlu dicatat

secara seksama. Dalam hal ini, peranan Langley yang telah lama

memelihara Alex sebagai kuda hitam untuk mengalihkan perhatian

pemerintah Indonesia memang cukup lihai. 4 tahun lalu, operasi

mengamankan agen Alex oleh CIA dilakukan berdasarkan argumentasi

Intel Oh Intel 178


bahwa Alex akan dibunuh yang mana bisa melemahkan pembelaan politik

RMS di fora internasional.

Khusus mengenai kasus Cakalele, oposisi terhadap pemerintahan SBY

dalam kasus separatisme bukan hanya yang berada dan berasal dari luar

seperti Alex dan pengendalinya di AS, melainkan juga lahirnya sekitar 3

oposisi internal SBY yang harus diawasi secara serius.

Pertama adalah kelompok militer yang anti SBY, hal ini sudah diketahui

intelijen namun belum sepenuhnya terkendali.

Kedua adalah kelompok militer mengambang yang kebanyakan merupakan

perwira aktif yang sewaktu-waktu siap membelot terhadap SBY dengan

melakukan sabotase. Betapapun ditutup-tutupi oleh petinggi TNI, dalam

kasus Cakalele, Blog I-I menyarankan langkah tegas berupa hukuman atas

tindakan tidak loyal tersebut.

Ketiga adalah kelompok politik yang masih bermain dalam tataran wajar

yang fungsinya hanya menggosok setiap isu menjadi semakin panas guna

menggerogoti citra SBY.

Mengapa Blog I-I tidak menyoroti Polisi dan intelijen, sejauh ini dua

institusi tersebut adalah institusi yang memegang erat tugas pokok dan

amanat hukum. Apakah berarti militer tidak? yang perlu dilakukan adalah

semacam penelitian khusus dalam internal militer yang bisa

membahayakan masa depan Indonesia Raya.

Intel Oh Intel 179


Atau langkah lain yang diperlukan adalah memberikan perhatian yang

lebih serius kepada berbagai persoalan dalam tubuh militer. Khususnya

dalam mendorong reformasi total militer termasuk kompensasi yang

harus dipenuhi oleh pemerintah.

Silahkan membaca artikel Tempo yang sangat menarik tersebut....

Edisi. 20/XXXIIIIII/ 09 - 15 Juli 2007

Nasional

Setelah Tari itu Dimainkan...

Insiden itu terjadi juga meski ribuan tentara dan polisi dikerahkan

untuk menjaga Presiden Yudhoyono: 28 penari cakalele liar mendekati

Presiden dan hampir saja membentangkan bendera Republik Maluku

Selatan. Aparat keamanan saling tuding.

Di Los Angeles, Amerika Serikat, Presiden RMS Alexander H. Manuputty

mengklaim aksi anggotanya itu telah lama direncanakan. Katanya, "Itu

hak politik rakyat Maluku."

DARI Los Angeles, Amerika Serikat, sesumbar itu dikumandangkan.

"Sudah saatnya Indonesia mengembalikan negara kami," kata Alexander

H. Manuputty, Presiden Republik Maluku Selatan. Empat tahun sudah ia

bermukim di Amerika, setelah melarikan diri karena dituding aparat

mengibarkan bendera disintegrasi.

Alex, kini 60 tahun, meminta pemerintah Indonesia membebaskan

mereka yang ditahan akibat insiden cakalele. Ia pun meminta mereka

yang luka diobati. Yang lain, "Tidak perlu mereka dikejar-kejar. "

Katanya, tarian cakalele telah lama disiapkan RMS—organisasi yang

diklaim Alex beranggota 1,5 juta orang. Tujuannya, "Mengumumkan

Intel Oh Intel 180


kepada dunia internasional tentang keadaan Maluku yang sebenarnya."

Alex pun mengajak pemerintah Indonesia berunding.

Insiden cakalele yang disebut Alex adalah penari liar yang berhasil

mendekati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat dua pekan lalu.

Ketika itu Presiden hadir di Ambon untuk menghadiri peringatan Hari

Keluarga Nasional.

Hujan mengguyur Ambon ketika 28 penari cakalele itu datang membawa

parang dan tombak kayu. "Mau apa?" kata Kepala Satuan Brigadir Mobil

Kepolisian Daerah Maluku, Komisaris Besar Rahmat Hudail, yang sedang

berpatroli, kepada salah seorang dari mereka. "Mau menari, Pak," kata

mereka. Polisi itu berlalu.

Presiden tiba pukul 09.30 waktu setempat. Ambon dijaga sangat ketat

sejak pagi. Lebih dari 2.500 polisi dan tentara diturunkan, 355 orang

di antaranya berjaga di sekitar Kepala Negara. Mereka yang

keluar-masuk mesti menunjukkan identitas khusus, yang ditandatangani

pejabat provinsi dan Komando Daerah Militer Maluku.

Rombongan "pria penari" itu terus bergerak. Karena dianggap

mengganggu lalu lintas, mereka hendak dibubarkan seorang tamtama

polisi. Mereka lalu dibawa ke area parkir Lapangan Merdeka. Tapi mereka

terus mencari peluang masuk ke lapangan.

Lalu kesempatan itu datang: para penari katreji, tarian penyambut

Presiden, selesai beraksi. Mereka hilir-mudik di pintu lapangan.

Intel Oh Intel 181


Penari tak diundang itu memanfaatkan kesempatan tersebut. "Mereka

mengikuti penari katreji melalui pintu di dekat kantor gubernur," kata

Kepala Polda Maluku, Brigadir Jenderal Guntur Gatot Setiawan.

Maka, terjadilah insiden itu. Dua puluh delapan pria melepas baju di

kantor Sinode untuk menarikan cakalele di depan Presiden. Mereka

melompat-lompat dan mengacungkan senjata kayu. Baru 10 menit

kemudian, Presiden, para menteri, undangan, dan aparat keamanan

menyadari ada yang tak beres. Tarian itu ternyata tak masuk daftar

acara. Apalagi para penari mencoba membentangkan bendera Republik

Maluku Selatan (RMS)—kain biru, putih, hijau, merah yang kerap disebut

Benang Raja.

Guntur Gatot dan anak buahnya plus Pasukan Pengamanan Presiden

menggiring mereka ke luar lapangan. Detasemen Khusus 88 Antiteror

kemudian menangkap para penari itu di luar lapangan. Polisi menyita

bendera RMS dan selebaran berisi tuntutan penarikan TNI dan Polri dari

Maluku.

lll

TARIAN cakalele di Ambon itu membuat pejabat keamanan di Jakarta

saling tuding. Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan

Keamanan menurunkan tim investigasi ke Ambon, Senin pekan lalu.

Mereka terdiri dari sekretaris kementerian Letnan Jenderal Agustadi

Sasongko; Asisten Operasional Kepala Staf Umum TNI Mayor Jenderal

Bambang Darmono, dan Deputi Kementerian Bidang Pertahanan Negara

Brigjen R. Simbolon.

Intel Oh Intel 182


Tim investigasi, menurut Agustadi, menyimpulkan adanya koordinasi yang

buruk antara bagian acara dan bagian pengamanan. Pasalnya, "Tarian

cakalele tidak ada dalam daftar acara tapi bisa masuk," kata mantan

Panglima Kodam Jaya itu. Menurut dia, aparat terkecoh karena pemimpin

penari itu mengenakan tanda pengenal resmi dari panitia.

Namun kurangnya koordinasi itu agak aneh. Kunjungan Presiden ke suatu

daerah—apalagi di wilayah yang dianggap rawan seperti Ambon—pasti

disiapkan jauh-jauh hari. Sebelum Presiden tiba, paling tidak ada dua

tim pendahulu yang dikirim untuk menyiapkan berbagai hal, terutama

masalah pengamanan.

Abdullah Mahmud Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara,

menuturkan tim pendahulu pertama biasanya terdiri atas sekretaris

militer, kepala protokoler istana, dan komandan pasukan pengamanan

presiden. "Sekretaris militer menjadi koordinatornya, " katanya.

Tim pendahulu itu membawa skenario yang telah disusun di Jakarta.

Skenario itu lalu diperbaiki berdasarkan hasil peninjauan pertama. Tim

pendahulu kedua tiba beberapa hari sebelum kedatangan Presiden. Selain

tim pendahulu itu, menurut Hendropriyono, petugas dari Badan Intelijen

Negara juga dikirim secara terpisah.

Seorang perwira yang pernah berpengalaman mengamankan presiden

menuturkan, menjelang kedatangan kepala negara, panitia menggelar

Intel Oh Intel 183


gladi kotor dan gladi bersih. Dua gladi itu melibatkan semua pengisi

acara dan petugas keamanan.

Di situlah mereka mengetahui detail acara demi acara, rute yang akan

dilalui presiden, tempat para pengisi acara berganti pakaian, juga

petugas di setiap pos penjagaan. "Pada hari H, para petugas itu harus

berada di tempat sesuai dengan saat gladi bersih," katanya. "Tidak

boleh ada yang berpindah."

Pada hari H, penjagaan lebih diketatkan. Semua barang yang hendak

dibawa masuk lokasi acara harus diperiksa. Untuk mencegah kemungkinan

buruk, anggota Komando Wanita Angkatan Darat (Kowad) atau polisi

wanita (polwan) bahkan ditugasi menjaga tempat perempuan berganti

pakaian.

Sebagian dari tentara menanggalkan baju seragamnya. Mereka bersalin

rupa menjadi warga biasa. Ada yang disiapkan untuk ikut mengelu-elukan

presiden. "Kadang-kadang, petugas ikut merekayasa agar lalu lintas

menuju lokasi acara presiden menjadi macet. Tujuannya agar gerak

rombongan demonstran terhambat sehingga tidak bisa mendekati

presiden," katanya.

Persiapan semacam itu bukannya tak dilakukan saat Presiden Yudhoyono

berkunjung ke Ambon. Menurut Panglima Kodam XVI/Pattimura, Mayor

Jenderal Sudaimady Subandi, persiapan sudah dilakukan sejak awal Mei

lalu. Bersama Kepala Polda, ia pun berkoordinasi dengan Menteri

Intel Oh Intel 184


Sekretaris Negara Hatta Rajasa di Jakarta, sepekan sebelum kunjungan

Presiden (lihat Parang Kayu dari Pintu yang Lain).

Dalam rapat itu, menurut Janzi Sofyan, staf khusus Kepala Badan

Intelijen Negara, lembaganya memberi sinyal adanya tiga hal yang harus

diwaspadai selama kunjungan Yudhoyono. "Yaitu aksi pengibaran bendera

RMS, demonstrasi pengungsi korban konflik, dan aksi aktivis lingkungan

hidup," katanya.

Presiden pun mengakui adanya peringatan dari para pembantunya

beberapa hari sebelum berkunjung ke Ambon. "Atas informasi itu, saya

meminta acara ini dipersiapkan baik-baik agar jangan ada yang

mengganggu," katanya, beberapa saat setelah para penari cakalele

digiring ke luar lapangan.

Dengan persiapan yang gegap-gempita itu, kemungkinan buruknya

koordinasi sebenarnya bisa dikecilkan. Usman Hamid, Koordinator Komite

untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), mengungkapkan

kemungkinan lain: potensi kekacauan itu sudah diketahui sebelumnya

tapi dibiarkan dengan maksud tertentu. Ada kabar, seorang perwira dari

korps polisi militer sengaja membiarkan para penari masuk. Tapi

informasi itu dibantah Letjen Agustadi. "Jangan berburuk sangka,"

katanya.

lll

MASA jaya RMS terjadi pada pertengahan 1970-an. Di Belanda, mereka

melakukan beberapa aksi. Di antaranya pada 4 Desember, ketika

Intel Oh Intel 185


sejumlah anggota kelompok itu menyerbu kedutaan Indonesia di Den

Haag. Seorang pegawai konsulat tewas dalam insiden itu (lihat Naik-

Turun Benang Raja).

Sejak penyerangan itu, pemerintah Belanda mengizinkan kantor

diplomatik Indonesia dijaga prajurit Komando Pasukan Khusus

(Kopassus). Padahal, lazimnya aparat lokallah yang bertanggung jawab

atas keamanan misi diplomatik negara asing. "Dulu anggota Kopassus di

sini sampai 15 orang, tapi kini tinggal empat," kata Mulya Wirana,

konsuler masalah politik kedutaan RI di Belanda.

Kini aktivitas RMS di Belanda tak lagi terdengar meski di sana

bermukim sekitar 45 ribu orang Maluku. Baru setelah aksi penari

cakalele, mereka muncul lagi. Pada Rabu pekan lalu, sebagian dari

mereka mendatangi kedutaan RI di Tobias Asserlaan, wilayah

perkantoran diplomatik di Den Haag.

Para aktivis RMS itu membentangkan poster di luar pagar kantor

kedutaan yang rimbun. Di antaranya bertulisan tuduhan bahwa

pemerintah Indonesia telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Spanduk lain berbunyi: "Kemerdekaan adalah hak asasi manusia yang

paling fundamental" .

Di luar itu, simpatisan RMS di Belanda tak banyak lagi: jumlahnya bisa

dihitung dengan jari, beberapa di antaranya bahkan sudah lanjut usia.

Budi Setyarso, Faisal Asegaaf, Mochtar Touwe (Ambon), Kusmayani Rini

(Brussel)
Posted by Senopati Wirang /Friday, July 13, 2007

Intel Oh Intel 186


Makna Kemerdekaan Indonesia Raya

Upacara Bendera 17 Agustus, berkumandangnya lagu Indonesia Raya,

detik-detik Proklamasi, gelora salam Merdeka, derap langkah

nasionalisme, renungan jasa para pahlawan, tabur bunga di makam

pahlawan, berkobarnya semangat persatuan, panjat pinang, lomba makan

kerupuk, dangdutan, perlombaan olah raga, serta berbagai kegiatan

mengisi hari kemerdekaan, dan...dst...dst.

Seharian saya berkeliling Ibukota Jakarta memperhatikan perilaku

berbagai kalangan masyarakat dalam memperingati hari kemerdekaan RI

ke 62 ini. Semangat itu masih terasa, gelora untuk memajukan Indonesia

Raya masih ada, kepedihan menahan beban ekonomi sedikit dilupakan

untuk meramaikan Pesta Kemerdekaan Indonesia dalam kesederhanaan.

Rasa malu sebagai akibat dari arah Indonesia yang tidak jelas sedikit

terlupakan manakala menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Teringat perasaan senasib ketika bangsa Indonesia berjuang mencapai

kemerdekaannya. Teringat persahabatan sejati kebangsaan Indonesia

mengusir penjajah yang telah merampok kekayaan Indonesia.

Teringat luka...kematian...tangisan...teriakan...tatapan harapan. Semua

dilalui dengan keberanian dan mimpi untuk membangun bangsa Indonesia

yang bersatu dalam payung NKRI yang bersama-sama memakmurkan

rakyat.

Mengapa sekarang kita menjadi penakut, menjadi pengecut, menjadi

Intel Oh Intel 187


ragu-ragu, menjadi saling mencurangi, menjadi saling mencakar, menjadi

saling curiga.

Mengapa kekuasaan menjadi rebutan, sementara tanggung jawab

mengemban amanat penderitaan rakyat cenderung diabaikan.

Kesombongan intelektual liberalisme menguasai sistem ekonomi yang kita

pilih sekarang, akibatnya ekonomi liberal yang liar mencabik-cabik

kekayaan bangsa yang terbagi-bagi hanya di kalangan elit. Pemerintah

hanya menjadi penagih pajak yang tunduk pada kekuasaan yang telah

dikuasai elit politik dan penguasaha. Korupsi belum juga menunjukkan

penurunan yang berarti, ketidakseimbangan dimana-mana, semangat

separatisme masih bergelaora seiring dengan antisipasi otonomi daerah

yang miskin persiapan.

Apa sesungguhnya yang terjadi dengan negeri Indonesia yang semakin

sering dilanda bencana, baik bencana alamiah maupun yang dirancang oleh

tangan-tangan jahat penghianat bangsa.

Tidak seluruh kengerian dan mimpi buruk yang Blog I-I sampaikan

merupakan akibat dari kepemimpinan nasional, tetapi juga menjadi nyata

karena kita semakin egois, saling mendendam, masa bodoh, dan yang

paling parah adalah pengecut, lebih parah lagi pengecut karena takut

jatuh martabat, takut jatuh miskin, takut jatuh dari kekuasaan.

Akibatnya sebuah dosa besar bernama korupsi menjadi budaya,

sementara sinergi kekuasaan dengan swasta kembali melahirkan jaring

Intel Oh Intel 188


kolusi yang sangat erat. Meskipun rakyat mati terbenam lumpur, tidak

akan lahir kepedulian sejati dalam ketulusan menolong sesama manusia

Indonesia. Apa yang terjadi adalah...ini perusahaanku, hartaku...ini

negaraku, akulah pemimpin yang berpengaruh, mulai dari tingkatan

manapun, bila ego kejahatan AKUnya itu tetap besar, kita akan terus

menyaksikan kerusakan demi kerusakan.

Makna kemerdekaan tidaklah hanya bersifat individual tetapi merupakan

cerminan kondisi bangsa yang terdiri dari berbagai komponen. Bila kita

hanya memikirkan diri sendiri, niscaya bagi mereka yang mapan dan

memiliki kekuasaan dan akses yang luas...sungguh hidupnya sangat amat

merdeka. Tetapi bagi mereka yang nasibnya tergantung pada orang lain,

perasaan terjajah itu justru semakin dalam apabila orang-orang yang

memiliki pengaruh dalam hajat hidup orang banyak tidak mampu,

pengecut, atau bahkan tidak paham bagaimana mengelola sumber-sumber

kehidupan orang banyak secara adil.

Makna kemerdekaan adalah awal terwujudnya mimpi membangun bersama

NKRI untuk kesejahteraan rakyat. Menjaga keamanan seluruh warga

dalam lindungan sistem hukum yang adil dan kokoh. Bukan personifikasi

kekuasaan individual ke dalam sistem seperti terjadi di wilayah Yudikatif

dan eksekutif, atau rancangan sikut-menyikut di legislatif. Diperlukan

keinsyafan massal tentang pentingnya kesadaran bersama dalam

mengelola seluruh potensi bangsa.

Makna kemerdekaan dalam kerangka demokrasi masih bisa menerima

Intel Oh Intel 189


segala hiruk pikuk persaingan para elit untuk menjadi pengelola negara,

namun semua itu dalam kepatuhan terhadap aturan main. Yang lebih

penting lagi adalah keseriusan serta keberanian dalam menempuh jalan

pembangunan yang akan berdampak luas dan positif bagi bangsa

Indonesia. Segala perdebatan harus bisa dilaksanakan dalam semangat

persatuan dan pada saatnya harus berhenti, para pihak harus mengerti

dan mampu menerima secara legowo. Meskipun dendam dan sakit hati itu

adalah sifat manusiawi, namun bila kebenaran sedang membimbing

Indonesia Raya, kita patut mendukungnya. Sebaliknya bila kegelapan

sedang berkuasa kita juga wajib menempuh langkah nyata untuk

meneranginya.

Merdeka!!!

SW

Posted by Senopati Wirang /Friday, August 17, 2007

Intel Oh Intel 190


Pokok Persoalan Indonesia Raya

Setelah membiarkan Blog I-I tidak ter-update selama beberapa minggu,

saya berharap pada halaman utama rekan-rekan kembali menemui tulisan

Makna Kemerdekaan Indonesia Raya lebih lama. Tetapi memang klise dan

membosankan juga pada akhirnya. Apalagi terjadi kericuhan-kericuhan

yang melukai Indonesia Raya dengan insiden di Malaysia. Selain itu, ada

cerita "burung" ala pahlawan kesiangan dari PK Kasus Munir. Kemudian

ada kisah sukses intelijen di Afghanistan, kisah dimulainya perang intel

menjelang 2009, kisah konsolidasi beberapa oportunis separatis yang

tidak kebagian kue di Aceh, Papua, dan Maluku. Tidak kalah menarik

adalah kisah perburuan Dul Matin di Filipina, Zulkarnain dan Noordin M

Top di sebuah pedesaaan yang sedikit berbukit-bukit. Sementara soal

pendekatan China dan Russia ke Indonesia Raya tampaknya dingin-dingin

saja karena pengaruh Virginia memang cukup solid di tingkat elit. AS dan

Jepang tetap berupaya mengikat Indonesia dalam hubungan erat yang

semakin erat. Terakhir adalah berkembangnya kondisi demi kondisi yang

semakin meresahkan di sisi sosial ekonomi yang juga menjadi perhatian

sejumlah analis intelijen.

Apa sesungguhnya yang menjadi pokok persoalan Indonesia Raya?

Pertanyaan tersebuh menghantui saya selama berhari-hari dan semakin

membingungkan karena meski ada banyak jawaban, tampaknya hal itu

justru melahirkan rasa pesimis yang mendalam.

Betapapun juga, perlu saya sharing beberapa pokok pemikiran yang lahir

dari perenungan saya sebagai berikut:

Intel Oh Intel 191


Pertama, persoalan yang paling krusial adalah masalah kebijakan ekonomi

nasional Indonesia. Setelah keyakinan atas sistem ekonomi liberal

menguasai seluruh elit pengambil keputusan, seyogyanya harus tetap ada

reserve untuk menekan gejolak dari rakyat miskin yang terhempas

dinamika riil ekonomi yang kejam. Perlu disadari bahwa mekanisme pasar

yang saat ini mau tidak mau menjadi bagian dari apa yang harus Indonesia

mainkan dalam percaturan internasional, berdampak positif bagi

komponen bangsa yang siap dan berdampak negatif kepada masyarakat

yang tidak siap. Dengan kata lain yang kaya makin kaya dan yang miskin

makin miskin. Meskipun indikator ekonomi makro akan berherak positif

sejalan dengan kebijakan yang ditempuh, namun proses pemiskinan

masyarakat tidak terhidarkan. Apakah ini semata-mata kekeliruan

strategi pemerintah, ataukah ini akibat dari kebodohan dan kemalasan

rakyat Indonesia? tentu masing-masing dari kita perlu melakukan

introspeksi. Setelah kita yakin dengan persoalan yang dihadapi,

seharusnya langkah-langkah perbaikan sudah bisa dilakukan untuk

mencegah kerusakan yang lebih parah. Apabila anda berjalan-jalan di

kota-kota besar Indonesia kemudian juga ke wilayah pedesaaan, kita akan

menemukan begitu banyak ketimpangan yang seolah-olah mencerminkan

keajegan kondisi ekonomi kita. Memang secara fisik terjadi

pembangunan, kemudian kita juga melihat tumbuhnya kelompok menengah

yang produktif, tetapi kita juga harus menangung meningkatnya persoalan

sosial rakyat miskin yang semakin banyak. Dampak lanjutan berupa tidak

kriminal menjadi makanan berita sehari-hari, seolah-olah Indonesia

sudah tidak aman lagi sebaagi tempat hidup.

Intel Oh Intel 192


Kedua, perilaku para pejabat negara Indonesia Raya masih mencerminkan

tingginya ego pribadi dan kelompok. Cermin paling buruk tampak dari

dunia Yudikatif yang merefleksikan borok busuk yang bau dengan

beberapa dinamika centil yang seolah-olah merupakan upaya tegas

membangun independensi hukum. Cermin berikutnya yang sudah semakin

membaik adalah dunia legislatif, meski masih jauh dari harapan perbaikan

demi perbaikan menjanjikan terciptanya dunia politik yang santun dan

perjuangan kelompok yang tidak merugikan kepentingan umum rakyat

Indonesia. Di kalangan eksekutif baik di pusat maupun daerah relatif

masih sarat dengan kepentingan sesaat. Walaupun hal itu dianggap

sebagai resiko demokrasi, namun rakyat harus sadar dan memiliki sikap

dalam memilih pemimpin di masa mendatang, yaitu pemimpin yang berani

dan sungguh-sungguh berjuang untuk kemajuan bersama seluruh bangsa

Indonesia untuk tingkat nasional, dan untuk kemajuan daerah di tingkat

lokal. Kelakuan para elit seringkali justru menjadi penghambat

pembangunan nasional karena ada benturan kepentingan di antara

mereka.

Ketiga, merosotnya profesionalisme aparatur negara tercermin dari

persoalan-persoalan yang dimulai dari awal pendidikan, seperti sekolah

kedinasan, sampai pada pembinaan dan karir yang perlu terus diperbaiki.

Lebih jauh lagi juga menyentuh masalah sistem penggajian dan pensiun.

Keempat, masalah korupsi masih menjadi penyakit terbesar di negeri

Indonesia Raya yang harus segera diatasi secara menyeluruh dan terus

Intel Oh Intel 193


dijaga dengan hukum yang tegas serta mekanisme pengawasan yang

ketat.

Beberapa catatan di atas dalam tataran yang wajar merupakan hal yang

biasa di negara manapun. Tetapi mengapa kita tidak merasakan adanya

derap langkah kompak dalam kerangka Indonesia Raya membangun bangsa

dan negara Indonesia?

Biarpun sudah klise dan membosankan tidak ada salahnya bila kita

mengingatkan diri kita sendiri tentang masa depan bangsa Indonesia

membangun Indonesia Raya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, September 04, 2007

Intel Oh Intel 194


"Indonesia Pecah"
Begitulah kira-kira judul buku yang berusaha menarik perhatian publik

tentang pentingnya NKRI. Djuyoto Suntani sang penulis memiliki latar

belakang yang cukup unik dan mulai naik daun setelah gagasan World

Peace Gong atau Gong Perdamaian Dunia pada era pemerintahan

Megawati mendapat tempat dan dipromosikan secara spektakuler bukan

saja di Indonesia melainkan juga ke mancanegara dan rencana ambisius

untuk menggemakan gong perdamaian dunia ke berbagai penjuru bumi

patut kita hargai.

Terima kasih atas informasi rekan-rekan Blog I-I yang memberikan data-

data lumayan lengkap sehingga bisa tersusun dalam tulisan ini.

Bagaimana Blog I-I melihat perkiraan "Indonesia Pecah"?

Hal yang pertama sekali harus kita cermati dalam melihat sebuah

perkiraan adalah pada akurasi data-data, kedalaman analisa serta

pemaknaan dan tujuan dibuatnya sebuah perkiraan. Dalam dunia intelijen

dimanapun di dunia ini dikenal istilah prediction of the future atau

future trends yang dalam bahasa Indonesia lebih akrab dengan istilah

perkiraan keadaan di masa mendatang atau dipersingkat menjadi

perkiraan keadaan (kirka).

Indonesia Pecah adalah thesis lama menjelang kejatuhan mantan

Presiden Suharto yang secara progresif beredar di kalangan akademisi

Intel Oh Intel 195


sosial politik khususnya pada waktu itu di Universitas Indonesia serta di

kalangan elit oposisi politik dan elit redaktur media massa. Secara

faktual, Indonesia berhasil melalui krisis perpecahan meskipun banyak

korban jiwa jatuh dimana-mana selama proses perubahan menuju sistem

politik yang demokratis. Satu-satunya fenomena pecah ditunjukkan dalam

kasus Timor Timur yang secara historis memang telalu banyak kelemahan

dari pihak Indonesia yang mudah dieksploitasi oleh pihak yang anti

Indonesia. Dalam kasus Aceh, Papua dan propinsi lainnya masih ada ruang

yang lebih baik untuk dikelola secara adil dan demokratis sehingga

kemungkinan untuk pecah menjadi bisa diminimalkan. Namun keteledoran

dan kebodohan dalam manajemen negara bisa saja memperkuat potensi

perpecahan yang ada.

Bagi Blog I-I, mengemukakan kembali argumentasi Indonesia Pecah sah-

sah saja bila dilandasi oleh kearifan niat untuk mengingatkan segenap

warga Indonesia Raya untuk menyadari bahwa tetap berada dalam payung

Republik Indonesia adalah pilihan yang logis dan menguntungkan. Hal itu

bukan saja dari sisi kesamaan cita-cita membangun Indonesia Raya

melainkan juga karena keyakinan adanya jaminan hukum dan politik yang

tidak akan lagi memarjinalkan salah satu kelompok hanya karena

perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika harus benar-benar mewujud dalam

perilaku dan keadaan yang terjamin yaitu dimana perbedaan itu terikat

dalam satu cita-cita yang kuat membangun Indonesia Raya. Karena toh

itu semua akan menguntungkan segenap warga negara. Perilaku dan

kebijakan yang diskriminatif serta berbagai macam ketidakadilan harus

segera disingkirkan, apalagi soal kesewenang-wenangan dan korupsi,

Intel Oh Intel 196


semua itu seyogyanya tidak lagi memiliki ruang untuk bernafas.

Persoalannya kemudian adalah apakah tepat bila kita memandang secara

negatif masa depan Indonesia dengan argumentasi-argumentasi yang

menggriring paa lahirnya kekhawatiran publik tentang pecahnya

Indonesia. Blog I-I termasuk yang tidak menyarankan bagi segenap

warga bangsa Indonesia untuk pesimis dan serba ketakutan dalam

melihat masa depannya. Kita bukan lagi sekelompak manusia bodoh yang

terus-terusan bisa diancam oleh hasutan-hasutan pemikiran yang justru

memperkuat dan memperbesar perbedaan, apalagi bila ada tambahan

pendekatan setengah magis tentang suratan Tuhan bahwa sejarah

berulang dalam waktu tertentu. Sesungguhnya manusia sanggup untuk

menjadi besar hanya dengan cita-cita dan impian yang besar pula, bila

masa lalu menjadi hantu seperti dalam sebagian kosmologi tradisional

Indonesia khususnya di tanah jawa ini, maka kemajuan tidak akan pernah

bisa dicapai.

Lelah...sungguh lelah bila kepala kita dipenuhi oleh angan-angan ketakutan

ah..nanti Indonesia pecah jadi sekian jadi sekian. Akan lebih positif

apabila kita memiliki angan-angan kemajuan Indonesia Raya yang kuat dan

bersatu padu dalam kerangka atau landasan yang disepakati bersama.

Kita membangun demokrasi yang kuat, kita membangun sistem hukum

yang kuat, kita angan-angankan bahwa para koruptor pasti kena

hukuman...yah setidaknya kalau lepas dari hukuman dunia, hati seorang

koruptor tidak akan pernah tenang, belum lagi bila kita meyakini adanya

neraka sebagai tujuan akhir para penjahat.

Intel Oh Intel 197


Dari sisi kewaspadaan, Blog I-I masih melihat adanya hubungan yang kuat

dalam thesis Indonesia Pecah dengan kembalinya sistem yang otoriter

militeristik. Meskipun dengan prasangka baik Blog I-I tetap menganggap

thesis Indonesia Pecah sebagai peringatan, namun bila dpelintir dalam

tujuan tertentu maka, mekanisme kendali yang tersentral tampaknya

akan lebih dominan, betapapun ilmiahnya pendekatan dalam mencegah

pecahnya Indonesia, maka penguatan sektor keamanan dan pertahanan

akan dominan. Mengapa kita tidak berpikir sebaliknya, yaitu dengan

meyakini bahwa Indonesia di tingkat rakyat akar rumput sudah terbiasa

dengan perbedaaan misalnya dalam kasus pemilihan kepala desa yang

sudah berlangsung demikian lama jauh sebelum reformasi dimulai.

Perbedaan itu tidak sama sekali mendorong perpecahan karena bersama-

sama dalam kekuatan Indonesia Raya jelas lebih menguntungkan.

Mengapa Blog I-I mencurigai thesis Indonesia Pecah? Hal itu didukung

oleh adanya informasi bahwa pihak-pihak menggagas ide Indonesia Pecah

memiliki hubungan dengan kelompok Cendana. Silahkan rekan-rekan Blog

I-I selidiki sendiri. Apakah Indonesia pecah akan menjadi legitimasi

kebijakan yang setback, ataukah secara positif disikapi dengan kehati-

hatian dalam mengelola negara tentu kembali ke pimpinan nasional kita.

Sekian

SW
Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 30, 2007

saya link salah satu sumber terbuka yang dikirim oleh rekan Blog I-I

yaitu dari GATRA

Intel Oh Intel 198


Soeharto

Sebenarnya saya agak sungkan dan ragu untuk menuliskan artikel khusus

tentang mantan Presiden Suharto yang saat ini masih dalam keadaan

sakit yang dilaporkan Tim Dokter Kepresidenan dalam kondisi kritis.

Tetapi terdorong oleh kejanggalan bombardir berita tentang kondisi Pak

Harto sejak tanggal 4 Januari 2008, saya merasa berkewajiban untuk

sekedar sharing analisa yang mudah-mudahan bisa menjadi pegangan yang

kuat bagi seluruh elemen reformasi Indonesia. Beberapa poin penting

yang mendasari lahirnya tulisan khusus ini adalah sebagai berikut:

Pertama, saya yakin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh

rasa kasih yang bisa diartikan bahwa sangat mudah kita mengasihani

kondisi siapapun yang patut dikasihani. Dalam kaitan ini, jiwa kemanusiaan

bangsa Indonesia tidak perlu diragukan lagi, sehingga tidaklah

mengherankan apabila respon-respon spontan yang mencerminkan

kejujuran ekspresi mengasihani kondisi yang sedang dialami Pak Harto

benar-benar ada di berbagai penjuru Indonesia. Kejujuran yang

merupakan simpati dan empati yang tidak memerlukan liputan radio,

koran, ataupun TV. Tetapi lebih diekspresikan tanpa ada maksud menjilati

keadaan, memamerkan kekuatan, ataupun mempertontonkan rasa

bersalah karena pernah menghianati Pak Harto. Dengan kata lain,

langsung mendo'akan yang terbaik bagi Pak Harto dan do'a itu tidak

perlu dipertontonkan dengan mengundang media massa.

Intel Oh Intel 199


Kedua, karena kepolosan dan kejujuran masyarakat akar rumput maka

dengan mudah pula segelintir elit lama maupun baru memanipulasi

kegiatan yang baik yaitu do'a bersama menjadi media atau ajang show

kepedulian yang tiba-tiba bagaikan jamur dan hebatnya adalah diliput

secara terus-menerus oleh media massa.

Ketiga, betapa dahsyat peranan media massa dalam mendramatisir

sebuah keadaan wajar manusia sakit dalam nuansa-nuansa pembentukkan

opini untuk pembenaran salah satu cara pandang. Seolah-olah hal itu

menjadi legitimasi moral bagi seluruh bangsa Indonesia untuk digiring

pada cara pandang tertentu, khususnya dalam upaya menghapuskan segala

persoalan yang melibatkan Pak Harto.

Keempat, betapa mantapnya langkah anasir kekuatan Orde Baru untuk

memaksakan cara pandang tertentu bahkan dengan melakukan tekanan-

tekanan kepada Presiden SBY, sampai-sampai SBY sempat salah langkah

pada saat respon pertama, dan hal itu dengan sangat lihai dipelintir dan

ditekankan sebagai langkah blunder yang disusul oleh semacam ekspresi

maaf. Sungguh malang nasib Jaksa Agung Hendarman Supanji yang

terpaksa harus menanggung kondisi malu dan serba tidak enak dengan

menelan segala tuduhan jahat dalam respon pertama SBY.

Kelima, menguatnya cara pandang militeristik terlalu kentara dan hal ini

merupakan indikasi telah bangkitnya percaya diri yang berlebihan dari

sejumlah kubu militer dengan mengagung-agungkan rencana "pemakaman"

Intel Oh Intel 200


Jenderal Besar Bintang Lima. Siapapun yang merancangnya, dia tahu

persis kondisi psikologis bangsa Indonesia.

Dari lima dasar pemikiran tersebut di atas saya ingin menyampaikan

kepada seluruh publik Indonesia untuk membuka mata lebar-lebar dan

menempatkan persoalan sesuai dengan kadar dan posisinya, sebagai

berikut:

Pertama, ekspresi kemanusiaan terhadap kondisi pimpinan yang sedang

sakit adalah suatu kewajiban yang wajar sebagai sesama manusia yang

memiliki perasaan. Mengenang jasa-jasa seorang pemimpin juga hal yang

lumrah manakala hal itu tidak ditujukan untuk menutup-nutupi kekeliruan

sekecil apapun. Bahkan dalam kondisi tertentu tranparansi sebelum kita

melanjutkan perjalanan ke alam kubur adalah sangat penting guna

melepaskan segala ikatan duniawi yang akan menggelantungi perjalanan

kita karena masih adanya kaitan kesalahan, utang ataupun urusan duniawi

lainnya.

Kedua, tugas sebagai seorang prajurit atau jenderal, tugas sebagai

pegawai kelurahan atau presiden bukanlah pekerjaan kepahlawanan.

Pahlawan adalah mereka yang mengabdikan diri untuk bangsa dan negara

tanpa mendapatkan imbalan, bahkan rela mengorbankan harta dan jiwa.

Seorang Presiden Republik Indonesia mendapatkan begitu banyak imbalan

yang diperoleh dari eksploitasi kekayaan alam, pajak rakyat, atau bahkan

konsesi dari mekanisme perizinan di masa lalu. Adalah keliru bila kita

mempercayai propaganda pahlawan pembangunan, ataupun propaganda

tentang jasa seorang abdi bangsa dan negara sampai-sampai tidak bisa

Intel Oh Intel 201


diukur. Membangun bangsa dan negara Indonesia adalah amanat, tugas

dan kewajiban seorang pemimpin. Sebagai imbalan dari pelaksanaan

amanat rakyat tersebut, seorang pemimpin digaji dan diberikan fasilitas-

fasilitas yang sesuai dengan level pimpinan negara. Apabila seorang

pemimpin tidak melaksanakan amanat rakyat apalagi menghianatinya,

maka hukuman juga akan diterapkan dengan tidak lagi menghendaki

kepemimpinannya. Dalam kaitan ini, peristiwa Mei 1998 adalah bukti

hukum dan sejarah bahwa rakyat tidak lagi menghendaki kepemimpinan

Pak Harto. Bahkan telah lahir TAP MPR yang menjadi dasar hukum upaya

penuntasan segala kasus yang melibatkan Pak Harto dan kroni-kroninya.

Ketiga, menghargai jasa pimpinan negara adalah wajar dan harus

ditunjukkan secara nyata melalui kebijakan formal, melalui

penghormatan, ataupun melalui ekspresi informal yang sunguh-sungguh

merefleksikan ketulusan. Apapun yang diambil pemerintahan SBY sebagai

bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap mantan Presiden

Suharto harus dilakukan berdasarkan pertimbangan yang matang dan

bukan karena tekanan Golkar yang sudah memulihkan kekuatannya paska

gerakan reformasi. Pertimbangan yang matang tersebut juga tidak dalam

ketergesa-gesaan hanya karena untuk memenuhi desakan pengacara

keluarga Suharto yang memang sangat pandai dan licin. Saya sangat yakin

bahwa Pak Harto lebih menghendaki transparansi jalan hidupnya

ketimbang formalitas penghapusan delik kasusnya. Karena dengan

demikian secara hukum akan jelas, bersalah atau tidak. Bila dinyatakan

bersalah, maka bolehkan ada wacana pengampunan. Tetapi bila terbukti

Intel Oh Intel 202


tidak bersalah, maka harus ada proses pembersihan nama baik secara

totala dan tidak perlu ada pengampunan.

Keempat, tentu saja kejujuran itu merupakan hal yang sangat mahal di

zaman kini. Karena rasanya sangat sulit untuk menempuh jalan panjang

pembuktian hukum kasus Pak Harto. Ketiadaan unsur pengakuan dan

kesulitan pembuktian dengan bukti keras dan saksi-saksi telah

memberikan prediksi jalannya proses pengadilan kasus Pak Harto terlalu

berkepanjangan. Andaikata saja ada kejujuran dari keluarga Pak Harto

yang bisa segera menyelesaikan persoalan, maka persoalan akan segera

selesai dan pemerintah maupun bangsa Indonesia akan sangat

menghargainya dan sudah pasti akan diampuni dan bahkan do'a dengan

ketulusan akan bergema di seluruh pelosok negeri dengan penghormatan

yang dalam. Tetapi yang terjadi adalah penghukuman ganda dari berbgai

penjuru yang akhirnya membuat Pak Harto dalam himpitan

ketidakberdayaan.

Kelima, berhati-hatilah dengan gerakan anasir Orde baru yang telah

mencengkeram kembali sendi-sendi kehidupan bernegara di Indonesia.

Sementara unsur kebangsaan lagi-lagi terabaikan, anasir Orde baru

secara serius telah mengembangkan operasi politik sebagaimana biasa

dilakukan di masa lalu. Seluruh elemen intelijen paham apa yang saya

katakan, karena kita biasa mengerjakannya dahulu.

Mohon disebarluaskan kepada seluruh elemen gerakan reformasi, semoga

dapat menjadi penguat untuk berpegang teguh pada cita-cita membangun

Intel Oh Intel 203


good governance di bumi Indonesia Raya. Dengan catatan penting bahwa

kita tetap menghormati mantan Presiden Suharto dan menghargai jasa-

jasanya, namun janganlah moment yang sedang dilalui Pak Harto

dimanfaatkan oleh kroni-kroninya untuk penghilangan seluruh persoalan

lama dan seolah-olah tidak pernah terjadi.

Akhir kata saya mohon saya dikoreksi bila ada yang keliru dan atas

ketidaketisan tulisan ini, saya juga mohon ma'af yang sebesar-besarnya

kepada keluarga besar Jenderal Soeharto dan orang-orang terdekatnya.

Semoga niat baik yang saya teguhkan dalam hati saya untuk masa depan

Indonesia Raya bisa mengurangi dosa-dosa saya karena menuliskan

artikel ini.

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 15, 2008

Intel Oh Intel 204


Mencla-Mencle

Sekedar menjawab beberapa pertanyaan yang mempertanyakan sikap

Blog I-I atas wafatnya mantan Presiden Suharto, maka perlu ditegaskan

disini bahwa dua tulisan sebelumnya tidak bertentangan. Karena sangat

jelas, bahwa dari sisi pekerjaan sebagai seorang intel, almarhum Suharto

punya catatan prestasi. Juga sangat jelas bahwa dari kontroversi

masalah korupsi, pelanggaran HAM, dan rapuhnya struktur ekonomi

nasional Indonesia, yang juga melibatkan keluarga besar Cendana dan

kroni-kroni Golkar dan Militer, maka almarhum Suharto meninggalkan

catatan yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah sekarang.

Dengan demikian Blog I-I mudah-mudahan tidak terlihat mencla-mencle.

Posted by Senopati Wirang /Friday, February 01, 2008

Intel Oh Intel 205


ANALISA &
PERISTIWA KHUSUS

Intel Oh Intel 206


AM Hendropriyono versus TPF Munir

Jenderal (purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono adalah mantan kepala

BIN sekaligus tokoh nasional kontroversial yang telah banyak dilukiskan

media massa sebagai tokoh yang begini dan tokoh yang begitu. Dihormati

kolega karena keberanian dan prinsipnya, disegani lawan di medan

pertempuran karena strateginya, ditakuti musuhnya karena

keprofesionalannya di bidang militer, dicintai anak buah karena

kedekatannya dan kehangatan pribadinya, dibenci musuh politik karena

kelihaian dan arogansinya.

TPF Munir adalah sebuah Tim bentukkan presiden yang didesak oleh

gerakan aktivis, karena Munir Sarjana Hukum adalah salah satu aktivis

yang tewas secara misterius. Ketakutan terulangnya peristiwa tewasnya

aktivis lain membuat hampir seluruh aktivis HAM memiliki kepentingan

yang sama, yaitu membongkar misteri tersebut.

Di sisi lain ada rakyat Indonesia yang menjadi saksi polemik di media

massa. Ada juga pemerintah dengan aparatur penegak hukumnya yang

juga menyaksikan polemik tersebut sekaligus berada di dalam proses

pengungkapan kasus Munir SH.

Dalam kasus ini biarkan saya berposisi sebagai rakyat biasa yang

kebetulan rajin mengamati perkembangan berita nasional Indonesia:

1. Sejak awal kematian Munir SH sudah ada desas-desus keterkaitan

Intel Oh Intel 207


BIN, yaitu yang disebar oleh seorang atau beberapa "oknum" kepada

sejumlah aktivis dan wartawan melalui telepon genggam. Berawal dari

desas-desus itu muncul ide pembentukkan TPF Munir dari kalangan

aktivis karena diyakini Polisi tidak akan mencapai hasil maksimal.

2. Pemerintahan Yudhoyono yang baru dan memerlukan simpati segera

merespon harapan para aktivis tersebut. Dalam posisi ini terjadi

simbiosis mutualisme antara gerakan aktivis dan pemerintah. Dibentuklah

TPF Munir dengan terjadinya beberapa penolakan dari sejumlah aktivis

untuk duduk di dalamnya karena selain tidak yakin juga memperhitungkan

"resiko" pribadi berupa kegagalan total.

3. Proses penyelidikan yang telah diwarnai "dugaan" berdasarkan

informasi awal segera dimanfaatkan TPF yang dipimpin Jenderal Polisi

berbintang satu untuk mengarahkan penyelidikan pada kemungkinan

terlibatnya BIN. Secara perlahan satu-persatu langkah penyelidikan

mencapai "keberhasilan" dengan puncaknya penetapan tersangka.

4. Karena tujuannya memang membidik BIN dan sejumlah mantan

pimpinannya, maka TPF Munir tidak puas dengan penetapan tersangka itu

oleh Kepolisian. Akhirnya berdasarkan "kekuatan" dukungan politik dari

presiden dan "keberanian", beberapa anggota TPF berinisiatif melacak

lebih jauh.

5. Kemudian terjadi lagi desas-desus dari seorang atau beberapa "oknum"

yang menceritakan pernah melihat surat tugas yang mengaitkan

Intel Oh Intel 208


Pollycarpus dengan BIN. Terjadilah proses tarik menarik TPF Munir dan

BIN yang membuat mantan Sekretaris Utama BIN bolak-balik ke

diinterogasi TPF dan Polisi. Dilanjutkan dengan sejumlah mantan petinggi

BIN lainnya seperti Kepala Biro BIN dan mantan Deputi V BIN, bahkan

"hebatnya" TPF Munir sampai bisa melacak jalur telepon yang konon

pernah tercatat menghubungkan mantan Deputi V BIN dengan tersangka

Sdr. Pollycarpus. Belakangan pejabat tinggi aktif BIN turut diinterogasi.

6. Dibayang-bayangi oleh kemungkinan gagal karena tidak bisa

membuktikan desas-desus surat tugas Pollycarpus dengan "memaksa"

mantan petinggi BIN dan petinggi BIN, TPF mengembangkan opini negatif

tentang BIN dan mantan petingginya bahkan juga menuduh Ketua BIN

sekarang tidak kooperatif. Dalam jalur yang lain telah dipersiapkan

langkah-langkah membuat kasus Munir sebagai kasus HAM internasional.

7. Karena dikait-kaitkan terus dalam sejumlah pemberitaan media massa,

akhirnya Jenderal (purn) AM Hendropriyono menjadi gerah dan

mengambil langkah hukum demi membela nama baiknya yang sudah lama

digerogoti oleh proses yang biasa disebut pembunuhan karakter

seseorang.

8. Polemik-pun berkelanjutan. Para aktivis mengupayakan konsolidasi

kekuatan dan mencari dukungan dengan jalur khusus kepada Komnas HAM

untuk lebih serius dalam kasus Talangsari. Kemudian sejumlah LSM pun

melakukan aksi kecaman terhadap Jenderal (purn) AM Hendropriyono.

Intel Oh Intel 209


9. Persoalan ini bila kita coba lihat dari kacamata rakyat jelata jelas

"TIDAK PENTING", karena rakyat biasa tidak akan pernah bisa melihat

dari kacamata Elit Aristokratis para aktivis yang akhirnya terjebak dari

idealisme ideologi menjadi kepentingan individualistik. Rakyat biasa juga

tidak akan pernah bisa melihat dari kacamata seorang Elit Politik para

petinggi dan mantan petinggi BIN. Rakyat jelata juga tidak akan bisa

melihat dari kacamata Elit Eksekutif Presiden Indonesia.

10. Meskipun demikian, rakyat biasa seperti Ibu Suciwati istri Munir SH

adalah pihak pertama yang merasakan kesedihan luar biasa karena

kehilangan suami sekaligus penopang hidupnya. Dari kacamata Suciwati

tentu saja pengungkapan kasus Munir menjadi "PENTING", demi keadilan

dan demi kepuasan (ketentraman) bathin tentunya. Pentingnya terletak

pada sisi kemanusiaan atas suatu peristiwa pidana "biasa" yang menimpa

suaminya.

11. Namun bagi para aktivis letak pentingnya adalah terletak pada

kemenangan Elit Aristokrat Aktivis yang jauh dari kejelataan, dan

kemenangan aktivis atas dominasi negara yang "mungkin" dianggap

mempraktekan kekerasan. Posisi aktivis akan semakin kuat pasca kasus

Munir bila memang keberuntungan berpihak padanya. Bahkan bisa

menjadi sebuah despotisme baru, dimana penguasaan opini publik dan

justifikasi gerakan politik menjadi senjata ampuh dalam mendikte tata

sosial masyarakat Indonesia.

12. Tidaklah mengherankan bila resistensi terjadi justru dari dalam

Intel Oh Intel 210


tubuh pemerintah sendiri. Karena pemerintah tidak akan sanggup

menanggung kehancuran kredibilitas intelijen, terkecuali dengan cara

melikuidasi dan membentuk organisasi baru. Bilapun ini dilakukan, entah

apa yang akan terjadi sulit untuk diprediksikan ke depan.

13. Yang akan paling mengerikan adalah apabila desas-desus yang

dipercayai oleh sejumlah anggota TPF ternyata bagian dari permainan

besar yang tidak pernah ada dan tidak akan pernah bisa dibawa ke

hadapan hukum. Inilah faktor utama yang membuat Polisi jauh lebih hati-

hati, karena segala bukti yang tidak bisa menjadi barang bukti di

pengadilan adalah sia-sia.

Posted by Senopati Wirang /Thursday, June 02, 2005

Intel Oh Intel 211


Ada Apa dengan KONTRAS

Dahulu ketika saya pernah menulis tentang kasus Munir (baca Munir ),

saya mendapatkan informasi awal dari seorang informan dalam tubuh

Kontras dan Utan Kayu 164 yang saya crosscheck dengan beberapa

lingkar intelijen BIN. Sungguh amat sulit melakukan rekonstruksi faktual

berdasarkan bukti-bukti untuk dibawa ke depan hukum. Meski kemudian

ada beberapa pihak yang mencoba meyakinkan berdasarkan 23 bukti yang

ditolak pengadilan, saya tetap tidak bergeming....ini kasus yang pelik. Bila

beberapa artikel saya mengarah pada kemungkinan bahwa misteri itu

telah dipecahkan oleh BIN, maka hal ini berdasarkan pada informasi

analis rekan Blog I-I yang secara meyakinkan mengungkapkan analisanya

berdasarkan pada peta kekuatan organisasi BIN kepada saya dua tahun

yang lalu. Bahwa sistem kerja BIN yang memiliki sel-sel operasi yang

tersebar luas dan mendalam itu tersekat-sekat dalam kompartementasi

yang ketat. Tidaklah mengherankan bila ada unsur pimpinan BIN yang

tidak mengetahui apa yang terjadi. Analis tersebut meyakinkan saya

bahwa kasus Munir adalah pekerjaan di luar institusi BIN, namun

menggunakan teknik dan kemampuan yang hampir menyamai dengan

kemampuan sel BIN. Dari situlah berangkat anggapan bahwa BIN

terlibat, yang kemudian diperkuat dengan hembusan isu keterlibatan

beberapa orang intelijen yang bekerja di BIN. Sesungguhnya bila

memang demikian, tentu sudah muncul kekhawatiran kalangan intelijen

akan tuduhan miring tersebut. Tapi setelah lebih dari dua tahun

berselang, saya menerima kabar bahwa ternyata dari sel-sel khusus BIN

Intel Oh Intel 212


tidak terdeteksi ada yang menerima order menghabisi Munir. Akhirnya

saling berpandangan, siapa ya?

Sebuah isu kuat yang tidak pernah disentuh adalah masalah internal

Kontras dan sejumlah aktivis yang tidak suka dengan Munir. Sebuah

analisa mutakhir yang mengarah pada terjadinya kerjasama antara

desertir sel BIN dengan aktivis yang membenci Munir-pun mengemuka

dalam analisa intelijen. Tidak berbeda dengan prasangka keterlibatan

BIN, analisa yang berdasarkan pada kepentingan "uang" tersebut masih

dalam proses pengumpulan barang bukti.

Baru-baru ini kontras menyerang Kepala BIN Syamsir Siregar secara

vulgar dengan tuduhan yang luar biasa (baca kontras), yaitu :

---------------------------------------------------------------------------------

Pertama, BIN gagal bekerjasama dengan TPF dan Polri dalam

mengungkap pembunuhan Munir, meskipun telah jelas ada keterlibatan

anggota dan pejabat teras BIN. Belakangan, BIN malah melobi Kongres

AS-yang jelas bukan wilayah kompetensinya.

Kedua, BIN gagal mengantisipasi aksi teror dan kekerasan di Poso,

bahkan mendeteksi bom yang meledak di lokasi dekat pos aparat

keamanan.

Ketiga, Kepala BIN Syamsir Siregar sering melontarkan opini atau

tuduhan-tuduhan negatif kepada masyarakat sipil. Misalnya, menyalahkan

LSM atas peristiwa rusuh di Abepura 2006.

Intel Oh Intel 213


Keempat, BIN memiliki mindset anti demokrasi. Misalnya lewat

stigmatisasi dan pewacanaan bahaya komunisme yang berakibat

pembubaran forum-forum kebebasan sipil.

Kelima, Kepala BIN Syamsir Siregar tak serius mengawal perdamaian

Aceh. Misalnya, menuding GAM tetap memperjuangkan kemerdekaan

meski menandatangani MoU Helsinki.

Keenam, RUU BIN versi Maret 2006 adalah bukti BIN ingin memiliki

kekuasaan berlebihan (menjadi super body), termasuk mengambil oper

kewenangan penegak hukum (Pasal 12).

Singkatnya, kepemimpinan Syamsir Siregar gagal membangun BIN yang

profesional. Bahkan menyeret BIN ke dalam wilayah yang bukan

kompetensinya. Lebih jauh lagi, paradigma BIN terhadap demokrasi dan

HAM tidak berubah.

---------------------------------------------------------------------------------

Ada apa dengan KONTRAS ??? Sangat terasa tendensi negatif upaya

melengserkan Sdr. Syamsir Siregar. Apa kepentingan KONTRAS dengan

BIN dengan terus-menerus menyudutkan BIN yang telah berhasil secara

gemilang menghancurkan sel-sel radikal teroris bersama aparat

Kepolisian. Apakah Sdr. Usman Hamid sedang memancing kemarahan sel-

sel BIN yang kadang menjadi liar dan lepas kendali?

BIN yang sering diremehkan, dilecehkan, dipojokkan, dan tampak seperti

pesakitan dengan segala pembatasan sesungguhnya tetap memelihara

kekuatan aslinya dalam sel-sel yang dijaga baik oleh prajurit intelijen

yang memegang teguh prinsip sampai mati. Inilah yang kadang tidak

Intel Oh Intel 214


diketahui pimpinan. Bahwa keberhasilan pimpinan sangat tergantung pada

perlakuan yang baik terhadap seluruh anggota BIN.

Sikap KONTRAS yang semakin mencurigakan telah memperkuat dugaan

keterlibatan lingkaran Munir sendiri. Dengan kata lain, semakin kencang

tuduhan kepada BIN sebagai institusi semakin lemah argumentasinya.

Karena setelah saya mempelajari seksama seluruh bukti yang akan diolah

kembali oleh Polisi, jawabannya akan tetap sama. Seyakin itulah orang-

orang KONTRAS yang melontarkan tuduhan kepada BIN, seyakin

pimpinan BIN. Artinya semua pihak yang pernah terlibat dalam TPF

Munir sudah paham bahwa kasus Munir bukan saja dipastikan akan

membeku, melainkan juga tetap terbuka sebagai komoditi politik.

KONTRAS yang mulai kehilangan kredibilitas karena tingkat

akuntabilitas yang menurun, sekarang bermain-main di luar bidang

keahliannya, senjata makan tuan.

Bila KONTRAS bisa menuduh kepemimpinan Syamsir Siregar gagal

membangun BIN yang profesional. Bahkan menyeret BIN ke dalam

wilayah yang bukan kompetensinya. Maka masyarakatpun bisa melihat

bahwa kepemimpinan Usman Hamid gagal membangun KONTRAS yang

profesional. Bahkan menyeret KONTRAS ke dalam wilayah yang bukan

kompetensinya, yaitu menjadi pengawas BIN.

Satu hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan segenap rakyat

Indonesia adalah bahwa sangat terasa adanya gerakan melemahkan TNI

secara sistematis. Hal ini hanya bisa dilakukan setelah persiapan yang

Intel Oh Intel 215


panjang dengan melihat kelemahan TNI dalam hal profesionalitas dan

keterlibatan TNI ke dunia politik di masa lalu. Perhatikan bagaimana

KONTRAS mengkritik BIN dengan mengingatkan bahwa BIN adalah

institusi sipil, dan tidak boleh mencampuri urusan sosial-politik. Sangat

aneh pernyataan bahwa BIN tidak boleh mencampuri urusan sosial-

politik. Sebuah pernyataan blunder yang menunjukkan ketergesaan dalam

pembuatan konsep pernyataan tersebut. Munirpun tidak akan pernah

membuat pernyataan demikian.

Apabila tendensi kelakuan KONTRAS semakin jelas telanjang dalam

membawa kepentingan melemahkan TNI dan BIN, maka jelas hanya pihak

asinglah yang diuntungkan. Tetapi siapa pihak asing itu juga menjadi

pertanyaan yang harus dijawab secara hati-hati. Perhatikan bagaimana

proses "teror" kampungan yang katanya ditujukan kepada Kontras dan

Istri Munir Suciwati yang seolah-olah dilakukan oleh oknum

militer/negara. Sungguh konyol dan tidak mungkin dilakukan oleh sel-sel

BAIS maupun BIN. Singkat kata, siapa semakin banyak bicara semakin

kelihatan belangnya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Thursday, January 11, 2007

Intel Oh Intel 216


Munir oh Munir

Hohoho....ramalan Blog I-I tentang pemeliharaan kasus Munir dan

permainan besar itu mulai memperlihatkan kenyataan. Meskipun

sebenarnya saya sudah malas menyoroti kasus Munir, namun karena

terkait dengan artikel Blog I-I dua tahun yang silam tentang kasus Munir

dan duka cita intel, maka ada rasa tanggung jawab untuk sedikit

menyampaikan analisa yang mudah-mudahan obyektif.

Seperti pernah saya ungkapkan, bahwa kasus Munir telah menciptakan

luka yang mendalam bukan saja di kalangan aktivis namun juga di kalangan

intelijen. Duka cita itu tampaknya semakin pudar dikalangan aktivis

sejalan dengan masuknya proyek-proyek yang mengatasnamakan

penyelesaian kasus Munir. Namun sebaliknya, duka cita komunitas

intelijen justru semakin dalam karena semua intel aktif paham bahwa

permainan politik di atas kasus Munir akan terus dimainkan oleh

kelompok-kelompok tertentu seperti [deleted]. Memang permainan itu

sangat kampungan, namun harus diakui bahwa sensitifitas dan keunggulan

komparatifnya membuat banyak pihak menjadi sangat enjoy untuk

memainkan sisi politiknya, Munir oh Munir.

Artikel saya kali ini terkait erat dengan perkembangan terbaru kasus

Munir yang sudah dihembusi propaganda dan desas-desus yang lagi-lagi

menyoroti intelijen seperti dalam upaya-upaya sebelumnya. Berdasarkan

data lengkap dari informan Blog I-I dalam sidang perdana Peninjauan

Kembali (PK) kasus Kematian Munir pada 9 Agustus 2007 di PN Jakarta

Intel Oh Intel 217


Pusat, novum baru yang digembar-gemborkan akan mampu menjaga daya

tarik politik kasus Munir tersebut ternyata cerita lama juga. Yah...lagi-

lagi tentang surat-menyurat yang dikemas sedemikian rupa akan

menciptakan opini publik tentang terkaitnya pimpinan intelijen di institusi

BIN dalam kasus kematian Munir. Apabila dahulu soal surat-suratan itu

dituduhkan kepada pejabat setingkat direktur dan sekretaris utama yang

kemudian tidak terbukti, maka kini tidak tanggung-tanggung, tuduhan

baru diarahkan kepada Wakil Kepala BIN As'ad. Mau kemana ya kira-kira

skenario politik yang akan dikembangkan ?

Munir oh Munir

Blog I-I merasa berkewajiban untuk menyampaikan sikap (bukan fakta

atau novum yang direkayasa) sebagai berikut :

Pertama, politisasi kematian Munir sudah sangat menjengkelkan dan perlu

untuk dikembalikan ke jalur hukum yang tidak dipengaruhi oleh

kepentingan politik tertentu. Hal itu berdasarkan pada fakta bahwa apa

yang disebut sebagai novum baru sebenarnya sudah dirancang jauh-jauh

hari untuk tujuan tertentu yang cukup jelas terbaca oleh komunitas

intelijen Blog I-I. Novum baru seharusnya benar-benar baru dan bisa

dibawa ke depan pengadilan, serta bukan sebuah pengembangan wacana

yang memiliki tujuan tersembunyi.

Kedua, pesan-pesan yang disampaikan melalui PK kasus Munir tanggal 9

Agustus kemarin sudah cukup jelas bagi Blog I-I. Sungguh permainannya

teramat sangat kasarnya.

Ketiga, Blog I-I akan terus mengawasi secara ketat perkembangan

politisasi kasus Munir. Mohon kepada seluruh rekan-rekan Blog I-I untuk

Intel Oh Intel 218


menyampaikan seluruh perkembangan dan bukti-bukti hukum yang adil

dalam mengawal berjalannya proses hukum kasus Munir.

Keempat, Blog I-I memprediksikan hancurnya sebuah bangunan kokoh

keamanan nasional Indonesia melalui kasus Munir yang pada dasarnya

telah disusupi kepentingan kelompok tertentu untuk menguasai salah satu

pilar keamanan nasional, yaitu intelijen.

Kelima, bingkai cerita kasus Munir adalah konspirasi pembunuhan yang

pada ujungnya tidak akan menyentuh siapapun. Hal itu telah berada di

pundak Reskrim dan Kejaksaan untuk mampu menceritakan alur logis apa

yang disebut sebagai konspirasi pembunuhan. Hebat sekali memang,

apalagi karena restu untuk rangkaian cerita tersebut telah disetujui oleh

orang paling berpengaruh yaitu [deleted].

Keenam, lalu apa pentingnya PK kasus Munir bila akhirnya tidak akan

menyentuh siapapun selain hasil akhirnya adalah pembebasan seperti

dalam pengadilan Pollycarpus? Pentingnya jelas ada dari sisi penegakkan

hukum dan pengungkapan kasus yang semakin tidak jelas ini, yaitu tindak

pidana yang menyebabkan kematian seseorang.

Ketujuh, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan cerita unik kematian

Munir dalam bingkai politik menjelang 2009.

Mohon koreksi bila ada kekeliruan data.

Munir oh Munir

SW

Posted by Senopati Wirang /Friday, August 10, 2007

Intel Oh Intel 219


Kejutan Kasus Munir

Masih sejalan dengan tulisan Blog I-I tentang kasus Munir khususnya

ketika saya katakan untuk menunggu bagaimana kelanjutan cerita unik

kematian Munir dalam bingkai politik menjelang 2009.

Tidak disangka bila kejutan itu terjadi pada awal 2008 yang kelihatannya

cukup pas sebagai pemanasan awal. Adalah fotocopy BAP Agen BS yang

secara sengaja atau tidak dipublikasikan kepada media massa yang

menjadi sumber kejutan kasus Munir. Bagi umum nan awam tentu saja hal

itu mengejutkan, namun sekali lagi bagi kalangan intelijen, khususnya

rekan-rekan Blog I-I, hal itu masih menjadi bagian dari duka mendalam.

Mengapa begitu ?

Hal itu tidak lain karena salah satu badan intelijen tidak lagi memiliki

kehormatan pasca penyelesaian kasus Munir dan mungkin harus

dibubarkan. Meskipun ada upaya serius untuk memisahkan faktor individu

dan institusi, namun tidak dapat dielakkan lagi bahwa dampak sosial,

psikologis dan hukum akan terus melekat menjadi noda yang tidak

terhapuskan dalam sejarah Indonesia. Ahha, jangan terjebak dulu

ditengah tulisan ini!

Permainan unik kasus Munir masih akan terus bergulir, pembuktian BAP

agen BS memang cukup signifikan dan hal itu hanya bisa menjadi semakin

meyakinkan apabila semuanya bisa berlangsung di hadapan pengadilan.

Andaikata agen BS bicara jujur, maka pemerintahan SBY wajib

Intel Oh Intel 220


melindungi keselamatan jiwa agen BS dan seluruh keluarganya. Apabila

agen BS berbohong, maka hal itu justru akan mementahkan kembali

segala upaya PK kasus Munir. Apabila BAP itu rekayasa untuk membuat

grogi kalangan tertentu, maka agen BS bisa menggugat pencemaran nama

baiknya.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana pihak-pihak yang dituduhkan

akan menjawab kesaksian dalam BAP agen BS bila itu memang benar? Lalu

apakah cukup kesaksian seorang agen BS untuk mendukung peninjauan

kembali kasus Munir?

Mungkin kita harus membiarkan proses hukum terus berjalan dan semoga

aspek politiknya semakin sedikit. Kita mungkin akan mendengarkan

rentetan kesaksian lain yang mengarah pada penyelesaian kasus Munir.

Blog I-I tidak ambil pusing dengan pengungkapan secara total misteri

pembunuhan agen Munir, karena apapun hasilnya tidak akan berpengaruh

pada eksistensi Blog I-I. Namun bagaimana dengan eksistensi lembaga

dan intelijen aktif? Sebegitu lemahnyakah atau sebegitu bodohnyakah?

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 08, 2008

Intel Oh Intel 221


Buah Simalakama Korupsi

Dari mana kita membersihkan korupsi kata Jaksa Agung ?

Intelijen berpikir keras. Ada dua pilihan dari pinggir atau langsung ke

tengah-tengah pusat korupsi. Dari pinggir akan memakan waktu lama dan

berpotensi dipangkas ditengah jalan. Dari tengah berpotensi

menimbulkan gejolak politik yang akan semakin merusak perekonomian

nasional yang sedang ambruk.

Yang terbaik sebenarnya dari tengah dan langsung ke jantung koruptor,

dengan resiko gejolak politik yang bisa dilawan seandainya pembersihan

politik dilakukan pada awal reformasi. Namun karena terjadi konsolidasi

kekuatan lama, akhirnya menjadi mustahil memilih pemberantasan korupsi

dari tengah.

Korupsi tidak diberantas akan menurunkan kredibilitas pemerintah.

Diberantas langsung ke pusat-pusat korupsi akan menjatuhkan

pemerintah.

Benar adanya buah simalakama itu, akhirnya dipilihlah yang beresiko kecil

dan berdampak kecil itu.....

Posted by Senopati Wirang /Monday, December 14, 1998

Intel Oh Intel 222


Bagaimana Intelijen Menilai Kelangkaan BBM

Selama beberapa minggu ini, Indonesia dilanda masalah serius kelangkaan

BBM, ditandai dengan kenaikan harga yang melambung dan keresahan

publik di sejumlah daerah.

Tak urung berbagai pihak terkait seperti Presiden, Pertamina,

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pengamat Ahli, Politisi,

serta sejumlah Anggota DPR memberikan komentar dan usulan untuk

mengatasi masalah tersebut. Presiden bahkan menunda rencana

kunjungannya ke tiga negara yaitu China, Thailand, dan Brunei dengan

tekad menuntaskan masalah BBM sebelum kunjungannya ke luar negeri.

Intelijen domestik dimanapun dunia, hampir selalu mengaitkan kerawanan

dari suatu persoalan ke lingkaran politik kekuasaan. Hampir bisa

dipastikan pola analisa intelijen politik yang sarat dengan pendekatan

politik tersebut akan menganalisa bahaya kelangkaan BBM terhadap

kredibilitas pemerintahan Yudhoyono. Kegagalan Presiden mengatasi

masalah BBM saat ini akan sama dengan hilangnya potensi Yudhoyono

untuk terpilih kembali pada pemilu 2009, atau bahkan bila sangat parah

akan bisa menjatuhkannya di tengah jalan.

Analisa intelijen secara umum akan mengarah pada pencarian faktor

utama penyebab kelangkaan BBM. Apakah akibat kecerobohan Pertamina,

apakah akibat dampak yang wajar dari sistem ekonomi global yang

Intel Oh Intel 223


interdependen, ataukah ada permainan politik di level distribusi BBM ke

seluruh wilayah Indonesia.

Analisa berikutnya akan lebih khusus mengarah pada bagaimana

seharusnya Presiden berperilaku dan bertindak sebagai seorang

pemimpin/manager dalam mengelola krisis dan prioritas pekerjaan .

Penundaan kunjungan ke luar negeri dalam tempo sesaat tentu merupakan

langkah positif yang intelijen bisa dipastikan ikut menyarankannya.

Tetapi yang lebih krusial adalah tentang bagaimana langkah

penyelesaiannya.

Ada sedikit kejanggalan dalam kebijakan hemat energi baru-baru ini.

Dalam merespon kelangkaan BBM dengan hemat energi ada kesan

kelemahan pemerintah di bagi-bagi ke seluruh masyarakat. Seyogyanya

slogan hemat energi hanya sebatas himbauan dan bukan peraturan

tertentu, karena penghematan dalam ekonomi sama dengan turunnya

produktifitas dan melemahnya pembangunan.

Langkah-langkah yang seharusnya perlu ditempuh oleh pemerintah

mencakup perencanaan jangka panjang adalah pengembangan energi

alternatif di samping BBM serta pemeliharaan dan peningkatan stabilitas

ekonomi yang mampu mendukung ketersediaan cadangan energi nasional.

Langkah-langkah jangka pendek tentunya segera mengembalikan

stabilitas ketersediaan BBM dan kepastian harganya. Hal ini tentunya

tidak terlalu sulit bila memang keuangan negara mencukupi untuk

Intel Oh Intel 224


"sementara" menutupi kekurangan yang ada. Sementara rasionalisasi

harga BBM nasional Indonesia yang masih dibawah standar internasional

yang akibatnya membuat pemerintah dibebani biaya subsidi seyogyanya

sedikit demi sedikit dihapuskan. Tetapi memang bagaimana membuat

harga BBM yang standar internasional itu tidak terasa mahal di mata

rakyat menjadi persoalan yang kemudian melilitnya.

Apakah lantas intelijen ekonomi dan energi hanya menyajikan catatan

yang demikian? bisa jadi cuma begitu, tetapi bisa juga ada tawaran-

tawaran pilihan yang bisa mengeluarkan pemerintah dari persoalan BBM.

Setidaknya sejauh ini, dalam tataran nasional langkah-langkah

pemerintah belum bisa dipuji tetapi juga belum pantas di caci maki

karena soal BBM.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, July 12, 2005

Intel Oh Intel 225


Bupati, illegal logging dan pencucian uang

Berikut ini ada sebuah artikel yang sangat penting dan menarik untuk kita

baca dan pahami dalam konteks reformasi total yang masih tersendat-

sendat karena adanya kekuatan-kekuatan jahat berupa ketamakan

manusia. Siapapun manusianya, bupatikah, jenderalkah, penegak

hukumkah, apabila sudah sudah mengidap penyakit cinta harta benda,

cenderung mencari jalan kriminal dalam mengumpulkan kekayaannya.

Idealisme penegakkan hukum akan percuma bila kita tidak mengerti

teknis bagaimana mengatasi persoalan riil yang terjadi dari hari ke hari.

Idealisme dan teknis yang memadai juga akan percuma bila tidak ada

keberanian dan kesungguhan mewujudkannya. Namun kita sadari bahwa

individu-individu yang memelihara integritas dirinya justru minoritas di

negeri ini, setidaknya dengan tetap menjaga diri, kita bisa memperkuat

keyakinan dengan menyuarakan kebenaran melalui tulisan demi tulisan.

Mudah-mudahan suara keprihatinan tersebut akan mendorong

terciptanya mekanisme nyata berupa pelaksanaan penegakkan hukum.

Nada pesimis di akhir tulisan semoga bisa menggugah pihak-pihak terkait

untuk membuktikan bahwa idealisme penegakkan hukum bisa diwujudkan.

Artikel ini ditulis oleh praktisi yang mengetahui persoalan secara

langsung. Bila ada yang ingin mengkontak penulis, silahkan langsung

berhubungan melalui natsir2003@yahoo.com

---------------------------------------------------------------------------------

Intel Oh Intel 226


Bupati, Illegal Logging dan Pencucian Uang

Oleh: M.Natsir Kongah*

10 bupati yang terindikasi terlibat praktik pembalakan liar (illegal

logging) akan diperiksa. Departemen Kehutanan tengah berkoordinasi

dengan Mabes Polri untuk melakukan proses hukum, sementara ijin untuk

pemeriksaan para bupati tersebut sudah diajukan kepada Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono (Media Massa menulis pemberitaan ini, Sabtu, 22

Oktober 2005). Meski sudah sebulan lebih, kelanjutan hasil dari

koordinasi yang dilakukan itu sampai tulisan ini dimuat belum ada khabar

akan proses selanjutnya.

Apa yang dilakukan oleh para petinggi ditingkat dua ini, dapat

diindikasikan telah melakukan kejahatan ganda : kejahatan utama (core

crime) adalah illegal logging dan kejahatan lanjutan (follow up crime)

manakala ia melakukan pencucian uang. Sejatinya, untuk membuktikan

kejahatan utama dari para pelaku illegal logging, aparat penegak hukum

akan lebih mudah mendapatkan titik terang bila melakukan pendekatan

dengan Undang-undang No.15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun

2003 ( UU TPPU). Pasal 2 ayat (1) UU TPPU menyebutkan hasil tindak

pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak

pidana, antara lain : (a) korupsi; (b) penyuapan; (v) di bidang kehutanan;

(w) di bidang lingkungan hidup.

Sebagaimana diketahui pencucian uang adalah : perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

Intel Oh Intel 227


menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau

perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut

diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk

menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga

seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. (Pasal 1 ayat (1) UU TPPU).

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai

lembaga sentral (focal point) didalam upaya mencegah dan memberantas

tindak pidana pencucian dapat membantu aparat penegak hukum dengan

cara mentrasir/melacak transaksi yang dilakukan oleh pelaku kejahatan

pada sistem keuangan. Biasanya para pelanggar hukum yang mendapatkan

uang atau kekayaan yang di peroleh secara tidak sah/legal berupaya

menjadikannnya seolah-olah berasal dari sumber yang sah/legal. Pola

yang dilakukan didalam proses engineering keuangan ini seringkali rumit

dan kompleks, sehingga sulit untuk dideteksi. Namun, secara sederhana

kegiatan ini pada dasarnya dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan,

yakni: placement, layering dan integration. (Money Laundering : a

Banker;s Guide To Avoiding Problems, (occ.treas.gov/launder/org.htm)

Placement merupakan upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari

suatu aktifitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan phisik dari

uang tunai, baik melalui penyeludupan uang tunai dari suatu negara ke

negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari

kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah,

ataupun dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem

perbankan, misalnya deposito, saham-saham atau juga mengkonversikan

kedalam mata uang lainnya atau transfer uang kedalam valuta asing.

Intel Oh Intel 228


Layering, sebuah aktifitas memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya

melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam hal ini terdapat

proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu

sebagai hasil placement ketempat lainnya melalui serangkaian transaksi

yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/mengelabui sumber

dana “haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan melalui pembukaan

sebanyak mungkin ke rekening-rekening perusahaan-perusahaan fiktif

dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.

Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu

’legitimate explanation' bagi hasil kejahatan. Disini uang yang di ‘cuci’

melalui placement maupun layering dialihkan kedalam kegiatan-kegiatan

resmi sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas

kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di cuci. Pada

tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan kembali kedalam sirkulasi

dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum.

Hubungan illegal logging dan pencucian uang

Lantas, bagaimana menjerat para bupati tersebut dengan UU TPPU ?

Agar lebih memudahkan mendapatkan gambaran hubungan antara tindak

pidana illegal logging dengan tindak pidana pencucian uang dapat dilihat

dari contoh simulasi sebagai berikut : PT. Rimba Kapuas Sejati (PT.RKS))

pemilik areal HPH di wilayah Kalimantan. Pada tahun 2004 PT RKS

mendapat kredit dari Bank X sebesar USD 1.000.000. Dari formulir

permohonan kredit yang disampaikan oleh PT. RKS di Bank X, omzet

penjualan hasil Hutan Tanaman Industri yang dikelolanya sebesar USD

Intel Oh Intel 229


1.000.0000/ tahun. Dari catatan mutasi rekening Giro PT. RKS di Bank X

diketahui bahwa selama tahun 2005, PT. RKS melakukan transaksi ekspor

sebanyak 20 kali dengan nilai transaksi ekspor rata-rata sebesar USD

100.000. Seluruh dana yang diperoleh dari hasil ekspor dimasukkan dalam

rekening giro PT. RKS di Bank X.

Sekitar 80 % dana dari hasil ekspor yang masuk ke rekening Giro PT.

RKS selalu ditransfer kembali ke beberapa rekening perusahaan yang

berada di Cina dan Malaysia. Perusahaan-perusahaan yang menerima dana

transfer dari PT. RKS umumnya bergerak di bidang usaha yang tidak ada

hubungannya dengan usaha perkayuan, seperti usaha properti,

restaurant, perusahaan garment dan lain-lain.

Catatan rekening giro PT. RKS menunjukkan pula adanya pengiriman dana

ke beberapa rekening atas nama Tito Hartono alias Bun Ciou (TH), yang

disebut-sebut oleh media massa sebagai cukong kayu kelas kakap, kini

buronan Mabes Polri. Ia telah diindikasikan terkait atas penjarahan

hutan lindung di wilayah Kalimantan Begitu juga dengan Asiong (AS), ia

mendapatkan aliran dana – sementara dirinya sedang dicari polisi karena

diindikasikan telah melakukan illegal logging. Kemudian ada pula

pengiriman dana kepada Eriko SL (ESL) mantan Bupati yang mengeluarkan

izin Hak Pengusahaan Hutan kepada PT. RKS.

Pola transaksi dan alirana dana sebagaimana di gambarkan di atas

terdeteksi melalui mekanisme kewajiban pelaporan oleh bank. Bank

sebagaimana halnya dengan penyedia jasa keuangan lainnya juga di

wajibkan untuk melaporkan transaksi mencurigakan yaitu transaksi

Intel Oh Intel 230


sebagaimana diatur UU TPPU Pasal 1 Ayat (7) disebutkan Transaksi

Keuangan Mencurigakan adalah :

1. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau

kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;

2. Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan

tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan

yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan

ketentuan Undang- undang ini; atau

3. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak

pidana.

Tansaksi keuangan PT. RKS mencurigakan, karena transaksi diluar profil

usaha yang tercatat di Bank X. Bank X menyampaikan pula LTKM atas

nama TH, AS dan ESL kepada PPATK dengan pertimbangan nama-nama

tersebut diberitakan oleh media massa sebagai cukong illegal logging dan

pihak pemberi ijin yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Analasis terhadap laporan LTKM menunjukkan indikasi tindak pidana

pencucian uang yang diketahui dari transaksi yang dilakukan ke

perusahaan yang ada di Cina dan Malaysia, dimana 80 persen dari hasil

penjualan kayu yang dilakukan tersebut ditransfer kembali ke pada

perusahaan-perusahaan yang umumnya bergerak di bidang usaha yang

tidak ada hubungannya dengan usaha perkayuan. Pola transaksi ini dikenal

dengan layering - dan telah melanggar UU TPPU Pasal 1 ayat (1) :

perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan,

Intel Oh Intel 231


menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri,

menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Pidana dengan

maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul Harta

Kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan yang sah.

Transfer dana dari PT. RKS kepada TH, AS memiliki indikasi kuat telah

melanggar UU TPPU Pasal 2 : hasil tindak pidana adalah harta kekayaan

yang diperoleh dari tindak pidana ayat (1) huruf (v) dibidang kehutanan

dan (w) lingkungan hidup. Sementara transfer dana dari PT. RKS kepada

ESL diindikasikan telah melakukan penyuapan yang melanggar Pasal 2

ayat (1) huruf (b) penyuapan. Sedangkan ESL dapat dikenakan tuduhan

sebagai pihak yang telah melakukan korupsi. Indikasinya telah melanggar

Pasal 2 ayat (1) huruf (a) korupsi.

Polri atas dasar informasi tersebut dapat lebih mudah melakukan

penyidikan, selanjutnya disampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk

dilimpahkan ke pengadilan. Tampaknya mudah, dan UU TPPU ini cukup

efektif bila berjalan. Tapi apakah begitu dilapangan ? mari kita lihat

bersama.

*(Penulis pembelajar masalah-masalah tindak pidana pencucian uang,

tinggal di Tangerang) komentar singkat bisa di tuliskan di blog ini atau

langsung ke e-mail penulis.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, December 21, 2005

Intel Oh Intel 232


Perhatian untuk Papua

Dalam konteks NKRI, seringkali perhatian pemerintah terhadap wilayah

kedaulatannya tampak tidak tertata dengan baik. Daerah menjadi fokus

perhatian pemerintah pusat ketika ada "masalah". Sementara pemerintah

daerah yang masih premature tampak belum mampu menangani persoalan

lokal dengan baik. Akibatnya tercipta kesinambungan persoalan yang

berlarut-larut dan terakumulasi menjadi cita-cita menentukan nasib

sendiri.

Kasus eks propinsi Timor-timur adalah sebuah contoh ketidakmampuan

manajemen negara dalam mengelola wilayah kedaulatannya dengan baik.

Aceh yang baru saja menapak jalan baru bisa menjadi contoh dalam

penataan masa depan Aceh yang lebih baik. Terakhir adalah Papua yang

masih menuntut perhatian serius tentang bagaimana membangun Papua

sesuai harapan rakyat Papua.

Dengan proses desentralisasi dan demokratisasi di daerah-daerah,

seyogyanya terdorong pula kemandirian pemerintah daerah dalam

mengelola daerah serta menangani setiap persoalan yang muncul.

Sementara itu, gelora semangat civil society dari tokoh-tokoh daerah

sewajarnya mendapat perhatian dalam arti pentingnya mereka membawa

perubahan menuju yang lebih baik. Meskipun banyak pandangan yang

menilai Presidium Dewan Papua (PDP), Dewan Adat Papua (DAP), atau

bahkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai sebuah bentuk gerakan

Intel Oh Intel 233


yang menggerogoti kewibawaan pemerintah Jakarta, saya melihat

gerakan-gerakan tersebut benar-benar memiliki potensi yang relatif baik

untuk mendorong pembangunan Papua dari kacamata rakyat Papua.

Kemiskinan dan penderitaan rakyat Papua serta tuduhan bahwa

pemerintah pusat tidak menghendaki kemajuan orang Papua adalah jargon

perjuangan yang sangat efektif ke dalam komunitas suku-suku di Papua.

Terlepas dari kemungkinan adanya petualang politik lokal yang mengincar

kekuasaan melalui gerakan civil society, kekuatan lokal seperti PDP, DAP

dan OPM jangan dipandang remeh. Di samping itu, ada Majelis Rakyat

Papua (MRP) yang secara logika juga berjuang untuk rakyat Papua.

Lebih lanjut, seharusnya pemerintah pusat harus segera memulai proses

rekonsiliasi total dari setiap elemen rakyat Papua. Lupakan sejenak sudut

pandang bermusuhan terhadap gerakan rakyat Papua, karena cara

pandang ini hanya memelihara kesalahpahaman yang berlarut-larut antara

pemerintah di Jakarta dengan gerakan civil society di Papua.

Pejabat-pejabat di Jakarta juga perlu didukung oleh studi-studi

mendalam tentang Papua, baik secara sosiologis maupun antropologis.

Banyak aspek internal Papua yang kurang dimengerti oleh pejabat tinggi

di Jakarta. Misalnya tentang pola kehidupan sosial rakyat Papua yang

berbeda tentunya dengan pola kehidupan sosial di Jawa misalnya. Jangan

ada lagi penyeragaman pendekatan pola-pola pembangunan yang

meminggirkan peranan rakyat lokal.

Intel Oh Intel 234


Persoalan yang tidak kalah pentingnya adalah soal pengelolaan sumber-

sumber ekonomi yang melimpah di Papua. Mengapa sampai dengan tahun

2006 ini pembangunan di Papua relatif masih tertinggal dengan daerah-

daerah lain di Indonesia timur.

Sekali lagi isu-isu kemanusiaan yang berpotensi mendorong kosolidasi

rakyat Papua menuju pada penentuan nasib sendiri perlu diperhatikan.

Gerakan-gerakan dengan dalih kemanusiaan sangat mudah menarik

simpati dunia. Sepertinya di negeri saya tinggal sekarang ini, dukungan

kepada perbaikan nasib rakyat Papua berpotensi membesar dari waktu ke

waktu, apalagi ada broker-broker politik yang mampu membuka akses ke

kongres. Meski perlahan, investasi gerakan menentukan nasib sendiri

semakin besar.

Saya tidak membesar-besarkan persoalan Papua, tetapi bila tidak

terlihat langkah-langkah serius dan efektif dalam mengikis kemiskinan

dan menaikkan kesejahteraan rakyat Papua, bisa jadi penderitaan rakyat

Papua akan terus bergema di dunia internasional dan menjustifikasi

perjuangan civil society yang mengeksploitasi persoalan tersebut.

Terakhir, perlu kiranya pejabat-pejabat di Jakarta lebih berhati-hati

dalam mengeluarkan pernyataan, karena setiap pernyataan yang sedikit

saja menyinggung perasaan rakyat Papua, bisa dipolitisir berubah menjadi

bumerang bagi kewibawaan pemerintah NKRI di forum internasional.

Intel Oh Intel 235


Begitu pentingnya propaganda, pembentukkan citra dan opini yang

ditopang oleh langkah nyata berupa kebijakan dan realisasinya. Karena

dalam soal ini, Indonesia sangat-sangat ketinggalan jauh bahkan bila

hanya dibandingkan oleh upaya-upaya yang dilakukan sebuah organisasi

non pemerintah (NGO).

Semoga refleksi singkat Papua ini sampai ke meja desk Papua di seluruh

departemen.

Posted by Senopati Wirang /Monday, January 02, 2006

Intel Oh Intel 236


Catatan Khusus Blok Cepu

Baru-baru ini saya menerima e-mail yang merupakan forward e-mail dari

Radityo Djadjoeri radityo_dj@yahoo.com, dimana perihal isinya langsung

terkait dengan masalah Blok Cepu, sumbernya dari Tempo dan karena

saya tidak berlangganan maka tidak ada salahnya bila analisa soal blok

Cepu itu saya muat di Blog I-I, mudah-mudahan tidak melanggar hak

penerbitan Tempo atas kolom blok Cepu, toh dalam kebebasan informasi,

rakyat berhak mendapat info gratis.

Tentunya para pembaca Blog I-I lebih menginginkan bagaimana intelijen

menyikapi soal tersebut. Sungguh saya pastikan bahwa analis intelijen

juga hanya bisa mengelus dada dalam soal eksploitasi sumber daya alam

Indonesia. Pada masa Pak Yoga Soegama memimpin pernah ada direktorat

yang khusus menganalisa kekayaan alam (sumber daya alam) yang

tujuannya untuk mengawasi dan mengawal pemanfaat SDA tersebut

untuk kemakmuran rakyat. Peranan intelijen sangatlah minor

dibandingkan dengan pemegang kekuasan politik baik di masa Suharto

maupun masa reformasi sekarang ini. Akhirnya Direktorat tersebut

dihapus karena dianggap "mengganggu" dan diputuskan intelijen tidak

perlu ikut campur dalam menjaga kekayaan alam NKRI. Entah sudah

berapa analis yang menjadi korban di masa Suharto hanya karena

melaporkan ATHG yang justru berasal dari lingkaran kekuasaan. Mungkin

sampai sekarangpun mental tersebut masih kuat mempengaruhi cara

kerja intelijen.

Intel Oh Intel 237


Sebenarnya pengawasan yang dilakukan intelijen sangatlah vital, bukan

hanya diarahkan kepada "investor asing" yang cenderung curang mulai

dari kontrak karya sampai soal laporan keuangannya, melainkan juga

kepada perusahaan nasional seperti Pertamina yang merupakan salah satu

sarang koruptor terbesar di negeri ini. Mengapa kedua penggerogot

kekayaan alam kita tersebut bisa melenggang begitu saja, karena adanya

kekuatan politik dan uang serta dukungan para pelacur intelektual yang

telah ditipu mentah-mentah dengan data kasaran yang bisa diperoleh

secara bebas bahkan sengaja disampaikan kepada publik, sementara deal-

deal tertutup tidak dan tidak akan pernah diketahui oleh publik.

sekian pengantar saya, dan silahkan disimak dua artikel menarik dibawah

ini.

Kolom Blok Cepu, Mission Accomplished

Rizal Mallarangeng [Penulis adalah Direktur Eksekutif Freedom

Institute, Jakarta]

Kesepakatan Blok Cepu adalah sebuah prest-asi ter-sendiri dalam

sejarahperminyakan Indonesia. Seharusnya kita merayakannya,

kemudianmemikirkan ba-gai-mana potensi penghasilan tambahan yang cu-

kup besarbagi negara dapat dimanfaatkan sebesar-b-esarnya ba-gi

kesejahteraanrakyat.Sayangnya, sudah menjadi kebiasaan kita

belakangan ini untuk melihatsisi negatif dari semua hal dan membesar-

besarkan kemungkinan burukyang bisa terjadi pada masa depan. Kita

menjadi bangsa yang pesimistis,perengek sekali-gus cerewet, dengan

Intel Oh Intel 238


horizon yang tak lebih jauh dariapa yang tampak di depan hidung. Itulah

kesan yang saya peroleh dari kalangan yang menentang kesepakatan Blok

Cepu. Di antara mereka memakai argumen-argumen nasionalisme

yangsudah usang, dan meng-ajak kita untuk kembali lagi ke suasana

tahun1950-an dan 1960-an. Tokoh seperti Kwik Kian Gie bahkan pernah

berkata:kita harus menunjuk Pertamina sebagai operator Blok Cepu,

berapa punongkosnya. Kita seolah-olah berada dalam dunia hitam-putih.

Yang satuadalah simbol segala kebaikan dan sikap pro-rakyat, sementara

yangsatunya lagi merupakan simbol segala keburukan dan anti-

rakyat.Perusahaan asing pasti merugikan kita, sementara perusahaan

negarapasti sebaliknya. Kita hanya bisa mengurut dada terhadap argumen

semacam itu. Zaman terus berubah dengan cepat, tapi pikiran sebagian

orang ternyatasenantiasa berjalan di tempat. Prof Clifford Geertz

mungkin harusmeneliti sekali lagi di Indonesia, dan menulis buku berjudul

"TheInvolution of Mind in Jakarta".Saya ingin mengingatkan, salah satu

soal fundamental ekonomiIndonesia berhubungan dengan minyak bumi.

Pada 1970-an dan pertengahan1980-an, harga minyak membubung tinggi

dan kita bersorak kegirangankarena ada-nya bonanza minyak. Hasilnya,

antara lain, adalah puluhanribu SD inpres, puskesmas, jalan raya, dan

tambahan ribuan guru.Sejak dua tahun lalu harga minyak meroket lagi,

bahkan mencapai rekorpada akhir tahun lalu. Tapi kita justru menjerit.

No bonanza, only painand desperation. Anggaran tercekik, subsidi harus

dipangkas, bebanhidup masyarakat bertambah.Mengapa? Jawabnya

sederhana. Pada zaman Pak Harto, produksi minyakkita jauh di atas

tingkat kebutuhan domes-tik. Pada 1977, misalnya,Indonesia

memproduksi 1,6 juta barel per hari, sementara kebutuhandomestik

Intel Oh Intel 239


hanya sekitar 0,25 juta setiap hari. Selisih itulah yang kitanikmati dan

menjadi penggerak pembangunan ekonomi pada zaman Orde

Baru,terutama dari awal 1970-an hingga pertengahan 1980-an. Sekarang

selisihdemikian sudah menguap, malah kita sudah tekor. Kebutuhan

domestikterus bertambah, sementara produksi minyak cenderung

konstan, bahkansejak 1998 terus mengalami penurunan. Dalam posisi

seperti ini,melambungnya harga minyak jelas bukan lagi rahmat, tetapi

tohokan yangtepat di ulu hati.Kondisi seperti itu yang mendorong

pemerintah segera menghidupkankembali proses perundingan Blok Cepu

yang telah terbengkalai selamalebih dari lima tahun. Jika dikelola dengan

baik, blok ini mampumemompa minyak dalam jumlah yang cukup fantastis,

yaitu sekitar 20persen kapasitas produksi nasional. Dengan ini kita akan

bisa kembalimenjadi net exporter, dan menggunakan hasilnya demi

kemakmuran rakyat.Dari perhitungan kasar, nilai produksi yang dapat

diper-oleh dalamsepuluh tahun pertama bisa mencapai Rp 200-300

triliun, atau sekitar Rp25 triliun per tahun. Berapa sekolah, rumah sakit,

dan fasilitas publikyang dapat diba-ngun dengan duit sebanyak itu setiap

tahun?Karena itu, setiap pemerintahan yang bertanggung jawab

harusmengupayakan agar perundingan ini sukses dan tidak bertele-tele.

Jikagagal, kita harus menunggu lagi hingga 2010, yaitu berakhirnya

masakontrak Exxon, dan baru bisa menikmati hasil dari Blok Cepu

palingcepat pada 2012. Itu pun jika kita menang dalam perkara ini

dipengadilan arbitrase internasional.Pada saat memulai negosiasi dengan

pihak Exxon, tim ne-gosiasidihadapkan pada banyak persoalan. Tapi dari

se-muanya, hanya tigapersoalan yang fundamental, yaitu participating

interests (PI),pembagian hasil (PH), dan operatorship. Dari ketiganya,

Intel Oh Intel 240


dua faktorpertamalah yang paling berpengaruh terhadap jumlah dana

yang diterimaoleh nega-ra atau pihak Indonesia, yaitu pemerintah pusat,

pemerintahdaerah, dan Pertamina.Perundingan tidak bermula dari kertas

kosong yang putih bersih. SebelumPresiden Susilo Bambang Yudhoyono

ter-pilih, telah ada kesepakatan awaldalam dokumen head of agreement

(HOA) yang telah diparaf antara pihakEx-xon dan Pertamina. Dalam

dokumen ini telah diatur, antara lain,pembagian PI masing-masing pihak,

yaitu Exxon 50 persen, Pertamina 50persen, dan dengan pembagian hasil

60:40. Dengan ini, jika produksitelah dimulai, pembagian hasil di ujungnya

adalah pemerintah pusat 60persen, Pertamina 20 persen (50 persen x

40), Exxon 20 persen. Artinya,pihak Indonesia akan memperoleh 80

persen perolehan di Blok Cepu dansisanya buat Exxon (20

persen).Tanggung jawab yang dibebankan kepada tim negosias-i

adalahpenyelesaian perundingan secepat-cepatnya d-engan hasil yang

maksimalbuat negara. Karena itu harus di-cari jalan agar hasil

perundingansekarang jauh lebih baik ke-timbang hasil negosiasi

sebelumnya yangdituangkan dalam HOA. Dan sebagaimana umumnya

setiap proses negosiasi,yang terjadi adalah proses tawar-menawar, ulur-

mengulur, bahkangertak-menggertak.Setelah proses negosiasi yang alot

selama kurang lebih setahun, hasilperundingan ini sudah kita ketahui

bersama. Dalam komposisi PI kinipemerintah daerah memperoleh 10

persen yang didapat secara proporsionaldari Exxon dan Pertamina. Yang

drastis adalah pada pola pembagianhasil: sistem adjusted split

diperkenalkan. Dengan sistem itu, pihakIndonesia secara keseluruhan

memperoleh hasil yang jauh lebih besarketimbang sebelumnya, yaitu 93,

25 persen pada harga minyak saat ini.Kalau toh harga minyak melorot ke

Intel Oh Intel 241


tingkat sangat rendah, katakanlah US$30 per barel, kita masih

menikmati porsi yang besar, yaitu 86,5 persen.Artinya, perolehan Exxon

dapat kita turunkan lumayan drastis, dari 20persen menjadi 6,7-13,5

persen. Itu sebabnya seorang kawan saya yangahli perminyakan berkata,

kesepakatan akhir Blok Cepu adalah salah satudeal terbaik yang pernah

ada dalam dunia energi di Indonesia.Tentu, setelah meraih sukses besar

pada dua isu sekaligus (PI dan PH),kita tidak mungkin seenaknya menu-

ntut de-ngan mutlak pada isu pentinglainnya, yaitu operatorship.

Kompromi harus dilakukan, sejauh masihdalam batas yang wajar dan

mendukung tujuan besar kita untuk kembalimenjadi net exporter dan

menggunakan hasilnya demi kesejahteraanrakyat.Pemahaman seperti

itulah yang pada akhirnya mene-lur-kan konsep jointoperatorship, yang

membagi kewenangan operasi secara bertingkat, denganperwakilan

masing-masing pemilik PI secara proporsional dalammenentukan

kebijakan besar di lapangan. Dalam prakteknya Exxon yangakan

bertindak sebagai manajer umum, namun dalam melakukan

aktivitasnyaharus menyertakan Pertamina.Dengan semua itu, Pertamina

memiliki peluang emas untuk meningkatkankinerjanya. Perusahaan

berpelat merah ini akan memperoleh tambahanpendapatan yang besar

(perolehan buat Exxon persis sama denganperolehan buat Pertamina).

Perusahaan ini juga mendapat rekan kerjakelas dunia dengan kemampuan

teknologi dan finansial yang sulitditandingi oleh siapa pun saat ini (Exxon

adalah perusahaan duniaterbesar). Singkatnya, Pertamina saat ini mem-

peroleh momentum untuktumbuh lebih baik dengan me-manfaatkan

peluang yang sekarang terbuka.Sebagai seorang yang pernah terlibat

dalam tim negosiasi, saya merasabangga bahwa perundingan yang

Intel Oh Intel 242


melelahkan itu berakhir dengan baik danmemuaskan kita. Lima tahun

lebih sumber daya alam kita di Blok Cepudisandera oleh ketidakpastian

dan kekaburan prioritas. Kini semua itutelah menjadi bagian dari masa

lalu. Pada akhirnya kita bisa berkatabahwa kita masih memiliki akal sehat.

Mission accomplished.Terus-terang, saya agak kesulitan dalam mengikuti

alur berpikirorang-orang yang mengkritik hasil perundingan itu. Sebagian

dari merekahanya melihat pada satu isu, y-aitu operatorship, tanpa mau

mengertisedikit pun tentang konteks persoalan besar yang melibatkan

isu-isupenting lainnya. Sebagian lainnya hanya berkutat pada isu

yangsebenarnya agak diputarbalikkan, yaitu cost recovery. Seolah-olah

dalamsoal ini hanya pihak Exxon yang menentukan biaya operasi dan pasti

akanterjadi kerugian negara dalam jumlah yang fantastis. Mereka

tidakpernah mau me-ngerti bahwa soalnya tidak semudah itu. Dalam

operasi,Pertamina akan terlibat aktif. Pengawasan biaya pun akan di-

lakukanberlapis-lapis.Adanya suara-suara nasionalisme sempit dengan

sejum-lah tuduhan miringmengingatkan saya pada sebuah ung-kap-an dari

Dr Samuel Johnson:nationalism is the last re-fuge of scoundrels. Saya

hanya bisa berkatabahwa Indone-sia bisa menjadi bangsa yang besar

hanya dengan membukadiri, memanfaatkan kesempatan yang dibuka oleh

zaman ini, serta secarakreatif belajar dari mereka yang sudah terlebih

dahulu menjadi bangsayang maju. Masalahnya bukan terletak pada

kebanggaan atau kepercayaan terhadapsatu atau beberapa perusahaan

milik negara. Soalnya lebih terletak padapilihan prioritas dan ke-beranian

untuk memilih. Lewat negosiasi BlokCepu, pe-merintah telah menetapkan

dan memilih prioritas. H-asil yangdiharapkan pada akhirnya adalah

percepatan peningkatan kesejahteraanrakyat. Jika ini terjadi, di situlah

Intel Oh Intel 243


letak kebanggaan kita yang sesungguhnya sebagai sebuah bangsa.MBM

TEMPO Edisi. 05/XXXV/27 Maret - 02 April 2006

==============================================================

Kolom Ironi Blok Cepu

Dradjad Wibowo [Ekonom, Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional

DPR RI]

Apa beda ExxonMobil dengan Merpati? Kita semua tahu, yang pertama

adalah raksasa minyak Uncle Sam dan yang kedua merupakan badan

usahamilik negara di sektor penerbangan. Yang pertama sangat kuat

secarafinansial, yang kedua perusahaan zombie karena ekuitasnya negatif

Rp1,15 triliun.Perlakuan pemerintah terhadap kedua perusahaan itu sung-

guhlah berbeda.Exxon ingin menjadi operator Blok Cepu selama 30 tahun,

tapi terhalangoleh Peraturan Peme-rintah No. 35/2004 tentang Kegiatan

Usaha HuluMinyak dan Gas Bumi. Banyak pasal yang bisa menghambat

kemau-an Exxonkarena sebelumnya perusahaan ini hanya me-ngan-tongi

perjanjiantechnical assistance contract (TAC).Namun, pada 10

September 2005, pemerintah mengeluarkan PP No. 34/2005untuk

mengubah aturan yang lama. Di situ dinyatakan antara lain: "dalam hal

adanya kepentingan yang mendesak, dapat dilakukan pengecualian

terhadap beberapa ketentuan pokok kontrak kerja sama.."

Kalimat ini merupakan justifikasi yang mengada-ada agar pemerintah bisa

leluasamengubah kontrak. Saya tidak tahu apakah perubahan ini ada

kaitannya de-ngan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke

Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Yang jelas, hilanglah hambatan

legal bagi Exxon untuk menguasaiBlok Cepu. Atur-an baru memungkinkan

Exxon mengubah kontraknya menjadiproduction sharing, dan disetujui

Intel Oh Intel 244


pemerintah.Perlakuan yang diterima Merpati sungguh bertolak bela-kang.

Pada 13 Maret 2006, Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan, dan Menteri

Negara BUMN menyepakati sebuah kesimpulan agar Menteri Keuangan

menerbitkan undertaking letter bagi Merpati. Isi kesimpulan bahkan

diusulkan olehMenteri Keuangan dalam rapat tersebut. Surat ini

dibutuhkan oleh Deutsche Bank, yang setuju memberikan pinjaman Rp

450 miliar kepadaMerpati. Kesimpulan itu semestinya menjadi babak

akhir dari perjuangan panjang Merpati untuk sekadar bertahan hidup.

Sebelumnya perusahaan ini sudah25 kali rapat dengan berbagai komisi di

DPR. Namun, dalam rapat denganKomisi XI pada 22 Maret 2006, Menteri

Keuangan membawa kabar buruk. Diamenyatakan pemerintah tidak bisa

menerbitkan undertaking letter .Alasannya, ada hambatan legal berupa

Keputusan Presiden No. 59/1972 tentang Penerimaan Kredit Luar Negeri.

BUMN, BUMD, atau perusahaanswasta hanya dapat dibenarkan menerima

kredit luar negeri jika tidak disertai jaminan dari pemerintah Indonesia.

Sungguh ironis. Demi Exxon, pemerintah bersedia mengubah peraturan

pemerintah. Namun bagi Merpati, yang menghadapi persoalan hidup

danmati, pemerintah menggunakan keppres yang sudah "kakek-kakek"

sebagai alasan tidak mau menerbitkan undertaking letter. Padahal, apa

susahnya pemerintah merevisi keppres tersebut agar bisa menerbitkan

undertaking letter?Kasus Blok Cepu juga menyimpan ironi yang lain. Salah

satu faktor yang membuat Pertamina kerdil adalah karena ia tidak bisa

beroperasi sebagai perusahaan yang normal. Hasil penjualannya harus

disetorkan ke Departemen Keuang-an terlebih dahulu. Valuasi aset,

kewajiban, dan ekuitasnya pun masih sangat lemah sehingga neracanya

Intel Oh Intel 245


belum auditable.Itu sebabnya, dalam berbagai rapat Komisi XI DPR RI

sa-ya mendesak dibuatkannya valuasi dan neraca awal Pertamina serta

dilakukannya konsolidasi rekening migas Departemen Keuangan. Setelah

itu, berikan sebuah lapangan minyak dan gas dengan cadangan besar, agar

aset Pertamina meningkat drastis. Blok Cepu memiliki cadangan minyak

minimal 600 juta barel. Cadangan recoverable gas di sana paling sedikit 2

triliun standar kaki kubik(TCF). Dengan asumsi harga minyak mentah

US$ 55 per barel dan gas US$ 3 per mmbtu, Pertamina akan

memperoleh tambahan aset senilai minimal US$40 miliar jika Blok Cepu

diserahkan kepadanya. Setelah itu, lakukan financial engineering, dengan

menggunakan Blok Cepu sebagai underlying asset. Saya optimistis,

Pertamina bisa memperoleh dana segar minimalUS$ 6-8 miliar di sini,

bah-kan bisa sampai US$ 14 miliar jika kondisi pasar dan desainnya

menguntungkan. Dana yang digalang Pertamina bisa dipakai untuk ekspan-

si usaha. Surplus dan dividennya bisa diinvestasikan dalam surat-surat

berhargayang diterbitkan pemerintah. Konsep ini lalu digabung dengan

konsep BUMN special purpose vehicle (SPV) dan BUMN restructuring

bonds yang pernah saya sampaikan. Pemerintah akan mempunyai dana

restrukturisasi BUMN yang cukup besar. Kita bisa merestrukturisasi

BUMN yang mengalami krisis utang dankeuangan yang kronis seperti

Garuda, Merpati, dan Dirgantara Indonesia. Kita juga punya dana untuk

membangun sinergi industri logam dasar, permesinan dan hilirnya,

misalkan antara Krakatau Steel, Texmaco (yangsudah dikuasai

pemerintah), Boma Bisma, PAL, INKA, DI, dan seterusnya.Tentu semua

itu harus dibarengi dengan pengetatan tata kelola perusahaan yang baik

di BUMN serta perombakan hubungan kepemilikan dan kerja antara

Intel Oh Intel 246


BUMN dan pemerintah, DPR, dan BPK. Intinya, kita buatBUMN bisa

bekerja secara profesional sebagaimana korporasi lainnya. Dengan Blok

Cepu diserahkan kepada ExxonMobil, potensi di atas tidak dimanfaatkan

maksimal. Banyak pula keganjilan dalam proses penyerahan hak ope-rator

tersebut.Pertama, masalah kepemilikan hak. Pada 3 Agustus 1990

Pertamina danHumpuss Patragas menanda-tangani technical assistant

contract (TAC)Blok Cepu selama 20 tahun (1990-2010). Kontrak ini

sebenarnya tidakboleh dipindahtangankan. Tapi pada 21 Maret 1997,

paragraf 1 sectionV.1.1 dan V.1.2 tentang larangan pengalihan

participating interest (PI)kepada pihak asing diamendemen.Perubahan ini

membuat Humpuss dapat menjual hak isti-mewa yangdimilikinya. Pada 12

Juni 1997, 49 persen hak ke-penguasaan Humpussdialihkan kepada

Ampolex, yang 51 persen dialihkan kepada Mobil CepuLtd pada 11 April

1999. Semua ini versi Pertamina.Menurut versi ExxonMobil, Ampolex

memperoleh 49 per-sen dari Humpusspada 1996, dan diakuisisi oleh

Mobil tahun itu juga. Jika ini benar,berarti Ampolex memperoleh hak

tersebut secara tidak sah karenaamendemen kontrak TAC dibuat Maret

1997. Saya tidak tahu mana yangbenar.Yang jelas, Inspektorat Pertamina

menemukan adanya du-ga-an kolusi,korupsi, dan nepotisme dalam proses

amendemen kontrak TAC danpengalihannya. Laporan kasusnya pun sudah

diserahkan kepada KejaksaanRI pada 26 Desember 2000. Sayangnya,

laporan ini di-peti-es-kan.Anehnya, berbagai jajaran pemerintah,

termasuk tim negosiasi yangdibentuk Menteri Negara BUMN pada 29

Maret 2005, sama sekali tidakmempersoalkan dugaan KKN itu. Negosiasi

dilanjutkan seolah-olah Exxonsudah menjadi pemilik sah hak TAC atas

Blok Cepu. Hebatnya lagi,setelah Maret 2006, ExxonMobil menjadi

Intel Oh Intel 247


pemegang hak operator dalamkontrak kerja sama bagi hasil dengan

Pertamina.Jika Blok Cepu diumpamakan sawah, pemegang TAC mirip

petani penggarap.Dengan memegang kontrak baru, si penggarap kini telah

menjadi penguasalahan.Kedua, pembentukan tim negosiasi Blok Cepu juga

diper-tanyakanlegalitasnya. Tim ini telah mengambil alih wewe-nang

direksi Pertaminaseperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 19/2003

tentang Badan usahaMilik Negara. Tim negosiasi berunding dengan Exxon

untuk dan atas na-maPertamina.Ketiga, dalam jadwal semula, joint

operation agreement (JOA) rencananyaakan ditandatangani Juni 2006.

Tapi pe-nan-datanganannya dipercepat keMaret 2006, bertepatan de-

ngan kunjungan Menteri Luar Negeri AmerikaSerikat.Keempat, adanya

penggantian Direktur Utama Pertamina sebelum kedatanganMenteri Luar

Negeri Amerika. Saya tidak peduli Dirut Pertamina maudiganti seribu

kali. Tapi penggantian ini, adanya tim negosiasi, danmunculnya PP

34/2005, memberikan indikasi adanya upaya yang sistematisuntuk

menjadikan Exxon operator Cepu.Terakhir, adanya kampanye bahwa

Pertamina tidak sanggup mengelola Blok Cepu dan tidak mempunyai dana.

Masalah kesanggupan ini sudah dibantah oleh para ahli geologi dan

geofisika Indonesia, dan tidak lagi dijadikan argumen. Masalah dana,

sudah terbantahkan dengan potensi penerbitan obligasi dan dana

perbankan.

Masih banyak keganjilan lain, mulai dari cost recovery, biaya eksploitasi,

potensi cadangan sebenarnya, hingga manfaat bagi rakyat. Dalam sebuah

iklan yang dibuat Exxon disebutkan Indonesia akan menerima Rp 33

triliun per tahun. Tapi saya menghitung seharusnya itu jauh lebih besar

karena biaya produksinya bisa ditekan jadi US$ 1,6 per barel. Saya masih

Intel Oh Intel 248


berkukuh, Blok Cepu akan lebih memberikan "sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat" jika dikelola Pertamina. MBM TEMPO Edisi.

05/XXXV/27 Maret - 02 April 2006

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, March 29, 2006

Intel Oh Intel 249


Soal Papua dan Blok Cepu
Ada salah seorang pembaca Blog I-I yang dua kali menanyakan tentang

masalah Papua dan Blok Cepu. Kebetulan saya sedang mampir di

Melbourne untuk menemui seseorang untuk urusan pribadi. Yah....agak

sulit sejujurnya saya melihat persoalan yang masih aktual tersebut.

Papua

Khusus untuk soal Papua saya sudah jauh-jauh hari mengingatkan bahwa

pengelolaan amatiran seperti yang masih terjadi sampai sekarang akan

menimbulkan masalah Papua tetap eksis dan aktual dalam perpolitikan

kawasan dan dunia. Sikap Australia baru-baru ini dengan memberikan visa

sementara merupakan realita yang harus segera dipahami oleh segenap

unsur pimpinan Indonesia. Bahwa trend perjuangan separatisme dengan

teknik perjuangan HAM adalah sangat efektif . Di samping petualang-

petualang politik lintas negara yang sebenarnya lama-kelamaan menjadi

bagian dari hidup dan penghidupannya, fakta bahwa global governance

yang digerakkan civil society sungguh-sungguh ada dan mempengaruhi

kebijakan di setiap negara. Selama jaring civil society di Indonesia

terus-terusan menjadi "musuh" atau dianggap "musuh" oleh pemerintah

maka, Indonesia akan selalu ketinggalan kereta dalam penanganan kasus-

kasus semacam pelarian dari kelompok separatis. Ingat kekalahan telak

yang sangat memalukan dalam kasus Timor-Timur...hal ini adalah

kekeliruan kebijakan yang fatal selama masa berkuasanya mantan

Presiden Suharto. Tidak dapat dielakkan bagi pemerintah Australia untuk

melonggarkan pintu imigrasi karena perjuangan kelompok Lobby Papua

dan para pendukungnya, tentunya kita juga harus mempertimbangkan

Intel Oh Intel 250


kelompok anti Indonesia (anti militerisme) yang masih melihat perilaku

menyimpang dari aparatur keamanan Indonesia.

Syukurnya reaksi pemerintah Indonesia masih cerdas...meski ada tekanan

emosional untuk pemutusan hubungan diplomatik. Indonesia yang sedang

menata sistem demokrasi seharusnya terus menjaga perkembangan

positif ini dengan mengutamakan perjuangan yang lebih cerdas dan

sungguh-sungguh memulai lembaran baru penegakkan hukum, perlindungan

HAM, pembangunan yang merata, serta membabat habis tikus-tikus

korupsi di sektor publik maupun praktek ekonomi kriminal oleh kalangan

swasta. Kasus kontrak karya Freeport yang kembali digugat karena

ketidakseimbangan pembagian keuntungan jelas amat jelas disebabkan

oleh politik kekuasaan dan praktek suap.

Cepu

Masalah Cepu sangat sarat dengan muatan politik, saya menduga the

anonymous yang menanyakan soal Papua dan blok Cepu adalah lawan

politik dari pemerintahan sekarang. Berdasarkan dugaan tersebut maka

saya batasi komentar saya yang lebih bersifat umum agar hal ini tidak

dimanfaatkan untuk menjatuhkan pemerintahan sekarang, sejujurnya

sangat mudah menjatuhkan pemerintahan sekarang karena perilakunya

belum lebih baik dari terdahulu. Bermodalkan data-data aktual tentang

bagaimana sebuah prosedur diselewengkan karena bermainnya faktor

kekuasaan dan uang, maka DPR bisa saja melakukan sebuah upaya

impeachment. Saya perkirakan kasus-kasus semacam ini sedang

dikumpulkan oleh mereka yang haus kekuasaan untuk menyusun siasat

Intel Oh Intel 251


menuju pesta demokrasi 2009. Akankah matahari kembar bisa bersinar

bersama, menjadi jelas di mata saya bahwa duet pimpinan Indonesia

sekarang sarat dengan persaingan. Sehalus apapun permainan di antara

mereka ujung-ujungnya mengarah pada kekuasaan untuk mengendalikan

sebanyak mungkin sektor-sektor vital di negara tercinta ini, melalui

tangan-tangan tidak kelihatan.

Mohon ma'af bila saya hanya menuliskan komentar kasar yang kurang

akurat, tetapi setidaknya para pembaca sudah bisa membaca ke arah

mana pembicaraan tulisan di atas.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 28, 2006

Intel Oh Intel 252


Grand Design Amerika Serikat Terhadap Papua

Pengantar

Sebuah artikel yang cukup menarik ditulis oleh seorang pengagum Adolf

Hitler. Penulis mengaku sangat tertarik dengan dunia intelijen dan pernah

atau masih sedang mencoba menembus lembaga intelijen di Indonesia.

Seorang muda yang kreatif dan berhasil mendapatkan coretan bocoran

analisa intelijen berkat kecerdikannya.

Saya rasa cukup adil untuk mempercayai pengakuannya telah berhasil

memperoleh sejumlah tulisan analisa intelijen dari kantor BIN. Mengapa

saya percaya? tidak lain karena saya tahu persis kelemahan BIN yang

bisa diibaratkan gudang analisa yang sangat rahasia namun dipelihara

bagaikan tempat sampah. Dokumen berserakan tanpa ada prosedur

penghancuran atau penyimpanan yang memadai, anggota-anggotanya yang

oleh penulis (Abwehrmeister) disebut sebagai punggawa pejaten pada

umumnya sudah melupakan prinsip internal security dan cenderung

semborono. Kondisi inilah yang memudahkan orang-orang yang tidak

bertanggung jawab memanfaatkan kelemahan tersebut untuk tujuan yang

macam-macam.

Saya jadi ingat perbincangan dengan mantan Kepala BAKIN (KABAKIN)

almarhum Letjen (purn) Z.A. Maulani ketika beliau masih bertugas di

kantor Sekretariat Wakil Presiden. Menurut beliau laporan BAKIN

seperti garbage in garbage out. Menyedihkan sekali bukan?

Intel Oh Intel 253


Isi sebuah laporan intelijen barangkali biasa saja dan bersifat rutin,

tetapi karena ia dibuat oleh lembaga intelijen maka tidak selayaknya

diperlakukan seperti kertas bungkus pisang gorang.

Tentu perspektif di atas tidak bersifat general, karena masih ada junior-

junior saya yang sekarang naik dalam level eselon 1 dan 2 yang benar-

benar menjaga prinsip internal security dan berhasil menjalankan tugas

dengan begitu baiknya. Untuk figur-figur yang tegas dan punya komitmen

tinggi dalam tugas maka tidak ada celah bagi kesembronoan. Dari sisi

unsur militer juga demikian ada yang sangat profesional dan ada yang

sembrono. Mudah membedakannya unsur militer yang masuk BIN hanya

ada dua macam, pertama adalah mereka yang sangat dibutuhkan karena

kemampuannya dan kedua adalah mereka yang mengemis segala cara

kepada Kepala BIN agar diberikan jabatan karena di militer karirnya

tamat.

Kebobrokan organisasi BIN maupun BAIS inilah yang melahirkan seorang

Senopati Wirang yang harus menanggung MALU menuliskan BLOG I-I

berdasarkan pada pengalaman pahit bertahun-tahun. Pernah saya menulis

surat kaleng kepada Presiden Suharto...hasilnya malah pembersihan

organisasi dan ancaman-ancaman. Memang saya bukan Ksatria yang

terang-terangan menantang sistem, tetapi apalah artinya perjuangan

satu suara yang lemah ini. Saya sudah menyaksikan banyak korban

berjatuhan bahkan seorang sahabat ada yang sampai di Penjara dan

seorang Jenderal Yoga Soegama hanya sempat minta maaf di depan

mayatnya setelah sahabat saya sakit sekian lama. Setidaknya sejak saya

bergabung dengan Intelijen Tempur, Intelijen Strategis dan Intelijen

Intel Oh Intel 254


Sipil dan sampai masa akhir hidup saya ini belum ada yang menyadari

siapa saya.

Ah pengantarnya jadi terlalu banyak, habis saya kesal dengan sistem

pengamanan yang amat sangat buruk di institusi intelijen Indonesia.

Silahkan disimak artikel dari seseorang yang sangat memimpikan dirinya

menjadi seorang agen intelijen.

---------------------------------------------------------------------------------

GRAND DESIGN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PAPUA

oleh: ABWEHRMEISTER

Menarik kita amati perkembangan kasus Papua, yang diawali dari kasus

Abepura (yang menuntut ditinjau ulangnya kontrak karya antara

PT.Freeport Indonesia dan pemerintah RI) dan kasus pemberian visa

tinggal sementara oleh Australia bagi puluhan orang aktivis Papua

Merdeka yang menyatakan adanya genocide di Papua. Mari kita coba

mengamati secara lebih seksama kedua kasus tersebut.

1. Tuntutan peninjauan ulang kontrak karya antara pemerintah RI dan

PT.Freeport Indonesia.

Hal ini mulai mendapat perhatian publik setelah terjadi demo besar-

besaran oleh sebagian besar unsur masyarakat Papua (baik di Papua

maupun di Jakarta) yang menelan korban dari aparat dan dari

masyarakat. Mereka menuntut di tinjau ulangnya kontrak karya

pengolahan Sumber Daya Alam yang dilakukan PT.Freeport Indonesia,

Intel Oh Intel 255


sebuah perusahaan Amerika Serikat. Tuntutan ini dikarenakan selama ini

PT.Freeport Indonesia dinilai lalai dalam menangani masalah lingkungan

hidup dan PT.Freeport Indonesia dirasa tidak memberi dampak positif

secara signifikan kepada masyarakat asli Papua. Hal ini diperkuat oleh

adanya laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang

menyatakan bahwa (pada intinya) telah terjadi degradasi/penurunan

kualitas lingkungan hidup di Papua, yang apabila dibiarkan terus menerus

akan sangat merugikan Indonesia. Beberapa tokoh politisi dan parlemen

Indonesia belakangan angkat bicara dan mengakomodir keinginan

masyarakat Papua melalui parlemen. DPR mendesak pemerintah untuk

meninjau ulang kontrak karyanya dengan PT.Freeport Indonesia. Hanya

sayang sikap DPR ini hanya melalui pernyataan-pernyataan tokohnya

secara parsial, bukan sikap resmi DPR secara institusional sebagai

lembaga parlemen Indonesia. Tanpa perlu menjadi seorang expert, kita

bisa melihat adanya gangguan terhadap kepentingan Amerika Serikat di

Indonesia. Bisa dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami

PT.Freeport Indonesia (baca: Amerika Serikat) apabila peninjauan ulang

kontrak karya tersebut benar-benar terjadi. Sebenarnya peninjauan

ulang kontrak kerja sama merupakan HAK Indonesia sebagai negara yang

berdaulat penuh atas Papua. Ditinjau dari segi hukum (tentunya hukum

Indonesia), pembaruan suatu perjanjian dimungkinkan untuk dilakukan

sebelum habis masa berlaku perjanjian tersebut apabila ada hal-hal yang

secara prinsipil melanggar UU. Ketentuan ini bisa kita lihat dari pasal

1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (BW) yang

menyatakan sebagai berikut :”semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu

Intel Oh Intel 256


perjanjian tidak dapat dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua

belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan

itikad baik.”

Dari uraian pasal tersebut diatas nampak jelas bahwa suatu perikatan

hukum (baca: perjanjian) dapat ditarik kembali (atau diperbarui) apabila

mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak dan atau pelanggaran

terhadap UU yang berlaku. Dalam hal ini UU No.23 Tahun 1997 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Posisi pemerintah dalam hal ini sebenarnya

sangat kuat baik secara de facto maupun secara de jure. Pemerintah

tidak perlu takut terhadap pencitraan buruk Indonesia di luar negeri.

Saya yakin banyak putera-puteri Indonesia yang ahli dalam bidang

komunikasi dan pencitraan diri. Masih banyak investor asing lain yang mau

menanamkan modalnya di Papua. Dalam kasus ini PT.Freeport Indonesia

(baca:Amerika Serikat) jelas-jelas merasa terancam dan merasa terusik

posisinya di Indonesia. Logikanya, pasti mereka akan memberikan reaksi

yang kita tidak tahu entah apa. Melihat arah kebijakan luar negeri AS

yang kental nuansa kapitalisme (baca: kolonialisme) yang dilatar belakangi

sumber daya alam (Irak, Blok Cepu, Amerika Latin),bisa dipastikan

mereka akan mempertahankan kepentingannya dengan segala cara.

Pengalaman kita pada masa pemerintahan Soekarno, dimana AS

berencana untuk menduduki Indonesia melalui skenarionya membumi

hanguskan CALTEX di Riau untuk kemudian mendarat dan menguasai

Indonesia. Kejadian itu pada masa pemberontakan PRRI-PERMESTA pada

zaman pemerintahan Soekarno. Saya merasa bersyukur skenario

tersebut gagal total dan akhirnya mencoreng muka AS. Bukan tidak

Intel Oh Intel 257


mungkin AS akan mempertahankan kepentingannya dengan cara-cara yang

sama atau sama sekali baru yang tidak kita duga sebelumnya. Kita harus

dapat mengantisipasi potensi-potensi ancaman dimasa datang. Untuk

tujuan itulah tulisan ini saya buat.

2. Kasus pemberian visa tinggal sementara oleh Australia terhadap

aktivis separatisme Papua.

Kasus ini membuat hubungan bilateral Indonesia – Australia kembali

memanas. Indonesia menarik kembali dubesnya, sementara dubes

Australia dipanggil Menlu RI untuk menjelaskan sikap pemerintahan

Australia. Untuk yang kesekian kalinya hubungan Indonesia – Australia

menegang. Masih segar dalam benak rakyat Indonesia bagaimana peran

aktif Australia dalam kasus lepasnya Timor-Timur dari pangkuan ibu

pertiwi. Belakangan diketahui bahwa motif utama Australia dalam

mensponsori kemerdekaan Timor-timur adalah celah timor yang

ditengarai kaya akan minyak. Sobat kental AS ini nampaknya telah

belajar banyak dari sohibnya itu. Pemberian suaka dan visa tinggal

tersebut jelas-jelas tidak mencerminkan sikap dukungan Australia

terhadap kedaulatan wilayah NKRI, seperti yang selama ini berulang kali

mereka utarakan kepada berbagai media dunia. Sikap mereka ini

menunjukkan bahwa mereka memberi dukungan kepada elemen-elemen

separatisme di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari adanya dukungan

berupa moril dan materiil dari berbagai parpol Australia terhadap pihak

separatis Papua (sebagaimana tercantum dalam temuan data dan fakta

yang dibawa oleh tim parlemen Indonesia yang akan sowan ke Australia).

Terlebih lagi kita memiliki pengalaman pahit pada masa lalu dalam kasus

Intel Oh Intel 258


lepas nya Timor-Timur dari NKRI. Apakah kita akan jatuh dalam lubang

yang sama untuk yang kedua kalinya? Saya yakin bahwa ini adalah suatu

skenario yang disusun bersama antara Australia dan AS dengan tujuan

untuk mengambil alih sumber daya alam yang terdapat di Papua.

Indikasinya adalah Australia begitu mengekspos penindasan yang dialami

oleh para aktivis separatisme Papua (versi mereka tentunya). Bahkan

mereka menuduh telah terjadi genocide di bumi Papua. Ini adalah suatu

tuduhan serius yang tidak berdasar. Serius karena istilah genocide

merupakan salah satu pelanggaran HAM berat, setara dengan yang

dilakukan oleh NAZI Jerman. Tidak berdasar karena tuduhan tersebut

tanpa disertai data, fakta dan bukti yang kuat dan meyakinkan. Ini adalah

bagian dari skenario panjang AS dan Australia untuk merebut sumber

daya alam Indonesia. Selama ini Amerika dikenal sebagai agresor yang

mengabaikan norma-norma apapun dalam menjaga kepentingannya

diberbagai penjuru dunia. Tidak perlu legitimasi, tidak perlu ada bukti

yang kuat, dan sering kali mengabaikan PBB.

4. Alternatif penyelesaian masalah.

Berkali-kali Australia menginjak-injak harga diri dan martabat bangsa

Indonesia. Penangkapan nelayan Indonesia, pelanggaran kedaulatan

Indonesia di udara oleh AU Australia (boleh tanyakan pada saudara-

saudara kita di AURI), lepasnya Tim-tim dari NKRI, pemasangan instalasi

rudal yang dapat menjangkau wilayah NKRI, dan sekarang dukungan

secara terang-terangan terhadap elemen separatisme Papua (pihak

parlemen Indonesia dan kalangan intelijen pasti tahu lebih banyak). Kita

semua pasti mahfum bahwa kita tidak bisa berharap banyak dari PBB.

Intel Oh Intel 259


Sudah banyak kejadian yang menunjukkan bahwa PBB tidak memihak

kepada rasa keadilan masyarakat internasional dan didalam tubuh PBB

sendiri ada perbedaan perlakuan terhadap negara-negara anggotanya.

Masih adanya hak veto bagi beberapa negara menunjukkan hal ini. Padahal

hak veto tersebut sangat tidak relevan dan sangat mencederai asas

persamaan kedudukan negara-negara yang berdaulat di dunia. Tidak akan

pernah tercapai susunan dunia yang adil, merata dan sejahtera bila PBB

(sebagai organisasi internasional yang utama) masih tidak berubah. Sikap

Indonesia yang menarik kembali duta besarnya di Australia

mencerminkan adanya perhatian yang serius dari pemerintah RI. Kita

harus menata ulang kembali hubungan bilateral kita dengan Australia.

Saya menyarankan beberapa alternatif penyelesaian disini, yaitu :

§ Secara eksternal

 Melakukan komunikasi bilateral dengan Australia melalui saluran

diplomatik secara lebih intensif dan komprehensif dalam

konteks Papua

 Mencari dukungan dalam berbagai forum internasional terhadap

keutuhan kedaulatan wilayah NKRI (negara-negara Asia-Afrika,

ASEAN, PBB,dll)

 Memberikan penjelasan kepada masyarakat internasional bahwa

apa yang terjadi di Papua adalah murni masalah intern dalam

negeri Indonesia, bahwa tidak ada peristiwa pelanggaran HAM

berat (genocide) yang terjadi di bumi Papua seperti yang

dituduhkan para aktivis separatisme Papua, bahwa apa yang

dilakukan Australia adalah bentuk sikap bermusuhan dan

melegalisasi tuduhan pelanggaran HAM berat di Indonesia,

Intel Oh Intel 260


bahwa sikap Australia tersebut merupakan suatu bentuk

ancaman terhadap kedaulatan sah suatu negara yang dapat

menimpa negara mana saja di dunia dan merupakan preseden

buruk dimasa datang.

Secara internal

 Melakukan pengusutan tuntas terhadap kasus kerusuhan

Abepura, Papua.

 Merangkul semua elemen masyarakat Papua untuk bersama-sama

mencari solusi yang terbaik bagi bangsa dan negara RI (hal ini

lebih sulit dalam hal implementasi di lapangan).

 Mencari bukti keterlibatan asing dalam kasus Papua.

 Para pemimpin bangsa ini agar tidak serta merta mengeluarkan

pernyataan yang bersifat tuduhan yang menyudutkan saudara

sebangsa sendiri (politisasi). Akan lebih baik jika kita

memfokuskan perhatian dan stamina kita untuk mengantisipasi

ancaman dari luar. Kasus ini adalah murni masalah harga diri dan

martabat Indonesia, tidak perlu kita larut dalam kepentingan

politik sesaat.

 Melakukan pemberdayaan intelijen nasional baik secara kualitas

maupun kuantitas. Hal ini sangat penting artinya untuk

menangkal ancaman-ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

Sebagai contoh, pembentukan aturan hukum yang jelas bagi

kalangan intelijen nasional lebih urgent ketimbang RUU APP

misalnya.

Intel Oh Intel 261


Akhir kata, semoga tulisan ini dapat, paling tidak, menimbulkan

kesadaran berbangsa dan semoga dalam tataran lebih luas dapat

memberikan alternatif wawasan dalam menanggapi sikap

Australia. Semoga Tuhan YME melindungi segenap tumpah darah

Indonesia. Amin !!

ABWEHRMEISTER

Posted by Senopati Wirang /Friday, April 14, 2006

Intel Oh Intel 262


Tambahan tentang Papua

Sebuah tulisan yang cerdas dari seseorang yang mungkin lebih pantas

menjadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia daripada

Menteri yang sekarang.

Ma'af...awal tulisan diatas tidak bermaksud subyektif, hanya sebuah

kalimat apresiatif atas artikel dari salah seorang tokoh kalangan LSM

yang sering kurang didengarkan oleh pemerintah RI.

Mengapa saya masukkan dalam Blog I-I, bila memang banyak analis

intelijen yang membaca Blog I-I ini, maka hanya akan dua reaksi:

1. Sepenuhnya setuju dengan artikel saudara RN

2. Menolak hanya karena ketidaksepahaman dengan mainstream

perjuangan saudara RN

Saya yakin mayoritas analis intelijen yang belum terkontaminasi oleh

kepentingan politik akan memilih reaksi pertama.

Dimana pentingnya pendapat subyektif saya ini....tidak lain bahwa

pemikiran intelijen khususnya kalangan analis sesungguhnya sangat dekat

dengan pemikiran kalangan LSM dan Akademis dibanding dengan

pemikiran untuk politik kekuasaan.

Beberapa bulan sebelum hubungan RI-Australia menghangat, saya sudah

menulis warning tentang masalah Papua, sungguh sangat diharapkan

Intel Oh Intel 263


pemerintah RI segera melakukan evaluasi menyeluruh yang mungkin

memerlukan pemahaman yang lebih cerdas dan lebih dekat pada prinsip-

prinsip kemanusiaan universal.

Silahkan menyimak artikel saudara RN berikut ini. sumber :

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0604/06/opini/2562135.htm

Kamis, 06 April 2006

Mencari Suaka Itu Konstitusional

Rachland Nashidik

Kegusaran Indonesia pada Australia harus diletakkan ke dalam cara

berekspresi yang cerdas dan benar. Jika tidak, kita akan dikenang

sebagai bangsa yang senang mempermalukan diri sendiri.

Hak mencari suaka politik adalah hak individual. Sepenuhnya terserah

kepada si individu untuk memutuskan kapan dan mengapa hak itu

digunakan. Pikiran dan tubuh manusia bukanlah yurisdiksi negara.

Pemerintah tidak boleh merasa memiliki pikiran dan tubuh warganya

meski atas nama kedaulatan negara.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah orang pertama yang tidak

boleh lupa: hak suaka politik ini dilindungi amandemen kedua UUD 1945,

persisnya oleh Pasal 28 G Ayat 2. Bunyinya, "Setiap orang berhak untuk

bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat

martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain".

Intel Oh Intel 264


Bagian hukum nasional

Perlindungan terhadap hak ini, termasuk kewajiban menghormati prinsip

non-refoulement・prinsip berstatus jus cogens yang isinya melarang

pengembalian pencari suaka politik ke negara asal juga telah jadi bagian

hukum nasional. Pertama oleh ratifikasi Republik Indonesia terhadap

International Covenant on Civil and Political Rights (2006); dan

sebelumnya terhadap Convention Against Torture (1998) di mana non-

refoulement adalah prinsip fondasionalnya.

Jauh sebelumnya, preseden perlindungan yang sama dapat ditemukan

dalam Surat Edaran Perdana Menteri Nomor 11/RI/ 1956 tanggal 7

September 1956 tentang Perlindungan Pelarian Politik.

Surat Edaran yang ditandatangani Mr Ali Sostroamidjojo itu

menyatakan, "Indonesia melindungi pelarian politik yang masuk dan yang

sudah berada di wilayah Indonesia, berdasarkan hak dan kebebasan asasi

manusia, serta sesuai dengan hukum kebiasaan internasional."

Indonesia tidak bisa mengakui dan menjamin hak itu sambil pada saat

bersamaan kelihatan memusuhinya.

Visa proteksi sementara

Departemen Luar Negeri Indonesia seharusnya bisa menjelaskan kepada

Presiden, pemberian visa proteksi sementara (temporary protection visa)

bukan akhir yang bahagia bagi para pencari suaka politik ke Australia.

Intel Oh Intel 265


Visa ini berlaku sementara dan akan dievaluasi setelah tiga tahun. Selama

itu setiap pencari suaka yang telah diakui statusnya di bawah hukum

internasional sebagai refugee tidak bisa melakukan perjalanan ke luar

Australia, meski sekadar untuk menemui keluarga yang tercerai. Jika

memaksa, mereka akan kehilangan status humanitariannya dan bakal

ditolak masuk kembali ke Australia.

Bagi mereka juga tak ada fasilitas negara untuk kesejahteraan, bantuan

pekerjaan, atau sekadar biaya untuk belajar bahasa Inggris. Pihak yang

tersisa untuk membantu mereka adalah lembaga-lembaga masyarakat

yang, dalam urusan refugee ini, dibatasi aksesnya terhadap dana

masyarakat yang tersedia.

Kepahitan dari kenyataan itulah yang akan segera dialami para pencari

suaka asal Papua. Segera setelah tiga tahun yang sulit, mereka pun harus

membuktikan ulang keabsahannya sebagai refugee. Akankah pada tahap

itu mereka kembali lolos?

Saya tidak punya angka untuk menebak. Namun, sejumlah penelitian

menyebutkan, Australia hanya menerima satu refugee untuk setiap 1.583

warga Australia. Jumlah itu jauh lebih kecil dibanding Inggris (1:530)

atau Tanzania (1:76).

Apa yang bisa dilakukan?

Apa yang bisa kita lakukan? Indonesia, tentu saja, berhak membela diri

dari berbagai sangkaan terhadap dirinya. Namun, pemerintah harus

Intel Oh Intel 266


melakukannya dalam penghormatan yang konsisten terhadap hak dan

kebebasan asasi manusia.

Indonesia bisa membuktikan kepada Australia kerapuhan validitas dari

klaim yang diajukan pencari suaka. Namun, hak mereka untuk

meninggalkan Indonesia harus dihormati. Adalah cerdas dan terhormat

bila Jakarta dapat menjadikan proses pembuktian itu sebagai tulang

punggung diplomasi untuk meyakinkan Canberra agar menyediakan bagi

mereka mekanisme naturalisasi, bukan status refugee.

Oleh karena itu, merayakan imparsialitas hukum adalah langkah yang

sebaiknya ditempuh.

Sebenarnya hukum internasional menyediakan fasilitas untuk menangani

dispute antarnegara dalam masalah refugee melalui International Court

of Justice. Masalahnya, sampai hari ini, Indonesia belum meratifikasi

Konvensi Geneva tahun 1951. Akibatnya, Indonesia tidak bisa

memanfaatkannya untuk menantang keputusan Australia.

Namun, kita sama sekali belum terlambat. Departemen Luar Negeri harus

ditugasi untuk mempercepat ratifikasi terhadap Geneva Convention

Relating to the Status of Refugees dan protokolnya, dari tahun 2009

menjadi tahun depan. Prinsip non-retroactivity tidak perlu berlaku bagi

kasus suaka ini karena sifatnya yang bisa diargumentasikan sebagai

continuing case.

Intel Oh Intel 267


Dan inilah yang paling penting, Indonesia harus bergegas untuk sungguh-

sungguh memperbaiki sikap dan kebijakannya di bumi Papua, lagi-lagi

dengan mengedepankan imparsialitas hukum yang teguh dan perlindungan

penuh atas keseluruhan hak-hak asasi manusia. Jangan main-main dengan

hal ini, karena impunity dan keadaan perlindungan hak asasi manusia yang

buruk di Papua amat mungkin adalah informasi yang mengondisikan

keputusan pejabat imigrasi di Australia, kini, dan di masa datang.

Jangan lupa, Potret Papua sebenarnya adalah made in Indonesia. Apa

yang dilakukan Australia hanya memungut potret yang terbuang itu,

memberi pigura, lalu memasangnya di dinding hall of shame yang entah

untuk apa mereka buat.

Tiga tahun adalah masa yang singkat bagi mereka yang mendapat

temporary protection visa dari Australia. Namun, itu adalah kesempatan

yang cukup bagi Indonesia untuk membuktikan kepada dunia kesungguhan

komitmennya kepada warga Papua.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya segera bersiap untuk

kompetisi ini.

------------

Rachland Nashidik Direktur Eksekutif Imparsial, The Indonesian Human

Rights Monit

Posted by Senopati Wirang /Friday, April 07, 2006

Intel Oh Intel 268


Soal Demo Buruh

Sebelumnya saya mohon kepada para pembaca yang punya akses ke BIN

atau BAIS TNI bisa menyampaikan warning ini kepada kedua institusi

tersebut.

Berkaitan dengan maraknya polemik pasca Demo Buruh di depan gedung

DPR/MPR tanggal 3 Mei 2006, perlu saya sampaikan beberapa hal penting

sebagai berikut:

1. Reaksi Presiden SBY yang "tendensius" memang ditunggu-tunggu

sebagai pancingan agar proses penurunan citra Presiden secara

bertahap bisa segera dimulai dan terus terakumulasi.

Sebenarnya apapun reaksi Presiden akan direspon negatif

dengan propaganda yang secara simultan membentuk opini publik

tentang "ketidakmampuan" atau "ketidaksensitifan" terhadap

isu-isu yang penting bagi rakyat maupun bagi kelompok

masyarakat yang besar, seperti buruh. Karena mereka adalah

penentu potensial dalam pemilihan Presiden 2009.

2. Warning tentang ketidakpuasan kelompok-kelompok yang kalah

pemilu 2004 kurang tepat karena ditingkat elit boleh jadi tidak

mengetahui persis apa yang terjadi di lapangan. Atau

sebagaimana hampir semua pemain politik lapangan mengerti,

akan ada benang yang putus dari aksi dilapangan dengan elit

politik. Selain itu pernyataan ttg "kelompok yang kalah" memilki

konotasi negatif dan mampu mengkristalkan kelompok oposisi

Intel Oh Intel 269


menjadi musuh bersama bagi Presiden, respon ini juga memang

sangat dinanti-nantikan. Sesungguhnya oposisi dan mereka yang

kalah dalam Pemilu 2004 tidak memiliki satu kesatuan visi

tentang masa depan Indonesia. Tetapi bila Presiden SBY

berulang kali berhasil dipancing lagi untuk merespon sikap yang

"memusuhi" mereka yang kalah dalam pemilu 2004, kristalisasi

tersebut akan sempurna dan menjadi "musuh" politik yang besar.

3. UU No. 13/2003 soal Ketenagakerjaan memang sangat dilematis

dan menjadi sebuah persoalan yang berpotensi untuk terus

dieksploitasi sebagai komoditi politik. Karena tarik-menarik

kepentingan "murni" antara kelompok buruh dan pengusaha

begitu kuatnya, sehingga sangat mudah dijadikan wacana dalam

pertarungan propaganda politik. Kehati-hatian dalam menyikapi

UU tersebut dengan proses pembahasan dan dialog yang intensif

serta melibatkan intelektual dari universitas sudah tepat, tetapi

penyampaian penjelasan kepada publik perlu diperbaiki,

khususnya kesatuan sikap yang mengayomi semua pihak oleh

Menaker, Wapres, dan Presiden. Jangan sampai tuduhan "tidak

berpihak" pada buruh serta arogansi pemerintah semakin kuat.

4. Penyelidikan BIN dan Polri tentang aliran dana untuk aksi

demonstrasi boleh jadi akan membuka siapa pihak yang

bertanggungjawab dalam aksi kerusuhan buruh. Tetapi hampir

bisa saya pastikan akan sulit untuk dikaitkan kepada elit politik

tertentu. Seperti pernyataan Kepala BIN Syamsir Siregar yang

mensinyallir adanya aliran dana kepada kelompok buruh dari

Jawa Barat. Perhatikan juga pernyataan Syamsir Siregar lainnya

Intel Oh Intel 270


sbb: (sumber beberapa surat kabar) "Kepala Badan Intelijen

Negara Syamsir Siregar lebih terbuka. Ia menyebutkan


sejumlah pihak menunggangi aksi buruh. ''Ada orang-orang yang
memprovokasi,'' katanya. Teknisnya, aksi buruh disusupi oleh
kelompok lain. Ada yang memprovokasi dengan melakukan aksi
lempar batu ke aparat. Lemparan itu bukan dari buruh, tetapi
dari kelompok lain. ''Ada yang mendompleng,'' katanya.
Syamsir enggan membuka siapa kelompok itu dan siapa pula
elitenya. Yang pasti, katanya, suatu saat akan dibuka, siapa
mereka. Tujuan aksi rusuh itu untuk menduduki gedung
DPR/MPR, seperti saat aksi 1998 lalu, saat mahasiswa
menduduki gedung Dewan". Pernyataan tersebut jelas cukup

melegakan tetapi masih terasa kurang elegan dan berlebihan

karena disamakan dengan peristiwa aksi mahasiswa 1998. Karena

dari level analisanya sudah keliru, aksi buruh kemarin hanya

sebuah uji coba kecil yang mengukur sejauh mana respon

pemerintah, baik stabilitas maupun langkah-langkah nyata

antisipatifnya. Alangkah baiknya bila respon atas setiap

peristiwa semacam aksi buruh tersebut tidak didekati secara

politis, tetapi dieksploitasi unsur pidananya....jangan terlalu

banyak membahas motivasi politiknya tetapi pedulikan pada hal-

hal yang lebih mendasar seperti aksi rusuh = merusak =

memusuhi rakyat. Bila perlu jangan sungkan-sungkan menyeret

penyandang dana aksi demonstrasi tersebut ke pengadilan dan

diadili. Jangan ditunggu-tunggu sampai peristiwa yang lebih

besar. Berbeda dengan tahun 1998 yang mana para penyandang

Intel Oh Intel 271


dana tersebar luas dari orang-orang punya kepentingan politik

sampai orang-orang yang benar-benar baik dan concern dengan

masa depan Indonesia.

5. Dalam harian Pikiran Rakyat 5 Mei 2006, kita bisa membaca

sedikit komentar saudara Wawan H. Purwanto sbb aksi massa

seperti gerakan buruh, diperkirakan akan terus berlangsung


hingga Juni, untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
Karenanya, menurut dia, peringatan presiden di Amman wajar-
wajar saja. Komentar tersebut sangat prematur dengan

menyatakan bahwa demontrasi buruh akan terus terjadi sampai

Juni 2006 dengan tujuan menggulingkan pemerintahan yang sah.

Bias dan terburu-buru serta mencerminkan pola analisa masa

Orde Baru yang terlalu percaya diri serta bisa menjerumuskan

Presiden SBY dengan menganggap peringatan SBY wajar.

Seharusnya sebagai pengamat intelijen harus bisa melihat bahwa

serta memperingatkan SBY secara obyektif, dan bukan

mengamini pernyataan SBY yang bisa jadi akan terpuruk bila hal

ini terjadi lagi berulang-ulang.

6. Presiden SBY adalah presiden Indonesia pertama yang mendapat

legitimasi penuh dari rakyat Indonesia dengan kemenangan yang

meyakinkan dalam pemilu 2004. Amatlah susah bagi siapapun

untuk menantang dari sisi kekuasaan maupun legitimasi. Oleh

karena itu, hanya bisa diserang dari sisi isu-isu yang sensitif

yang menggambarkan sebuah kegagalan besar dari pemerintah.

Saya pastikan bahwa kekuatan oposisi tidaklah akan cukup untuk

menggulingkan kekuasaan ditengah jalan. Tetapi setiap isu

Intel Oh Intel 272


sensitif yang ada di masyarakat akan menjadi "makanan" empuk

manuver politik, dari yang paling ringan berupa kritik biasa

sampai yang berat berupa rekayasa aksi kerusuhan. Oleh karena

itu, sikap hati-hati dan respon-respon yang tepat sangat

diperlukan oleh Presiden SBY.

Demikian semoga ada yang menyampaikan kepada komunitas intelijen

Indonesia atau bila perlu ke Istana Presiden.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, May 06, 2006

Intel Oh Intel 273


Soal Demo Buruh #2

Jakarta (Bali Post)

Sangat disayangkan tampaknya belum ada seorangpun pembaca Blog

Intelijen Indonesia yang menyampaikan pesan saya buat BIN atau BAIS

TNI atau bila perlu langsung ke Presiden SBY.

Berikut kelanjutan catatan dari saya buat kasus Demo Buruh:

1. Hari ini saya menerima informasi yang berdasarkan berita dari

Harian Bali Post edisi 6 Mei 2006 yang judul beritanya adalah

Presiden Tetap Ngotot. Salah satu kutipan yang penting adalah sbb:

Kendati dikritik banyak pihak, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


tetap saja ngotot bahwa tudingannya benar. Berdasarkan laporan
intelijen, Presiden mengakui bahwa ada kegiatan politik yang
dilakukan oleh individu dan kelompok yang belum menerima hasil
Pemilu 2004 yang bisa merusak keamanan, kestabilan dan ketertiban
negara.
''Saya kira sebagai seorang presiden, sebagai kepala negara, harus
mengimbau seperti itu. Karena berdasarkan laporan intelijen,
masukan dari banyak pihak, itu bisa terjadi dan akan terjadi lagi
kalau sama-sama tidak kita tata,'' tegas Presiden, Jumat (5/5)
kemarin.

2. Adanya pernyataan ....berdasarkan laporan intelijen... menunjukkan

bahwa salah satu rujukan utama pernyataan Presiden SBY adalah

laporan intelijen. Dengan demikian institusi intelijen yang

memberikan informasi kepada presiden menurut saya telah

melakukan kekeliruan fatal yang menjerumuskan karena tidak

Intel Oh Intel 274


memberikan catatan khusus bagaimana merespon informasi mentah

dari hasil operasi. Lebih jauh, bila telah ada unsur analisa yang

mendalam, saya nilai analisa intelijen atas kasus demo buruh terasa

sangat dangkal dan tidak memperhitungan faktor pengelabuan dan

tujuan yang bertingkat yang dikemas dengan cantik dan rapi serta

ditambah lagi ketiadaan informasi A-1 dari lingkaran terdalam pihak

yang dituding oleh Presiden SBY. Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla

lebih cerdas dengan menghindari polemik dan memberikan

pernyataan yang diplomatis bahwa kasus pertentangan antara buruh,

pengusaha dan pemerintah hanya kesalahpahaman.

3. Setelah saya cek ke beberapa pihak lingkaran terdalam mereka yang

kalah secara terhormat dalam pemilu Presiden 2004 yang diakui

sebagai paling demokratis sepanjang sejarah Indonesia, jelas bahwa

ditingkat kerucut elit tidak akan ditemui informasi yang mengaitkan

mereka. Memang benar bahwa pada level tengah ada kaitan dengan

elit politik tertentu, tetapi akan sangat sulit bila analisa intelijen

hanya berdasarkan dugaan kuat saja.

4. Ingat, yang kalah dalam pemilu 2004 ada sejumlah pihak sedangkan

provokator demo buruh kemungkinan besar hanya dilakukan oleh

salah satu atau paling banyak hanya dua pihak saja. Pihak yang

terlibat ini jelas telah melihat semakin tidak solidnya kelompok

oposisi karena daya terima rakyat Indonesia atas kepemimpinan SBY

masih tinggi. Sekali lagi, pernyataan SBY yang masih menekankan

pada kata-kata ...........individu atau kelompok yang kalah pemilu

itu........... adalah pernyataan blunder yang disebabkan laporan

intelijen yang buruk, karena tidak ada deteksi dini bahwa demo

Intel Oh Intel 275


anarkis kemarin hanya pengungkit kecil untuk konsolidasi oposisi.

Semua orang sekarang bisa melihat dan berkata....tuh kan, SBY sama

saja dengan pola Orde Baru, main tuduh dan cenderung mengurangi

simpatik kalangan intelektual.

5. Bila kekeliruan laporan intelijen yang tidak menyisipkan catatan-

catatan penting yang merupakan perkiraan perkembangan keadaan

dari sebuah kasus berulang-ulang terjadi, dan bila terus menerus

menjerumuskan SBY ke dalam proses penghancuran citra dirinya

sendiri, maka saya ramalkan hanya dalam waktu 6 bulan sampai 2

tahun popularitas SBY akan menurun sangat tajam. Kita bisa

menantikan studi survey Lembaga Survey Indonesia. Tetapi bila

intelijen memperbaiki diri serta selalu siap antisipatif dengan

catatan penting tentang perkiraan keadaan beserta sejumlah

skenario bayangan yang berisi aksi-reaksi seperti dalam teori

permainan, maka citra SBY akan selamat karea responnya akan jauh

lebih cerdas dari apa yang terjadi sekarang.

6. Perlu saya sampaikan pula bahwa siapapun musuh politik SBY tidak

akan bisa mencapai kekuasaan melalui jalur yang tidak demokratis.

Apalagi menggulingkan di tengah jalan, harus ada alasan yang amat

sangat luar biasa untuk menjatuhkan SBY sebelum 2009. Akan lebih

efektif bila penanganan kasus demonstrasi dan kasus konflik lokal

apapun dan dimanapun di masa depan menggunakan pendekatan

hukum yang tegas serta penyelidikan yang mendalam tentang

penggunaan teknik-teknik anarkis yang mendorong terciptanya

kerusuhan tentunya kalau bisa sampai ke aktor intelektual dan

penyandang dananya. Pelaku-pelakunya diseret ke pengadilan dengan

Intel Oh Intel 276


bukti kuat dan dihukum sesuai hukum yang berlaku. Hal ini sangat

bagus untuk menciptakan efek jera/kapok para broker kerusuhan.

7. Karena pernyataan sudah keluar dan nasi sudah menjadi bubur, maka

respon-respon soal demo buruh yang anarkis ada baiknya diendapkan

sementara atau bila perlu bisa dimulai proses komunikasi dengan

pihak oposisi yang tersebar agar tidak tercipta konsolidasi oposisi

menjadi gerakan rakyat yang semakin luas. Tentu saja fokus

persoalan pada butir-butir UU Ketenagakerjaan tetap menjadi

prioritas agar pihak-pihak yang bersebrangan mau memahami dan

menerima.

8. Bila intelijen Indonesia memiliki bukti keras yang bisa berlaku demi

hukum maka sudah waktunya diadakan pendekatan hukum yang lebih

serius karena bisa menjadi indikator bagi profesionalisme intelijen.

9. Sekali lagi, pemerintahan SBY begitu kuatnya dalam aspek

legittimasi, sehingga saya meragukan kekuatan oposisi bila tidak ada

momentum yang bisa dimanfaatkan untuk menyatukan mereka.

10. Demikian ump.

Semoga ada yang menyampaikan kepada pihak-pihak yang saya kritik di

atas, komunitas intelijen dan SBY sendiri.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Saturday, May 06, 2006

Intel Oh Intel 277


Kiri oh Kiri

Pada tanggal 4 Desember 2006 seorang rekan Blog I-I menanyakan

penilaian saya tentang rencana kegiatan diskusi tentang Marxisme

Internasional di Bandung, tepatnya bertemakan "DISKUSI FILSAFAT

SOSIAL DAN EKONOMI POLITIK, Gerakan Marxist Internasional

Kontemporer, Perkembangan dan Masa Depan Gerakan Marxist di Dunia,

dan Sekilas Tantang Organisasi dan Gerakan Buruh di Kanada". Kemudian

beberapa hari yang lalu, rekan tersebut kembali menyampaikan informasi

tentang hebohnya pembubaran acara tersebut oleh kelompok yang

mengklaim diri sebagai ANTI KOMUNIS serta adanya keterlibatan

intelijen Polisi Bandung. Sebagai referensi, saya disarankan berkunjung

ke dua alamat website yaitu rumah kiri dan melly.

Saya menjabarkan penilaian pribadi saya sebagai berikut:

Pertama, saya tidak dalam posisi anti ataupun pro faham

marxisme beserta aneka ragam bumbu turunannya, baik yang

diberikan embel-embel neo ataupun yang bersifat kompromis

dengan sebutan kiri-tengah atau progresif ataupun sosialis-

demokrat. Analis intelijen Indonesia adalah salah satu kelompok

intelektual yang faham tentang seluk-beluk berbagai ideologi di

dunia, dan saya bisa menjamin obyektifitas mereka, namun soal

kebijakan adalah terserah pada pengambil kebijakan keamanan.

Kedua, pada saat ditanyakan soal sikap saya terhadap rencana

diskusi tersebut, saya tegaskan bahwa akan lebih baik bila

didengarkan terlebih dahulu apa isi diskusinya dan kemudian

dibuat sebuah analisa tentang makna pemikiran yang dinamis di

Intel Oh Intel 278


kalangan muda kiri Indonesia serta dampak nyata terhadap

gerakan mereka. Lebih lanjut, seharusnya intelijen tidak serta-

merta mendefinisikan sesuatu sebagai ancaman tanpa tahu

ancaman bagi siapa, jangan-jangan diskusi kelompok kiri justru

sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia karena mampu

memberikan terobosan untuk penyelesaian masalah bangsa.

Sesingkat itu komentar saya dan saya sangat berharap telah

terjadi perubahan paradigma di kalangan aparatur keamanan

terhadap makna perjuangan kelompok masyarakat dari aliran

manapun.

Ketiga, sejalan dengan pengalaman saya bergaul dengan senior

intelijen beraliran kiri yang tersingkirkan ketika Bung Karno

dikudeta, maka saya faham betul situasi yang menjadi dampak

pertikaian politik masa lalu tersebut. Senior-senior intelijen

yang kemudian disebut eks BPI sangat kecewa dengan sikap

netral saya yang tidak berideologis. Tetapi saya tegaskan bahwa

ideologi saya bukan kanan, bukan kiri, bukan golongan, dan juga

bukan angan-angan kosong, saya hanya ingin bekerja untuk

kemajuan bangsa Indonesia. Saya mengorbankan kesempatan

yang lebih baik di luar dunia intelijen dengan harapan nyata

mendorong pembangunan nasional Indonesia yang berpihak pada

rakyat. Harus diakui...saya keliru besar dan terlalu naif dengan

mengabaikan makna perjuangan prinsip pembangunan yang tepat,

dalam hal ini mau tidak mau bersandar pada ideologi. Indonesia

menganut ideologi banci yang memadukan konsep ekonomi semi

liberal yang diiringi peranan pemerintah yang besar pada awal

Intel Oh Intel 279


pemerintahan Suharto, dan saya pastikan hampir 100% petinggi

politik dan ekonomi saat itu mengamininya. Pilihan strategi

pemerintahan otoriter dengan dukungan kuat kepada sektor

swasta terpilih (cukongisme) dirasa paling cepat memulihkan

perekonomian nasional. Padahal pemulihan ekonomi tersebut

sangat rentan dan terlalu banyak mengandalkan ketergantungan

pada sistem perekonomian liberal dunia. Konyolnya, hal tersebut

diperburuk dengan otak korup yang ada di kepala manusia-

manusia terhormat Indonesia di era Orde Baru, belum lagi

penipuan besar-besaran dan perampokan harta rakyat oleh

kelompok swasta terpilih. Persoalan itu sudah saya dengar dari

senior intelijen beraliran kiri yang dimaafkan dan menjadi

penganggur terselubung pada tahun 70-80an. Sementara saat

ini, Indonesia telah tenggelam dalam genggaman para liberalist

nasional maupun internasional yang terlalu yakin dengan

pembagian kue ekonomi global, padahal kemiskinan rakyat

Indonesia sangat nyata di depan mata.

Keempat, kembali pada acara diskusi Marxisme di Bandung,

sejujurnya saya antara kaget dan tidak kaget. Kaget karena

teknik pembubaran dengan memanfaatkan preman sangatlah

tidak elegan dan tidak simpatik di zaman demokratis ini dan saya

pastikan ini pola-pola lama yang merupakan bagian dari strategi

pencegahan penyebaran faham komunisme era Suharto. Tidak

kaget karena saya sudah memperkirakan bahwa 8 tahun setelah

reformasi, pengambil kebijakan keamanan di Indonesia masih

berpikir seperti di zaman Suharto.

Intel Oh Intel 280


Kelima, ingin saya sampaikan fakta-fakta mengapa dalam

sejarahnya faham kiri sangat tidak populer di hati rakyat

Indonesia. Meskipun PKI pernah menjadi salah satu partai

dengan jumlah kader yang luar biasa, namun hal itu tidak berati

PKI bersih dari kontroversi. Watak sewenang-wenang dan

strategi gerakan yang diwarnai intimidasi pernah menjadi trade

mark PKI. Sebenarnya bukan hanya PKI, partai-partai yang

mencapai kekuatan politik di negeri ini sering kebablasan dan

menjadi semena-mena. Semua itu diperparah dengan kekeliruan

strategi PKI yang terpancing untuk melakukan gerakan yang

akhirnya menghancurkannya untuk "selamanya". Seandainya PKI

tidak terpancing, mungkin tidak akan pernah ada Presiden

bernama Suharto.

Keenam, pada era reformasi ini saya perhatikan emosi meledak-

ledak dari aktivis kiri sangat mengganggu pemahaman rakyat

yang terus dibayangi cerita-cerita seram komunisme. Sangat

jelas bahwa saya tidak melihat satupun intelektual kaum muda

kiri Indonesia yang cukup mampu membawa pesan mendalam dari

faham kiri, entah itu marxisme klasik maupun yang neo.

Akibatnya penolakan masyarakat mudah sekali terjadi hanya

dengan provokasi sedikit saja. Selain itu, mereka yang cukup

pandai ternyata tidak membumi dengan gerakan yang rapih.

Sedangkan yang membumi dalam gerakan cenderung kasar dan

tidak simpatik, akibatnya sangat mudah menciptakan gerombolan

preman untuk menghancurkan perjuangan kaum kiri Indonesia.

Intel Oh Intel 281


Mudah-mudahan tulisan ini cukup obyektif dan saya turut menyesalkan

peristiwa di Bandung. Kepada rekan-rekan intel dan aparat keamanan

jangan salah paham dengan artikel ini. Kepada aktivis kiri anggap saja ini

sebagai catatan khusus yang bisa saudara-saudara diskusikan, silahkan

koreksi saya bila saya keliru.

Catatan Penting:

Blog I-I akan mendukung gerakan apapun yang sungguh-sungguh

bertujuan untuk melindungi rakyat, mensejahterakan rakyat, dst. Tentu

saja di tingkatan ideologis akan ada perbedaan, dan diskusi untuk

mencapai kesepakatan membangun rakyat tentunya lebih penting dari

pada bertikai terus-menerus.

Sekian
Posted by Senopati Wirang /Wednesday, December 20, 2006

Intel Oh Intel 282


Sebuah Catatan Untuk Gerakan Kiri Indonesia

Reaksi rekan-rekan Blog I-I terhadap artikel Kiri oh Kiri ternyata begitu

luar biasa. Ada yang menganggap saya simpati terhadap pemikiran

Marxisme, ada yang memberikan saya cap komunis, dan tidak sedikit yang

bersikap sebaliknya yaitu justru memuji dan bahkan ada meminta analisa

komprehensif soal pemikiran kiri Indonesia dan potensi gerakan kiri

Indonesia. Sayangnya sikap-sikap tersebut tidak disampaikan secara

terbuka ke Blog I-I ataupun diungkapkan melalui shoutbox. Karena akan

terasa lebih nyata dan menghidupkan diskusi di Blog I-I. Saya tidak akan

menjawab e-mail rekan-rekan Blog I-I satu per satu. Oleh karena itu

saya tuliskan sebuah pandangan singkat yang mungkin bisa mencakup

seluruh komentar, pertanyaan, dan respon rekan-rekan Blog I-I.

Baiklah....begini pandangan saya....

Secara psikologis masyarakat Indonesia masih banyak yang mudah

dipengaruhi karena tingkat intelektualitas yang relatif rendah dan sikap

mental penakut sebagai akibat dari intimidasi berkepanjangan sejak

zaman penjajahan. Sangat jarang kita bisa menemukan sosok manusia

Indonesia yang idealis dan berani serta yakin akan prinsip-prinsip

kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi tersebut diperparah oleh

mayoritas sikap kelompok elit pimpinan yang cenderung tidak memiliki

jiwa pengorbanan untuk rakyat. Ide-ide seperti Satrio Piningit dan Ratu

Adil merupakan sebuah bentuk fantasi harapan dari jeritan rakyat yang

mendambakan kepemimpinan yang sungguh-sungguh mengayomi rakyat.

Fakta bahwa tidak sedikit pemimpin Indonesia yang bermental pemeras,

Intel Oh Intel 283


oportunis, kejam, mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki visi dan

misi untuk kesejahteraan rakyat, telah membuat hubungan antara elit

dan rakyat yang penuh kecurigaan. Apabila ada gerakan rakyat yang

murni sekalipun sering diartikan sebagai sebuah perlawanan terhadap

negara. Sebaliknya, rakyat senantiasa berharap akan adanya peranan

negara yang sungguh-sungguh memperhatikan kondisi nyata berupa

kemiskinan, bencana, yang langsung berdampak ke kehidupan sehari-hari.

Padahal peranan negara pasca jatuhnya pemerintahan Suharto telah

digerogoti secara sistematis oleh pemilik modal dan politisi dan birokrat

korup. Sementara dinamika gerakan civil society ala Barat masih harus

menempa diri menjadi satu kekuatan nyata yang bisa mendorong

perubahan nyata pula.

Perlu dicatat bahwa proses kooptasi berbagai gerakan politik di

Indonesia juga berjalan seiring dengan kepentingan para pemilik modal

dan orang-orang yang punya "kuasa". Proses tersebut telah melemahkan

gairah dinamika gerakan civil society. Akibatnya terjadi lagi aliansi-

aliansi gerakan yang cenderung menjadikan gerakan civil society dibawah

kepentingan tertentu, misalnya untuk kepentingan tokoh tertentu, untuk

kepentingan partai tertentu, untuk kepentingan pemberi donor, untuk

kepentingan asing, bahkan tidak sedikit yang bergerak untuk kepentingan

intelijen asing.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan sebuah pemikiran yang kuat dan

matang yang bisa diadaptasikan ke dalam situasi kongkrit rakyat

Indonesia. Apabila kita berpijak pada pandangan Marxisme dalam varian

Intel Oh Intel 284


apapun perlu dilakukan proyek besar penelitian tentang sikap rakyat

Indonesia terhadap pemikiran Karl Marx, minimal berupa survei yang bisa

mewakili penyebaran penduduk Indonesia. Saya jamin, bila tiba-tiba

dilakukan survei semacam itu saat ini jawabnya akan negatif, yaitu

banyak rakyat Indonesia yang tidak paham tentang itu. Sesungguhnyalah

hal yang sama juga menimpa pemikiran liberal dan neo-liberal. Semua saat

ini sangat tergantung pada media massa dan gerakan-gerakan politik

oportunis yang bersliweran. Oleh karena itu perlu dilakukan proses

conditioning berupa pendidikan politik, propaganda, serta penjelasan-

penjelasan sederhana yang bisa dimengerti. Satu hal vital yang perlu

dicapai selama proses tersebut adalah penciptaan sebuah varian khas

rakyat Indonesia dalam pola pikir filsafat kiri, sebuah contoh baik

misalnya faham Marhaenisme yang sebenarnya saya pernah ikut

menggodoknya sebelum dipopulerkan oleh Bung Karno. Sebuah proyek

besar yang juga sukses adalah RRC dengan pemikiran Mao dan Deng dan

kemudian disempurnakan oleh Jiang dalam sebuah proses panjang

menciptakan sosialisme ala China. Saya yakin tidak banyak yang tahu sel-

sel khusus yang diciptakan oleh ketiga tokoh besar China tersebut. Sel-

sel analis intelijen RRC telah melakukan penelitian serius tentang kondisi

nyata rakyat China mulai dari filsafat sampai ke persoalan sehari-hari.

Bagaimana terjadi sinergi gerakan tani sebagai pengganti buruh ala Mao,

dilanjutkan oleh pragmatisme sosialis Deng dengan memasukkan unsur

kapitalisme serta bagaimana terjadi sinergi dari ajaran Konfusianisme ke

dalam pandangan sosialisme ala China yang digagas Jiang tentunya bisa

menjadi pelajaran bagi Indonesia. Satu hal yang sangat penting adalah

kesemua itu digagas dan dilaksanakan untuk the greater China.

Intel Oh Intel 285


Ketika muncul ide-ide sosialisme-Islam, saya lihat masih terlalu dangkal

dan kurang progresif. Ketika anak-anak muda LMND, akatiga, PRD, milist

marxisme, serial, kelompok diskusi rumah kiri, serikat buruh, dll saya

melihat tercerai berainya pemikiran kiri yang cenderung mengarah pada

pola elitisme dan ego yang mengakibatkan kurangnya perhatian pada

penguatan pondasi pemikiran khas kiri Indonesia yang bisa diterima luas

yang juga diiringi oleh proses propaganda dan agitasi yang cerdas.

Basis-basis yang sudah baik di Medan, Riau, Bandung, dan Jakarta

seharusnya bisa menjadi pionir dalam memperbaiki lemahnya argumentasi

dan memperbesar pengaruh gerakan.

Saya melihat tidak banyak aktivis kiri yang berani mengambil inisiatif

pendekatan dengan kalangan militer, intelijen, polisi dan lembaga

berpengaruh lainnya dalam sebuah proses penggodokan konsep pemikiran

dan gerakan kiri khas Indonesia. Sebuah diskusi intensif sebenarnya

sangat perlu karena sesungguhnya musuh gerakan kiri Indonesia adalah

kapitalisme global dengan dukungan kalangan radikal neo-liberal.

Sebagai sebuah peringatan kecil, bahwa pasca berantakannya gerakan

radikal teror, gerakan kiri kembali menjadi sasaran apabila tidak segera

berbenah diri dengan tampilan sebagai pembela jeritan rakyat Indonesia.

Hal penting yang sangat vital bagi sebuah gerakan idealisme adalah

simpati yang besar dan luas dari rakyat.

Intel Oh Intel 286


Semoga bisa bermanfaat. Kepada rekan-rekan aparat keamanan perlu

saya tegaskan bahwa segala potensi rakyat dari kalangan manapun

seharusnya tidak diberangus secara sewenang-wenang. Diperlukan

langkah-langkah strategis untuk masa depan Indonesia. Saat ini yang

sedang menjerumuskan bangsa Indonesia adalah para kapitalis yang

serakah dan tidak mau berkorban untuk rakyat Indonesia. Kondisi

terebut menjadi mungkin karena pemerintah selalu terbelenggu oleh

tarik ulur kekuatan-kekuatan politik dan pemiliki modal yang juga

diperparah oleh intervensi asing yang berlebihan.

Sekian, mohon koreksi bila ada kekeliruan

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, January 10, 2007

Intel Oh Intel 287


Gerakan Kampungan Marxist Indonesia

Meski suasana hati saya masih berduka karena baru pulang melayat, tidak

ada salahnya bila saya berikan catatan singkat tentang gerakan kaum

Marxist Indonesia.

Mengapa saya sebut kampungan? karena memang benar-benar kampungan

dan sangat tidak kreatif. Apapun namanya saat ini, betapa bagusnya

website mereka, betapa gigihnya proses pengkaderan mereka, saya

pastikan tidak akan laku bila tetap berjalan di atas pemikiran cetek

tentang Marxisme.

Seperti pernah saya tulis dalam artikel Gerakan Kiri Indonesia dan Kiri

oh Kiri, sejarah yang ditinggalkan oleh PKI di Indonesia terlalu hitam-

pekat. Terlepas dari kebenaran sejarah yang penuh warna di Indonesia,

ingatan buruk tentang komunisme tidak akan hilang dalam semalam. PKI

adalah sebuah kekuatan komunis terbaik dan terkuat yang pernah dimiliki

bangsa Indonesia dan bangsa Indonesia sudah kapok menanggungnya.

Apabila sekarang ada gerakan yang memperjuangkan kembalinya kekuatan

PKI seperti masa Orde Lama, maka hampir-hampir tidak mungkin. Hanya

keajaiban saja yang memungkinkan gerakan komunis baru mampu benar-

benar eksis di bumi nusantara. Lebih jauh lagi gerakan komunis baru

telah diinjeksi oleh permainan elit-elit militer sakit hati yang telah

menggerakan tangan-tangannya untuk sebuah pra-kondisi menghancurkan

demokrasi sehingga mampu melahirkan sebuah diktator proletar baru

yang populis. Sayangnya persiapan tersebutpun teramat sangat prematur.

Betapapun kuatnya struktur dan program kegiatan yang telah dibangun,

semua akan mentah karena mayoritas rakyat Indonesia memiliki cara

Intel Oh Intel 288


pandang yang berbeda. Apakah pendidikan/pengkaderan kaum Marxist

akan efektif, saya kira jauh api dari panggangan.

Masalah citra dan watak organisasi juga tidak pernah benar-benar

diperhatikan oleh kaum Marxist Indonesia. Masalah ide-ide perjuangan

dengan teriakan lantang tentang kapitalisme global terasa seperi kerupuk

melempem. Tidak riil dan tidak menyentuh langsung kepentingan rakyat.

Kalaupun sudah banyak gerakan Marxist yang masuk dalam arena

pemberdayaan masyarakat dan advokasi serta HAM, levelnya jauh

dibawah kegiatan kelompok pro demokrasi liberal ataupun yang di tengah.

Saya yakin betul bahwa proses otokritik telah mati dalam gerakan

Marxist Indonesia karena memang telah ditunggangi kelompok

kepentingan dan hanya mengarah pada utopia yang semakin telanjang di

mata rakyat. Kaum Marxist Indonesia benar-benar sangat memalukan,

dan anda yang mengaku Marxist silahkan berargumentasi dengan Blog I-I

dan tentunya saya sangat berharap anda telah membaca ulang sejarah

pemikiran Marxisme di dunia maupun di Indonesia.

Kaum Marxist Indonesia sangat buruk sistem organisasinya, sangat jauh

di belakang organisasi profesional kelompok pro-demokrasi yang

cenderung liberal. Akibatnya kaum Marxist hanya mampu melakukan

masturbasi politik dengan angan-angan kosong yang bersandar pada

dinamika kelompok yang kemudian dianggap penyakit kegilaan revolusi

oleh masyarakat.

Apa yang saya khawatirkan adalah bahwa kaum Marxist Indonesia

sekarang dikendalikan oleh kekuatan anti Indonesia Raya. Namun saya

belum cukup mengumpulkan bukti-bukti otentik, sehingga sementara saya

hanya beranggapan bahwa mereka bagian wajar dari dampak reformasi

Intel Oh Intel 289


dan demokratisasi, dimana setiap kelompok menuntut pengakuan

eksistensi dalam landasan kekhasan masing-masing.

PRD dengan berbagai underbownya, Papernas dll, berbagai gerilya kaum

Marxist masuk ke dalam Partai Politik besar, semuanya sebuah upaya

merealisasi ide-ide Marxisme. Namanya juga orang berjuang, ya silahkan

saja. Namun perlu diperhatikan baik-baik bahwa secara politik maupun

ekonomi, posisi Marxisme bersebrangan dengan Kapitalisme dan

Liberalisme. Kondisi filosofis tersebut seringkali mencengkeram otak

Manusia Indonesia yang melupakan hakikat makna tujuan filsafat sosial

adalah kebaikan dengan hasil nyata yang bisa dirasakan sesama manusia,

untuk Bangsa Indonesia, untuk rakyat Indonesia, untuk Indonesia Raya.

Bukan untuk ide-ide itu berdiri sendiri tanpa menyentuh kebutuhan

rakyat.

Bagi kaum Marxist radikal, melakukan kompromi berjalan ke tengah

menjadi sosialis demokrat sama saja penghianatan kepada Marxisme

klasik, karena dipastikan akan terkooptasi oleh kelompok demokrat yang

berat ke liberalisme. Padahal saya melihat mereka yang berjalan ke

tengah telah menghentikan kebiasaan bermasturbasi dan mulai melakukan

karya nyata untuk rakyat.

Pernahkan ada kaum Marxist maupun Liberalist Indonesia yang pernah

berbikir keluar sebentar dari makna-makna ideologis untuk mencari

formula yang tepat bagi persoalan bangsa, bagi penyelesaian masalah

ekonomi nasional, tanpa harus bermusuhan, tanpa harus berkonfrontasi,

menjadi sebuah gerakan sosial rakyat yang khas Indonesia. Pragmatisme

RRC adalah sebuah alternatif yang baik, kapitalisme ekonomi dan

komunisme politik dijalankan dalam struktur negara yang sangat

Intel Oh Intel 290


akomodatif. Satu ide besar bernama The Greater China menghentikan

kecurigaan politik dan krisis pembangunan ekonomi. Maaf, saya tidak

bermaksud menyederhanakan persoalan karena pembahasan ini bisa

menghabiskan berlembar-lembar kertas dan menjadi sebuah buku.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, March 30, 2007

Intel Oh Intel 291


Tentang Komunisme Versus Liberalisme

Artikel ini mudah-mudahan bisa menjawab sejumlah argumentasi via e-

mail dari mereka yang mengaku pejuang ekonomi pasar dan mereka yang

mengaku Marxist.

-----------------------------------

Bila Dita Indah Sari sampai kelabakan untuk menangkis tuduhan komunis

dalam sebuah debat TV SCTV minggu lalu (4/4) seperti diceritakan

seorang rekan Blog I-I, maka saya menjadi ragu bahwa prinsip-prinsip

filosofis yang ditempuh Papernas maupun PRD sudah mapan, tentunya

masih ada perdebatan yang seru didalamnya. Saya pribadi tidak pernah

menyatakan bahwa Papernas maupun PRD Komunis (silahkan baca lagi

lebih hati-hati Marxist Indonesia, yang saya nyatakan adalah merupakan

perwujudan pemikiran Marxist yang mana variannya belum saya pahami

sepenuhnya karena masih tampak mencari bentuk yang tepat. Dari

beberapa tulisan tentang kelompok kiri, saya tidaklah berhenti dalam

sikap antipati atau bermusuhan.

Bila para ekonom dalam Yayasan Indonesia Forum tetap berpijak pada

keyakinan ekonomi bahwa sistem pasar dan integrasi pada ekonomi global

adalah satu-satunya resep mujarab menuju Indonesia Raya dalam 5 besar

dunia pada 2030, maka saya pastikan bahwa ada banyak resep pahit

sosial-politik yang harus ditelan sebelum mimpi itu menjadi kenyataan.

Dalam kritik saya pada para penganjur ekonomi pasar saya juga tidak

bersikap antipati melainkan hanya mempertanyakan variabel-variabel

non-ekonomi yang kadangkala justru lebih dominan di Indonesia.

Intel Oh Intel 292


Apa yang Blog I-I tawarkan adalah bahwa ada perlunya untuk sejenak

keluar dari rumah intelektual filosofis keilmuan dan melihat kenyataan

praktis apa yang perlu dibenahi di dalam rumah Indonesia Raya. Blog I-I

juga menyarankan kepada mereka yang senang menggunakan prinsip

pemaksaan untuk berkaca dan melihat betapa energi positif konstruktif

hancur dan menciptakan konflik terbuka yang tak kunjung selesai. Konflik

yang bersumber dari perbedaan pemikiran adalah wajar dan telah

menjadi catatan sejarah yang berulang-ulang. Namun bila kita ingin mimpi

Indonesia Raya bisa terwujud, maka konflik perbedaan itu tidak harus

diakhiri dengan kehancuran salah satu pihak melalui jalan-jalan

kekerasan. Ingat!!! mayoritas kelompok-kelompok politik di negeri ini

pernah menghalalkan jalan-jalan kekerasan dalam catatan sejarah.

Dalam sudut pandang intelijen, generalisasi komunisme memang dirancang

sedemikian rupa untuk mempermudah penolakan masyarakat secara total

terhadap faham komunisme tanpa ada pemilahan sama sekali. Suatu hal

yang mencengangkan adalah bahwa mekanisme tersebut juga telah

mengganyang sosialisme Indonesia yang pernah mapan dalam beberapa

periode di era Orde Lama dan kemudian berubah penampilan pada era

Orde Baru dengan gerakan yang lebih kompromis dengan kekuasaan.

Adalah ABRI/TNI yang bertanggungjawab dalam menciptakan strategi

jitu penghancuran total komunisme. Bukankah pada era Orde Lama

kekuatan politik dan militer yang berhadapan frontal adalah PKI dan

TNI-AD. Sebenarnya gagasan strategis TNI cukup baik dalam bingkai

pemantapan Pancasila dan Nasionalisme Indonesia, namun hal itu menjadi

Intel Oh Intel 293


rusak berantakan manakala eksekusi kebijakan pemerintah secara

semena-mena menggunakan kekerasan represi yang menakutkan bagi

gerakan civil society. Sampai sekarang residu watak kharakter tersebut

masih tampak di beberapa bagian dan secara jelas bisa dilihat oleh

masyarakat. Misalnya dalam kasus pelanggaran HAM pada umumnya selalu

melibatkan unsur aparatur penjaga keamanan. Bahkan upaya-upaya

pengrusakan lembaga sipil seperti BIN melalui kasus tragis kematian

Munir begitu menyakitkan unsur-unsur sipil di tubuh BIN. Penguatan

Lembaga keamanan berwatak sipil seperti POLRI dan BIN sangat

ditakuti oleh oknum-oknum Nasionalis Militeristik di negeri ini. Hal ini

merupakan bukti bahwa reformasi militer masih terus perlu disoroti agar

profesionalisme militer Indonesia mampu merubah cara pandang yang

terkotak-kotak terhadap segenap elemen kekuatan bangsa Indonesia.

Sorotan kepada TNI bukan dalam artian TNI menjadi sasaran tembak

seperti pernah dilakukan oleh mayoritas aktivis civil society ketika

mempreteli hak eksklusif TNI melalui mekanisme dwi-fungsi. Melainkan

lebih pada dukungan penuh untuk menjadikan TNI yang profesional

dengan kepastian anggaran militer yang memadai serta dukungan

pembangunan kompleks industri militer untuk pengadaan peralatan

perang. Selain itu, yang juga tidak kalah pentingnya adalah perubahan

watak segenap anggota militer melalui proses pendidikan yang profesional

sehingga mampu menghasilkan insan militer yang tidak mudah tergoda

untuk terjun bebas dalam praktek bisnis kotor seperti terjadi pada era

Orde Baru. Hal itu juga terjadi dalam korps Polisi Indonesia, sehingga

Military Watch dan Police Watch yang dilakukan masyarakat sipil

Intel Oh Intel 294


menjadi signifikan. Ketika anggota TNI atau Polisi atau bahkan Intelijen

terjun ke dunia politik, maka wajib masuk dalam koridor demokrasi yang

harus dipatuhi aturan mainnya.

Masih dalam sudut pandang intelijen, generalisasi liberalisme sebagai

neokolonialisme juga menjadi kepentingan kelompok Nasionalis-

Militeristik yang melihat secara sempit akan mengancam kedaulatan

nasional Indonesia. Kedaulatan yang pada masa Orde Baru diterjemahkan

dalam kebebasan merampok kekayaaan bangsa dan untuk memperkuat

kelompok kepentingan dalam link kekuasaan yang diharapkan bisa abadi.

Itulah sebabnya terjadi kerusakan mental yang akut yang menyebabkan

perilaku menyimpang berupa korupsi menjadi budaya massa. Korupsi

terjadi di manapun juga, namun dalam skala tertentu bisa diabaikan

karena tidak merusak keseluruhan sistem, tetapi dalam kasus Indonesia

sungguh aneh bin ajaib.

Liberalisme dan integrasi ke pasar global telah mendorong rasionalisasi

sistem ekonomi nasional Indonesia yang selama masa Orde Baru penuh

akal-akalan untuk kepentingan kelompok tertentu. Namun proses

liberalisasi tersebut juga telah melahirkan kekuatan baru yang

berpotensi memiliki watak semena-mena seperti pada masa Orde Baru.

Namun kelompok baru ini tentunya semakin canggih dengan berbagai

argumentasi dan pendekatan hukum formal yang kuat. Itulah sebabnya

perlu dilakukan pengawasan yang super ketat dalam reformasi hukum

nasional Indonesia agar tidak menjaid sangat berat kepada kelompok

liberal. Disinilah, Blog I-I memberikan dukungan penuh kepada kaum

Marxist Indonesia untuk berteriak dan memberikan draft pemikiran yang

Intel Oh Intel 295


logis untuk mencegah terjadinya penguasaan seluruh kekayaan bangsa ke

tanggan pemilik modal.

Harapan Blog I-I tentu berupa sinergi dimana apapun gagasannya dan

teknik pelaksanaannya satu hal yang perlu digarisbawai adalah bukan

untuk kepentingan golongan, karena hal ini hanya mengulangi kesalahan

besar Orde Baru.

Blog I-I berasumsi bahwa kesulitan terbesar dalam menggagas Indonesia

Raya adalah terletak pada watak sombong dan ingin menang sendiri dari

sosok manusia Indonesia. Selain itu diperparah oleh iri hati dan dendam

yang akhirnya membutakan mata, menulikan telinga dan menutup hati

nurani. Alih-alih pengatasnamaan agama, ideologi atau keyakinan

seringkali ditembakkan demi niat-niat penghancuran elemen bangsa yang

dianggap "musuh". Jangankan dialog, melihatpun tidak sudi karena sikap

bermusuhan muncul lebih dahulu daripada harapan adanya perubahan

yang lebih baik.

Watak-watak tersebut diatas menyuburkan kehidupan tikus-tikus

koruptor, broker-broker ekonomi, pungutan-pungutan preman politik,

perampok kekayaan alam, tikus kepolisian, tikus pengadilan, serta

berbagai perilaku menyimpang lainnya. Di level akar rumput, lahir

masyarakat yang haus narkoba karena kehilangan arah, masyarakat yang

senang mengadili karena tidak ada keadilan, masyarakat yang menyimpan

amarah karena tak berdaya, dan masyarakat yang cenderung putus asa.

Intel Oh Intel 296


Betapapun kondisinya, bila kita sadar makna kehadiran kita di dunia

sebagai manusia Indonesia, bila kita masih merasa waras, maka belum

terlambat untuk mencari jalan atas nama diri kita masing-masing untuk

berdiri tegak menjadi lokomotif perubahan berkontribusi dengan niat

tulus. Sekecil apapun cahaya yang kita keluarkan bisa menerangi sesuai

kekuatan cahayanya.

Maaf, nulisnya kurang terstruktur karena memang tidak dikonsep secara

baik. Silahkan dikoreksi oleh rekan-rekan semua.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, April 11, 2007

Intel Oh Intel 297


Hak Kebebasan Beragama versi AS

Mengapa Amerika Serikat masih saja memasukkan Indonesia ke dalam

daftar negara yang diamati karena pelanggaran berat kebebasan

beragama?

Di kala Indonesia semakin jauh melangkah dengan prinsip-prinsip HAM

dan liberalisme....tekanan AS masih saja begitu kuat. AS yang jauh lebih

religius dibanding negara-negara Eropa bisa jadi menerima informasi bias

dari jaringan yang berdasarkan agama tertentu di Indonesia, tujuannya

tentu saja untuk terus membuka peluang membesarkan agamanya di

tengah-tengah mayoritas muslim yang bervariasi.

Ketika pemerintah RI mengakomodasi kembali kepercayaan Khong Hu

Cu....tidak ada cerita internasional khususnya di AS yang memberikan

acungan jempol, karena Khong Hu Cu identik dengan komunitas Chinese

yang tentunya tidak terlalu dipedulikan oleh kelompok kepentingan di AS.

Malahan hal ini mungkin dianggap kurang kondusif karena membaiknya

hubungan sosial komunitas Chinese Indonesia sebagai bagian integral

bangsa Indonesia berpotensi semakin mendekatkan hubungan RI-RRC,

yang berarti kurang menguntungkan bagi AS. Hal ini juga berarti akan

terjadi gerakan yang signifikan dari penganut kristiani Chinese untuk

kembali ke keimanan dasar yang kuat dalam keyakinan religi kosmologi

Chinese yang berdasarkan pada ajaran Khong Hu Cu, Buddha Dharma dan

Taoisme. Pada masa Orde Baru Chinese Indonesia mengalami

keterpaksaan untuk "berlindung" ke kelompok kristiani ataupun islam.

Intel Oh Intel 298


Meski banyak juga yang juga berdasarkan pada ketertarikan dan

keimanan yang murni, dominasi ajaran agama Timur Tengah (kristen dan

Islam) membuat ajaran asli kalangan Chinese termarjinalisasi.

kembali pada berita AS Masukkan Indonesia Dalam Daftar Pelanggaran

Hak Kebebasan Beragama, tentu kita bisa secara waspada

memperhatikan bagaimana proses ini bisa terjadi.

Rakyat Indonesia dengan keanekaragamannya benar-benar harus

membuka mata dan menyadari bahwa kepentingan kelompok tidaklah akan

bisa kejayaan Indonesia Raya. Apakah anda seorang kristen, seorang

muslim, seorang buddhist, seorang Hinduist, seorang Taoist, seorang

penganut Khog Hu Cu, seorang sinkretis, seorang penganut agama tradisi

asli nusantara, seorang penganut kepercayaan, dll kita adalah satu

kesatuan bangsa yang sedang terseok-seok membangun negara dan

bangsa Indonesia. Pihak yang dominan maupun yang minoritas harus bisa

saling mengerti dan mengupayakan harmoni hubungan yang bisa

menciptakan sinergi dalam membangun. Misi dakwah mencari dan

mengumpulkan umat tidak bisa dilakukan dengan paksaan maupun

penipuan, karena Yang Maha Pencipta tahu setiap niat yang tersirat

ketika kita berdakwah. Sungguh para pendakwah hanyalah akan menjadi

orang-orang yang terkutuk apabila cara dan niatnya begitu busuk hanya

demi kejayaan agama dan bukan demi nilai-nilai kesucian ajaran dan

Ketuhanan. Apalagi sampai membuat konspirasi internasional

memutarbalik fakta dan mencari dukungan jaringan internasional untuk

terus menekan Indonesia.

Intel Oh Intel 299


Lihat baik-baik kasus Poso dan Ambon...dua wilayah bekas konflik dan

potensi konflik yang masih menyimpan bara api. Siapa yang melakukan

aksi awal terorganisir dan siapa yang berteriak ke dunia internasional?

Juga kepada anda yang radikal, anda benar-benar kurang cerdas dalam

bermanuver karena setiap aksi radikal yang anda lakukan akan menjadi

amunisi yang ampuh bagi kelompok eksklusif yang membuat laporan dan

menginformasikan kepada Komisi Kebebasan Beragama Internasional

Amerika Serikat tentang kebebasan beragama di Indonesia.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 07, 2006

Intel Oh Intel 300


Anti Amerika ?

Salah satu bentuk aksi anti Amerika adalah menjadikan segala sesuatu

yang berbau Amerika menjadi sasaran kekerasan.

Kemarin saya menuliskan sedikit tentang 9/11 yang pada bagian akhir

saya menyimpulkan bahwa bahwa motivasi-motivasi power serta

pendekatan kekerasan tidak akan pernah berhenti dalam otak manusia.

Meski terasa klise, namun fakta yang menjadi bagian hidup manusia itu

menunjukkan betapa pentingnya membangun sistem keamanan yang baik

bagi sebuah negara.

Misalnya saja pada hari ini 12 September 2006 terjadi aksi serangan

bersenjata ke Kantor Kedubes Amerika Serikat di Damascus, Syria.

Meskipun bisa dianggap kurang berhasil, namun hal itu sudah cukup

menarik perhatian dunia pasca peringatan peristiwa 9/11 kemarin. Lihat

syria_gunfire, yang mengutip dari AP SYRIA GUNFIRE?

Sebuah fakta perlawanan atau permusuhan terhadap negara adidaya

Amerika seperti tak ada henti-hentinya. Kita bisa berasumsi itu

diakibatkan sikap arogan pemerintah Amerika yang cenderung

"memusuhi" Islam. Kita juga bisa berasumsi itu diakibatkan sikap

pemerintah Amerika Serikat yang selalu berada di belakang Israel dalam

konflik di Timur Tengah, seperti masalah Palestina dan Lebanon. Atau

kita juga bisa berasumsi bahwa kecurigaan sesama manusia yang berbeda

padangan politik, ideologi dan keyakinan akan selalu berujung pada

konflik.

Intel Oh Intel 301


Saya jadi teringat dengan sejumlah aksi anti Amerika seperti model

sweeping, ancaman bom, demonstrasi radikal, sampai demonstrasi damai.

Amerika Serikat pasca 9/11 sebenarnya telah menarik simpati warga

dunia termasuk dunia Islam moderat. Tetapi ketika pemerintah Amerika

Serikat melancarkan perang melawan Terror, di berbagai belahan dunia

seperti kasus serangan ke Afghanistan dan Irak, perang melawan teror

di front Asia, Eropa, dll, maka secara berangsur simpati terhadap

Amerika Serikat sebagai "korban teror" semakin melemah. Bahkan timbul

kecurigaan yang logis bahwa kepentingan power, termasuk di dalamnya

penguasaan sumber-sumber energi dunia (baca: minyak bumi dan sumber

daya alam strategis).

Tidaklah mengherankan bila demi penguasaan power, segala cara harus

ditempuh. Meskipun resikonya menimbulkan gerakan anti Amerika, tetapi

skalanya telah diukur dan masih dalam batasan yang bisa "diterima".

Sesungguhnya potensi terbesar dalam menantang hegemoni Amerika

Serikat datang dari China. Namun pemerintah Amerika Serikat tidak

akan memicu gerakan anti Amerika di China sebelum berbagai potensi

power di dunia dalam kendali. Misalnya upaya-upaya mengikat China dalam

sistem ekonomi global agar ada "kepatuhan" pada aturan sistem liberal

lebih terasa dibandingkan dengan sorotan politik terhadap China.

Hal yang amat menarik adalah bahwa China meskipun masih negara

komunis, hakekatnya adalah kaum kapitalis sejati. Sehingga China paham

betul permainan perebutan power di dunia ini. Ingat China termasuk

Intel Oh Intel 302


bangsa yang memiliki sistem sosial, politik dan ekonomi yang tertua di

dunia. Bila China mampu mengatasi ketimpangan sosial dalam negeri dan

terus mempertahankan pertumbuhan ekonominya, maka kita akan

menghadapi era baru di mana hegemoni Amerika Serikat akan mendapat

penyeimbang.

Apa yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat dalam masalah-masalah

keamanan dunia sebenarnya hanya pengalihan perhatian dunia, sebelum

konflik Amerika-China mengemuka dan menjadi warna utama dunia. Sikap

low profile China yang konsisten berkonsentrasi dalam mengatasi

persoalan domestik dan khususnya mempertahankan laju pertumbuhan

ekonomi adalah sangat tepat.

Mengapa isu terorisme dari kalangan radikal Islam lebih mengemuka, hal

ini dikarenakan kaum radikal Islam adalah golongan yang paling mudah

diperalat untuk menjadi bagian penting dalam sebuah skenario politik.

Dengan sedikit pemicu saja, maka akan ada reaksi besar dan biayanya

cukup murah. Belum pahamnya kalangan radikal Islam akan permainan

politik di atas permainan politik tentunya semakin memudahkan

pelaksanaan skenario tersebut. Lihat saja misalnya bagaimana mungkin

seorang Al Faruq yang ditahan di Afghanistan bisa lolos dari penjara,

apakah itu sebuah kebetulan? Atau mengapa penahanan Hambali di

penjara Guantanamo dan mengapa pemerintah Indonesia sulit dalam

melakukan kontak atau upaya pengadilan Hambali di tanah air. Bisa jadi

kebenaran sejarah adalah sangat jauh dari apa yang kita baca di berita

sehari-hari.

Intel Oh Intel 303


Realita cara berpikir manusia yang teramat cerdasnya dalam menyusun

sebuah rencana yang rumit di era modern adalah fakta sosial yang

penting untuk diperhatikan. Sikap Anti Amerika pada satu sisi menjadi

ukuran bagi para pemikir di Amerika Serikat untuk membuat analisa

rencana kebijakan luar negerinya, bahkan juga dimanfaatkan untuk

mempertinggi nasionalisme Amerika.

Catatan: Setidaknya ada 5 faktor penting yang ingin saya catatkan kali

ini, yaitu:

1. Tidak semua berita dunia merupakan cerminan fakta

kebenaran, khususnya bila kita secara hati-hati

memperhatikan komentar, opini atau padangan. Bedakan

dengan data kasar yang masih bersifat netral. Bahasa dan

pilihan kata yang digunakan di media massa akan membawa

efek psikologis pada setiap pembacanya.

2. Energi, Uang/Ekonomi, Kekuatan Militer, Media

massa/Propaganda, Intelektual/Intelijen, Network,

teknologi, serta berbagai unsur pendukung lainnya adalah

faktor-faktor pembentuk sejarah dunia modern.

3. Ketika kita mendengar kata Anti Amerika saat ini, asosiasi

tercepat yang muncul di kepala adalah gerakan radikal

Islam. Padahal sebelum jatuhnya blok Soviet, anti Amerika

hampir identik dengan kelompok komunis.

4. Sebaliknya ke dalam publik domestik Amerika, setiap berita

anti Amerika diseluruh dunia berarti penguatan simpati

nasionalisme Amerika. Meski simpati itu terpecah dalam

Intel Oh Intel 304


kubu yang menyalahkan pemerintah Amerika dan yang

semakin loyal pada pemerintah, dampaknya cenderung

menjadi alat pembenaran atas setiap perilaku/kebijakan luar

negeri Amerika Serikat.

5. Kepada rekan sahabat Blog I-I, mulailah teliti dan berhati-

hati dalam setiap melihat/membaca berita dunia, khususnya

yang terkait dengan kasus-kasus sensitif dan berdampak

luas .

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, September 12, 2006

Intel Oh Intel 305


Studi Dampak Perang Irak

Perang Amerika Serikat dan sekutunya di Irak diduga kuat akan

melahirkan sebuah generasi baru Muslim radikal. Itulah salah satu faktor

penyebab ancaman teror meningkat sejak Peristiwa 11 September 2001.

Demikian simpul laporan rahasia dinas intelejen Amerika CIA yang

diungkap harian The New York Times. Lihat perang Irak

Kesimpulan tsb merupakan kebalikan dari pernyataan Presiden George W.

Bush yang berulangkali menyatakan sejak itu ancaman teror menurun.

Dalam peringatan mengenang 11 September 2001 baru baru ini,

pemerintah Amerika mengatakan, kelompok teroris menyalahgunakan

perang di Irak sebagai propaganda. Laporan rahasia tsb pertama kali

menyajikan peta bumi terorisme global. Laporan tsb disusun berdasarkan

kerjasama antara 16 instansi intelijens Amerika.

Apa yang menarik dari berita di atas, saya mungkin bisa paparkan

beberapa point yang bisa rekan-rekan sahabat Blog I-I renungkan:

1. Logika laporan tersebut bisa diterima karena hubungan

kausatifnya cukup jelas dan meyakinkan, yaitu ketika sebuah

negara diperangi/dijajah maka tidak mengherankan bila

kebencian pada negara yang memerangi terus meningkat. Hanya

saja penekanan pada faktor kelahiran Muslim radikal sangat

tendensius, bisa jadi laporan intelijen sengaja dibuka ke media

massa untuk memelihara keyakinan publik Amerika Serikat

tentang ancaman teror dari Muslim radikal.

Intel Oh Intel 306


2. Perbedaan pernyataan antara Bush dan Intelijen hanya retorika

propaganda dimana pada ujungnya hanya akan melahirkan

kesepakatan bersama dalam bentuk kebijakan luar negeri

Amerika yang akan memperpanjang perang melawan teror dan

penguasaan sumber-sumber energi di Irak. Sementara informasi

lahirnya gerakan Muslim radikal hanyalah sebagai alat justifikasi

yang akan membuat publik Amerika mengamini kebijakan

pemerintah Amerika.

3. Laporan intelijen tersebut juga memiliki dampak lain yang lebih

luas ke dunia Islam global, dimana sangat diharapkan reaksi-

reaksi keras dari kalangan Muslim untuk menjadi bukti akan

definisi ancaman dari gerakan Muslim radikal. Sementara itu,

saya bisa menduga bahwa pendekatan kepada gerakan Muslim

radikal oleh operasi rahasia CIA yang seolah-olah bersimpati

pada penderitaan kaum Muslim terus berjalan. Operasi rahasia

itu bentuknya berupa proses pembodohan agar supaya kaum

Muslim mendefinisikan dunia secara hitam putih, dimana

anarkisme yang dikuasai kelompok kapitalis liberal hanya bisa

dirubah melalui aksi teror. Mereka yang mendefiniskan

ramadhan sebagai penghancuran misalnya, sangat jelas

merupakan agen-agen CIA. Pencitraan dunia Islam yang disadari

ataupun tidak tersebut telah mencoreng kemuliaan agama Islam

sendiri.

4. Upaya melekatkan label radikal pada kaum Muslim merupakan

salah satu tujuan agar intelijen Amerika tetap memiliki "musuh"

dan bisa bekerja dengan anggaran yang besar. Tentu saja

Intel Oh Intel 307


kalangan elit kapitalis mengerti ini dan juga mendesak intelijen

agar dalam setiap operasi tidak melupakan pentingnya

penguasaan sumber-sumber ekonomi strategis. Terciptalah

sinergi elit intelijen, elit politik dan politik ekonomi yang saling

menguntungkan. Sementara yang menjadi korban adalah rakyat

Irak yang menjadi semakin miskin dan sulit serta terus dibodoh-

bodohi dengan segala cerita tentang terorisme dan fakta

penindasan serta perlawanan dengan kekerasan.

5. Manfaat yang tidak kalah pentingnya dari poin-poin di atas

adalah bahwa laporan intelijen semacam itu juga bisa menjadi

dasar bagi sebuah alternatif kebijakan untuk keluar dari

persoalan Irak (semacam exit strategy). Secara bertahap

setelah penguasaan sumber-sumber ekonomi semakin mantap dan

militer Amerika bisa menjamin keamanan di wilayah ekonomi

strategis, maka akan ada semacam upaya untuk keluar tanpa

kehilangan muka. Keluar dari Irak dengan cerita sukses.

Memberikan sisa persoalan yang rumit kepada rakyat Irak

dengan obat "mujarab" demokrasi. Sementara konsentrasi

keamanan tetap di sumber-sumber ekonomi penting. Percayalah

bila ada diantara saudara yang berkesempatan ke wilayah Irak

akan mengerti situasinya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Monday, September 25, 2006

Intel Oh Intel 308


Bush Bush Bush

Sebenarnya saya agak malas membahas masalah kunjungan Presiden Bush

ke Indonesia. Kontroversi figur Bush sudah berkarat dan sulit untuk

diletakkan dalam posisi yang benar-benar obyektif. Pro-kontra yang

dilandasi oleh sikap politik, hati nurani, dan kepentingan sudah begitu

jelasnya tertulis dalam berita-berita nasional maupun internasional.

Bicara manfaat dan ketidakmanfaatan kunjungan Bush sungguh sangat

relatif tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Semua pihak tentu

memiliki alasan yang tidak dibuat-buat, karena fakta dan informasi

terbuka dapat kita baca dimana-mana.

Faktor kuat yang mendorong saya menulis tentang kunjungan Bush adalah

pembicaraan dalam Rapat Terbatas (Ratas) bidang Polhukam, di kantor

Menteri Polhukam, Jakarta, Sabtu 18 November kemarin. Beberapa point

penting yang dibuka kepada media massa, antara lain:

1. Badan Intelijen Negara (BIN) menilai aksi terorisme oleh

kelompok Noordin M Top masih menjadi ancaman kunjungan

Presiden Amerika Serikat George W Bush ke Indonesia.

2. Menkopolhukam Widodo AS menyatakan prosedur pengamanan

kedatangan Bush didasarkan pada hasil analisa intelijen tentang

adanya ancaman-ancaman tertentu.

3. Menkopolhukam Widodo AS juga menegaskan, Pemerintah

sangat menghormati kebebasan setiap warga negara untuk

Intel Oh Intel 309


bersuara dan mengeluarkan pendapatnya. Namun, ia

mengingatkan pemerintah tidak akan mentolerir orang-orang

yang melakukan aksi anarkis saat unjuk rasa.

4. Menkopolhukan Widodo AS juga mengatakan pengamanan

terhadap Bush dan rombongan tidak berlebihan karena sesuai

dengan prosedur serta kondisi yang berkembang di lapangan.

Apa yang menyedihkan dari pernyataan-pernyataan di atas adalah bahwa

upaya pembenaran pengamanan super ketat dengan dana besar tersebut

tidak benar-benar didukung oleh kejujuran data intelijen yang akurat.

Data intelijen sama sekali tidak menunjukkan indikasi-indikasi seperti

yang disebutkan para petinggi keamanan tersebut. Apakah metode

gertakan dan pembodohan rakyat masih efektif? Kondisi organisasi

teroris yang agak berantakkan saat ini seharusnya tidak dijadikan alasan

pembenaran pengamanan Bush. Terus terang saja dengan tegas, bahwa

pengamanan Bush memang dilakukan ekstra ketat untuk mencegah

terjadinya insiden sekecil apapun yang akan merusak hubungan RI-AS.

Bukankah akan sangat merugikan dengan tetap memelihara citra

Indonesia dibawah bayang-bayang ancaman teror bom dari kelompok

Noordin M Top, lagi pula M Top bukan ahli Bom melainkan tukang rekrut

yang pandai menipu, menjerumuskan dan merayu dengan topeng agama.

Sementara pernyataan-pernyataan Menkopolhukam semakin

mempertegas pembenaran kebijakan pengamanan terhadap Bush.

Saya tidak bermaksud menentang kebijakan pengamanan Bush. Saya pikir

siapapun presidennya akan berpikir keras bagaimana mengamankan Bush

Intel Oh Intel 310


dengan baik. Kepada publik seyogyanya juga mengerti etika dalam saling

menghormati dalam kunjungan kepala negara dalam hubungan antar

negara. Menolak kunjungan kepala negara ke negara kita bisa diartikan

dengan sikap kurang senang, sikap bermusuhan atau sikap tidak

bersahabat. Padahal Indonesia tidak memiliki konflik "besar" dengan AS,

bagaimana mungkin Indonesia mengambil kebijakan menolak kunjungan

Bush misalnya. Kondisi domestik Indonesia, khususnya dari kalangan

Muslim yang berkali-kali dilukai oleh sikap Bush dalam kebijakan luar

negerinya bisa dipahami, tetapi apakah lantas hal itu bisa menjadi alasan

melakukan tindakan yang bisa menghancurkan hubungan RI-AS. Ingat AS

itu bukan hanya Bush, tetapi juga mewakili martabat bangsa AS yang

didalamnya juga ada orang Muslim, dan orang-orang yang anti Bush.

Sangatlah sulit memisahkan figur Presiden dengan negara dan bangsanya,

karena Presiden adalah representasi dari negara dan bangsa, apalagi

presiden yang terpilih langsung melalui pemilu. Semoga rakyat Indonesia

bisa berpikir dan bersikap lebih dewasa.

Kepada pemerintah, hentikanlah propaganda pembodohan yang ditujukan

untuk pembenaran kebijakan apapun di masa mendatang.

Sedikit catatan pribadi dari saya :

1. Kesempatan untuk bargaining kepentingan nasional Indonesia

terbuka luas dalam pertemuan tanggal 20 November 2006. Rencana

agenda pembicaraan tentang masalah sosial, pendidikan, kesehatan,

dan perdagangan jangan sampai menjadi hiasan belaka.

Intel Oh Intel 311


2. Bush mungkin akan membicarakan masalah HAM, berhati-hatilah

dalam memberikan jaminan dan janji. Hal ini akan menjadi makanan

empuk House of Representatives dan Kongres AS yang membidangi

masalah HAM dan luar negeri.

3. Bush mungkin akan menyinggung dengan serius soal Lebanon. Jangan

terprovokasi dengan informasi yang mengatakan bahwa pasukan

UNIFIL termasuk asal Indonesia akan menjadi target teror

kelompok-kelompok yang bertikai di Lebanon. Diperoleh informasi

bahwa dalam waktu tiga bulan ke depan, akan mulai ada "pemanasan"

suasana di Lebanon yang disebabkan oleh aksi teror dari kelompok-

kelompok yang tidak jelas. Bisa ditanyakan ke BAIS TNI tentang

isu-isu pasukan UNIFIL yang akan menjadi target teror.

4. Bush mungkin akan mencoba melakukan briefing masalah keamanan

dunia dan Asia dikaitkan dengan terpilihnya Indonesia sebagai

anggota tidak tetap dalam Dewan Keamanan PBB. Terima saja

tawaran informasinya, tetapi dipertimbangkan lagi dengan hati-hati.

5. Kebijakan perang melawan teror masih bertahan dalam politik luar

negeri AS.

6. Demonstrasi di dalam negeri masih wajar sebagai bentuk ekspresi

"rasa tidak senang" sebagian publik Indonesia pada sosok Bush,

bukan pada bangsa AS.

7. Apabila komunikasi antara koordinator, pengawas demonstran dan

aparat berjalan baik selama demo, kemungkinan anarkisme sangat

kecil untuk terjadi.

Sekian

Intel Oh Intel 312


Posted by Senopati Wirang /Sunday, November 19, 2006

Intel Oh Intel 313


Pasir, Ekstradisi dan Masalah Pertahanan
Kenapa banyak yang mempertanyakan masalah pasir Indonesia yang

dikeruk oleh Singapura? Kenapa banyak pihak yang menilai negatif

perjanjian ekstradisi Ri-Singapura? dan Kenapa pula banyak yang

menduga-duga RI menjadi rugi karena ada persoalan tempat main perang-

perangan?

Pertanyaan Senopati sangat sederhana, sudahkah rekan-rekan Blog I-I

membaca detail perjanjian tersebut? Bila sudah maka saya sangat

kecewa bila rekan-rekan masih berpikir parsial bahwa perjanjian itu

hanya sebuah peristiwa bodoh para diplomat Indonesia. Namun bila

rekan-rekan belum membacanya, mengapa opini negatif begitu keras

menerpa perjanjian itu?

Kepada segenap komunitas intelijen, Blog I-I menghimbau untuk berhati-

hati dalam beropini dan menganalisa sebuah peristiwa. Kepada publik

umum, Blog I-I berharap ada kesadaran yang lebih tinggi dalam

mencermati setiap pemberitaan.

Blog I-I senantiasa berusaha untuk bersikap non-partisan dan tidak

secara membabi-buta mendukung kekuatan-kekuatan politik di Republik

Indonesia Raya.

Khusus untuk kasus pasir, perlu diketahui bahwa para pemainnya bukan

orang-orang biasa yang dengan mudah disingkirkan. Kekuatan uang yang

begitu besar dan dukungan dari oknum-oknum pengejar dollar Singapura

Intel Oh Intel 314


sangat jelas di sana. Ketika pemerintah pusat menghentikan "sementara"

bukankah shock therapy itu cukup memukul mega proyek Singapura yang

berambisi membangun atau memperluas daratannya. Menurut perkiraan

Blog I-I pukulan tersebut sempat membuat estimasi biaya pembangunan

pulau "baru" Singapura membengkak minimal sampai tiga kali lipat. Blog I-

I tidak bermaksud menghindari pembahasan detail upaya pengungkapan

kasus pasir tersebut. Hanya saja datanya kurang meyakinkan dan terlalu

banyak isu keterlibatan petinggi-petinggi militer dan polisi pemuja dollar

Singapura. Selain itu, preman dan broker bisnis pasir itu cukup rapi dan

profesional dalam mengupayakan proses legal pengerukan itu. Data-data

mengenai tokoh dan perusahaan-pun cukup meyakinkan dari sisi

legalitasnya. Namun demikian, ada sejumlah temuan bahwa terjadi

pengerukan yang melebihi ketentuan (hampir mirip dengan kasus HPH dan

illegal lodging). Apabila ada rekan-rekan yang punya informasi detail

kasus ini, silahkan disampaikan. Blog I-I pernah punya jaring informasi

yang berkedudukan di Pekanbaru, namun belakangan tidak aktif lagi

menginformasikan masalah dengan singapura.

Kemudian soal perjanjian ekstradisi, agak kaget juga saya membaca

komentar pengunjung setia seperi mas Bajil, mbak Stella, Om

Pagaruyung, Om Bird-C, dll yang menduga-duga sebegitu jauh tentang

perjanjian ekstradisi itu.

Saya menduga kuat tidak satupun dari rekan-rekan Blog I-I pernah

melihat langsung point-point dalam perjanjian itu, apalagi membaca dan

menelitinya.

Intel Oh Intel 315


Hal terpenting yang bisa Blog I-I sampaikan hanya sebatas pada jaminan

bahwa perjanjian itu baik adanya, namun karena telah menjadi konsumsi

politik...utamanya oleh elit-elit partai politik, maka terciptalah sebuah

gelombang opini negatif tanpa dasar. Dimana letak baiknya? pertama

sekali adalah bahwa Singapura telah menyadari bahwa Indonesia yang

sekarang sudah banyak berubah dan bila Singapura tidak kooperatif atau

akomodatif terhadap kepentingan Indonesia, maka Singapura sendiri

yang akan rugi. Berangkat dari posisi itu, maka bisa tercapai kesepakatan

ekstradisi yang berlaku surut (satu hal yang selalu ditolak Singapura

adalah soal berlaku surutnya itu). Kemudian mengenai masalah tempat

main perang-perangan, selama ini soal itu tidak pernah diatur secara

detai, dan dalam perjanjian ekstradisi soal tempat main perang-perangan

ini bukan bagian dari klausul perjanjian. Pengaturan penggunaan wilayah

main perang-perangan menjadi semakin jelas, misalnya di masa lalu ketika

Singapura meminta izin penggunaan wilayah udara, tidak ada aturan

berapa kali mereka bisa melakukannya, sehingga seenak-enaknya saja.

Sekarang sudah ada pengaturan teknis yang lebih jelas dan bisa terawasi

dengan baik, bila terjadi pelanggaran bisa dilakukan nota diplomatik atau

keberatan lainnya.

Tentunya Blog I-I tidak berhak melemparkan seluruh detail perjanjian

kepada publik, hal ini mengingat betapa penting dan besarnya dampak

perjanjian tersebut bagi RI maupun Singapura.

Dalam analisa Blog I-I belum ada titik jelas efisiensi dan efektifitas soal

Intel Oh Intel 316


perjanjian ekstradisi karena hal yang tersulit justru soal

implementasinya. Bisakah/Mampukah pemerintah RI memaksa aparat

Singapura menangkap buron koruptor yang sedang belanja di Orchard

Road? Jadi masalah utamanya terletak pada pelaksanaan yang akan

melibatkan kepolisian, kejaksaan, imigrasi, serta instansi terkait lainnya

termasuk intelijen.

Satu hal yang agak menyebalkan dari perkembangan perdebatan di

Republik ini adalah bahwa hal itu seringkali hanya menjadi langkah antara

untuk menyerang seseorang, misalnya Presiden atau Menteri.

Sekian catatan dari Senopati yang mulai lelah mencari karena semakin

sedikit informasi yang bagus dari rekan-rekan Blog I-I (semoga sel-sel

tidur Blog I-I bergairah kembali). Semoga ada keberanian dari rekan-

rekan pembaca Blog I-I untuk membangun sel baru Blog I-I.

Salam Indonesia Raya

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, May 09, 2007

Intel Oh Intel 317


Perdebatan Soal kunjungan Knesset

Mohon maaf....cukup lama saya meninggalkan rumah blog I-I. Semoga

tidak membuat kapok rekan-rekan yang rajin berkunjung. Tulisan berikut

ini mengalir di pulau Dewata sambil minum air kelapa, menyaksikan intel-

intel muda yang sedang beraksi. Mohon dibaca dengan santai pula.....

---------------------------

Sejak pertengahan April terjadi gaduh rencana kunjungan knesset ke bali

tgl 29 April - 4 Mei 2007, padahal pada awal April rencana itu sudah

terdengar dan akan diupayakan kunjungan yang mulus seperti pada

pertemuan ESCAP di Jakarta yang berhasil ditembus Dubes Israel untuk

Thailand.

Hanya untuk diketahui oleh pembaca, bahwa intelijen dimanapun juga

pada prinsipnya adalah berupaya menimimalkan permusuhan, namun pada

saat yang bersamaan juga tidak ingin digobloki terus-menerus dengan

kebohongan.

Tim Kidon sudah berhasil meyakinkan beberapa unsur penting di NKRI

untuk memuluskan kunjungan knesset, hebatnya tanpa keuntungan apapun

bagi NKRI....malahan berpotensi mengundang kekesalan umat Islam yang

masih melihat ketidakadilan di Palestina. Secara politis, kunjungan

Knesset akan sangat besar manfaatnya dalam mencatatkan keberhasilan

politik luar negeri Israel. Walaupun itu semua masih sebatas image/citra

dan belum menyentuh persoalan riil hubungan Indonesia-Israel, secara

perlahan namun pasti upaya-upaya diplomatis akan terus dilakukan.

Intel Oh Intel 318


Agak pusing juga jika kita berargumentasi di wilayah diplomasi, dimana

Indonesia tidak akan pernah bisa berperan besar dalam pertikaian

Israel-Palestina karena Indonesia belum mengakui eksistensi Israel.

Namun bila Indonesia masuk dalam permainan diplomasi dengan membuka

diri terhadap Israel, maka pengaruh deras Israel ke Indonesia tidak

akan terbendung lagi. Pengaruh yang bukan hanya berasal dari Tel- Aviv,

namun juga dari komunitas Yahudi internasional yang telah mapan di

sebagian besar negara-negara Barat.

Sesungguhnya yang Blog I-I harapkan adalah kecerdasan luar biasa bisa

lahir dalam diri bangsa Indonesia dalam melihat geopolitik dunia serta

kemampuan menghitung kekuatan politik di dunia serta kecakapan dalam

mengelola kepentingan nasional Indonesia tanpa menyakiti rakyat dan

mayoritas umat Islam di Indonesia.

Perhatikan respon Menlu kita yang terhormat dengan hanya

menyampaikan bahwa kunjungan Knesset adalah hal lumrah dan bukan hak

Indonesia untuk menolak kehadiran Knesset, sebuah pernyataan persis

yang dimaui Tim Knesset.

Kembali ke soal perdebatan, saya ingin menyampaikan kepada segenap

unsur umat Islam yang kemarin menyampaikan protes keberatan seperti

KISDI, HTI, FUI, DDII, MMI, FPI, KISPA, IPS, dan juga Ketua PP

Muhammadiyah, Din Syamsudin, serta sejumlah tokoh elemen PKS, dan

berbagai organisasi Islam lainnya, bahwa hubungan antara Islam dan

Intel Oh Intel 319


NKRI adalah pokok persoalan yang harus dipahami dengan seksama.

Dari sudut pandang sejumlah kelompok Muslim Indonesia, penolakan

terhadap Israel adalah sebuah kewajiban dalam kerangka solidaritas

umat, khususnya dalam kasus penindasan terhadap bangsa Palestina.

Namun dari sudut pandang intelijen dan NKRI, perhatian utama yang

diberikan adalah bukan pada soal Palestina semata, melainkan juga soal

eksistensi dan kepentingan nasional Indonesia Raya. Kepentingan yang

harus mencerminkan kehendak bersama segenap elemen bangsa

Indonesia yang bersatu.

Saya masih ingat mengapa Gus Dur misalnya mencoba mendekati Israel,

tanpa prasangka buruk...kita harus menghargai sebuah upaya diplomatis

bila Indonesia ingin bisa melakukan sesuatu untuk Palestina. Itulah

sebabnya saya memimpikan bahwa insan-insan diplomat dan intelijen

Indonesia memiliki kemampuan maksimal dalam mengartikulasikan

kepentingan-kepentingan tersebut tentunya dengan perhitungan yang

matang.

Bukan gaya-gayaan, bukan diplomat kambing congek bertopeng Doktor,

bukan rekayasa kepentingan pimpinan, serta bukan taktik jangka pendek

yang tidak berkelanjutan. tetapi sebuah grand strategy dalam

menghadapi dinamika politik dunia.

Dengan demikian, para pemimpin diplomasi kita tidak akan tampak tolol

dengan pernyataan-pernyataan yang dibingkai secara cerdas. Perlu

Intel Oh Intel 320


sebuah prinsip yang kuat dalam melandasi setiap kebijakan nasional,

termasuk ketika Indonesia menolak hal-hal yang berbau Israel. Hal itu

tentunya harus berdasarkan pada argumentasi yang kuat dan masuk akal

serta mendapat dukungan rakyat Indonesia. Jangan bimbang dan gamang

dalam menyatakan sebuah prinsip, karena dengan landasan demokrasi

Indonesia mampu memiliki sikap yang jelas dengan dukungan rakyat dalam

kasus apapun di dunia ini. Bukankah kita memiliki mekanisme penyampaian

aspirasi melalui partai politik, melalui dewan perwakilan dan bahkan

melalui eksekutif.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, May 01, 2007

Intel Oh Intel 321


Resolusi Lebanon
Masalah Resolusi 1747 terhadap nuklir Iran, masalah perjanjian

ekstradisi dan DCA, semua masih dalam polemik, ditambah lagi maraknya

soal dana untuk capres-wapres pemilu 2004 dari dana DKP maupun yang

mungkin dari "luar negeri", maka suasananya akan semakin panas jika

digosok lagi dengan tudingan Indonesia bakalan setuju atas Rancangan

Resolusi masalah Lebanon.

Persoalan Lebanon jelas amatlah rumit baik secara domestik maupun

keterlibatan asing dalam konflik yang berkelanjutan di sana. Perdana

Menteri Siniora jelas sangat mengharapkan Resolusi tersebut, sedangkan

kubu Presiden Lahoud dan Hezbollah justru sebaliknya. Pengungkapan

kasus Pembunuhan PM Rafik Hariri merupakan sasaran antara untuk

menyingkirkan pengaruh Syiria dan Iran serta kelompok Syiah garis

keras yang dianggap memusuhi Barat.

Posisi Indonesia sampai saat ini adalah termasuk yang keberatan

terhadap Rancangan Resolusi Lebanon. Bahkan Indonesia juga termasuk

yang sangat hati-hati dalam menyikapi setiap perkembangan di Lebanon

karena keberadaan Pasukan Perdamaian Garuda. Hal itu juga bisa dilihat

dari komentar Menlu Hassan Wirajuda pada 22 Mei 2007 bahwa

Indonesia tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara itu, apa

artinya itu? Posisi dasar Indonesia adalah tidak mau terjebak dalam

ketegangan kelompok pro Syiria dan kelompok pro Barat di Lebanon.

Sebuah persoalan yang sangat sensitif adalah penertiban senjata dari

kelompok Hezbollah, dimana apabila hal ini diproses bisa dipastikan akan

menimbulkan konflik terbuka. Jangan sampai nantinya Pasukan Garuda

Intel Oh Intel 322


dijebak untuk menjadi garda depan dalam melucuti Hezbollah, sama saja

dengan cari masalah.

Persoalan lain misalnya penarikan mundur atau penegasan kepemilikan

tanah Seba yang menjadi persoalan ketiga negara, Lebanon, Suriah dan

Israel. Bisa dipastikan bahwa pertikaian masalah Seba akan menjadi

alasan utama Israel untuk memancing lagi terjadinya konflik terbuka. Hal

ini merupakan strategi militer untuk memecah perhatian dunia dalam dua

kasus yaitu Palestina dan Lebanon. Syiria dan Lebanon (khususnya

Hezbollah) tentu juga tidak akan diam bila terjadi serangan lagi.

Pertanyaan berikutnya adalah ketika ada harapan dari AS kepada

Indonesia untuk menyetujui Rancangan Resolusi yang lebih memihak

kelompok PM Fuad Siniora, bagaimana sikap resmi Indonesia akhirnya?

Argumentasi bahwa PBB perlu segera mengeluarkan resolusi soal

pembentukan pengadilan khusus di Lebanon berangkat dari kesepakatan

Pengadilan khusus tentang pembunuhan Hariri sendiri sudah dibentuk

melalui perjanjian bilateral antara PBB dan Pemerintah Lebanon pada 23

Januari dan 6 Februari 2007 yang ternyata belum terselenggara. Hal itu

disebabkan belum diratifikasinya perjanjian itu oleh Parlemen Lebanon

karena terjadi kebuntuan. Deadlock yang sangat berbahaya tentunya, dan

pihak-pihak yang bertikai sudah siap menuju konflik dimana Pasukan

Garuda ada di tengah-tengah sana.

Coba dibayangkan kerumitan di dalam negeri Lebanon, hal ini bukan

semata-mata karena faktor AS dan Israel. Kemudian apabila AS lebih

dari sekedar mengharap tetapi mendesak, maka Indonesia harus punya

sikap tegas. Sebuah sikap yang akan menunjukkan jati diri pemerintah,

Intel Oh Intel 323


apakah setuju karena didesak AS, atau apakah tidak setuju karena

faktor desakan AS, dua-duanya blunder.

Langkah yang perlu segera ditempuh adalah bahwa proses pengambilan

keputusan luar negeri Indonesia harus lebih transparan dengan

mengajukan argumentasi kepada publik, minimal kepada wakil rakyat

(DPR). Apabila proses penyelidikan masalah Lebanon, pertimbangan

keputusan resolusi Lebanon telah dilakukan oleh para ahli di Deplu,

intelijen, instansi terkait serta kepada kelompok domestik Indonesia

yang berkepentingan/berpengaruh, maka apapun keputusan itu tidak akan

kontroversial, karena pertimbangannya adalah dari orang-orang

Indonesia yang dianggap ahli dan mampu mengambil keputusan yang tepat

serta tidak melukai aspirasi rakyat Indonesia.

Jadi sebuah keputusan luar negeri jangan bergantung pada desakan

negara manapun, termasuk AS.

Pendapat saya pribadi, Resolusi Lebanon bila itu berisi unsur-unsur

pemaksaan/tekanan kepada salah kekuatan dalam negeri Lebanon

dukungan siapapun, akan berpotensi melahirkan sebuah konflik terbuka

dan kekerasan, dalam kondisi tersebut Israel berpotensi mengambil

keuntungan dengan masalah Tanah Seba, entah melalui air strike ataupun

upaya pendudukan. Hal ini dimungkinkan karena proses adu domba di

dalam negeri palestina terbilang sukses.

Sekian, semoga bermanfaat dan silahkan dikoreksi bila ada yang keliru.

Intel Oh Intel 324


Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 27, 2007

Intel Oh Intel 325


Soal Malaysia
Indonesia-Malaysia adalah saudara serumpun Melayu yang tidak ada

bedanya dengan rekan-rekan yang memiliki rumah tinggal di dalam sebuah

kompleks perumahan, yaitu tetangga sebelah. Potensi untuk bersaing,

bermusuhan secara terselubung, tolong-menolong, saling pengertian, dst

berpotensi untuk mengemuka.

Karakteristik hidup bertetangga yang memiliki sejumlah persoalan yang

khas. Kita bisa terus-menerus berhubungan secara negatif atau positif

atau berada diantaranya.

Malaysia jelas kekurangan tenaga kerja, suatu saat pertumbuhan industri

dan ekonomi Malaysia akan mengalami kebutuhan tenaga yang cukup

besar bila Malaysia ingin menjaga tingkat pertumbuhannya.

Indonesia jelas mengalami masalah dalam penyediaan lapangan kerja, baik

dari tingkat non-skilled labor sampai yang memiliki keahlian, banyak

pengangguran karena kemandegan sebagian sektor industri, bahkan pada

tingkat yang sangat ahli seperti hancurnya industri penerbangan (IPTN /

Dirgantara Indonesia), Indonesia telah mengalami kehilangan tenaga

kerja ahli dalam jumlah yang besar. Di sektor energi, sebagian besar

orang pintar Indonesia bekerja untuk perusahaan asing multinasional.

Tenaga pendidik di perguruan tinggi mengalami kehilangan manakala para

pemikir Indonesia tidak melihat peluang yang baik di dunia pendidikan

nasional, bahkan langkah-langkah perlahan liberalisasi pendidikan belum

Intel Oh Intel 326


memperlihatkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan era

peranan pemerintah yang besar.

Baik-buruknya Indonesia Raya adalah tanah air kita, betapapun juga kita

mesti menjaganya sebagai sumbangsih kita masing-masing. Bila anda

pelajar, maka belajarlah sebaik yang anda bisa, bila anda mendapat

amanat maka laksanakan dengan jujur, singkat kata letakan segala

sesuatunya itu pada tempatnya, jangan dialih-alihkan secara sengaja

karena kebodohan ataupun karena kepintaran yang licik.

Kembali pada hubungan Indonesia-Malaysia, dalam kasus perburuhan

cobalah juga untuk membaca pendapat rakyat Malaysia yang merasa malu

dengan kasus Ceriyati (tenaga kerja Indonesia yang disiksa majikannya di

Malaysia dan menjadi fenomenal karena mencoba kabur dari

apartemennya di lt 15 dan terhenti hanya sampai lt.12).

Setiap persoalan antar tetangga memang sangat sensitif, seringkali

digeneralisir dalam kebencian secara keseluruhan, baik dalam motivasi

politik maupun kepentingan domestik masing-masing.

Padahal tidak seharusnya kita terus-terusan memandang hubungan

Indonesia-Malaysia secara negatif dalam bentuk persaingan ataupun

saling curiga.

Malaysia punya harga diri, Indonesia punya harga diri, namun ketika

masalah harga diri menjadi prioritas, seringkali ada kelupaan untuk

Intel Oh Intel 327


memperbaiki hal-hal yang saling menyinggung di antara kedua negara.

Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa hubungan tingkat masyarakat

antara Indonesia-Malaysia kurang baik, karena ada kesan "kurang suka"

di antara kedua pihak.

Mungkin sudah saatnya dilakukan peningkatan hubungan bertetangga

Indonesia-Malaysia, sehingga setiap persoalan yang muncul bisa

diselesaikan tanpa membawa-bawa pesan bermusuhan yang dipanaskan

melalui nasionalisme masing-masing. Tentu saja ada pihakyang senang bila

kebodohan situasional yang terjadi antara Indonesia-Malaysia terus

dipelihara, karena hal ini tentu bertujuan memperlemah kepentingan

bersama yang sebenarnya banyak terjadi antara Indonesia-Malaysia. Bila

Indonesia-Malaysia kurang harmonis, tentu akan mudah untuk memecah

kesamaan pandangan antara Indonesia-Malaysia.....seolah-olah Indonesia-

Malaysia ditakdirkan untuk hidup bertetangga dalam atmosfir kecurigaan

yang besar.

Bila hubungan baik, tentu penyelesaian secara adil (legal-formal) setiap

persoalan antara Indonesia-Malaysia bisa ditempuh dengan baik.

Lupakanlah cara-cara konfrontatif yang hanya akan membangkitkan

nasionalisme masing-masing yang akhirnya akan merugikan semua pihak.

Dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia di zaman Bung Karno, pada saat

itu Indonesia tidak bermaksud memusuhi bangsa Malaya, tetapi ingin

Intel Oh Intel 328


membantu mengusir penjajah Inggris. Namun bagaimanapun itikad baik

belum tentu bersambut, bahkan kecurigaan terhadap Indonesia Raya bila

menjadi negara yang kuat, cukup besar di lingkungan Asia Tenggara.

Kenalilah dirimu, kenalilah lawanmu, pahamilah medan persoalan diantara

kamu dan lawanmu, maka kamu akan menang di setiap pertempuran.

Kemenangan tidak selalu melalui konfrontasi, kemenangan tidak identik

dengan penundukkan lawan, sebuah persahabatanpun bisa menjadi

monumen kemenangan sejati.

Sekian

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, June 20, 2007

Comment :

RAMALAN MASA DEPAN NKRI

Keadaan politik dan sosial NKRI tidak akan kembali stabil akibat para

mahasiswa yang lebih suka berdemonstrasi dijalanan daripada menghadiri

kuliah. Akibat langsung dari kegiatan demonstrasi yang terlampau banyak,

tahap kepintaran atau I.Q generasi baru indonesia kembali mundur.

Pemimpin baru yang berkarisma sukar dicari.

Maluku yang majoritinya etnik Cina akan merdeka dari NKRI dan

membentuk Republik Kristian Maluku. Semua orang Islam akan diusir dari

kepulauan tersebut. Mereka yang enggan akan dipenggal kepalanya.

Intel Oh Intel 329


Acheh berperang dengan TNI untuk berpisah dari NKRI. Hasrat sebenar

rakyat Acheh ialah untuk bergabung dalam Persekutuan Malaysia. Apabila

Acheh menjadi sebahagian dari Malaysia, ini bermakna laluan masuk dan

keluar dari Selat Melaka akan dikawal sepenuhnya oleh Malaysia.

Rakyat Irian Jaya atau Papua Barat berjaya mengusir TNI dari bumi

mereka dan berjaya membentuk sebuah lagi republik kristian baru yang

merdeka. Bendera "Morning Star" akan berkibar megah mengingati

kepimpinan mereka seperti They Hiyo Eluay yang dibunuh oleh

KOPASSUS. Kejayaan mereka sebenarnya banyak dibantu oleh inteligen

tentara Australia. (seperti yang berlaku di Timor Leste @ Timur-Timur)

Pulau Natuna yang terletak ditengah tengah sempadan laut Semenanjung

Malaysia dengan Sabah/ Sarawak akan direbut dan dikuasai oleh

Malaysia atas persetujuan rahsia dari Amerika. Sokongan USA diperolehi

atas dasar Malaysia bersetuju untuk membenarkan USNavy berpengkalan

di Natuna (sebagai ganti Subic Bay, Philipine)dengan alasan untuk

mengawasi Konflik Kepulauan Spratlys dan Paracels.

Kalimantan juga besar kemungkinan akan bergabung dengan Persekutuan

Malaysia. Sebab utamanya ialah soal pertalian darah antara kaum dayak/

iban dan kadazan di kedua-dua kawasan. Kaum Dayak Indonesia berharap

mereka juga akan mencapai kemajuan seperti kaum Dayak Malaysia

apabila bersatu dengan Malaysia. Orang Melayu Sambas juga akan turut

menyokong gerakan ini kerana sudah putus asa dan tidak yakin dengan

NKRI semasa peristiwa penyembelihan pendatang Madura pada

Intel Oh Intel 330


1998/2000.

Atas pertimbangan keselamatan dan sosio-ekonomi, Brunei juga akan

dijemput menyertai Persekutuan Malaysia. Ini akan menjadikan Malaysia

mempunyai 10 orang Sultan Melayu yang berdaulat.

Republik Singapura akan bertambah besar dan kukuh. Kepulauan Riau/

Batam akan dirampas oleh Singapura dalam satu gerakan ketenteraan

yang sangat diluar dugaan pemerintah Indonesia. TNI-AD, AL, AU tidak

akan mampu mengalahkan Singapura yang menggunakan kepakaran dan

teknologi militari Israel dan USA. Malaysia akan berdiam diri dengan

alasan tidak mahu mencampuri urusan dalaman Singapura.

Kekacauan, rusuhan kaum, pembunuhan antara agama akan berlaku dengan

begitu serius di NKRI. Majlis Keselamatan United Nations akan campur

tangan dan menjadikan pulau-pulau yang lain (Sumatera/ Sulawesi/ dan

lain-lain) sebagai negara merdeka dan diiktiraf kedaulatannya di UN. Ini

bertujuan untuk menghentikan sikap suka berbunuhan dan membalas

dendam dikalangan orang Indonesia.

Akhirnya NKRI hanya tinggal pulau JAWA dan BALI sahaja! Sultan

Hamengkubuwono yang bertakhta di Jogjakarta merupakan harapan

tunggal rakyat Jawa untuk mengekalkan keamanan dan integriti kepulauan

Jawa itu sendiri. Dengan sokongan padu rakyat, Baginda memulakan

inisiatif untuk menghentikan perpecahan dengan menghukum pemuka-

pemuka NKRI yang korupsi dan lemah. Akhirnya, Republik Indonesia akan

Intel Oh Intel 331


luput dari peta dunia dan digantikan oleh Negara Jawa Bersatu yang

diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono.

# posted by bajil

Benazir Bhutto

Menulis tentang kematian tragis salah pemimpin politik negara lain tentu

harus diawali oleh rasa duka dan simpati serta turut mengecam

kejahatan pembunuhan terhadap pelakunya. Blog I-I turut menyampaikan

belasungkawa kepada keluarga besar Bhutto dan rakyat Pakistan.

Setelah itu lalu bagaimana? karena wilayah perhatian Blog I-I adalah

Indonesia Raya, maka hal yang perlu diperhatikan Indonesia adalah

bahwa pelajaran besar dari Pakistan dengan krisis keamanan dan

politiknya jangan sampai terjadi di Indonesia.

Alhamdulillah Puji Tuhan karena Indonesia tidak memiliki sejarah dan

tradisi saling membunuh dalam tingkat pimpinan negara. Kita mungkin

masih ingat kutukan Mpu Gandring terhadap keturunan Ken Arok yang

kemudian saling bunuh dengan keturunan Tunggul Ametung.

Dalam sejarah Indonesia modern, rencana pembunuhan hanya pernah

terjadi terhadap Presiden RI pertama Bung Karno. Kisah di seputar

rencana pembunuhan tersebut sarat degan desas-desus peranan intelijen

khususnya segitiga Suharto-Yoga-Zulkifli yang mana ketiganya adalah

pentolan intelijen militer yang disegani. Selebihnya kisah-kisah

Intel Oh Intel 332


pembunuhan di negeri ini lebih memilih target di level yang lebih rendah

dari pimpinan negara. Saya kira tidak perlu diperinci karena sebagian

besar kasus memang gelap gulita bagi publik.

Pelajaran dari Pakistan setidaknya ada 3 yaitu; pertama dalam

menghadapi terorisme diperlukan langkah-langkah komprehensif yang

bertujuan bukan saja menghancurkan sendi utama ke sasaran, melainkan

juga menghentikan proses rekrutmen serta meminimalkan simpati publik

pada perilaku terorisme. Kedua, pengawasan terhadap intelijen militer

maupun sipil harus berlandaskan pada hukum positif yang akan

memberikan ruang gerak sekaligus kendali. Tanpa adanya landasan hukum

yang jelas bagi intelijen militer dan sipil, maka yang ada hanya gerak

kebijakan taktis yang akan membuka peluang terjadinya "apapun" tanpa

bisa disentuh oleh hukum. Ketiga, bahwa kampanye anti kekerasan, anti

terorisme serta kewaspadaan publik tidak boleh berhenti meskipun isu

terorisme sudah menurun.

Sekian

SW

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 30, 2007

Intel Oh Intel 333


Penting!!! Peringatan atas komunikasi via e-mail

Sehubungan dengan komunikasi e-mail diantara rekan-rekan dunia maya

dengan saya, perlu saya informasikan bahwa sejumlah e-mail yang saya

tulis seringkali mengalami delivery error. Meskipun saya bukan pakar

teknologi informatika/jaringan internet, saya melihat beberapa indikasi

adanya deteksi pihak ketiga atas e-mail yang saya kirim ke rekan-rekan

sekalian. delivery message yang mengembalikan e-mail saya tersebut

antara lain bukan dengan pola mailbox full, atau disebabkan kesalahan

menuliskan e-mail address, tetapi dengan pola system pengamanan yang

saya kenali dirancang oleh jaringan LAN. Dalam sistem administrasi atau

protokol pemberitahuan ke alamat e-mail saya memang menggunakan pola

umum dari Mailer-Daemon, tetapi reason sesungguhnya adalah model

blocking atau locking. Dengan kata lain, saya ingin menyarankan kepada

rekan-rekan yang masih ingin terus berkomunikasi untuk mengambil jalur

yang lebih bebas walau tidak dijamin aman kerahasiaannya, yaitu dengan

cara:

1. Jangan menggunakan e-mail address dari kantor/organisasi

tempat kita bekerja, karena semua yang mengalami kejanggalan

delivery error berasal dari sana, khususnya untuk rekan-rekan di

Amerika Serikat dan Australia. Ingat!!! Saya tidak

berkepentingan dan tidak akan menyelidiki siapa-siapa saja yang

mengadakan kontak dengan saya.

2. Jangan berkomunikasi dari kantor bila ingin berdialog tentang

hal-hal yang rekan-rekan anggap sensitif. Karena saya sudah

Intel Oh Intel 334


melihat langsung demonstrasi pengawasan melekat menggunakan

software tertentu untuk mengetahui aktivitas dunia cyber

sebuah organisasi. Gunanya bagi perusahaan adalah untuk

mengamankan sistem jaringan mereka atas upaya pembobolan

dari bantuan orang dalam. Sistem ini meski melanggar hak

kebebasan individu karyawan, tetap dipasang di banyak

perusahaan atau organisasi.

3. Gunakan e-mail address yang bersifat umum seperti yahoo,

gmail, hotmail, dll.

4. Bila berkomunikasi lewat Cyber cafe atau warung internet

biasakan untuk logout secara komplet, bila perlu lakukan

penghapusan history atau cookies yang bisa ditelusuri ke

pengguna.

5. Belakangan muncul isu pengawasan oleh IP provider, khususnya

di negara tirai bambu karena pemerintah disana bukan saja

melakukan sensor, melainkan juga melakukan deteksi atas siapa-

siapa saja yang melakukan komunikasi sensitif via internet.

Tetapi sesungguhnya hal ini juga terjadi di negara-negara barat

pasca 9/11. Untuk Indonesia, saya tidak terlalu yakin...tetapi

saya bisa meyakinkan bahwa apapun yang kita diskusikan adalah

semata-mata untuk kejayaan NKRI, jadi janganlah khawatir.

6. Saya tidak bertanggungjawab bila rekan-rekan mengalami

persoalan dengan tempat bekerja, karena saya sudah

mengingatkan hal ini.

Intel Oh Intel 335


Hal-hal tersebut diatas adalah sangat simple tetapi berguna buat

keamanan rekan-rekan dan bisa juga diaplikasikan dalam komunikasi

rekan-rekan dengan pihak lain.

Buat rekan-rekan yang lebih paham tentang pengamanan jalur komunikasi

via internet, mohon sharing informasinya, saya akan sangat

berterimakasih.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 18, 2005

Intel Oh Intel 336


Penyesalan demi kebenaran

Saya awali tulisan kali ini dengan kata ma'af.... ma'af karena ada belasan

e-mail yang tidak saya balas, ma'af atas kekosongan blog I-I,

ma'af karena kali ini saya menulis tentang intelijen dari sisi yang tidak

biasa, ma'af bila tulisan yang tidak biasa ini menyinggung perasaan anda

intelijen dari sisi manusia yang lemah dihadapan Tuhan YME

intelijen dari sisi individu yang mencoba jujur dengan hati nurani

intelijen yang berlumuran "dosa" terhadap sesama manusia

Ketika Intelijen diangkat agar bisa berdiri tegak dipuncak keamanan

nasional, begitu banyak kesombongan yang menggerogoti kemanusiaan.

Ketika Intelijen diturunkan agar tercipta keseimbangan, keyakinan insan

intelijen menurun begitu drastisnya...sampai-sampai dituduh tidak

profesional.

Intelijen yang saya maksud adalah dalam bentuk struktur yang dirancang

untuk mengatur mekanisme kerja insan intelijen di dalamnya. Serupa

dengan nasib prajurit TNI yang hampir selalu salah dalam kasus

pelanggaran HAM di tanah air, nasib prajurit intelijen tidak ada bedanya,

hanya saja prajurit TNI terekploitasi sedemikian hebatnya pasca Orde

Baru.

Sebagai mantan analis intelijen strategis, tentunya saya juga membaca

penelitian doktoral maupun master tentang "Angkara Murka" jajaran

Intel Oh Intel 337


TNI/Polri/Intelijen era Orde Baru yang dibuat peneliti asing. Apakah

semua itu benar, apakah pencitraan itu sah menurut persyaratan

penelitian sosial. Mungkin proses penelitiannya sudah benar, tetapi

apakah datanya sudah lengkap?

Hal ini saya tulis khususnya terkait dengan laporan pelanggaran HAM

berat di bekas propinsi Timor-Timur yang sekarang menjadi negara

Timor-Leste. Setelah membaca summary laporan tersebut, memang kita

bisa segera mencium perbedaan interpretasi dan intensi antara Xanana

dan Ramos Horta.

Lalu bagaimana Indonesia sebagai bangsa dan negara meresponnya?

sungguh amatlah sulit...

Bagaimanapun juga saya tetap menyarankan kepada pimpinan negara

untuk menghormati pahlawan Seroja, karena pengorbanan mereka. Namun

saya juga menyarankan TNI dan Intelijen untuk lebih terbuka dalam

melihat sejarah bekas propinsi Timor-Timur tersebut. Apa-apa yang

salah tetaplah salah, namun kebenaran jangan sampai ditenggelamkan

oleh dendam.

Dalam suasana operasi militer/intelijen hampir sama dengan kondisi

perang terbatas dimana kemungkinan untuk membunuh dan dibunuh itu

50-50. Meskipun pihak lawan lebih sedikit misalnya, namun insting

seorang prajurit untuk membunuh tidak bisa disalahkan. Kesalahan hanya

terjadi ketika pembunuhan membabi buta terjadi pada sasaran non-

combatant atau penduduk sipil tidak bersenjata.

Intel Oh Intel 338


Sungguh sedih meski tangan ini juga pernah berlumuran darah tetapi

disamaratakan dengan pelanggar HAM berat seperti kasus genosida.

Tidak...hal itu tidaklah sedemikian sederhananya, tetapi ada perbedaan

yang sangat jelas. Kasus penyerbuan desa berpenduduk sipil dengan

senjata berat terjadi atas dasar laporan intelijen tentang keberadaan

gerombolan bersenjata yang bersembunyi di desa-desa, karena memang

demikianlah pola gerakan perlawanan gerilya, strategi masuk ke desa dan

lari ke hutan. Bila memang dianggap sebagai pelanggaran berat, tentunya

tidak adil karena bagi pelaksana di lapangan hal itu semata-mata hanya

pelaksanaan tugas dan evaluasi keadaaan lapangan yang tentunya sulit

untuk direkonstruksi secara utuh karena akan ada banyak versi.

Kekalahan diplomasi, kegagalan proses pembangunan propinsi Timor-

Timur dan kekeliruan strategi dan taktik pimpinan militer adalah tiga

faktor utama harus diteliti. Saya juga tentunya tidak rela bila mantan

petinggi TNI menjadi pesakitan di depan meja hijau, tetapi bagaimana

dengan nasib prajurit TNI dan prajurit intelijen rendahan menanggung

semua tuduhan itu, kami juga merasakannya, sangatlah pahit.

Saya juga paham rasa pahit yang dirasakan penduduk bumi Timor-Timur

khususnya dari kelompok Fretilin, seperti ketika Indonesia dijajah

Belanda dan Jepang. Ada keinginan untuk merdeka untuk mengatur diri

sendiri karena pihak luar yang mengaturnya "tidak benar". Andaikata

pengaturan yang dilakukan Indonesia benar tentunya tidak akan bertahan

Intel Oh Intel 339


perlawanan yang dilakukan oleh kelompok separatis, thesis ini terbukti

juga untuk kasus Aceh dan Papua dan daerah lain yang dilanda konflik.

Singkatnya kekeliruan itu terjadi dalam manajemen pembangunan, musuh

terbesarnya adalah oknum-oknum pejabat yang serakah dengan hobby

mengkorupsi kekayaan bangsa dan negara.

Apakah lantas kita harus buka-bukaan dan tunjuk hidung siapa yang

bersalah atas dasar bukti kongkret intelijen berupa foto dan dokumen

otentik? inikah yang diinginkan dunia demi terpeliharanya hak asasi

manusia Indonesia?

Adakah lembaga intelijen di dunia ini yang tega menusuk jantung para

pejabat senior yang sudah pensiun dan almarhum dan membeberkan

kepada dunia sebagai pesakitan pelanggar HAM? Katakanlah itu semua

dilakukan demi keadilan bagi para korban HAM, hanya saja mungkinkah

itu dilakukan? anda yang tidak berada di lingkaran dalam tentu sangat

antusias dalam pembukaan semua kasus pelanggaran HAM, tetapi bagi

mereka yang berada di dalam tentunya mengerti.

Sebagaimana dalam sebuah keluarga besar yang wajar (tidak ada

penyimpangan psikologi red.), kita akan selalu menghormati ayah dan ibu

kita walaupun mereka keliru. Tetapi bila ayah kita yang mengakui sendiri

kekeliruannya dan melakukan klarifikasi atas dasar kejujuran, tentunya

kita sebagai generasi penerus akan semakin menghormati dan

menjadikannya tauladan. Bila ayah kita membisu, yakinlah bahwa manusia

itu punya mekanisme pegungkapan memori yang tahu betul dimana dia

Intel Oh Intel 340


pernah melangkah di jalan yang salah dan menyesalinya seorang

diri...khususnya bila sudah menjelang akhir hayatnya, bila tidak tentu dia

akan menjadi ahli neraka (karena sampai sekaratpun tidak tahu dimana

kesalahannya).

Terima kasih atas sharing tentang kasus Timor-Timur dari saudara KN

yang minta dijaga kerahasiaan identitasnya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, January 25, 2006

Intel Oh Intel 341


Adakah yang suci ?
Sekedar merespon pikiran-pikiran negatif yang berterbangan di

sekeliling Blog I-I, saya teringat pesan seorang guru agama yang

memberitahukan kepada saya bahwa manusia itu tempatnya kesalahan

dan kekeliruan.

Sejak awal saya sudah bercerita tentang lumuran dosa Senopati, dan

saya tidak pernah menganggap perjalanan hidup saya bersih. Sungguh

sangat sulit menjaga integritas profesi dan ahlak secara bersamaan,

misalnya ketika melaksanakan perintah atasan yang bertentangan dengan

hati nurani.

Hanya satu yang.....

Hanya satu yang perlu ditegaskan di sini, bahwa untuk menjadi anjing

setia Mossad, CIA, MI6, dll adalah HARAM hukumnya. Disadari atau

tidak kerusakan yang disebabkan oleh penghianatan tersebut jauh...jauh

lebih besar dari pada pelaksanaan eksekusi Petrus di masa LB berkuasa.

Perasaan bersalah setelah menghilangkan nyawa orang saja tidak pernah

bisa hilang, apalagi jika kita menyadari bahwa kerusakan yang disebabkan

oleh intrik kekuatan politik asing sangat menyengsarakan rakyat, bukan

hanya satu dua kematian, tetapi juga dilengkapi oleh kerusakan moral,

mental dan kemunduran yang sangat jauh.

Di Timur Tengah, perhatikan bagaimana proses perusakan moral para

pejuang Palestina dengan umpan kebebasan seks. Kemudian perhatikan

juga sekarang di dunia internet Indonesia sudah berkembang sejumlah

Intel Oh Intel 342


kelompok seks bebas dengan anggota ribuan. Hanya sebagian kecil yang

aktif mempromosikan kebebasan seks tersebut tetapi bagaikan lokomotif

mendorong ribuan anak bangsa terbawa. Tujuannya adalah mendorong

"keberanian" untuk tampil telanjang untuk berhubungan seks bebas untuk

mempromosikan pelacuran, tukar-tukar pasangan, dll berbagai kedok

cerita tentang nikmatnya eksploitasi sensualitas wanita dan pria. Siapa di

belakang itu semua, apakah hanya motivasi mencari keuntungan uang oleh

sekelompok orang bermoral bejat? Percayalah ada kekuatan besar di

belakang itu semua.

Indonesia Raya semakin tidak bermoral.

Kembali pada respon saya pribadi, saya bukan orang suci walaupun saya

paham operasi CIA dan MOSSAD. Di unit kecil saya dulu adalah yang

pertama kali punya akses majalah Playboy dan sejumlah terbitan

kenikmatan seks lainnya. Siapa yang membawa itu semua? tentu saja

guru-guru intel dari Amerika. Begitu banyak teknik untuk menyenangkan

para Senopati untuk berkiblat dan bersahabat dengan intel asing. Pada

tahapan tertentu upaya-upaya merekrut lebih jauh juga terjadi. Karena

saya tahu tentang MOSSAD tidak berati lantas bisa dituduh telah

mencapai level Katsa seperti Victor Ostrovsky.

Beberapa pembaca tentunya tertawa terbahak-bahak melihat

kedangkalan pembahasan tentang operasi Mossad di Indonesia.

Sejak awal saya juga tidak mengharapkan adanya kepercayaan pada sosok

pribadi Senopati Wirang. Bahkan saya pernah menyatakan jangan percaya

siapapun.

Intel Oh Intel 343


Kembali pada pesan guru agama di awal tulisan ini, bahwa kekeliruan kita

di masa lalu bisa diperbaiki dengan memperbaiki diri sendiri dan itulah

sesungguhnya perjalanan mencari jati diri sebelum kematian datang.

Sebuah upaya perbaikan tanpa henti.

Coba tutuplah mata rekan-rekan dan rasakan siapa sesungguhnya musuh

NKRI, rasakan komentar-komentar orang-orang penting di Republik ini

apakah pro-rakyat atau tidak. Perhatikan gaya hidup hedonisme-liberal

dan liar dari sebagian elit di negara ini, rasakan apakah mereka pernah

menangis di tengah malam melihat sakitnya hati rakyat Indonesia.

Perhatikan bagaimana proses penggadaian kekayaan negara, tanah air

Indonesia ke tangan globalisasi ekonomi. Perhatikan hilangnya identitas

nasionalisme Indonesia, lunturnya kecintaan tanah air.

Semua warga negara Indonesia yang ikut kepanduan (Pramuka) pada masa

pendidikan dasar atau menengah mungkin pernah menangis ketika

menyanyikan lagu Bagimu Negeri karya Kusbini.

Padamu Negeri Kami Berjanji

Padamu Negeri Kami Berbakti

Padamu Negeri Kami Mengabdi

Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami

Tetapi saya serahkan semua itu ke nurani semua rekan-rekan dan

pembaca Blog I-I.

Saya masih bisa menangis ketika menuliskan ini.

Senopati Wirang

Intel Oh Intel 344


Posted by Senopati Wirang /Friday, March 09, 2007

Buku Bahagiakan Istri dengan Satu Istri

Saya diminta pendapat soal masalah buku yang ditulis oleh Pak Cahyadi

Takariawan, seorang anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) yang membahas seputar kisah poligami. Hal ini sebenarnya bukan

dalam ruang lingkup intelijen Indonesia, namun karena berkembang isu

kurang sedap yang mengkait-kaitkan buku tersebut dengan intelijen,

perlu saya sampaikan pendapat pribadi saya tentang hal tersebut.

Pendapat dan analisa awal saya adalah bahwa Pak Cahyadi hanya

mengungkapkan keprihatinan dan tidak ada motivasi pemecahbelahan atau

adu domba dalam PKS. Sebuah kritik pedas yang harus disikapi secara

arif bahwa dalam setiap jalan yang ditempuh oleh manusia akan ada sisi-

sisi yang kurang diperhatikan dan ada sisi-sisi yang terlalu dibesar-

besarkan.

Saya tidak akan menggunakan istilah positif-negatif ataupun benar dan

salah dalam soal poligami karena hal ini memiliki landasan hukum syar'i

yang cukup jelas dan merupakan pilihan dalam jalan hidup. Arti pilihan di

dalam versi saya adalah bahwa kata perintah dalam ayat tentang poligami

tersebut memiliki syarat kesanggupan. Lagi pula tidak ada paksaan dalam

agama.

Intel Oh Intel 345


Apa-apa yang Pak Cah ungkapkan adalah sebuah penelitian sosial tentang

dinamika kehidupan berpoligami. Hal ini seharusnya justru menjadi

sebuah introspeksi dan bukan malahan melahirkan pro dan kontra. Dengan

kata lain tidak dilihat melalui kacamata nafsu/emosi, melainkan dipahami

melalui kacamata pemahaman logika dan ketenangan jiwa yang jujur.

Menurut saya mereka yang beropini bahwa Pak Cah adalah seorang intel

terlalu emosional dan melupakan pentingnya esensi memperbaiki perilaku

dalam berpoligami secara khusus, dan dalam membina keluarga sakinah

secara umum.

Terakhir, Senopati Wirang hanya akan bertanya dari hati ke hati kepada

siapapun yang menempuh jalan monogami maupun poligami, apa niat jujur

dalam hati nurani anda ketika menempuh jalan pernikahan baik dengan

satu wanita maupun dengan lebih dari satu wanita. Kemudian juga kepada

kaum wanita, bagaimana hati nurani anda bicara ketika mengalami salah

satu dari jalan pernikahan tersebut. Cukup kompleks bukan, hal yang

mencakup ibadah, cinta kasih dan cemburu, tanggung jawab keluarga,

gairah seks, dan berbagai aspek dalam hubungan pria-wanita. Bila manusia

sejati telah mencapai transparansi kejujuran jiwa dan pengendalian dalam

kategori jiwa yang tenang, Insya Allah tidak akan terombang-ambing oleh

polemik. Melainkan akan dengan mantap menempuh jalan pilihannya, tentu

saja senantiasa dalam bimbingan keimanan yang meluruskan setiap niatan

untuk menempuh jalan pernikahan baik monogami maupun poligami.

Intel Oh Intel 346


Berikut ini informasi terbuka yang dikirimkan oleh [deleted]....

Kamis, 02 Agt 2007,

Bersyukur setelah Baca Suami Batal Kawin Lagi

Ketika Buku Antipoligami Membikin Kader PKS "Terbelah"

Seorang anggota Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang

disegani menulis buku Bahagiakan Diri dengan Satu Istri. Karya itu

langsung disambut gembira jutaan kader wanita PKS. Namun, sebaliknya,

para kader pria yang sudah atau akan berpoligami mereaksi dengan keras.

RIDLWAN HABIB, Jakarta

RUANGAN Kantor Hilal al Ahmar di kawasan Duren Tiga, Jakarta

Selatan, siang itu terasa gerah. Bukan karena cuaca Jakarta terik. Juga

bukan disebabkan pendingin ruangan tidak berfungsi. Tapi, karena buku

yang ditulis Cahyadi Takariawan itu memicu kontroversi yang

panas.

"Buku ini memang harus segera ditarik. Hati saya membara membacanya,"

ujar Wakil Bendahara Umum DPP PKS Didin Amarudin kepada Jawa Pos.

Saat itu lelaki beristri tiga itu datang pada acara dengan ditemani empat

orang pengurus DPP yang lain.

Menurut Didin, sejak buku itu terbit, istri-istrinya menjadi gelisah.

"Bahkan, istri kedua saya menghubungi temannya yang juga dipoligami dan

Intel Oh Intel 347


bikin bedah buku khusus untuk ini," katanya. Pria kelahiran Kuningan,

Jawa Barat, itu mengakui buku Cahyadi Takariawan itu mengubah

paradigma umum di kalangan wanita PKS yang selama ini mendukung

poligami. "Kalau yang menulis orang luar atau orang yang sekuler, saya

tidak heran. Tapi, ini yang menulis adalah ustad yang kredibilitasnya

sangat diakui di Majelis Syura PKS," kata Didin.

Majelis syura adalah elemen tertinggi di partai yang berdiri sejak 1998

(awalnya bernama Partai Keadilan). Anggota majelis hanya 99 orang yang

dipilih dari jutaan kader PKS di seluruh Indonesia.

Didin mengatakan, para qiyadah (pimpinan) partai gelisah karena buku itu

dijadikan simbol perlawanan terhadap suami yang akan menikah lagi.

"Rumah saya satu kompleks dengan Pak Tifatul (Tifatul Sembiring,

presiden PKS, Red). Beliau juga khawatir, tapi selama ini memang memilih

diam," ujar bapak tujuh putra itu. Tifatul Sembiring juga beristri dua.

Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta juga berpoligami. Bahkan, istri

kedua Anis berkebangsaan asing.

"Buku Pak Cah (Cahyadi Takariawan) itu hanya menonjolkan sisi-sisi

negatif dari poligami, seakan-akan ribet banget, padahal tidak benar,"

katanya. Didin lalu melanjutkan kisah "sukses" poligami dirinya. Istri

pertama Didin dinikahi pada 1990. Lalu, istri kedua pada 2001. Terakhir,

Didin menikahi akhwat (kader PKS) menjadi istri ketiga pada 2002.

"Memang,biasanya dari istri pertama ke yang kedua itu lama

pendekatannya, Mas. Baru yang ketiga lancar," tuturnya.

Intel Oh Intel 348


Manajemen keluarganya, kata Didin, malah terbantu ketika dirinya

berpoligami. "Kalau kita berhitung secara matematis, anak tujuh dirawat

dan dididik tiga istri kan lebih baik," ujarnya.

Dia khawatir buku Cahyadi akan menimbulkan pro-kontra di kalangan

rumah tangga muslim masing-masing kader. "Ada jutaan akhwat di

Indonesia. Beberapa di antara mereka janda. Lantas, apakah mereka kita

biarkan," katanya dengan nada bertanya.

Taufik Bahtiar, direktur Hilal al Ahmar, menambahkan bahwa ada

beberapa logika yang tidak tepat dan dicantumkan dalam buku ber-cover

merah jambu itu. "Misalnya, tentang cinta lelaki yang tidak bisa

dibagi, itu salah. Contohnya, saya. Kalau dengan istri pertama 100 persen,

dengan istri kedua juga 100 persen," ujarnya, lalu tersenyum.

Taufik juga berpoligami. Istri pertama meminta cerai ketika Taufik

hendak menikah kali ketiga. Sekarang janda Taufik itu diperistri

sahabatnya yang juga anggota Majelis Syura PKS sebagai istri kedua.

Buku terbitan Era Intermedia, Solo, tersebut telah dicetak hingga

10.000 eksemplar. Buku setebal 278 halaman itu mengupas sisi-sisi lain

dari keluarga yang berpoligami.

Intel Oh Intel 349


Si penulis Cahyadi Takariawan kepada Jawa Pos mengatakan bahwa

dirinya kaget melihat reaksi "jamaahnya" terhadap buku itu. "Padahal, di

halaman awal buku itu saya sudah jelaskan tidak berbicara

tentang hukum poligami, tapi bicara tentang mereka yang gagal

berpoligami karena persiapannya kurang," katanya.

Alumnus Fakultas Farmasi UGM itu mengibaratkan poligami dengan salat.

"Siapa yang membantah kalau salat itu wajib. Tapi, pada praktiknya,

banyak yang salat, tapi tetap korupsi. Banyak yang salat, tapi menipu,

mencuri, dan kejahatan yang lain. Apakah yang salah salatnya?" katanya.

Demikian juga, poligami. Melalui bukunya, suami Ida Nur Laila itu ingin

"meluruskan" para pelaku poligami. "Bukan untuk mengampanyekan

antipoligami," kata suami yang bertahan dengan satu istri itu.

Cahyadi mengaku mendapat banyak sekali keluhan dari ummahat (ibu-ibu

istri ikhwan alias kader PKS) yang mengalami masalah gara-gara suaminya

menikah lagi. "Kebetulan, saya juga konsultan keluarga. Selain datang

langsung, mereka juga menelepon dan mengirim SMS," kata ketua

Wilayah Dakwah (Wilda) III DPP PKS itu. Sebagai ketua Wilda, Cahyadi

bertanggung jawab pada ekspansi PKS di Sulawesi dan Papua.

Karena keluhan-keluhan itu datang bertubi-tubi, Cahyadi berusaha

meramunya dalam tulisan. Misalnya, keluhan tentang kebohongan-

kebohongan suami yang menikah lagi. Juga masalah finansial yang

membuat pernikahan menjadi tidak harmonis.

Intel Oh Intel 350


"Yang menyedihkan, ada suami yang buru-buru poligami hanya karena

dikompori komunitasnya yang semuanya sudah menikah lagi. Padahal, dia

belum siap. Akhirnya, yang terbengkalai adalah keluarganya," bebernya.

Padahal, seharusnya poligami justru membawa keberkahan.

Sebelum menulis buku Bahagiakan Diri dengan Satu Istri, Cahyadi telah

menulis 20 judul buku yang lain. Mayoritas tentang tema pernikahan.

"Saya tidak bermaksud melukai hati para lelaki yang berpoligami. Karena

itu, saya malah minta Bu Sri Rahayu Tifatul Sembiring sebagai istri

pertama menulis kata sambutan," katanya.

Dalam bedah buku yang dilakukan hampir tiap minggu, Cahyadi juga

menolak dipanelkan dengan aktivis antipoligami. "Saya yakin masalah ini

akan hipersensitif karena kebanyakan yang membaca dipenuhi dengan

emosi pribadi. Jadi, tidak jernih lagi," ujarnya.

Seorang pembaca bahkan komplain langsung ke penerbit. Pembaca itu

merasa rahasia rumah tangganya ditulis Cahyadi. "Buku ini harus segera

ditarik dari peredaran," kata Cahyadi menirukan ikhwan yang emosi itu.

Padahal, dirinya belum pernah kenal. "Jadi, dia sendiri yang merasa

bahwa apa yang saya tulis dalam buku itu cocok," jelas pria yang juga

berprofesi sebagai apoteker itu.

Getah pahit, kata Cahyadi, juga nyasar ke teman-temannya yang ikut

mempromosikan buku. "Misalnya, Mbak Neno Warisman. Gara-gara Mbak

Intel Oh Intel 351


Neno aktif mengirimkan SMS soal buku ini, beliau

dikomplain, terutama oleh kader-kader wanita yang sudah mempunyai

madu," ungkapnya. Neno Warisman adalah salah seorang aktris sekaligus

penyanyi yang sekarang aktif di PKS.

Apakah akan membuat buku baru lagi sebagai jawaban atas komplain?

Cahyadi mengaku akan melakukan beberapa revisi. "Saya menghargai

nasihat para asatidz (ulama) yang meminta redaksionalnya diperbaiki,"

katanya.

Meski begitu, lelaki kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, 11 Desember

1965, itu tetap menganggap bukunya tidak kontroversial. "Kalau saya

menulis Sengsarakan Istri dengan Satu Istri, itu baru masalah. Kalau

bahagia, kan semua ingin begitu," tegasnya.

Namun, keyakinan Cahyadi tetap berbenturan dengan realita di lapangan.

Di Jawa Timur, misalnya, Ketua Dewan Syariah DPW PKS Jatim Ustad

Mudhofar mengaku mendapat keluhan terkait buku itu. "Ada seorang

akhwat yang skripsinya mendukung poligami, bertahun-tahun kader

wanita ini bicara dalam diskusi-diskusi agar

poligami didukung, tapi begitu membaca Pak Cah, langsung berbalik 180

derajat," paparnya kepada Jawa Pos.

Kuatnya buku itu, kata Mudhofar, karena track record penulisnya. "Pak

Cahyadi selama ini dikenal sebagai ulama yang ahli dalam keluarga. Wajar

kalau ada yang jadi ragu karena tulisannya," tuturnya.

Intel Oh Intel 352


Mudhofar menganggap dalil-dalil yang dipakai Cahyadi agak dipaksakan.

"Misalnya, soal perbandingan umur Rasulullah saat sebelum poligami dan

setelah poligami. Tidak ada ulama yang menggunakan patokan itu,"

jelasnya. Cahyadi menulis, Muhammad SAW menikah lagi setelah

bermonogami selama 25 tahun bersama Khadijah.

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Rofi’ Munawar menambahkan, dirinya

membatalkan meneruskan membaca buku itu sampai tuntas. "Saya juga

dapat hadiah dari beliau (penulis buku) saat rapat majelis syura. Tapi,

begitu saya baca, tidak saya lanjutkan karena kok ada yang nggak sreg,"

akunya.

Berbeda dengan kader-kader lelaki PKS, beberapa orang kader wanita

yang dihubungi Jawa Pos justru sangat bersyukur atas terbitnya tulisan

Cahyadi itu. "Suami saya menjadi ragu-ragu. Sebenarnya saya sudah akan

mengizinkan, tapi setelah membaca, saya diskusi lagi, dan alhamdulillah

batal (menikah lagi)," kata seorang kader yang meminta identitasnya

disamarkan.

Alumnus Universitas Airlangga Surabaya itu melanjutkan, di kalangan

internal kader wanita, buku itu seakan menjadi buku wajib. "Dalam setiap

pertemuan mingguan, ada diskusi untuk membahas buku itu bab demi

bab," katanya. Kader PKS biasanya mengadakan taklim rutin sehari dalam

setiap pekan. Tempatnya bergantian di rumah masing-masing kader atau

tempat lain yang disepakati.

Seorang akhwat lain menambahkan, dirinya menjadi lebih siap untuk

menikah setelah membaca buku Cahyadi. "Tidak ada lagi rasa khawatir

Intel Oh Intel 353


calon suami saya akan poligami. Nanti kalau dia memaksa, akan saya

pertemukan langsung dengan Pak Cah," ujarnya. (*)

Posted by Senopati Wirang /Friday, August 10, 2007

Intel Oh Intel 354


Polisi Tutupi Reka Ulang Penembakan Lester

Silahkan rekan-rekan melakukan penilaian dan dugaan tentang apa yang

sesungguhnya terjadi dalam kasus ini. Bagaimanapun juga kita mesti

menghormati jalannya penyelidikan yang berlandaskan pada pengumbulan

bukti, kesaksian, dan rekonstruksi peristiwa.

RADAR SOLO

Kamis, 06 Des 2007

KLATEN - Penembakan Direktur Jakarta Centre for Law Enforcement

Cooperation (JCLEC) Lester Cross di Desa Trunuh, Kecamatan Klaten

Selatan, kemarin (5/12) direkonstruksi. Ada yang janggal selama

rekonstruksi kasus yang terjadi Minggu (25/11) lalu itu.

Satuan Narkoba Polres Klaten terlibat dalam kegiatan tersebut. Bahkan,

langsung dipimpin kasatnya, AKP I Wayan Sudhita. Fakta ini mengundang

tanda tanya besar. Sebab, selama ini yang terungkap di permukaan adalah

percobaan perampokan terhadap Lester, yang direktur sekolah

antiteroris Akpol Semarang itu.

Akses wartawan kemarin sama sekali ditutup. Para jurnalis hanya boleh

berdiri dan mengambil gambar dari jarak 300 meter. Praktis,

rekonstruksi kejadian penembakan sama sekali tidak terlihat.

Koran ini beberapa kali dilarang mendekat ke TKP oleh polisi. Ketika

mengambil gambar sempat dihalang-halangi. Meski berusaha menyelinap,

Intel Oh Intel 355


Kasat Narkoba I Wayan Sudhita memergoki koran ini. Dia hanya berkata

singkat. "Tolong, jangan dulu. Ini secret (rahasia)," ujar Wayan.

Kenyataan tersebut kian menguatkan dugaan ada misteri yang ditutupi

polisi. Informasi yang diterima koran ini dari sumber tepercaya di

kepolisian, penembaknya adalah anggota Satuan Narkoba Polres Klaten.

Mereka sebenarnya tengah menyanggong sebuah transaksi narkoba di

sekitar Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan, tepatnya di belakang

DPD Partai Golkar setempat. Kegiatan tersebut merupakan

pengembangan dari penangkapan Ompong.

Hasil pemeriksaan mengungkap bakal ada transaksi narkoba di sekitar

Trunuh. Ditengarai, ciri-ciri mobil, lokasi, dan waktu transaksi

bertepatan dengan Lester Cross lewat. Sehingga, anggota Satuan

Narkoba mengira mobil yang ditumpangi bule Australia itu adalah bandar

yang dimaksud Ompong.

Dalam rekonstruksi kemarin, mobil Lester Cross diperankan oleh sebuah

Suzuki APV warna silver. Sebenarnya, mobil Direktur JCLEC itu dibawa.

Tetapi, baru didatangkan di TKP setelah sepuluh menit rekonstruksi

berlangsung. Mobil Lester Cross ternyata Toyota Kijang Innova warna

silver, nopolnya B 8895 VV.

Polisi lain tidak henti-hentinya membujuk wartawan menghentikan

aktivitas jurnalistiknya. Mereka adalah Kaur Bin Ops Satlantas Polres

Klaten Iptu Warsono, dan anggota Satuan Narkoba Iptu Nanik Suryani.

Intel Oh Intel 356


Berkali-kali dua polisi ini mengajak wartawan duduk di warung sambil

makan minum.

Selain anggota satreskrim, satuan narkoba dan intelkam Polres Klaten,

anggota Polda Jateng pun tampak di TKP. Merekalah justru yang punya

gawe. Rombongan Polda Jateng dipimpin Kanit I Ditreskrim AKBP Nelson

Purba. Sebuah mobil TKP milik polda tak ketinggalan diikutkan dalam

rekonstruksi kemarin. Sayang, mereka semua bungkam.

Koran ini hingga tadi malam mencoba menghubungi Kapolres Klaten AKBP

Suwarno dan Kasatreskrim AKP Mugi Sekarjaya. Tetapi, teleponnya tidak

bisa dihubungi. SMS (pesan layanan singkat) berisi permintaan konfirmasi

yang dikirim ke dua pejabat itu tidak dibalas. (den)

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 06, 2007

Intel Oh Intel 357


Soal Opus Supremus

Sebuah komentar yang menggelitik saya untuk sedikit sharing perihal

gerakan Zion beserta sekte freemason di Indonesia.

[DELETED]

[DELETED]

[DELETED]

Opus Supremus, freemason, ataupun zion hanyalah istilah-istilah yang

diupayakan untuk terdengar angker dan misterius. Saran saya kepada

seluruh rekan-rekan adalah rajin-rajinlah menjadi watcher/pengawas

yang teliti, dan kita bersama-sama bisa menjadi kekuatan untuk

mengungkapkan berbagai kebohongan dan infiltrasi yang telah terjadi.

Beberapa kasus yang telah menutup akses para zion di bumi pertiwi

Indonesia Raya cukup lumayan memperlemah gerakan mereka. Hal yang

perlu juga dilakukan adalah meningkatkan kesadaran publik/massal rakyat

Indonesia agar tidak salah menyerahkan kekuasaan kepada tokoh-tokoh

binaan zion. Hal ini juga memerlukan ketelitian agar supaya tidak tercipta

fitnah dan pemecahbelahan segenap komponen bangsa Indonesia.

Sekian

Pernyataan
Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 06, 2007

Intel Oh Intel 358


Dari “Opus Supremus Foundation”, Jakarta, Indonesia

Mengenai tuduhan bahwa Yayasan Opus Supremus adalah organisasi

Freemason/Zionis

Apa dan Siapa Opus Supremus Foundation?

Opus Supremus Foundation merupakan bagian dari Opus Supremus Ent.

Trust (www.opussupremus.com), berdomisili di Lichtenstein. Opus

Supremus Ent. Trust adalah Holding Group yang bergerak di bidang

Trust management, Wealth Management, Investment Advisory, dsb.

Opus Supremus merupakan Group Bisnis independen yang BERSIH dari

afiliasi dengan kelompok-kelompok Etnis, Politik, Agama, kepentingan,

tekanan dan sejenisnya. Opus BUKAN sebuah NGO, Charity, LSM, Sekte,

Kelompok Agama, Ideologi, Lodge, Klub, Society, dll.

Opus Supremus Foundation didekasikan untuk meningkatkan

kewasapadaan masyarakat dan pemerintah terhadap berbagai isu yang

bisa membahayakan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat seperti

kriminalitas, korupsi, kemiskinan, terorisme, pencucian uang, perubahan

iklim, dsb.

Opus Supremus Foundation di Indonesia

Kantor pertama Opus Supremus Foundation yang terletak di negeri lain

adalah di Indonesia, secara resmi terdaftar pada Notaris Mieske

Suryanto, pada tanggal 22 Agustus 2001. Segala aktivitas, latar

belakang, dan sejarahnya telah dilaporkan secara resmi oleh manajemen

foundation kepada Polisi Republik Indonesia (Polri), diwakili oleh Kepala

Intel Oh Intel 359


Polri, Bapak Bimantoro pada tanggal 17 Oktober 2001 di Mabes Polri dan

melalui lebih dari 10 konferensi pers yang dihadiri oleh media cetak,

elektronik, televisi dan radio pada periode 2001-2005. Baik di Indonesia

maupun di negara lain, Opus Supremus tidak memiliki agenda rahasia atau

konspirasi.

Fungsi Opus Supremus Foundation di Indonesia

Sejak awalnya, Opus Supremus mendedikasikan diri untuk meningkatkan

kewasapadaan masyarakat dan pemerintah terhadap kejahatan

Ekstremisme serta Korupsi. Opus Supremus adalah organisasi perintis

dalam kedua bidang tersebut, dan banyak tujuan maupun aspirasi dari

Opus menjadi bagian dari program yang dijalankan oleh institusi-institusi

besar seperti KPK, PPATK, Polri, Kejaksaan Agung. Pengalaman Opus di

Indonesia terutama dalam melawan tindak kejahatan korupsi dan

pencucian uang diminta oleh sejumlah badan Anti Korupsi di luar negeri.

Logo

Pada mulainya, untuk lambang foundation, Opus Supremus telah

mempertimbangkan kemungkinan untuk menggunakan logo berbeda yang

akan membedakan kegiatan foundation dari kantor induknya. Karena itu,

pada bulan Agustus 2001, setelah melihat iklan di harian Pos Kota, Opus

Supremus kemudian menugaskan biro desain kreatif dari Jakarta untuk

memberi saran. Desainer mereka menawarkan sejumlah konsep, salah

satunya kemudian dipilih sebagai logo sementara. Dan pada saat

menunggu persetujuan dari kantor pusat, karena tuntutan agenda bisnis

yang mendadak, logo rancangan tersebut pernah digunakan hanya selama

Intel Oh Intel 360


kurang lebih 30 hari pada tahun 2001, dan kemudian ditolak oleh kantor

pusat karena mirip simbol organisasi lain. Kemudian dibuat keputusan bagi

Opus Supremus Foundation untuk disimbolkan oleh logo alternatif, dan

setelah itu oleh logo asli Opus supremus sebagai berikut:

Logo rancangan yang dipersoalkan tak pernah disetujui, dan pihak yang

bertanggung jawab dalam penggunaan logo tersebut telah diberhentikan

pada tahun 2001.

Latar belakang dari tuduhan sebagai organisasi Freemason/Zionis.

Semua diawali oleh sebuah publikasi dari edisi pertama sebuah koran

radikal bernama “Indonesia NewsNet” pada bulan September 2005, yang

mana tujuan dari publikasi tersebut adalah pemaksaan dan pemerasan.

Organisasi lain yang diserang nama baiknya melalui edisi yang sama

antara lain Indosat, yang logonya juga dikatakan sebagai zionis, dan

beberapa organisasi lainnya.

Ketika perwakilan Opus Supremus mendekati manajemen surat kabar

tersebut untuk klarifikasi, pihak manajemen Indonesia NewsNet

mengatakan bahwa artikel tersebut hanyalah “sensasi tak berdasar” dan

“wacana” untuk menarik pembaca, dan mereka siap untuk memuat

permohonan maaf resmi jika Opus mau MEMBAYAR sejumlah uang dan

MENSPONSORI edisi mereka berikutnya. Setelah protes keras dan

penolakan dari pihak Opus untuk menyerah pada pemaksaan dan

pemerasan itu, surat kabar tersebut hanya menerbitkan sebuah edisi

lagi, setelah itu kantor mereka tutup, tanpa memuat permohonan maaf

Intel Oh Intel 361


resmi. Penelitian independen kami menemukan bahwa surat kabar

tersebut dimotivasi oleh motif untuk:

Pemerasan

Balas dendam pribadi dari mantan konsultan media dari Opus

Bertindak mewakili kelompok koruptor untuk melemahkan usaha

penanggulangan korupsi oleh Opus

Walaupun pemberitaan tersebut telah berlalu sekitar dua tahun, Opus

tidak melakukan pendekatan ke pihak pemerintah untuk mencegahnya,

karena diyakini bahwa berita pemberitaan tersebut akan berhenti

dengan sendirinya. Bagaimanapun, karena faktanya tidak seperti itu, dan

masih ada pihak-pihak tak bertanggung jawab yang tetap

mempublikasikan kebohongan tak berdasar tersebut, Opus akan

mengambil tindakan hukum dengan melapor ke pihak yang berwajib, dan

membawa para provokator ke pengadilan.

Fakta-fakta:

1. Opus Supremus menikmati dukungan yang sangat baik dan

dikenal oleh semua kalangan dalam masyarakat Indonesia.

2. Lebih dari 80% staff dan mantan staff Opus Supremus

termasuk ketuanya adalah Muslim Indonesia yang berasal dari

Madura, Jawa, Banten dan Palembang dengan keyakinan dan

sikap keberagamaan yang kuat.

3. Tidak di Indonesia maupun di luar Indonesia, Opus diasosiasikan

dengan Freemason/Zionis atau organisasi sejenisnya.

Intel Oh Intel 362


4. Tak satupun nama atau staff dari Opus Supremus terdaftar

dalam Freemason/Zionis atau organisasi sejenisnya.

5. Tak satupun staff dari Opus Supremus secara global yang

pernah dituduh atau didakwa dalam berbagai jenis tindak

kejahatan.

6. Beberapa orang yang disebut dalam artikel telah meninggal

beberapa tahun sebelum artikel tersebut terbit.

7. Opus menghormati hukum di semua negara tempatnya berada

dan kegiatan perusahaannya transparan dalam segala

aktivitasnya.

8. Tuduhan yang dipublikasikan dengan maksud pemerasan dan

pemaksaan terhadap Opus Supremus menyebabkan sejumlah

kerugian.

9. Siapapun yang mempublikasikan kebohongan semacam itu tanpa

verifikasi fakta dan data akan dibawa ke pengadilan dan

kompensasi dari kerugian yang ditimbulkan akan dituntut.

Langkah kedepan

Opus Supremus telah merestrukturisasi diri dan berfokus pada

investasi ekuitas private di Asia Tenggara sebagaimana di Eropa

Timur, yang akan menciptakan banyak kesempatan kerja, akan

membawa lebih banyak modal dan meningkatkan kesejahteraan

banyak keluarga. Indonesia merupakan elemen penting dalam agenda

investasi Opus, karena itu, marilah semua pihak mengabaikan segala

tuduhan yang penuh kepalsuan dan kesalahan ini.

Intel Oh Intel 363


# posted by Opus Supremus : 10:58 AM

Intel Oh Intel 364


Travel Warning Aparat Asing !

DI KLATEN, MOBIL DIHADANG 3 ORANG; Direktur Sekolah Antiteror

Ditembaki

Sejujurnya saya tidak kaget dan tidak ngeri dengan kasus penembakan

yang dialami Direktur Sekolah Antiteror Jakarta Centre for Law

Enforcement Cooperation (JCLEC), Lester Cross. Boleh saya saya

sampaikan itu cuma warning saja...berikutnya bisa dipastikan berupa bom

atau minimal peluncur granat yang lebih efektif terhadap mobil-mobil

anti peluru. Ketika saya menerima surat yang mengatasnamakan Abu

Dujana saya menilai untuk perlu menyampaikannya kepada publik karena

nadanya yang cukup serius. Beberapa informasi tambahan semakin

menambah keyakinan saya bahwa apa yang diancamkan terhadap aparat

asing atau intelijen asing akan terwujud pada saatnya. Kelompok yang

menyampaikan informasi kepada Blog I-I benar-benar mengetahui

gerakan aparat asing yang resmi, dan mereka terus meningkatkan

kewaspadaan terhadap aparat asing yang menyamar.

Sangat mungkin bila kasus yang menimpa Lester Cross yang

berkebangsaan Australia itu salah satu realisasinya. Dengan pengalaman

nyaris terbunuh oleh tiga orang tak dikenal yang salah seorang di

antaranya menembak ke Lester, mudah-mudahan melahirkan kesadaran

kepada aparat asing untuk tidak seenaknya di bumi Indonesia Raya.

Intel Oh Intel 365


Juga terbuka kemungkinan bila pelakunya ternyata cuma perampok

bersenjata yang kebetulan menduga ada mangsa empuk. Kalo kata Polisi

tunggu hasil penyelidikan, tetapi hasil itu nanti setelah direka-reka

dengan segala perhitungan situasi dan kondisi silahkan rekan-rekan nilai

sendiri mana yang mendekati kebenaran.

Bagi saya sebenarnya sah-sah saja ada kerjasama internasional sesama

lembaga penegak hukum, sesama lembaga intelijen, sesama aparat

keamanan. Namun diperlukan kecerdasan bagi segenap aparat Indonesia

untuk lebih waspada dalam mencermati tindak-tanduk aparat asing.

Selain itu, yang lebih penting lagi adalah dalam mengungkap motif-motif

tersembunyi yang mengarah pada penghancuran Indonesia Raya. Lebih

jauh lagi jangan menjadi cecunguk kepentingan asing yang akan merobek-

robek kedaulatan Indonesia Raya, apapun bentuk proyeknya betapapun

menggiurkannya dana proyek, serta bagaimanapun manisnya investasi dan

bantuan itu, harus berjalan di atas blue print amanat penderitaan rakyat

Indonesia Raya.

Ingat kerjasama tidak identik dengan melacurkan diri kepada asing,

karena kerjasama dibangun diatas fondasi kesetaraan dalam bentuk

partner atau counterpart, saling menghormati. Memang tidak bisa

disangkal apabila ada aparat kita yang kebablasan menjadi simpati kepada

asing karena disuapi 200-500 dollar per hari atau diberi fasilitas ini dan

itu. Bila ada yang kebablasan tentunya menjadi tugas provost atau

inspektorat tiap-tiap institusi untuk menyelidikinya.

Intel Oh Intel 366


Kembali pada masalah travel warning aparat asing, saya garis bawahi

bahwa travel warning ini benar-benar hanya untuk mereka orang asing

yang melakukan kegiatan mata-mata atau yang mengganggu ketentraman

rakyat Indonesia. Bagi orang asing yang ingin berwisata menikmati

keindahan alam nusantara dan menikmati keelokan budaya Indonesia,

maka travel warning ini tidak berlaku.

Catatan : Mas Agus yang baik...terima kasih atas infonya.

Sekian

SW

Berdasarkan peringatan Intelijen Komuniti maka Blog I-I menghapus

Foto Mister Lester dan sejumlah pejabat Polri dalam artikel ini.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, December 04, 2007

Intel Oh Intel 367


Bagaimana Memenangkan Perang Ide

Sebagian besar kalangan intel di seluruh dunia termasuk di Indonesia

lebih merasa "hebat" apabila terlibat dalam operasi khusus yang penuh

aksi serta berdana besar. Yah...kira-kira mirip dengan kisah-kisah Double

0 Seven. Untuk mendapatkan gelar double 0 dikisahkan harus melalui

tahapan berbagai level operasi yang sangat berat.

Padahal di dunia modern ini hal yang juga sangat penting yang harus

dikuasai intelijen Indonesia adalah bagaimana memenangkan perang ide,

pikiran, serta penguasaan opini, bukan saja dalam level nasional namun

juga dalam level internasional. Andaikata saja...saya bisa bebas bergerak,

tentu saya akan membuka pelatihan gratis kepada rekan-rekan Blog I-I.

Tetapi melalui Blog ini, saya kira rekan-rekan akan bisa memahami,

bahkan bisa mengembangkan lebih jauh dan lebih dalam lagi.

Mengapa perang ide sangat penting? karena hal ini terkait dengan

penciptaan di dunia yang terjadi dua kali. Apapun yang manusia ingin

wujudkan akan melalui tahapan pertama penciptaan blue print ide,

kreatifitas, imajinasi (termasuk niat atau intention). Kemudian

dilanjutkan dengan tahapan kedua perwujudan dalam bentuk materi dalam

bentuk produk apapun bentuknya.

Ambil saja contoh demokrasi yang sekarang sudah mencapai tahapan

perwujudan materi secara utuh di Indonesia. Awalnya merupakan ide

intelektual Indonesia yang berguru ke negeri barat serta meyakini ide

Intel Oh Intel 368


demokrasi sebagai jalan terbaik dalam mengelola kekuasaan negara.

Sekarang kita bisa menyaksikan perwujudan tahap kedua yaitu pada

pelaksanaan ide itu secara nyata dalam bentuk pemilu nasional, pilkada,

musyawarah rencana pembangunan, pengambilan keputusan, sistem

hukum, dst...dst.

Contoh lain yang masih berada dalam tahapan kumpulan blue print adalah

konsep negara Islam. Lihat saja kumpulan karya intelektual kelompok

Hizbut Tahrir, saya kira mereka termasuk yang cukup lengkap blue print-

nya. Namun perwujudan tahap kedua masih berada jauh di belakang ide

demokrasi.

Contoh lain di tingkat internasional misalnya bahwa kebanyakan orang

Amerika percaya bahwa negara Amerika Serikat sedang menghadapi

empat perang yaitu perang di Irak, Afghanistan dan kelompok Islam

Teroris di seluruh dunia yang dikenal dengan sebutan "perang melawan

teror". Satu tambahan terakhir adalah perang melawan penyebaran

ideologi Islam radikal. Dalam definisi sempit, AS telah menang dalam

perang melawan teror karena sebagian besar pimpinan dunia

mendukungnya, namun bagaimana dengan perang ideologi? Kekejaman AS

dalam perang melawan teror justru membalikkan simpati serta telah

memperyakin sejumlah pimpinan negara khususnya Rusia dan China untuk

tidak percaya atau sangat berhati-hati.

Sementara itu, kelompok radikal Islam memperoleh angin segar

pembenaran dengan perilaku kejam Israel di Lebanon, dan wilayah

Intel Oh Intel 369


Palestina, perilaku pendudukan tentara asing multinasional di Irak dan

Afghanistan yang terlalu lama, telah mendorong lahirnya

ketidakpercayaan pada ide pembebasan ala Amerika Serikat di dalam

sanubari rakyat Libanon, Palestina, Irak dan Afghanistan yang setiap hari

harus menyaksikan kematian saudara/saudarinya.

Itu semua adalah akibat langsung dari kebijakan pemerintah Amerika

Serikat yang menggambarkan seolah-olah terjadi perang melawan Islam.

Sekarang ketika menyaksikan solidnya kekuatan anti AS di Rusia, mulai

kebakaran jenggot dan tampaknya ide-ide demokrasi akan segera

dihembuskan kembali ke sana. Perang semu yang dikembangkan AS telah

membelit negara adidaya tersebut dengan terlalu banyak persoalan

internasional yang bila dibiarkan justru akan menjadi kejatuhan bagi AS.

Persepsi terhadap AS di dunia Muslim sangatlah buruk, dengan

pengecualian Kerajaan Saudi Arabia yang sudah tidak pantas disebut

sebagai pelindung dua tanah suci. Kemudian bagaimana AS

memperbaikinya, salah satunya tentu saja dengan penciptaan tim reaksi

cepat media, memaksimalkan peranan intelijen dan diplomat untuk

melakukan pendekatan kepada wartawan dan media lokal untuk

memperbaiki isi dan pesan. Silahkan tanyakan kepada seluruh kalangan

pers Indonesia, apa benar antek asing terbanyak itu ada di kalangan

pemerintahan dan pers?

Keberhasilan nyata program AS dalam mengurangi citra buruknya di

dunia Islam adalah dengan cara "membina" Islam Liberal, Islam Moderat,

Intel Oh Intel 370


Islam Demokrat, dalam suatu revolusi konsep tentang Jihad melalui

media diplomasi publik. Sehingga akhirnya di tiap-tiap negara Islam akan

berhadap-hadapan sesama Islam yang meyakini Jihad dalam artian

masing-masing. Hmmm ini belum termasuk isu pinggiran pengalih

perhatian seperti aliran sempalan yang kemudian ramai karena aspek

kesesatannya.

Semua itu secara terencana disusun dengan sangat hati-hati dan memiliki

blue print yang jelas. Karena kebijakan negara AS telah menyatakan

Perang Suci maka berbagai strategi harus melindunginya dari segala

penjuru. Strategi yang mencakup operasi terbuka dan tertutup untuk

mendukung kelompok lokal anti Islam, seperti LSM tertentu, partai yang

anti Islam atau yang bersifat tidak Islami, tersebut cukup massive dan

agak berlebihan. Selain itu pemanfaatan yang sangat cerdik juga

merambah dunia serikat buruh, gerakan wanita, kebebasan media,

institusi pendidikan, serta gerakan pemuda. Rekan-rekan bisa perhatikan

secara seksama bagaimana proses pembebasan seksual Indonesia

dilakukan secara baik melalui media cetak dan elektronik, bahkan

belakangan akan menghapuskan lembaga sensor film.

Sebuah kalimat kunci dalam proyek AS tersebut adalah menanamkan

informasi tentang Salafis atau Wahabi beserta koneksinya dengan

kelompok Islam radikal. Padahal negara Kerajaan Saudi Arabia adalah

penganut Wahabi, namun Wahabi pro AS sehingga tidak mengalami perlu

ditekan seperti gerakan di Indonesia.

Intel Oh Intel 371


Contoh lokal dan internasional yang saya ilustrasikan di atas hanyanya

sebagian kecil dari berbagai perang ide yang sedang dihadapi Indonesia.

Apa yang sangat menyedihkan hati saya adalah bahwa Indonesia Raya

bahkan tidak sadar kalau sedang berperang di dunia ide. Ketika kita kalah

dalam perwujudan kedua secara nyata, yang bisa dilakukan mungkin hanya

menangis, menyesali, marah-marah, mengumpat sana-sini, saling lempar

kesalahan dan menanggung semua malu dalam kehidupan yang singkat ini.

Saya kagum dengan sindiran cerdas kelompok seniman angklung (bamboo

instrument) asal Jawa Barat yang tetap mengajarkan kesenian angklung

di Malaysia, namun secara tegas meminta rakyat Malaysia untuk sadar

diri dan punya rasa malu bila mencuri kesenian Jawa Barat. Saya juga

simpati kepada kelompok seniman Reog asal Ponorogo yang menyampaikan

protes ke kedutaan Malaysia. Namun pimpinan negara, pimpinan

kementerian, pimpinan intelijen, dan elemen penting negeri ini....mengapa

tidak ada yang mengupayakan blue print pemeliharaan kebudayaan budaya

nusantara. Ya..saya tahu Departemen Pendidikan dan Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata telah memiliki program-program yang baik,

tetapi apakah sudah cukup?

Bagaimana juga dengan menghadapi pencitraan buruk terhadap TNI yang

dianggap belum reformasi total, khususnya dalam menghadapi masalah

separatisme yang dikaitkan dengan HAM. Apakah itu kenyataan "mimpi

buruk" atau fitnah para pencari keuntungan dari isu merdeka? Bagaimana

pula jajaran penerangan TNI melaksanakan perang ide dan

Intel Oh Intel 372


perwujudannya?

Ah terlalu banyak isu-isu yang bisa disebutkan yang akan menggambarkan

betapa vitalnya perang ide tersebut.

Semoga rekan-rekan Blog I-I ada yang tergerak untuk mengambil

inisiatif menjadi panglima-panglima perang ide. Atau minimal sebagai

Ronin Blog I-I terus menghembuskan semangat Indonesia Raya.

Ide tulisan serta ada sari kutipan dari Washington Post

Sekian

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, December 04, 2007

Intel Oh Intel 373


Perang Ide di Metro TV

East West Connection yang ditayangkan pada malam tanggal 5 Desember

adalah nama program yang persis menggambarkan salah satu mekanisme

perang ide sebagaimana pernah sedikit saya singgung dalam artikel

Bagaimana Memenangkan Perang Ide.

America Abroad Media bekerjasama dengan Metro TV menjadi Host

Bersama sebuah acara yang bagi saya telah membuktikan betapa

pentingnya perang ide.

Dibawakan oleh Andrea Koppel bersama Najwa Shihab serta kunjungan

Kania Sutisnawinata ke DC, kita bisa menyaksikan sebuah acara yang baru

dan menarik. Dengan menampilkan dua Profesor Indonesia yaitu Prof.

Amin Rais dan Prof. Azyumardi Azra dan dua pakar asal AS, yaitu Carl

Gershman, MEd (President the National Endowment for Democracy) dan

Karl D. Jackson, PhD (Director of Asian Studies, John Hopkins, SAIS).

Bagi mereka orang Indonesia yang positif thinking akan segera

memberikan applause....Program yang bagus !

Lalu bagaimana Blog I-I menilainya?

East West Connection sesuai dengan judulnya dibungkus oleh sebuah

idealisme untuk melahirkan sebuah terobosan sharing persepsi,

pemahaman dan ruang lingkup hubungan Islam, Teokrasi, Demokrasi,

persepsi tentang AS di dunia Islam, perspesi tentang AS di Indonesia,

Intel Oh Intel 374


juga sebaliknya persepsi masyarakat AS tentang Islam dan Indonesia.

Panelis Indonesia bagi saya tampak dibawah performa yang seharusnya

karena terasa terlalu umum dan tidak menukik tajam komentarnya.

Singkat kata baik pak Amin maupun Pak Azra berpendapat bahwa Islam

tidak bertentangan dengan demokrasi, bahkan tampak arah pandangan

yang justru menganggap nilai-nilai demokrasi banyak terdapat dalam

ajaran Islam. Menurut Prof. Amien Rais, dilihat dari sisi ke-Islaman

ajaran agama ini tidak menghalangi diterapkannya nilai-nilai demokrasi

dalam sendi kehidupan bermasyarakat. Prof Azra kurang lebih juga

demikian, dengan sedikit penekanan pada ekses demokrasi yang too much

di sana-sini di Indonesia.

Prof. Karl D. Jackson tampak membela diri manakala Prof. Amin Rais

berulang kali menyampaikan soal faktor BUSH yang dominan dalam

penciptaan persepsi tentang AS. Sebenarnya saya agak kecewa dengan

landasan argumentasi Prof Amin Rais yang terlalu menekankan kepada

aspek BUSH sebagai penyakit yang harus ditunggu lenyapnya. Sebagai

seorang akademisi Politik Internasional seharusnya Prof Amin paham

bahwa faktor ideosyncretic yang melekat pada diri BUSH hanya

sepersekian persen dari proses pembentukan kebijakan luar negeri AS,

seharusnya diperjelas ke dalam kelompok pengambil kebijakan plus Think

Tank pendukungnya. Dalam hal ini AS perlu dipahami dari perspektif

Republikan dan Demokrat serta Neocon beserta radikal Evangelisnya.

Tapi saya maklum...mungkin saja keterbatasan waktu menyebabkan

diskusi panel tersebut tampak hambar dan belum menyentuh akar

Intel Oh Intel 375


persoalannya.

Dari sisi pakar AS, tampak bahwa penguatan demokrasi dianggap sebagai

obat mujarab yang sedang digeluti Indonesia dan hal itu memang tidak

mudah dan memerlukan proses dan waktu. Tak heran bila pujian terhadap

negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang demokratis terasa

berbunga-bunga. Karl D. Jackson PhD yang pernah mempublikasikan

"Traditional Authority, Islam and Rebellion: A Study of Indonesian

Political Behavior" pada tahun 1980an tampaknya cukup obyektif dan

paham atas persoalan dinamika demokrasi di Indonesia. Namun

bagaimanapun juga pandangan bahwa sekularisme sebagai jalan tentunya

sulit diterima kaum Muslimin yang berpandangan untuk mempraktekan

kehidupan beragama secara utuh. Jawaban Prof Azra bahwa Indonesia

agak unik dan setengah-setengah dalam mempraktekan pemisahan agama

dan negara sangat tepat.

Sementara pengamat politik Carl Gershman, mengatakan perlunya

pemisahan nilai agama dengan kehidupan masyarakat, karena agama

dengan aturannya sendiri dapat mengintervensi nilai-nilai kehidupan

masyarakat yang universal. Hal itu juga didukung argumentasi rasional

bahwa hubungan dengan Tuhan bersifat personal, sedangkan hubungan

dengan masyarakat lain lagi.

Catatan penting dari Blog I-I dalam konteks perang ide adalah bahwa

dalam program East West Connection tersebut, kedua pakar AS secara

meyakinkan menyampaikan tentang pentingnya sekulerisme dengan

Intel Oh Intel 376


argumentasi bahwa konflik terjadi justru manakala masyarakat barat

bergerak dalam kerangka liberalisme dan pluralisme masyrakat Timur

(Indonesia-red) justru menjadi sangat religius, sehingga tidak akan

pernah sejalan.

Kedua, pertanyaan Andrea Koppel mengapa AS mendapatkan citra

negatif dalam dunia Islam tetapi tidak mendapatkan apresiasi dalam

bantuan kemanusiaan di dunia Islam cukup menarik karena jawabannya

berada pada ruang lingkup niat sampai pada ketulusan.

Ketiga, kesepakatan untuk memerangi terorisme sudah menjadi

kemenangan ide Perang Melawam Teror, perkara apa dan siapa penggerak

teror, diatur atau tidak, serta berbagai implementasi kebijakan yang

melanggar HAM tidak disentuh. Sebuah fait a compli bagi Muslim

moderat agar memerangi Muslim radikal.

Keempat, bahwa di Indonesia telah ada kelompok nasionalis yang

cenderung anti AS tampak dinyatakan tanpa penjelasan mengapa hal itu

tercipta. Bukankah penghianatan AS dan sekutu Barat terhadap kaum

nasionalis Indonesia sangat jelas tercatat dalam sejarah. Lihat saja

kasus Timor Timur, meskipun hal itu bukan sepenuhnya salah AS karena

manajemen yang buruk dari era Orde Baru, namun mau tak mau sering

dirasakan oleh kelompok nasionalis sebagai balik badannya AS. Lalu

bagaimana pula dengan jatuhnya presiden Sukarno dan Suharto. Apakah

kerentanan kepemimpinan nasional itu boleh menjadi mainan sedangkan

rakyat Indonesia yang harus membayarnya. Entahlah apakah rakyat

Intel Oh Intel 377


Indonesia harus berterima kasih kepada AS atau mengutuknya.

Kelima, yang terpenting adalah catatan /komentar dari Gershman yang

menyatakan bahwa tidak ada konflik Islam dan Barat. Thesis tentang

Clash of Civilization dinyatakan terlalu menyederhanakan persoalan.

Namun anehnya Gershman justru mengatakan bahwa ada konflik di dalam

dunia Islam, yaitu Islam Jihadis dan Islam yang benar....aha, cukup unik

bukan susunan logika dan argumentasi yang menggiring tersebut. Bahkan

Prof Amin dan Prof Azra tampaknya tidak sadar dan jangan-jangan

justru mengamininya saja.

Poin Kelima itulah yang sangat gencar dipropagandakan di dunia Islam di

manapun, termasuk di Timur Tengah. Kelompok ini teroris...radikal dan

bukan Islam yang benar karena melakukan kekerasan. Pada gilirannya

nanti...kelompok Islam yang memperjuangkan agenda politik juga akan

masuk dalam ruang radikal karena melawan sekulerisme, liberalisme dan

pluralisme.

Saya tidak menyarankan membiarkan radikalisme merajalela, tetapi

pendefinisian dan keputusan bangsa Indonesia dalam penyusunan masa

depan Indonesia Raya jangan sampai didikte oleh pemikiran yang hanya

sesuai dalam logika ilmuwan Barat. Menjadi tanggung jawab intelektual

Indonesia untuk menyusun pondasi yang kuat dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Dalam berbagai aspek yang menjadi kerentanan dan

kerawanan nasional Indonesia yang dipicu baik dari unsur domestik

Intel Oh Intel 378


maupun asing jelas menjadi tanggung jawab anak bangsa Indonesia untuk

menguras tenaga dan pikiran dalam mencarikan jalan keluarnya.

Demikian pula dalam menghadapi apa yang disebut sebagai radikalisme

"Islam" yang tumbuh subur di ruang ideologi karena kebebasan yang

dijamin oleh demokrasi. Sesungguhnya efek samping menguatnya

regiliusitas Islam di lingkungan demokratis terjadi di seluruh dunia

Islam, Aljazair, Maroko, Mesir, Yaman, Indonesia merupakan negara-

negara dimana kebangkitan religi justru tampak subur karena sistem

yang demokratis. Ketakutan kaum sekuler dan pluralis adalah lahirnya

kepemimpinan Islam yang kuat yang kemudian mereduksi demokrasi

menjadi Teokrasi Islam, karena siyasah Islam dalam berbagai

textbooknya menganjurkan pencapaian kekuasaan.

Sekali lagi saya tekankan bahwa menjadi tanggung jawab seluruh

komponen bangsa Indonesia untuk menjaga, membangun dan meneruskan

apa yang menjadi kesepakatan bersama. Namun ketika terjadi perbedaan

persepsi dan cita-cita...dialog harus dikedepankan dengan niatan mencari

jalan keluar bersama. Keyakinan Senopati Wirang bahwa bangsa

Indonesia mampu memimpin dirinya sendiri dan mampu menentukan masa

depannya. Semoga.

Sekian

SW

Intel Oh Intel 379


Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 06, 2007

Intel Oh Intel 380


Perang Fikiran

Sebagai prajurit perang fikiran aku menghilang

Sekitar satu bulan saya tinggalkan Blog I-I, tak disangka ada puluhan

komentar dan e-mail. Maaf baru saya tanggapi pagi ini, semoga sahabat

Blog I-I tidak kapok untuk mengkritisi maupun menyampaikan analisanya

yang akan sangat bermanfaat bagi NKRI.

Sebagian sahabat bertanya-tanya dan menyampaikan catatan-catatan

yang bagus maupun yang pedas. Tetapi beginilah adanya rumah Blog I-I

dengan segala kekurangannya.

Sepintas lalu saya melihat sahabat Blog I-I masih setia meramaikan

beranda Blog I-I, saya hanya bisa terharu dan sangat berterima kasih.

Karena ibaratnya sahabat Blog I-I sangat baik hati mau menengok

prajurit sekarat yang sedang berdiri di depan liang kuburnya.

Izinkan saya, kali ini menuliskan sesuatu yang mungkin sering luput dari

pandangan komunitas intelijen maupun masyarakat umum. Intelijen hidup

dengan segala pencitraan yang seringkali tidak terbayangkan oleh intel

yang menjalaninya.

Seringkali seorang prajurit perang fikiran (intel) juga bertempur dalam

ruang pikirnya sendiri tentang apa-apa yang sudah dilakukannya. Akankah

terampunkan dalam pengadilan akhir di hadapan Yang Maha Kuasa? Siapa

yang akan menyelamatkannya?

Intel Oh Intel 381


Bertanya-tanya juga dalam ruang fikirnya, adakah kebaikan yang bisa

dicapai dengan kejahatan? siasat demi siasat menggerogoti kejernihan

hati. Kebiasaan untuk menempatkan kepentingan nasional, eksekutif serta

pimpinan di atas kepentingan lain mungkin saja menabrak kebaikan dan

kebenaran sejati.

Meyakinkan hati dan pikiran bahwa menjadi seorang intel adalah juga

menjalani kebaikan seringkali goyah dalam ketidakpastian langkah

kebaikan itu sendiri. Bahkan terhapus dari ingatan seorang intel untuk

rasa bersalah, berlindung dengan pembenaran-pembenaran langkah yang

ternyata tidak baik, bahkan cenderung teramat jahatnya.

Perhatikan perjalanan sejarah bangsa kita, peranan intelijen bukan saja

dalam membangun NKRI, tetapi juga dalam menggerogotinya dengan

mabuk kekuasaan dalam sistem otoriter-militeristik. Entah sudah berapa

banyak kelukaan yang tercipta dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Begitulah hidup...setidaknya sebelum kita masuk ke alam kubur ada

kesadaran dan tahu persis apa-apa yang harus dipertanggungjawabkan

dalam kekerasan memegang rahasia negara.

Perang fikiran dalam diri seorang intelijen adalah keniscayaan yang tidak

terhindarkan. Apalagi bagi mereka yang benar-benar telah mengalami

pahit getirnya dunia intelijen.

Dalam masa-masa akhir perjalanan saya, ada semacam keyakinan bahwa

intelijen bisa mencapai tujuannya dengan jalan kebaikan dan kebajikan,

Intel Oh Intel 382


dimana tujuan menjaga kepentingan nasional harus dipahami secara lebih

dalam dengan pematangan konsep operasi yang tidak terjebak dalam

taktik jangka pendek seperti pada masa Orde Baru. Kekeliruan dalam

mengelola persoalan bekas propinsi Timor Timur, Aceh, Maluku, Papua,

serta isu Islam radikal sangat jelas disebabkan konsep usang intelijen

militer yang selalu berada dalam keadaan ketakutan untuk kalah.

Sehingga langkah represif dan operasi "jalan singkat" ditempuh demi

NKRI.

Tidak ada yang salah dengan konsep demi NKRI, tetapi metodenya sangat

sembrono dan sudah tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Mengapa

banyak unsur pimpinan keamanan nasional menjadi sangat ketakutan

dengan kunjungan orang asing ke wilayah yang dinilai "bermasalah".

Adalah menjadi kedaulatan Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan

NKRI. Namun metode penjagaan kedaulatan tersebut seyogyanya bisa

terintegrasi dalam metode pembangunan bangsa yang menyeluruh. Selain

itu, ada semacam blue print jangka pendek dan jangka panjang yang pada

gilirannya akan semakin memantapkan kebangsaan Indonesia dalam

kebhinnekaan.

Semoga tulisan singkat ini mampu merangsang sahabat Blog I-I untuk

memikirkan secara lebih serius konsep maupun langkah-langkah nyata

untuk menjamin eksistensi NKRI yang kuat baik dalam konsolidasi

internal seluruh komponen bangsa, maupun dalam menghadapi tantangan

dinamika internasional.

Seno
Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 04, 2008

Intel Oh Intel 383


Intel Oh Intel 384
SENOPATI WIRANG
ON BLOG I-I

Intel Oh Intel 385


Intel oh Intel

Blog ini hanyalah refleksi keprihatinan seorang anak bangsa Indonesia

yang menjadi saksi terpuruknya salah satu elemen bangsa dan negara

yang vital, yaitu INTELIJEN.

Pendapat dan analisa serta informasi yang ada dalam Blog ini menjadi

tanggungjawab individual yang tidak lepas dari faktor kekhilafan,

subyektifitas dan kurang akuratnya data pendukung. Perlu pula

ditegaskan bahwa semua tulisan dalam Blog ini tidak ada kaitannya

dengan institusi manapun, baik negara maupun unsur private.

Silahkan membaca......

Posted by senopati wirang / Monday, September 11, 1995

Intel Oh Intel 386


Mengapa Senopati Wirang?

Setelah sekitar 22 e-mail menanyakan tentang siapa saya dan mengapa

menggunakan nama Senopati Wirang, saya pikir cukup adil bila saya share

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di Blog. Khususnya supaya

tidak ada lagi yang penasaran atau mengirimkan pertanyaan yang sama

lewat e-mail.

Pertanyaan siapa saya dan mengapa Senopati Wirang sangat berkaitan,

karena pertanyaan mengapa akan menjawab pertanyaan siapa.

Maka daripada itu, saya mulai dengan jawaban mengapa Senopati Wirang.

Senopati adalah sebuah kata yang akan segera menggetarkan setiap dada

anggota intelligence community di masa saya aktif. Komunitas intelijen

Indonesia di masa itu boleh dinilai solid dalam artian organisasi dan

operasi, tetapi tidak memiliki visi jauh ke depan. Senopati yang kemudian

dijadikan simbol bagi insan intelijen Indonesia kemudian digambarkan

dalam bentuk ksatria tanpa nama yang senantiasa memperdalam ilmu dan

memperluas cakrawala. Dalam perjalanan tersebut sang Ksatria selalu

membawa sebilah pedang, sebagai simbol bela negara dan bukan sebagai

cerminan watak agresif. Jadi singkatnya identitas Senopati

seharusnyalah melekat di dalam dada setiap insan intelijen Indonesia.

Kemudian kata Wirang saya artikan menanggung malu. Saya meyakini

Intel Oh Intel 387


bahwa "mayoritas" insan intelijen Indonesia tidak terlibat dalam

perbuatan, kegiatan atau operasi yang memalukan baik bagi dirinya,

bangsa maupun negara. Seingat saya, saya juga tidak pernah (tidak

merasa) melakukan tindakan yang memalukan. Meskipun demikian, sejak

saya mulai memikirkan konsep blog ini, saya sadar bahwa perbuatan

menuliskan dunia intelijen melalui media blog adalah berarti saya siap

menanggung malu. Bagaikan menepuk air, maka tak urung muka sendiri pun

sewajarnya akan basah.

Setelah memahami jawaban mengapa, saya berharap pertanyaan "siapa"

tidak lagi menjadi penting, lagipula di kalangan intelijen-pun saya kurang

dikenal. Lebih jauh, saya ingin menyampaikan keinginan murni dari hati

saya untuk hanya ada di dunia maya berupa tulisan blog ini.

Juga kepada saudara-saudari yang terus berusaha meneliti keberadaan

saya. mohon ada pengertian untuk memahami posisi saya, khususnya untuk

rekan di Amerika atau dimanapun juga yang memiliki teknologi

pemantauan e-mail dan blog.

Terima kasih

posted by senopati wirang

Intel Oh Intel 388


Bahasa Inggris
Pagi ini tercetus ide untuk memberanikan diri saya menulis dalam bahasa

Inggris, tentu saja Inggris saya sangat rough, setidaknya ini salah satu

kesan yg pernah disampaikan salah seorang profesor terkenal dari

Amerika yg mengajari saya tentang politik internasional puluhan tahun

silam. Bagaimana dengan kemampuan Inggris saya sekarang, tentunya

semakin buruk...rusty, mungkin sudah berkarat, yah... little little I can

seperti kata si Boneng anak betawi. Tapi tak apalah, mudah-mudahan

anak saya mau sedikit menolong melakukan cek ulang, kalaupun tidak...toh

rekan-rekan dunia maya saya bisa mengerti bahwa saya bukan penutur

asli bahasa Inggris, atau mungkin bahkan ada yang mau menolong

memperbaikinya....dengan senang hati saya terima setiap koreksinya.

Mengapa bahasa Inggris, meski jumlah penutur bahasa yg terbesar

adalah orang-orang Chinese dengan Mandarinnya, tetapi bahasa

internasional lintas negara yang dominan saya yakini tetap Inggris, lagi

pula saya tidak mengerti mandarin. Meski di Amerika sekarang bahasa

Inggris harus bersaing dengan bahasa Spanyol, saya yakini Inggris tetap

dominan dan dipahami secara lebih luas. Bahasa internasional lainnya

semisal Arab, Perancis, Russia, sayangnya saya juga tidak paham, jadi

tidak bisa mewarnai blog ini.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, November 20, 2005

Intel Oh Intel 389


Soal e-mail dan komentar
Rekan-rekan dunia maya yth,

Saya sangat senang dan merasa hidup lagi dengan adanya sejumlah e-mail

yang masuk. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, saya merasa perlu

menyampaikan sedikit penjelasan untuk mencegah terjadinya

kesalahpahaman dalam berkomunikasi via e-mail.

1. Buat rekan-rekan yang berminat menjadi anggota intelijen, saya

mohon maaf karena tidak bisa menyalurkan minat yang mulia

tersebut ke lembaga-lembaga intelijen yang ada di Indonesia.

2. Buat rekan-rekan anggota intelijen maupun non-anggota intelijen

yang berminat memperdalam ilmu intelijen, pintu selalu terbuka

untuk berdiskusi melalui internet. Namun perlu saya tegaskan

bahwa saya tidak bisa mengajari hal-hal yang bersifat praktek

keterampilan untuk operasi, misalnya soal intelijen devices, lock

picking, senjata, dll.

3. Buat rekan-rekan yang telah mengirimkan komentar atas blog

Intelijen Indonesia, saya sangat berterima kasih. Kemudian,

untuk keperluan diskusi yang lebih obyektif, saya sudah merubah

setting untuk komentar, jadi rekan-rekan bisa langsung

mengkomentari atau berpendapat di blog. Saya yakin, komentar

rekan-rekan yang positif maupun negatif akan bermanfaat untuk

semua pihak, tentunya saya akan mengecualikan komentar yang

tidak pantas seperti penggunaan kata-kata makian, kata-kata

Intel Oh Intel 390


yang mengandung pornografi, kata-kata yang bersifat menghujat

kelompok tertentu.

4. Saya yakin, Indonesia tidak lagi dibelenggu oleh sistem

pemerintahan yang otoriter-militeristik. Dalam kerangka NKRI

yang demokratis, saya juga yakin bahwa pihak-pihak yang

bersinggungan dengan blog Intelijen Indonesia bisa mengerti

dan memahami perkembangan blog ini. Jadi saya berharap tidak

akan terjadi sesuatu apapun yang bersifat merugikan. Bahkan

saya berharap ada pihak-pihak pemerintah yang mengklarifikasi

atau membatah pernyataan saya dalam blog ini.

5. Harapan saya, adalah reformasi intelijen bersama-sama dengan

refromasi militer dan bidang-bidang lainnya bisa dikawal menuju

kejayaan di masa mendatang dengan berlandaskan pada asas

keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat Indonesia. Bukan untuk

kepentingan politik golongan, elit, atau penguasa.

Saya mengerti bila mayoritas dari rekan-rekan masih meraba-raba dalam

rasa ingin tahu dan membatasi komunikasi melalui jalur e-mail pribadi dan

tidak berkomentar di blog Intelijen Indonesia.

Maaf bila ada hal yang tidak berkenan.

Salam

Posted by Senopati Wirang /Sunday, December 11, 2005

Intel Oh Intel 391


Artikel / Opini Anda
Sehubungan dengan minat yang terus berkembang dari rekan-rekan

pembaca blog Intelijen Indonesia, saya akan membuka kesempatan

kepada rekan-rekan untuk mengirimkan artikel dalam bentuk opini

ataupun analisa singkat. Meskipun pembukaan kesempatan untuk

berkomentar belum mendapat tanggapan yang berarti, namun kontak via

e-mail telah mengalir dalam frekuensi yang lumayan mengagetkan saya.

Kemudian untuk menjaga kesesuaian tema umum dalam blog Intelijen

Indonesia, syarat utama dalam pemuatan artikel rekan-rekan adalah ada

kaitannya dunia intelijen, walaupun cuma sedikit.

Saya akan melakukan seleksi dan mungkin sedikit editing tanpa merubah

isi. Sebagai aturan main adalah sebagai berikut:

1. Artikel yang dikirim adalah hasil karya asli penulis. Bila sudah

pernah dipublikasikan di media lain, mohon diinformasikan

sebagai catatan yang wajib saya tuliskan sebagai penjelasan

tambahan untuk artikel yang dikirim.

2. Karena blog Intelijen Indonesia bersifat sukarela sebagai

sumbangsih bagi masa depan NKRI yang demokratis, kuat

berwibawa, dan bersih, maka sifat pengiriman artikel juga atas

dasar sukarela untuk disharing kepada pembaca blog ini.

3. Untuk identitas penulis mohon dijelaskan apakah akan

mencantumkan nama asli atau nama alias. Dari sejumlah e-mail

yang saya terima sebagian ada yang secara terbuka dan nyaman

menggunakan identitas asli, dan ada sebagian yang menggunakan

nama alias. Kemudian juga mohon disampaikan apakah pembaca

Intel Oh Intel 392


blog Intelijen Indonesia bisa langsung berkomunikasi via e-mail

dengan penulis. Bila boleh, saya akan mencantumkan e-mail

penulis.

4. Berbeda dengan fasilitas di media massa online yang sudah

mapan, blog Intelijen Indonesia masih bersifat standard dengan

segala kekurangan dalam menampilkan setting halaman demi

halaman. Dengan pola lines maka tampilannya akan cenderung

dibaca dari atas ke bawah, sehingga artikel yang panjang akan

menyita ruang yang banyak. Dengan demikian, alangkah baiknya

tulisan yang dikirim itu singkat padat, misalnya sekitar 1000-

2000 kata. Tetapi aturan ini tidaklah kaku, untuk artikel yang

sarat informasi data dan sulit untuk dipersingkat, mungkin tidak

apa-apa.

5. Untuk menjaga keseimbangan dengan tulisan saya pribadi, maka

sebagai tahap awal dalam satu minggu maksimal saya akan

mengupload dua artikel yang sudah saya seleksi. Hal ini juga

bersifat fleksible dan bisa berubah di kemudian hari.

Tujuan dari publikasi artikel/opini anda ini adalah untuk membuka

kesempatan bagi siapapun pembaca blog Intelijen Indonesia untuk

berkontribusi.

Sekian. Silahkan sampaikan kritik dan saran di kolom komentar, atau bisa

juga dikirimkan ke e-mail saya.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, December 21, 2005

Intel Oh Intel 393


Non-aktif untuk medical check-up

Kepada rekan-rekan yth,

Di akhir tahun 2005 dan menyambut tahun baru 2006 sebagian besar

orang merasa bahagia sebagian lagi tidak, saya termasuk yang tidak

karena sedang diberi cobaan penyakit oleh Yang Maha Kuasa. Selain

faktor vitalitas tubuh yang semakin menurun mungkin juga karena faktor

usia yang tak ada obatnya.

Untuk mengatasi serangan penyakit tersebut terpaksa saya harus

dirawat selama beberapa hari di rumah sakit dan memerlukan sekitar

seminggu atau dua minggu untuk pemulihan. Masih beruntung karena

teknologi kesehatan di sini sangat baik disertai oleh pelayanan medis

yang membuat saya nyaman ditunjang oleh sistem asuransi yang jelas.

Dalam kesakitan ini saya menerawang ke tanah air tercinta dan

meneteskan air mata karena saudara-saudara setanah air masih banyak

yang belum bisa merasakan sistem pelayanan kesehatan yang baik. Kisah

penderitaan dan kematian akibat penanganan kesehatan yang kurang

memadai sering diulas di media massa. Mudah-mudahan, demokratisasi

dan pemulihan serta pembangunan ekonomi-politik nasional juga

menyentuh sektor kesehatan secara serius.

Tulisan ini saya berikan pada anak saya untuk diupload agar rekan-rekan

bisa memahami mengapa blog Intelijen Indonesia mengalami kemandegan

atau kekosongan. Juga mohon maaf atas belum sempatnya saya membalas

sejumlah e-mail rekan-rekan sekalian.

Mohon do'anya
Posted by Senopati Wirang /Monday, December 26, 2005

Intel Oh Intel 394


Kritik dan Caci Maki
Hari ini saya agak berduka karena e-mail bernada ancaman dan caki-maki

kembali berhamburan ke alamat e-mail dan komentar pada Blog I-I.

Mohon maaf bila komentar yang terlalu kasar tidak saya publish, hal ini

semata-mata karena subyektifitas saya sebagai pemilik Blog.

Namun ada baiknya bila saya tuliskan saja menjadi satu dalam tulisan kali

ini bagaimana komentar, kritik dan ancaman yang saya terima, terserah

kepada segenap pembaca untuk menilai Blog I-I ini dari substansi tulisan,

manfaat positif dan pengaruh negatifnya.

Berikut ini bermacam-macam komentar dan e-mail yang tidak saya

publish karena tidak terkait langsung dengan substansi tulisan-tulisan

saya.

1. Hei bung SW jangan nulis macam-macam deh, udah gila kali bikin

blog beginian. Kalo udah tersingkir dari community, tidur aja deh

kaya sleeping agent...selamanya. Mau dibikin tidur selamanya!!

2. Jangan kira bisa nulis seenaknya...kalo masih diterusin liat aja

akibatnya.

3. Pencemaran nama baik senopati sebaiknya segera dihentikan,

kampungan pake nulis-nulis dunia intel...dasar anjing kurap.

4. Bangsat mana lagi nih pake nulis-nulis blog intel, kalo emang ente

intel atawa bekas intel...lapor dong biar jelas.

5. Kalo nulis liat-liat dong, jangan tabrak sana-sini. Sok tahu lagi.

Intel Oh Intel 395


6. Blog lucu yang tidak bisa dipercaya ditulis sama orang aneh.

7. Blog apaan neeh!! another sick person!!

8. Ini dia blognya intel frustasi.....

9. Mas kalo pengin bikin karangan beginian jangan dipublish deh,

malu-maluin aja.

10. Woiiii jangan kebanyakan nulis soal Islam...gak enak dibacanya.

Demikian sebagian komentar yang tidak saya publish karena

subyektifitas saya semata, buat para pembuat komentar di atas, semoga

bisa menjadi obat ketidaksukaan pada Blog I-I.

Buat pembaca yang lain, agar diketahui bahwa Blog I-I sifatnya

independent dan tidak merasa perlu untuk memiliki kaitan dengan

siapapun.

Meski saya tidak ambil pusing, tapi jadi pikiran juga akhirnya. Terima

kasih buat rekan-rekan yang masih mensupport secara moril atas

keberadaan Blog I-I.

Sekian, mohon maklum atas duka cita saya.

Posted by Senopati Wirang / Thursday, March 02, 2006

Intel Oh Intel 396


Menunggu Aksi Dukungan

Saya mohon ma'af kepada semua rekan-rekan, karena tulisan saya

sebelumnya tentang caci dan maki terkesan lemah dan seperti minta

simpati. Memang demikianlah adanya, saya perlu juga dorongan untuk

terus menulis sebelum nantinya blog ini akan saya wariskan pada kalangan

muda intelijen yang berminat dan punya komitmen untuk masa depan

intelijen Indonesia yang lebih baik.

Ya...tentu saja saya tahu harus bagaimana menyikapi ancaman maupun

komentar sebagian pembaca.

Saya sengaja menunggu sampai adanya komentar yang positif, sayang

tidak semua langsung mengkomentarinya di Blog, lebih senang tertutup

dan via japri tampaknya.

Setidaknya hal ini juga menjadi cerminan bahwa tentang warna dunia

intelijen yang tidak semuanya negatif dan tidak semuanya positif.

Saya kira kondisi pro-kontra terhadap sebuah persoalan sudah menjadi

hal yang wajar di negara kita sekarang ini. Lihat saja misalnya pro-kontra

RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP). Begitu kuatnya perbedaan

sikap ini dari sangat pro sampai-sampai mengeluarkan ancaman misalnya

ancaman somasi MMI terhadap Gubernur Bali, sebaliknya pihak yang

menolak sampai mengancam akan terjadi disintegrasi bila RUU APP

dipaksakan menjadi UU.

Intel Oh Intel 397


Mengapa demokrasi di negara kita menjadi paksa-memaksakan demikian?

Kembali pada Blog I-I, saya cukup beruntung karena Blog ini berada di

ruang hukum yang nyaris tidak tersentuh oleh hukum positif suatu

negara. Sepanjang suatu Blog berjalan dalam koridor penyampaian

pendapat yang obyektif, amatlah sulit untuk dilakukan langkah hukum

karena pemilik Blog tidak melakukan pelanggaran apa-apa. Begitu-pun di

dunia intelijen...bagi saya hal ini cuma tinggal siapa yang lebih canggih dan

lebih cepat mengambil tindakan dan pengamanan saja.

Pihak-pihak yang mengeluarkan ancaman dan cacian saya perhatikan

bukanlah berasal dari mereka yang sungguh-sungguh memperhatikan Blog

I-I. Mereka mungkin hanya usil dan sedikit tersinggung dengan salah satu

tulisan saja. Lagi pula sampai saat, saya "belum berani" menuliskan secara

gamblang dan sembrono sebuah persoalan yang menyangkut figur-figur

penting di NKRI, catatlah misalnya soal pemebersihan NKRI dari anasir-

anasir komunisme, masalah perampokan besar-besaran di tubuh

Pertamina, kasus penjajahan Freeport, kasus petrus, kebijakan blunder

Timor-Timur, Tanjung Priok, Aceh, papua, Ambon, Poso, pembunuhan

aktivis HAM dll. Begitu suramnya wajah sistem politik dan sosial

Indonesia yang mungkin akan tetap tersimpan rapi dalam bentuk dokumen

rahasia. Meski kalangan intelijen tahu kebenaran...tetapi tidak selamanya

kebenaran itu bisa ditampilkan ke publik.

Terima kasih buat semua rekan-rekan yang budiman


Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 14, 2006

Hari ini saya gembira

Intel Oh Intel 398


Hari ada 15 e-mail dan 6 komentar yang saya baca dan komentar saya....

sungguh luar biasa sangat menarik.

Pertama saya semakin menyadari bahwa para pembaca blog I-I baik yang

iseng-iseng, agak serius, sampai yang sangat serius adalah orang-orang

yang kritis dan berhati-hati dalam membaca. Sesuai dengan harapan saya

sejak awal bahwa blog I-I ini akan mendapat tanggapan-tanggapan yang

sensitif dan cerdas dalam menilai bertaburannya informasi, termasuk

yang tertulis di dalam blog I-I.

Singkatnya, saya sangat gembira karena ada keyakinan dalam hati saya

bahwa blog I-I ini tidak akan selamanya satu arah tulisan dari saya,

tetapi juga koreksi, bantahan, dan ktitikan dari para pembaca yang

budiman. Saya tetap membuka pintu untuk partisipasi yang lebih serius

dari saudara-saudara yang budiman untuk memperkaya blog I-I.

Sungguh benar komentar yang menyatakan bahwa kita harus tetap

waspada dan hati-hati terhadap blog I-I, karena anda tidak tahu siapa

saya dan apa motivasi saya dalam menyusun blog ini. Tetapi bila saya

balikkan...toh saya juga tidak tahu siapa anda dan apa motivasi anda

dalam mengikuti blog I-I. Sebagian besar dari saudara-saudara pembaca

saya yakini memiliki motivasi yang baik...minimal mencari tahu dunia

intelijen Indonesia. Hanya sebagian kecil yang bermotivasi negatif

dengan cara mengintimidasi perjalanan blog I-I. Tetapi itulah pro-kontra

alam demokrasi yang kita pilih sekarang.

Lebih jauh lagi, ternyata diantara saudara-saudara pembaca tidak sedikit

yang memiliki informasi dan pengetahuan yang jauh lebih baik dan lebih

Intel Oh Intel 399


akurat dari yang saya miliki. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila

tulisan saya dikoreksi secara seksama.

Saya memang berusaha menghindari blog I-I berkembang menjadi jurnal

diary pribadi perjalanan hidup saya, dan berharap blog I-I berkembang

menjadi tempat berdialog/berdiskusi dengan tema memajukan dunia

intelijen Indonesia dalam kerangka NKRI demokratis.

Terima kasih

Posted by Senopati Wirang /Thursday, March 16, 2006

Intel Oh Intel 400


Buat Sahabat Letkol Djuanda
Berita kematian sahabat Letkol Djuanda satu setengah bulan yang lalu

menambah kesedihan saya. Teramat sulit untuk menuliskan cerita

kenangan tentang beliau tanpa membuka jati diri Senopati Wirang.

Teramat sulit untuk menerima kenyataan bahwa saya juga tidak mampu

menengok ke Paris maupun menghadiri acara pemakaman karena kondisi

saya tidak lebih baik dari penyakit beliau waktu itu. Sekian lama saya

pendam dan baru sekarang saya tuliskan pernyataan ma'af atas

ketidakhadiran saya di saat-saat terakhir seorang sahabat.

saya kutipkan sebuah kenangan

Never was a man so blind


He had no time for anyone
Closed his eyes and turned his head away
Pushed aside his friends..................

kenangan dari sebuah lagu yang semakin mendorong kita untuk hanya

mengandalkan diri sendiri dan membuat saya mengambil jalan yang

berbeda puluhan tahun silam.

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 07, 2006

Intel Oh Intel 401


Senopati Wirang seorang pengecut?

Sungguh saya tersenyum-senyum dengan komentar seorang anynomous

yang meminta saya mengidentifikasi diri, yang menuduh saya double

agent, dan yang menyebut saya pengecut serta tidak memiliki jiwa

pahlawan.

Akan saya jelaskan secara singkat dan padat. Anggota Intelijen sampai

matinya tidak mengejar popularitas dan dilatih untuk berani menanggung

segala resiko pekerjaan. Tidak mengejar status pahlawan dan kiprah

sesungguhnya hanya diketahui sedikit orang. Tidak mementingkan

eksistensi jati diri di dalam masyarakat yang haus berita tentang siapa,

apa, dimana, bagaimana dan mengapa. Singkatnya tidak pernah ada

identitasnya di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat hanya bisa

merasakan keberhasilan dan kegagalan kerja intelijen dengan peristiwa-

peristiwa.

Lagi pula Senopati Wirang sudah lama mati dan kuburannya-pun bisa

dengan mudah ditemui di Indonesia. Tentu saja pengungkapan identitas

Senopati Wirang hanya bisa terwujud bila ada penyidik atau penyelidik

intelijen yang cukup cerdas membaca semua tulisan Blog I-I sejak awal.

Setelah kuburan tersebut ditemukan dan ternyata tida ada tulang

belulang manusianya alias kosong, maka penyelidik akan segera mampu

menduga siapa saya.

Intel Oh Intel 402


Apalah pentingnya kepahlawanan dan kepengecutan bagi saya, karena itu

semua tidak akan bisa merubah doktrin ketiadaan jati diri saya di muka

bumi. Hanya karena ide kecil untuk memercikan api reformasi ke dalam

tubuh Intelijen Indonesia, maka blog I-I lahir sekaligus melahirkan

kembali sosok lama dalam wajah baru Senopati Wirang. Maka saudara-

saudara hanya akan mengenal Senopati Wirang dalam dunia maya ini.

Blog I-I yang dalam archives-nya dimulai pada September 1995 adalah

simbol semata karena Blog I-I belum lama merambah dunia cyber, dan

semua pembaca yang teliti terutama sesama blogger saya kira bisa

mengerti.

Silahkan dirasakan saja kehadiran Blog I-I apa adanya...isi tulisan/artikel

setidaknya bisa membuat saudara-saudara pembaca mengenal kehadiran

seorang Senopati Wirang.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 07, 2006

Intel Oh Intel 403


Permohonan Ma'af
Pertama-tama saya ingin menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan

atas perhatian maupun atas komentar serta e-mail bernada simpati atas

kondisi saya.

Dalam masa-masa pemulihan tersebut saya berkesempatan melakukan

introspeksi ke dalam diri saya sendiri berkaitan dengan keberadaan Blog

I-I. Disadari ataupun tidak, Blog I-I ternyata memiliki pengaruh yang

cukup luas bila saya lihat dari atensi serta ragam pengunjung yang

membaca dan mengikuti tulisan Blog I-I. Oleh karena itu, saya akan

mencoba menata kembali Blog I-I dalam jalur yang lebih ideal yaitu demi

kemajuan dan masa depan Intelijen Indonesia serta kejayaan Indonesia

Raya.

Introspeksi tersebut semakin intensif ketika saya menerima e-mail yang

sangat kritis beberapa hari yang lalu. E-mail yang menyoroti aspek moral

Blog I-I tersebut membuat hati saya gelisah dan tergerak untuk segera

memperbaiki kekeliruan Blog I-I dengan analisa yang lebih baik.

Langkah awal yang perlu saya lakukan mulai hari ini adalah memperbaiki

analisa-analisa saya yang cenderung subyektif dan berkesan menjatuhkan

kredibilitas beberapa kalangan ataupun institusi intelijen di Indonesia.

Pada kesempatan ini juga saya sangat berterima kasih kepada seseorang

yang misterius namun begitu teliti dan memberikan kritik keras yang

obyektif atas perilaku analisa saya. Saya hanya bisa menduga bahwa dia

Intel Oh Intel 404


seorang tipe agen analis yang teliti dan pandai menulis serta idealis, dan

yang pasti dia tidak di Indonesia. Selanjutkan sebut saja dia agen P5 (PE-

LIMA / PI-FIVE).

Teguran yang sangat bermakna bagi saya adalah ketika dia menyampaikan

bahwa beberapa artikel yang saya tulis besar kemungkinan bisa

menimbulkan fitnah serta terakumulasi pada pemahaman publik yang

salah tentang Intelijen Indonesia. Bila hal ini tidak saya perbaiki maka

hal tersebut akan menjadi opini publik yang bersifat semi permanen dan

lama-lama menjadi permanen seperti stereotipe negatif. Ketika publik

menjadi haus akan informasi tentang intelijen, saya menyajikan sebuah

informasi yang kurang akurat dan cenderung terlalu jauh menilai tanpa

mempedulikan dampak yang mungkin ditimbulkan. Sementara itu, saya

tidak mengerti apa yang sedang sungguh-sungguh terjadi dalam dunia

intelijen Indonesia masa sekarang. Menurut agen P5 saya telah

melakukan beberapa kecerobohan dalam analisa yang bila tidak saya

perbaiki akan berdampak negatif bagi dunia intelijen Indonesia.

Mengikuti saran agen P5, bersama ini saya dengan tulus hati

menyampaikan permohonan ma'af kepada segenap pimpinan Komunitas

Intelijen Indonesia atas analisa-analisa yang ceroboh yang telah saya

lakukan di Blog I-I. Secara khusus saya juga mohon ma'af kepada

Pimpinan BIN, Pak Syamsir dan Pak Assad bila saya terlalu jauh menilai

bapak dan institusi yang bapak pimpin. Juga kepada analis DR. AC

Manullang dan DR. Wawan H. Purwanto, saya tidak pernah bermaksud

meragukan gelar akademis bapak-bapak berdua. Kepada kalangan intelijen

Intel Oh Intel 405


militer dan strategis serta Kepolisian, saya juga mohon ma'af atas

kecerobohan saya. Kepada kalangan akademisi yang sedang menggagas

reformasi intelijen, saya juga mohon ma'af bila saya terlalu kasar dalam

menilai analisa saudara-saudara sekalian. Saya berjanji untuk

memperbaiki analisa saya di masa mendatang.

Saya kira permohonan ma'af ini tidaklah berlebihan karena agen P5

benar-benar berhasil menggugah saya untuk lebih teliti dalam melihat

persoalan secara obyektif. E-mail agen P5 yang panjang lebar menyoroti

aspek moral Blog I-I benar-benar menggugah saya untuk memperbaiki

diri sekaligus memperbaiki Blog I-I dari pengaruh subyektifitas saya

pribadi.

Mulai hari ini saya akan mencoba melanjutkan kembali Blog I-I secara

lebih hati-hati dan obyektif serta lebih mandiri dengan data-data yang

bisa dipertangungjawabkan.

Kepada agen P5 saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena

telah mengingatkan saya dengan begitu kritisnya. Tanpa adanya kritik

yang membangun seperti yang anda lakukan, mungkin saya akan

kebablasan dalam menuliskan dunia intelijen versi saya pribadi.

sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, July 05, 2006

Intel Oh Intel 406


Krisis Blog I-I

Saya sangat berterima kasih atas masukan dari sejumlah rekan Blog I-I

yang secara lugas maupun diplomatis mengkritik tulisan-tulisan dalam

Blog I-I. Berkurangnya daya kritis Blog I-I tersebut semata-mata

karena saya secara sadar melakukan penghalusan. Meskipun ada pihak-

pihak yang menawarkan "keuntungan", saya tidak mengalihkan kendali

Blog I-I pada siapapun dan saya tetap berupaya untuk kritis terhadap

dunia keamanan, intelijen dan politik Indonesia. Tanpa harapan

keuntungan, tanpa dukungan biaya pihak luar sedikitpun, tanpa

kepentingan kelompok tertentu, Blog I-I akan berusaha tetap dalam

komitmennya. Mungkin sulit dipercaya dan terasa konyol dan mungkin

banyak pula yang beranggapan saya ini memang orang iseng. Padahal saya

sungguh-sungguh dan kadang benar-benar capek serta tidak sempat

mengupdate Blog I-I. Juga saya berterima kasih atas keberanian

beberapa rekan Blog I-I yang memberikan bahan keterangan yang bagus

dan penting.

Saya mulai memperhalus tulisan Blog I-I untuk menghindari tekanan

beberapa pihak yang mulai membuat saya agak khawatir. Misalnya saja

ancaman penelusuran eksistensi saya di dunia nyata yang semakin

mendekati kenyataan. Bagi para pembaca mungkin hal ini terasa tidak

terlalu beresiko, tetapi dari hasil penelitian saya ke beberapa unit

teknologi intelijen di Kepolisian saya melihat sebuah peningkatan

kemampuan yang cukup baik untuk mendeteksi saya. Singkatnya saya

sudah melihat beberapa upgrade peralatan teknologi yang bisa mencari

Intel Oh Intel 407


dimana saya terkoneksi meski harus dipadukan dengan teknik tradisional

(manual) berupa pencatatan secara menyeluruh. Itulah sebabnya mengapa

beberapa LSM juga menolak keinginan Menteri Komunikasi dan Informasi

untuk membentuk unit pengawas Internet. Software yang saya miliki

masih cukup baik dengan mengalihkan alamat dan identitas saya, namun

saya tidak mungkin melakukan upgrade setiap tahun. Artinya bila sampai

keluar perintah untuk menyelidiki saya, maka riwayat Blog I-I akan

segera berakhir

Ma'af bila tulisan ini terasa seperti keluh kesah. Tetapi dengan

menuliskan secara blak-blakan begini maka rekan-rekan Blog I-I bisa

paham situasinya.

Sekian

Seno

Posted by Senopati Wirang /Thursday, December 14, 2006

Intel Oh Intel 408


Menjelang Natal 2006 dan Tahun Baru 2007

Seorang rekan dalam shout box menanyakan penilaian Blog I-I mengenai

situasi keadaan sekitar natal dan tahun baru. Sebuah pertanyaan yang

sangat wajar dan muncul terus sejak peristiwa bom menjelang natal

tahun 2000. Sejujurnya sangat sulit bagi saya yang sudah semakin

sedikit jaring informasinya untuk memberikan penilaian serius tentang

situasi akhir tahun ini secara akurat.

Meskipun sulit dan kurang meyakinkan, namun akan saya sampaian

beberapa point berikut ini:

Pertama, beberapa lokasi dengan tingkat kewaspadaan yang perlu

ditingkatkan adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi

Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Bara, Batam, dan Medan. Berdasarkan

analisa dari sumber-sumber informasi terbuka dan beberapa informasi

dari rekan dan jaring Blog I-I yang terkumpul mengindikasikan bahwa ada

potensi gangguan keamanan di daerah-daerah tersebut. Hal ini tidak

berarti di daerah lain lebih aman.

Kedua, gangguan keamanan yang terjadi hanya dalam skala kecil. Ada

rencana bom "peringatan" yang pesannya hanya sebatas pada masih

eksisnya kelompok teroris. Bisa jadi rencana ini batal apabila aparat

keamanan melakukan pengawasan ekstra ketat yang telah dimulai sejak

minggu ini.

Intel Oh Intel 409


Ketiga, gangguan keamanan yang bersumber dari konflik lama seperti

Poso dan Ambon bisa dimunculkan sebagai pemanasan memasuki tahun

2007, hanya tindakan preventif ketat berupa operasi keamanan terpadu

yang akan mencegahnya. Khusus untuk Papua tidak terdengar adanya

rencana yang signifikan. Sedangkan Aceh relatif kondusif dan masih bisa

ditangani oleh aparatur keamanan setempat.

Keempat, dalam kaitannya masih belum tertangkapnya Noordin M Top

saya yakin pihak keamanan sudah mempersiapkan langkah-langkah

pencegahan ataupun upaya penangkapan. Sedangkan tokoh JI berinisial

A.D. diperkirakan lebih mementingkan konsolidasi organisasi ketimbang

mengambil langkah aksi teror.

Kelima, masalah ekonomi berupa kenaikan harga beras dan rencana

kenaikan komoditi sumber energi seperti gas jelas semakin meningkatkan

sentimen negatif rakyat yang pada titik tertentu akan memicu aksi

demonstrasi jika penanganan amatir kabinet SBY terus-terusan

kontraproduktif terhadap jeritan rakyat miskin Indonesia.

Demikian catatan singkat Senopati Wirang, semoga bermanfaat

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, December 20, 2006

Intel Oh Intel 410


Publikasi Ulang Artikel Blog I-I

Pada hari Natal 2006 ini saya menerima permohonan izin publikasi ulang

dari rumahkiri.net atas tulisan saya yang berjudul kiri oh kiri.

Sebelumnya saudara Bajil juga menyampaikan permohonan izin atas

tulisan saya yang lain. Saya juga memperhatikan ada beberapa Blog

lainnya yang menyadur tulisan-tulisan dari Blog I-I. Saya sangat

menghargai dan menghormati rekan-rekan Blog I-I yang secara jujur

berkomunikasi dan melakukan publikasi ulang dengan memberitahukan

kepada saya. Saya juga menghargai rekan Blog I-I yang terang-terangan

minta izin mengcopy (bukan untuk publikasi) dengan tujuan untuk belajar.

Pada prinsipnya saya tidak berkeberatan dengan publikasi ulang tulisan-

tulisan saya dalam website manapun. Saya yakin rekan-rekan Blog I-I

paham tentang kode etik publikasi ulang, misalnya dengan tidak

mengurangi atau menambah hal-hal yang tidak pernah diungkapkan dalam

Blog I-I. Saya tidak terlalu ambil pusing soal hak intelektual yang

mestinya melekat pada diri identitas Senopati Wirang.

Semoga menjadi jelas bagi rekan-rekan Blog I-I

Posted by Senopati Wirang /Monday, December 25, 2006

Intel Oh Intel 411


Bukan Sok Intel
Sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa kemungkinan untuk

salah/keliru dalam tulisan Blog I-I sangat terbuka. Mohon tidak dijadikan

sumber atau dijadikan rujukan analisa. Namun bila rekan pembaca Blog I-

I merasa lebih benar silahkan dilakukan ralat kepada Blog I-I. Silahkan

dilakukan konfirmasi atau cek dan ricek kepada pihak-pihak yang

berkompeten dan bukan melancarkan tuduhan tanpa dasar kepada Blog I-

I. Apalagi dijadikan laporan yang diplintir supaya menjadi proyek

penyelidikan dari pimpinan intelijen.

Rekan-rekan jaring kerja Blog I-I bukanlah orang-orang yang sok intel

atau pengin jadi intel, tapi sebuah kepedulian publik untuk masa depan

Intelijen Indonesia yang modern dan profesional. Siapapun anda Warga

Negara Indonesia yang berhati MERAH PUTIH mau berkorban untuk

rakyat, bangsa dan negara Indonesia silahkan bergabung tanpa harus

saling kenal dalam Blog I-I. Kontribusi berupa informasi, analisa, dan

potongan hard fact sangat berguna dalam mengkritisi reformasi dunia

intelijen.

Rekan-rekan jaring kerja Blog I-I bukan penggerogot proyek yang

mengharapkan kucuran dana pemerintah dari hasil pajak rakyat. Blog I-I

bisa independen karena militansinya tidak kalah dengan gerakan radikal

kiri maupun radikal kanan yang mandiri melalui pendanaan internal. Maaf

jadi sedikit emosional dengan banyaknya tuduhan miring tanpa dasar

kepada Blog I-I di komunitas intelijen.

Intel Oh Intel 412


Refleksi Tahun 2007Masehi / 1428 Hijriah

Tahun ini, Blog I-I sudah 2 tahun eksis dalam dunia maya, dan sepanjang

masa-masa yang telah dilalui Blog I-I sudah berkali-kali mendapat

peringatan keras, dan saya sadar betul resiko yang ada. Masih eksisnya

Blog I-I bukan karena saya masih menyimpan banyak cerita yang lebih

sensitif menyangkut kebusukan dunia politik dan keamanan, namun

disebabkan kemalasan digelarnya operasi untuk melumpuhkan saya.

Namun fakta bahwa penghianat bangsa yang sejak lama memiliki power di

bumi pertiwi ini masih saja bercokol di pusat-pusat kekuasaan telah

membuat saya semakin lemah untuk bertahan. Tentunya berbagai

kekuatan yang mengintip Blog I-I terus meraba-raba dan mencari tahu

jaring Blog I-I yang bila ditelusuri via internet akan terlihat kecil, namun

bila saya beberkan akan membuat pihak-pihak yang memusuhi Blog I-I

berpikir seribu kali untuk memerangi Blog I-I. Karena simpati dan

kepedulian Blog I-I hanya untuk rakyat, bangsa dan negara Indonesia.

Tidak untuk ideologi tertentu tidak untuk kelompok tertentu. Hal ini

bukan berarti Blog I-I tidak memiliki prinsip A, B atau C. Tetapi lebih

kepada perjuangan mendukung Indonesia Raya yang mampu memakmurkan

rakyat Indonesia. Selanjutnya....

Selanjutnya bila Blog I-I tidak terlalu mempedulikan gerakan ideologi

kanan atau kiri semata-mata karena pilihan ekstrim ke kanan atau ke kiri

hanya akan menimbulkan konflik belaka, dan akhirnya rakyat miskin yang

bodoh dan tidak mengerti persoalan menjadi korban. Blog I-I meyakini

ideologi campuran yang seharusnya mampu digagas oleh akademisi/orang

Intel Oh Intel 413


pintar Indonesia yang diambil dari latar belakang budaya bangsa yang

beragam. Ide-ide dari dunia barat dan timur bisa diadopsi sepanjang bisa

dibadikan kepada kepentingan rakyat, bukan kepada idealisme kosong

mimpi opium ala komunitas komunal atau pun ala komunitas hedonis

individual liberal pencari kepuasan dunia.

Sedihnya, para akademisi lulusan Barat membawa pulang hanya title dan

kebanggaan bila mampu mengadopsikan secara murni konsep-konsep

import yang telah dirancang oleh gerakan global. Hal ini berlaku bagi

kalangan komunis maupun liberal. Demikian juga sebagian kecil dari

mereka yang pulang dari timur tengah, membawa pulang ide-ide radikal

yang penuh konflik dan bukan mengedepankan rahmatan lil alamin.

Sementara TNI/Polri yang dulu pernah menjadi perekat bangsa dengan

kebijakan represif, masih saja bisa dimanfaatkan oleh segelintir individu

rakus kekuasaan yang senantiasa bermain-main dengan stabilitas

keamanan. Kasus Dewan Revolusi yang memang dirancang kecil-kecilan

untuk menggertak pemerintah tampak cukup berhasil menarik perhatian.

Meskipun Blog I-I menerima informasi yang lebih mengerikan dibanding

Dewan Revolusi, bagi Blog I-I semua permainan di negeri ini semakin

tidak lucu dan kampungan.

LSM/NGO yang seharusnya menjadi tulang punggung gerakan civil

society / masyarakat madani tampak semakin kedodoran dengan

persoalan internal, menyimpangnya idealisme, dan bermainnya

kepentingan individual.

Intel Oh Intel 414


DPR yang awalnya diharapkan benar-benar bisa menjadi saluran aspirasi

rakyat semakin kurang meyakinkan dengan berbagai kasus yang sangat

memalukan dari sebagian anggotanya.

Dunia intelijen di awal tahun ini menghadapi ancaman yang semakin serius,

apalagi situasi yang semakin panas menjelang 2009. Rangkaian ancaman

teror tidak akan berhenti di daerah konflik seperti Poso. Sedang terpikir

oleh sebagian elemen radikal untuk kembali mengguncang wilayah Jawa-

Bali. Kisruhnya rencana pergantian Kepala BIN jelas semakin

menguntungkan kelompok-kelompok yang menjadi ancaman bagi bangsa

dan negara Indonesia. Upaya-upaya penguasaan BIN oleh operator CIA

akan semakin mudah bila mental kerja orang-orang BIN terus ditekan

dengan berbagai persoalan. Akibatnya sel-sel kerja BIN semakin rusak,

untungnya masih ada operator BIN yang idealis dan berprestasi tinggi.

Sayangnya pimpinan BIN juga kurang berani menghukum elemen BIN

yang berhianat (berkoalisi dengan operator intel asing khususnya CIA

dan Mossad), berpolitik, bahkan cari makan (uang). Blog I-I berpendapat

bahwa simpang siurnya isu soal pergantian pimpinan BIN harus segera

diakhiri oleh ketegasan SBY yang harus mampu berpikir cerdas dan

melihat sosok yang tepat untuk kepentingan bangsa dan negara. Satu hal

yang penting, jangan mengangkat pimpinan yang bukan ahlinya, pimpinan

yang hanya ingin menyenangkan hati Presiden, dan pimpinan yang berjanji

muluk-muluk/tidak realistis.

Intel Oh Intel 415


Koalisi beberapa Jenderal dengan GAS (Gerakan Anti SBY) diharapkan

bisa berjalan dalam koridor demokrasi dan bersaing secara fair menuju

pemilu 2009. Informasi yang diterima Blog I-I soal ini masih bisa diatasi

karena argumentasi kelompok ini masih lemah dan kerja jaringnya tidak

profesional. Meski begitu, koalisi yang akan meluas mencakup kelompok

papernas dan intelektual kiri cukup berpotensi merubah keadaan. Selain

itu, semoga saja isu tidak sedap keterlibatan beberapa tokoh partai

politik tidak benar, karena hal itu akan mempertajam kecurigaan dan

permusuhan yang menyebalkan.

Lalu apakah lantas kita berpikir negatif dan merusak, hal itu sama saja

dengan menambah kisruh persoalan yang sudah ada. Di manapun kita

berada dan bergerak bila niatnya untuk kebaikan, maka akan

mendapatkan kebaikan. Blog I-I tidak munafik soal kebutuhan akan dana,

power, dan lain-lain untuk merubah keadaan. Namun itu semua bukan

segalanya, memelihara konsistensi dalam sebuah keyakinan itu lebih

bermakna ketimbang sasaran antara yang bersifat kepuasan duniawi.

Sekian refleksi Senopati, mohon dikoreksi bila ada kekeliruan

Posted by Senopati Wirang /Saturday, January 20, 2007

Intel Oh Intel 416


Tanya Kenapa Tanya Kenapa

Sepintas memang ringan bertanya kenapa seperti dalam iklan komersil

sebuah produk rokok. Tapi ketika kita perhatikan perilaku menyimpang

dalam berbaga kehidupan berbangsa dan bernegara, cukup tragis bila kita

mendengar jawaban ringan... kan tidak ada yang jaga.

Tanya kenapa ada Blog I-I cukup sulit menjelaskannya, tanya kenapa

pembaca Blog I-I juga malu-malu berkomunikasi dengan saya bisa

dipahami karena kepercayaan dan resiko. Tanya kenapa Blog I-I suka

macet di jalan juga bukan hal yang mudah dijawab.

Tulisan ini hanya sekedar ngobrol minum kopi...silahkan lanjut bila

tertarik...

Maaf...saya lama meninggalkan rumah bukan karena sakit atau berpergian,

tapi karena sedang berkontemplasi tentang masa depan Blog I-I. Masih

adakah pengaruh signifikan dari keberadaan Blog I-I? Ataukah hanya

menjadi selingan bacaan murahan belaka?

Agak capek juga melihat lambatnya perubahan di Republik Indonesia,

mulai dari sektor reformasi perundang-undangan, reformasi penegakkan

hukum, masalah politik, ekonomi, keamanan sangat kelihatan simpang siur

tak terarah. Tapi yah..setidaknya ada sedikit yang dilakukan Blog I-

I...Seno sedang membela diri dengan tatapan kosong.

Intel Oh Intel 417


Saya sangat berterima kasih pada rekan-rekan yang masih rajin

menyemangati dan mengunjungi Blog I-I walau saya jarang di rumah.

Alangkah senangnya saya bila ada rekan-rekan yang mau membawa oleh-

oleh untuk ditampilkan dalam Blog I-I, seperti yang pernah dilakukan

beberapa rekan seperti Abwehmister, Cah Bodho, NK, Liaf, Abu

Jihat,Dewa Nusantara, Genjer, Kayu, Asasi, HS, MP, dll yang secara

sebagian maupun keseluruhan telah memberikan warna bagi Blog I-I.

Tidak lupa tentunya juga agen P5 yang selalu secara tajam mengkritisi

Blog I-I. Mas Bajil, Mas Keriskethul, Mas Pagaruyung, Mas Tukang Jam,

Mbak Stella, Mas Bird Commander, Mas Bandungbondowoso, Mas Sate

Kelinci, Mas Yoga, Mas Napoleon, dll terima kasih dan maaf meninggalkan

rumah terlalu lama. Maaf tidak bisa menyebutkan satu per satu.

Bila ada catatan atau masukan untuk Blog I-I, silahkan disampaikan...saya

sangat terbuka.

Eh tiba-tiba terlintas sebuah bayangan tentang meluasnya negara

Singapura paska impor jutaan ton pasir....menjadi sebuah daratan megah

gemerlap dalam silau kemakmuran dunia hitam dan malam Singapura yang

direncanakan akan terus menjaring bajingan Indonesia untuk terus

memeras kekayaan alamnya. Capek melihatnya....

Ah... minum kopi lagi sambil bertanya-tanya kenapa jadi begini

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Monday, February 19, 2007

Intel Oh Intel 418


Blog I-I Tiarapppp !

Sebuah informasi yang sangat menyesakkan hati saya peroleh dari

informan dalam Seno Raya bahwa Blog I-I akan segera dimatikan atau

dilumpuhkan oleh sebuah operasi yang konon menjadi proyek D-V.

Ah... tapi apalah peduli saya yang sudah terlanjur basah dan begitu jauh

melangkah. Apakah akhirnya Senopati Wirang bisa dilumpuhkan demi

sebuah keresahan sebagian elit kalangan Intelijen Indonesia yang secara

sadar maupun tidak sadar telah diprovokasi infiltrasi kepentingan asing.

Apakah akhirnya Senopati Wirang akan mati sia-sia sebagai akibat dari

keresahan kelompok tertentu yang berhasil menyusupkan teknologi

surveillance Mossad ke dalam beberapa unit vital Intelijen Indonesia.

Apakah berakhirnya Blog I-I melalui operasi intelijen akan digelar karena

respon Senopati Wirang yang masa bodoh meski Anjing Pelacak telah

dilepas. Semua pertanyaan itu menghantui saya beberapa hari belakangan

ini. Meskipun demikian, saya yakin bahwa akan lahir Senopati-senopati

baru yang lebih cerdas, lebih ahli soal teknologi, lebih segalanya daripada

seorang Senopati Wirang yang tidak lebih dari sosok gelisah akan nasib

bangsa Indonesia dari sudut pandang prajurit intelijen. Saya yakin akan

lahir Senopati muda berdarah merah-putih tulen yang rela berkorban

demi kejayaan Indonesia Raya.

Kepada segenap unit D-V dan D-III, bila saudara-saudara sekalian telah

sungguh-sungguh menabuh genderang perang terhadap Blog I-I, maka

saran saya: persiapkan operasi yang baik. Bila perlu jangan hanya

membawa senjata genggam Wealther PPK atau senjata mini lainnya, anda

Intel Oh Intel 419


sekalian memerlukan senjata serbu minimal Uzi yang pernah dibeli oleh

satuan Kopassus. Meski unit saya kecil, namun dukungan operasi masih

standar DeSq, dan saya bisa memastikan mutual damage yang mungkin

tidak akan pernah saudara-saudara duga.

Catatan : Saya mohon bantuan kepada semua rekan-rekan Blog I-I untuk

membantu pemeliharaan arsip Blog I-I (silahkan dicopy-paste), sehingga

dampak operasi pelumpuhan Blog I-I tidak akan pernah mampu

menghapus memori kemerdekaan berpikir Blog I-I. Dari sisi pengamanan

teknologi internet, kepada rekan Blog I-I yang ahli, mohon berbagi saran.

Sekian sekilas info

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 06, 2007

Intel Oh Intel 420


Masalah E-mail & Intelijen Dunia Maya

Sekedar memberikan penjelasan kepada rekan-rekan yang menantikan

komunikasi langsung melalui e-mail (penjelasan detail dari saya tentang

masalah intelijen), perlu saya beritahukan bahwa besar kemungkinan e-

mail saya sudah di-intersep (disadap). Saya tentunya tidak ingin

membahayakan rekan-rekan yang nantinya bisa dituduh sebagai jaring

Blog I-I. Blog I-I tidak bisa membuat senang semua pihak, malahan

membuat banyak pihak menjadi kesal/marah.

Itulah sebabnya saya tidak lagi menjawab e-mail. Tetapi bila saya cukup

fit, saya upayakan memberikan catatan atas kerisauan rekan-rekan Blog

I-I dalam tulisan di Blog I-I .

Sebagai contoh, sudah ada puluhan e-mail yang meminta saya menyelidiki

bullebali yang konon diduga sebagai intelijen liar yang lepas kendali,

entah bekerja untuk siapa. Meskipun intelijen Indonesia paham bahwa

ada peranan intel dalam mewadahi forum komunikasi bebas dengan

prinsip freedom of speech, tapi saya kurang nyaman untuk membahas

bullebali. Meskipun beberapa e-mail yang lain memberikan data-data

dugaan kepentingan CIA yang kuat di belakang website tersebut, saya

tidak menyorotinya dan kali ini saya buatkan link hanya untuk membuka

mata mereka yang resah atas keberadaan Blog I-I. Bahwa pembahasan

masalah intelijen bukan hanya oleh Blog I-I. Hmmm lalu, apakah tidak

akan lebih mencengangkan apabila Blog I-I kemudian juga menyisipkan

website-website "intelijen" versi Seno Raya maupun yang versi swasta.

Intel Oh Intel 421


Tentunya jangan salahkan Blog I-I bila website "intelijen" tampil lusuh

dan tidak menarik untuk dilihat....apalagi dibaca.

Bagi Senopati Wirang keberadaan jaring bullebali yang sudah eksis cukup

lama dalam dunia intelijen maya lumayan baik. Dari puluhan lembar

dokumentasi yang di attach dalam e-mail tentang bullebali tampak bahwa

Blog I-I juga pernah menjadi perbincangan di sana. Tampak sekali kehati-

hatian bullebali sebagai sosok yang "tahu" dunia intelijen Indonesia.

Blog I-I sangat berterima kasih kepada rekan-rekan Blog I-I yang

mengirimkan e-mail tentang website-website yang membahas masalah

intelijen di Indonesia, termasuk yang resmi milik Seno Raya baik yang

dikelola oleh unit khusus maupun yang dikelola individual. Tentu saja Blog

I-I akan tetap menghormati privacy pihak-pihak yang juga menghormati

Blog I-I.

Saat ini saya sedang berpikir-pikir apakah sebaiknya saya buatkan link

khusus ataukah tetap saya rahasiakan. Sebuah Disclosure Project Blog

I-I apabila operasi pelumpuhan Blog I-I tetap digelar. Semua alumni

pusintelstrat faham sekali prinsip prajurit intelijen untuk tidak mati

sendirian, bahwa pihak yang akan mematikan kita juga pantas dimatikan.

Ma'af, ini bukan gertakan kosong....hanya sebuah pembelaan nekat

seorang Senopati Wirang.

Demikian untuk menjadi perhatian

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, March 06, 2007

Intel Oh Intel 422


Ma'af & Jangan Khawatir

Pertama-tama saya ingin menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya

kepada pengunjung Blog I-I yang ikut-ikutan was-was gara-gara saya

berbagi perasaan terancam.

Kedua saya sangat berterima kasih kepada beberapa rekan Blog I-I baik

yang berlatar belakang Teknologi Informasi maupun ilmu sosial yang

memberikan dukungan yang tidak saya duga akan sebesar itu.

Terakhir, apabila terjadi sesuatu yang buruk, saya tidak akan melibatkan

siapapun dari rekan-rekan yang sudah berkontribusi besar atas

keberadaan Blog I-I. Apabila ada pihak-pihak yang melakukan intimidasi

psikologis melalui pelacakan di internet dan berhasil mencapai rekan-

rekan, maka saya jamin pihak tersebut tidak memiliki kekuatan hukum

yang cukup untuk mempermasalahkan kepedulian rekan-rekan pada Blog

I-I. Mereka mungkin sedang mengobarkan psywar untuk melemahkan

dukungan kepada Blog I-I.

Terima kasih saya haturkan kepada segenap pembaca Blog I-I yang masih

peduli dengan Indonesia Raya.

Posted by Senopati Wirang /Thursday, March 08, 2007

Intel Oh Intel 423


Mengering Sudah

Artikel ini lebih bersifat refleksi perasaan saya pribadi yang telah lama

menjadikan beberapa lagu Chrisye sebagai inspirasi dalam pekerjaan saya

yang melelahkan. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan karena tidak

ada spot intelijen di sini.

Sekedar mengingatkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati,

izinkan saya menyisipkan rasa hormat pada pemusik, penyanyi dan

seniman yang membuat saya bangga sebagai orang Indonesia, Chrisye.

Dahulu saya meneteskan air mata ketika seorang sahabat intelijen

dituduh makar dalam sebuah gerakan sekte Islam dan dipenjarakan.

Ketika itu lagu Merpati Putih benar-benar menyentuh perasaan kami yang

mendalam, lantunan lagu yang mengguncang dalam hening dari suara emas

Chrisye benar-benar membuat kami seperti merpati putih menerjang

badai.

Hari ini saya kembali meneteskan air mata menyaksikan pemakaman

Chrisye. Terbayang jelas bahwa sayapun tak lama lagi akan menyusul. Bila

ada rekan-rekan Blog I-I yang menghadiri pemakaman Chrisye mungkin

berpapasan dengan saya di sana.

Selamat jalan Chrisye.

Intel Oh Intel 424


MERPATI PUTIH

(Chrisye, Ost Badai Pasti Berlalu)

Mengering sudah bunga di pelukan


merpati putih berarak pulang
terbang menerjang badai
tinggi di awan,
menghilang di langit yang hitam
S'lamat berpisah kenangan bercinta
sampai kapankah jadinya
aku harus menunggu
hari bahagia seperti dulu:
Bersama kasih kembali mesra
bercumbu lagi kembali satu
janji berjuta bintang
dalam pelukan
sehangat pagi yang cerah

Do'a Senopati mengiringi

Posted by Senopati Wirang /Friday, March 30, 2007

Intel Oh Intel 425


Tetangga Dunia Maya

Tetangga sebelah dalam forum kaskus yang terkenal dengan nickname

bullebali telah menyapa langsung dalam bentuk komentar pada artikel

Intelijen Dunia Maya. Entah mengapa saya merasa komentarnya bisa

mencerminkan sosok bullebali yang enerjik dengan keterampilan

khususnya. Mudah-mudahan benar adanya.

Salam kenal kembali saudara bullebali, senangnya melihat komunitas

paruh baya dan anak muda yang secara sadar berjiwa NKRI. Jangan

khawatir, mereka-mereka yang suka melakukan pengecekan terhadap

intelijen dunia maya juga cuma manusia yang mencoba kreatif cari makan.

Sama dengan prinsip ada gula ada semut, di mana ada proyek ancaman

yang berduit di sana aparat berkumpul. Saat ini proyek teroris masih

primadollar, jadi saya sepaham apabila laporan tentang penipuan yang

dilakukan NII yang tipis dana ops-nya ditanggapi sepi-sepi saja oleh

Polisi.

Bila ada pihak yang mengkait-kaitkan berbagai gerakan yang

memanfaatkan isu agama Islam dalam satu pendekatan saja, maka yang

bersangkutan memang belum paham situasinya.

Salam Senopati

Posted by Senopati Wirang /Friday, March 23, 2007

Intel Oh Intel 426


Tanpa Judul

Mohon maaf kepada seluruh rekan-rekan Blog I-I atas kekosongan Blog

I-I selama seminggu ini karena saya diajak seorang teman untuk

merenungkan perilaku inderawi manusia yang diawali dari perilaku diri

sendiri. Dalam perenungan tersebut rekan saya berbagi cerita tentang

Puasa mauna ala umat Hindu, puasa mutih ala Jawa, puasa menghindari

yang disenangi ala umat Katholik, puasa para bikhu dan bikhuni umat

Buddha, serta puasa 12 mahzhab utama Sufisme umat Islam, dan semua

itu membuat saya diam dan tidak menyentuh tuts keyboard komputer

saya di rumah. Ada kekhawatiran dalam benak saya bahwa apa-apa yang

telah saya tuangkan dalam Blog I-I tidak memberikan manfaat yang baik

karena ada kalanya sebuah tulisan memiliki nuansa emosi yang berpotensi

memotivasi, memprovokasi, atau bahkan menjerumuskan.

Lama dalam perenungan.... akhirnya saya merasakan panggilan-panggilan

halus untuk membuka e-mail dan menengok Blog I-I, apa yang saya

rasakan adalah bagaikan hujan deras e-mail analisa intelektual maupun

pendapat singkat yang membuat saya tergoda untuk kembali menulis,

namun sayang komentar ke Blog I-I boleh dikata tidak terlalu banyak

yaitu hanya 12 buah. Andaikata rekan-rekan Blog I-I secara terbuka saja

berkomentar saya kira tidak menjadi masalah karena hal itu akan menjadi

pembelajaran bagi semua pihak yang telah meluangkan waktu mengunjungi

dan membaca Blog I-I.

Semoga rekan-rekan mengerti

Salam
Posted by Senopati Wirang /Wednesday, April 11, 2007

Intel Oh Intel 427


Blog I-I Menjawab

Baru ditinggal jalan-jalan sejenak, rupanya telah berkembang wacana

kritis yang mempertanyakan saya, ya...tentu saja hal itu sangat wajar dan

memang seharusnya dipertanyakan. Kalau tidak ada yang bertanya-tanya,

mungkin saya hapus saja Blog I-I ini dari dunia cyber.

Terima kasih atas berbagai komentar dalam shoutbox yang benar-benar

membuat saya membaca ulang artikel-artikel Blog I-I.

Soal pembahasan masalah politik nasional Indonesia sebenarnya tidaklah

terhindarkan bagi kalangan intelijen. Hal itu karena eratnya hubungan

intelijen dengan stabilitas politik. Patut diakui, memang akan terlihat

kurang etis karena intelijen menanggung beban informasi rahasia yang

bila dibahas dalam wilayah politik akan menjadi komoditi para pemain

politik. Bahkan artikel bernada datar tentang pergantian Menteri yang

saya tulispun menjadi bahan pembicaraan, padahal saya bisa menulis yang

lebih menggoda apabila saya sampaikan sejumlah informasi akurat yang

menyebabkan terjadinya antiklimaks yang bisa menjadi bahan penurunan

kredibilitas pemerintah. Anggap saja tulisan saya itu sebagai langkah

blunder dalam permainan catur, tetapi tidak mematikan toh.

Tetapi cukuplah kiranya, karena misi Blog I-I bukan untuk menciptakan

suasana tertentu untuk mendorong terjadinya instabilitas nasional. Misi

Blog I-I juga bukan untuk melanggengkan kekuasaan pemerintah. Jadi

bagi siapapun yang yang memiliki misi demikian tidak usah mendekati

Intel Oh Intel 428


saya.

Mengenai perjanjian ekstradisi, tidak ada maksud untuk bela sana-sini

atau menutup mata dari potensi rawannya keamanan nasional Indonesia.

Kepada rekan-rekan dari TNI (khususnya Udara dan Lait) dan Polri (Polisi

Air) mohon kiranya bisa menyampaikan secara transparan apa yang sudah

terjadi sebelum tanda tangan DCA RI-Singapura. Bahwa Singapura

selama ini sudah menggunakan beberapa wilayah Indonesia untuk latihan

militer tidak pernah disinggung siapapun, mengapa? Teriakan politis

dalam kasus ini sangat kentara, atau jangan-jangan memang tidak ada

yang tahu? Itulah sebabnya Dephan cukup percaya diri dan tidak ambil

pusing komentar politis dari sejumlah kalangan. Karena jawaban yang

tepat adalah bahwa perjanjian keamanan yang baru itu justru semakin

memperjelas aturan main bila Singapura ingin latihan militer, sebelumnya

yaaa seenaknya aja.

Sementara itu, masalah perjanjian ekstradisi, memang benar sangat sulit

apalagi pelaksanaannya nanti. Dahulu banyak yang teriak-teriak mendesak

perjanjian itu, tetapi setelah ditandatangani mengapa lantas diteriaki

lagi?

Sangat benar bahwa kita harus waspada, tetapi sangat sedikit yang

memahami dan mau memberikan apresiasi yang obyektif.

Saya tidak bermaksud bertahan membela perjanjian itu, karena tidak ada

manfaatnya bila kita belum sama-sama membaca keseluruhan situasinya.

Secara substansi perjanjian, saya memberikan apresiasi, namun untuk

pelaksanaannya saya termasuk yang pesimis.

Apa yang saya lihat dari kelemahan perjanjian RI-Singapura adalah sifat

ketertutupannya baik selama proses maupun setelah tanda tangan.

Intel Oh Intel 429


Kondisi itulah yang menjadikan perjanjian itu enak dibidik sebagai

sesuatu yang "keliru". Bila memang keliru lalu bagaimana kita

berhubungan dengan tetangga "kecil" kita itu??? Beberapa alasan yang

dikemukakan oleh pihak terkait negosiasi dalam transkripsi rekaman Blog

I-I tercatat bahwa keraguan terbesar justru mengarah pada politisi di

Senayan yang sedang berburu daftar list buronan koruptor yang akan

diburu aparat Indonesia dan Singapura. Buat apa berburu list itu, karena

ada nilai jasa dollarnya agar proses kabur ke negara ketiga semakin

lancar. Tahukah rekan-rekan bahwa perang melawan korupsi benar-benar

akan berdarah-darah bila pemerintahan SBY cukup berani dan tegas

tanpa pilih kasih.

Dari dalam negeri Singapura yang masih otoriter, diperoleh informasi

bahwa Singapura cukup terdesak dalam proses penandatanganan

tersebut. Memang sangat sulit dalam hidup bertetangga yang baik karena

kecurigaan lebih besar dari segala itikad baik untuk bisa bekerjasama.

Singapura betapapun juga lebih mengharapkan Indonesia Raya yang stabil

dan bisa berkerjasama dengan baik. Sebaliknya Indonesia lebih

mengharapkan Singpaura yang mengerti perubahan demi perubahan yang

sedang terjadi di Indonesia. Seni intelijen, diplomasi dan membina

hubungan dengan tetangga sebelah memang cukup rumit. Adakah diantara

rekan-rekan yang bisa menyebutkan nama orang Indonesia yang bisa

disebut sebagai pakar masalah Singapura? cukup sulit bukan?

Ingat...dalam memangdang suatu persoalaan kita perlu mengumpulkan

data selengkap mungkin dan melihat dari berbagai sisi serta mengurangi

prasangka, meskipun terhadap musuh sekalipun. Karena prasangka baik

dan buruk sudah mengurangi ketelitian kita.

Intel Oh Intel 430


Bagaimana pula dengan penguasaan sektor telekomunikasi oleh

perusahaan Singapura dan Malaysia, aduh-aduh itu bisa terjadi benar-

benar karena kecerobohan atau kebodohan pengelola bisnis maupun

birokrat yang mengurusinya. Sesungguhnya bukan karena ada kecolongan

ataupun kehebatan intelijen ekonomi asing yang masuk ke Indonesia.

Sungguh sifat pemalas telah menjatuhkan martabat bangsa dalam cermin

dunia bisnis yang sekarat. Perhatikan juga Indonesia paska kendali IMF,

adakah bedanya? apakah perbankan sudah meninggalkan mentalitet malas

menanggung resiko serta terus-terusan menjadi beban rakyat.

Kemudian dalam kasus-kasus delik hukum nasional, dimana kewibawaan

hukum bila keputusan tingkat Mahkamah Agung masih mengandung

masalah "ketidakadilan".

Mengenai Adipati, saya yakin dunia intelijen sudah paham betul

bagaimana karakternya. Tentu saja cukup berbeda dengan karakter yang

sering dikritisi di media massa.

Mengenai intelijen asing, saya kira cukup jelas bahwa pekerjaan mereka

intel asing semakin ringan karena nasionalisme Indonesia tampak rapuh di

sana sini. Di Jakarta, di Bandung, di Solo, di Batam, di Medan, di Papua,

ah di mana-mana mereka sudah membentuk jaring informasi. Salah satu

indikasi yang sangat kuat adalah ketika Indonesia memberikan

persetujuan atas resolusi PBB terhadap nuklir Iran, intel-intel asing yang

anti Iran bertanya-tanya ada berapa banyak syiah di Indonesia, apakah

mereka berhubungan dengan Kedutaan Besar Iran, dst...dst, yang intinya

mencari tahu kekuatan pengaruh Iran di Indonesia. Ketika saya

memperhatikan gerakan itu, maka cukuplah menjadi catatan saja, karena

syukurnya ada juga agen Seno Raya yang cukup baik mengamankan sektor

Intel Oh Intel 431


ini.

Bagaimana dengan kebenaran info Kidon di Indonesia, ya ampunnn sudah

saya sampaikan hard fact data kedatangan mereka, apakah harus

dilengkapi foto yang berambut dan botak segala dalam Blog I-I ini?

memang saya sendiri belum tahu persis kemana saja gerak mereka, konon

masih terkait dengan upaya liberalisasi total ekonomi Indonesia Raya.

Disamping itu juga memberikan tekanan yang sangat keras kepada

jelmaan Ikhwanul Muslimin Indonesia (silahkan terjemahkan sendiri).

Mengenai kecelakaan-kecelakaan sangat mungkin ada faktor kebetulan,

namun kewaspadaan harus tetap tinggi utamanya dalam menjaga seluruh

sektor transportasi nasional. Pada umumnya sabotase hanya untuk

pengalihan perhatian, sedangkan sasaran sebenarnya justru lebih

dahsyat.

Sekali lagi, saya sangat menghargai apapun komentar rekan-rekan Blog I-

I. Blog I-I tidak dalam posisi alat negara untuk mempengaruhi opini

publik. Blog I-I juga tidak dalam posisi untuk dipegaruhi kelompok

manapun di negeri ini. Hanya sebuah refleksi kegelisahan melihat

jatuhnya Indonesia Raya. Terakhir perlu dicamlan bahwa Senopati

Wirang bukanlah seorang Master Spy yang tahu segala hal, hanya

pesakitan yang terlalu khawatir dengan masa depan Indonesia Raya.

Sekian.

Dipesilahkan kritik dan komentarnya.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, May 22, 2007

Intel Oh Intel 432


Komunitas Penuh Kejutan

Pertama kali membaca tulisan Rusia yang kemudian juga diikuti oleh mas

Bajil, sungguh agak sedikit menggoda untuk membahasnya dalam tulisan

singkat ini.

Komentar singkat dalam shoutbox memiliki makna khusus dari "Tsar"

yang menyebutkan tentang Izobrazhaya Zhertvu ada baiknya saya bahas

agar sebagai bagian dari pelajaran publik tentang pentingnya wawasan

insan intelijen. Hal itu juga berlanjut dengan komentar dalam aksara

Arab dari seseorang berinisial ‫ اﻟﻀﺤﯿﮫ‬yang ternyata juga paham soal

Izobrazhaya, apakah ini benar-benar tanda kebangkitan Rusia Novaya di

bumi Indonesia? ah ternyata bukan..., ternyata sebuah upaya penyelidikan

terhadap karakter Senopati Wirang yang hampa bagaikan black hole

dengan mengajak rekan-rekan Blog I-I mempelajari kisah Izobrazhaya.

Yah mau bagaimana lagi, rekan-rekan Blog I-I memang penuh kejutan dan

sekali lagi membuat saya terhenyak.

Bisa terasa sebagai kritik, bisa juga sebagai pujian dari sisi mana rekan-

rekan menterjemahkan kisah Izobrazhaya dalam kaitannya dengan

tulisan-tulisan Blog I-I. Sebagai perbandingan, Mas Pagaruyung dan

rekan-rekan yang lain tidak berani mengirimkan tulisan kepada Blog I-I

karena takut terbongkar dari karakter atau model tulisannya. Sementara

dari apa-apa yang saya tuliskan mungkin sebagian rekan Blog I-I sudah

semakin dekat dengan identitas Senopati Wirang.

Intel Oh Intel 433


Mbak Stella yang ternyata juga fasih Rusia, saya setuju bahwa salah satu

persoalan yang sangat penting adalah pemberantasan korupsi, perlu juga

dipertimbangkan cara-cara revolusioner, entah bottom-up atau top-down.

Rasanya kalau di tingkat yang paling TOP ternyata berlumuran hasil

korupsi, maka akan teramat sulit.

Buat penulis kode-kode rhs, sudah diterima 10-4. Terimakasih.

Kemudian ada juga komentar "iwak pindang" yang dengan jelas

menyampaikan tuduhan Kucing Garong Double Agent terhadap saya...yah

mau dibatasi bagaimana? nanti disangka tidak demokratis dengan

menyeleksi tulisan-tulisan yang anti Blog I-I.

Sungguh yang paling lucu adalah komentar tuduhan saya sebagai seorang

komunis dan kebohongan informasi tentang Kidon. Mengapa lucu, karena

Code Name yang dipakai jelas merupakan intimidasi kepada Blog I-I.

Pesannya adalah Blog I-I tidak akan sanggup menandingi propaganda

Mossad.

Mengenai pertanyaan mengapa saya membuat Blog I-I, rekan-rekan bisa

merasakan dari isi dan dinamika diskusinya. Bisa bermanfaat bisa juga

tidak tergantung dari sisi kepentingan maupun kebutuhan rekan-rekan

Blog I-I sendiri.

Buat Ndorokakung dan rekan-rekan yang rajin berkunjung, saya sulit

memberikan waktu yang lebih sering untuk mengupdate Blog I-I, jadi

mohon dimaklumi dan jangan kapok mampir.

Intel Oh Intel 434


Buat Mas Bajil, ide merubah penampilan Blog I-I cukup menarik saya

pernah coba dengan link yang Mas Bajil kirim, tapi sayang saya kurang

paham caranya (bukankah Blog I-I pernah beberapa kali "rusak" karena

saya coba-coba merubahnya), lagi pula anak saya yang biasa membantu

memperbaiki penampilan Blog I-I sudah tidak bisa diganggu karena

kesibukannya sendiri.

Buat semua rekan-rekan, dalam polemik tentang saya, adipati, masa

depan Blog I-I, tuduhan yang kembali bergema, semua itu sudah pernah

terjadi sejak awal peluncuran Blog I-I. Mungkin persoalan itu kembali

ramai karena Blog I-I yang mereka ramalkan mati sendiri ternyata masih

hidup terus, bahkan komunitasnya meluas ke kalangan Mahasiswa dan

jaring intelijen.

Mudah-mudahan Mas Ray_19 benar-benar mahasiswa yang tertarik

menulis tentang intelijen dalam studinya, karena kesempatan untuk

menjadi akademisi Indonesia yang menguasai masalah intelijen sangat

terbuka, bisa menjadi yang pertama. Bandingkan misalnya dengan Andi

Wijayanto yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai pengamat

hankam dari pada pengamat intelijen. Bandingkan juga dengan AC

Manullang yang sebenarnya keahlian akademiknya (Doktornya) jelas-jelas

bukan bidang intelijen. Saudara Ray bisa menjadi salah satu ahli intelijen

di masa mendatang kalau serius mendalaminya. Sering-sering saja

bertanya di forum Blog I-I, selain saya ada rekan-rekan Blog I-I yang

Intel Oh Intel 435


lain yang akan berbagi informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman

mereka. Jangan berharap mendapatkan hasil matang hanya dengan

menunggu datangnya e-mail di inbox setelah memberi alamat e-mail di

Blog I-I. Butuh proses dan pengenalan serta keseriusan bila ingin

meneliti intelijen secara akademis.

Buat mbak Stella, Om 13-13-1313, Om Kethul, Om Bird, Pa Ete

Pagaruyung, Om Tukang Jam, Om Si Butet Yogya dan Mbah Kakung, Mas

Ovi, Agent P5, Cah Bodho, dan semua jaring yang selalu tanpa nama

anonym, juga pengunjung baru Blog I-I, beginilah suasana rumah Blog I-I.

Jangan ada yang sakit hati, tersinggung atau menjadi dendam karena

perbedaan pendapat belaka.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 27, 2007

Intel Oh Intel 436


Visi dan Misi Blog I-I

VISI BLOG INTELIJEN INDONESIA

Menjadi Blog yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional melalui


penguatan nilai-nilai intelijen strategis serta pencapaian Indonesia Raya
yang stabil.

MISI BLOG INTELIJEN INDONESIA

Mencapai dan memelihara kestabilan ipoleksosbudhankam melalui


pemeliharaan jaring informasi intelijen dan penajaman analisa intelijen
serta pembangunan sistem keamanan nasional yang mantap melalui sinergi
seluruh unsur pendukung pertahanan dan keamanan.

NILAI NILAI STRATEGIS

Kompetensi - Integritas - Loyal - Logis - Efektif - Rahasia - Cepat -

Tepat (KILLER - CT)

SASARAN STRATEGIS BLOG INTELIJEN INDONESIA

Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Blog I-I

menetapkan sasaran strategis jangka pendek, menengah dan panjang,

yaitu :

1. Meningkatkan Kewaspadaan Komunitas Intelijen Indonesia;

2. Mendeteksi Ancaman Terhadap Kepentingan Indonesia Raya;

3. Membangun dan Memelihara Jaring Intelijen Indonesia tingkat

Nasional dan Internasional;

Intel Oh Intel 437


4. Meningkatkan Kualitas Produk Analisa Intelijen;

5. Mengkritisi setiap penyimpangan Intelijen Indonesia secara

proporsional berdasarkan pada analisa kinerja dalam kerangka reformasi

sistem pertahanan dan keamanan nasional.

6. Memperkuat Institusi Intelijen Indonesia melalui Penciptaan Jaring

Pendukung yang merupakan sinergi antara Jaring Intelijen Blog I-I,

Pembangunan jaring mandiri di luar negeri, dengan jaring intelijen BIN,

BAIS - TNI, Intelijen Taktis-Tempur, Pusintelstrat, Intelijen Polri,

Intelijen Kejaksaan Agung, Intelijen Imigrasi, Intelijen Pajak, dalam

kerangka Strategi Keamanan Nasional Indonesia.

7. Menampung aspirasi publik di bidang intelijen selama Institusi Resmi

Intelijen Indonesia masih menutup diri dari bidang public relations.

8. Mengubah paradigma lama intelijen; berhasil tak dipuji, gagal dicaci

maki, hilang tak dicari, mati tak diakui; menjadi berhasil menjadi catatan
prestasi, gagal dievaluasi, hilang diselidiki dan dicari, mati dihormati.
Satu-satunya prinsip yang tidak berubah adalah di tengah masyarakat

tidak dikenal sebagai petugas intelijen.

Atas Nama Komunitas Intelijen Blog I-I

Ttd. Senopati Wirang

Bagi yang berkeberatan atau ada usul tambahan dipersilahkan untuk

disampaikan dalam waktu selambatnya 7 hari setelah Visi dan Misi ini

diumumkan.

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, May 22, 2007

Intel Oh Intel 438


Perubahan Visi dan Misi Blog I-I
Sudah masuk sebuah usulan perubahan Visi dan Misi Blog I-I dalam

bentuk komentar langsung dan sejumlah dukungan serta revisi dalam

bentuk e-mail kepada saya. Beberapa tanggapan sangat menarik dan

cukup baik untuk dipertimbangkan seperti usulan berikut ini:

Bisakah Visi tsb diubah sedikit:

“Menjadi Blog yang diakui Integritas-nya secara nasional melalui

penguatan nilai-nilai intelijen strategis serta pencapaian Indonesia Raya

yang Adil, Makmur, & Demokratis.”

Cat: menurut pemahaman saya, Integritas sudah mencakup kredibilitas,

kompetensi, loyal & jujur.

Bisakah Misi Blog I-I menjadi:

“Mencapai dan memelihara kestabilan I-Pol-Ek-Sos-Bud yang ADIL &

DEMOKRATIS melalui :

1. Penerapan jaring informasi intelijen,

2. Penajaman analisa intelijen,

3. Pembangunan sistem keamanan nasional yang TERPADU melalui

sinergi seluruh unsur pendukung pertahanan dan keamanan.”

Cat: Kestabilan Han-Kam sudah telah tercakup di No.3.

Bisakah Nilai-Nilai Strategis menjadi:

Integritas - Demokratis - Efektif - Adil - Logis – Tepat - Rahasia -

Universal - Terpadu - Hormat (IDEAL -TRUTH)

Intel Oh Intel 439


Kritikan terhadap konsep KILLER-CT tercatat ada 21 rekan Blog I-I

yang keberatan, sedangkan yang setuju tampaknya diam-diam saja.

Mengingat argumentasinya cukup meyakinkan, mungkin saya perlu

tambahan komentar dari rekan-rekan yang lain, sampai akhirnya Visi dan

Misi Blog I-I bisa dimantapkan.

Sudah ada masukan tentang masalah demokratis, apa maksudnya? Bila

demokratis dimaksudkan dalam proses kerja intelijen, maka akan sulit

karena akan terjadi kebanyakan debat dalam penentuan operasi. Namun

apabila demokratis bermakna mendukung Indonesia Raya yang

demokratis, maka oke-oke saja.

Mengenai masalah keadilan juga menjadi rancu karena itu berada dalam

ruang penegakkan hukum. Sementara secara hukum, intelijen di

Indonesia hanya menjadi bagian dalam jaring informasi nasional dan

bukan dalam kerangka polisionil, penegakkan hukum, apalagi penegakkan

keadilan di tengah-tengah masyarakat. Bukankah kebanyakan pihak (DPR

dan LSM) tidak menghendaki intelijen ikut campur terlalu jauh dalam

bidang hukum, bahkan proses pembuatan dasar hukum bagi intelijen tidak

banyak yang mendukung. Akibatnya intelijen malahan bisa seenaknya saja.

Masukkan lain:

Mengenai kritik terhadap penyimpangan intelijen, sebaiknya diserahkan

kepada komisi nasional seperti Komisi Nasional atau menjadi wewenang

Komisi di DPR-RI saja, jangan dilakukan oleh Blog I-I...siapa yang

Intel Oh Intel 440


memberikan hak ini? apa dasar hukumnya?, jangan menjadi pengawas liar.

Salah-salah dianggap oposan liar yang harus dimatikan.

Ada juga yang menganggap Visi dan Misi Blog I-I tidak ada bedanya

dengan idealisme sebagian besar organisasi di Indonesia yang memiliki

Visi dan Misi yang baik namun miskin dalam pelaksanaan. Jadi yang

terpenting bagaimana aksinya yang nyata...?

Komentar-komentar singkat yang oke-oke saja dan sedikit perbaikan

masalah redaksi tidak saya tuliskan disini.

Saya tunggu sikap kritis rekan-rekan Blog I-I

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Sunday, May 27, 2007

Intel Oh Intel 441


Alas!!!

Berdasarkan penelitian sementara Blog I-I atas Insiden Alas Tlogo,

Lekok, Pasuruan, bersama ini disampaikan himbauan kepada semua pihak

yang berkepentingan untuk berhati-hati dan secara profesional

melakukan pendekatan hukum yang adil tanpa memperbesar sikap saling

membenci.

Tegang, sedih, marah, kesal, dan tentu saja sangat prihatin...itu yang

terasa ketika menghirup udara segar di daerah yang damai namun

menyimpan gejolak, bernama Alas Tlogo.

Tentu saja Tim Blog I-I tidak akan ikut campur memperkeruh suasana

yang sudah penuh debu-debu tuduhan dan saling membela diri. Apalagi

bergaya ala penyelidik ahli yang wawancara sana-sini, mencoba melihat

balistik dan arah peluru atau bahkan memperparahnya dengan dugaan

atau bahkan fitnah yang disengaja untuk merusak citra Marinir, sebuah

korps yang masih dipercaya oleh gerakan massa ketika Orde Baru

didongkel dari kekuasaannya.

Hal-hal yang menjadi perhatian utama Blog I-I adalah mempelajari pola-

pola bentrokan yang berpotensi di daerah yang damai namun menyimpan

gejolak lainnya. Khususnya yang terkait dengan kasus-kasus pertanahan

yang telah puluhan tahun tidak terselesaikan.

Intel Oh Intel 442


CATATAN PENTING

Pertama, kepada segenap pejuang HAM tanpa mengecilkan semangat

kerja memperjuangkan HAM di Indonesia, cobalah lebih santun dan

kurangi opini serta perkuat fakta ketika melakukan publikasi hasil

temuan. Jangan memanfaatkan insiden ini untuk menaikkan prestise

kegiatan organisasi semata. Karena kebencian serta tuduhan tidak

nasionalis masih kuat terhadap anda semua. Sehingga hanya berpijak

kepada faktalah kesinambungan perjuangan HAM tidak ternodai oleh

kebodohan aksi. Mohon juga untuk waspada bila ada pejuang HAM yang

mengedepankan opini dan propaganda dibandingkan dengan upaya serius

penyelidikan untuk memperjuangkan HAM di Indonesia.

Kedua, kepada segenap jajaran TNI dari semua angkatan, termasuk

jajaran POLRI. Terdeteksi ada upaya sistematis untuk memancing

seluruh satuan kerja TNI melakukan tindak "pelanggaran" HAM dengan

memanfaatkan kasus-kasus lama yang telah dipersiapkan oleh sejumlah

LSM antek asing yang melakukan pendataan potensi konflik yang bisa

dibakar di seluruh wilayah Indonesia. Bukan hanya konflik yang berkaitan

dengan pemilikan tanah, melainkan juga isu-isu politik seperti gencarnya

konsolidasi gerakan komunis Indonesia dan gerakan separatisme, dengan

harapan TNI yang mengambil langkah blunder melakukan pelanggaran

HAM. Perlu disadari bahwa persatuan dan kesatuan Indonesia masih

mengandalkan pilar TNI dan POLRI yang mendapat kepercayaan rakyat,

Intel Oh Intel 443


sehingga penghancuran sendi ini akan memudahkan kegagalan Indonesia

sebagai sebuah negara.

Ketiga,insiden demi insiden tidak akan pernah berhenti di bumi nusantara

selama cara berpikir sektoral yang tidak berlandaskan pada acuan hukum

yang disepakati. Apalagi ada kepentingan-kepentingan tersembunyi baik

dalam bentuk material maupun immaterial. Siapapun kita warga bangsa

Indonesia, sudah waktunya untuk tidak menunda-nunda PR potensi konflik

melalui penyelesaian yang berkeadilan.

Keempat, kepada unsur-unsur penegak hukum, mohon segera melakukan

upaya-upaya penyelesaian ribuan kasus tanah yang tersebar di selruh

nusantara untuk memperkecil ruang gerak pemanfaatkan potensi konflik

ini untuk menyulut perpecahan sesama bangsa Indonesia.

Kelima, kepada segenap unsur intelijen mohon untuk buka mata telinga

secara seksama memperhatikan setiap potensi konflik yang bisa dibakar

serta melakukan pencatatan secara detail atas pelaku-pelaku provokasi.

Bila ada indikasi pelaku provokasi yang berpindah-pindah, maka segera

laporkan kepada Kepolisian.

Keenam, kepada seluruh elemen bangsa Indonesia, mohon untuk sejenak

berhenti memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok serta melihat,

siapa musuh yang sesungguhnya.

Sekian

Intel Oh Intel 444


Posted by Senopati Wirang /Monday, June 11, 2007

Intel Oh Intel 445


Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu
Dalam sebuah pertemuan penasihat spiritual level nasional yang kebetulan

dihadiri seorang rekan Blog I-I, terdengar sebuah cerita yang

memprihatinkan. Saya persingkat ringkasan cerita itu sbb:

1. Meskipun ada kesadaran bahwa pemikiran taktis jangka pendek

sangat merugikan rakyat Indonesia, tetapi apa daya...semua

kelompok politik berpikir taktis bagaimana mencapai kekuasaan

pada 2009.

2. Di masyarakat mulai muncul kelompok-kelompok yang menyoroti

sikap partai politik dan kekuatan politik yang pragmatis, taktis

dan tidak peduli pada masa depan bangsa. Tetapi apa daya, toh

rakyat masih lemah dan tercerai berai serta membutuhkan

motor penggerak seperti mahasiswa dan tokoh berpengaruh.

Namun, dengan masuknya tokoh berpengaruh dalam berbagai

kekuatan politik, hampir tidak mungkin ada kekuatan alternatif

yang akan mengubah wajah demokrasi yang bersimbah uang

haram dan kepentingan elit busuk.

3. Kelompok-kelompok yang menyoroti permasalahan bangsa dan

pembangunan bangsa Indonesia itu memang bagaikan anjing-

anjing lapar yang sebenarnya bila mendapatkan kesempatan

merubah nasib bangsa-pun tidak akan mampu, jadi bisa

diabaikan. Tetapi kekuatan moral yang tulus dari anjing-anjing

kurus yang mampu menahan godaan dari dahaga duniawi sangat

berbahaya bagi stabilitas kemaksiatan dan pemeliharaan harta

dan kekuasaan kafilah-kafilah ekonomi dan politik.

Intel Oh Intel 446


4. Sebagian besar dari kita (penasihat spiritual) sudah melanggar

kode etik alam semesta dengan menanggung laknat Tuhan, demi

sesuatu yang rendah. Meskipun demikian, kita sadar betul letak

kesalahan kita sehingga bencana di bumi nusantara tidak akan

berhenti sampai puncaknya. Tetapi bukankah kita senantiasa

mohon ampunan pada Penguasa Alam Semesta dan kita juga

sama-sama mahfum bahwa bencana ini sudah tertulis sampai

waktu tertentu.

5. Memahami kerusakan tidak berarti membiarkannya, karena di

negeri yang makmur ini kerusakan disebabkan oleh manusianya,

khususnya sedikit orang yang menguasai hajat hidup orang

banyak. Tahun lalu sudah hadir seorang arif bernama SP yang

merencanakan perjalanan spiritual ke seluruh nusantara

membawa pesan moral memperbaiki niat dan perbuatan.

Meskipun terjadi pembajakan dengan semboyan revolusi nurani

oleh kelompok yang cukup kuat, manusia arif akan melihat

perbedaan hakikat niat tulus dengan niat duniawi.

6. Seruan kepada tokoh agama untuk menarik diri dari panggung

politik cukup mendesak, karena semua yang ada di dalam arena

politik yang rusak akan ikut rusak. Pengecualian hanya ada dalam

individu yang teguh memegang tali yang kuat, yaitu keikhlasan

dalam bekerja untuk masa depan rakyat Indonesia, demi

kebahagiaan hakiki kembali pada Yang Maha Penyayang.

7. Jual-beli kekuatan alam semesta dalam bentuk energi potensial

yang terbungkus dalam simbol-simbol kekuasaan dan kekerasan

sudah mencapai keadaan yang sangat merusak adab dan perilaku

Intel Oh Intel 447


pemimpin. Ketergantungan itu, menyebabkan runtuhnya pilar

kasih sayang alam semesta kepada bangsa Indonesia. Tangisan

rakyat menjadi komoditi, kemiskinan dijual sebagai bahan

proyek, sementara kerakusan menjadi motivator manusia dalam

mencari nafkah.

8. Sungguhpun kafilah-kafilah kekuasaan akan tetap berlalu

manakala ada gonggongan anjing-anjing kurus yang tulus dan

mampu menahan dahaga duniawi, dalam waktu bersamaan lahir

beberapa kekuatan-kekuatan moral yang kokoh, maka

kumpulkanlah jaring kekuatan moral itu tanpa ikatan politik.

9. Janganlah marah karena nafsu menghendaki kemarahan,

janganlah marah karena tidak kebagian, janganlah marah karena

tidak berdaya, janganlah marah karena motivasi keduniaaan.

Marahlah pada tempatnya, sesuai dengan kemampuannya, serta

langsung pada jantung sasaran dengan berhati besar tanpa

tujuan lain yang merusak.

Sekian

Catatan: Blog I-I menyadurnya dari sumber yang tidak mau

disebutkan, karena beberapa pengunjung Blog I-I tampak sudah

tidak sabar dengan keadaan negara Indonesia Raya.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, June 27, 2007

Intel Oh Intel 448


Rethinking 03

Bayangkan apa jadinya bila informasi super sensitif mampir ke Blog I-I

dan dipublikasikan, ambil saja contoh kasus Munir. Bayangkap apa jadinya

jika Blog I-I tidak tahu bahwa informasi itu sangat sensitif dan terlanjur

diungkapkan kepada publik.

Bayangkan juga jika Senopati Wirang tidak lebih dari seorang awam yang

tidak tahu apa-apa, namun karena derasnya informasi bisa membuat Blog

I-I tetap eksis.

Bayangkan juga jika Senopati Wirang adalah ternyata seorang agent of

influence didikan Mossad dan Langley yang sedang merancang kehancuran

Indonesia Raya, langsung di jantung intelijen. Bukankah banyak orang

asing yang sangat fasih menulis dalam bahasa Indonesia.

Bayangkan jika Senopati Wirang memang benar-benar pesiunan yang

sakit-sakitan serta cukup sakit hati untuk membangun Blog I-I.

Bayangkan jika Senopati Wirang hanya seorang penggemar IT yang

berada di jantung informasi rahasia negara.

Bayangkan jika Senopati Wirang hanya anak ingusan dari pejabat

intelijen yang sembarangan membawa tugas ke komputer di rumah

sehingga mudah dibaca oleh sang anak.

Intel Oh Intel 449


Bayangkan jika Senopati Wirang adalah agen muda yang tersingkir dari

percaturan utama dunia intelijen dan menjadi super kreatif membangun

jaringnya sendiri.

Bayangkanlah.....

Rethinking adalah sebuah proses membuka pandangan seorang agen untuk

melihat keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi dalam suatu persoalan

yang menjadi perhatian intelijen. Jangan pernah berasumsi secara linear

terhadap setiap kasus yang anda dalami. Cara pandang komprehensif

memang akan melelahkan karena diperlukan wawasan dasar yang cukup

dan energi yang besar untuk dapat menekuninya, sampai suatu saat anda

bisa secara sistematis memiliki insting intelijen. Percayailah insting

tersebut bila anda telah mendalami dan mengujinya ratusan kali, insting

intelijen akan sangat menolong dalam pekerjaan.

Anda akan tahu kapan memulai, kapan berhenti, kapan memberikan detail

persoalan, kapan memberikan perkiraan umum, serta anda akan selalu

menyimpan "sesuatu" yang akan menyelamatkan nyawa anda.

Sekian

Contoh sengaja diarahkan kepada saya sendiri agar lebih mudah dipahami.

Selanjutnya terserah anda bagaimana memandang Senopati Wirang,

sangat bergantung pada wawasan dasar dan insting intelijen yang anda

miliki.

Posted by Senopati Wirang /Saturday, June 16, 2007

Intel Oh Intel 450


Tips Membaca Blog I-I

Mohon maaf kepada seluruh rekan-rekan Blog I-I, bahwa baru sekarang

ini saya memberikan catatan penting ini. Tujuannya adalah untuk

menghindari kesalahpahaman diantara sesama rekan tentang apa-apa

yang tertulis dalam Blog ini.

Perlu dipahami bahwa adalah tidak mungkin untuk menyampaikan

informasi intelijen secara langsung dalam media terbuka seperti Blog.

Oleh karena itu, bacalah pelan-pelan dan perhatikan pesan-pesan

tersembunyi yang hampir selalu ada dalam setiap tulisan. Ada yang

tersurat dan ada yang tersirat.

Betapapun kerasnya artikel Blog I-I tetap berada dalam kepedulian

kepada masa depan Indonesia Raya, sehingga jangan dipolitisir menjadi

propaganda yang menyudutkan siapapun. Meski begitu, Blog I-I tidak

segan-segan membidik perilaku siapapun yang berpotensi merusak

Indonesia Raya.

Nilai kebenaran informasi Blog I-I tidaklah mutlak, melainkan dibingkai

dalam kemasan yang harus dipahami sebagai suatu cara menghindari

permusuhan dengan pihak-pihak yang anti Blog I-I. Saya yakin rekan-

rekan yang rajin mengikuti perjalanan Blog I-I sudah bisa melihatnya.

Betapapun remehnya informasi dalam Blog I-I, tetap mengandung pesan

tertentu.

Intel Oh Intel 451


Sejumlah tulisan adalah sumbangan produk intelijen rekan-rekan Blog I-I

yang dikirimkan ke e-mail saya di senopati_wirang@yahoo.com. Ada yang

saya tulis ulang atas permintaan penulis dan ada yang tidak.

sekian

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, June 27, 2007

Intel Oh Intel 452


Visi dan Misi Blog I-I

VISI BLOG INTELIJEN INDONESIA

Menjadi Blog yang dapat dipercaya (kredibel) dan diakui integritasnya

secara nasional melalui penguatan nilai-nilai intelijen strategis serta

pencapaian Indonesia Raya yang stabil, Adil, Makmur, & Demokratis.

MISI BLOG INTELIJEN INDONESIA

Mencapai dan memelihara kestabilan ipoleksosbudhankam yang adil dan

demokratis melalui pemeliharaan jaring informasi intelijen dan penajaman

analisa intelijen serta pembangunan sistem keamanan nasional yang

terpadu melalui sinergi seluruh unsur pendukung pertahanan dan

keamanan.

NILAI NILAI STRATEGIS

Kompetensi - Integritas - Loyal - Logis - Efektif - Rahasia - Cepat -

Tepat (KILLER - CT) untuk menghadapi Intelijen dan serangan Asing.

Integritas - Demokratis - Efektif - Adil - Logis – Tepat - Rahasia -

Universal - Terpadu - Hormat (IDEAL -TRUTH) untuk pemantapan

keamanan dalam negeri.

Intel Oh Intel 453


SASARAN STRATEGIS BLOG INTELIJEN INDONESIA

Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Blog I-I

menetapkan sasaran strategis jangka pendek, menengah dan panjang,

yaitu :

1. Meningkatkan Kewaspadaan Komunitas Intelijen Indonesia;

2. Mendeteksi Ancaman Terhadap Kepentingan Indonesia Raya;

3. Membangun dan Memelihara Jaring Intelijen Indonesia tingkat

Nasional dan Internasional;

4. Meningkatkan Kualitas Produk Analisa Intelijen;

5. Mengkritisi setiap penyimpangan Intelijen Indonesia secara

proporsional berdasarkan pada analisa kinerja dalam kerangka

reformasi sistem pertahanan dan keamanan nasional.

6. Memperkuat Institusi Intelijen Indonesia melalui Penciptaan

Jaring Pendukung yang merupakan sinergi antara Jaring

Intelijen Blog I-I, Pembangunan jaring mandiri di luar negeri,

dengan jaring intelijen BIN, BAIS - TNI, Intelijen Taktis-

Tempur, Pusintelstrat, Intelijen Polri, Intelijen Kejaksaan

Agung, Intelijen Imigrasi, Intelijen Pajak, dalam kerangka

Strategi Keamanan Nasional Indonesia.

7. Menampung aspirasi publik di bidang intelijen selama Institusi

Resmi Intelijen Indonesia masih menutup diri dari bidang public

relations.

Intel Oh Intel 454


8. Mengubah paradigma lama intelijen; berhasil tak dipuji, gagal

dicaci maki, hilang tak dicari, mati tak diakui; menjadi berhasil
menjadi catatan prestasi, gagal dievaluasi, hilang diselidiki dan
dicari, mati dihormati. Satu-satunya prinsip yang tidak berubah

adalah di tengah masyarakat tidak dikenal sebagai petugas

intelijen.

Atas Nama Komunitas Intelijen Blog I-I

Ttd. Senopati Wirang

Perubahan Terakhir

Posted by Senopati Wirang /Saturday, June 16, 2007

Intel Oh Intel 455


Copy Darat Warga Blog I-I
Saya sangat senang atas adanya inisiatif copy darat warga Blog I-I,

apakah saya perlu hadir atau cukup diwakilkan? ha ha ha tentunya para

pengintai sudah menantikan kehadiran saya dan mempersiapkan skenario

untuk melenyapkan saya. Mohon kehati-hatiannya...hanya ada dua pilihan

untuk pertemuan...(1) terbuka sekalian (undang saja kalangan wartawan

untuk sekedar berbagi cerita) atau (2) sangat rahasia (silahkan

ditentukan mekanismenya). Kepada rekan-rekan yang menggagas atau

telah saling melakukan kontak, ada perlunya untuk mempersiapkan diri

atas adanya kejutan. Saya juga sedang memikirkan untuk meningkatkan

peranan jaring Blog I-I untuk kepentingan bersama (tidak saling

merugikan warga Blog I-I, namun juga tidak menimbulkan kekeruhan baru

dalam dunia intelijen Indonesia. Memang tidak mudah.

Sekalian saya sampaikan kepada beberapa rekan Blog I-I:

Mas Amir, soal bidikan kepada BIN itu sudah berlangsung sejak awal

krisis ekonomi, dimana setelah melemahkan TNI, maka sasaran

berikutnya adalah intelijen. Sementara Polisi sudah cukup puas

berkubang masalah pidana dan perdata dan keamanan publik yang berarti

akan jauh dari politik.

Mbak Amie, dunia intelijen memang penuh teka-teki...apalagi bila ingin

dijadikan bahan penelitian akademis. Anda perlu punya akses sampai

pimpinan tertinggi intelijen untuk dapat mengakses data-data yang

penting seperti Ken Conboy.

Mas Bajil terima kasih atas kiriman "sekedar mengisi waktu". Perlu mas

Bajil ketahui beberapa tokoh yang menjadi otak karya "tsb" adalah

Intel Oh Intel 456


didikan saya puluhan tahun silam, saya sangat kecewa dengan

mereka...tetapi mereka juga punya alasan telah lebih dahulu dikecewakan

oleh pemerintah RI.

Mbak Yulia, terima kasih atas informasi metode kepemimpinan jaringan

radikal Islam yang juga diadopsi oleh beberapa kelompok semi moderat.

Beberapa data mbak Yulia saya lihat akurat dan terkonfirmasi dengan

data Densus 88.

Mas Darwis, masalah di kepulauan yang kaya sumber daya alam memang

sangat pelik, Indonesia boleh dikata bagaikan rimba belantara kapitalis

liar, tidak ada peraturan yang benar-benar tegak untuk kemakmuran

rakyat. Sedang saya kumpulkan bahan-bahan terkait dalam soal

perampokan kekayaan alam bangsa Indonesia oleh cukong asal Malaysia

dan Singapura dan keterlibatan konglomerat hitam dan petinggi di

pemerintahan.

Mas Fajar, soal Papua dan keberhasilan intelijen itu belum waktunya

dibuka ke publik, karena prestasi yang melibatkan sedikit anggota

intelijen tersebut meski diakui oleh banyak pihak namun banyak juga

pihak yang menjadi "gerah" dan "kesal" karena tidak kebagian sinar

prestasinya.

Beberapa e-mail dengan informasi yang lebih sensitif, sedang saya

pelajari.

Terima kasih atas dukungan dan antusiasme segenap warga Blog I-I.

Salam Merah Putih

Posted by Senopati Wirang /Monday, July 23, 2007

Intel Oh Intel 457


Kejutan dari rekan Blog I-I di Australia

Sebelumnya terima kasih kepada rekan-rekan Blog I-I yang

menyampaikan perilaku politik-keamanan Australia baik yang merupakan

link sumber terbuka maupun yang berasal dari pusat analisa negeri

Kangguru tersebut. Anggap saja ini sebuah kejutan bagi Blog I-I

Sulit mempercayai bahwa setelah Blog I-I meluncurkan artikel tentang

skenario terbaru terorisme Indonesia, ternyata hal itu menjadi bagian

dari jaring informasi intelijen internasional yang sedang conditioning

ancaman teror berikutnya. Mohon maaf dan harus saya akui Blog I-I

sudah terjebak.

Namun untuk meluruskan cerita teror itu, sangat perlu saya sampaikan

beberapa poin, sbb:

1. Informasi skenario baru itu berasal dari rekan Blog I-I di [deleted]

yang menjamin adanya kesesuaian dengan analisa Langley. Terbukti

dengan keluarnya laporan intelijen AS tentang telah pulihnya Al Qaeda

untuk melakukan lagi aksi teror internasional yang detailnya masih

dirahasiakan. Namun demikian, dengan melepas artikel yang bersesuaian

dengan Langley, Blog I-I telah ikut serta dalam conditioning keberadaan

kelompok teror yang seolah-olah tidak akan pernah hilang dari bumi

Indonesia. Maksud Blog I-I adalah sebaliknya, yaitu agar saudara-

saudara yang terlibat dalam gerakan radikal teror mampu membaca

secara lebih jelas dalam skala global, dan sadar bahwa tindakan

Intel Oh Intel 458


kekerasan teror hanya semakin merugikan agama Islam, bangsa

Indonesia, dan negara Indonesia. Ingat masa-masa setelah 2010 adalah

saat-saat genting untuk memastikan recovery Indonesia di segala bidang,

dan banyak pihak asing yang menghendaki Indonesia jalan di tempat,

salah-satunya melalui terorisme. Sadarlah saudaraku, hentikan segera

segala rencana yang mengandung unsur teror kepada sesama bangsa

Indonesia.

2. Tidak benar bahwa travel warning pemerintah Australia semata-mata

berdasarkan pada informasi Blog I-I. Seorang rekan Blog I-I

memperingatkan bahwa informasi Blog I-I juga menjadi acuan intelijen

asing (khususnya yang memiliki operasi besar di Indonesia). Kalaupun Blog

I-I dijadikan dasar analisa oleh intelijen asing, maka itu di luar kendali

Blog I-I, karena sifat Blog ini untuk publik. Karena sikap pemerintah

Australia itu merugikan citra Indonesia, maka Blog I-I sangat

menyesalkan kebijakan pemerintah Australia tersebut.

3. Skenario yang pernah Blog I-I sampaikan itu saat ini semakin

mengkristal dalam kumpulan data gerakan Jamaah Islamiyah dalam data-

data POLRI yang telah mengungkapkan kepada publik tentang keberadaan

beberapa tokoh lain setingkat Abu Dujana. Perlu Blog I-I luruskan disini

bahwa tokoh sentral JI di Indonesia masih misterius dan jelas bukan

kelompok paruh baya yang belum matang, melainkan sangat senior dan

sangat berhati-hati. Selain itu, Blog I-I terus berupaya untuk

mengurangi setiap potensi adanya teror di dalam negeri, bila kelompok

teroris tidak mau menanggalkan radikalisme dan politik teror, bukankah

lebih baik bila teror itu diekspor saja. Kita bangsa Indonesia sangat

membenci pembuat onar yang melakukan keonaran di kampung sendiri,

Intel Oh Intel 459


bukankah begitu? Ekspor kemana? tentu saja ke negara-negara yang

memusuhi Islam dan Indonesia. Sayangnya ide itu sangatlah mustahil,

bukan karena kecanggihan sistem keamanan, melainkan karena memang

para teroris itu "peliharaan" yang tidak merasa dipelihara. Dibohongi

dengan ide-ide negara Islam Indonesia yang sebenarnya ditujukan untuk

mencegah Indonesia Raya yang kuat dengan sistem politik demokrasi,

sistem ekonomi campuran, otonomi daerah, anti korupsi, masyarakat

madani dan good governance. Meskipun ide-ide itu tampak seperti konsep

Barat, namun hakikatnya universal dan mampu mengangkat Indonesia

yang plural dari persoalan-persoalan bangsa. Dengan membenturkan

konsep negara teokrasi Islam dan demokrasi Indonesia, maka Indonesia

akan gagal memenuhi ramalan kejayaan Indonesia Raya pada tahun 2025,

silahkan baca berbagai literatur asli Indonesia yang bersifat futurologi.

4. Kondisi praktis perpolitikan nasional Indonesia masih dalam keadaan

wajar dan normal dimana terjadi proses perebutan kekuasaan melalui

koridor demokrasi. Ekses dalam bentuk money politics dan konflik

komunal seharusnya bisa secara bertahap dikurangi dengan penguatan

sektor hukum, terutama melalui penegakkan hukum yang adil dan

konsekuen. Pembentukan koalisi, adanya politisi bajing loncat, jatuh-

naiknya pamor serta citra pemimpin adalah sebuah panggung politik yang

akan enak ditonton apabila para pemainnya disiplin dalam mengikuti

aturan main, hal ini tentu akan sia-sia bila wasitnya tidak profesional.

Itulah sebabnya civil society tidak terhindarkan harus terus diperkuat

sebagai komponen bangsa yang cerdas dan mampu menjadi agen

perubahan.

5. Mengenai masalah jadi agennya negara adidaya, antek Barat, antek

Intel Oh Intel 460


Arab, antek Iran, antek Rusia, antek Australia, antek China, semua itu

masih dalam jangkauan pengawasan intelijen, dimana apabila terjadi

ketidakseimbangan diantara para pemain itu, tugas intelijen adalah

menyampaikan analisa yang komprehensif untuk menjadi dasr keputusan

tindakan yang perlu diambil. Blog I-I pernah menyerukan ganyang intel

asing, hakikatnya tidaklah berarti kita lakukan pembunuhan, melainkan

jadilah orang Indonesia yang cerdas dan cinta tanah air. Kerjasama,

kompetisi, konflik, semua berputar dalam permainan politik, ekonomi dan

intelijen, maka jadilah bangsa Indonesia yang cerdas. Janganlah malahan

menjadi komoditi politik dalam negeri untuk mainan menuju kekuasaan,

hal ini akan sangat buruk karena intel asing akan mendapatkan ruang

untuk bermain-main dengan leluasa.

6. Kekuatan negara Indonesia Raya terletak pada kekompakan rakyat

Indonesia yang harus secara terus-menerus diberikan penjelasan tentang

kondisi nyata yang dihadapi baik di dalam maupun di luar negeri.

Janganlah rakyat Indonesia berdiam diri dan berpangku tangan

menyerahkan nasib di tangan sedikit elit politik (eksekutif, legislatif,

yudikatif, civil society, dan media massa). Hal ini juga menjadi perhatian

blog I-I untuk menyebarluaskan optimisme Indonesia Raya dalam

keyakinan bahwa rakyat Indonesia mampu bersatu padu dalam derap

langkah mewujudkan mimpi bersama.

---------------------------

lhaa....jadi ngawur ngomong macam-macam, padahal awalnya cuma ingin

sharing cerita dari rekan di Australia.

Intel Oh Intel 461


---------------------------

sekian

Senopati Wirang Posted by Senopati Wirang /Friday, July 13, 2007

Intel Oh Intel 462


Virus di Blog I-I

Waduh...waduh rekan-rekan Blog I-I yang bisa melihat adanya virus di

Blog I-I tolong diatasi dengan anti virusnya. Atau saya mesti melakukan

sensor yang lebih ketat..., tapi nanti dituduh anti demokrasi dan anti

kebebasan menyampaikan dan memperoleh informasi...

intel oh intel

Posted by Senopati Wirang /Friday, July 13, 2007

Intel Oh Intel 463


Forum Komunitas Blog I-I

Sebuah ide yang baik untuk membuka warung kopi BLOG I-I, sekedar

untuk ngobrol ringan ataupun menggagas sebuah gerakan nasional

Indonesia Raya. Tentu saja kita harus berupaya tidak bersikap partisan,

dan bicara untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Sehingga

tidak takut untuk mengkritisi yang keliru dan tidak terbawa oleh rayuan

politik kekuasaan. Intelijen Indonesia berjalan tegak menjunjung amanat

rakyat dan memperjuangkan idealisme Indonesia Raya.

Saya menyambut baik usulan Mas Bajil.

Namun demikian, eksistensi sebuah forum tergantung pada kemauan

bersama seluruh komunitas BLOG I-I untuk meramaikannya. Harus

dipahami bahwa disiplin intelijen telah menyebabkan cara pandang

mayoritas intel aktif yang tertutup atau sangat hati-hati.

Forum Blog I-I akan terbuka untuk seluruh komponen bangsa yang

berjiwa ksatria merah putih.

Saya pribadi menyerahkan sepenuhnya kepada seluruh elemen Blog I-I

untuk mengintip, menyumbang saran, meramaikan diskusi, sumbang saran,

sharing informasi, menggagas gerakan, dan apapun yang positif bagi

Indonesia Raya.

Saran pribadi saya sebaiknya hanya ada satu forum saja untuk

simplifikasi komunikasi.

Intel Oh Intel 464


Karena ada pilihan antara

BILIK SENOPATI

INTEL INDONESIA

maka saya serahkan kepada seluruh rekan-rekan BLOG I-I untuk

memberikan pendapat tentang kedua forum tersebut. Termasuk apakah

peelu terus didukung dan dikembangkan ataukah akan layu sebelum

berkembang. Saya maklum bila sebagian besar masih merasa was-was

dengan komunikasi model ini.

Silahkan dipertimbangkan dan sampaikan kepada Blog I-I.

Posted by Senopati Wirang /Wednesday, August 08, 2007

Intel Oh Intel 465


Kecelakaan Kecil

Sudah hampir dua minggu ini Bapak istirahat di sebuah desa yang asri dan

sejuk di Jawa Timur. Hal itu harus Bapak lakukan karena kecelakaan kecil

karena terjatuh saat turun dari mobil. Dengan sedikit luka di kepala, dan

terkilirnya kaki maka Bapak memutuskan untuk sementara absen dari

rumah Blog I-I.

Hari ini saya diminta Bapak untuk membuka Blog I-I sekaligus

menyampaikan perkembangan Blog I-I. Setelah saya sampaikan, maka

Bapak menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama: Mohon pengertian kepada rekan-rekan Blog I-I atas

kekosongan rumah Blog I-I karena memang tidak ada yang membantu

Bapak untuk memeliharanya (mengisinya).

Kedua: Menyampaikan terima kasih atas kepedulian rekan-rekan dengan

terus menyampaikan berbagai informasi melalui Blog I-I maupun e-mail.

Ketiga: Menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas hidupnya

forum shoutbox Blog I-I kepada seluruh rekan yang meramaikannya

dengan diskusi yang positif.

Keempat: Ide copy darat yang kemudian menjadi perwujudan pertemuan

di dunia maya adalah hal baik untuk memperkuat hubungan diantara

rekan-rekan Blog I-I. Namun perlu dipahami bahwa sesuai dengan

pelajaran dasar intelijen, komunikasi adalah titik terlemah operasi

intelijen yang selalu menjadi incaran lawan. Sehingga metode pengamanan

yang tepat harus dilakukan. Kepada saudara Bajil, forumnya cukup

Intel Oh Intel 466


bagus...semoga rekan-rekan Blog I-I yang lain mau ikut serta bertukar

pikiran di sana. Saya sedang meminta bantuan rekan di Taiwan untuk

melakukan sedikit investigasi atas forum yang sedang saudara Bajil

garap. Perlu diketahui bahwa forum Intelijen yang ada di Kaskus regional

Indonesia semuanya berada dalam perangkap pengumpul informasi

intelijen terbesar di dunia yaitu CIA. Metode forum melalui media

internet telah dikembangkan sekitar 10 tahun silam di Amerika Serikat

untuk mempercepat diskusi para analis intelijen yang terpisah yang juga

melibatkan pakar dari dunia akademis. Basis programnya mengacu pada

model bulletin board Keanggotaan forum yang bisa mencapai ratusan ribu

orang merupakan sumber informasi yang cukup valid karena crosscheck

akan terjadi dengan sendirinya. Tiga orang pendiri Kasak Kusuk (kaskus)

yang telah dilatih oleh CIA di Amerika Serikat tersebut telah

memberikan akses untuk seluruh informasi yang ada. Namun dengan

strategi terselubung oleh beragam informasi positif, terjadi pertukaran

informasi serta penjaringan dan komunikasi antara agen dan case

officernya. Sementara sifat sukarela dan aspek bisnisnya juga semakin

menutupi misi-misi tersembunyinya. Dengan demikian seorang moderator,

anggota, donatur atau apapun posisi anda dalam Kaskus tidak memahami

keseluruhan skenarionya. Dalam hal ini, terjadi pemanfaatan keaktifan

para members dan moderatornya, sangat mungkin mereka tidak mengerti.

Semoga ide saudara Bajil bisa terwujud dan berkembang, karena saya

ada keyakinan kepada rekan-rekan Blog I-I bahwa kita semua berdarah

merah-putih dan tidak memiliki mental penghianat atau kebodohan untuk

diperalat kepentingan asing. Namun saya butuh waktu, selain pemulihan

juga menunggu komentar rekan di luar negeri.

Intel Oh Intel 467


Kelima : Saya kira model komunikasi YM juga bisa dijadikan pilihan meski

tetap tidak aman, namun bisa diatasi bila kita lakukan secara terputus

(ada cut outnya) dan berganti tuan rumah. Saya sendiri selalu menyusun

komunikasi yang aman bagi saya dengan cara perantara anak saya dan

seorang asisten setia yang telah ikut saya sejak puluhan tahun silam.

Namun ide ini tentu mudah diintai dan ditelusuri para pemainnya.

Yah...hidup tanpa resiko rasanya kurang berarti bukan, bila resiko itu

demi tanah tumpah darah kita rasanya cukup pantas untuk ditempuh.

Keenam : Blog I-I sekali lagi tidak bermaksud memanfaatkan keadaan

dunia intelijen Indonesia yang gamang dengan masa depannya. Blog I-I

juga tidak ada hubungan dengan "operasi sandi jakarta" yang telah

berlangsung selama setahun lebih di Jakarta. Operasi tersebut membidik

penghancuran sendi-sendi kekuatan intelijen Indonesia dengan

memanfaatkan kebodohan orang-orang yang merasa pintar di dunia

intelijen.

Ketujuh : Mohon Blog I-I dibaca secara santai sebagai informasi

alternatif dan bukan sebagai rujukan utama untuk menilai setiap situasi

yang disoroti oleh Blog I-I.

Kedelapan : Mohon semua rekan-rekan Blog I-I buka mata dan telinga

mulai sekarang menyikapi semakin parahnya persoalan bangsa dan negara

Republik Indonesia. Khususnya terkait dengan meruncingnya hubungan

antar elit militer maupun sipil. Perhatikan masuknya pengaruh dan

kepentingan asing yang memanfaatkan ambisi kelompok dalam mencapai

kekuasaan. Perhatikan juga kelemahan mendasar pimpinan nasional kita.

Namun semua itu tanpa kepentingan pribadi maupun kelompok, melainkan

Intel Oh Intel 468


semata-mata demi survival bangsa dan negara Republik Indonesia.

Kesembilan : Setelah pulih saya akan kembali aktif. Semoga rekan-rekan

tetap antusias menjadi tulang punggung kebangkitan Indonesia Raya,

tanpa pamrih...hanya menempuh resiko demi anak cucu kita.

Demikian pesan dari Bapak.

dipublish oleh anak dari Senopati Wirang atas izin akses dari Senopati

Wirang

Posted by Senopati Wirang /Sunday, August 05, 2007

Intel Oh Intel 469


Rethinking Ancaman Asing

Artikel Blog I-I berdasarkan pendekatan rethinking tidak lagi

menggunakan nomor karena mungkin akan lebih enak bila langsung

tecantum dalam judulnya seperti artikel kali ini.

Entah sudah berapa kali masalah ancaman asing saya angkat dalam Blog

I-I, dan entah sudah berapa puluh atau ratusan artikel dan analisa di

media massa mengenai ancaman asing terhadap Indonesia Raya.

Sejak pendidikan dasar hingga kita menjejakkan kaki di dunia pendidikan

tinggi atau di dunia militer atau di dunia politik praktis, pemikiran

strategis tentang eksistensi Indonesia Raya begitu kuat di kepala kita.

Mulai dari soal letak geografis, kekayaan sumber daya alam, potensi

jumlah penduduk yang besar, latar belakang kebesaran sejarah masa lalu

kerajaan nusantara, sejarah perjuangan nasionalisme Indonesia, kekuatan

faktor Islam, sampai kepemimpinan regional kawasan, kesemua itu

membangkitkan sebuah keyakinan tentang Indonesia Raya yang kuat.

Tetapi....

Tetapi dibalik sejumlah potensi kebesaran Indonesia Raya, tersimpan

keyakinan umum tentang adanya ancaman asing yang tidak menghendaki

Indonesia Raya yang kuat. Siapakah si ASING tersebut ???

Apakah generalisasi kepentingan asing yang mengobok-obok Indonesia

Raya tersebut valid adanya? Kita tentu saja perlu melakukan introspeksi

Intel Oh Intel 470


diri tentang pemahaman ancaman asing tersebut. Ketidakpercayaan kita

kepada negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris sudah

beberapa kali terbukti dengan kejadian-kejadian politik domestik yang

menyakitkan. Misalnya apa-apa yang terjadi pada era perang dingin dan

penghianatan soal Timor-Timur. Namun apakah itu semua semata-mata

kepentingan asing? Ataukah ada kekeliruan yang mendasar dari cara

bangsa Indonesia mengatur dirinya sendiri. Pembangunan karakter

bangsa Indonesia yang tidak terarah beriringan dengan maraknya

pemanfaatan kesempatan oleh oknum-oknum penguasa yang berupaya

melanggengkan kekuasaan, apakah itu bisa dikatakan sebagai kepentingan

asing?

Apa yang telah terjadi selama 62 tahun ini adalah terjadinya pertemuan

kepentingan dari situasi domestik Indonesia dengan unsur-unsur asing

yang memanfaatkan keadaan dan kebodohan kita untuk mengeruk

keuntungan sebanyak-banyaknya. Asing tersebut tidak terbatas pada

negara Barat, tetapi juga Jepang, China, Australia dan negara-negara

tetangga. Hal itu sebenarnya wajar saja karena setiap negara tentunya

bersandar pada kepentingan nasionalnya yang diperjuangkan secara

optimal yang seringkali harus menekan kepentingan negara lain. Dengan

kata lain konflik, kompetisi, perebutan eksploitasi kekayaan alam, tipu-

menipu diplomasi, serta berbagai operasi intelijen tidaklah terhindarkan.

Akan sangat naif apabila kita bertindak bodoh dengan memasrahkan diri

pada kebaikan negara asing, omong kosong!! tidak ada makan siang yang

gratis begitu kata pendahulu pejuang kemerdekaan Indonesia dahulu.

Intel Oh Intel 471


Kepentingan asing ada dan akan selalu ada.

Semakin besar kepentingan asing tersebut, maka akan semakin besar pula

tingkat operasi intelijen yang dikembangkan di negeri Indonesia Raya.

Operasi intelijen juga tidak selalu identik dengan sebuah kerjaan besar

yang mendorong pada kehancuran sebuah negara. Dalam kasus Indonesia,

operasi intelijen yang dikembangkan oleh CIA misalnya lebih pada

pemeliharaan kondisi agar Indonesia mudah dikendalikan untuk

kepentingan Amerika Serikat. Salah satu teknik halus pengkondisian

tersebut misalnya melalui tangan-tangan intelektual penganut faham

ekonomi liberal dan politik demokrasi. Betapapun kita ikut merasakan

adanya hal-hal yang baik dalam perubahan reformasi, kita tidak akan

pernah bisa melakukan antisipasi terciptanya ruang konflik domestik yang

lebih besar. Bahkan lucunya CIA sendiri tidak mampu memperkirakan

langkah bangsa Indonesia, namun berkat ratusan operator informasi CIA

di bumi Indonesia ini lama-kelamaan Indonesia menjadi mudah diprediksi.

Sekali lagi Blog I-I perlu menegaskan bahwa kebodohan dan hilangnya

saling percaya diantara sesama komponen bangsa Indonesia semakin

mempermudah operasi intelijen asing di Indonesia. Kita seperti

terombang-ambing dalam pusaran permainan asing.

Akibatnya...kita meyakini teori konspirasi tentang kepentingan asing yang

mengobok-obok Indonesia Raya dengan tujuan kehancuran Indonesia

Raya...Oh Bangsa Indonesia sadarlah dan menjadi cerdaslah dalam

melihat persoalan bangsa.

Intel Oh Intel 472


Pertama kesalahan fatal ada dalam diri kita, berikutnya unsur asing

sangat mudah memanfaatkan kelemahan tersebut. Bahkan intelijen asing

telah berhasil memanfaatkan lemahnya persatuan dan kesatuan Intelijen

Indonesia dengan cara mempermainkan operasi yang seolah-oleh

merupakan kerjasama, padahal intelijen asing tersebut tidak lagi

membutuhkan kerjasama..., informasi mereka begitu berlimpah.

Apalagi rekan-rekan yang sudah paham tentang mekanisme kerja clayton

dan echelon, sesungguhnya Blog I-I ini sangat mudah dideteksi dan

dimatikan, termasuk diri saya sendiri. Mereka sudah tahu bahwa saya

memelihara Blog dari beberapa daerah di Indonesia dan beberapa negara

di kawasan Asia. Mengapa belum juga ada langkah eksekusi terhadap

Senopati Wirang? Hal itu karena saya menggunakan cara komunikasi

tradisional bertingkat. Sekedar berbagi pengalaman dengan rekan-rekan

Blog I-I, hal ini menjadi kewajiban bagi hampir seluruh gerakan

underground dunia internet, termasuk beberapa kenalan saya yang

dikejar-kejar pemerintah China. Saya kira detail bagaimana saya

memelihara Blog I-I sudah bisa diterka oleh rekan-rekan semua. Dengan

demikian, saya sarankan kepada rekan-rekan untuk giat mempelajari

teknologi internet ini.

Saya tentu saja punya semua IP address bahkan sampai di titik mana

rekan-rekan online. Apa yang rekan Bajil demonstrasikan tentang IP

address bukanlah canda biasa, tetapi sebuah peringatan tentang kehati-

hatian. Bisa dilakukan IP semu, muter dulu ke negara lain atau wilayah

lain. Saya pribadi tidak ada kepentingan khusus dengan rekan-rekan Blog

Intel Oh Intel 473


I-I selain membangun semangat Indonesia Raya dengan bersikap kritis

terhadap kondisi negara kita. Saya bersumpah tidak akan memanfaatkan

informasi tentang rekan-rekan Blog I-I kepada siapapun. Sebaliknya saya

juga mudah untuk rekan-rekan selidiki, jadi mohon ikutlah untuk menjaga

eksistensi Blog I-I.

Kembali pada soal rethinking, pekerjaan besar yang harus terus

dikembangkan adalah grand strategi intelijen dalam menghadapi operasi

intelijen asing di nusantara. Dari keseluruhan unit intelijen di negeri ini,

unit yang paling lemah adalah kontra intelijen. Pada masa lalu kita mampu

mengungkap sejumlah operasi intelijen yang dilakukan kelompok komunis

maupun liberal, sehingga kita cukup disegani...hal itu bisa terjadi karena

kita cukup cerdik memanfaatkan situasi perang dingin. Kalo sekarang

dengan situasi global yang begitu dinamis maka diperlukan sebuah

konstruksi organisasi dan human intelligent yang handal. Selain itu sinergi

intelijen sipil dan militer juga harus ditata dalam sebuah pola hubungan

yang seimbang dan saling mengisi dan bukan saling menghantam.

Konsentrasi pada persoalaan terkini dan yang paling mengancam juga

harus ditekankan guna mempertajam perkiraan keadaan yang harus

diantisipasi dengan kebijakan yang tepat.

Kondisi politik domestik dalam kerangka demokrasi yang sarat

kepentingan kelompok seyogyanya perlu dibingkai dengan kerelaan

memikul beban amanat seluruh komponen bangsa Indonesia. Otonomi

daerah tidaklah identik dengan kebebasan dari pengaruh pusat dan

kehura-huraan dalam mengelola daerah, melainkan justru menjadi

Intel Oh Intel 474


tantangan untuk memajukan daerah sebagai kontribusi bagi Indonesia

Raya yang Jaya. Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Presiden jangan

sampai melahirkan kebencian antar kelompok politik yang bersaing,

melainkan menjadi mekanisme seleksi pemimpin yang setelah terpilih

menjadi nahkoda bagi keselamatan perahu Indonesia Raya. Perubahan

peratuhan Undang-undang dan Hukum seyogyanya harus dijaga ketat

dalam kerangka kepentingan bangsa Indonesia dan bukan kepentingan

unsur asing. Hal ini tentu bisa diperluas lagi ke berbagai kehidupan

berbangsa dan bernegara, dimana kita sebagai individu maupun kelompok

mengemban tanggung jawab untuk keselamatan bangsa Indonesia.

Mohon koreksinya atas ketergesaan dalam melakukan rethinking

Semoga Bermanfaat

SW

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, August 07, 2007

Intel Oh Intel 475


Klarifikasi soal Kaskus
Sebagaimana dalam tulisan kecelakaan kecil, saya tidak pernah

menyatakan bahwa Forum Bulebali dalam wadah Kaskus adalah perangkap.

Lagipula isinya juga biasa-biasa saja, paling sensitif adalah clue/indikasi

atau konfirmasi tentang dunia intelijen. Hal ini perlu saya sampaikan agar

tidak tercipta kubu-kubu intelijen dunia maya yang penuh syak wasangka.

Apa yang saya nyatakan adalah bahwa ide kaskus tersebut memang

dirancang oleh pendirinya (penciptanya) untuk mendorong perubahan

masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka.

Sementara itu, forum-forum yang tercipta adalah karena idealisme,

karena kesamaan hobby/interest, rasa ingin tahu, serta berbagai

motivasi yang akhirnya mampu menjelma menjadi forum.

Satu hal penting yang perlu digarisbawahi adalah bahwa belum tentu

mereka yang aktif di kaskus adalah "antek asing". Saya hanya

memberikan gambaran umum tentang keberadaan Puppet Master yang

sangat lihai dan sesekali memprovokasi dengan "fakta".

Tujuannya sudah cukup jelas "PEMBEBASAN" atau :LIBERALISASI

karakter bangsa Indonesia yang terdidik (peduli dan mudah mengakses

internet).

Saya berikan salah satu bukti liberalisasi yang sudah dianggap sukses

oleh CIA adalah penciptaan komunitas SEKS BEBAS INDONESIA

melalui forum mekanisme forum dan salah satunya prototipenya

Intel Oh Intel 476


dikembangkan oleh kaskus. Sekarang sudah ada beberapa forum seks

bebas yang terpisah dari kaskus.

Salah satu catatan keberhasilan forum seks Indonesia menurut seorang

informan di Amerika Serikat adalah bahwa trafik dan jumlah

keanggotaan forum tersebut tercatat sebagai yang terbesar/tertinggi

dibandingkan forum lainnya. Artinya telah terjadi proses cuci otak

bangsa Indonesia dari pecinta seni dan keindahan menjadi pencinta

pemuasan nafsu seksual (sebut saja sebagai kaum mupeng Indonesia).

Mohon maaf bila ada rekan Blog I-I yang sudah terlanjur mencintai

forum-forum semacam itu, jangan tersinggung.

Hal itu merupakan realita dan perkembangan dinamika sosial yang kian

sulit dikendalikan. Oleh karena itu, hanya kesadaran kesejatian jati diri

bangsa Indonesia yang religius dan bermoral yang bisa menahan laju

propaganda kebebasan seks tersebut.

Saya tidak anti seks, tetapi saya hanya sedih dengan laju perkembangan

yang mengkhawatirkan tersebut. Sekali lagi saya tegaskan bahwa bisa

jadi sudah banyak komponen bangsa Indonesia yang tidak menyadari

bahwa proses penjerumusan itu berjalan dengan sangat halusnya dan

karena dikembangkan dengan metode forum, maka tanggung jawab

menjadi bersifat tanggungjawab renteng, semua memikulnya. Jadi hal ini

bukan soal orang per-orang yang tidak menyadari dirinya didorong untuk

mengembangkan sebuah perubahan di tengah-tengah masyarakat tanpa

melihat dampaknya yang luar biasa. Sekian semoga bisa dipahami.

Posted by Senopati Wirang /Friday, August 10, 2007

Intel Oh Intel 477


Rekan-Rekan Blog I-I Yth.

Tulisan ini merupakan sapaan langsung kepada seluruh rekan Blog I-I,

maaf bila saya tidak bisa menulis lebih sering, maaf bila saya semakin

lemah dalam menganalisa, dan terima kasih atas perhatian dan

silaturahminya. Setidaknya keberadaan rekan-rekan seluruhnya

membuktikan masih kuatnya doktrin prajurit perang fikiran Indonesia

Raya yang berjiwa merah putih dan mengorbankan banyak hal untuk

Indonesia Raya.

Kemarahan rekan-rekan Blog I-I terhadap Malaysia hampir saja benar-

benar menciptakan konflik terbuka dengan bingkisan paket khusus di hari

kemerdekaan Malaysia kemarin. Puji Tuhan rekan-rekan masih bersabar

dan membatalkan operasi yang bisa menciptakan perang saudara

tersebut. Dalam operasi pengejaran Blog I-I terhadap pelaku teror NMT

sejak beberapa bulan yang lalu diwarnai oleh isu restu dari RD kantor PM

Malaysia yang "mengusir" NMT dari Malaysia, hal itu tentu semakin

menyakitkan dan benar-benar membuat intel liar Indonesia Raya nyaris

bertindak keras. Kita memang sangat baik dan sabar, dan saya sendiri

termasuk yang mencegah operasi hitam tersebut.

Apakah dengan demikian, berarti Indonesia Raya memang memiliki intel

handal yang bisa berbuat apa saja? tentu saja demikian...bila anda pernah

melihat film murahan Jason Bourne...itu bukan apa-apa bila dibandingkan

individu "gila" intelijen Indonesia.

Intel Oh Intel 478


Beberapa rekan Blog I-I Ex Tim Petrus telah menawarkan diri untuk

menggerakan perubahan radikal di bumi nusantara, meski mendiang LBM

tidak menghendaki pengaktifan lagi sel hitam intelijen, namun saya pikir

perlu dipertimbangkan. Hal ini hanya membutuhkan suntikan dana sedikit

karena mereka adalah patriot yang loyal. Sayangnya sejumlah pejabat

mantan intel yang sangat berpengaruh tampaknya lebih sigap

dibandingkan dengan pemerintah yang memang sangat lambat dalam

mengambil tindakan.

Kegagalan PK Munir akan segera direspon dengan upaya internasionalisasi,

kegagalan itu sudah menjadi keniscayaan karena motivasi politik dan

pribadi dibalik PK tersebut telah membuat marah banyak pihak.

Kemarahan yang sangat luar biasa yang bisa menghancurkan kredibilitas

pemerintah secara signifikan. Andaikata saja PK Munir itu lebih obyektif,

mungkin akan lain ceritanya.

Masalah Om Putka, tentu kita semua tahu bahwa ide keseimbangan itu

didukung baik oleh intelijen militer maupun sipil. Bahkan saya pribadi

sangat menyarankan peningkatan hubungan baik intelijen Indonesia

dengan Intelijen Russia. Hal ini juga harus diikuti peningkatan hubungan

intelijen dengan China dan beberapa negara kunci Eropa. Hubungan

Indonesia - Russia tidak akan memberi angin segar bagi kebangkitan

komunis muda Indonesia, karena situasi internasional sudah jauh

berbeda, hal yang terpenting adalah soal kepentingan dan bukan soal

ideologi.

Catatan tambahan untuk komunis muda Indonesia, saat ini sudah dalam

Intel Oh Intel 479


kendali penuh mantan petinggi intelijen militer Indonesia. Segala

kegiatan yang akan dilakukan menjelang 2009 adalah pengalihan

perhatian aparat keamanan terhadap ancaman yang sesungguhnya.

Kegiatan kelompok komunis muda seperti papernas dan seluruh unsur-

unsurnya yang seolah-olah atraktif, sebenarnya hanya pengalihan, bahkan

kelompok yang berlawanan seperti kelompok anti komunis juga

dikendalikan oleh si mantan petinggi intelijen militer Indonesia tersebut.

Sebuah pengecualian adalah apabila komunis muda Indonesia sungguh-

sungguh berjuang untuk rakyat Indonesia dan cukup cerdas menciptakan

ideologi yang kuat dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Pemimpin komunis

muda Indonesia saat ini hanya boneka yang kurang cerdas, sehingga tidak

akan pernah bisa besar. Saya kira bila saudara Sukardi Rinakit mau

terjun secara terang-terangan dengan gagasan yang lebih cerdas dalam

nuansa ke-Indonesiaan, akan ada harapan bagi Kaum Kiri Indonesia yang

bisa saja menggunakan ideologi Sosialisme ala Indonesia.

Saudara Bonek, kemarahan anda bisa kita pahami dan semua elemen Blog

I-I sangat marah, namun kami terus berbuat karya secara nyata. Saya

hanya merasakan bahwa kemarahan saudara Bonek cenderung menusuk ke

arah eksekutif serta elit politik negeri ini, semoga saja anda obyektif

dan menjadi oposisi yang kritis serta bersama-sama mendorong

perubahan menuju Indonesia Raya yang jaya.

Om Bird, sharing cerita teknis tentang bear dan beberapa jenis yang

lebih baru dong! sebagai tambahan pecerahan untuk semua rekan-rekan

Blog I-I. Juga buat Milan, Bajil, Stella dan semua rekan Blog I-I yang

Intel Oh Intel 480


mungkin punya akses ke Moskwa, tolong dibukakan jalan bagi Blog I-I

akses ke Moskwa. Saya dengan baru saja dikirim orang baru untusan Om

Putka guna refreshing hubungan intelijen Indonesia - Russia. Saya akan

dukung upaya peningkatan persenjataan militer kita dari sana. Bahkan

saya juga sangat mendukung terjadinya alih teknologi, kita mulai saja dari

yang sederhana dan murah.

Mas Barney, hubungan dengan CIA sudah agak helpless...karena AS

semakin sombong dan mentang-mentang serta memandang sebelah mata

kepada kita. Mereka belum kenal dengan prajurit Ronin Blog I-I yang siap

bertempur untuk mati. Tentu saja kita juga memiliki konsepsi Jihad

untuk Indonesia Raya bila ini untuk kebenaran tentu Allah akan merestui

bukan. Lihat saja bila teror kepada agen-agen CIA sudah

dimulai....hahaha semuanya akan ramai di tahun 2008, siapa mengancam

siapa di saat itu akan membingungkan.

Bung Achdiyat, masalah khalifah Hizbut Tahrir itu juga masih mainan

intelijen asing dan domestik. Kebodohan umat Islam yang ditipu oleh

konsepsi khalifah...Masya Allah sangat kejam memang, agama juga

dijadikan alat untuk pembodohan. Perlu diketahui bahwa sebagian besar

warga Hizbut Tahrir tidak mengerti permainan internasional yang

memperolok-olok dunia Islam. Konsepsi khalifah tersebut dirangkai mulai

dari tataran fantasi (utopia) sampai ke tingkatan nyata di masyarakat

yang akhirnya berbentuk gerakan politik kelompok dan kekuasaan.

Kelemahan utamanya justru pada sikap eksklusif yang akan segera dengan

mudah dibidik sebagai gerakan yang tidak toleran. Terlalu banyak

Intel Oh Intel 481


paradox yang telah disusun dalam buku-buku politik HT yang pada

gilirannya akan membuatnya tidak mampu berjalan secara baik. Indonesia

menjadi subur bagi lahan HT karena situasional saja. Pada saatnya

kebohongan serta kebobrokan HT akan segera terungkap ke masyarakat

dan akan banyak yang insyaf dengan kebohongan propaganda HT.

Intelijen asing yang berada di belakang HT sengaja memecah belah umat

Islam Indonesia yang harus dipastikan tidak akan bisa bersatu sebagai

satu kekuatan politik. Perhatikan di seluruh dunia Islam, mengapa konflik

antar sesama muslim begitu kuat di mana-mana? siapa yang untung dari

situasi umat Islam yang terpecah belah tersebut?

Akhi Didin, Ikhwanul Muslimin dan PKS memang memiliki pola yang sama

dalam berbagai bidang. Sah-sah saja bila ada yang menganalisa demikian.

Namun bagi Blog I-I, apapun komponen bangsa Indonesia membentuk

sebuah gerakan politik, selama itu tidak menciderai kepentingan selruh

bangsa Indonesia alam kerangka Indonesia Raya, maka tidak ada yang

perlu dikhawatirkan. Janganlah kita saling menghancurkan sesama

komponen bangsa.

Mas Cah, unit khusus Seno Raya yang diberi kode nama sebuah desa di

Lembang Jawa Barat itu benar-benar tanpa catatan, sebagian besar

anggotanya mungkin sudah sulit dihubungi. Tetapi mudah-mudahan ada

rekan Blog I-I yang ingat dan bisa sharing. Saya sendiri rasanya belum

pernah bersentuhan dengan mereka. Kompartementasi di zaman saya

benar-benar berjalan.

Intel Oh Intel 482


Bung Humpty....masalah STIN adalah masalah internal unit baru yang

belum menunjukkan hasil di dunia operasional intelijen. Bila anda memiliki

informasi faktual dengan bukti nyata, silahkan disampaikan ke Pejaten,

bisa ke Inspektorat atau ke Kepala/Wakil Kepala BIN. Saya tidak akan

membahas terlalu banyak di Blog I-I.

Mas Fadly, intelijen BAIS TNI tentu saja masih memiliki unit-unit

operasional yang handal terutama dengan jaringan informan yang telah

lama terbina. Anda kan pernah cukup lama berinterksi dengan mereka dan

sudah bisa mengukur kemampuan mereka, hal-hal yang terkait dengan

profesionalisme memang sulit untuk diharapkan. Tetapi saya tahu persis

bahwa hal itu bersifat kasusistik saja. Sementara banyak perwira

intelijen yang benar-benar profesional.

Mas Rizal, pengin jadi intel? coba tanya lagi kenapa? kalo sudah yah

nekat saja melamar ke BIN atau jadi informan BAIS atau informan

Polisi. Syukur-syukur tanpa melamar anda direkrut.

Mbak Rani, kondisi Sidney bagi kunjungan SBY dalam acara APEC

diperkirakan aman, karena menurut informasi dari Sidney, pengamanan

sangat ketat. Tetapi tidak ada jaminan untuk steril dari kegiatan

demonstrasi Papua. Mengenai titik potensial demonstrasi coba cek ke

perwakilan kita di sana.

Bung Fauzi, potensi masalah di Aceh memang besar...apalagi bila dikaitkan

Intel Oh Intel 483


dengan kecurigaan bangkitnya separatisme secara struktural. Meski

demikian hal yang lebih penting adalah pencegahan kristalisasi keinginan

berpisah dari Indonesia Raya, karena harus ada keyakinan bahwa

bersama Indonesia Raya, Aceh justru akan semakin maju.

Mas Bajil...jangan khawatir, saya masih sempat melihat Blog I-I paling

tidak sekali dalam seminggu. Kalau banyak yang khawatir....sharing cerita

saja supaya tetap terisi. Sejumlah prajurit Ronin Blog I-I sudah pulang

ke bumi Indonesia Raya...semoga mereka aktif sharing cerita di Blog I-I.

Salam untuk seluruh rekan-rekan Blog I-I dimanapun berapa.

Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, September 04, 2007

Intel Oh Intel 484


Perjalanan Sunyi

Cukup lama saya meninggalkan rumah Blog I-I, tampak ada kekhawatiran

dari sebagian rekan-rekan yang bertanya-tanya baik langsung melalui e-

mail maupun dalam shoutbox. Maaf karena saya sedang menempuh

perjalanan sunyi ke beberapa check point sendi-sendi penopang Indonesia

Raya.

Informasi paling penting yang saya peroleh adalah bahwa pertarungan

antar intel di dalam NKRI cukup berbahaya karena sudah mengarah pada

"segala cara". Mengapa saya katakan antar intel, saya kira rekan senior,

mantan dan mereka yang aktif cukup mahfum dengan maksud saya.

Sejumlah isu besar dan kecelakaan yang terjadi di bumi pertiwi terbukti

jelas sebagai bagian dari perang intel. Operasi demi operasi yang

menjurus pada penciptaan kondisi tertentu terus bergulir.

Saya ingin menyampaikan early warning kepada intelijen aktif Kepolisian,

BAIS TNI, maupun BIN bahwa yang rekan-rekan hadapi adalah mereka

yang faham metode operasi rekan-rekan.

Memang kesimpulan-kesimpulan di Media Massa tentang sejumlah isu

yang menarik perhatian masyarakat telah mengarah pada pengungkapan

skenario kelompok tertentu. Namun karena kepentingan menjaga

"keadaan", hanya disampaikan indikasi-indikasi kewaspadaan nasional.

Sebut saja misalnya peranan intelijen asing, seharusnya akan lebih tepat

Intel Oh Intel 485


bila dinyatakan secara tegas telah terjadi kolaborasi intelijen asing dan

unsur penghianat intelijen dalam negeri.

Memang penghianatan intelijen dalam negeri tersebut terjadi karena

bertemunya kepentingan semata. Namun tetap saja akibatnya

menyengsarakan rakyat, sehingga untuk memperkuat organisasi, operasi,

dan penegakkan hukum sudah tidak bisa ditawar lagi. Hilangkan semua

ewuh pakewuh sesama intel, penghianat harus dimatikan/dibersihkan dari

bumi pertiwi...betapapun kuatnya sang penghianat.

Semua berteriak demi bumi pertiwi Indonesia Raya, tetapi para

penghianat berteriak lantang dalam tujuan yang berbeda...kekuasaan dan

uang.

Hampir semua kasus yang "aneh" dan terjadi dalam waktu yang relatif

cepat menjadi ajang perang antar intel. Sikap unsur pimpinan negeri

Indonesia Raya saat ini yang sangat berhati-hati telah memberikan ruang

yang terlalu luas kepada unsur-unsur penghianat.

Mohon maaf kepada segenap unsur intelijen yang sedang bertarung,

mohon buka mata buka hati dan lihatlah terperosoknya perjalanan bangsa

dalam lubang kebingungan yang menyebabkan stagnasi pembangunan.

Sudahlah akhiri perbedaan yang ada demi persatuan dan kesatuan,

hentikan segala keangkuhan bahwa masing-masing merasa begitu

hebatnya sehingga bisa mempengaruhi laju perjalanan bangsa Indonesia.

Intel Oh Intel 486


Seperti pernah saya ungkapkan dalam tulisan-tulisan sebelumnya,

intelijen asing seperti RD Malaysia, CIA, atau Mossad sekalipun hanya

cukup memanfaatkan keadaan yang sudah matang di tanah air tercinta

Indonesia Raya. Kita menjadi lupa bahwa banyak sendi-sendi kebangsaan

yang menjadi semakin rapuh manakala kepentingan kelompok lebih

dominan daripada nilai-nilai normatif kebangsaan dalam persatuan

Indonesia Raya.

Perjalanan Sunyi Senopati telah melalui relung-relung kejahatan dunia

intelijen yang membiarkan lahirnya kekuatan paramiliter di dunia bisnis

ditengah Ibu Kota Jakarta.

Perjalanan Sunyi Senopati telah melalui gelapnya ruang operasi tangan-

tangan pengendali perjalanan bangsa Indonesia.

Perjalanan Sunyi Senopati telah menyaksikan berhamburannya uang

rakyat dalam praktek korupsi yang semakin canggih dan halus, serta

membuktikan masih efektifnya cara-cara penyelesaian non-hukum.

Perjalanan Sunyi Senopati melintasi ruang orang-orang terhormat yang

degil dan tidak peduli pada nasib rakyat. Malahan masih banyak yang

gelap mata menikmati uang rakyat tanpa rasa bersalah seperti yang

Senopati lihat dari sosok terhormat di Washington D.C.

Intel Oh Intel 487


Sayang Senopati sudah terlalu lemah untuk melakukan sesuatu yang

berarti bagi masa depan bangsa Indonesia. Mudah-mudahan akan lahir

Senopati-senopati handal yang berani, tegas, dan peduli pada nasib

bangsa Indonesia Raya.

Maaf, tulisan ini sama sekali tidak menyentuh fakta-fakta kasus yang

bisa dipergunakan di depan hukum. Meskipun demikian, mudah-mudahan

cukup menjadi bahan pemikiran rekan-rekan yang juga menyaksikan,

merasakan, dan mendengar hal-hal yang serupa dalam perjalanan sunyi

rekan-rekan Blog I-I.

Perjalanan yang menjadi sunyi karena kita seperti seorang diri dalam

kepiluan hati dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Thursday, November 22, 2007

Intel Oh Intel 488


Memanaskan Situasi?

Mungkin ada benarnya juga kalo ada pihak-pihak yang menuduh tanpa

dasar bahwa Blog I-I hanya memanaskan situasi. Saya pribadi hanya

prihatin atas berbagai kondisi Indonesia Raya, mungkinkah bila anda

berdarah merah putih jadi repot dengan Blog I-I?

Saya hanya ingin mengatakan bahwa apa-apa yang rekan-rekan Blog I-I

sampaikan, saya terima dengan hati terbuka. Bila Blog I-I hanya

menuliskan open source tanpa menyertakan intelijen itu adalah

kesepakatan yang telah saya deklarasikan kepada sesepuh intelijen. Lagi

pula tidaklah mungkin saya menuliskan produk intelijen sebagaimana

dalam perputaran roda intelijen dalam Blog I-I.

Mengenai isu-isu yang mengandung unsur SARA, Blog I-I sudah sangat

berhati-hati dengan tidak memuat fakta-fakta intelijen yang bisa

menjerumuskan bangsa Indonesia ke dalam konflik. Hal ini juga menjadi

tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa Indonesia. Kepada

para junior di Opus Supremus janganlah khawatir atau ketakutan karena

sayap militan Blog I-I tidak akan melakukan apapun terhadap anda semua

secara fisik. Bukankah dengan menyarankan untuk saling transparan

sesama anak bangsa justru akan melahirkan saling percaya diantara kita.

Kepada mereka yang kebablasan dalam menilai masalah pengaruh Zionis

Israel di Indonesia, juga jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atas

artikel-artikel yang ada dalam Blog I-I. Lakukanlah konfirmasi ke

sumber-sumber lain yang rekan-rekan percaya.

Intel Oh Intel 489


Benar sekali bila dikatakan saya hanya seorang analis yang dangkal

dengan sumber bacaan majalah,koran, buku, dan bahan bacaan yang

mudah didapat dengan search engine di internet. Silahkan dicek

keseluruhan artikel dalam Blog I-I, rekan-rekan akan dapati bahwa tidak

ada yang spesial ataupun yang memaksakan kebenaran tertentu. Semua

kembali kapada rekan-rekan untuk mencernanya, atau kalo lebih teliti lagi

bisa membaca pesan tersirat.

Tetapi mengapa Blog I-I dilarang berbicara soal intelijen bila dasarnya

hanya open source, bukankah open source matters? Gaya retorika yang

menggurui dan melarang sana-sini justru yang tidak mendidik! Bukankah

Indonesia telah menjadi negara demokratis dan bebas bagi warga negara

Indonesia untuk berbicara, termasuk tentang intelijen.

Sekian

Posted by Senopati Wirang /Friday, December 14, 2007

Intel Oh Intel 490


Ketidaksengajaan Ego
Kepada segenap rekan-rekan Blog I-I, perlu saya sampaikan bahwa

sejumlah tulisan Blog I-I yang mencerminkan keegoan penulis serta

kedekatan dengan pemikiran dunia Islam adalah semata-mata

ketidaksengajaan dan saya kira rekan-rekan dapat memfilternya. Dalam

pendekatan post modernisme, diakui bahwa meneliti background penulis

untuk menilai kredibilitas suatu tulisan sangat penting. Dalam pada itu,

maka saya sangat berterima kasih atas kritiknya. Ke depan akan

diupayakan untuk lebih obyektif.

Terima kasih

Posted by Senopati Wirang /Tuesday, January 08, 2008

Intel Oh Intel 491

Anda mungkin juga menyukai