PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu kelainan neuropati optik yang disertai defek lapang
pandang yang khas dengan peningkatan tekanan intra okuler sebagai salah satu faktor
risiko. Glaukoma dapat bersifat kongenital atau didapat dan dapat dibedakan menjadi
berdasarkan mekanisme kerusakan aliran akuos humor yaitu glaukoma sudut terbuka
atau tertutup.1-4
Glaukoma primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak pasti karena tidak
sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan mata lainnya. 1-4 Glaukoma
permanen atau menetap juga merupakan penyebab ketiga paling umum untuk
juta pada tahun 2020 menjadi 111 juta pada tahun 2040, dengan Afrika dan Asia
Pada tahun 2017, jumlah kasus baru galukoma pada pasien rawat jalan di
rumah sakit di Indonesia adalah 80.548 kasus. Berdasarkan jenis kelamin, penderita
glaukoma wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Pada data pasien rawat jalan dan
1
rawat inap di rumah sakit pada tahun 2017, glaukoma mayoritas diderita pada pasien
kelompok umur 44 – 64 tahun, lebih dari 64 tahun, dan 24-44 tahun. 6,7
Berikut akan dibahas mengenai kasus seorang pasien dengan glaukoma akut
okulus dekstra yang datang pada Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
trabekular oleh iris perifer pada sudut bilik mata. Sumbatan ini dapat
karena sinekia.
B. Epidemiologi
diperlukan.8
3
Diperkirakan jumlah penderita glaukoma di seluruh dunia akan
meningkat dari 76 juta pada tahun 2020 menjadi 111 juta pada tahun
2040, dengan Afrika dan Asia terkena dampak yang lebih parah daripada
kulit hitam (15%), kulit putih (5%), dan orang Asia (5%).8 (urutan dr
10,9,8 -_-)
orang Asia. Sudut tertutup jauh lebih jarang terjadi diluar Asia. Jenis
penyakit ini juga tidak umum dan hanya men-genai 0,17% individu
4
dibawah usia 40 tahun, terutama di Asia Timur. 9,12 (sama kyk d atas, 11
Pada tahun 2017, jumlah kasus baru galukoma pada pasien rawat jalan
kelamin, penderita glaukoma wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Pada
data pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2017,
demografik terdiri dari usia, jenis kelamin, dan ras. Dimana prevalensi
Glaukoma juga lebih sering ditemukan pada orang Asia dibanding orang
kulit putih, dimana terdapat sekitar 50% kasus glaukoma akut primer pada
yang dangkal, lensa yang terletak lebih ke arah anterior, iris yang tebal,
perkembangan otot dilator iris yang berlebihan, dan sudut bilik kamera
5
Faktor pencetus lainnya termasuk obat-obatan yaitu
D. Klasifikasi
1. Glaukoma primer
6
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan glaukoma
7
b. Glaukoma tekanan normal
penyakit vaskular.1-4,13
8
tertutup akut ini adalah nyeri yang hebat, kemerahan,
siliar.1-4,13
9
mirip dengan gejala pada pasien glaukoma sudut terbuka
perifer.1-4,13
iv.Iris plateau
v. Glaukoma kongenital
10
Gambar 1. Glaukoma kongenital4
2. Glaukoma Sekunder
berikut:1-4,13
a. Glaukoma Pigmentasi
11
b. Glaukoma Pseudoeksfoliasi
tekanan intraocular.1-4,13
12
Ada beberapa kelainan traktus uvealis yang dapat
g. Glaukoma neovaskular
membrane fibrovaskular.1-4,13
13
h. Glaukoma akibat steroid
3. Glaukoma Absolut
seperti batu dan sakit bila ditekan, papil atrofi dengan ekskavasi
E. Patofisiologi
14
dikaitkan dengan mid-dilatasi pupil di mana tampaknya ada kontak
maksimum antara iris dan lensa. Pada mata dengan sudut tertutup, faktor
primer adalah crowding sudut iris yang disebabkan oleh tepi iris yang
menebal mengisi celah antara trabecular meshwork dan sudut reses dalam
kondisi gelap.1-4,11,12
berbeda dari mata normal; mereka memiliki panjang aksila yang lebih
pendek, ruang anterior yang lebih dangkal, lensa yang lebih tebal dan
posisinya relative anterior, dan kornea yang lebih rata tetapi juga berbeda
depan.1,4,11,12
block. Hal ini diamati pada mata di mana penutupan sudut berlanjut
15
meskipun iridotomi paten, misalnya pada iris pletau. Konfigurasi iris
pletau dicirikan dengan kedalaman ruang anterior normal, iris yang rata,
dan penebalan sudut oleh dasar iris. Ada perpindahan ke depan dari dasar
tertutup.1-4,11,12
16
intumescent mendorong iris ke depan dan menyebabkan penyempitan
cairan melalui pupil karena sinekia posterior 360° antara iris dan lensa
F. Pemeriksaan
sudut tertutup akut harus mencakup mulai dari pemeriksaan mata luar,
mungkin tidak dapat mengidentifikasi angka dan huruf pada kartu jarak
17
Gambar 3. Pupil mid-dilatasi2
tidak adanya gerakan pupil atau melambat dan mid-dilatasi pupil, ruang
anterior yang dangkal, edema epitel kornea dan bula, serta sel dan flare.
Pasien mungkin akan sensitive terhadap cahaya, dan mata mungkin berair
18
Gambar 4. Ruang anterior yang dangkal17
posterior antara lensa dan iris dan antara iris dan trabecular meshwork,
flek glaukoma
19
(vesikula pada lensa subkapsular anterior), atrofi iris (penipisan dan
G. Diagnosis
diskus optikus pasien. Pada glaukoma akut, pasien dapat segera datang
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini sesuai dengan teori atau
20
Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan.
Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang
tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan
adalah suatu agonis alfa adrenergik yang baru yang berfungsi menurunkan
produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar. epinefrin dan dipiferon
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi
dan perlu segera dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor
dengan bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat
pilihan adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari
pasien muda.14
air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum.
21
akut sudut tertutup. Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin
dicampur dengan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi
4. Pembedahan
pada iris agar aliran akuos humor dari kamera posterior dapat keluar ke bilik
kamera anterior dan jalinan trabecular, sehingga TIO dapat kembali normal.
Prosedur ini membuka sudut bilik mata anterior dan menghilangkan sumbatan
Jika kornea dalam keadaan yang sangat kabur atau iris terlalu tebal
sehingga tidak bisa dibuat pembukaan dengan laser maka bisa dilakukan
sehingga terbentuk akses langsung aliran akuos humor dari bilik kamera
22
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 60 tahun
No. RM : 74.17.62
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan mulai kabur sejak 4 bulan lalu. Kemudian sejak 3
23
bulan yang lalu penglihatan pasien bertambah menjadi lebih kabur dari
bulan yang lalu dan mulai bertambah parah sejak 3 hari sebelum pasien
ke RS. Pasien juga memiliki keluhan nyeri kepala yang hilang timbul
serta keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu. (mulai dr
kurang lebih 1 tahun yang lalu. Riwayat penyakit diabetes mellitus, asam
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 20x/menit
24
Suhu : 36,4oc
(-)
Kornea Keruh, Edema (+) Jernih
COA Dangkal, Van Herick Dalam, Van Herick
Grade 1 Grade 3
Iris Cokelat, Kripta (+) Cokelat, Kripta (+)
Pupil Bulat, sentral, mid- Bulat, sentral, Ø 3
Ratio : 0,3-0,4
25
Makula Sulit dievaluasi Refleks fovea (+)
Retina Sulit dievaluasi Perdarahan (-),
26
Gambar 7. Foto pemeriksaan slitlamp okulus sinistra
D. RESUME
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 19 Agustus 2021, datang dengan
keluhan penglihatan kabur pada mata kanan. Penglihatan mata kanan mulai
kabur sejak 4 bulan lalu. Kemudian sejak 3 bulan yang lalu penglihatan pasien
bertambah menjadi lebih kabur dari sebelumnya. Pasien juga mulai merasakan
nyeri hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu dan mulai bertambah parah sejak 3
hari sebelum pasien ke RS. Pasien juga memiliki keluhan nyeri kepala yang
hilang timbul serta keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu. Pada
27
sinsistra 6/20; Tekanan intraokuler okuli dekstra 30 mmHg, okuli sinistra 11
mmHg; terdapat mix injeksi pada konjungtiva okuli dekstra; edema kornea pada
okuli dekstra; sudut bilik mata depan dangkal, derajat 1 pada klasifikasi Van
Herick pada okuli dekstra. Pasien mengidap hipertensi grade 1 sejak 4 tahun
yang lalu, minum amlodipine 10 mg. Pasien pernah menjalani operasi katarak
mata kiri kurang lebih 1 tahun yang lalu. Riwayat penyakit diabetes mellitus,
asam urat, alergi disangkal pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit
E. DIAGNOSIS
Pseudofakia OS
F. PENATALAKSANAAN
Rencana Trabekulektomi
Natrium diclofenac 50 mg 2 x 1
G. PROGNOSIS
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kanan
mengeluhkan penglihatan kabur pada mata kanan sejak 4 bulan lalu dan semakin
memberat sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri di mata kanan sejak
1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan mulai memberat sejak 3 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh merasakan nyeri kepala yang hilang timbul serta
konjungtiva, edema kornea, sudut bilik mata dangkal dengan derajat 1 pada
klasifikasi Van Herick, terdapat mid dilatasi pupil pada mata kanan. Didapatkan
penyakit di dalam mata tersebut seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma
adherens), COA (seperti hifema, hipopion), iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris),
dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang dibawa sejak lahir.
29
Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma
terbagi dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Gejala dan tanda
pada glaukoma akut, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak,
tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar
lampu yang dilihat (“rainbows around lights”), terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak mata
bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melebar dengan
reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis. Gejala spesifik seperti
di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaukoma akut. Kadang-kadang riwayat
mata sakit disertai penglihatan yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah
terjadinya serangan glaukoma akut seperti gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien. 1-
4,11,13
Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sebuah proses yang disebut
pupillary block, yang terjadi saat pupil berdilatasi sedang. Dimana jarak antara iris
dan lensa memendek dan bahkan tidak ada jarak lagi sehingga terjadi sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan tekanan
kekaburan penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring
Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini
biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan berkurang. Rasa nyeri
hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut.
30
Hal ini terjadi karena meningkatnya tekanan intraokular sehingga menekan simpul-
simpul saraf di daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus.
Sehingga daerah sekitar mata yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa
nyeri. Pada glaukoma akut, tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi
kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem kornea, hal ini menyebabkan
penglihatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus menjadi menurun.
Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata
pada glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya
kemudian apabila tekanan bola mata normal dan mata tenang maka dapat dilakukan
Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0,5% 2x1 tetes
(OD), Glauseta (asetazolamid) tablet 250 mg 3x1, Natrium diclofenac 50 mg 2x1, dan
Aspar K 300 mg 2x1 dan direncakan untuk dilakukan trabekulektomi dan SICS.
konsentrasi tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu
30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta sumbataner dapat menurunkan tekanan
sumbataner non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval
setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian. Pemberian
Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS) sudah tepat. Timolol termasuk beta sumbataner non
31
selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma, PPOK,
intraokular secara cepat. Obat ini dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000
mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma akut yang disertai mual muntah dapat
diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam
sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini memberikan efek samping
hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan
miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini diberikan
prostaglandin, yaitu zat yang memicu reaksi peradangan dalam tubuh. Oleh karena
itu, penggunaan obat ini menyebabkan rasa sakit dan tanda-tanda peradangan lainnya
argon dan/atau laser YAG membentuk pembukaan pada iris agar aliran akuos humor
dari kamera posterior dapat keluar ke bilik kamera anterior dan jalinan trabecular,
32
sehingga TIO dapat kembali normal. Prosedur ini membuka sudut bilik mata anterior
pupillary block.1-4,11-15
Jika kornea dalam keadaan yang sangat kabur atau iris terlalu tebal sehingga
tidak bisa dibuat pembukaan dengan laser maka bisa dilakukan iridektomi perifer.
Bila iridotomi dan iridektomi tidak berhasil dapat dilanjutkan dengan bedah drainase
glaucoma melalui teknik trabekulektomi. Pada trabekulektomi dibuat jalan pintas dari
mekanisme drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aliran akuos humor
33
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan suatu laporan kasus dengan judul “Glaukoma Akut OD” pada
pasien seorang perempuan berusia 60 tahun yang datang ke Poliklinik Mata RSUP
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam untuk fungsi penglihatan dan
kesembuhan penyakitnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan & Asbury’s General Opthalmology. Edisi 19. New York: McGraw-
5. Flaxman SR, Bourne RR, Resnikoff, et al. Global cause of blindness and
2017;10:71–8.
35
9. Cheng J-W, Zong Y, Zeng Y-Y, Wei R-L. The prevalence of primary angle
Pract. 2016;66:0–373.
13. Ilyas S, Yulianti R. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta :
16. Römkens HCS, Beckers HJM, Schouten JSAG, Nuijts RMMA, Berendschot
2018;27:711–6.
36
17. Wang J, Du E, Tang J. The treatment of malignant glaucoma in
37