Anda di halaman 1dari 69

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM


dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memunuhi Syarat Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Universitas Ubudiyah Indonesia

OLEH

DESI DARMA SETIA


11010007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
TAHUN 2016

ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2014
Desi Darma1, Rahmayani2

xii + 48 Halaman : 8 tabel, 2 Gambar, 11 Lampiran


Latar Belakang : Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari

seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama
kehamilandari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Daerah
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Menunjukkan kejadian abortus inkomplit pada Januari
sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014).
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan
kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh dari Januari sampai November 2014.
Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan Cross Scetional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari sampai November 2014 sebanyak 97
orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total
sampling Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data sekunder, dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 16 s/d 19 April
2015 dan analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat.
Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 58 responden beresiko yang

terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), nilai p.value 0,001 (p <
0,05, paritas dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit
sebanyak 41 responden (75,9 %)nilai p.value 0,006 (p < 0,05), Kadar HB dari 39
responden kadar HB anemia yang tidak terjadi inkomplit sebanyak 26 responden (66,7
%), nilai p.value 0,000 (p < 0,05)
Kesimpulan : Ada hubungan usia, paritas Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Di harapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam
melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan.
Kata Kunci
Sumber
1
2

: Usia, paritas, Kadar HB, Kejadian Abortus Inkomplit


: 12 Buku dan Internet (2007-2014)

:Mahasiswi D-III Kebidanan Universitas UBudiyah Indonesia


:DosenPembimbing

ABSTRACT
FACTORS RELATED TO INCOMPLETE ABORTIONS ATDR. ZAINOEL
ABIDIN GENERAL REGIONAL HOSPITAL BANDA ACEH 2014
Desi Darma1, Rahmayani2
xxi + 48 pages : 8 tables, 2 pictures, 11 attachments
Background : Abortions have generally been known to occur in as many as 10% of all
pregnancies. More than 80% of abortions occur in the first 12 weeks of pregnancy
according to a preliminary study at the Medical Associates room at Dr.ZainoelAbidin
Regional Hospital Banda Aceh, showing cases of incomplete abortions of 97 women
from January to November 2014 (Data January to November 2014).
Research Aim: To find out the factors which are related to cases of incomplete
abortions at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital, Banda Aceh from January to
November 2014.
Research Method: Cross sectional analytical approach. The population for this
research are women who had an abortion at Dr.ZainoelAbidin General Regional
Hospital Banda Aceh from January to November 2014, numbering 97 women.The
sampling technique for this research used the total sampling technique. Data collection
was taken from secondary sources, carried out at Dr.ZainoelAbidin General Regional
Hospital Banda Aceh from the 16th to 19th April 2015. Data analysis was univariate and
bivariate.
Research Results: The research results showed that from 58 respondents of an ideal
age, 44 respondents had an incomplete abortion (75.9%), p, value 0.001 (p < 0,05).
Parity from 54 respondents of multipara parity of incomplete abortions numbered 41
respondents (75.9%) p, value 0.006 ((p < 0,05). HB levels from 39 respondents of
Anaemic HB levels of incomplete abortions numbered 26 respondents (66.7%), p, value
0.000 (p < 0,05).
Conclusion: There is a relationship between age and HB parity levels of cases of
incomplete abortions. It is hoped that this research will give an input into, and
evaluation of, the health services in implementing care to patients, especially for health
workers.

Keywords
Sources
1
2

: Age, parity, HB levels, Incomplete Abortions


:12 Books and internet (2007-2014)

:Mahasiswi D-III Kebidanan Universitas UBudiyah Indonesia


:Dosen Pembimbing

LEMBARAN PERI\IYATAAN KTI


FAKTOR _FAKTOR YANG BERIiUBUNGAN DENGAN KEJADIAI'{
ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

r/

l nlz

I\rl\It I A

mrTr

'1

tc

rt

Ln

l tt

ULID ll:lYrlAfl

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat


Guna memperoleh gelar Ahii Madya Kebidanan
Universitas ubudiyah Indonesia
Oleh

NAMA
NIM

:Desi Darma Setia


:1 1010007

Disetujui,
Po-c,-ii f

Penguji

.a

[l,u
(Nuzulul Rahmi,

S.

ST.,M.Kes)

bine

KM.,M.Kes)

ik dan fuiuiu

.Pd)

LEMBARAN PENGESAHAN SIDANG


FAKTOR _FAKTOR YANG BERHUBTINGAN DENGAN KEJADIAN
DnD.Fl TC rRTrT/\ltDI
rT nr nf Tlf
rr Cr l f7l'F f Tl/ffTlil r\ A TtTt A IT
A-DUI\I
tJD .1-III\\'IYIf LT.1 I'I -TI.IJIVlA-rl l'ftAl. I UIVIUIVI L',ftf-I\-fafl

DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Karya Tulis Ilmiah oleh Desi Darma Setia ini telah dipertahankan didepan dewan
penguji pada tanggal29 Apil20l6
Dewan Penguji:

l.

Ketua

2.

Anggota

3.

Anggota

ah Lisa, S.ST., M.Keb)

(I.{uzulul Rahmi, S.ST., M.Kes)

LEMBARAN PENGESAIIAN
FAKTOR _ FAKTOR YANG BERI{UBT]NGAN DENGAN KEJADIAN
ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAII SAKIT UMTIM
dT.

ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Karya Tulis Ilmiah Oleh Desi Darma Setia Telah Dipertahankan Didepan Dewan
Penguji PadaTanggai29 April Tahun 20i6

Dewan Penguji

L^r,,t!!Luu

2.

Anggota

3.

Anggota

TandaTangan

I{I\it
I{ac\J,
r!1v r., ]\if
r Y t., r\!

rah Lisa, S.ST.,M.Keb)

(Nuzulul Rahm i, S.,ST.,M.Kes)

FERNYATAAN PERSE.TUJUAI.{

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
ni^l^*^
ulPtvtltg

lll
11^!^:,{^-^IutttI-;.,^.-i+^r!lJluJ
ttl
t\!uluqtlqll

Iu(ruutJqrt
IL,,J:..^L l^,{^-^-:^
rttvvtlwJtc

Bancia aceh, i 9 lviei 20 i 5

Pembimbing

MENGETAHUI:
KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNJVFRSITAS UBUDIYAH INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dengn
rahmatdan karunia Nya penulis telah dapat menyelesaikan sebuah Karya Tulis Ilmiah
inidengan judul : Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2014.Karya Tulis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas
akhir dalam menyelesaikan pendidikan diploma III Kebidanan Universitas Ubudiyah
Indonesia

Dalam

menyusun

Karya

Tulis

Ilmiah

ini,

penulis

banyak

menemukanhambatan dan kesulitan, tetapi berkat adanya bimbingan, pengarahan dan


bantuandari semua pihak, maka penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Untukitu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi tingginya kepada :Rahmayani, SKM.,M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberi arahan dan saran serta bimbingan selama pembimbing penyusunan karya
tulis ilmiah ini.Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :
1. Bapak Dedi Zefrizal, ST selaku Ketua Universitas Ubudiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, SE.,M.Kes, selaku Rektor Universitas Ubudiyah Indonesia.
3. Ibu Mutiawati, S,Pd.,M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas Ubudiyah Indonesia.
4. Bapak Donni Arief Sumanto, S.T.,M.T selaku Wakil Rektor III Universitas
Ubudiyah Indonesia.
5. Ibu Rahmayani, SKM., M.kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ubudiyah Indonesia.
6. Ibu Nuzulul Rahmi,S.,ST, M.Kes selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Kebidanan
Universitas Ubudiyah Indonesia.

7. Dosen penguji I Ulfa Farrah Lisa, S.ST., M.keb dan penguji II Nuzulul Rahmi, S.,ST,
M.Kes yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
8. Dosen dan seluruh staf pendidikan Diploma D-III Kebidanan Universitas Ubudiyah
IndonesiaBanda Aceh yang telah memberi ilmu dan bimbingan selama penulis
mengikuti pendidikan.
9. Teristimewa, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga
tercinta,Ibu,Ayah,Abang dan Adik-adik yang tidak pernah lelah memberikan
semangat dan dorongan kepada penulis.
10.

Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi bantuan dan dorongan

penulis selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran perbaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT agar
selalu melimpahkan rahmatNya, amin ya rabbal alamin.

Banda Aceh, 3 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH
LEMBARAN PENGESAHAN SIDANG
KATA PENGANTAR. ...............................................................................................i
ABSTRAK...................................................................................................................ii
ABSTRAC. ..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR. .................................................................................................iv
DAFTAR TABEL. ......................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN. .............................................................................................vi
BAB I
A.
B.
C.
D.

PENDAHULUAN. .........................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah. ...........................................................................................4
Tujuan Penelitian..............................................................................................4
Manfaat Penelitian............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...............................................................................8


A. Abortus Inkomplit. ..........................................................................................8
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Komplikasi Abortus. .................................18
C. Kerangka Teorits. ............................................................................................26
D. Kerangka Konsep. ...........................................................................................27
E. Hipotesis Penelitian. ........................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................29
A. Desain Penelitian. ............................................................................................29
B. Populasi dan Sampel........................................................................................29
C. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................30
D. Pengumpulan Data...........................................................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................32
F. Defenisi Operasional ........................................................................................32
G. Teknik pengolahan dan analisa data.................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. .........................................36
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian. .............................................................36
B. Hasil Penelitian. ...............................................................................................36
C. Pembahasan. ....................................................................................................40
BAB V PENUTUP. .....................................................................................................47
A. Kesimpulan.......................................................................................................47
B. Saran .................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional................................................................................................ 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus inkomplit di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh dari Januari Sampai November 2014 ...................................................... 36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai
November 2014............................................................................................................ 37

Tabel 4.3 Hubungan Usia dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014 ........................... 38

Tabel 4.4 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014...................... 39

Tabel 4.5 Hubungan Kadar HB dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014 ......... 40

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan
neonatal. Salah satu program KIA adalah menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan
perinatal (Zulfansyah, 2008).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan
salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium
yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan
dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi tiga sampai 4 resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan
target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras terus menerus (Arali, 2010).
Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan
meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan

450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9


negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian
Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian ibu
disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun
2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini
jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000), danCina (37/100.000).
Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi
Asia.
AKI indonesia secara nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2007 AKI indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun
demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target rencana
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010).
Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia,
partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab
kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28% , eklampsia 13
%, aborsi yag tidak aman 11 % , serta sepsis 10 %. (Depkes, 2010).
Mortalital

maternal menurun secara bermakna pada tahun-tahun

terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi penyebab kematian maternal


yang utama. Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan
merupakan masalah bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang

sering timbul pada awal kehamilan meliputi: abortus, inkompensasi serviks,


kehamilan etropik dan kehamilan ganda (Bobak, 2010).
Menurut Bobak (2010), beberapa faktor yang menempatkan kehamilan
beresiko komplikasi antara lain adalah usia, paritas, hipertensi, anemia,
kemiskinan, status gizi, dan kondisi kesehatan. Menurut Feryanto (2008),
menyebutkan sata dari beberapa negara memerkirakan bahwa antara 10% dan
15% kehamilan yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus.
Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun dan
meningkat pada usia di atas 35 tahun.
Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama
kehamlian. Kelainan kromosom merupakan penyebab paling sedikit separuh
dari kasus abortus dini ini, selain itu banyak fakor yang mempengaruhi
terjadinya abortus antara lain : paritas, umur ibu, umur kehamilan, kehamilan
tidak diinginkan, kebiasaan buruk selama hamil, serta riwayat keguguran
sebelumnya. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12
% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita
berumur 40 tahun sehingga kejadian perdarahan spontan lebih beresiko pada
ibu dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba , 2010).
Penelitian terkait abortus pernah dilakukan oleh Kusniati (2007) tentang
Hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian abortus spontan (Studi di
Rumah Sakit Ibu dan Anak An Nimah Kecamatan wangon Kabupaten
Bayumas Januari-juni 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari

seluruh responden yang tidak mempunyai riwayat abortus spontan (76,5%)


berusia reproduksi sehat (84,3%), urutan kehamilan tidak beresiko (51,0%)
rata-rata 2,29 dan paling banyak pada urutan kehamilan kedua, jarak
kehamilan tidak beresiko (51,o%) rata-rata 4,12 tahun, pemeriksaan
kehamilan tidak lengkap (51,0%) dalam hal imunisasi TT (64,7%) dan tablet
besi (72,5%) terjadi abortus spontan ( 29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna usia ibu (p value=0,005), dengan
kejadian abortus spontan, tidak ada hubungan yang bermakana riwayat abortus
spontan (p value=0,302), urutan kehamilan (p value=0,928), jarak kehamilan
(p value=1,000), dan pemeriksaan kehamilan (p value=0,255) dengan kejadian
abortus spontan.
Abortus, memang menjadi masalah kontroversial yang tak ada
habisnya. Diperkirakan, frekuensi abortus spontan berkisar 10-20 % . Di
indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, berarti setiap tahun ada
500.000 hingga 1.000.000 abortus spontan. Diperkirakan, setiap tahun di
indonesia terjadi 2,3 juta abortus, yaitu 1 juta merupakan abortus spontan, 0,6
juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak pakai KB (Bobak, 2010).
Data ibu hamil di provinsi Aceh tercatat berjumlah, 113.182 orang.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 83,72 %. Ibu hamil
dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 4512 orang (25,98%), KI adalah
98,181 orang (86,75%), K4 adalah 89.271 (78,77%), AKI sebanyak 136
orang. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 47 kasus, hipertensi 28

kasus, infeksi 9 kasus, abortus 5 kasus, partus lama 2 kasus dan lain-lain 50
kasus ( Provinsi Aceh, 2013).
Data kesehatan Banda Aceh tercatat ibu hamil berjumlah 5.176 orang,
ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 26 orang (0,41%), KI adalah 5,043
orang (97,43%), K4 adalah 4.336 orang (84,35%), jumlah AKI adalah 5 orang
pada ibu nifas, penyebabnya adalah perdarahan 5 kasus dan 2 kasus masalah
kesehatan lainnya ( Propinsi Aceh, 2013).
Hal di atas menunjukkan bahwa wanita hamil sangat rentan mengalami
abortus. Data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekan
Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
menunjukkan kejadian abortus pada tahun 2013 berjumlah 125 kasus terdiri
dari abortus inkomplit 111 orang, abortus medik 1 orang, abortus lainnya 13
orang (Data tahun 2013).
Sedangkan data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang
Rekan Medik Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
Menunjukkan kejadian abortus pada Januari sampai November 2014
berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-fakor apakah yang
berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan
kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari
Januari sampai November Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari
Januari sampai November Tahun 2014.
c. Untuk mengetahui hubungan kadar HB dengan kejadian abortus
inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan
dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan
yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk peningkatan
ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang abortus dimasa
yang akan datang.
3. Bagi Peneliti lain
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan
kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi peneliti
lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus Inkomplit
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 kematian
maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang
langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan
sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung kanker dan sebagainya.
Angka kematian yang tinggi setengah abab yang lalu umumnya mempunyai
sebab pokok yaitu masih kurangnnya pengetahuan mengenai sebab dan
penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta
nifas.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermastozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke 13 sampai dengan ke 27), dan trimester ke tiga berlangsung 13 minggu


(minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Prawirohardjo (2010) Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Abortus adalah untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono, 2010).
Abortus buatan ialah pengakiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang di lakukan
atas indikasi medik (Wikjosastro,2008). Abortus inkompletus

ialah

pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu


dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro,2008).
Menurut Wiknjosastro (2008) Abortus inkompletus berkaitan
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang
tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang
sementara serviks tetap terbuka.

10

Abortus menjadi tidak terhindarkan jika pendarahan uterus disertai


kontraksi uterus yang kuat menyebabkan dilatasi serviks. Ibu tersebut
mengeluh nyeri kloik uterus yang hebat dan pemeriksaan vagina
menunjukkan dilatasi ostium servik dengan bagian kantong konsepsi
menonjol didalamnya. Abortus yang tidak terhindarkan ini dapat mengikuti
tanda-tanda abortus mengancam atau yang lebih umum mulai tanpa
peringatan terlebih dahulu. Segera setelah onset gejala abortus inkomplet
jika kantong kehamilan atau plasenta tertinggal, melebarkan kanalis
servikalis. Pada kebanyakan kasus, abortus yang terjadi adalah abortus
inkomplet. Jika dokter tidak melihat semua hasil konsepsi telah keluar dari
uterus, atau gambar ultrasografi tidak menunjukkan bahwa uterus telah
kosong, abortus ini harus dianggap inkomplet (sarwono, 2010).
2. Klasifikasi Abortus
Menurut Feryanto, (2012) Klasifikasi abortus ialah sebagai berikut :
a. Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup dan
uterus sesuai umur kehamilan.
b. Abortus insipiens adalah abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, ostium uteri terbuka, teraba ketuban, dan
berlangsung hanya beberapa jam saja.
c. Abortus inkomplit adalah apabila sebagian hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal di
dalam rahim.

11

d. Abortus komplit adalah seluruh janin telah dilahirkan dengan


lengkap, uterus lebih kecil dari umur kehamilan dan kavum uteri
kosong.
e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertanam didalam rahim selama beberapa
minggu setelah janin mati.
f. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dan berturut-turut
terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
3. Penyebab
Menurut Wiknjosastro (2006), hal-hal yang menyebabkan abortus
dapat di bagi sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam
pertumbuhan ialah sebagai berikut: kelainan kromosom, lingkungan
kurang sempurna, pengaruh dari luar.
b. Kelainan pada plasenta, endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
c. Penyakit ibu, mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.
d. Kelainan traktus genitalis, retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainankelainan uterus dapat menyebabkan abortus.
Menurut Bobak (2007), penyebab abortus antara lain adalah sebagai
berikut:

12

a. Ketidakseimbangan endokrin ibu dengan efek fase luteal atau diabetes


tergantung insulin disertai peningkatan kadar gula darah dan
hemoglobin Aic pada trimester pertama.
b. Infeksi sistemik dan infeksi endometrium disebabkan oleh rubela,
sitomegalovirus, herpes genital aktif, toksoplasmosis, treponema,
listeria, Chlamydia, dan mycoplasma.
c. Gangguan sistemik.
d. Faktor genetik.
e. Pemakaian kokain
f. Kelainan kromosom adalah komponen mikrokopis dari setiap sel
dalam tubuh yang membawa semua bahan genetik yang menentukan
warna rambut, warna mata, dan tampilan secara keseluruhan dan tata
rias.
g. Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus
spontan, termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai
korpus luteum di ovarium (yang menghasilkan progesterron yang
diperlukan untuk pemeliharaan tahap awal kehamilan ) dapat
menyebabkan abortus spontan.
h. Infeksi Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang
berbeda telah dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan.
Janin atau plasenta yang terinfeksi oleh organisme yang kemudian
menyebabkan abortus spontan.

13

i. Gaya Hidup Merokok dapat meningkatkan resiko abortus, dan


beberapa studi menunjukkan bahwa resiko abortus spontan meningkat
dengan ayah perokok.
Sebab-sebab terjadinya abortus menurut Farrer (2009), adalah
sebagai berikut:
a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom.
b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi congenital, prolapsus atau retroversion uteri).
c. Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan.
d. Penyakit-penyakit maternal penggunaan obat: penyakit mencakup
infeksi virus akut, panas tinggi, misalnya pada vaksinasi terhadap
penyakit cacar, obat-obatan tertentu khususnya preprata sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
e. Trauma, tapi biasanya bisa terjadi langsung pada kavum uteri.
f. Faktor-faktor hormonal.
g. Sebab-sebab psikomatik; stres dan emosi yang kuat diketahui dapat
mempengaruhi fungsi uterus lewat system hipotalamus-hipofise.

14

4. Manifestasi klinik
Menurut Manjoer (2006), manifestasi klinik pada abortus antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil. Suhu tubuh normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan genekologi
1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi,
tercium atau tidaknya bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

15

5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Manjoer (2006), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus.
6. Komplikasi
Menurut

Manjoer

(2006),

komplikasi

pada

abortus

adalah

pendarahan, perforasi,syok dan infeksi. Pada missed abortus dengan retensi


lama konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi dan syok (Winkjosastro,2008).
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalamposisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan

16

laparatom, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan oleh
orang awam menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering
pada abortus buatan yang dikejakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
7. Penanganan
Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari

sebab

abortus.Selain itu perlu diperhatikan inovasi oterus dan kadar HCG 1-2
bulan kemudian.ibu diharapkan tidak hamil ndalam waktu 3 bulan sehingga
perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil(Wiknjonsastro,2008).
Penanganan umum abortus menurut
sebagai berikut:

Saifuddin (2008), adalah

17

a. lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat


darurat,komplikasi berat atau masih cukup stabil).
b. Pada kondisi gawat darurat,segera upayakan stabilitasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk)
c. Penilaian medik untuk menentukan kelayakan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk ke rumah sakit.Bila pasien syok atau
kondisinya memburuk akibat pendarahan hebat,segera atasi komplikasi
tersebut.gunakan jarum infus besar dan berikan tetesan cepat(500 ml
malam 2 jam pertama)larutan garam fesiologis atau ringer.periksa kadar
hemoglobin,golongan darah uji padanan-silang(crossmacth).
d. Ingat ;kemungkinan hamil etropik pada pasien hamil muda dengan syok
berat
e. Bila terdapat tanda-tanda sepsis,berikan antibiotika yang sesuai.
f. Temukan dan hentikan dengan segera sumber pendarahan
g. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjutan.
Penatalaksanaan

abortus

menurut

Bobak(2009),tirah

baring,sedasi dan menghindari stres dan orgasme adalah tindakan yang


direkomendasikan. Pengobatan selanjutnya akan tergantung kepada
respons wanita terhadap pengobatan. Bila tipe abortus tidak dapat
dihindari

dan

tidak

komplet

terminasi

kehamilan

segera

dilakukan,biasanya dengan kuret dan dilatasi, mungkin tidak perlu ada


intervensi apa-apa jika kontaksi rahim cukup kuat untuk menahan

18

perdarahan dan jika tidak ada infeksi. Pada missed abortus jika evaluasi
spontan tidak terjadi dalam satu bulan, pembekuan darah dipantau rahim
kosong. Bila DIC dan gangguan pembekuan darah disertai perdarahan
yang tidak bisa dikendalikan pada kasus kematian janin setelah minggu
ke-12 jika produk konsepsi bertahan lebih dari 5 minggu. Pada abortus
septik terminasi kehamilan dengan metode yang sesuai untuk usia
kehamilan. Pemeriksaan biakan dan sensitivitas serviks dilakukan dan
terapi antibiotik spektrum luas dimulai. Pengobatan septik syok dimulai,
jika perlu.
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Komplikasi Abortus
Teori faktor- faktor abortus menurut Bobak (2010) seperti : Umur,
paritas, kadar Hb, hipertensi, dan status gizi. Dan menurut Sulistyawati (2009)
seperti : paritas ibu, pendidikan ibu dan umur ibu, sehingga yang dijadikan
variabel Independent antara lain :
1. Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal,umur
manusia dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung, sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran
seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia ( Depkes, 2010).
Menurut Bobak, (2010) Usia seorang ibu berkaitan dengan alat
reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia
20-35 tahun.

Pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan

19

penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa
di usia ini .
Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan
persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah
siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu
merawat bayi dan dirinya sendiri. Sedangkan umur <20 tahun atau >35
tahun merupakan resiko tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan
demikian diketahui bahwa umur pada saat melahirkan turut berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan.
Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun sampai 35
tahun. Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun
sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia
dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35
tahun. Padahal kehamilan yang terjadi dibwah usia 20 tahun mupun diatas
usia 35 tahun termasuk berisiko, karena dibayang-bayangi beragam faktor
gangguan (Muharram, 2009).
Menurut Winknjosasro, (2010) Usia mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur dibawah 20 tahun organ
reproduksinya yang belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan
yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan
risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi obstretrik seperti
abortus inkomplit,toksemia, eklamsia, solusio plasenta, inersia uteri,
perdarahan post partum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatus dan

20

perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas 35 tahun mempunyai


risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan
seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama.
Bertambahnya usia pada wanita juga sangat berpengaruh terhadap
jumlah sel telur yang belum di keluarkan dari ovarium atau indung telur.
Diusia pubertas, seorang wanita akan memiliki sekitar 300 ribu sel telur.
Telur-telur ini akan dilepaskan satu demi satu setiap bulan bersamaan
dengan siklus menstruasi (ovulasi) dan siap untuk dibuahi. Ketika wanita
mengalami mengalami menopause di usia 50-55 tahun, terdapat beberapa
ribu sel telur berusia tua saja yang masih tertinggal diindung telur. Itu
sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan mengalami
ovulasi. Sel-sel yang sudah tua mengalami penurunan kemampuan untuk
dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormon, teutama
estrogen dan progesteron (Grandfa, 2009).
Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak
pertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekitar 20%. Keguguran terjadi
dibawah usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40
minggu, bayi lahir prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi
telah melewati usia tersebut, bayi akan lahir matang karena telah cukup
umur (Evariny, 2009).
Menurut penelitian Erlina (2008) Resiko terjadinya komplikasi pada
kehamilan seperti abortus dan persalinan

yang dapat menyebabkan

kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi

21

reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada


usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal yaitu pada usia
20-34 tahun sehingga kemungkinan komplikasi pada saat kehamilan dan
persalinan akan lebih besar.
Menurut penelitian Mariani (2012) umur ibu dengan kejadian
abortus dapat menyebabkan kematian ma
ternal.di karenakan pada usia dibawah 19 tahun fungsi reproduksi
wanita belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan organ
reprduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun.
Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan
jumlah paritas , usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya.
Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun
dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden
terjadinya abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan
berikutnya 3 bulan (Cunningham, 2009).
Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,
indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin meningkat
karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko
terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian
kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah kejadian tumor mioma uteri pada ibu dengan

22

usia lebih tinggi dan lebih banyak sehingga dapat menambah resiko
terjadinya abortus (Erlina, 2009).
2. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak
yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga
oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2010).
Menurut Winkjosastro (2010),Gravida adalah wanita yang sedang
hamil. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kali. Para adalah seorang wanita hamil yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (Viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum
pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau
pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
viableuntuk beberapa kali.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,
bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati
setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah
seorang wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin mencapai
tahap viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani
dua atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap
viabilitas. Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas
merupakan kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode
menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram
(Bobak, 2009).

23

Menurut penelitian (Siska, 2006) Paritas 2-3 merupakan paritas


paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal seperti kejadian
abortus. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan
kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstretrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Komplikasi yang
mungkin timbul pada paritas tinggi antara lain adalah distosia,
perdarahan antepartum, ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal, anemia,
kelainan letak, prolabsus uteri, diabetes melitusm (Winkjosastro, 2010).
3. Kadar HB
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen
untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan menderita anemia bila
kadar hemoglobin <11 gr%. Penurunan kadar hemoglobin pada wanita
sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar
daripada volume sel darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada
trimester II (Bobak, 2008).
Menurut Saifuddin, (2011) Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1
dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan

24

perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena


hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Komplikasi anemia dapat terjadi abortus inkomplit, persalinan
preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan,
payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Menurut penelitian sorimuda
pada tahun 2007-2008 menemukan bahwa resiko mengalami persalinan
komplikasi 1,4 kali lebih besar pada ibu yang mengalami anemia
(Fantina, 2010).
Menurut Winkjosastro (2009) Anemia pada kehamilan atau
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam darah dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus,
partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan
postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post
partum. Anemia berat

dengan hemoglobin

kurang gr%

dapat

mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat


terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian, kematian perinatal,
prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang.
Menurut penelitian (Wasnidar, 2007) Anemia dalam kehamilan
bukannya tanpa resiko. Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami
keguguran, lahir sebelum waktunya, BBLR, perdarahan sebelum dan

25

selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan


janinnya dikarenakan kekurang kadar Hb salah satu pemicunya.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status
anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 2010 yang
ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr%), anemia ringan (811 gr%), dan anemia berat (kurang dari 8 gr%). Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah
sebesar 11.28 gr%, kadar hemoglobin terendah 7.63 gr% dan tertinggi
14.00 gr%.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hemoglobin 11 gr% : Tidak anemia
b. Hemoglobin 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hemoglobin 7-8 gr% : Anemia sedang
d. Hemoglobin <7 gr% : Anemia berat .

26

C. Kerangka Teoriti

Kejadian Abortus
Inkomplit

Bobak (2010)

sulistyawati
(2009)

Usia

Paritas Ibu

Paritas

Pendidikan Ibu

Kadar Hb
(anemia)

Umur Ibu

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

27

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori Bobak (2010)
yang menyatakan beberapa faktor yang menempatkan kehamilan berisiko
komplikasi termasuk abortus antara lain usia, paritas,anemia (kadar HB),
Hipertensi,dan status gizi.dan menurut sulistyawati (2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi komplikasi arbortus antara lain, paritas, pendidikan ibu dan
umur ibu.
Namun karena keterbatasan penelitian, penulis hanya meneliti tentang
usia, paritas, dan anemia. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di
bawah ini:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Usia

Kejadian abortus
inkomplit

Paritas

Kadar HB

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

28

E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang
Kebidanan Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dari Januari sampai November Tahun 2014.
2. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang
kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dari Januari sampai November Tahun 2014.
3. Ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dari Januari sampai November Tahun 2014.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel
terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum


Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari
sampai November 2014 sebanyak 115 orang, di karenakan tidak
mengcukupi sampel maka dikeluarkan 18 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total
sampling.Dengan kriteria seluruh ibu arbortus yang dilakukan pemeriksaan
HB, datanya lengkap yang tercatat pada buku registerasi berjumlah 97
orang. Menurut sugiono (2009) teknik total sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai
responden atau sampel. Dengan demikian, maka sampel dalam penelitian

29

30

ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di

Rumah Sakit

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sejak januari sampai November
2014 sebanyak 97 orang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitiantelahdilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
2. Waktu
penelitian initelahdilaksanakan pada Tanggal 16 s/d 19 April 2015.
D. Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah Check list yang terdiri dari 1 soal, yaitu : variabel independen usia 1
soal, paritas 1 soal ,kadar Hb 1 soal dan variabel dependenden arbortus 1
soal.Sehingga data yang dikumpulkan yang berasal dari laporan buku register
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan.

31

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di dapat dari buku
register di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tentang
abortus inkomplit dari Januari s/d November Tahun 2014.

32

F. Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No

Variabel

Dependent
1
Abortus
Inkomplet

Independent
1
Usia

Definisi
Oprasional

Cara Ukur

Abortus yang
terjadi dengan
masih tersisa hasil
konsepsi dalam
uterus

Mengambil
Data di Ruang
Rekan medik
RSUD-ZA

Jumlah umur
yang telah dilalui
ibu atau usia saat
ini

Satutus pasien
dengan
kriteria:
Beresiko bila
< 20 tahun dan
>35 tahun

Alat
Ukur
Check
list

Hasil Ukur
Ya

Skala
Ukur
Nominal

Tidak

Check
list

Beresiko

Nominal

Tidak
Beresiko

Tidak beresiko
20-35 tahun

Paritas

Jumlah persalinan
yang dialami
seorang ibu
sebelum
terjadinya abortus
inkomplet

Status pasien
dengan kriteria:

checklist

Primipara

Ordinal

Multipara
Primipara
1 kali

Grande
multipara

Multipara
2-4 kali

Kadar HB

Komposisi atau
jumlah
hemoglobin darah
ibu

Grande
multipara
5
Status pasien
dengan kriteria :
Anemia jika Hb
<11 gr%

Check
list

Anemia
Tidak
anemia

Nominal

33

Tidak anemia
jika Hb 11 gr%
G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2009), data yang telah dikumpulkan secara manual
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data sekunder
yang dikumpulkan. Dari semua data yang dikumpulkan tidak ditemukan
ketidak lengkapan pengisian, karena pengumpulan data dilakukan
dengan mengambil data sekunder langsung oleh peneliti.
b. Coding
Pada tahap ini peneliti memberi jhkodesecara berurutan dalam kategori
yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada
responden sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang
digunakan pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali dengan
01 untuk responden pertama sampai 200 untuk responden terakhir.
c. Transfering
Pada tahap transfering peneliti memasukkan data

yang telah

dikumpulkan dari hasil kuesioner kedalam master tabel atau database


computer. Data yang telah diberi kode di susun secara berurutan dari
responden pertama dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke
dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang teliti.

34

d. Tabulating
Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan kategori yang
telah dibuat pada variabel dan sub variabel yang di ukur dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai
total pda setiap kolom dari tabel da data hasil penelitian.
2. Teknik Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam
bentuk presentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih
dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2010).
Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara deskriptif ,
kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi
frekuensi menurut Budiarto (2010), yaitu sebagai berikut :
p = x100%
Keterangan :
P = Persentase
Fi = Frekuensi teramati
N = Jumlah responden menjadi sampel
100% = Bilangan tetap
b. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen,
akan dilakukan dengan menggunakan program komputer. Untuk melihat
hubungan antar variabel dengan menggunakan uji chi square test.

35

Penilaian dilakukan sebagai berikut :


1) Jika p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima.
2) Jika p value >0,05 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan tabel kontigensi 2x2.
Pengolahan data dengan SPSS versi 18.0 menurut sabri dan hastono
(2006), menyatakan bahwa aturan yang berlaku pada uji chi-square
adalah sebagai berikut :
a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka
uji yang digunakan adalah fisher exact.
b) Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai e <5, maka uji yang
dipakai sebaiknya Continuity Correction.
c) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka
digunakan uji pearson chi square.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh
merupakan Rumah Sakit Tipe A yang beralamat Jl. Tgk. H. M Daud Beureueh
No. 108 Banda Aceh, memiliki luas areal 196.480 m2, luas bangunan 174. 782
m2,dengan kondisi geografisnya yaitu :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Poltekes Depkes
2. Sebelah Barat berbatasan dengan JL. Dr. T Syarief Thaleb
3. Sebelah Utara berbatasan dengan JL. Tgk. Daud Beureueh
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandar Baru

B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Kejadian Abortus Inkomplit
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai
November 2014
No
1
2

Abortus Inkomplit
Ya
Tidak
Jumlah

f
58
39
97

%
59.8
40.2
100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 97 responden


yang kejadian abortus abortus inkomplit yaitu sebanyak 60 responden

36

37

(61,9%), sedangkan kejadian abortus non inkomplit yaitu sebanyak 37


responden (38,1%).
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014
No
1

Faktor-faktor
Usia
a.Beresiko
b.Tidak Beresiko
Jumlah
Paritas
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
Jumlah
Kadar HB
a. Anemia
b. Tidak Anemia
Jumlah

58
39
97

59,8
40,2
100

23
54
20
97

23,7
55,7
20,6
100

39
58
97

40,2
59,8
100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase usia yang


beresiko 58 orang dengan persentase (59,8%), dan yang tidak beresiko
39 orang dengan persentase (40,2%). pada distribusi paritas
menunjukkan bahwa primipara 23 orang dengan pesentase (23,7%),
multipara 54 orang dengan persentase (55,7%), dan grandemultipara 20
orang dengan persentase (20,6%). Dan pada kadar HB menunjukkan
bahwa kadar HB yang mengalami anemia 39 orang dengan persentase
(40,2%), dan yang tidak anemia 58 orang dengan persentase (59,8%).

38

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Tabel 4.3
Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari
Januari sampai November Tahun 2014

No
1
2

Usia
Beresiko
Tidak
Beresiko
Jumlah

Abortus Inkomplit
Ya
Tidak
F
%
f
%
44
75,9
14
24,1
16
41
23
59

F
58
39

%
100
100

60

97

100

37

Total

Pvalue
0,001

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden

usia

beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9


%), sedangkan

dari 39

responden usia tidak beresikotidak terjadi

abortus inkomplit sebanyak 23 responden (59%).


Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan
menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesapenelitian Ha
diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian
abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.

39

b. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit


Tabel 4.4
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari
Januari sampai November Tahun 2014

No
1
2
3

Paritas
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Jumlah

f
10
41
9
60

Abortus_Inkomplit
Ya
Tidak
%
f
%
43,5
13
13
75,9
13
13
45
11
20
37

Total
f
23
54
20
97

%
100
100
100
100

Pvalue
0,006

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas


multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9
%), sedangkan dari 20 responden paritas grandemultipara tidak terjadi
abortus inkomplit sebanyak 11 responden (55%).
Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan
menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha
diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan
kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.

40

c. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit


Tabel 4.5
Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dari Januari sampai November Tahun 2014

No

Kadar HB

1
2

Anemia
Tidak Anemia
Jumlah

F
13
47
60

Abortus_Inkomplit
Ya
Tidak
%
F
%
33,3
26
66,7
81
11
19
37

Total
f
39
58
97

%
100
100
100

Pvalue
0,000

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 39 responden kadar HB


anemia yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7
%), sedangkan

dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi

abortus inkomplit sebanyak 47 responden (81%).


Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan
menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha
diterimayang menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan
kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.

C. Pembahasan
1. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden usia beresiko
yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), sedangkan

41

dari

39

responden usia tidak beresiko tidak terjadi abortus inkomplit

sebanyak 23 responden (59%).


Berdasarkan

uji

statistic

chi-square

yang

telah

dilakukan

menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang


menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari
sampai November Tahun 2014.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Mariani (2012) dengan judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel
Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (Pvalue = 0,032) antara umur ibu dengan kejadian abortus.Pada penelitian lain
oleh Royani Chairiyah dengan judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Ibu Hamil Dengan Abortus di RSUD Bekasi Tahun 2010 menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna (P-value = 0,004) antara umur
dengan abortus. Sejalan juga dengan penelitian oleh Kusniati di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Kabupaten Banyumas Pada Tahun 2007 menyatakan
bahwa terdapat hubungan bermakna (0,000) antara umur dengan abortus.
Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia
>35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini
(2007).

(Wahyudin,

42

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu


yang berumur dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi
ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan
komplikasi atau komplikasi obstretrik seperti toksemia, eklamsia, solusio
plasenta, inersia uteri, perdarahan post partum, persalinan macet, BBLR,
kematian neonatus dan perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas
35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam
kehamilan, dan partus lama (Winknjosasro, 2010).
Menurut asumsi peneliti umur berpengaruh terhadap kejadian
abortus karena mengingat seorang wanita yang ingin hamil, mereka harus
mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, wanita yang memiliki
usia kurang dari 20 tahun tentunya belum memiliki kematangan organorgan reproduksi sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin, selain itu psikologinya juga belum mapan untuk menerima
perubahan yang terjadi selama hamil, begitupula wanita yang usianya
lebih dari 35 tahun, mereka memiliki alat reproduksi yang sudah tidak
sanggup lagi bekerja semaksimal mungkin, sehingga kejadian abortus
lebih sering terjadi.
2. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas multipara
yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %), sedangkan

43

dari 20 responden paritas grandemultipara terjadi non abortus inkomplit


sebanyak 11 responden (55%).
Berdasarkan

uji

statistic

chi-square

yang

telah

dilakukan

menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang


menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari
sampai November Tahun 2014
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul :
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh
mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-Value = 0,007) antara
umur paritas dengan kejadian abortus. Pada penelitian lain oleh Abarsari
(2010) di RSUD DR. Saiful Anwar Malang mendapatkan bahwa terdapat
hubungan bermakna (P-Value = 0,002).
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,
bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati
setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah
seorang wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin mencapai
tahap viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani dua
atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas.
Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan
kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20
minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram (Bobak, 2009).

44

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan
kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstretrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Komplikasi yang mungkin timbul
pada paritas tinggi antara lain adalah distosia, perdarahan antepartum,
ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak, prolabsus
uteri, diabetes melitus (Winkjosastro, 2010).
Peneliti berasumsi bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian
abortus, karena ibu hamil dengan paritas tinggi otomatis memiliki otot
rahim yang lemah dibandingkan dengan ibu hamil dengan paritas primi,
sehingga otot rahim yang lemah tidak mampu menyokong janin dengan
sempurna, sehingga dapat beresiko untuk terjadinya abortus.
3. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit
Dari tabel 4.7 dapat dilihat dari 39 responden kadar HB anemia yang
terjadi non abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), sedangkan
dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi abortus inkomplit
sebanyak 47 responden (81%).
Berdasarkan

uji

statistic

chi-square

yang

telah

dilakukan

menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang


menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus

45

inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dari Januari sampai November Tahun 2014
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Riska (2013) yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin dan Paritas ibu
dengan kejadian abortus pada ibu hamil, Secara uji statistik (Chi-Square
test) terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan
kejadian abortus dimana nilai

= 0,05 dan P value = 0,003 Sehingga

hipotesa ada Hubungan Kadar Hemoglobin dengan kejadian abortus pada


ibu hamil. Menurut yang dilakukan oleh Tyagita(2012) didapatkan bahwa
dari

170

kasus

abortus

dengan

(OR=2,111;p=0,019;95%CI=1,125-3,960)

hasilka

dari

menunjukkan

hemoglobin
bahwa

ada

hubungan dengan kejadian abortus.


Menurut Saifuddin, (2011) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau
kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama
pada trimester 2.
Komplikasi anemia dapat terjadi abortus, persalinan preterm, partus
lama, karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, payah jantung,
anemia berat, kematian ibu. Menurut penelitian sorimuda pada tahun
2007-2008 menemukan bahwa resiko mengalami persalinan komplikasi
1,4 kali lebih besar pada ibu yang mengalami anemia (Fantina, 2010).

46

Menurut asumsi peneliti Anemia juga menyebabkan rendahnya


kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Anemia juga meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dengan kakematian perinatal meningkat, perdarahan
post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir
kehilangan darah.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan,

kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:


1. Ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai
November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,001 (p < 0,05)
2. Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai
November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,006 (p < 0,05)
3. Ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai
November Tahun 2014n nilai p.value 0,000 (p < 0,05)
B. Saran
1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan
kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas
kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.

47
47

48

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapka Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk
peningkatan ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang
abortus dimasa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti lain
Diharapkan Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pelayanan kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi
peneliti lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arali

(2010)

Karya

Tulis

Ilmiah

Abortus.

http://susantijayadewiirma.

blogspot.com/2010/07/karya-tulis-ilmiah.html. Diakses pada 2 juni 2014


Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Budiarto, 2010, Biostatistika Untuk Kedoktoran Dan Kesehatan Masyarakat,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Cunningham, 2009, Kesehatan , Cetakan ke 2, Penerbit Penerbar swadaya, Jakarta.
Depkes,2010.Angka Kematian Ibu Di Indonesia.dikutip pada tanggal 26
oktober.www.depkes.go.id
Evariny, 2009 ,Hamil Tenang Diusia Matang , dikutip tanggal 25 Januari 2012 dari
http : //www.google.com.
Erlina. 2009. Hubugan Usia Ibu dengan Kejadian Abortus. Dikutip tanggal 24 Juni
2014 dari http://gope2306. Wordpress.com/2009/02/27/hubungan- usia-ibidengan-kejadian-abortus.
Fantina, 2010.Data Jurnal .Januari sampai November 2014
Farrer ,2009, Buku Keperawatan. Jakarta :EGC
Feryanto, 2012, Buku Kesehatan .Jakarta : PT. Bina Pustaka

Hasugian (2010), Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus Di


Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2008-April 2010. Dikutip tanggal
24 Juni 2014 http://repository. usu. ac. id/handle/123456789/20450.
Hidayat,Asri (2009). Asuhan Kebidanan Persalinan, Muha Medika, Yogyakarta
Manuaba, I.A.C. (2011). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Mariani,2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian arbortus di
Zainal Abidin. Peneliti orang
Muharram, 2009.Kedokteran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Norwitz & Schorge, 2008, At a Glance obstetri & ginekologi, Edisi kedua, Jakarta,
Penerbit Erlangga.
Notoatmodjo, 2010.Metodelogi penelitian kesehata.Jakarta : PT.Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). lImu Kebidanan. Bina pustaka sarwono. Jakarta.
Propinsi Aceh, 2013. Data Kesehatan Banda Aceh. Pernerbit Aceh
Riska (2013) yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin dan Paritas ibu dengan
kejadian abortus pada ibu hamil. Penelitian Orang
SDKI ,2007. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta
Winkjosastro, ( 2008). Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Cetakan 5, Jakarta, Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
WHO (2011). Angka Kematian Ibu (AKI) . di Kutip tanggal 04 JANUARI 2015

LEMBARAN CHEKLIST
Abortus
No

No.Regs

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

118027
118061
117027
153725
119113
120431
60711
12711
120551
120903
122334
122390
122376
9998954
899670
99275
8237
122635
123102
123497
996904
996478
124059
124432
124991
125365
1255077
`125645

Ya

Tidak

Kode
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2

Tidak
Beresiko 2035 Tahun

usia
Paritas
Kadar HB
Kode
Tidak
Beresiko < 20 Kode
Grande Kode Anemia 11
Pimipara Multipara
Anemia > 11
dan > 35 tahun
Multipara
gr%
gr%
1

1
1
2

2
1
2

2
2
2

1
2
2

1
2
2

1
2
2

2
2
1

2
2

1
3
2

1
3
1

2
3

1
1
1

1
1
2

1
2
2

1
2
1

2
2
1

2
2
2

1
1
2

1
1
2

1
2
2

1
2
2

2
2
1

2
3
2

2
3
2

2
2
2

2
2
2

2
2
2

1
2
1

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61

1256709
125680
1256786
127435
1257353
1257505
1257854
1254835
1258507
1258623
1258917
1258912
1258797
1260116
1259713
2177377
2177381
278402
2178550
298806
2179294
2179524
217949
2179670
21803773
2182107
1018625
218275
284446
2152945
2182319
212450
2184673

2
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1

1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
2
2
2
1

2
3
3
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
2
2
3
3
3
3
1
2
2

1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1

62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94

2184688
2185132
2185396
2185027
2185688
2181515
2187182
2187348
2187407
2188281
2188365
2188639
2185681
2188586
2189125
2189645
2190466
2190467
2190468
2190469
2190470
2190481
2190482
2190488
2190484
2190475
2190498
2190510
2190515
2190600
2190701
2190709
2190800

1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1

2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2

2
3
2
2
1
1
3
2
2
2
2
2
1
2
3
2
2
1
2
3
2
2
3
1
3
2
2
1
2
3
3
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2

95
96
97

2198005
2190001
219006

Ket
Abortus Inkomplit
1. Ya
: 60 Responden
2. Tidak : 37 Responden

2
1
1

Usia
1. Beresiko
: 58 Responden
2. Tidak Beresiko : 39 Responden

2
1
1

Paritas
1. Pimipara
: 23 responden
2. Multipara
: 54 Responden
3. Grandemultipara : 20 Responden

1
1
2

2
2
2

Kadar HB
1. Anemia
: 39 Responden
2. Tidak Anemia : 58 Responden

Frequencies
[DataSet1ww]
Statistics
Abortus_Inkomplit
N

Valid

Usia

Paritas

Kadar_HB

97

97

97

97

Missing

Frequency Table
Abortus_Inkomplit
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulativ
e Percent

Ya

60

61.9

61.9

61.9

Tidak

37

38.1

38.1

100.0

Total

97

100.0

100.0

Usia
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Beresiko

58

59.8

59.8

59.8

Tidak Beresiko

39

40.2

40.2

100.0

Total

97

100.0

100.0

Paritas
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

Primipara

23

23.7

23.7

23.7

Multipara

54

55.7

55.7

79.4

Grandemultipra

20

20.6

20.6

100.0

Total

97

100.0

100.0

Kadar_HB
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Anemia

39

40.2

40.2

40.2

Tidak Anemia

58

59.8

59.8

100.0

Total

97

100.0

100.0

Crosstabs
[DataSetww]
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Usia * Abortus_Inkomplit
Paritas * Abortus_Inkomplit
Kadar_HB * Abortus_Inkomplit

Missing
Percent

97
97
97

100.0%
100.0%
100.0%

Total

Percent
0
0
0

.0%
.0%
.0%

Percent
97
97
97

100.0%
100.0%
100.0%

Usia * Abortus_Inkomplit
Crosstab
Abortus_Inkomplit
Ya
Usia

Beresiko

Count
Expected Count
% within Usia

Tidak Beresiko

Count
Expected Count
% within Usia

Total

Count
Expected Count
% within Usia

Tidak

Total

44

14

58

35.9

22.1

58.0

75.9%

24.1%

100.0%

16

23

39

24.1

14.9

39.0

41.0%

59.0%

100.0%

60

37

97

60.0

37.0

97.0

61.9%

38.1%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.001

10.563

.001

12.053

.001

11.994
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig.
(2-sided)

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig. (1sided)

.001
11.871

.001

97

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,88.
b. Computed only for a 2x2 table

.001

Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases

Contingency Coefficient

Approx. Sig.

.332

.001

97

Paritas * Abortus_Inkomplit
Crosstab
Abortus_Inkomplit
Ya
Paritas

Primipara

Multipara

Tidak

Count

10

13

23

Expected Count

14.2

8.8

23.0

% within Paritas

43.5%

56.5%

100.0%

41

13

54

Expected Count

33.4

20.6

54.0

% within Paritas

75.9%

24.1%

100.0%

Count

Grandemultipra Count

Total

Total

11

20

Expected Count

12.4

7.6

20.0

% within Paritas

45.0%

55.0%

100.0%

Count

60

37

97

Expected Count

60.0

37.0

97.0

% within Paritas

61.9%

38.1%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

df
a

10.231
10.338
.072

Asymp. Sig. (2-sided)


2
2
1

.006
.006
.789

97

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.

Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases

Contingency Coefficient

Approx. Sig.

.309
97

.006

Kadar_HB * Abortus_Inkomplit
Crosstab
Abortus_Inkomplit
Ya
Kadar_HB

Anemia

Count
% within Kadar_HB
Count
Expected Count
% within Kadar_HB

Total

Total

13

Expected Count
Tidak Anemia

Tidak

Count
Expected Count
% within Kadar_HB

26

39

24.1

14.9

39.0

33.3%

66.7%

100.0%

47

11

58

35.9

22.1

58.0

81.0%

19.0%

100.0%

60

37

97

60.0

37.0

97.0

61.9%

38.1%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig.
(2-sided)

.000

20.513

.000

22.973

.000

22.489
b

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test

.000

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

Exact Sig.
(1-sided)

22.257

.000

.000

97

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,88.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases

Contingency Coefficient

Approx. Sig.
.434
97

.000

Anda mungkin juga menyukai