Metoda analisis yang digunakan haruslah metoda standar yang telah diuji kesahihannya, misalnya :
I. Penyiapan Peralatan
I.1. Keselamatan
Sebelum memulai pengujian bahan, kita harus bisa mengidentifikasi keamanan dan pengaruh
pemakaian pereaksi dan keamanan pada waktu pelaksanaan kerja, untuk diri sendiri, teman
pekerjaan dan pengunjung yang datang ke laboratorium.
Peralatan laboratorium yang berkaitan dengan analisis kuantitatif umumnya terbuat dari bahan
kaca, porselin, silika lelehan, dan pelbagai plastik.
Peralatan yang akan digunakan dalam analisis baik gelas maupun non gelas harus bersih sempurna dan
bebas dari lemak, bila tidak hasilnya tidak dapat diandalkan. Salah satu uji kebersihan peralatan kaca
adalah dengan mengisinya dengan air suling dan kemudia air
itu dikeluarkan, akan nampak lapisan tipis yang tidak terputus. Jika air mengumpul dalam bentuk
tetesan, maka alat itu kotor dan harus dibersihkan.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk membersihkan alat gelas, diantaranya adalah “Decon 90”
efektif untuk membuang kontaminasi oleh bahan - bahan radio aktif, teepol merupakan detergen yang
relatif lunak dan murah yang dapat digunakan untuk memebersihkan lat kaca.
Alat Gelas. Alat kaca yang digunakan sebaiknya alat kaca yang bertahanan tinggi untuk
menghindari masuknya kotoran selama analisis, untuk keperluan analisis sering digunakan kaca pyrex
(suatu kaca borosilikat). Untuk keperluan istimewa dapat digunakan kaca Corning Vycor (96 persen
silika). Kaca ini tahan sekali terhadap panas dan juga terhadap perubahan temperatur yang mendadak
dan sangat stabil terhadap asam (kecuali asam fluorida), air dan pelbagai larutan.
Gelas piala. Penggunaan yang paling umum adalah piala gelas yang dilengkapi dengan paruh
pada bibirnya. Keuntungan bentuk ini adalah : (a)memudahkan penuangan, (b)batang pengaduk dapat
menjulur keluar lewat paruh ini, (c)paruh itu merupakan jalan keluar gas bila piala gelas itu ditutup
dengan kaca arloji yang besar atau tutup kaca. Ukuran piala harus dipilih sesuai dengan volume cairan
yang akan disimpan didalamnya.
Labu ukur. Suatu labu berskala (dikenal sebagai labu volumetri atau labu ukur), adalah suatu
wadah berdasar datar, berbentuk ailpukat, dengan leher panjang dan sempit. Kapasitas dan temperatur
labu tertera dengan jelas (temperatur biasanya 20 oC), bagian bawah miniskus hendaknya menyinggung
batas volume.
Pipet. Terdapat dua macam pipet (i) Pipet yang hanya mempunyai satu tanda dan mengalirkan
cairan dengan volume konstan yang kecil pada kondisi tertentu yang ditetapkan (pipet transfer); (ii)
pipet yang batangnya bergaris-garis skala dan digunakan untuk mengalirkan pelbagai volume kecil cairan
sesuai dengan keinginana pemakai (pipet ukur atau pipet graduasi). Dalam penggunaannya pipet harus
dibilas terlebih dahulu dengan cairan yang akan digunakan.
Buret. Buret merupakan suatu pipa silindris panjang dengan rongga yang konstan sepanjang
bagian yang berskala, ujungnya bawahnya berupa keran yang dapat terbuat dari kaca atau plastik-tipe
diafragma, juga tersedia keran buret yang terbuat dari politetrafluoroetilena (PTFE atau teflon).
Sebelum digunakan buret harus dicuci bersih, kemudian dibilas dengan air suling dan selanjutnya dibilas
dengan cairan yang akan digunakan.
Corong. Corong yang digunakan sebaiknya berpenampang sudut 60 o. Ukuran yang paling
berguna dalam analisis kuantitatif adalah yang berdiameter 5,5 ; 7 dan 9 cm. Batangnya harus
berdiameter dalam sekitar 4 mm dan panjangnya tidak lebih dari 15 cm. Untuk mengisi buret dan
memindahkan zat padat ke labu volumetri, sebaliknya digunakan corong bergantung pendek dan leher
lebar.
2. Penyiapan Sampel
Sebelum melakukan analisis kimia terhadap suatu sampel, perlu dilakukan penyiapan sampel
terlebih dahulu. Penyiapan sampel meliputi tahap-tahap :
identifikasi sample
metode yang sesuai
alat pelindung diri.
Selanjutnya perlu dilakukan pencatatan deskripsi sampel, dibandingkan dengan spesifikasi
sampel, dan mencatat kelainan-kelainan dalam sampel. Langkah terakhir dalam penyiapan sampel
adalah mempersiapkan sampel untuk keperluan pengukuran.
pel tersebut. Sifat kimia contoh yang perlu diketahui antara lain sifat reaktif, eksplosif, racun atau iritasi.
Sedangkan sifat fisikanya meliputi kekerasan, warna, bentuk sampel seperti padat, cair, atau gas, berat
jenis (untuk sampel cairan), titik didih dan titik leleh.
Setelah mengetahui sifat, dan parameter yang akan dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan jenis metode yang sesuai. Secara umum ada dua jenis analisis kimia yang dapat dilakukan,
yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Pada analisis kualitatif dilakukan identifikasi senyawa kimia penyusun yang terdapat dalam
sampel, yang pada umumnya didasarkan pada sifat fisika dari sample, pemeriksaan titik leleh adalah
salah satu contoh dari analisis kualitatif.
Pada analisis kuantitatif dilakukan penentuan kandungan dari sampel yang dianalisis.
Berdasarkan kandungan atau jumlah analit dalam sampel, analisis kimia dibagi menjadi
beberapa jenis:
Mikroanalisis 10 mg – 1 mg
Ultra mikroanalisis 1 mg
Pengaturan untuk sampel yang baik (tidak rusak) meliputi faktor berikut :
Penerimaan sampel
Identifikasi sampel, misal sirup gula untuk analisa seng
Pelabelan
Teknik pengemasan yang sesuai, misalnya contoh beku harus datang dalam keadaan
beku juga
Penyimpanana yang sesuai, misalnya sampel didinginkan pada 4oC (bukan
dibekukan)
Jenis sampel harus jelas, misalnya susu bukan krim
Penampilan sampel yang segar, misalnya sampel tidak terlalu busuk
Cantumkan isi/volume dan massa dari sampel
Jika menemukan sampel yang rusak harus segera dilaporkan. Di laboratorium ada format
“sampel yang rusak” yang harus diisi untuk laporan secara tertulis. Laporan ini harus rangkap dua, satu
untuk dikirim pada konsumen dan satu rang kap disimpan sebagai arsip.
Tugas 1
Pengukuran sampel pada spektrofotometer sinar tampak maupun UV, sampel siap
ukur harus dalam bentuk larutan dan larutan tersebut harus bening (tidak keruh).
Apabila sampel tersedia dalam bentuk padat, siapkan bentuk larutannya dengan cara menimbang
sejumlah sampel secara kuantitatif menggunakan neraca analitik.
Sampel padat umumnya mengandung bahan organik. Oleh karena itu perlu didestruksi sebelum
dilarutkan. Destruksi dapat dilakukan dengan cara basah atau kering.
Cara destruksi basah : oksidasi sampel dengan HNO 3, HClO4 atau asam pengoksidasi kuat lainnya
kemudian dipanaskan hingga diperoleh larutan jernih.
Cara destruksi kering : oksidasi di udara pada suhu 500 – 550 oC, dan abu yang diperoleh dilarutkan
dalam HCl encer panas.
Kedua cara ini mempunyai segi keuntungan dan kelebihan masing-masing, yang perlu diperhatikan
adalah memilih cara destruksi yang akan dipergunakan. Selanjutnya lakukan pengenceran secara
kuantitatif (misalnya dengan menggunakan labu ukur). Ambil sejumlah tertentu larutan contoh dengan
menggunakan pipet ukur, masukkan ke dalam labu ukur volume tertentu, tambahkan sejumlah tertentu
pereaksi yang dapat membentuk warna, encerkan dengan pelarutnya sampai tanda batas (warna
larutan harus berada pada daerah konsentrasi larutan standar yang dibuat).
dilakukan. Saring larutan sampel dengan kertas saring yang sesuai. Ukur volume tertentu larutan
sampel secara kuantitatif, encerkan sesuai dengan keperluan.
Buatlah larutan contoh siap ukur lebih dari satu untuk menghindari kesalahan (minimal lakukan analisis
duplo).
3. Penyiapan Standar
Larutan standar dibuat dengan mengencerkan larutan induk yang tersedia atau
menimbang zat standar dalam bentuk padatan. Pada umumnya larutan induk dibuat pada konsentrasi
cukup besar (misalnya 1000 ppm). Timbang 1 gram zat standar, larutkan, masukkan ke dalam labu ukur
1 L, encerkan dengan pelarut yang sesuai sampai tanda batas. Kocok sampai homogen. Ambil sejumlah
tertentu larutan induk untuk membuat larutan standar (dengan paling sedikit 4 konsentrasi). Masukkan
ke dalam labu ukur 500 mL. Tambahkan pereaksi yang sama dengan pada pembuatan larutan contoh.
Encerkan sampai tanda batas.
4. Penyiapan pereaksi
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pereaksi agar diperoleh hasil analisis
yang memuaskan adalah :
1. Kespesifikan reaksi warna. Reaksi yang spesifik untuk suatu zat tertentu sangat sedikit
sekali, hal ini dapat diatasi dengan pengaturan pH, pemakaian masking agent, ekstraksi
dengan pelarut, atau dengan cara lain. Bila kita melakukan reaksi usahakan zat lain tidak
ikut bereaksi, apalagi bila menghasilkan senyawa yang mempunyai maks yang berdekatan.
2. Kesebandingan warna dan konsentrasi. Untuk kolorimeter visual penting sekali bahwa
intensitas warna meningkat secara linier dengan naiknya konsentrasi zat yang akan
ditetapkan. Pada spektrofotometri, sistem tersebut harus memenuhi hukum Lambert-Beer.
3. Kestabilan warna. Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil untuk memungkinkan
pengambilan pembacaan yang tepat. Ini berlaku juga untuk reaksi dimana warna yang
terbentuk cenderung mencapai maksimum setelah dibiarkan beberapa saat, periode warna
maksimum harus cukup panjang untuk melakukan pengukuran secara cermat. Untuk
mencapai kondisi ini pengaruh-pengaruh zat-zat lain dan kondisi pengukuran (temperatur,
pH, kestabilan di udara) harus diketahui.
4. Kedapatulangan (reprodusibilitas). Prosedur spektrofotometri harus memberi hasil yang
dapat diulang pada kondisi pengukuran yang khas. Reaksi itu tidak perlu mewakili
perubahan kimia yang kuantitatif secara stoikiometris.
5. Kejernihan larutan. Larutan haruslah bebas dari endapan jika harus dibandingkan dengan
standar yang jernih. Kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.
6. Kepekaan tinggi. Diinginkan, teristimewa bila yang harus ditetapkan zat yang berkuantitas
kecil, bahwa reaksi warna itu sangat peka. Juga diinginkan bahwa produk reaksi menyerap
dengan kuat dalam daerah tampak, bukan dalam daerah ultraviolet; efek gangguan oleh zat-
zat lain dalam daerah ultraviolet biasanya lebih parah.
Untuk memperoleh reaksi warna yang spesifik, beberapa proses yang dapat dilakukan
diantaranya adalah
Pembentukan ion kompleks atau kompleks yang tak reaktif untuk menekan kerja zat-zat
pengganggu
Penyesuaian pH; banyak reaksi yang berlangsung dalam batas pH yang jelas
Ekstraksi dengan suatu pelarut organik, kadang-kadang setelah pengolahan kimiawi yang
sesuai untuk menyingkirkan zat pengganggu
Isolasi zat yang akan ditetapkan dengan pembentukan suatu kompleks organik.
Pemisahan dengan pengatsirian. Penerapan metode ini terbatas, namun
memberikan hasil yang baik, misalnya distilasi arsen menjadi triklorida dengan
hadirnya asam klorida.
Kepekaan maksimum, karena pada perubahan konsentrasi larutan akan memberikan perubahan
A paling besar ( memperkecil kesalahan )
Pada λ maks akan didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier sesuai dengan hukum Lambert -
Beer
PELAKSANAAN ANALISIS
Dalam analisis secara spektrofotometri, hal yang penting adalah bahwa warna yang terukur
hanya berasal dari zat yang dianalisis. Oleh karena perlu dilakukan koreksi terhadap pembentukan
warna yang disebabkan oleh reagen. Koreksi dapat dilakukan dengan membuat larutan blanko. Larutan
blanko adalah larutan yang diperlakukan sama seperti larutan sandar dan larutan contoh. Larutan ini
mengandung semua reagen yang digunakan untuk analisis, tetapi tidak mengandung zat yang akan di
analisis. Larutan blanko akan mendeteksi semua warna yang dihasilkan oleh pemakaian reagen.
Larutan contoh harus mengandung reagen yang sama dengan larutan standar yang digunakan dalam
analisis.
Larutan standar mengandung harus diperlakukan sama dengan larutan contoh. Larutan standar harus
dibuat dengan konsentrasi tertentu sehingga konsentrasi larutan contoh berada dalam kisaran larutan
standar.
Blanko berguna untuk menstabilkan absorbansi akibat perubahan voltase atau I 0 dari sumber
cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat, kita tidak perlu lagi mengontrol titik nol alat apada waktu-
waktu tertentu, hal ini berbeda dengan pada single beam.
Mengoperasikan Peralatan
Sebelum digunakan alat harus dicek terlebih dahulu status kalibrasinya. Apabila dari hasil
pengecekan ternyata alat tidak atau belum layak dipakai, maka perlu dilakukan kalibrasi alat.
Periksa bagian dudukan kuvet, apakah ada sesuatu yang dapat mengganggu posisi
kuvet
Periksalah jalan sinar apakah tepat pada dudukan kuvet, dengan menggunakan
secarik kertas putih setelah panjang gelombang diset pada 550 nm, dan celah diatur
selebar mungkin
Periksalah kuvet yang akan digunakan, apakah sudah dalam keadaan bersih, tidak
tergores, dan kering permukaan luarnya
Sebelum melakukan pengukuran serapan contoh dengan alat spectronic – 20, persiapkanlah alat
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pastikan alat dalam posisi yang benar, tidak miring, tersambung ke sumber listrik dengan
benar
Nyalakan alat dengan menekan tombol “ON”. Setelah alat dipanaskan selama 30 menit, pilih
panjang gelombang () yang akan digunakan dengan memutar pengatur . Putarlah tombol ON
sedemikian sehingga pembacaan T = 0 (tempat sel dalam keadaan tertutup)
Masukan larutan standar yang tidak menyerap cahaya (larutan blanko) ke dalam kuvet.
Masukkan ke tempat sel. Amati pembacaan absorban (A) atau T. Bila tidak menunjukkan
100T, putar tombol pengatur A atau T sehingga jarum penunjuk angka meteran
menunjukkan angka 100T.
Setelah melakukan cek di atas, alat siap digunakan untuk pengukuran larutan standar dan
contoh.
Ikutilah langkah-langkah berikut ini untuk melakukan pengukuran larutan contoh dengan alat
spectronic – 20
Siapkan larutan contoh serta larutan standar (paling sedikit 4 variabel konsentrasi).
Masukkan ke dalam kuvet yang telah sepadan. Siapkan pula larutan blanko, dan
masukkan ke dalam kuvet. Bilas kuvet berulangkali dengan larutan yang akan
dimasukkan.
Siapkan alat sesuai dengan langkah persiapan alat seperti tersebut di atas. Ukurlah
serapan larutan standar mulai dari konsentrasi yang paling kecil. Setelah melakukan
pengukuran standar yang pertama, pastikan alat meter menunjukkan 0T tanpa
kuvet dan 100T dengan larutan blanko. Ukur kembali larutan standar berikutnya.
Demikian seterusnya.
Setelah pengukuran larutan standar selesai, lakukan pengukuran serapan larutan
contoh dengan cara yang sama.
Buatlah kurva kalibrasi antara konsentrasi standar dengan serapan (absorban).
Plot serapan larutan contoh ke dalam kurva kalibrasi. Tentukan konsentrasi analit
dalam contoh. Hitung konsentrasi sebenarnya analit dalam contoh berdasarkan
perhitungan pengenceran.
↔ Kimia
↔ Radioaktif
↔ Bahaya biologi
↔ Benda tajam
↔ Tidak berbahaya
Limbah kimia yang mudah terbakar harus dikumpulkan dalam lemari asam, kemudian
ditampung dalam drum baja tertutup rapat dan disimpan dalam almari tahan api. Limbah korosif harus
dipisahkan dalam tiga kelompok : asam, basa, dan lainnya, kemudian disimpan dalam botol di lemari
asam.
Pelarut organik yang tidak mudah terbakar disimpan dalam wadah limbah pelarut organik di
lemari asam.
Dalam keadaan apapun zat kimia berikut termasuk garamnya atau campurannya tidak boleh
dibuang pada tempat bak cuci
Herbisida, pestisida dan semua cairan terapeutik harus diperlakukan sama dengan pelarut organic.
Bahan radioaktif harus disimpan dalam wadah khusus di tempat tertentu dari laboratorium.
Semua contoh cair dan buangan manusia, binatang atau tumbuhan harus diautoklaf sebelum dibuang.
Jaringan mikrobiologi dan barang – barang yang dikonsumsinya harus diautoklaf dulu sebelum dibuang.
Pecahan kaca, silet, bagian tajam dari alat dibuang dalam wadah pembuangan khusus benda tajam.
Semua contoh tanah, pasir, logam dan kain harus disimpan dalam wadah limbah padat. Larutan
dengan kadar rendah dari garam, penyangga, asam, basa, bisa dicuci dalam bak pencuci dan dibilas
dengan air yang banyak