Anda di halaman 1dari 66

Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketika kita membicarakan mengenai bahan baku atau pun sebuah

benda yang berbahan baku dari logam dalam dunia manufaktur, sedikit

banyaknya kita tidak pernah terlepas dari yang namanya sebuah

pengecoran logam.

Dalam kehidupan sehari-hari unsur logam seringkali kita temui

disekitar kita dalam bentuk peralatan dapur,perkakas kerja, material

bangunan dan lain-lain. Benda-benda tersebut dihasilkan dari berbagai

macam proses. Salah satunya dengan cara metode pengecoran.

Pengecoran merupakan proses manufaktur merubah bentuk logam

dengan cara mencairkannya terlebih dahulu, kemudian setelah berubah

menjadi logam cair, logam tersebut dituangkan dan ditekan ke dalam

cetakan yang telah dibuat sebelumnya, lalu dibiarkan membeku, kemudian

dikeluarkan dari cetakan.

Pada praktikum ini, tahap-tahap dari proses pengecoran akan

diterapkan langsung. Dimulai dari bagaimana cara membuat pola (pattern)

dari gabus dangan menggunakan cetakan dari pasir. Membuat cetakan dari

pasir mengguakan pola yang sudah dibuat(kayu), melakukan pengecoran

logam,yang kemudian dilanjutkan dengan tahap finishing terhadap hasil

pengecoran tersebut dengan proses kerja bangku.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


1
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

1.2. TUJUAN

Adapun tujuan dari percobaan metallography ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat membuat pola dan cetakan pasir untuk membuat produk coran

logam.

2. Menentukan dan merencanakan sistim saluran dalam suatu pembuatan

produk coran logam.

3. Mengetahui beberapa proses atau teknik dalam pembuatan cetakan.

4. Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan

berpengaruh terhadap cetakan yang yang dibuat.

5. Merencanakan dan membuat barang jadi melalui teknik pengecoran

logam.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


2
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB II

DASAR TEORI

2.1. PENGECORAN LOGAM

Pengecoran adalah proses penuangan logam cair ke dalam cetakan

yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang direncanakan, kemudian

dibiarkan mendingin dan membeku didalam cetakan sehingga dihasilkan

suatu produk coran. Dalam proses ini, beberapa hal yang harus dilakukan

untuk membuat produk coran adalah pencairan logam, pembuatan cetakan

dan inti, penuangan logam cair, pembongkaran, pembersihan coran dan

pengerjaan akhir.

Pemilihan cetakan pasir yang akan digunakan pada proses

pengecoran logam dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis dan

pertimbangan ekonomisnya. Ada beberapa jenis cetakan pasir yang biasa

dipergunakan, yaitu antara lain :

a. Cetakan pasir basah

b. Cetakan pasir kering

c. Cetakan pasir CO2 proses

d. Cetakan pasir kulit

e. Cetakan pasir yang mengeras sendiri lainnya

Proses pengecoran dengan cetakan pasir dilakukan dengan

menggunakan gaya gravitasi secara natural agar logam cair dapat mengisi

rongga cetakan dengan baik, oleh karena itu desain sistim saluran (gating

system) akan sangat menentukan kualitas produk cor. Setiap tahapan yang

dilakukan harus menyesuaikan dengan diagram alir proses pengecoran yang

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


3
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

merupakan urutan dari tahapan proses pengecoran untuk menghasilkan

produk cor yang baik dengan produktivitas yang tinggi.

2.2. PEMBUATAN CETAKAN

2.2.1. Pola

Pola atau pattern adalah suatu model yang memiliki ukuran

dan bentuk yang sama dengan bentuk produknya kecuali pada

bidang-bidang tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti

bidang pisah (parting line), bentuk rongga (cavity), dan proses

pemesinannya, yang menyebabkan kesulitan untuk dibentuk

langsung pada pola.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diantisipasi dengan

perhitungan penyusutan logam dan toleransi pemesinannya. Untuk

itu ada beberapa faktor diatas yang harus diperhatikan pada saat

perencanaan pola yaitu:

a. Bidang pisah (Parting line)

Fungsi dari bidang pisah ini adalah memisahkan atau

membuat partisi dari bagian pola bagian atas (cope) dan dengan

pola bagian bawah (drag). Untuk itu bagian pola atas dan bawah

harus memiliki acuan agar tidak mengalami kesalahan dimensi.

b. Penyusutan Pola

Pada setiap pola yang akan harus diketahui dahulu

material apa yang akan digunakan untuk pembuatan produk.

Ukuran pola harus ditambahkan dengan ukuran penyusutannya,

setiap logam memiliki nilai penyusutan berbeda, antara lain besi

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


4
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

cor memiliki nilaipenyusutan (shringkage) sebesar 1%, aluminium

1.5 % dan baja 2%.

c. Bahan dan Jenis Pola

Bahan-bahan yang dipakai untuk pola yaitu kayu, resin,

atau logam. Dalam proses pengecoran tertentu atau khusus

digunakan pola plaster atau lilin.

1) Pola Kayu

Kelebihan bahan pola dari kayu yaitu:

Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.

Mudah didapat.

Mudah dikerjakan (proses pengerjaannya mudah)

Harganya murah.

Kekurangan bahan pola dari kayu yaitu:

Tidak bisa mengerjakan produksi massal.

Sering terjadi penyusutan.

2) Pola Logam

Kelebihan bahan pola dari logam yaitu:

Bisa digunakan untuk produksi massal

Mudah didapat.

Kekurangan dari bahan pola logam yaitu:

Tingkat kesulitan perjakan

Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk

maupunukurannya.

3) Resin sintetis

Kelebihan bahan pola dari resin sintetis yaitu:

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


5
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Dapat digunakan untuk bentuk dan ukuran yang rumit.

Biasanya untuk produksi missal

Kekurangan bahan pola dari resin sintetis yaitu:

Harganya relatif mahal dan sulit didapat.

d. Peralatan Pembuatan Pola

Proses manufaktur pola kayu memerlukan alat-alat kerja

kayu (carpenter) yang cukup modern, seperti gergaji mesin, alat

penghalus permukaan, bor kayu, dan alat-alat pahat. Proses

pembuatanya sendiri cukup rumit karena alat ukur yang digunakan

memiliki panjang yang berbeda dengan ukuran normal akibat

adanya nilai penyusutan logam, untuk itu sangat diprlukan

ketelitian pada saat pembuatanya.

Pola yang terbuat dari logam diproses dengan menggunakan

mesin-mesin yang cukup canggih seperti dengan menggunakan

mesin CNC (computerize numerical control), Wire cut, dan mesin

konvensional seperti bangku bubut, freis, bor, dan gerinda.

(a) (b)

Gambar 2.1 a. CNC (computerize numerical control), b. Wire cut


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


6
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

2.2.2. Inti

Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada

rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang

seharusnya berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu

coran. Pada dasarnya inti dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

inti pasir basah dan inti pasir kering. Inti pasir basah merupakan

bagian dari pola dan terbuat dari bahan yang sama dengan cetakan.

Inti pasir kering dibuat secara terpisah dan dipasang setelah pola

dikeluarkan, sebelum cetakan dirakit.

Jika ada penggunaan inti, maka dapat dibuat dengan cara

CO2-Proses dengan komposisi bahan cetakan yang dipakai adalah

sebagai berikut:

Pasir silika (pasir baru: balance)

Air Kaca (Water Glass) (4-6%)

Gula tetes (1/2-1%)

Komposisi pasir untuk inti dapat menggunakan pasir cetak furan

yaitu:

Pasir silika baru 4-11%

Pasir silica bekas 89-96%

Binder 1-1,5% dari total pasir

Catalist 30-50% dari binder

Bahan-bahan tersebut masuk mesin continuos mixer furan

dimana binder (furfuryl alcohol) sebagai pengikat dan catalyst

(Sulfuric Acid, H2SO4) sebagai pengeras. Setelah tercampur maka

pasir dikeluarkan dari mesin.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


7
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

2.2.3. Sistim Saluran (Gatting System)

Saluran tuang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

suatu bagian untuk mengalirnya logam cair mengisi rongga cetakan.

Bagian-bagiannya meliputi cawan tuang (pouring basin), saluran

turun (sprue), saluran pengalir (runner), dan saluran masuk (ingate).

Sistem saluran yang ideal harus memenuhi kriteria seperti;

mengurangi cacat, menghindari penyusutan dan dapat mengurangi

biaya produksi. Sistim saluran terdiri atas:

1. Saluran Turun/Tuang (Sprue)

Sprue atau saluran tuang adalah suatu saluran vertikal

tempat penuangan atau pouring logam cair yang berada pada

daerah diatas parting line yang akan meneruskan logam cair

kedalam gate, riser dan produk cor. Secara umum bentuk saluran

masuk ada beberapa tipe diantaranya adalah sprue seperti

terompet dan pouring basin (bush) yang berbentuk seperti kotak

makanan. Posisi dan tinggi sprue sangat menentukan kecepatan

alir dari logam cair yang akan mengisi rongga cetakan. Oleh

karena itu untuk perhitungan tinggi sprue efektif (ESH=Effective

Sprue Height) kita dapat menghitungnya dengan persamaan:

P2
ESH = H - -----
2C

Gambar 2.2 Posisi dan Tinggi Sprue


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


8
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

H = Tinggi sprue. (Cm)

C = Tinggi coran. (Cm)

P = Tinggi coran dari cope hingga bagian teratasnya. (cm)

Disain sprue/down sprue merupakan bagian yang penting

saat logam cair dituangkan. Disain sprue harus menghindarkan

terjadinya turbulensi logam cair. Aliran logam yang turbulen akan

menyebabkan meningkatkan daerah yang terkena udara sehingga

sehingga oksidasi mudah terjadi. Oksida yang terbentuk akan naik

ke permukaan logam cair sehingga menyebabkan coran menjadi

kasar permukaannya atau oksida akan terjebak di dalam coran

dan menyebabkan cacat. Umumnya bentuk sprue mengecil

kebawah dengan kemiringan 2-7o.

Gambar 2.3 Bentuk sprue


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

2. Saluran Pengalir (Runners)

Menggunakan standar dan ukuran yang umum dipakai.

Bentuk persegi panjang, baik digunakan untuk cetakan pasir.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


9
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Membuat perpanjangan runner (blind-ends) untuk menjebak

dross yang terbentuk.

Gambar 2.4 Saluran pengalir


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Ukuran luas runner 3 kali luas ujung keluar sprue/down

sprue/choke.

Ukuran runner biasanya dibuat berdasarkan perbandingan

sprue : runner : gate. (misalnya, 1:3:2).

3. Saluran Masuk (Gate)

Gateadalah saluran yang mendistribusikan langsung

logam cair ke dalam rongga produk cor. Ingate harus mudah

dipotong untuk proses pelepasan produk cor dari bagian sistem

salurannya biasa disebut fettling, oleh karena itu dalam

pembuatan ingate kita harus memperhatikan ukuran coran,

ketebalanya, kondisi cetakan dan ukuran dan bentuk ingatenya

itu sendiri.

Gambar 2.5 Bentuk-bentuk desain gate


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


10
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Keterangan:

a. circular / lingkaran e. tipe-U

b. hexagonal f. persegi

c. segitiga g. tipe-W

d. semi-circular

4. Saluran Penambah (Riser)

Riser didisain dekat ke bagian yang tebal dan berfungsi

sebagai umpan logam cair selama pembekuan. Riser

mempunyai ukuran dan konstruksi agar dapat membeku paling

akhir. Pertimbangan terhadapRiser adalah sebagai berikut:

Ketinggian riser tergantung dari jenis riser yang digunakan.

Untuk top riser = 1,5 kali diameter riser

Side riser = 0,75 2 kali diameter riser

Hubungan antara diameter dan tinggi riser :

Gambar 2.6 Hubungan antara diameter dan tinggi riser


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


11
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Untuk memudahkan pembuangan riser, biasanya dibuat

riser neck. Riser akan efektif jika riser neck dibuat lebih pendek.

2.2.4. Gating Ratio

Didefinisikan sebagai perbandingan antara luas penampang

melintang sprue : total luas penampang runner : total luas

penampang gate. Umumnyauntuk besi cor dan baja, rasio ini

menurun, menurut banyak peneliti, gating ratio yang

direkomendasikan adalah sebagai berikut:

Quick pouring =1:2:4

Ordinary pouring = 1 :0,9 : 0,8

Slow pouring = 1 : 0,7 : 0,5

Perbedaan rasio untuk top gating dan bottom gating yaitu:

Top gating = 1 :0,9 : 0,8

Bottom gating = 1 :1,1 : 1,2

2.2.5 Cetakan
Cetakanpada pengecoran logam merupakan salah satu

komponen penting untuk menghasilkan suatu produk logam melalui

proses pengecoran. Cetakan adalah suatu alat pada proses

pengecoran yang terbuat dari suatu material tahan temperatur tinggi

(refractory) dan memiliki suatu rongga dengan bentuk geometri

tertentu untuk di cor dan menghasilkan suatu produk cor yang sesuai

dengan bentuk geometri rogga tersebut.

Untuk membuat suatu cetakan pasir maka akan dibutuhkan

bahan lain yang akan di mixing dengan pasir agar sifat-sifat yang

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


12
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

diinginkan seperti mampu bentuk, mampu tekan, mampu retak,

refractoriness, permeabilitas dan sifat yang diinginkan lainnya dapat

dicapai. Beberapa bahan lain yang ditambahkan kedalam pasir cetak

antara lain:

a. Bentonit, adalah suatu bahan pengikat atau binder yang

dicampurkan kedalam pasir cetak dengan tujuan meningkatkan

mampu bentuk dari pasir cetak.

b. Coal dust, adalah suatu bahan tambahan pada pasir cetak yang

bertujuan agar pasir lebih terbuka ketika logam cair dituangkan

hingga permeabilitas pasir tetap baik dan juga berfungsi untuk

membentuk film gas CO2 agar antara pasir dan logam cair terpisah

dan melindungi butir pasir supaya tidak terjadi overheat dan fusi

terhadap permukaan logam.

c. Air dan Gula tetes, adalah bahan tambahan untuk membantu

meningkatkan mampu tekan dan kekuatan dari pasir cetak.

d. Bahan tambahan lain untuk pasir cetak seperti: Dextrine, diethyl

glicol, soda ash, tepung maizena, tepung tapioka dan bahan

tambahan lainya.

Cetakan pasir basah adalah campuran antara pasir, bahan

pengikat bentonit (sejenis tanah liat), air dan bahan penolong.

Cetakan setelah selesai langsung diisi logam cair. Keuntungan :

pembuatan cepat, murah dan dapat dipakai berulangkali. Komposisi

cetakan :

Pasir (80 90)%

Air (4-5)%

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


13
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Bentonit (10-15)%

Bahan penolong (grafit) (2-3)%

Cetakan pasir kering adalah campuran antara pasir, tanah liat,

gula tetes, melase dan air. Setelah cetakan selesai kemudian

dikeringkan dalam dapur pengering suhu (200-350)oC. Keuntungan :

Pengendalian dimensi lebih baik tetapi biaya mahal dan waktu

produksi lama (waktu pengeringan). Komposisi cetakan :

Pasir (80 90)%

Melase (0,5-1)%

Tanah liat (10-15)%

Air (< 4)%

Gula tetes (1-2)%

2.3. Klasifikasi Tungku


Dalam suatu industri pengecoran, tungku peleburan merupakan

suatu komponen penting karena dapat menentukan tahapan proses produksi

selanjutnya. Disamping itu penanganan terhadap logam juga merupakan hal

yang cukup penting dalam suatu proses produksi. Logam cair dalam

keadaan ideal, kualitas hasil proses pengecorannya akan sangat tergantung

pada teknik pencetakkan dan perlakuan terhadap logam cair tersebut serta

tergantung pula pada jenis tungku yang dipergunakan, selain itu tungku

tersebut juga akan mempengaruhi kecepatan dan kapasitas peleburan.

Penggunaan jenis tungku dengan gangguan pada permukaan logam

cair seminimum mungkin, akan sangat disukai, oleh karena itu jenis tungku

dengan terjadinya kontak langsung hasil pembakaran dan logam cairnya

harus dihindari. Disamping itu, jenis tungku yang dilengkapi dengan sistim

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


14
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

kontrol temperature juga penting, karena dengan semakin tingginya

temperatur logam cair, maka kelarutan gas dan reaksi oksidasi akan

semakin besar yang akan berpengaruh terhadap terbentuknya cacat-cacat

coran.

Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan

logam pada proses pengecoran atau untuk memanaskan bahan dalam

proses perlakuan panas. Karena gas buang dari bahan bakar berkontak

langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi

penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentoleransisulfur

dalam bahan bakar. Bahan bakar padat akan menghasilkan bahan partikulat

yang akan mengganggu bahan baku yang ditempatkan didalam tungku.

Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin

sampai mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan tenaga kerja

sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada

pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang

minimum. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (dibawah

70%) dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler

(dengan efisiensi lebih dari 90 %). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang

tinggi didalam tungku. Sebagai contoh, sebuah tungku yang memanaskan

bahan sampai suhu 1200 oC akan mengemisikan gas buang pada suhu

1200 oC atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang cukup

signifikan.

Tungku secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda

pembangkitan panasnya: tungku pembakaran yang menggunakan bahan

bakar, dan tungku listrik yang menggunakan listrik. Tungku pembakaran

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


15
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

dapat digolongkan menjadi beberapa bagian seperti ditunjukkan dalam Tabel

2.1 jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara

perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya.

Tetapi dalam prakteknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini

sebab tungku dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara

pemuatan bahan ke tungku yang berbeda, dll. Tungku yang paling umum

digunakan akan dijelaskan dalam bagian berikutnya.

Tabel 2.1 Klasifikasi tungku

2.3.1. Tungku Krusibel

Tungku krusible merupakan salah satu jenis tungku dengan

sistim pemanasan tidak langsung (indirect fuel fired furnace). Fungsi

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


16
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

utamanya adalah untuk melebur logam tembaga, Aluminium dan

sejenisnya. Peleburan muatan dilakukan dengan menggunakan

krusibel yang dipanaskan bagian luarnya secara konduksi melalui

dinding krusibel dengan sumber panas dari pembakaran minyak,

gas,kokas, arang atau pemanasan dari filamen listrik.

Berdasarkan cara pencairan logamnya, tungku krusibel

diklasifikasikan dalam 3 jenis (Gambar 2.7), yaitu:

1. Tungku jenis lift-out

2. Tungku jenis stationary

3. Tungku jenis tilting

Gambar 2.7. Beberapa jenis tungku krusibel; a. lift-out crucibel,


b.Stationary pot, dan c.tilting-pot.
Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Pada tungku jenis lift-out, seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.7, krusibel ditempatkan di dalam rangka tungku, setelah

logam mencair maka krusibel dikeluarkan dari dalam tungku. Krusibel

yang dipergunakan harus selalu menggunakan jenis refraktori

dengan kapasitas maksimum 50 kg. Kerugian dari jenis tungku ini

adalah keterbatasan dalam menghasilkan produktivitas dalam jumlah

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


17
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

yang tinggi, memerlukan jumlah tenaga kerja yang banyak, dan

buruknya kondisi kerja, tetapi keperluan biaya perlengkapannya

paling murah.

Tungku jenis stationary adalah jenis tungku dengan krusibel

yang ditempatkan secara permanen, kapasitas peleburannya berkisar

antara 150450 kg aluminium dan jenis krusibel refraktori maupun

besi cor dapat digunakan dalam tungku jenis ini, tetapi krusibel jenis

besi cor perlu selalu dilapis ulang dengan bahan refraktori secara

periodik. Keuntungan dari jenis tungku ini adalah terletak pada

kecocokkannya untuk beralih dari peleburan satu jenis paduan ke

jenis paduan lainnya dan tungku jenis stationari ini sangat baik untuk

pemurnian aluminium serta biaya instalasi yang diperlukan relatif

tinggi.

Tungku krusibel jenis tilting, digunakan untuk peleburan dalam

jumlah yang besar berkisar sampai 450 kg aluminium, dan

penuangan logam cairnya dengan cara dimiringkan, logam cair akan

mengalir melalui saluran yang ada pada dinding tungku atau pada

bagian atas bibir tungku. Keuntungan dari jenis tungku ini adalah

dapat melebur dengan jumlah muatan yang besar, logam cair dapat

dituangkan dengan mudah dan cepat, tetapi memerlukan biaya

instalasi yang relatif cukup tinggi. Keuntungan dari jenis tungku ini

adalah dapat melebur dengan jumlah muatan yang besar, logam cair

dapat dituangkan dengan mudah dan cepat, tetapi memerlukan biaya

instalasi yang relatif cukup tinggi.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


18
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Effesiensi panas/peleburan dari tungku jenis krusibel adalah

berkisar antara: 15-30 %, rendahnya effisiensi tersebut karena

tingginya panas yang hilang melalui saluran gas buang. Struktur

utama konstruksi tungku jenis krusibel terdiri atas; krusibel, lapisan

refraktori, sistim pembangkit panas dan alat pengukur temperature.

2.4. PELEBURAN & PEMADUAN LOGAM

2.4.1. Prinsip Pencairan Muatan pada Tungku Krusibel

Prinsip kerja pencairan muatan pada tungku jenis krusibel

dengan sumber panas dari bahan bakar minyak (cair) atau

arang/kokas (padat) adalah dengan cara bahan bakar dimasukkan

kedalam ruang reaksi (burner) sehingga akan menimbulkan panas

dialirkan secara radiasi ke dinding krusibel. Selanjutnya energi panas

ini dipindahkan secara konduksi ke dalam muatan melalui dinding

krusibel.

Reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen (O2)

dalam udara menghasilkan gas CO2 dan H2O serta energi panas.

Energi panas tersebut yang diperlukan untuk mencairkan muatan

dalam krusibel hingga mencair.

Proses pencampuran antara bahan bakar dan oksigen dalam

udara, berlangsung sangat pendek. Pemanasan bahan bakar dan

dara dilakukan sangat cepat, karena pemanasan cepat inilah

senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut terurai menjadi senyawa-

senyawa yang lebih ringan dengan unsur dasar karbon dan hidrogen.

Sebagai hasil dekomposisi thermal ini, sebagian besar pembakaran

terjadi antara hidrogen dan karbon elemental. Unsur hidrogen

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


19
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

terbakar denan nyala api yang tidak terlihat (luminous flame),

sementara unsur karbon terbakar dengan nyala api kuning yang khas

(yellow flame).

2.4.2. Peleburan Aluminium dan Paduannya

Aluminium murni dan paduan aluminium dapat dicairkan

dengan berbagai cara. Tungku coreless,channel induction, crusible,

open-heart reveratory furnaces yang memakai sumber panas dari

gas atau bahan bakar minyak, dan tungku electric resistance serta

electric radiation adalah jenis-jenis tungku yang biasa digunakan.

Salah satu jenis tungku peleburan logam yang banyak

digunakan yaitu, Sealed crusible furnace (Gambar. 2.8). Dengan

kerangka yang terbuat dari baja yang dilas, bagian atas ditutup

lembaran baja yang dilapisi dengan bata tahan api, bagian lining

terbuat dari bata tahan api setebal 3-4 in. Tungku crucible biasanya

digunakan untuk peleburan logam non ferrous, seperti

aluminium,seng, tembaga dan timah. Pada tungku peleburan ini,

crusible biasanya terbuat dari tanah liat atau grafit yang diletakan

didalam ruang pembakaran.

Gambar 2.8. Tungku yang digunakan dalam proses pembuatan


Aluminium.
Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


20
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Crusible yang terbuat dari besi cor atau baja digunakan

dengan tujuan untuk menyediakan panas yang cukup bagi logam

sehingga temperatur logam cair konstan. Crusible jenis ini

mempunyai konduktivitas panas dan kekuatan mekanik yang baik.

Tetapi crusible yang terbuat dari besi cor atau baja mempunyai

kelemahan, yaitu unsur Fe dapat larut ke dalam logam aluminium

cair. Untuk menanggulangi hal ini tungku harus sering dibersihkan

dan dilapisi dengan refraktory wash.

Tabel 2.2. Titik cair dan temperatur penuangan dari paduan aluminium

2.4.3. Kelarutan Gas pada Cairan Aluminium dan Paduan

Secara umum telah diketahui bahwa atom dalam bentuk gas

akan bersatu atau masuk kedalam logam cair. Ketika dua atom

bersatu membentuk suatu molekul, molekul gas tersebut akan keluar,

tapi bisa juga gas tersebut terperangkap didalam logam cair

membentuk gelembung. Didalam peleburan aluminium, hanya sedikit

hidrogen yang diserap dari atmosfer. Sumber utama hidrogen

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


21
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

didalam Al adalah uap air, uap panas, atau hasil dari reaksi kimia

sebagai berikut :

3H2O + 2Al = 6H + Al2O3

(uap air) (aluminium) (Hidrogen) (aluminium oksida)

Temperatur logam cair juga menentukan jumlah hidrogen

yang diserap. Ketika temperatur naik volume hidrogen yang larut

kedalam logam cair akan semakin besar seperti yang terlihat pada

Tabel.2.4.

Tabel. 2.3 Hubungan temperatur dengan daya larut hidrogen.

Grafik di bawah ini memperlihatkan betapa cepatnya

kandungan hidrogen naik ketika temperatur aluminium cair naik.

Paduan yang mengandung hidrogen 0,01cm3/100 gram relatif

bebas dari porositas.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


22
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.9. Pengaruh temperatur terhadap daya larut hidrogen


dalam aluminium.
Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Ketika temperatur logam cair turun, gas hidrogen akan

terdesak keluar dengan cepat dan ini menyebabkan terjadinya

pinhole atau porositas. Penambahan unsur paduan dalam logam

Alumunium, dapat merubah kelarutan gas Hidrogen seperti yang

ditunjukan pada Gambar 2.9. beberapa unsur paduan yang dapat

menurunkan kelarutan gas Hidrogen, diantara: Si, Zn, Cu, dan Mn.

Sedangkan unsur paduan lainnya yang dapat menaikan kelarutan

gas Hidrogen, diantaranya: Mg, Fe, Ni, dan Li. Dari faktor tersebut

diatas maka penambahan unsur paduan merupakan hal penting

dalam proses pengecoran, khususnya pada cairan logam Alumunium

paduan.

Dalam Gambar 2.9 tersebut ditunjukkan kelarutan ditunjukkan

kelarutan gas Hidrogen pada logam paduan Alumunium seri 319

yang ditunjukkan dalam kurva, dimana diasumsikan bahwa tidak

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


23
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

terjadi perubahan kelarutan dalam kondisi padat, hal mana suatu

paduan akan menahan kelarutan gas Hidrogen lebih kecil dari pada

Alumunium murni tetapi perlu diingat dengan penambahan unsur

paduan berarti akan menurunkan titik beku logamnya. Sehingga garis

tegak pada Gambar tersebut akan bergeser ke kiri.

Kelarutan gas Hidrogen pada coran logam paduan Aluminium

antara 0,6-1,0 ml/100 gram Aluminium. Hal ini tergantung dari

persentase unsur paduan dan temperatur. Sebagai contoh pada ingot

Aluminium umumnya mengandung kelarutan gas Hidrogen antara 0,2

ml/100 gram Aluminium.

a. Mekanisme Gas Pada Waktu Pembekuan

Ketika logam cair dituangkan ke dalam cetakan maka akan

mengalami pendinginan dengan cepat. Logam cair kemudian tidak

dapat menahan lebih lama gas-gas yang larut dikarenakan batas

kelarutan yang berkurang berdasarkan turunnya temperatur dan

akibatnya kemudian akan terbentuk gelembung-gelembung gas.

Penguapan gas yang terserap selama pembekuan suatu produk

cor ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.10. Terbentuknya porositas pada waktu


pembekuan
Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


24
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Ketika logam cair mulai membeku, gelembung gas

terbentuk pada daerah yang berdekatan dengan kulit yang padat

karena temperaturnya turun. Hal ini berlanjut ketika proses

pembekuan berlangsung terus. Gelembung gas tidak dapat keluar

karena puncak riser membeku. Kepala riser meletus keluar karena

tekanan yang besar dilepaskan oleh hirogen ketika gas tersebut

mengalami tekanan dari logam.

b. Rongga Udara

Rongga udara merupakan cacat yang paling banyak terjadi

dalam berbagai bentuk. Rongga udara dapat muncul sebagai

lubang pada permukaan atau di dalam coran. Rongga-rongga gas

yang kecil disebut pinhole yang akhirnya dikenal sebagai gas

porosity sedangkan rongga-rongga yang besar disebut blow hole

atau gas hole. Porositas (pinhole) adalah lubang didalam

permukaan yang biasanya berbentuk bola dan halus. Cacat ini

timbul apabila gas-gas terutama hydrogen terbawa dalam logam

cair terkurung dalam logam yang disebabkan tekanan logam

selama pembekuan. Sebab-sebab cacat pinhole adalah:

Gas terbawa dalam logam cair selama pencairan.

Gas terserap dalam logam cair selama penuangan/ injeksi.

Reaksi logam induk dengan uap air dari cetakan.

Temperatur pencairan terlalu tinggi dan waktu pencairan terlalu

lama.

Penuangan yang terlalu lambat.

Cawan tuang dan sistem saluran yang basah.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


25
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Cetakan yang kurang kering.

Cara-cara pencegahan:

Penghilangan gas dari logam cair dapat dilakukan dengan

peniupan gas iner kedalam cairan logam, umpamanya gas

nitrogen adalah yang biasa dipakai untuk maksud tersebut.

Penghilangan gas dengan fluks, terutama fluorida dan khlorida

Pencairan kembali.

Perencanaan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran

logam cair.

c. Dros

Logam cair dari paduan aluminium mudah teroksidasi.

Oksida dalam logam cair atau berasal dari kotoran pada muatan

dan hasil reaksi oksidasi pada saat peleburan terkumpul sebagai

dros pada permukaan atau bagian dalam coran. Untuk

menghilangkan dros pada produk coran dapat dilakukan:

1. Pembersihan kotoran pada muatan yang akan dilebur.

2. Pemberian fluxing dan degassing pada saat peleburan.

3. Pembuangan terak sebelum logam cair dituangkan.

4. Pembuatan gating sistem yang mampu menangkap dros.

5. Usahakan aliran logam cair agar tidak turbulen.

6. Lakukan pemanasan pada cetakan 150C

2.4.4. Gas dan Porositas

Porositas pada logam coran merupakan salah satu cacat

coran, yang disebatkan oleh gas Hidrogen dan menyebatkan coran

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


26
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

itu tidak terpakai. Hal ini akan dibahas hubungan konsentrasi gas

Hidogen dan pengaruhnya terhadap sifat coran.

Secara makroskopik terbentuknya coran selalu ada

penyusutan, hal ini disebabkan karena pengisisaan yang kurang.

Lubang pori-pori (rongga) yang besar mencakup banyak struktur

dendrit yang terbentuk, sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar

2.4.4 a yang dapat dianggap penyusutan sebagai basis ukuran.

Penyusutan lubang pori-pori yang lebih besar pada coran, biasanya

berbentuk penyusutan pipa, porositas dapat pula terjadi pada daerah

permukaan coran (Pinhole porositity).

Pada umumnya micro porositas yang ditemukan dalam coran

adalah kombinasi gas dan penyusutan jenis rongga yang terjadi di

antara struktur dendrit, merupakan bagian dari struktur padat. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 2.4.4. c dan 2.4.4. d porositas yang terjadi

pada daerah pembekuan ditunjukkan kelarutan gas hidrogen yang

menyusut.

Gambar 2.11. Bentuk porositas dalam coran paduan Aluminium.


Sumber: (modul praktikum proses manufaktur)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


27
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum proses manufaktur dilakukan pada hari Minggu, tanggal 20

November 2016, berlangsung dari pukul 08.00 sampai 21.00 WITA di

Workshop Prodi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Fakultas

Teknik Banjarbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan:

1. Cetakankayu

2. Tungku

3. Cawantuang

4. Blower

5. Penggaris

6. Cuter

7. Thermometer

8. Ladel

9. Palu

10. Sarungtangan anti panas

11. Were cutting foam (electric)

Adapun bahan yang digunakan:

1. Aluminium

2. Arang

3. Pasirsilika

4. Pasirkuarsa

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


28
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

5. Sterofoam

6. Polakayu

7. Baby powder

3.3. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :

3.3.1 Pengecoran Pasir basah

1. Siapkan Pola Kayu

2. Periksa kesiapan tungku dan peralatannya.

3. Penyalaan tungku peleburan.

4. Material charging (masukkan muatan dalam krusibel).

5. Pembersihan slag/terak.

6. Liquid metal treatment.

7. Pengecekkan temperatur pouring/penuangan.

8. Penuangan logam cair pada cetakan.

9. Pengambilan hasil pengecoran.

10. Mengukur hasil pengecoran dengan pola awal.

3.3.2. Pengecoran evaporative

1. Pembuatan pola (sterofoam)

2. Periksa kesiapan tungku dan peralatannya

3. Penyalaan tungku peleburan

4. Material charging (masukkan muatan dalam krusibel)

5. Liquid metal treatment

6. Pengecekkan temperatur pouring/penuangan

7. Penuangan logam cair pada cetakan

8. Pengambilan hasil pengecoran

9. Mengukur hasil pengecoran dengan pola awal

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


29
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pola 1

Gambar 4.1. Dimensi Pola Benda 1


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Tabel 4.1 Ukuran pola, hasil pengecoran dan hasil finishing cor

benda 1

UKURAN POLA HASIL CETAKAN HASIL FINISHING


NO. BAGIAN (MM) (MM) (MM)
A1 23.7 33.8 33.2
1.
A2 25.1 33.8 33.2

B1 15.65 16.25 14.8


2.
B2 16.65 16.25 14.8

C1 _ 125 135
3.
C2 _ 120o 135o

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


30
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

4. D 70 6.8 6.4

5. E 2.75 4.90 4.95

6. F 56.1 38.1 39.15

G1 19.25 21.2 19.5


7.
G2 21.35 21.2 19.5

H1 27.7 34.8 34.7


8.
H2 29.9 34.8 34.7

I1 _ 120 o 135 o
9.
I2 _ 125 o 135 o

10. J 12 12.5 11.8

11. K 1.7 4.6 4.7

12. L 61.2 38.6 38.5

M1 97 o 91 o 96 o
13.
M2 96 o 92 o 96 o

14. N 116.35 115.4 114.6

15. O _ 88 o 85 o

16. P _ 91 o 94 o

17. Q 119.2 117.6 117.4

18. R 14.7 14.5 13.9

19. S _ 80 o 81 o

20. T _ 100 o 99 o

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


31
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

4.1.2. Pola 2

Gambar 4.2 Pola Benda 2


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Gambar 4.3 Dimensi Pola Benda 2


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


32
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Tabel 4.2 Ukuran pola, hasil pengecoran dan hasil finishing cor

benda 2

UKURAN POLA HASIL CETAKAN HASIL FINISHING


NO. BAGIAN (MM) (MM) (MM)
1 A 15 16 15.45

2 B 28 28.6 28.4

3 C 48 47.8 47.5

4 D 10.5 10.4 9

5 E 151 150 150.9

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Cetakan 1

Gambar 4.4. Benda Hasil Cetakan 1


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Dari hasil pengecoran pada benda 1 terjadi penambahan

demensi disisi bagian atas sehingga bentuk dari hasil pengecoran

tidak sempurna seperti pola yang di inginkan. Hal ini disebabkan

karena ada sebagian pasir cetakan yang runtuh dan penuangan

yang terlalucepat.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


33
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Runtuhnya cetakan pasir disebabkan karena pasir cetakan

sudah mulai mengering sehingga hasil pengecoran pada sisi

bagian atas demensinya lebih besar dari pola.

Penuangan coran hasil pembakaran yang terlalu cepat

juga mengakibatkan ada nyatumbukan antara coran dengan

cetakan pasir sehingga cetakan pasir mengalami pengikisan dan

berakibat pada bentuk hasil percetakan yang tidak sempurna.

Tidak adanya lubang udara keluar pada cetakan juga

mempengaruhi dari hasil percetakan. Ketika corandi masukkan

kedalam cetakan, udara didalam cetakan akan sulit keluar

sehingga udara yang tidak bias keluar tersebut terperangkap

didalam coran dan itulah yang menyebabkan adanya lubang-

lubang kecil didalam benda hasil cetakan.

Dari hasil praktikum nilai penyusutan pada masing-masing

dimensi adalah sebagai berikut, dimensi A mengalami penyusutan

sebesar 6.20 mm ; dimensi B mengalami penyusutan dimensi

sebesar 0.50 mm; dimensi C mengalami penyusutan sebesar 2.23

mm; dimensi D mengalami perubahan sudut 2; dimensi E

mengalami penyusutan sebesar 0.65 mm; dimensi F mengalami

penyusutan sebesar 3.98 mm; dimensi G mengalami penyusutan

sebesar 0.60 mm.

Dari hasil di atas terdapat penyusutan dan pembesaran

dimensi pada hasil cetakan. Itu disebabkan karena ketika

praktikan akan melepaskan pola dari cetakan, praktikan akan

menggerakkan pola tersebut agar bisa terlepas dari cetakan. Hal

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


34
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

inilah yang menyebabkan terjadinya penyusutan dan pembesaran

dimensi pada hasil cetakan.

4.2.2. Hasil Cetakan 2

Gambar 4.5. Benda hasil cetakan 2


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil dari pengecoran

ada bagian yang tidak sesuai dengan pola yang telah dibuat,

dimana pada benda hasil cetakan terdapat sedikit benjolan pada

hasil cetakan. Hal ini disebabkan karena cetakan pasir kering yang

berada pada bagian bawah pola tidak terlalu padat, seingga saat

dituangkannya cairan maka, cairan akan menekan pada bagian

yang tidak padat.

Terjadinya benjolan dikarnakan kurang hati-hatinya

praktikan dalam menuangkan pasir kedalam cetakan dan juga

kurang hati-hatinya dalam meletakan pola pada cetakan.

Tidak adanya lubang udara keluar pada cetakan juga

mempengaruhi dari hasil percetakan.Ketika coran dimasukkan

kedalam cetakan, udara didalam cetakan akan sulit keluar

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


35
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

sehingga udara yang tidak bisa keluar tersebut terperangkap

didalam coran dan itulah yang menyebabkan adanya lubang-

lubang kecil didalam benda hasil cetakan.

Dari hasil praktikum nilai penyusutan pada masing-masing

dimensi adalah sebagai berikut, dimensi A mengalami penyusutan

sebesar 2 mm ; dimensi B mengalami penyusutan dimensi

sebesar 1.4 mm; dimensi C mengalami penyusutan sebesar

2.2 mm; dimensi D mengalami perubahan sudut 1.6; dimensi E

mengalami penyusutan sebesar 1.1 mm.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


36
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Mahasiswa telah bisa membuat pola dan cetakan pasir untuk membuat

produk coran logam.

2. Mahasiswa telah bisa menentukan dan merencanakan sistim saluran

dalam suatu pembuatan produk coran logam.

3. Mahasiswa telah mengetahui beberapa proses atau teknik dalam

pembuatan cetakan.

4. Mahasiswa telah mengetahui besaran-besaran atau parameter proses

yang terlibat dan berpengaruh terhadap cetakan yang yang dibuat.

5. Mahasiswa telahbisa merencanakan dan membuat barang jadi melalui

teknik pengecoran logam.

5.2. Saran

Pada saat praktikum praktikan sebaiknya berhati-hati dalam meletakkan

pola maupun melepaskan pola dari cetakan. Praktikan juga harus berhati-hati

dalam menuangkan coran kedalam cetakan,karena apabila praktikan tidak

berhati-hati dalam menuangkan coran kedalam cetakan akan mengakibatkan

tumbukan atau pun tubulensi coran didalam cetakan yang membuat pasir

cetakan runtuh dan mengurangi dimensi dari pola sebelumnya.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


37
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

DAFTAR PUSTAKA

CNC Milling, (Online), (www.qualiturn-cnc.com, diakses 2 Desember 2016)

Siswanto Rudi. 2015. ModulPraktikum Proses


Manufaktur.UniversitasLambungMangkurat: Banjarbaru.

Wire EDM, (Online), (www.edm-machining.com, diakses 2 Desember 2016)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


38
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Lampiran

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


39
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


40
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknik kerja bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh

seseorang dalam mengerjakan benda kerja dan sebagai dasar untuk materi

teknik permesinan pada tingkat selanjutnya. Pekerjaan kerja bangku meliputi

berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai dengan perintah kerja.

Persyaratan kualitas terletak kepada pemahaman seseorang dalam praktek

kerja bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi tingkat

keterampilan dasar penguasaaan alat tangan, tingkat kesulitan produk yang

dibuat dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku tidak hanya

menitikberatkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga pada prosesnya. Di

mana pada proses tersebut lebih menitikberatkan pada etos kerja yang

meliputi ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik sebagai dasar sebelum

melanjutkan ke pengerjaan yang menggunakan mesin-mesin produksi.

Pekerjaan kerja bangku penekanan pada pembuatan benda kerja dengan

alat tangan dan dilakukan di bangku kerja. Praktikum kerja bangku untuk

melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja yang baik dan

benar serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar

tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai

jika mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan

dan tata cara pengerjaan praktek kerja bangku.

Pekerjaan kerja bangku meliputi mengikir, mengebor, mengetap.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Mahasiswa dituntut selalu mengembangkan

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


41
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

segala potensi yang ada pada dirinya guna membentuk keterampilan yang

berkualitas, professional dan berwawasan luas.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum kerja bangku adalah

1. Untuk mengetahui peralatan kerja bangku dan fungsinya.

2. Untuk melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja yang baik

dan benar.

3. Mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai

sesuai dengan gambar kerja yang ditentukan

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


42
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Alat-alat Kerja Bangku

2.1.1. Ragum / Vice

Ragum adalah alat yang digunakan dalam kerja bangku yang

berfungsi untuk menjepit benda kerja pada pekerjaan yang meliputi:

mengikir, menggergaji, memahat dll.

Gambar 2.1. Ragum/Vice


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)
Ragum biasanya terpasang pada meja kerja dan terbuat dari besi

tuang atau besi tempa. Ada beberapa jenis ragum yang digunakan

dalam kerja bangku. Pada praktikum ini hanya diperkenalkan 2 jenis

ragum yaitu Ragum penjepit depan dan Ragum penjepit belakang.

2.1.2. Kikir/File

Kikir banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan akhir seperti

menghilangkan bagian - bagian tajam dari sisa-sisa pengerjaan mesin

atau pada proses perakitan.

Gambar 2.2. Kikir


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


43
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

a. Jenis kikir

Berdasarkan Bentuk

Gambar 2.3. Bentuk Kikir


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

1. Kikir rata (plat), tebal kikir seluruhnya sama, lebar kikir

kearah ujungnya menirus kikir. Fungsinya untuk meratakan

dan membuat bidang sejajar dan tegak lurus.

2. Kikir blok lebar, kikir seluruhnya sama,lebar kikir bagian

ujungnya berkurang. Fungsinya membuat rata, sejajar dan

menyiku antara bidang satu dengan bidang lainnya.

3. Kikir segi empat (square) fungsinya membuat rata dan

menyiku antara bidang satu dengan bidang lainnya.

4. Kikir segitiga (triangle) bentuknya segitiga,segitiga kikir pada

bagian ujungnya mengecil. Fungsinya untuk meratakan dan

menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau lebih besar.

5. Kikir pisau (knife) bentuknya mirip pisau,fungsinya untuk

meratakan dan menghaluskan bidang berbentuk sudut 60

atau lebih kecil.

6. Kikir setengah bulat (half round), fungsinya untuk

menghaluskan, meratakan dan membuat bidang cekung.

7. Kikir silang (crossing) fungsinya untuk menghaluskan bidang

cekung dan membuat bidang cekung.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


44
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

8. Kikir bulat (round) bentuk bulatnya pada ujungnya makin

mengecil. Fungsinya untuk menghaluskan dan menambah

diameter bidang bulat.

Berdasarkan Jumlah Gigi

1. Kikir Gigi Tunggal

Gambar 2.6.4 menunjukan kedudukan gigi kikir tunggal yang

menyudut 54 terhadap garis sumbu. Bram - bram tidak

mudah dan gigi itu akan terhalang. Saat ini gigir tipe ini

hampir tidak di gunakan lagi

Gambar 2.4. Kikir Gigi Tunggal


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

2. Kikir Gigi Ganda

Pada kikir ganda, pahatan bagian dalam dibuat lebih dalam

dibandingkan pahatan pada bagian yang membentuk sudut

70 terhadap garis sumbu. Dengan demikian tidak akan

terjadi alur - alur bekas pengikiran pada benda pekerjaan.

b. Pemeliharaan Kikir

Karena sangat keras,daun kikir menjadi rapuh dan giginya mudah

rusak kalau penyimpanannya tidak hati-hati, pemakaian kasar atau

berada dengan kikir yang lain, sewaktu penggunaannya jangan

sembarang lempar saja ke atas meja tetapi sebaiknya disimpan

secara berpenampang, jangan biarkan bergesekan dengan mulut

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


45
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

catok, baja yang di keraskan atau di gunakan untuk baja perkakas

yang di keraskan. Jangan menggunakan kikir tanpa pegangan sebab

bisa melukai tangan, ukuran pengangan harus sesuai dengan ukuran

kikir dan kokoh sewaktu pemasangan bisa jalan memanaskan dulu

tangkainya sampai merah suram dan lalu masukan pada pegangan

kayu sehingga membentuk Iubang yang pas.

c. Pengikiran

Pengikiran Menyilang

Kikir merupakan perkakas dasar yang memerlukanlatihan

yang benar- benar dan hati-hati. Sewaktu pengikiran posisi adalah

penting (seperti akan menggergaji) yang harus di pelajari dari

permulaan, tempatkanlah benda kerja rendah ke dalam mulut

catok untuk menghindari terjadinya getaran, di tempatkan kira-kira

setinggi siku.

Gambar 2.5. Cara Memegang Kikir


Sumber: (http://dikaariefdarmawan.blogspot.co.id/)

Cara memegang kikir di perlihatkan dalam gambar 2.1.5.,

pemula harus berlatih mengikir dengan gerakan panjang dan

kokoh, jaga supaya permukaan kikir selalu menempel pada benda

kerja. Hal ini memerlukan keterampilan pergelangan tangan yang

mengimbangi pergerakan kikir, bila kikir di serongkan sedikit

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


46
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

melintasi benda kerja, maka kontak permukaannya akan lebih

besar dan juga bila digerakan sedikit menyimpang sepanjang

permukaan, akan membantu menghasilkan pinggiran yang rata.

Pengikiran hendaknya di mulai dengan kikir kasar untuk

menghilangkan kotoran logam dengan cepat, dan pengikiran halus

bisa di capai dengan mudah.

Pengikiran Tarik

ini adalah proses penyelesaian yang di laksanakan setelah

pengikiran silang dan berguna untuk menghasilkan suatu

permukaan yang halus. Sebuah kikir halus di pegang menyilang

pada benda kerja secara tepat dengan kedua tangan, di tarik ke

muka dan belakang sepanjang permukaan sampai garis-garis

kasarnya hilang. Jadi cara ini untuk menghilangkan cacat-cacat

kecil atau menghaluskan saja.

Pengikiran Lengkung

untuk membulatkan sudut-sudut luar, yaitu pertama kita

memotong logam dengan gergaji sebanyak mungkin, lalu

permukaan-permukaan yang rata dikikir sampai menyentuh garis

Iengkungan, demikian juga sudut-sudut runcingnya dikikir sampai

mendekati bentuk Iengkungan yang sebenarnya. Dan terkahir di

selesaikan.

Kikir-kikir bulat dan setengah bulat bisa membentuk lengkung

dalam yang kecil, tetapi kalau menggunakan kikir rata gerakan-

gerakan ke sampingnya akan membuat cacat, dengan kikir

setengah bulat akan memhasilkan Iengkungan yang baik.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


47
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Beberapa lengungan bisa diperhalus dengan pengikiran (dram-

fi/ing) dengan sebuah kikir tangan yang kecil.

Penempelan

Kadang-kadang partikel-partikel logam menempel pada kikir

dan menyumbat gigi-giginya. Hal ini terjadi untuk semua logam

dalam beberapa hal, tetapi terutama terjadi pada logam-logam

yang lunak. Sebuah kapur kecil yang di gosokan sekitar kikir akan

membantu menghindari terjadinya penempelan ini, dan bila

mereka nampak juga, kikir harus cepat-cepat di bersihkan untuk

mencek benda kerjanya. Logam sewaktu-waktu bisa di bersihkan

dengan di sikat sepanjang deretan gigi-gigi dengan sikat baja

khusus (le card), tetapi akan lebih baik apabila menggunakan

strip tembaga atau kuningan yang runcing di goreskan di antara

gigi-gigi kikir.

2.1.3. Gergaji

Gergaji digunakan digunakan untuk memotong dan mengurangi

ketebalan benda kerja sebelum dilakukan pengikiran.

a. Bagian dari bentuk gergaji

1. Bingkai

Terbuat dari pipa bajakuat dan kaku agar mudah

mengarahkan daun gergaji.

2. Tangkai

Terbuat dari logam lunak dan harus nyaman dipegang.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


48
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

3. Pasak

Bagian untuk memegang daun gergaji.

4. Nut kupu-kupu

Pengatur kekencangan daun gergaji.

Gambar 2.6. Bagian-bagian Gergaji


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

b. Daun gergaji adalah alat potong

Daun Gergaji

Beberapa faktor yang harus diketahui untuk memilih daun gergaji.

Material daun ergaji terbuat dari baja karbon atau dari HSS

(high speed steel).

Daun gergaji ini dikeraskan pada bagian mata potongnya saja

atau secara keseluruhan tergantung dati kebutuhan.

Daun gergaji untuk memotong material yang keras

mempunyai sudut buang 0, sedangkan untuk memotong

material yang lunak sudut buangnya 5 - 20. Bagian dalam

daun gergaji dilengkapi dengan radius untuk melingkamya

chips (sisa potongan ).

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.7. Daun Gergaji


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

2.1.4. Palu

Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja pada pekerjaann

memahat, mengeling, membengkok, dan sebagainya.

Gambar 2.8. Palu


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

Menurut macam jenis palu, umumnya digunakan sebagai berikut:

a. Palu Keras

Palu keras dibuat dari bahan baja yang kedua ujungnya di

keraskan

seperti:

1. Palu konde digunakan untuk mencekungkan atau mengelingkan

benda kerja.

2. Palu Pen searah digunakan untuk meratakan dan merapatkan

bagian sisi sudut yang letaknya searah.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


50
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

3. Palu Pen Melintang digunakan untuk meratakan dan

merapatkan bagian sisi/sudut yang letaknya melintang

b. Palu Lunak

Palu lunak dibuat dari bahan kayu, plastic, karet, tembaga dan

kuningan. Bahan-bahan tersebut hanya dipasang pada ujung

pangkalnya saja. Alat ini digunakan untuk mengetok/memukul

benda kerja yang kedudukannya kurang tepat. Pada gambar berikut

dapat dilihat macam-macam palu lunak.

2.1.5. Mesin Bor

Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat

pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu

mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan pengeboran

adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam

lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang

disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang, membuat

lubang bertingkat, membesarkan lubang, chamfer.

Gambar 2.9. Mesin Bor


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


51
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

a. Jenis-Jenis Mesin Bor

1. Mesin Bor Meja

Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja.

Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan

diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip

kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke

poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar

yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan

naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang

dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran.

2. Mesin Bor Lantai

Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai.

Mesin bor lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin

bor lantai ini adalah mesin bor yang mejanya disangga dengan

batang pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya dirancang untuk

pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.

3. Mesin Bor Radial

Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-

benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang

pada lantai, sedangkan meja mesin telah terpasang secara

permanen pada landasan atau alas mesin.

4. Mesin Bor Koordinat

Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan

mesin bor sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem

pengaturan posisi pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan

untuk membuat/membesarkan lobang dengan jarak titik pusat dan

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


52
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran dan

ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang

tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam

arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem

optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat

diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.

b. Bagian-Bagian Mesin Bor

1. Cekam Bor

Cekam bor digunakan untuk memegang mata bor bertangkai

silindris. Biasanya cekam ini mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit.

Ukuran cekam bor ditunjukkan oleh diameter terbesar dari mata bor

yang dapat dijepit.

2. Sarung Pengurung/Sarung Tirus

Mata bor yang bertangkai tirus dapat dipegang oleh sarung

pengurung yang berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan sarung

berbentuk tirus, maka pada saat mata bor ditekan, ia akan saling

mengunci. Lubang dan tangkai tirus dibuat menurut tirus morse,

yaitu ketrirusan menurut standar internasional.

2.1.6 Tap

Tap (Membuat Ulir Dalam)

Alat yang dipakai untuk membuat ulir dalam dengan tangan

dimanakan tap dalam hal ini disebut saja tap tangan untuk

membedakan penggunaannya dengan yang dipakai mesin.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


53
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Bahannya terbuat dari baja karbon atau baja suat tepat (HSS) yang

dikeraskan.

Tiap satu set, tap terdiri dari 3 buah yaitu tap no.1 (Intermediate

tap) mata potongnya tirus digunakan untuk pengetapan langkah

awal, kemudian dilanjutkan dengan tap no. 2 (Tapper tap) untuk

pembentukan ulir, sedangkan tap no. 3 (Botoming tap)

dipergunakan untuk penyelesaian.

Gambar 2.10. Tap dan Pemegang Tap


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

Tap memiliki beberapa macam ukuran dan tipe sesuai dengan

jenis ulir yang dihasilkan apakah itu Ulir Metrik ataupun Ulir

Withworth. Berikut arti huruf dan angka yang tertera pada Tap ( hal

ini juga berlaku pada Snei).

Contoh penulisan spesifikasi tap dan snei adalah sebagai berikut:

a. Tap M10 x 1,5.

M = Jenis ulir metrik

10 = Diameter nominal ulir dalam mm

1,5 = Kisar ulir

b. Tap W 1/4 x 20, W 3/8 x 16

W = Jenis ulir Witworth

= Diameter nominal ulir dalam inchi

20 = Jumlah gang ulir sepanjang satu inchi

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


54
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

2.2. Peralatan Pendukung dan Alat Ukur pada Kerja Bangku

Berikut ini beberapa macam alat pendukung benda kerja yang umum

digunakan dalam kerja bangku :

2.2.1. Mistar baja

Mistar baja (Gambar 21) mempunyai panjang 30 cm sampai dengan 100

cm dalam skala satuan mm dan inchi, digunakan untuk mengukur panjang

dan alat bantu menggores serta sebagai acuan ukuran.

Gambar 2.11. Mistar Baja


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

2.2.2. Busur derajat (Bevel protector)

Busur derajat pada umumnya terbuat dari bahan stainlessteel dengan

tujuan agar supaya tahan terhadap karat.

Gambar 2.12. Busur Derajat


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

2.2.3. Penggores

Penggores (scriber) adalah alat untuk menggores benda kerja

(logam) sebagai persiapan untuk dikerjakan atau sebagai gantinya

pensil apabila hendak menggambar di atas kertas. Ada 3 jenis

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


55
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

penggores yang sering digunakan yaitu penggores teknik, penggores

saku dan penggores mekanik, semuanya digunakan sebagai penggores

benda kerja seperti ditunjukkan pemakaiannya pada

Gambar 2.13. Penggores


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

2.2.4. Penitik pusat

Penitik pusat (Center-punch) terbuat dari baja perkakas yang bagian

badanya dikartel agar tidak licin sewaktu dipegang, ujungnya lancip

dengan sudut 90 . Penitik digunakan untuk menandai titik pusat lubang

yang akan dibor. Untuk menandai garis yang akan dipotong dapat

digunakan penitik garis (prick-punch), penitik ini mempunyai sudut

lancipnya 60.

Gambar 2.14. Penitik


Sumber: (modul praktikum kerja bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


56
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum kerja bangku dilakukan pada hari Minggu, tanggal 20

November 2016, bertempat di Workshop Prodi Teknik Mesin Universitas

Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru.

3.2. Alat Dan Bahan

3.2.1. Alat Yang Digunakan

1. Kikir

2. Ragum

3. Gergaji Besi

4. Mesin Bor

5. Penitik

6. Palu

7. Jangka Sorong

8. Mikrometer

9. Busur Derajat

10. Sikat Baja

11. Waterpass

3.2.2. Bahan Yang Digunakan

1. Benda Hasil Pengecoran

3.3. Prosedur Praktikum Kerja Bangku

1. Gunakan alat keselamatan kerja (safety).

2. Penentuan komponen yang akan dibentuk.

3. Siapkan mesin yang akan digunakan, ikuti selalu seluruh instruksi.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


57
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

4. Ukur dan benda kerja sesuai dengan kebutuhan komponen.

5. Letakkan benda kerja di ragum potong dengan gergaji untuk

menghilangkan bagian yang tidak perlu.

6. Lakukan proses finishing menggunakan kikir.

7. Lakukan penitikan pada benda kerja dengan menggunakan penitik

8. Letakkan benda kerja di ragum mesin bor kemudian di jepit.

9. Senter benda kerja dengan menggunakan waterpass.

10. Setelah disenter, bor benda kerja di posisi senter menggunakan mata

bor ukuran 7 - 9.

11. Rapihkan kembali alat-alat dan bahan yang telah digunakan.

12. Selesai

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


58
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Praktikum

1. Proses Pengerjaan Awal Material

Setelah bahan hasil pengecoran sudah dingin atau siap untuk

digunakan, hasil pengecoran akan kita potong untuk mengilangkan dari

bagian-bagian yang tidak terpakai.

Gambar 4.1. material setelah dilakukan proses pemotongan


(Sumber: dokumentasi pribadi)
Setelah dilakukan proses pemotongan, maka langkah selanjutnya

adalah kita jepit benda menggunakan ragum agar benda tidak bergerak

saat kita melakukan proses pengikiran. Proses pengikiran dilakukan

dengan tujuan untuk menghilangkan dan menghaluskan bagian

permukaan benda.

Gambar 4.2. material saat dilakukan pengikiran


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


59
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

2. Proses Pengeboran

Tahap selanjutnya dari proses praktikum kerja bangku ini adalah

melakukan pengeboran pada benda kerja sebelum dilakukan proses

pengerjaan tahap akhir. Sebelum pengeboran terlebih dahulu lakukan

penitikan pada benda kerja dengan menggunakan penitik dan palu agar

hasil pengeboran presisi sesuai pada posisi yang diinginkan.

Proses pengeboran dilakukan sebanyak 2 tahap pertama dengan

menggunakan mata bor berdiameter 7 mm dan diakhiri dengan mata bor

berdiamter 9 mm. Tujuan dari pengeboran dilakukan sebanyak 2 tahap

adalah untuk mempermudah proses pengeboran, saat pemasangan

material pada mesin bor lakukan penyetingan dengan teliti, pastikan agar

ujung mata bor tepat pada bagian titik yang telah kita buat. Selama proses

pengeboran gunakan oli sebagai pendingin agar bor yang digunakan awet

serta tidak cepat tumpul.

Gambar 4.3. material saat dilakukan pengeboran


Sumber: ( dokumentasi pribadi)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


60
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

3. Proses Pembuatan Ulir Dalam

Tahap selanjutnya setelah proses pengeboran adalah proses

pembuatan ulir dalam. Saat ingin melakukan pembuatan ulir sebaiknya

benda kerja kita jepit menggunakn ragum dan kerataan benda kerja juga

diperhatikan, agar banda kerja saat dilakukan pengetapan tidak

bergoyang sehingga proses berjalan dengan baik. Proses pengetapan

kita lakukan sebanyak 3 kali karna tiap satu set tap memiliki 3 buah tipe,

yaitu tap no.1 (Intermediate tap) kemudian dilanjutkan dengan tap no. 2

(Tapper tap) untuk pembentukan ulir,dan terakhir tap no. 3 (Botoming

tap) dipergunakan untuk penyelesaian.

Sebelum mengetap berikan sedikit pelumas pada tap, kemudian

pastikan bahwa tap benar-benar tegak lurus terhadap benda kerja. Putar

tap secara perlahan searah jarum jam. Pemutaran tap hendaknya

dilakukan maju searah jarum jam, kemudian diputar mundur berlawanan

arah jarum jamdengan tujuan untuk memotong tatal, selanjutnya

kembalikan pada posisi awal dan putar lagi maju searah jarum jam dan

mundur lagi berlawanan arah jarum jam, demikian seterusnya sampai

selesai.

Gambar 4.4. material saat dilakukan pengetapan


Sumber: (dokumentasi pribadi)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


61
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum kerja bangku ini dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai
berikut :

1. Mahasiswa mengetahui peralatan kerja bangku dan fungsinya.

2. mahasiswa mampu menggunakan alat kerja bangku yang baik dan benar.

3. Mahasiswa mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar


tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan.

5.2. Saran

Dalam melakukan peraktikum kerja bangku diharapkan

memperlihatkan keselamatan kerja sebelum praktikum dimulai siapkan

benda kerja dan lakukan pengecekan alat kerja, sehingga ketika

pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar dan tidak terganggu karena

alat yang tidak layak pakai atau rusak. Sebaiknya alat-alat yang sudah tidak

layak pakai dalam praktikum kerja bangku harus segera diganti.

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


62
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto Rudi. 2015. ModulPraktikum.UniversitasLambungMangkurat:

Banjarbaru.

Peralatan Kerja Bangku Mesin,(Online),(http://dikaariefdarmawan.blogspot.co.id,

diakses 2 Desember 2016)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


63
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Lampiran

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


64
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


65
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat


66

Anda mungkin juga menyukai