Anda di halaman 1dari 83

GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORIUM DIBAGIAN PERINATOLOGI

RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2012-2014

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SISKA MAWARNI
113307079

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORIUM DIBAGIAN PERINATOLOGI
RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2012-2014

Karya Tulis Ilmiah Ini Dilakukan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

SISKA MAWARNI
113307079

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN

Judul KTI:

GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORIUM DIBAGIAN PERINATOLOGI


RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2012-2014

Nama : Siska Mawarni

Nim : 113307079

Seminar Proposal Tanggal : 28 oktober 2014

Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 15 Januari 2015

Pembimbing Penguji

Dr. H. Yulitas Bachtiar.Sp.A dr. Juliana Sp PA

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Prima Indonesia

(Dr. H. Yulitas Bachtiar.Sp.A)

i
ABSTRAK

Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi


pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Laporan dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2005-2008
asfiksia menempati urutan ke 6, yaitu sebanyak 8% sebagai penyebab kematian anak
seluruh dunia
Untuk mengetahui bagaimana gambaran bayi asfiksia di bagian perinatologi
RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014, dilakukan penelitian deskriptif dengan
desain studi kasus. Populasi seluruh data rekam medis bayi asfiksia di RSU. Sari
Mutiara Medan berjumlah 100 data.
Ditemukannya berdasarkan umur orang tua tertinggi umur 29-32 tahun 29
0rang (29%), terendah umur 37-40 tahun 8 orang (8%). Jenis kelamin terbanyak
perempuan yaitu 55 orang (55%) terendah pada laki-laki yaitu 45 orang (45%),
pekerjaan orang tua tertinggi adalah IRT 88 0rang (88%) dan terendah pada PNS
yaitu 3 orang (3%) pendidikan orang tua tertinggi adalah SMA 57 0rang (57%)
terendah SD yaitu 6orang (6%), gejala klinis tertinggi adalah tidak bernafas + kulit
kebiruan 53 orang (53%) terendah tidak bernafas + kulit kebiruan + kejang yaitu
23orang (23%), berat badan tertinggi adalah 3900-4400 kg yaitu 36 orang (36%)
terendah 5100-5600 kg yaitu 1 orang (1%), panjang badan tertinggi adalah 48-50
cm yaitu 47orang (47%) terendah 54-56 cm yaitu 3 orang (3%), lingkar kepala
tertinggi adalah 28-30 cm yaitu 31orang (31%) terendah (34-36), (37-39),( 40-42)
cm yaitu masing-masing 17 orang dan semua jumlah nya (51%), temperature
tertinggi 36,3-36,5 0C yaitu 28 orang (28%) terendah 37,8-38,0 0C yaitu 2 orang
(2%), HR tertinggi adalah 136-143 yaitu 23 orang (23%) terendah 152-159 yaitu 4
orang (4%), RR tertinggi 35-40 yaitu 35 orang (35%) terendah 65-70 yaitu 3 orang
(3%), Apgar score tertinggi adalah 3 yaitu 54 orang (54%) dan terendah 5-6 yaitu
masing –masing 5 orang rata (10%), Penatalaksanaa tertinggi adalah natrium
bikarbonat 62 orang (62%). hasil pemeriksaan labotarium data terdapat Asidosis
respirasi sebanyak 55 orang (55%), pemeriksaan fisik tertinggi adalah tidak bernafas
39 orang (39%)dan terendah pada Tidak bernafas+ tonus otot menurun+ air ketuban
bercampur mekonium yaitu 23 orang (23%), lama rawatan tertinggi 2-4 hari 58
orang (58%) dan terendah pada 11-13 hari 9 orang (9%), keadaan sewaktu pulang
tertinggi pulang berobat jalan (PBJ) 52 orang (52%) dan terendah pada pulang atas
permintaan sendiri (PAPS) 18 orang (18%).
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor- faktor yang
menyebabkan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Kata kunci : Asfiksia, Gambaran Kasus

ii
ABSTRACT

Neonatal asphyxia is a form of emergency neonatal respiratory depression


that continues to cause various complications. Reports of the World Health
Organization (WHO) states that since the 2005-2008 asphyxia ranks 6, as many as
8% as the cause of death of children around the world to determine how the image
asphyxia baby at the perinatology part RSU Sari Mutiara Medan in 2012-2014,
conducted descriptive research with case study design. Population entire medical
record data in RSU baby asphyxia. Sari Mutiara Medan amounted to 100 data.
The discovery is based on the age of the 29-32 year old age highest 0rang 29
(29%), the lowest age of 37-40 years old 8 (8%). Most female sex is 55 people
(55%), the lowest in men is 45 people (45%), the highest is the parents job IRT
0rang 88 (88%) and lowest in the PNS are 3 people (3%) parent education the
highest is 57 0rang high school (57%) is the lowest SD 6orang (6%), the highest
clinical symptoms is not breathing bluish skin + 53 (53%) did not have room to
breathe + + seizures are bluish skin 23orang (23%), weight the highest is 3900-4400
kg of 36 people (36%), the lowest 5100-5600 kg is 1 person (1%), the highest body
length is 48-50 cm is 47orang (47%), the lowest is 54-56 cm 3 (3 %), the highest
head circumference is 28-30 cm is 31orang (31%), the lowest (34-36), (37-39), (40-
42) cm respectively 17 people and all of his number (51%) , the highest temperature
of 36.3 to 36.5 0C of 28 people (28%) from 37.8 to 38.0 0C lowest is 2 people (2%),
the highest HR was 136-143 with 23 people (23%), the lowest 152 -159 are 4 people
(4%), the highest RR 35-40 of 35 people (35%) is the lowest 65-70 3 (3%), the
highest Apgar scores were 3, 54 people (54%) and the lowest 5- 6 are respective
average 5 people (10%), the highest management is sodium bicarbonate 62 people
(62%). the results of the lab the data contained respiration acidosis 55 people (55%),
the highest physical examination is not breathing 39 people (39%) and lowest in the
not breathing + decreased muscle tone + meconium amniotic fluid mixed with 23
people (23%), the highest maintainability 2-4 day old 58 people (58%) and lowest in
the 11- 13 days 9 people (9%), state while the highest return home outpatient (PBJ)
52 people (52%) and lowest in the home at the request of its own (PAPS) 18 people
(18%).
     Further studies are needed to determine the factors that cause the patient to return
home at his own request (PAPS)

Keywords: Asphyxia, Case Overview

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Siska Mawarni

Tempat/ tanggal lahir : Naga beralih, 11 Mei 1992

Agama : Islam

Nama orang tua : Bustari

: Rasida

Anak ke : 2 dari 3 saudara

Alamat : Naga beralih

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1999-2005 : SD 010 Naga Beralih

2. Tahun 2005-2008 : SMP Negri 1 Kampar

3. Tahun 2008-2011 : SMA Negri 1 Kampar

4. Tahun 2011 : Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan
karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul ‘’ Gambaran Asfiksia Neonatorium di Bagian Perinatologi
RSU. Sari Mutiara Medan Tahun 2012-2014.
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini di tujukan sebagai tugas akhir dalam
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas
Prima Indonesia Medan, Sumatra Utara.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima
bantuan, nasehat dan bimbingan dari berbagai pihak demi kelancaran proses
penyelesaian pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia. Untuk
itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimah kasuh yang sebesar
besarnya kepada:
1. Dr. H. Yulitas Bachtiar, Sp. A sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan
sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,
dan arahan dengan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu dr. Juliana Sp PA dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan
kritik untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak dr. I nyoman Ehrich Lister M.kes,AIFM, sebagai ketua Pembina
Yayasan UNPRI Medan.
4. Direktur RSU. Sari Mutiara Medan yang telah memberikan izin penulis
untuk maelakukan penelitian serta Kepala Rekam Medis, beserta pegawai rekam
medis yang turut membantu dalam pengumpulan data.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Staf MEU Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama
penulis menuntut ilmu di Fakultas.
6. Direktur dan Kepala Rekam Medis serta Ketua Koppetekes RS sari
mutiara medan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian
serta pengawai Rekam Medis yang turut membantu dalam pengumpulan data.
7. Kepada Kedua Orang Tuaku tercinta dan tersayang Bapak H. Bustari dan
Ibu Hj. Rasida yang telah member perhatian serta doa-doanya dan terimah
kasih atas segala pengorbanan juga kasih sayangnya yang begitu berharga
kepada penulis.

v
8. Para sahabat penulis.Teman teman angkatan 2011 FK UNPRI, terimah kasih
atas doa semangat kebersamaan dalam meraih gelar Sarjana Kedokteran.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini banyak terdapat kekurangan, maka dari itu agar sudi kiranya memberikan
saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyenpurnakan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih banyak kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermamfaat dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan
yang Maha Esa.

Medan, 30 Januari 2015


Penulis

Siska Mawarni

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………..……… i


ABSTRAK …………………………………………………………… ii
ABSTRACT ……………………………………………………………… iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………….…… 1


1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 2
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 4


2.1. Definisi Asfiksia……………………………………………………… 4
2.2. Faktor Resiko Asfiksia ………………………………………………. 4
2.3. Etiologi Asfiksia……………………………………………………… 5
2.4. Klasifikasi Asfiksia ………………………………………………….. 6
2.5. Patofisiologi Asfiksia………………………………………………… 6
2.6. Diagnosis Asfiksia …………………………………………………… 7
2.7. Penatalaksanaan Asfiksia …………………………………………….. 9
2.8. Pencegahan Asfiksia …………………………………………………. 14
2.9. Komplikasi Asfiksia………………………………………………….. 15
2.10. Prognosis Asfiksia …………………………………………………. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.….. 17


3.1. Kerangka Konsep…………………………………………………….. 17
3.2. Definisi Operasional………………………………………………….. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………. 20


4.1. Jenis dan Disain Penelitian …………………………………………. 20
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………. 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………. 20
4.4. Metode Pengumpulan Data…………………………………………… 20
4.5. Metode Analisa Data…………………………………………………. 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Sari Mutiara Medan……………. 23
5.1.2 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur Orangtua… 25

5.1.3 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan jenis kela


Min ………………………………………………………………25

vii
5.1.4 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pekerjaan
Orangtua ………………………………………………………… 26
5.1.5 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pendidikan
Orangtu ……………………………………………..……………. 26
5.1.6 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan gejala klinis……… 27
5.1.7 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan berat badan ……… 27
5.1.8 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan panjang badan …... 28
5.1.9 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lingkar kepala ….. 28
5.1.10 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan temperature……… 29
5.1.11 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan HR ………………. 29
5.1.12 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan RR……………….. 30
5.1.13 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar score …….. 30
5.1.14 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Penatalaksanaan … 31
5.1.15 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Hasil
pemeriksaan Lab …………………………………………………. 32
5.1.16 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan …….. 34
5.1.17 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lama rawatan …… 35
5.1.18 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan keadaan
sewaktu pulang …………………………………………………… 35
5.2. Pembahasan ………………………………………………………… 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan ………………………………………………………..… 48
6.2. Saran …………………………………………………………………. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 MASTER DATA

LAMPIRAN 2 OUTPUT MASTER DATA

LAMPIRAN 3 SURAT PENELITIAN DARI RUMAH SAKIT

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1.2 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur


Orangtua di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014……….....
25

Tabel 5.1.3 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan jenis


kelamin bayi asfiksia di RSU Sari Mutiara Medan 2012-
2014 ………………………………………………………
25

Tabel 5.1.4 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pekerjaan


Orangtua di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 ……….…
26

Tabel 5.1.5 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pendidikan


Orangtua di RSU Sari Mutiara Medan 2012-
2014………………………………………………………….
26

Tabel 5.1.6 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan gejala klinis


di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 …………….……
27

Tabel 5.1.7 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan berat badan


di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 ……………..……..
27

Tabel 5.1.8 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan panjang


badan di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 ………….….
28

Tabel 5.1.9 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lingkar


kepala di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014…….……….
28

Tabel 5.1.10 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan temperature


di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 …………….……....
29

Tabel 5.1.11 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan HR di RSU


Sari Mutiara Medan 2012-2014……………………………..
29

Tabel 5.1.12 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan RR di RSU


Sari Mutiara Medan 2012-2014……………..………..……...
30

ix
Tabel 5.1.13 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar score
di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014 …………...………..
30

Tabel 5.1.14 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan


Penatalaksanaan di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014…..
31

Tabel 5.1.15 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pemeriksaan


Lab di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014………………..
32

Tabel 5.1.16 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pemeriksaan


fisik di RSU Sari Mutiara Medan 2012-
2014…………………………………….……………………
34

Tabel 5.1.17 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lama


rawatan di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014………...
35

Tabel 5.1.18 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan keadaan


sewaktu pulang di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014……
35

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.2.1 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur


Orangtua di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014….
36

Gambar 5.2.2 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Jenis


Kelamin di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014. …
37

Gambar 5.2.3 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Gejala


klinis di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014………
38

Gambar 5.2.4 Diagram bar proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan berat


badan di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014 ……..
39

Gambar 5.2.5 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Panjang


badan di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014 …….
40

Gambar 5.2.6 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lingkar


kepala di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014 …….
41

Gambar 5.2.7 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan


Temperature di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-

xi
2014 ………………………………………………….….
42

Gambar 5.2.8 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar


Score di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014….…..
43

Gambar 5.2.9 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan


penatalaksanaan di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-
2014………………………………………………………...
44

Gambar 5.2.10 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan


pemeriksaan lab di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-
2014 …………………………………………………….….
45

Gambar 5.2.11 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan


Pemeriksaan Fisik di RSU Sari Mutiara Medan tahun
2012-2014 …………………………….…………….……..
46

Gambar 5.2.12 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Keadaan


Sewaktu Pulang di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-
2014 ……………………………………………….……….
47

DAFTAR SINGKATAN

IRT : Ibu Rumah Tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

HR : Heart Rete

RR : Respiratori Rete

AGDA : Analisa Gas Darah

DS : Down Syndrom

DJJ : Denyut Jantung Janin

SD : Sekolah Dasar

xii
SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi


pernafasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab
itu, asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas (Moenadjat, 205). Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau
patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.
Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intristik dan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah melahirkan.
Asfiksia neonatorum dan trauma kelahiran pada umumnya disebabkan oleh
manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses kepalayanan obstetrik.
Asupan kalori dan mikronutrient juga menyebabkan keluaran yang buruk. Telah
diketahui bahwa hampir tiga perempat dari semua kematian neonatus dapat dicegah
apabila wanita mendapatkan nutrisi yang cukup dan mendapatkan perawatan yang
sesuai pada saat kehamilan, kelahiran dan priode pasca persalinan (Mansjoer, 2009).
Diperkirakan bahwa sekitar 13% seluruh angka kematian neonatus di seluruh
dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih
besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak
tahun 2005-2008 asfiksia menempati urutan ke-6 , yaitu sebanyak 8%, sebagai
penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah Pneumonia, Malaria, sepsis
neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah
mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti
Cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan
dasar tahun 2009, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernafasan/respiratory disorders (35,9%) prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12,0%). (Lawn, 2008)
Asidosis, gangguan kardiovaskuler keluar serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia merupakan peenyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru
lahir. Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan
pada hari-hari pertama setelah lahir. Sekuele neurologis sering ditemukan pada

1
penderita asfiksia berat dan keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisik dan
mental bayi dikemudian hari.
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia
janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan,
persalinan memegang peranan penting untuk keselamatan bayi (James, 2007).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka timbul
pertanyaan bagaimana gambaran bayi asfiksia dibagian perinatologi RSU. Sari
Mutiara Medan? Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
gambaran bayi asfiksia dibagian perinatologi RSU. Sari Mutiara Medan Tahun 2012-
2014.

1.2. Rumusan Masalah


Belum diketahuinya gambaran asfiksia neonatorum dibagian perinatologi
RSU. Sari Mutiara Medan tahun 2010-2014.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia
neonatorum dibagian perinatologi RSU. Sari Mutiara Medan Tahun 2010-2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan sosiodemografi (umur ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu).
2. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan klasifikasi (skore).
3. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan gambaran diagnosis meliputi pemeriksaan fisik.
4. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan gambaran diagnosis meliputi pemeriksaan penunjang.

2
5. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan komplikasi.
6. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien asfiksia neonatorum
berdasarkan lama rawatan dan keadaan sewaktu pulang

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis
Sebagai media belajar untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.
2. Bagi peneliti lainnya
Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk informasi awal penelitian lebih
lanjut.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asfiksia


Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau
patogi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir (Ilmu Kesehatan Anak, 2007).

2.2 Faktor Resiko Asfiksia


Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim di tunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya berikut ini :
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Gangguan kontraksi uterus, misalnya ( hipertoni, atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat )
e. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

4
2. Faktor Plasenta ( tali pusat )
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misal
nya solusio plasenta, perdarahan plasenta, lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Neonatus
a. Bayi Prematur ( sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstrasi forsep)
c. Kelainan bawaan (konginetal)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
e. Pemakaian obat anestesia/analgetik yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin
f. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial

2.3 Etiologi Asfiksia


Pengemangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau gangguan pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi
asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia baru lahir ini
merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin pda masa kehamilan,
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan janin.
Asfiksia yang timbul pada masa kehamilan dapat dibatasi atau dicegah dengan
pengawasan antenatal yang adekuat dan melakukan koreksi sedini mungkin terhadap
setiap kelainan yang terjadi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau
persalinan akan hampir selalu disertai anoksia /hipoksia janin dan berakhir dengan
asfiksia neonatus. Keadaan ini perlu mendapat perawatan yang adekuat dan
maksimal pada saat lahir. Dengan demikian dapat diharapkan kelangsungan hidup
yang sempurna untuk bayi tanpa gejala sisa (Chamberlain, 2007).

5
2.4 Klasifikasi Asfiksia
Asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifikasi :
1. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10 bayi dianggap sehat, dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari >100/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bayi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.

2.5 Patofisiologi Asfiksia


Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan Asfiksia ringan yang
bersifat sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama yang kemudian akan berlanjut
pernafasan teratur. Sifat asfiksia yang ringan ini tidak berpengaruh buruk karena
reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau penganguktan O2 selama
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfisksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan
frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan
penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi proses
asidosis respiratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an aerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan

6
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
Gejala dan Tanda-Tanda Asfiksia
1. Tidak bernafas atau megap-megap
2. Warna kulit sianotik/ pucat
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. DJJ lebih dari 160x/menit/ kurang dari 100x/menit tidak teratur
6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
7. Nilai APGAR kurang dari 7
8. Tonus otot berkurang

2.6 Diagnosis Asfiksia


2.6.1 Anamnesis
Anamnesis di arahkan untuk mencari faktor resiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.

2.6.2. Pemeriksaan Fisik


a. Bayi tidak bernafas atau menangis
b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
c. Tonus otot menurun
d. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa
mekonium pada tubuh bayi.
e. BBLR

2.6.3. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis
pada darah tali pusat :

7
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH, 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
a. Pemeriksaan pH darah janin
Darah ini diperiksa pH nya. Adanya asidosis menyebkan turunya pH . apabila
pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
(Wiknjosastro, 2007)
b. Analisa Gas Darah
Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya
asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi (Muttaqin,
2008).
c. Gula Darah sewaktu
Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dilakukan untuk menentukan kadar
glukosa pada bayi, dikarenakan kadar glukosa yang rendah akan merujuk ke
hipoglikemia (Harris, 2007).
d. Elektrolit darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan garam-
garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu keseimbangannya. Timbul
asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan
elektrolit darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk
kandungan ureum, natrium, keton atau protein (Harris, 2007).
e. Ureum Kratinin
Pemeriksaan kadar ureum kratinin dilakukan untuk menilai fungsi ginjal
yang ditandai dengan peningkatan kadar ureum kreatininnya (Gupta, 2005).
f. Laktat
Berdasarkan penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
peningkatan asam laktat berhubungan dengan nilai APGAR yang rendah
(Mandang, 2006).
g. Pemeriksaan USG Kepala
Tujuan pemeriksaan USG saat ini adalah untuk mengetahui apakah janin
mengalami kelainan down syndrome (DS), kelainan pada bagian kepala

8
seperti hidrosefalus (zat cair terkumpul di dalam rongga otak) dan
anencefalus (tidak ada otak ) atau kelainan pada perut (abdomen).
h. Pemeriksaan EEG
Dilakukan untuk mengevaluasi efek serebral pada bayi dengan kemungkinan
gangguan hantaran impuls saraf otak.
i. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologik seperti foto dada dan foto abdomen yang bertujuan
menilai pernafasan dan perdarahan tali pusat janin, hal ini mempunyai nilai
yang tinggi dalam menegakkan diagnosis (Tanner dkk, 2005).
j. CT scan kepala
Hal ini bertujuan nuntuk menilai adanya perdarahan intrakranial pada bayi
asfiksia (Walker, 2007).

2.7 Penatalaksanaan Asfiksia


2.7.1. Persiapan Alat Resusitasi
Persiapan tenaga
1. Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang tertutup
2. Lepaskan cincin, jam tangan sebelum cuci tangan
3. Cuci tangan dengan air mengalir atau alcohol yang bercampur gliserin
4. Keringkan dengan lap bersih
5. Gunakan sarung tangan

Keluarga
1. Bicarakan dengan keluarga kemungkinan yang terjadi pada ibu
2. Kemungkinan yang terjadi pada bayi
3. Persiapan yang perlu dilakukan

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat


resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain/handuk
2. Bahan ganjal bahu bayi, bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, diglung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir atau bola karet
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal

9
5. Kotak alat resusitasi
6. Jam atau pencatat waktu (Winjosastro, 2007).

2.7.2 Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasai yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
3. Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
a. Kompresi dada
b. Pengobatan

2.7.3. Persiapan Resusitasi


Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirnya bayi dengan depresi dapat
terjadi tanpa di duga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau
asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minimum antara lain:
a. Alat pemanas siap pakai
b. Oksigen
c. Alat pengisap
d. Alat sungkup dan balon resusitasi
e. Alat inkubasi
f. Obat-obatan

10
Penilaian sebelum Resusitasi
1. Apakah cukup bulan
2. Apakah air ketuban jernih
3. Bernafas atau menangis
4. Tonus otot baik atau buruk
5. Jaga kehangatan
6. Posisi bayi : posisi sedikit tengadah
7. Bersihkan jalan nafas
8. Keringkan : badan bayi yang basah dikeringkan
9. Rangsang taktil :menggosok punggung / menepuk telapak kaki

Prinisp –prinsip resusitasi yang efektif :


1. Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga melakukannya dengan efektif dan efisien.
3. Tenaga kesehatan yang telibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia dan siap
pakai.

2.7.4. Langkah-Langkah Resusitasi


1. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan
hangat untuk melakukan pertolongan.
2. Memposisikan bayi dengan baik, ( kepala bayi setengah mengadah/ sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain ).
3. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia.
4. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, yang baru untuk
bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
5. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha bernafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit.

11
6. Gunakan pengisap lender De Lee yang telah dip roses hingga tahap disinfeksi
tingkat tinggi/ steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk
menghisap lender di mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut.
7. Nilai pernafasan, jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jatung >100 x/menit, nilai warna kulit jika
merah/sinosis penfer lakukan observasi , apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung <100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
8. Jika pernafasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
9. Ventilasi tekanan positif /PPV dengan memberikan O2 100% melalui ambubag
atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi
mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulut ke mulut, kecepatan PPV
40-60 x / menit.
10. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan
10. Berikut adalah nilai dan tanda :
a. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan
b. 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV
c. 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantun, lakukan PPV, disertai
kompesi jantung.
d. <10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
11. Kompresi Jantung
a. Kedua ibu jari menekan sternum sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi
tubuh bayi.
b. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan
belakang tubuh bayi.
12. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
13. Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung >100x/menit dan bayi dapat nafas spontan.
14. Jika denyut jantung 0 atau <10x/menit ,lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL/Kg BB secara IV
15. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100/menit hentikan obat.
16. Jika denyut jantung <80x/.menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3-5 menit.

12
17. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap /tidak respon
terhadap di atas dan tanpa ada hiperolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

2.7.5. Ventilasi tekanan positif (VTP)


Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan positif,
membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.
a. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru
atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan
langkah resusitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif.
b. Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi ( balon
resusitasi dan sungkup muka ) telah tersedia dan berfungsi baik.
c. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi.
d. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka dan dada
bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
e. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi
setengah mengadah( sedikit ekstensi )
f. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
g. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
h. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen.
i. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada selama ventilasi.
j. Bila dinding dada naik turun dengan baik bearti ventilasi berjalan
secara adekuat.
k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi,
atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.
l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian
lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna
kulit.

13
2.8 Pencegahan Asfiksia
2.8.1 Pencegahan secara umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan lainnya
sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang
saling terkait.
Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antara
tenaga obstetrik dikamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi
yang tak diduga dan tidak biasa yang yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap
anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat
menyebabkan kesalapahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat.
Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan
maturitas paru janin (Oswyn, 2007).

2.8.2 Antisipasi Dini


Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba.
Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga
terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi
baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan
resusitasi yang lebih kompleks.
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh
bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga
medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan
menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan.

14
2.9 Komplikasi Asfiksia
2.9.1. Komplikasi Pasca Hipoksia
Kelainan yang terjadi akibat hipoksia dapat timbul pada stadium akut dan
dapat pula terlihat beberapa waktu setelah hipoksia berlangsung. Pada keadaan
hipoksia akut dan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti otak,
jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak
dibandingkan organ lain seperti kulit, jaringan musculoskeletal serta organ-organ
rongga abdomen dan rongga toraks lainnya seperti paru, hati , ginjal, dan traktus
gastrointestinal (Richadson, 2005).

2.9.2. Disfungsi multi organ


a. Sistem Susunan Saraf Pusat
Pada keadaan hipoksia aliran darah ke otak dan jantung lebih dipertahankan
daripada ke organ tubuh lainnya, namun terjadi perubahan hemodinamik di otak dan
penurunan oksigenisasi sel otak tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan
sel otak. Terlihat 8-17% bayi penderita serebral palsi disertai dengan riwayat
perinatal hipoksia.
b. Sistem Pernafasan
Penyebab terjadinya gangguan pernafasan pada bayi penderita asfiksia
neonatus masih belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa teori mengemukakan
bahwa hal ini merupakan akibat langsung hipoksia dan iskemianya atau dapat pula
terjadi karena adanya disfungsi ventrikel kiri, gangguan koagulasi, terjadinya radikal
bebas oksigen ataupun penggunaan ventilasi mekanik dan timbulnya aspirasi
mekonium.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita disfungsi miokardium
yang berakhir dengan payah jantung. Disfungsi miokardium terjadi karena
menurunnya perfusi yang disertai dengan kerusakan sel miokard terutama di daerah
subendokardial dan otot papilaris kedua bilik jantung.
d. Sistem urogenital
Pada sistem urogenital, hipoksia bayi dapat menimbulkan gangguan perfusi
dan dilusi ginjal serta kelainan filtrasi glomerulus. Aliran darah yang kurang
menyebabkan nekrosis tubulus dan perdarahan medulla.

15
e. Sistem audiovisual
Gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran dapat terjadi secara
langsung karena proses hipoksia dan iskemia, ataupun tidak langsung akibat hipoksia
iskemia susunan saraf pusat atau jaras-jarasa yang terkait yang menimbulkan
kerusakan pada pusat pendengaran dan penglihatan (Jiang, 2007).

2.10 Prognosis Asfiksia


Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metaboli
dan kardiopulmonalnya (hioksia, hipoglikemia, syok) dapat diobati pada umur
kehamilan bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada tingkat
keparahan ensefalopsti hipoksik iskemik. Ensepalopati berat ditandai dengan koma
flasid, reflex okulosefalik tidak ada, kejang refrakter, dan pengurangan penipisan
korteks yang nyata pada CT scan, dihubungkan dengan prognosis yang jelek. Skor
Apgar rendah pada menit ke 20, tidak ada respirasi spontan pada usia 20 menit, dan
menetapkan tanda-tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu juga meramalkan
kematian adanya defisit kognitif dan motorik yang berat.
Kematian otak pasca ensefalopati hipoksia iskemi neonatus didiagnosa
dengan penemuan-penemuan klinis, yaitu koma yang tidak resonsif terhadap
rangsangan nyeri, pendengaran atau penglihatan, apnua dengan kenaikkan PCO2
dari 40 sampai lebih dari 60 mmHg dan reflex batang otak tidak ada. Menetapnya
criteria klinis selama 2 hari pada bayi cukup bulan dan 3 hari pada bayi paterm
meramalkan kematian otak pada kebanyakan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia (Nelson, 2012).

16
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Rekam medis Bayi
Asfiksia

Sosiodemografi  Keadaan sewaktu


pulang
 Diagnosis
1. Umur ibu  Pemeriksaan fisik
2. Pendidikan ibu  Pemeriksaan
3. Pekerjaan ibu penunjang
 Penatalaksanaan
 Komplikasi
 Lama rawatan rata-
rata

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

17
3.2 Definisi Operasional
3.2.1. Penderita Asfiksia
Penderita asfiksia adalah pasien yang dinyatakan
Definisi menderita asfiksia berdasarkan diagnose dokter RSUD
Dr. Pirngadi Medan yang dicatat rekam medis.

3.2.2. Umur
Umur adalah waktu biologis yang menandakan lama
Definisi hidup seseorang atau dalam hal ini usia pasien sesuai
rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam Medis
Hasil Tahun
Skala pengukuran Rasio

3.2.3. Jenis Kelamin


Definisi Jenis kelamin adalah cirri khas tertentu yang dimiliki
pasien sesuai rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
1. Laki-laki
Hasil
2. Perempuan
Skala pengukuran Rasio

3.2.4. Sosiodemografi
Definisi Sosiodemografi adalah hal yang terpenting untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tentang
sosial pasien.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
a. Umur ibu
b. Pendidiikan ibu
Hasil
c. Pekerjaan ibu

Skala pengukuran Rasio

3.2.5. Tanda dan Gejala


Definisi Tanda dan gejala adalah dasar utama untuk mengevaluasi

18
dan melakukan tindakan pada pasien
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
a. Tidak bernafas
b. Warna kulit kebiruan
Hasil c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. DJJ>160/menit < 100/menit
Skala pengukuran Nominal

3.2.6. Penatalaksanaan
Definisi Penatalaksanaan adalah tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
a. Resusitasi
Hasil
b. Farmakologi
Skala pengukuran Nominal

3.2.7. Pemeriksaan Laboratorium


Definisi Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
1. Analisis gas darah tali pusat
- PaO2 < 50 mmH2O
Hasil - PaCo2 > 55 mmH2
- (pH dibawah 7,30)
- HCO3 (24-28 mEq/l)
Skala pengukuran Nominal

3.2.8. Pemeriksaan Fisik


Definisi Pemeriksaan fisik adalah sebuah prosedur pemeriksaan
tubuh pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk
dapat menemukan tanda klinis sesuai rekam medis.
Cara ukur Observasi

19
Alat ukur Rekam medis
1. Bayi tidak bernafas.
2. DJJ kurang dari <100x/menit.
Hasil 3. Tonus otot menurun.
4. Cairan ketuban bercampur mokonium.

Skala pengukuran Nominal

2.3.9. Komplikasi
Definisi Komplikasi adalah keterangan mengenai ada atau
tidaknya penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit
asfiksia sesuai rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
1. Disfungsi organ
- Otak : Hipokstik iskemik enselopati, edema
serebri
- Jantung dan Paru-paru : hipertensi pulmonal,
Hasil
persisten, edema paru
- Gastrointestinal : enterokolitis
- Ginjal : tubular nokrosis akut
- Hematologi
Skala pengukuran Nominal

2.3.10. Lama Rawatan


Definisi Lama rawatan adalah jumlah hari lamanya penderita
dihitung dari mulai dirawat sampai selesai perawatan
sesuai rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
Hasil hari
Skala pengukuran Rasio

2.3.11. Keadaan Waktu Pulang


Definisi Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan tentang
penderita ketika selesai di rawat sesuai rekam medis.
Cara ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
Hasil 1. Sembuh

20
2. Pulang berobat jalan (PBJ)
3. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
4. Meninggal dunia
Skala pengukuran Nominal

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah deskriktif retrospektif dengan desain studi kasus.

21
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian ruang rekam medik RSU. Sari Mutiara
Medan tahun 2010-2014
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai 26 November- 2 Desember 2014

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien
Asfiksia yang di rawat inap dibagian perinatologi RSU. Sari Mutiara Medan pada
tahun 2010-2014
4.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah data pasien Asfiksia rawat
inap dibagian perinatologi di RSU. Sari Mutiara Medan pada tahun 2010-2014.

4.4. Metode pengumpulan data


Data dikumpulkan dari rekam medis pasien asfiksia yang terdapat pada RSU.
Sari Mutiara Medan tahun 2010-2014.

4.5. Metode analisa data


Management data dengan menggunakan computer program SPSS. Data
univariant dianalisan dengan distribusi proporasi dan disajikan dalam bentuk, table
distribusi proporsi, gambar ( pie dan bar )

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

22
RSU Sari Mutiara Medan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
kelas Madya Plus yang berstatus swasta milik dari Yayasan Sari Mutiara Medan
pertama di dirikan berbentuk praktek Bidan Berijazah pada tanggal 23 september
1963 oleh Bidan S. Sitanggang 11 Januari 1969 berubah menjadi Klinik Bersalin
Sitanggang, 23 Februari 1974 Menjadi RS Bersalin Sitanggang, 31 Maret 1978
status nya menjadi RSU. Sitanggang, dan kemudian 8 Januari 1988 RSU. Sitanggang
berganti nama menjadi RSU Sari Mutiara yang di resmikan oleh Bapak Ka. Kanwil
Depkes RI Propinsi Sumatra Utara.
RSU Sari Mutiara merupakan suatu tempat pelayanan kesehatan dan tempat
bagi mahasiswa yang akan melakukan praktek/pelatihan untuk mendapatkan asuhan
keperawatan. Luas wilayah RSU Sari Mutiara Medan adalah luas tanah (land)
sebesar 2.414 m2.
Visi dari RSU Sari Mutiara adalah menciptakan pelayanan yang berkualitas
nasional. Berkualitas nasional maksudnya bahwa pelayanan yang diberikan telah
sesuai dengan standar nasional.
Misi dari RSU Sari Mutiara adalah memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu, nyaman dan terjangkau masyarakat.pelayanan yang bermutu maksudnya
bahwa RSU Sari Mutiara Medan menyelenggarakan pelayanan yang dilakukan
berdasarkan standar profesi. Nyaman maksudnya bahwa RSU Sari Mutiara Medan
tetap mengutamakan pelayanan yang baik dengan terpenuhi nya hak dan keamanan
serta kebutuhan. Terjangkau masyarakat maksudnya bahwa kebijakan pelayanan
RSU Sari Mutiara Medan senantiasa berorientasi pada kebutuhan masyarakat dengan
memperhatikan fungsi sosial rumah sakit.
Tujuan RSU Sari Mutiara Medan adalah meningkatkan derajat kesehatan bagi
masyarakat. Artinya bahwa RSU Sari Mutiara Medan sebagai bagian dari system
kesehatan nasional dan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan tidak membedakan
suku, ras, agama dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan,serta untuk
mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk.
Adapun fasilitas dan pelayanan RSU Sari Mutiara Medan adalah: Instalasi
Gawat Darurat, Poli Spesialis, rawat inap, perawatan, perawatan intensive (ICU),
kamar operasi, kamar bersalin dan bayi, laboratorium, farmasi, endoskopi, radiologi
( Ct Scan, rontgen, USG ), Medikal check up, administrasi, resepsionis, rehabilisasi
medic, rekam medic, ambulans, gizi, dan tempat tidur.

23
5.1.2 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur Orangtua

Hasil penelitian bayi asfiksia diperoleh distribusi berdasarkan umur orang tua

dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 5.1.2 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur Orangtua di


RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

24
No Umur f %
1 17-20 16 16%
2 21-24 18 18%
3 25-28 14 14%
4 29-32 29 29%
5 33-36 15 15%
6 37-40 8 8%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan umur

orangtua terbanyak pada kelompok umur 29-32 tahun 29 0rang (29%) dan kelompok

umur terendah pada kelompok 37-40 tahun 8 orang (8%).

Tabel 5.1.3 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan jenis kelamin bayi
asfiksia di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

No Jenis kelamin F %
1 Laki-laki 45 45%
2 Perempuan 55 55%
Total 100 100%

Dari table 5.1.3 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan jenis

kelamin bayi asfiksia terbanyak pada kelompok perempuan yaitu 55 orang

(55%) dan kelompok terendah pada laki-laki yaitu 45 orang (45%)

Tabel 5.1.4 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pekerjaan Orangtua di RSU
Sari Mutiara Medan 2012-2014
No Pekerjaan orangtua F %
1 IRT 88 88%
2 PNS 3 3%
3 KARYAWAN 6 6%
4 DOSEN 3 3%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.4 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

pekerjaan orangtua terbanyak adalah IRT 88 0rang (88%) dan terendah pada PNS

dan DOSEN yaitu 3 orang (3% )

25
Tabel 5.1.5 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan pendidikan Orangtua di RSU
Sari Mutiara Medan 2012-2014
No Pendidikan orangtua F %
1 Sarjana 14 14 %
2 SMA 57 57 %
3 SMP 23 23 %
4 SD 6 6%
Total 100 100 %

Dari tabel 5.1.5 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

pendidikan orangtua terbanyak adalah SMA 57 0rang (57%) dan terendah pada SD

yaitu 6orang (6%).

Tabel 5.1.6 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan gejala klinis di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
No Gejala klinis F %
1 Tidak bernafas 24 24%
2 Tidak bernafas + warna kulit 53 53%
kebiruan
3 Tidak bernafas + warna kulit 23 23%
kebiruan+ kejang
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.6 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan gejala

klinis terbanyak adalah tidak bernafas + kulit kebiruan 53 orang (53%) dan

terendah pada tidak bernafas + kulit kebiruan + kejang yaitu 23orang (23%).

Tabel 5.1.7 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan berat badan di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
NO Berat badan F %

26
1 1500-2000 5 5%
2 2100-2600 11 11%
3 2700-3200 12 12%
4 3300-3800 23 23%
5 3900-4400 36 36%
6 4500-5000 12 12%
7 5100-5600 1 1%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.7 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan berat

badan terbanyak adalah 3900-4400 kg yaitu 36 orang (36%) dan terendah pada

5100-5600 kg yaitu 1 orang (1%).

Tabel 5.1.8 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan panjang badan di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
NO Panjang badan F %
1 39-41 6 6%
2 42-44 6 6%
3 45-47 22 22%
4 48-50 47 47%
5 51-53 16 16%
6 54-56 3 3%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.8 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

panjang badan terbanyak adalah 48-50 cm yaitu 47orang (47%) dan terendah pada

54-56 cm yaitu 3 orang (3%).

Tabel 5.1.9 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lingkar kepala di


RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014
NO Lingkar kepala F %
1 28-30 31 31%
2 31-33 18 18%
3 34-36 17 17%
4 37-39 17 17%
5 40-42 17 17%
Total 100 100%

27
Dari tabel 5.1.9 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

lingkar kepala terbanyak adalah 28-30 cm yaitu 31orang (31%) dan terendah pada

(34-36), (37-39),( 40-42) cm yaitu masing-masing 17 orang dan semua jumlah nya

(51%).

Tabel 5.1.10 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan temperature di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
No Temperatur F %
1 36,0-36,2 17 17%
2 36,3-36,5 28 28%
3 36,6-36,8 22 22%
4 36,9-37,1 9 9%
5 37,2-37,4 11 11%
6 37,5-37,7 11 11%
7 37,8-38,0 2 2%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.10 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

temperature terbanyak adalah 36,3-36,5 0C yaitu 28 orang (28%) dan terendah

pada 37,8-38,0 0C yaitu 2 orang (2%).

Tabel 5.1.11 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Frekuensi Jantung

di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

No Frekuensi Jantung F %
1 120-127 19 19%
2 128-135 9 9%
3 136-143 23 23%
4 144-151 13 13%
5 152-159 4 4%
6 160-167 22 22%
7 168-175 10 10%
Total 100 100%

28
Dari tabel 5.1.11 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan HR

terbanyak adalah 136-143 yaitu 23 orang (23% ) dan terendah pada 152-159 yaitu

4 orang (4%).

Tabel 5.1.12 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Frekuensi


Pernafasan di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014
No Frekuensi Pernafasan F %
1 35-40 35 35%
2 41-46 30 30%
3 47-52 21 21%
4 53-58 5 5%
5 59-64 6 6%
6 65-70 3 3%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.12 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan RR

terbanyak adalah 35-40 yaitu 35 orang (35%) dan terendah pada 65-70 yaitu 3

orang (3%).

Tabel 5.1.13 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar score di


RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

No Apgar score F %
1 Apgar 3 54 54
2 Apgar 4 36 36
3 Apgar 5 5 5
4 Apgar 6 5 5
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.13 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

Apgar score terbanyak adalah 3 yaitu 54 orang (54%) dan terendah 5-6 yaitu masing

–masing 5 orang rata (10%).

29
Tabel 5.1.14 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Penatalaksanaan
di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

Resusitasi
No VTP F %
1 Dilakukan 69 69
2 Tidak dilakukan 31 31
Total 100 100%
Berdasarkan penatalaksanaan Resusitasi yang memakai ventilasi tekanan positif
(VTP) yaitu 69 orang (69%).

No Kompresi jantung F %
1 Dilakukan 58 58%
2 Tidak dilakukan 42 42%
Total 100 100%

Berdasarkan penatalaksanaan Resusitasi yang memakai Kompresi jantung yaitu 58


orang (58%).

No Oksigen F %
1 Diberikan 62 62%
2 Tidak diberikan 38 38%
Total 100 100%

Berdasarkan penatalaksanaan Resusitasi yang memakai oksigen 62 orang (62%)

Farmakologi
Natrium
No F %
bikarbonat
1 Diberikan 62 62%
2 Tidak berikan 38 38%
Total 100 100%

Berdasarkan penatalaksanaan farmakologi yaitu memakai natrium bikarboanat 62


orang (62%).

Tabel 5.1.15 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Hasil pemeriksaan


Lab di RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

No PaO2 F %
1 40-43 6 6%
2 44-47 5 5%

30
3 48-51 56 56%
4 52-55 27 27%
5 56-59 6 6%
Total 100 100%
Berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah PaO2 yang didapat terbanayak adalah
48-51(56%) dan terendah adalah 44-47(5%).

No PaCO2 F %
1 30-34 13 13%
2 35-39 3 3%
3 40-44 29 29%
4 45-49 38 38%
5 50-55 17 17%
Total 100 100%
Berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah PaCO2 yang didapat yang menderita
asidosis respirasi 55% dimana PaCO2 meningkat > 45 mmHg.

No HCO3 F %
1 21-22 32 32%
2 23-24 35 35%
3 25-26 33 33%
Total 100 100%

Berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah HCO3 yang didapat menderita asidosis
metabolic 32% dimana HCO3 menurun <22 mEq/L.

No AGDA(Ph) F %
1 7,29 13 13
2 7,2 32 32
3 7,1 55 55
Total 100 100%

Berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah AGDA yang didapat menderita asidosis
respirasi 55% dan asidosis metabolic 32% dan asidosis ringan 13%.

No Hemoglobin F %
1 10-14 48 48%
2 15-20 30 30%
3 21-24 22 22%
Total 100 100%

31
Berdasarkan pemeriksaan penunjang Hemoglobin yang di dapat yang terbanyak
adalah 10-14 (48%) dan terendah 21-24 (22%).

No Hematokrit F %
1 35-39 34 34%
2 40-44 29 29%
3 45-49 14 14%
4 50-54 23 23%
Total 100 100%

Berdasarkan pemeriksaan penunjang Hematokrit yang di dapat yang terbanyak


adalah 35-39 (34%) dan terendah 45-49 (14%).

Ph < 7,35 HCO3 < 22 PaCO2 >45


100% 32% 55%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi bayi asfiksia


berdasarkan pemeriksaan Labotarium yang mengalami Asidosis Metabolik (32%),di
mana HCO3 menurun < 22 mEq/L dan Ph 7,2 dan yang mengalami Asidosis
Respirasi (55%) dimana PaCO2 meningkat > 45 mmHg dan Ph 7,1 yang
mengalami Asidosis ringan yaitu (13%)dimana Ph 7,29.
Tabel 5.1.16 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan Fisik di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
No Pemeriksaan fisik F %
1 Tidak bernafas 39 39%
2 Tidak bernafas+ tonus otot menurun 38 38%
3 Tidak bernafas+ tonus otot
menurun+ air ketuban bercampur 23 23%
mekonium
Total 100 100%

32
Dari tabel 5.1.16 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

pemeriksaan fisik terbanyak adalah tidak bernafas 39 orang (39%)dan terendah pada

Tidak bernafas+ tonus otot menurun+ air ketuban bercampur mekonium yaitu 23

orang (23%).

Tabel 5.1.17 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lama rawatan di RSU Sari
Mutiara Medan 2012-2014
No lama rawatan F %
1 2-4 58 58%
2 5-7 21 21%
3 8-10 12 12%
4 11-13 9 9%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.17 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan lama

rawatan terbanyak 2-4 hari 58 orang (58%) dan lama rawatan terpanjang 12 hari 9

orang (9%) dan lama rawatan terpendek 2 -4 hari yaitu 58 orang (58%)

Tabel 5.1.18 Distribusi Proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan keadaan sewaktu pulang di

RSU Sari Mutiara Medan 2012-2014

No KSP F %
1 Sembuh 30 30%
2 PBJ 52 52%
3 PAPS 18 18%
Total 100 100%

Dari tabel 5.1.18 dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan

keadaan sewaktu pulang tertinggi pulang berobat jalan (PBJ) 52 orang (52%) dan

terendah pada pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 18 orang (18%).

33
5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur Orangtua

Gambar 5.2.1 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Umur


Orangtua di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014
Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan umur orangtua pasien bayi asfiksia
yang paling tinggi yaitu kelompok umur 29-32 tahun (29%) dan terjadi penurunan
pada kelompok 21-24 tahun (18%) pada kelompok umur17-20 tahun(16%) pada
kelompok umur 33-36 tahun (15%) pada kelompok umur 25-28 tahun(14%) pada
kelompok umur 37-40 tahun(8%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari data pasien asfiksia yang dirawat
inap, proporsi umur tertinggi umur 29-32 tahun (29%)dan terendah umur 37-40
tahun (8%).

34
Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri (2012) dimana umur ibu yang
tertinggi adalah 17-22 tahun yaitu (64%) dan terendah yaitu umur ibu 25-30 tahun
yaitu (12%).
Namun hasil ini tidak sesuai dengan literatur menurut (Chi, dkk), pada
kelompok ibu berumur dibawah 20 dan diatas 35 tahun angka kematian ibu lebih
tinggi di banding dengan kelompok ibu berumur 25-35 tahun. Namun untuk kasus
asfiksia neonatus umur ibu tidak termasuk dari faktor resiko. Karna masalah ini
erat hubungan dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
(Asuhan Persalinan Normal 2007)

5.2.2 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.2.2 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan jenis kelamin pasien bayi asfiksia
yang paling tinggi yaitu perempuan (55%) dan terjadi penurunan pada laki-laki yaitu
(45%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari data pasien asfiksia yang dirawat
inap, proporsi jenis kelamin tertinggi perempuan (55%) terendah laki-laki (45%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Putri (2012) yang mana di
dapat jenis kelamin yang terbanyak yaitu perempuan (65%) laki-laki (35%).

35
Banyak nya angka penderita perempuan pada kasus asfiksia neonatorum
mungkin disebabkan karena angka kelahiran lebih banyak perempuan dari pada laki-
laki tiap tahun nya.

5.2.3 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Gejala Klinis

Tabel 5.2.3 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Gejala klinis di

RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan gejala klinis pasien bayi asfiksia
tidak bernafas+ kulit kebiruan (53%) dan tidak bernafas (24%) dan pada tidak
bernafas+ warna kulit kebiruan+ kejang (32%).
Hasil ini sesuia dengan penelitian yang dilakukan Ginting (2008) Dr.
Pirngadi Medan yang mana di dapati gejala klinis yang terbanyak cuping hidung+
kulit kebiruan (80,5%).

36
Tanda dan gejala terjadinya asfiksia neonatorum menurut (Ilmu Kesehatan
Anak 2007) yaitu tidak bernafas atau megap – megap, warna kulit sianotik/ pucat,
kejang, penurunan kesedaran, denyut jantung janin lebih dari 160 x/ menit atau
kurang dari 100 x/menit tidak teratur, mekonium dalam air ketuban pada janin, Nilai
APGAR kurang dari 7 dan tonus otot berkurang

5.2.4 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Berat Badan

Gambar 5.2.4 Diagram bar proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan berat badan

di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan berat badan pasien bayi asfiksia
yaitu kelompok berat badan tertinggi yaitu 3900-4400 kg (36%) 3300-3800 kg
(23%) 4500-5000 kg (12%) 2700-3200 kg (12%) 2100-2600 kg (11%) 1500-2000 kg
(5%) 5100-5600 kg (1%).

37
Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fitriana
(2005) di mana berat badan yang tertinggi yaitu 1800-2500 kg yaitu (73%) dan
terendah yaitu 2800-3700 kg yaitu (5%).
Hasil ini tidak sesuai dengan teori WHO dimana terdapat badan lahir normal
yaitu 2500-4000 kilo gram dan dikatakan berat lahir rendah adalah kurang dari 2500
tanpa melihat usia kehamilan. Pada kasus asfiksia yang tersering mengalami Asfiksia
yaitu bayi prematur < 37 minggu kehamilan. Berat badan nya yaitu < dari 2500 kg.

5.2.5 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Panjang Badan

Gambar 5.2.5 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Panjang


badan di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan panjang badan pasien bayi asfiksia
yaitu kelompok panjang badan tertinggi 48-50 cm (47%), 45-47 cm (22%) 51-53 cm
(16%) 42-44, 39-41 cm (6%) dan terendah yaitu 54-56 cm (3%).

38
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ginting (2008)
Dr. Pirngadi Medan yang mana di dapat panjang badan terbanyak adalah 40-50 cm
(76%).
Dan sejalan dengan literatur disebutkan bahwa panjang badan normal adalah
48-52 cm. karna dari faktor Neonatus sendiri yang dapat menyebab kan asfiksia
yaitu pada bayi prematur < 37 minggu, persalinan dengan tindakan sunsang distosia
bahu, ekstraksi vakum dan forsep, kelainan bawaan dan trauma yang terjadi pada
persalinan itu sendiri. Jadi untuk berdasarkan panjang badan tidak termasuk faktor
resiko pada kasus asfiksia neonatus.

5.2.6 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Lingkar Kepala

Gambar 5.2.6 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan lingkar


kepala di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

39
Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan lingkar kepala pasien bayi asfiksia

yaitu kelompok lingkar kepala tertinggi yaitu 28-30 (31%) dan 31-33 (18%) pada

40-42, 37-39, 34-36 masing-masing (17%).

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ginting (2008) di

RSUD Dr. pirngadi Medan yang mana didapatkan lingkar kepala terbanyak adalah

30-40 cm (97,2%).

Dan menurut literatur disebutkan bahwa lingkar kepala normal adalah 33-35

cm.

5.2.7 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Temperature

Gambar 5.2.7 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Temperature


di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

40
Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan Temperature pasien bayi asfiksia
yaitu kelompok yang tertinggi yaitu 36,3-36,5 (28%), 36,6-36,8 (22%), 36,0-36,2
(17%), 37,5-37,7 dan 37,2-37,4 masing-masing (11%), 36,9-37,1 (9%) dan terendah
yaitu 37,8-38,0 (1%).
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang di lakukan Fitriana (2005)
yang mana didapat temperatur terbanyak adalah 35,5-36,50C ( 63,6%).
Namun tidak sejalan dengan literature disebutkan bahwa temperature normal
36-37,2.0C. Untuk temperatur pada asfiksia neonatus 36,5-37,50C.

5.2.8 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar Score

41
Gambar 5.2.8 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Apgar Score

di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan Apgar score tertinggi
adalah 3 yaitu 54 orang (54%) dan terendah 5-6 yaitu masing –masing 5 orang rata
(10%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Putri (2012) dimana Apgar Score terbanyak
didapat adalah 2-4 (45%).
Namun berbeda dari berbagai literature tidak sesuai dengan penelitian dimana
Apgar score normal adalah 7-10. Skor APGAR 7-10 bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tndakan istimewa. Asfiksia neonatorum sedang skor APGAR 4-6 pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. Sedangkan asfiksia berat skor
APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.( Ilmu Kesehatan Anak 2007)

5.2.9 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Penatalaksanaan

42
Gambar 5.2.9 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan

Penatalaksanaan di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan Penatalaksanaa


resusitasi yang melakukan ventilasi tekanan positif 69 orang (69%), melakukan
Kompresi jantung (58%), melakukan oksigen (62%) Dan pemberian farmakologi
menggunakan natrium bikarbonat (62%)
Hasil ini sesuai dengan Putri (2012) di mana di dapat penatalakasanaan yang
banyak di gunakan Natrium bikarbonat (80%).
Ventilasi tekanan positif yaitu tindakan memasukkan sejumlah udara
kedalam paru dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara
spontan dan teratur. Penggunaan natrium bikarbonat, indikasi : Asidosis metabolik,
bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan
sirkulasi sudah baik, penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dosis : 1-2
mEq/kg BB atau 2 ml/kg BB (4,2%) atai 1 ml/kg BB (8,4%). Cara : diencerkan
dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena
dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping : pada keadaan hiperosmolaritas
dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak. (Ermin
T, 2007).

5.2.10 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan Labotarium

43
Gambar 5.2.10 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan

lab di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan pemeriksaan


Labotarium yang mengalami Asidosis Respirasi (55%), mengalami Asidosis
metabolik (32%) dan yang mengalami Asidosis ringan (13%).
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Fitriana
(2005) dalam penelitiannya tentang Asuhan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
di RSU Pandang Agung Boyolali didapatkan untuk hasil pemeriksaan Lab yang
tertinggi yaitu asidosis metabolik (50%).
Berdasarkan pemeriksaan Labotarium yang mengalami Asidosis Metabolik
(32%),di mana HCO3 menurun < 22 mEq/L dan Ph 7,2 dan yang mengalami
Asidosis Respirasi (55%) dimana PaCO2 meningkat > 45 mmHg dan Ph 7,1 yang
mengalami Asidosis ringan yaitu (13%)dimana Ph 7,29. Hipoksia yang terdapat pada
penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi
bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penilaian statistik, dan pengalaman
klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab
utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir ( Ilmu Kesehatan Anak 2007)

5.2.11 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan fisisk

44
Gambar 5.2.11 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Pemeriksaan

Fisik di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi bayi asfiksia berdasarkan pemeriksaan fisik


tertinggi adalah tidak bernafas 39 orang (39%)dan terendah pada Tidak bernafas+
tonus otot menurun+ air ketuban bercampur mekonium yaitu 23 orang (23%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ginting (2008) di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yang mana didapat pemeriksaan fisik tertinggi adalah tidak bernafas+ tonus
otot menurun (60%).
Hal ini sesuai dengan teori pada pemeriksaan fisik asfiksia neonatus yaitu di
dapati bayi tidak bernafas, atau tidak menangis, denyut jantung kurang dari dari
100x/menit, tonus otot menurun dan bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur
mekonium atau sisa mekonium pada tubuh bayi.( Ilmu Kesehatan Anak 2007)

5.2.12 Distribusi Proposi Bayi Asfiksia Berdasarkan keadaan sewaktu pulang

45
Gambar 5.2.12 Diagram pie proporsi Bayi Asfiksia Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014

Dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pasien


bayi asfiksia yaitu kelompok yang tertinggi pulang berobat jalan PBJ (52%), sembuh
(30%) dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) (18%).
Penelitian yang dilakukan Ginting (2008) di RSUD Dr. Pirngadi Medan
menunjukkan proporsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah sembuh klinis
sebanyak 65 orang (57%), pulang berobat jalan sebanyak 30 orang (30%), pulang
atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 8 orang (8%) dan yang meninggal 5 orang
(5%).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai gambaran Bayi Asfiksia di

bagian perinatologi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2012-2014,

maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1 Berdasarkan sosiodemografi umur ibu termuda 17 tahun dan tertua 40

tahun.

46
6.1.2 Berdasarkan jenis kelamin Bayi asfiksia yang terbanyak adalah perempuan

55% dan laki-laki 45%.

6.1.3 Berdasarkan pekerjaan orang tua yang terbanyak adalah IRT 88% ,

karyawan 6% dan terendah PNS dan dosen masing masing 3%.

6.1.4 Berdasarkan pendidikan orangtua terbanyak adalah SMA 57%, SMP 23%,

Sarjana 14% dan yang terendah SD 6%.

6.1.5 Berat badan terbanyak adalah 3900-4400 (36%) dan terendah 5100-5600

(1%).

6.1.6 Panjang badan terbanyak adalah 48-50 (47%) dan terendah 54-56 (3%)

6.1.7 Lingkar kepala terbanyak adalah 28-30 ( 31%) dan terendah 34-36, 37-39,

40-42 yaitu masing-masing 17%.

6.1.8 Temperature terbanyak adalah 36,3-36,5 (28%) dan terendah 37,8-38,0

(2%).

6.1.9 Berdasarkan HR terbanyak adalah 136-143 (23%) dan terendah 152-159

(4%).

6.1.10 Berdasarkan RR terbanyak adalah 35-40 (35%) dan terendah 65-70 (3%)

6.1.11 Berdasarkan Apgar score terbanyak adalah tertinggi adalah 3 yaitu 54 orang

(54%) dan terendah 5-6 yaitu masing –masing 5 orang rata (10%).

6.1.12 Penatalaksanaan yang paling banyak digunakan pada bayi asfiksia tertinggi

adalah ventilasi tekanan positif (69%) dan pemberian obat Natrium

bikarbonat (62%).

6.1.13 Asidosis metabolik (32%),di mana HCO3 menurun < 22 mEq/L dan Ph 7,2

dan yang mengalami Asidosis Respirasi (55%) dimana PaCO2 meningkat

> 45 mmHg dan Ph 7,1 yang mengalami Asidosis ringan yaitu (13%)

dimana Ph 7,29.

47
6.1.14 Pemeriksaan fisik yang paling banyk di dapati adalah bayi tidak bernafas

(39%).

6.1.15 Status komplikasi tidak didapati di rekam medis.

6.1.16 Berdasarkan lama rawatan terbanyak 2-4 hari, lama rawatan terpendek 2

hari dan terpanjang rawatan 12 hari.

6.1.17 Keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan ( 52 % ) sembuh

(30%) pulang atas permintaan sendiri PAPS (18 %) meninggal dunia

(0%).

6.2 Saran

6.2.1 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor resiko

terjadinya bayi asfiksia.

6.2.2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pulang atas

permintaan sendiri (PAPS)

48
49
DAFTAR PUSTAKA

Afifa AM, Analisa Gas Darah. Tinjaun pustaka, Semarang: Bagian Patologi
Klinik fk-undip: 2006.

Anonymous. Asphyksia neonatorum. Health for children (Cited 2007, November


27). Available from URL: http://www.healthofchidren.com/A/Asphyxia-
Neonatorum.

Anonymous Program Nasional Bagi Anak Indonesia Kelompok Kesehatan.


( Cited 2008, Juni 26). Available from URL: http://WWW.bappenas.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Dapartemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan


Dasar 2007. Jakarta: Dapartemen Kesehatan RI :2008: 278-279.

Ermin T, Atmodjo D, Winarno, Soemantri AG, editor. Penatalaksanaan


kegawatan neonatus. Semarang: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2007: 46-49

Kosim M, Shole, Ari. Buku Ajar Neonatal. Ind ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2010. 12-23, 103-124.

Narendra M. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jilid 2. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia;2005: 9-15.

Natoajmojo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka


Cipta. Jakarta.

Phibbs R. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta EGC; 2006: 229-279.

Purwadianto A. Kedaruratan Medik Edisi 1. Jakarta: Balai Penerbit Bina Rupa


Aksara. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 2007: 101-105.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007: 1072-1080.

Siregar Y & Zein U, 2011, Panduan dan Laporan Hasil Penelitian sebagai Karya
Tulis Ilmiah, USU press, Medan, 1-52.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Balai Penerbit Universitas


Airlangga; 2012: 95-99.

Sanrine N, Medical management of birth asphyxia. Indian Pediatri 1999: 369-


376.

World Healh Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-


Revision. Geneva: World Health Organization; 2007. Diunduh dari:
www.who.int/reproductive- health/publications/newborn resus citation/index.html.

Winkjosasto G. Fisiologi Janin dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta . PT Bina Pustaka


Sarwono. 2008. 157-164.

Ginting, 2008. Asfiksia Neonatorum Rawat Inap di RS Pirngadi Medan Tahun


2002-2006.

Putri, T, A. 2012. Asuhan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. Di ruang
Perinatologi RS Restu Ibu Sragen. Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Fitriana, L. 2005. Asuhan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. Di ruang
Perinatologi RSU Pandang Agung Boyolali. Karya Tulis Ilmiah.
LAMPIRAN 1 MASTER DATA
PENELITIAN
T
U SD R F PL
NO JK BB PB LK HR RR AP PL PF LM KSP
(th)
G O NB O2 CO2 CO3 pH HB HT
PK PD VTP KJ
1 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 3 1
2 2 2 1 3 2 5 4 3 2 1 1 2 1 1 1 1 3 5 2 1 2 2 1 1 2 2
3 4 2 2 1 2 1 4 1 3 1 5 1 2 1 1 1 4 2 3 1 3 3 1 1 1 1
4 4 2 1 3 2 2 4 1 1 3 3 4 1 2 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1
5 2 2 1 3 2 1 4 1 1 3 3 1 2 2 2 1 4 1 2 1 2 4 1 1 1 2
6 5 1 1 4 2 3 3 1 6 1 1 4 1 2 1 1 4 5 3 1 3 4 1 2 1 3
7 5 1 3 2 2 5 4 3 6 3 1 1 1 1 1 1 3 5 2 1 1 4 1 2 1 2
8 2 1 1 3 2 3 4 3 6 3 1 3 2 1 2 1 1 3 3 1 2 4 1 1 1 3
9 2 2 1 2 2 5 3 2 2 1 1 4 2 1 2 1 4 3 2 1 3 4 1 2 1 3
10 4 2 4 1 2 5 4 1 2 7 2 1 2 1 1 1 3 5 3 1 1 1 1 2 1 3
11 1 2 1 3 2 5 2 1 6 6 2 1 2 2 1 1 4 5 3 1 2 1 1 3 1 3
12 2 1 1 2 2 4 4 1 6 6 1 4 2 2 1 1 1 3 1 1 3 2 1 3 1 3
13 5 2 1 3 2 5 4 4 3 7 1 1 2 2 1 1 4 4 1 1 1 2 1 2 1 3
14 4 2 1 3 2 5 4 4 3 7 3 3 1 2 1 2 4 3 2 3 2 2 1 2 1 2
15 2 1 3 2 2 5 5 4 2 6 1 1 1 2 2 2 3 4 1 3 3 3 1 1 3 2
16 4 1 1 4 1 5 4 3 1 1 4 1 1 2 2 1 4 4 2 3 1 3 1 1 3 1
17 3 1 1 2 1 5 4 1 1 6 2 2 1 2 2 2 4 3 1 3 1 2 1 1 1 2
18 4 1 1 2 1 4 4 1 5 6 2 2 1 2 1 1 3 1 1 3 1 2 1 1 2 1
19 4 2 1 2 1 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 5 1 2 1 1 1 2 3 1
20 1 1 1 2 1 5 4 4 2 1 1 1 1 1 2 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 3
21 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 4 3 2 1 1 1 1 1 2
22 2 1 1 2 2 4 5 3 2 7 2 1 2 2 2 1 3 3 3 2 1 1 1 1 1 2
23 3 2 1 2 2 2 3 2 4 4 5 3 1 1 1 1 3 3 2 2 1 2 1 2 1 3
24 4 1 2 1 2 4 4 3 2 5 5 1 1 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 3 1
25 2 1 1 2 2 2 3 1 5 3 3 1 2 1 2 1 3 5 2 2 2 3 1 3 3 1
26 1 1 1 3 1 1 4 3 3 3 3 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2
27 5 2 1 2 1 5 3 2 1 1 3 2 1 1 1 2 3 3 3 2 3 1 1 3 2 2
28 3 2 1 2 1 4 4 3 4 3 3 2 1 1 1 2 3 4 2 2 3 1 1 2 1 2
29 6 2 1 3 1 2 4 1 2 4 1 1 1 2 1 2 4 4 1 2 3 2 1 3 1 1
30 2 2 1 2 1 3 4 3 2 4 5 1 1 1 1 1 4 3 1 2 1 1 1 1 1 2
31 5 2 4 1 3 5 5 3 6 1 1 2 2 2 2 1 2 4 1 3 1 1 1 1 1 2
32 6 2 1 3 3 3 3 1 2 3 1 1 2 1 1 1 4 4 2 3 2 1 1 1 2 3
33 1 1 1 3 3 2 3 2 3 1 2 1 2 2 2 1 4 4 2 3 3 1 1 1 1 2
34 4 1 4 1 2 2 4 1 2 1 1 3 1 1 1 2 3 2 3 3 2 2 1 2 1 3
35 2 2 1 2 2 4 5 3 2 6 1 1 2 1 1 2 3 5 1 3 1 3 1 2 1 1
36 6 1 1 4 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 4 4 3 3 1 2 1 2 1 2
37 2 2 1 2 1 4 3 3 4 2 2 4 2 1 1 1 3 4 2 3 2 2 1 2 1 2
38 4 1 1 2 3 2 3 1 2 6 2 1 2 1 2 1 5 5 3 3 2 2 1 1 1 2
39 4 1 1 3 3 6 4 1 4 3 1 3 2 2 1 2 3 3 1 3 2 2 1 1 2 1
40 4 1 1 2 3 5 6 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 4 2 3 1 3 1 1 1 3
41 4 2 3 1 2 5 5 2 2 6 2 1 1 1 1 2 3 4 3 2 1 3 1 2 1 3
42 3 2 1 2 2 5 1 3 3 6 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 2 1 2
43 1 1 1 1 2 3 3 1 6 6 2 1 2 1 1 1 3 4 3 2 1 1 1 3 1 2
44 1 2 1 3 1 2 3 2 2 1 3 2 2 1 2 1 4 4 2 2 1 4 1 3 1 1
45 4 2 2 1 1 3 3 2 2 6 2 2 2 2 1 1 3 3 1 2 2 4 1 3 2 2
46 4 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 3 4 1 2 1 4 1 3 1 2
47 1 1 1 3 2 2 1 1 3 4 2 1 1 2 1 2 4 4 1 2 2 4 1 3 2 1
48 6 1 1 3 2 2 4 3 2 1 1 1 1 2 2 2 3 4 1 2 3 1 1 3 1 2
49 4 1 3 1 2 3 4 2 2 2 2 1 1 1 1 2 3 4 1 2 1 1 1 3 1 2
50 2 2 1 2 2 6 5 1 1 3 1 2 2 1 1 2 4 4 2 2 2 4 1 2 2 2
51 1 2 1 2 2 6 4 1 4 3 1 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 4 1 2 2 2
52 4 2 1 2 3 5 6 2 1 3 2 2 1 1 1 1 3 3 3 2 2 1 1 2 1 3
53 1 1 1 3 2 6 4 3 6 3 1 2 1 2 2 1 4 3 2 2 2 1 1 1 1 2
54 3 1 1 2 3 5 4 1 6 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 4 1 1 1 3
55 3 2 1 4 2 5 4 1 2 7 2 1 1 1 2 1 3 4 2 2 1 4 1 1 1 2
56 4 2 1 2 3 5 3 1 6 6 2 2 1 1 2 1 3 4 3 2 1 1 1 2 1 2
57 3 2 1 2 2 4 4 1 6 7 2 1 2 1 1 2 3 3 3 2 3 1 1 2 1 2
58 3 1 1 1 3 5 4 4 3 7 2 2 2 1 1 2 3 3 1 2 3 1 1 2 3 2
59 4 2 3 1 3 5 4 4 3 7 2 1 1 2 1 1 4 4 1 2 3 2 1 2 3 1
60 4 2 1 2 2 5 4 3 1 1 4 2 1 2 1 1 4 3 3 2 3 2 1 3 4 1
61 6 1 1 3 1 5 4 1 1 6 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 1 2
62 1 1 1 2 1 4 4 1 5 6 2 1 1 1 1 1 5 4 3 3 1 3 1 3 2 2
63 4 1 1 2 1 6 4 4 1 7 2 1 1 2 1 1 3 3 3 3 1 3 1 1 2 2
64 5 1 1 2 1 5 2 1 5 3 1 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2
65 1 2 1 2 1 5 2 1 3 3 1 1 2 1 1 1 3 4 1 3 3 4 1 2 2 2
66 3 2 1 3 2 5 4 4 1 3 1 2 2 1 1 1 3 3 2 3 2 4 1 2 2 1
67 3 2 1 1 2 4 5 4 1 4 5 1 2 1 1 2 3 3 3 3 1 4 1 1 2 1
68 4 2 1 2 2 4 4 4 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2
69 5 2 1 3 2 5 4 4 3 6 6 1 1 1 2 2 3 4 1 3 1 1 1 2 4 2
70 4 2 1 3 2 6 3 1 5 3 1 1 1 2 2 1 3 5 1 3 1 1 1 2 1 3
71 1 2 1 2 2 6 4 5 4 6 3 2 1 2 2 2 3 4 1 3 1 2 1 1 4 1
72 3 1 1 2 2 6 2 2 3 4 3 1 1 2 2 1 3 5 1 3 1 2 1 1 1 3
73 4 1 1 2 2 6 1 2 2 3 3 2 1 2 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 3 2
74 5 1 1 2 3 5 4 4 1 5 6 2 1 2 1 1 5 3 3 3 1 1 1 1 2 1
75 1 1 1 2 3 7 3 5 2 6 3 1 1 2 2 2 3 1 3 3 2 2 1 1 1 2
76 2 2 1 1 3 6 3 1 5 3 1 2 1 2 1 1 3 3 2 3 2 1 1 3 3 1
77 3 1 1 2 2 6 1 2 4 4 1 2 1 1 2 2 3 1 3 3 2 2 1 3 2 2
78 3 1 1 2 3 4 4 4 3 3 6 1 1 1 1 1 3 4 1 3 2 2 1 2 4 1
79 2 2 1 1 2 3 3 4 3 6 3 1 1 1 2 1 3 4 2 3 2 2 1 3 1 2
80 4 2 1 2 2 4 5 4 4 6 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 2 1 1 3 1 2
81 2 2 1 4 2 4 5 5 3 6 3 2 1 1 1 1 5 3 1 3 2 1 1 3 1 2
82 1 1 1 3 3 6 1 2 5 4 1 2 1 1 1 1 5 4 2 3 2 1 1 2 1 2
83 6 1 1 3 3 4 5 3 3 6 3 2 1 1 1 2 4 3 3 3 1 1 1 1 1 2
84 5 1 1 2 1 5 4 5 2 4 3 1 1 2 2 1 5 3 3 3 1 1 1 1 1 2
85 5 2 1 2 1 1 2 5 3 3 3 2 1 1 1 2 3 4 2 3 1 1 1 1 2 1
86 5 2 1 2 1 4 5 5 1 7 2 1 1 2 2 1 4 2 3 3 1 4 1 2 1 2
87 4 2 1 2 1 4 3 5 3 4 4 2 1 1 1 2 4 4 2 3 1 4 1 1 4 1
88 6 1 1 2 2 5 4 5 3 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 3 1 4 1 2 3 1
89 5 2 1 3 2 5 4 1 2 2 4 1 1 2 1 2 2 1 3 3 1 4 1 1 4 1
90 4 1 1 4 2 5 5 5 4 2 3 1 1 1 1 1 3 4 2 3 1 4 1 2 4 1
91 1 2 1 2 2 3 4 5 3 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 3 1 4 1 3 4 1
92 2 2 1 2 3 4 5 5 5 4 3 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1 2
93 5 1 3 2 2 4 3 4 3 4 2 1 1 1 2 2 3 4 1 3 1 1 1 2 2 1
94 5 2 1 2 3 4 5 5 7 2 2 2 1 2 1 1 3 5 1 3 1 2 1 3 1 2
95 2 2 1 2 2 4 4 5 5 5 3 1 1 2 2 2 3 5 2 3 3 2 1 2 1 2
96 4 1 1 2 3 5 5 5 1 4 2 2 1 1 1 1 3 5 3 3 3 3 1 2 1 2
97 6 1 1 2 3 4 6 5 5 6 2 1 1 2 1 1 4 4 2 3 3 3 1 2 1 2
98 5 2 1 2 3 4 5 5 7 2 2 1 1 1 1 2 4 4 3 3 3 2 1 1 3 1
99 4 2 1 2 3 5 4 5 3 1 1 1 1 2 2 2 3 5 3 3 3 2 1 1 1 3
100 2 1 1 2 2 5 4 4 2 2 4 1 1 1 1 2 3 5 3 3 3 3 1 1 4 1

Keterangan :
U = Umur
JK = Jenis Kelamin
SD = Sosiodemografi
PK = Pekerjaan
PD = Pendidikan
BB = Berat Badan
PB = Panjang Badan
LK = Lingkar Kepala
T = Temperature
HR = Heart rete
RR = Respiratory rete
AP = Apgar score
P = Penatalaksanaan
PL = Pemeriksaan Lab
PF = pemeriksaan fisik
K = komplikasi
LM = lama rawatan
KSP = keadaam sewaktu pulang

Lampiran
1.Umur : 1 = 17-20
2 = 21-24
3 = 25-28
4 = 29-32
5 = 33-36
6 = 37-40
2. Sosiodemografi
A. PENDIDIKAN : 1 = sarjana
2 = SMA
3 = SMP
4 = SD

B. PEKERJAAN : 1 = IRT
2 = PNS
3 = KARYAWAN SWASTA
4 = DOSEN
3. Gejala klinis: 1 = Tidak bernafas
2 = Tidak bernafas+ warna kulit kebiruan
3 = Tidak bernafas+ warna kulit kebiruan+ kejang

4. berat badan: 1 = 1500-2000


2 = 2100-2600
3 = 2700-3200
4 = 3300-3800
5 = 3900-4400
6 = 4500-5000
7 = 5100-5600

5. panjang badan: 1 = 39-41


2 = 42-44
3 = 45-47
4 = 48-50
5 = 51-53
6 = 54-56
6. lingkar kepala : 1 = 28-30
2 = 31-33
3 =34-36
4 = 37-39
5 = 40-42

7. temperature : 1 = 36,0-36,2
2 = 36,3-36,5
3 = 36,6-36,8
4 = 36,9-37,1
5 =37,2-37,4
6 = 37,5-37,7
7 =37,8-38,0
8. HR : 1 = 120-127
2 = 128-135
3 = 136-143
4 = 144-151
5 = 152-159
6 = 160-167
7 = 168-175
9. RR : 1 = 35-40
2 = 41-46
3 = 47-52
4 = 53-58
5 = 59-64
6 = 65-70

10. APGAR : 1= 3
2= 4
3= 5
4= 6
11. Penatalaksanaan : 1 = RESUSITASI ( VTP(ventilasi tekanan positif), Kompresi jantung, Oksigen)
2 = FARMAKOLOGI (Ntrium bikarbonat)

12. Pemeriksaan Lab : PaO2 PaCO2 HCO3 PH HB HT


1= 40-43 1=30-34 1=21-22 1=7,29 1=10-14 1=35-39
2=44-47 2=35-39 2=23-24 2=7,2 2=15-20 2=40-44
3=48-51 3=40-44 3=25-26 3=7,1 3=21-24 3=45-49
4=52-55 4=45-49 4=50-54
5=56-59, 5=50-55
13. Pemeriksaan fisik : 1 = Tidak bernafas
2 = Tidak bernafas+ tonus otot menurun
3 = Tidak bernafas+ tonus otot menurun+ air ketuban bercampur mekonium
14. komplikas: -

15. lama rawatan : 1 = 2-4


2 = 5-7
3 = 8-10
4 = 11-13
16. keadaan sewaktu pulang : 1 = Sembuh
2 = Pulang Berobat Jalan
3 = Pulang atas Permintaan Sendiri
4 = Meninggal Dunia
LAMPIRAN 2 HASIL PENGOLAHAN STATISTIK

Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid 17-20 16 16.0 16.0 16.0
21-24 18 18.0 18.0 34.0
25-28 14 14.0 14.0 48.0
29-32 29 29.0 29.0 77.0
33-36 15 15.0 15.0 92.0
37-40 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jenis_Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 45 45.0 45.0 45.0
Valid 2 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan_Orangtua
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 88 88.0 88.0 88.0
2 3 3.0 3.0 91.0
Valid 3 6 6.0 6.0 97.0
4 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Gejala_Klinis
Cumulative
Frequency Percent Valid percent
Percent
1 24 24.0 24.0 24.0
2 53 53.0 53.0 77.0
Valid
3 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Berat_Badan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 5 5.0 5.0 5.0
2 11 11.0 11.0 16.0
3 12 12.0 12.0 28.0
4 23 23.0 23.0 51.0
Valid
5 36 36.0 36.0 87.0
6 12 12.0 12.0 99.0
7 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Panjang_Badan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 6 6.0 6.0 6.0
2 6 6.0 6.0 12.0
3 22 22.0 22.0 34.0
Valid 4 47 47.0 47.0 81.0
5 16 16.0 16.0 97.0
6 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Lingkar_Kepala
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 31 31.0 31.0 31.0
2 18 18.0 18.0 49.0
3 17 17.0 17.0 66.0
Valid
4 17 17.0 17.0 83.0
5 17 17.0 17.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Temperature
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 17 17.0 17.0 17.0
2 28 28.0 28.0 45.0
3 22 22.0 22.0 67.0
4 9 9.0 9.0 76.0
Valid
5 11 11.0 11.0 87.0
6 11 11.0 11.0 98.0
7 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

HR
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 19 19.0 19.0 19.0
2 9 9.0 9.0 28.0
3 23 23.0 23.0 51.0
4 13 13.0 13.0 64.0
Valid
5 4 4.0 4.0 68.0
6 22 22.0 22.0 90.0
7 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
RR

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent

1 35 35.0 35.0 35.0


2 30 30.0 30.0 65.0
3 21 21.0 21.0 86.0
Valid 4 5 5.0 5.0 91.0
5 6 6.0 6.0 97.0
6 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

apgar_score

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 54 54.0 54.0 54.0
2 36 36.0 36.0 90.0
3 5 5.0 5.0 95.0
4 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

ventilasi_tekanan_positif
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 69 69.0 69.0 69.0
2 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
kompresi_jantung
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 58 58.0 58.0 58.0
2 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

oksigen
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 62 62.0 62.0 62.0
2 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

natrium_bikarbonat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 62 62.0 62.0 62.0
2 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

PaO2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 6.0 6.0 6.0
2 5 5.0 5.0 11.0
3 56 56.0 56.0 67.0
4 27 27.0 27.0 94.0
5 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
PaCO2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 13 13.0 13.0 13.0
2 3 3.0 3.0 16.0
3 29 29.0 29.0 45.0
4 38 38.0 38.0 83.0
5 17 17.0 17.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

HCO3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 32 32.0 32.0 32.0
2 35 35.0 35.0 67.0
3 33 33.0 33.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Ph
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 13 13.0 13.0 13.0
2 32 32.0 32.0 45.0
3 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
HB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 48 48.0 48.0 48.0
2 30 30.0 30.0 78.0
3 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

HT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 34 34.0 34.0 34.0
2 29 29.0 29.0 63.0
3 14 14.0 14.0 77.0
4 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pemeriksaa_Fisik
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 39 39.0 39.0 39.0
2 38 38.0 38.0 77.0
Valid
3 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Lama_Rawatan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 58 58.0 58.0 58.0
2 21 21.0 21.0 79.0
Valid 3 12 12.0 12.0 91.0
4 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Lama_Rawatan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 58 58.0 58.0 58.0
2 21 21.0 21.0 79.0
Valid 3 12 12.0 12.0 91.0
4 9 9.0 9.0 100.0
KSP
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 30 30.0 30.0 30.0
2 52 52.0 52.0 82.0
Valid
3 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai