Anda di halaman 1dari 10

JURNAL SAINSTEK Vol.3, No.

2, Desember 2015

OPTIMASI SISTEM SALURAN TUANG PRODUK COR PULI 12”


MENGGUNAKAN SIMULASI ESI PROCAST
Sepfitrah
Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru
*corresponding author : sepfitrah@yahoo.com

ABSTRAK

Poroses pengecoran melalui beberapa proses yaitu, peleburan dan pemaduan logam, pembuatan
cetakan, penuangan logam cair kedalam cetakan, dan proses pengerjaan akhir(5). Setiap tahapan memiliki
parameter yang ditentukan guna mendapatkan hasil pengecoran yang baik dan bebas dari cacat. Seperti
pengaturan temperatur peleburan dan penuangan logam cair, sistem rongga saluran tuang, dan jenis cetakan
yang digunakan. Pada industri kecil parameter proses pengecoran lebih mengikuti pengalaman, sehingga
parameter tadi tidak terukur. Pada akhirnya, hasil produk coran berkualitas rendah dan banyak terdapat cacat.
Pada penelitian ini dicoba untuk mencarikan sebuah solusi dalam pengecoran produk puli pada sebuah
industri kecil. Produk akhir yang didapat masih terdapat cacat shrinkage (penyusutan). Penelitian ini
menggunakan metoda kajian teori dan perhitungan mengacu pada literatur serta FEA (Finite Element
Analisys) sebagai pendekatan terhadapat fenomena hasil pengecoran. FEA berupa simulasi komputer
digunakan untuk menganalisa sistem saluran tuang dan proses pembekuan logam cair dalam cetakan.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesalahan dalam perencanaan saluran tuang yang akhirnya
menyebabkan terjadinya cacat shrinkage, dalam hal ini penempatan posisi raiser dan dimensi raiser itu
sendiri yang tidak dapat menyuplai logam cair untuk mengatasi efek penyusutan selama proses pembekuan
logam cair.

Kata kunci: Pengecoran logam, cetakan, shrinkage, simulasi

ABSTRACT
Metal casting through several processes namely, melting and alloying of metal, mold making,
pouring molten metal into the mold, and the finishing process(5). Each stage has the specified parameters in
order to obtain good results of casting and free of defects. Such as temperature regulation smelting and
pouring of molten metal, gating system, and the type of mold used. In the small industrial casting process
parameters more closely follow the experience, so it was not a measurable parameter. In the end, the results
of casting products of low quality and there are many defects. In this study attempted to find a solution in the
16
foundry products pulleys in a small industry. The final product is obtained, there are still defects shrinkage.
This research uses the study of theory and calculation method refer to the literature and FEA (Finite
Element Analisys) as a result of the phenomenon approach to casting. FEA in the form of computer
simulations are used to analyze the gating system and solidification pour molten metal into molds. According
to the research there are errors in planning gating system that led to the shrinkage defects, in this case the
positioning and dimensions raiser can not supply molten metal to overcome the effects of shrinkage during
the solidification process molten metal.
Keywords: metal casting, molding, shrinkage, simulation

PENDAHULUAN yang mempunyai mampu lebur yang baik dan


Pengecoran logam adalah suatu proses banyak diaplikasikan pada beberapa komponen
manufaktur yang menggunakan logam cair dan teknik, seperti roda gigi, puli, rumah pompa,
cetakan untuk menghasilkan komponen yang barbel, blok mesin dan lain-lain.
mendekati bentuk geometri akhir dari produk Pemilihan material untuk sebuah
(2)
jadi . Logam yang telah cair dituangkan atau komponen harus disesuaikan dengan kondisi
ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga operasinya dan kemudahan dalam
sesuai dengan bentuk produk. Proses-proses memproduksinya. Salah satu komponen yang
dalam pengecoran meliputi : peleburan logam, pada proses produksinya membutuhkan proses
pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pengecoran logam adalah puli, terutama untuk
pengerjaan akhir/finishing. diameter yang cukup besar. Material dasar puli
Proses pengecoran menggunakan hasil pengecoran digolongkan pada besi cor
cetakan sebagai wadah pembentuk logam cair kelabu, yang dihasilkan melalui serangkaian
menjadi produk yang direncankan. Jenis cetakan proses peleburan skrap logam fero menggunakan
pasir yang paling sering digunakan. Hal ini tungku jenis kupola. Proses pengecoran dilakukan
disebabkan beberapa faktor antara lain. di Unit Pengecoran Logam Dinas Perindustrian
Pembuatan cetakan yang relatif mudah, biaya Pekanbaru.
pembuatan yang rendah, dan dapat mengecor Berdasarkan pengamatan dilapangan,
benda yang berukuran besar, tetapi umumnya proses pengecoran masih dilakukan secara
memerlukan pengerjaan akhir dikarenakan produk sederhana yang menerapkan proses berdasarkan
yang dihasilkan mempunyai permukaan relatif pengalaman semata. Sementara aspek-aspek
kasar. teknis secara teoritis seperti perencanaan saluran
Bahan baku coran dapat berupa logam tuang belum diterapkan. Hal ini menyebabkan
fero maupun non-fero. Beberapa komponen mesin kwalitas produk coran yang dihasilkan masih
membutuhkan bentuk dan sifat tertentu yang terdapat cacat seperti cacat penyusutan
hanya dapat diproduksi dengan teknik pengecoran (shrinkage), retak, porositi dan lain-lain.
logam. Besi cor adalah salah satu logam fero
17
Penelitian ini membahas tentang rongga cetak dilakukan pembuatan cetakan pasir
perencanaan saluran tuang cetakan pasir untuk untuk selanjutnya dilakukan proses penuangan
salah satu produk coran yang dihasilkan yaitu puli logam cair. Langkah-langkah penelitian dilakukan
berdiameter 12 inci. Sistem saluran tuang akan sesuai diagram alir gambar 1.
dianalisa melalui sebuah simulasi aliran logam Perencanaan awal sebelum proses
cair pada rongga cetakan menggunakan perangkat pengecoran mutlak dilakukan untuk menghindari
lunak komputer ESI ProCast versi 2011.0. Pada terjadinya kegagalan proses produksi maupun
penelitian ini akan dilihat optimalisasi sistem terjadinya cacat pengecoran. Dalam penelitian ini
saluran tuang dengan beberapa desain yang akan dilakukan perencanaan pengecoran puli 12 inci
dibandingkan dengan kondisi awal cetakan. dengan material dasar skrap logam ferro. Dimensi
produk telah ditentukan berdasarkan ukuran
standar puli, untuk selanjutnya dibuat saluran
METODOLOGI PENELITIAN tuang pada cetakan pasir. Hasil perencanaan
Kegiatan utama dari penelitian ini sistem saluran tuang disimulasikan menggunakan
adalah mendesain bentuk pola (patern) dan software Pro-cast untuk melihat prediksi hasil
rongga cetakan dengan alat bantu perangkat lunak tuangan logam cair.
ESI ProCast versi 2011. Setelah didapat desain

TAHAP AWAL SIMULASI PEMECAHAN


MASALAH

Mulai Pengamatan Simulasi dengan Perbaikan Desain


Lapangan perangkat lunak ProCast - Perbaikan desain
- Proses pembuatan - Desain benda dengan saluran tuang
CAD - Simulasi ulang dengan
cetakan - Mengubah desain ProCast
- Proses Peleburan benda ke desain coran
dan penuangan - Produk hasil
- Produk hasil pengecoran
pengecoran - Meshing desain coran Pembahasan
- Input parameter - Pembahasan proses
pengecoran pengecoran
- Studi Literatur - Pembahasan hasil
- Perumusan Pengecoran
Masalah gagal - Pembahasan hasil
Proses
simulasi
iterasi

berhasil

Tampilan hasil

Selesa Kesimpulan dan Saran


i
Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian
18
Tahapan simulasi menggunakan software ProCast CAD
adalah seperti terlihat pada gambar 2. ProCast (Geometri)
- .STL
merupakan salah satu software yang - .IGES

menggunakan metode elemen hingga (FEM). - . XT (Parasolid)

Software ini memodelkan perpindahan panas


Meshing
(heat flow) pada aliran logam cair. Disamping itu - Meshing Surface
- Meshing Volume
ProCast dapat pula memprediksi mikrostruktur
dan kemungkinan cacat produk coran yang terjadi
seperti cacat porositas dan penyusutan. Simulasi PreCast
- Materials
- Interface
model sistem saluran tuang pada pengecoran puli - Boundary Condition
- Process
12 inci meliputi analisis distribusi temperatur - Initial Condition
- Run Parameter
pada saluran tuang, fraksi padatan selama proses
pembekuan, dan shrinkage/ porositas.
DataCast
ProCast
(Run Simulasi)

ViewCast

Gambar 2. Diagram alir simulasi ProCast


HASIL DAN PEMBAHASAN ditinjau pula desain pengecoran berdasarkan teori
Hasil Penelitian yang ada.
Penelitian ini membahas mengenai proses Dari keterangan dilapangan desain
pengecoran produk besi cor Puli berdiameter 12 pengecoran lebih mengacu pada pengalaman para
inci. Analisa terhadap proses solidifikasi logam pekerja di unit tersebut. Keterbatasan sumber daya
cair pada cetakan pasir menggunakan alat bantu manusia menyebabkan tidak memungkinkannya
perangkat lunak ESI ProCast Versi 2011.0. proses pengecoran mengacu pada penggunaan
Perangkat lunak ini digunakan untuk men- teknologi perangkat lunak komputer yang
simulasikan kondisi logam cair tuangan di dalam moderen. Sehingga hasil pengecoran tidak dapat
cetakan. Dari hasil simulasi diharapkan dapat diprediksi apakah akan menghasilkan produk
dilihat distribusi temperatur saat proses yang baik atau tidak. Dengan menggunakan
pembekuan dan prediksi terjadinya cacat simulasi komputer hasil pengecoran akan dapat
shrinkage pada produk cor. Desain model yang diprediksi dan dilakukan perbaikan untuk
disimulasikan mengikuti desain awal pengecoran mengurangi cacat-cacat yang terjadi sehingga
yang dilakukan di unit pengecoran logam Dinas dapat menghemat biaya dan waktu. Dari
Perindustrian Provinsi Riau. Selanjutnya akan
19
rangkaian kegiatan penelitian tersebut, diperoleh yang berpengaruh terhadap cacat shrinkage adalah
hasil sebagai berikut : riser. Kemampuan riser untuk mensuplai logam
cair pada penyusutan benda cor pada saat
Desain Saluran Tuang Puli pembekuan akan berpengaruh terhadap terjadinya
Berdasarkan hasil pengamatan dan cacat shrinkage. Selain itu juga akan diamati
pengukuran dimensi produk cor puli dilapangan desain sprue pada proses pengecoran ini. Dari
seperti tercantum pada tabel 1, untuk kemudian tabel 1 dapat dilihat perbandingan desain riser dan
ukuran geometri tersebut diterjemahkan kedalam sprue antara desain awal oleh unit pengecoran
bentuk gambar teknik dengan perangkat lunak departemen perindustrian provibsi Riau dan
Computer-Aided Design (CAD). Geometri utama desain hasil perhitungan.

H da
Segmen 2
Hs
ds
Segmen 3
Segmen 1

Gambar 3. Model pengecoran puli 12 in


Tabel 1. Dimensi riser dan sprue puli 12 inci
Desain awal/ Hasil Desain hasil
Dimensi pengukuran perhitungan
(mm) (mm)
D 60 42.6
Riser
H 62 85.52
Hs 80 94.33
Sprue da 25 31.4
ds 25 22

Perhitungan dimensi riser menghasilkan desain hasil perhitungan, sehingga suplai logam
ukuran riser yang lebih tinggi dari desain cair untuk penyusutan tidak tercapai.
awalanya, dengan diameter lebih kecil. Volume Hasil Simulasi
3
riser hasil perhitungan ulang sebesar 122 cm Tampilan hasil simulasi berupa
menjadi lebih kecil dibandingkan volume riser visualisasi fraksi padatan yang terbentuk,
awal sebesar 175 cm3. Namun luas permukaan distribusi temperatur solidifikasi, lokasi dan
riser awal yang lebih besar dapat menyebabkan prosentase shrinkage, serta distribusi waktu
tekanan fluida pada riser lebih kecil dibandingkan solidifikasi. Perangkat lunak untuk menampilkan

20
hasil simulasi menggunakan Visual Cast 6.6, 1. Fraksi padatan pada proses pembekuan
dengan hasil sebagai berikut;

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. Distribusi fraksi padatan yang terbentuk (a) 100 detik, (b) 300 detik, (c) 500 detik, (d) 700 detik
Fraksi solid yang terbentuk dinyatakan segmen 3 dan 1, seperti terlihat pada gambar (b).
dalam skala 0 hingga 1, dimana indikasi warna Akhir dari terbentuknya fraksi terjadi pada raiser,
pada skala 1 menunjukkan pembekuan telah tunjukkan gambar (c), hingga akhirnya fraksi
sempurna. Pada gambar 4. a, memperlihatkan solid merata dengan nilai skala1, seperti terlihat
fraksi solid terbentuk dimulai dari segmen 2 puli, pada gambar (d).
untuk selanjutnya fraksi solid terbentuk pada 2. Distribusi temperatur selama pembekuan

21
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Distribusi temperatur logam tuang pada proses pembekuan (a) 100 detik, (b) 300 detik, (c) 500
detik, (d) 700 detik

Distribusi temperatur logam tuang dan Temperatur solidifikasi (Tsol= 1153oC).


selama proses solidifikasi terlihat pada gambar 5. Temperatur liquidus maupun solidus
Procast menampilkan distribusi temperatur menunjukkan batas mulai terjadinya fasa cair
berdasarkan pengelompokan warna. Pada bar ketika proses pencairan dan fasa padat ketika
warna disebelah kiri gambar hasil simulasi, juga proses pembekuan.
ditampilkan Temperatur liquidus (Tliq = 1195oC)
Dalam simulasi ini input kondisi batas muda, yang menunjukan temperaturnya 1055 oC,
temperatur pembekuan hanya sampai pada 500oC, atau bagian ini mulai terjadi pembekuan.
untuk menghemat waktu iterasi, dengan asumsi Selanjutnya pada gambar (b), (c) dan (d),
dibawah temperatur tersebut shrinkage sudah temperatur pada setiap segmen logam tuang terus
tidak terbentuk lagi karena produk sudah menjadi turun hingga 740 oC. Bagian riser merupakan
fasa padat. Pada gambar 5. (a) sudah terlihat pada bagian yang terakhir mengalami penurunan
sprue dan pinggiran segmen 2 berwarna coklat temperatur.
22
3. Prosentase shrinkage pada proses pembekuan

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6. Distribusi cacat shrinkage pada logam tuang selama pembekuan (a) 100 detik, (b) 300 detik, (c)
500 detik, (d) 700 detik

Gambar 6. di atas memperlihatkan pada gambar (b). Kondisi ini terjadi karena riser
terbentuknya cacat shrinkage pada logam tuang tidak dapat mensuplai penyusutan pada segemen
selama proses pembekuan. Cacat shringkage yang 1, akibat pada segmen 2 telah membeku terlebih
terbentuk dinyatakkan dalam tampilan warna dahulu, yang menghalangi suplai logam cair.
sesuai dengan jumlah prosentasenya terhadap total Selanjutnya shrinkage juga terbentuk pada
volume logam tuang. Jumlah cacat pada shrinkage segmen 3 yang relatif jauh posisinya dari
yang terbentuk maksimal sebesar 5,63%. Cacat jangkauan riser, seperti terlihat pada gambar (c)
mulai terbentuk pada detik ke 300 proses dan (d).
pembekuan yaitu di segmen 1, seperti terlihat 4. Waktu solidifikasi

23
Gambar 7. Distribusi lamanya proses pembekuan pada produk cor.

Pada tampilan hasil simulasi procast metode Modulus benda tuang, bagian segmen 1
berupa distribusi waktu solidifikasi, hanya memiliki modulus terbesar dan segmen 3
ditampilkan bagian-bagian dari logam tuang memiliki modulus paling kecil, sehingga
berdasarkan warna dan lama waktu peletakkan posisi riser sudah tepat pada segmen
pembekuannya. Waktu pembekuan terjadi dalam dengan nilai modulus tertinggi. Namun dimesi
rentang waktu 1,6 hingga 532 detik. Bagian yang riser desain sebelumnya tidak sesuai berdasarkan
memiliki waktu paling singkat membeku adalah perhitungan yang dilakukan.
bagaian sprue dan pinggiran segmen 2 yang Merujuk pada hasil simulasi pengecoran
ditunjukkan dengan warna ungu, yaitu 1,6 detik. logam menggunakan perangkat lunak Procast,
Sedangkan bagian yang mengalami pembekuan dapat diprediksi, fraksi solid terbentuk pertama
palaing akhir adalah pada bagian puncak riser dan kali pada bagian segmen 2. Hal ini ditunjukkan
leher riser (riser neck), dengan lama pembekuan pada visualisasi hasil simulasi fraksi solid dimana
sebesar 532 detik. temperatur pada segmen ini juga mengalami
pembekuan paling awal dibandingkan bagian
lainnya dari logam tuang. Urutan pembekuan

KESIMPULAN yang terjadi dimulai dari segmen 2, kemudian

Dari langkah-langkah penelitian yang segmen 3, selanjutnya segmen 1 dan yang paling

telah dilakukan maka ditarik beberapa kesimpulan akhir adalah riser.

sebagai berikut : Simulasi juga memvisulisasikan

Tahapan pembekuan berdasarkan shrinkage pertama kali terbentuk pada segmen 3,

perhitungan sistem saluran tuang berdasarkan hal ini disebabkan terjadinya pembekuan lebih

24
cepat pada segmen 2 dibandingkan segmen 3,
sehingga suplai logam cair dari riser terhalang
menuju segmen 3. Selain itu jarak yang relatif DAFTAR ACUAN
jauh antara riser dengan segmen 3 dan bagian 1. ASM International (2009), “Casting
lainnya juga dapat menyebabkan terbentuknya Design and Performance”,
www.asminternational.org (hal.11 Fig.2)
cacat shringkage tersebut. 2. Abrianto A (2010), “Teknik Pengecoran
Desain awal sistem saluran tuang tidak maksimal Dan Peleburan Logam”, Unjani Bandung
3. ESI ProCast 2011.0 (2011), “Tutorials
untuk mengatasi cacat shrinkage yang terjadi,
version 2011”, www.esi-group.com
untuk itu perlu dilakukan perbaikan berdasarkan 4. Surdia T, Chijiwa K (1980), “Teknik
hasil penelitian yang telah dilakukan. Untuk Pengecoran Logam”, PT. Pradnya
Paramita Jakarta.
mengatasi cacat shrinkage pada segmen 3, perlu
5. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pe
dilakukan penambahan riser yang ditempatkan ndidikan/Tiwan/Cacat_coran_dan_pence
diatas bagian tersebut, sehingga suplai logam cair gahannya.pdf
untuk penyusutan yang tidak dapat dilakukan riser
pertama akibat pembekuan pada segmen 2 dapat
teratasi.

25

Anda mungkin juga menyukai