Anda di halaman 1dari 33

KONSEP LABORATORIUM

Januari 13, 2009 oleh akuadalahkamu

Penerapan Hazard Analys Critical Control Point (HACCP) secara mendasar dikembangkan
dengan menitikberatkan pada 4 prinsip yaitu : pencegahan, pengawasan terhadap proses
produksi, pengujian laboratorium dan peran aktif pihak produsen.
Dengan memperhatikan ke-4 prinsip ini maka tampak jelas bahwa keberadaan serta peran aktif
laboratorium yang ada di unit pengolahan mutlak diperlukan untuk menunjang manajemen mutu
yang dipakai sebagai pedoman jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.
Maksud dan tujuan dari seluruh kegiatan laboratorium adalah menghasilkan produk uji. Produk
uji dapat dipertanggungjawabkan apabila mempunyai akurasi atau ketepatan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan ini semua diperlukan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi. Sifat persyaratan dapat digolongkan sesuai dengan sifat
interaksi antara sebab dan akibat dan hal ini dapat dipakai sebagai dasar penilaian suatu
laboratorium (akreditasi). Persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dan tidak dapat dikompensasi
oleh hal lain, misalnya kelayakan bahan kimia, peralatan atau sejenis. Tidak mungkin hasil uji
bersifat valid bila bahan kimia yang digunakan tidak layak digunakan. Ntuk lebih jelasnya,
uraian di bawah ini merupakan persyaratan untuk laboratorium yang baik.

A. Personil (Sumber Daya Manusia)


Ketentuan penting yang meliputi sumber daya manusia yang berkaitan dengan aktivitas
laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Jumlah personil harus disesuaikan dengan aktivitas yang ada (jumlah memadai).
2. Personil yang terlibat dalam aktivitas khususnya bidang teknis harus sehat, cacat fisik
sebaiknya dihindari.
3. Pendidikan formal, pelatihan yang pernah diikuti serta pengalaman kerja dalam
berlaboratorium.
4. Pengklasifikasian dan penempatan personil disesuaikan dengan tugas yang diemban. Latar
belakang (pendidikan, pelatihan, pengalaman) disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Setiap personil harus memiliki uraian tugas yang jelas.
6. Personil harus selalu aktif menambah pengetahuan yang terkait melalui pelatihan internal
maupun eksternal.
7. Bentuk pengalaman maupun pelatihan yang pernah diikuti harus terdokumentasi dan
diinformasikan kepada personil lain (bentuk pelatihan internal).
8. Integritas personil (analis) tidak boleh terpengaruh oleh sesuatu yang dapat mempengaruhi
hasil uji yang dikeluarkan. Kolusi dalam bentuk apapun dan dengan siapapun tidak dibenarkan.
9. Laboratorium harus mempunyai program dalam rangka peningkatan kemampuan,
pengetahuan serta ketrampilan analis secara berkesinambungan.

B. Lokasi dan Lingkungan


Yang perlu diperhatikan untuk lokasi laboratorium analisa adalah :
1. Terletak di tempat yang tidak tercemar dengan memperhatikan persyaratan Amdal.
2. Dapat menciptakan suasana aman dan tenang dalam bekerja.
3. Lokasi bukan penghambat dalam pemenuhan kebutuhan laboratorium.
4. Jauh dari sumber getaran seperti rel kereta api atau jalan yang dilewati kendaraan berat.
5. Lokasi yang suplai listriknya memiliki fluktuasi voltase cukup tinggi harus diantisipasi dengan
baik.
C. Bangunan dan Fasilitas
1. Bangunan yang dipergunakan untuk laboratorium, peruntukannya hanya untuk kegiatan
laboratorium, tidak diperkenankan difungsikan untuk kegiatan lain.
2. Bentuk bangunan adalah permanen.
3. Dekat dengan penyediaan air bersih dan listrik.
4. Untuk mempermudah komunikasi, laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan telepon.
5. Bahan bangunan disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, bahan bangunan tidak boleh
berubah bentuk atau rusak karena bahan kimia atau aktivitas.
6. Untuk menghindari kelembaban, dinding harus dilapisi oleh bahan anti lembab (porselin)
sedangkan sisanya dicat dengan warna terang dan tahan air (cat kolam).
7. Intensitas cahaya, sirkulasi udara, luas dan tinggi bangunan, lantai dll, disesuaikan dengan
jenis aktivitas laboratorium, misalnya laboratorium mikrobiologi dengan kimia, fasilitas
bangunan yang diperlukan berbeda.
8. Ruangan yang digunakan untuk aktivitas laboratorium yang tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung (mis. Lab. Mikrobiologi, Kimia dsb), sebaiknya menghadap ke utara atau kaca
yang ada dilapisi dengan kaca film.
9. Lantai/dinding dll. terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (keramik) dan tahan bahan
kimia.
10. Ruangan yang menggunakan alat optik/elektronik harus dilengkapi dengan Air Condition
(AC).
D. Tata Letak/Lay Out
1. Pemisahan secara jelas antara ruang personil, ruang preparasi, ruang uji, ruang instrument dan
ruang-ruang lain yang menurut fungsinya harus dipisahkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang lazim.
2. Ruang uji yang lebih dari 1 pengujian, misalnya harus ada pemisah yang jelas antara Lab.
Mikrobiologi dengan Lab. Kimia..
3. Tata letak ruang tidak boleh berakibat kontaminasi silang (cross contamination), aturan yang
baku disesuaikan dengan kondisi yang ada.
4. Tata letak harus dapat menciptakan petugas bekerja dengan aman dan nyaman, jauh dari
gangguan panca indera (bising).
. Peralatan
Peralatan dasar yang umum dimiliki suatu laboratorium berupa alat ukur (timbangan, termometer
dll) dan alat penunjang (oven, inkubator dll), agar peralatan tersebut dapat berfungsi dengan baik
dan benar, laboratorium perlu melakukan tindakan verifikasi periodik, pencocokan ke Standar
Nasional (kalibrasi), dan manajemen peralatan serta ditunjang oleh kemampuan yang handal
tenaga analisnya dalam pengoperasian peralatan tersebut.
Pada pengujian secara mikrobiologi ada 2 pengujian yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengujian kuantitatif antara lain analisa TPC., Escherichia coli, Coliform, Stapylococcus aureus,
sedangkan pengujian kualitatif antara lain analisa Salmonella sp., Vibrio cholera, dll. Pada
analisa di atas diperlukan alat-alat antara lain : tabung reaksi, plate (cawan petri), pipet,
timbangan, gunting, pinset, oven, inkubator, water bath, dll.
Peralatan tersebut di atas perlu ditunjang antara lain tersedianya jaringan listrik yang memadai,
jaringan air yang memadai, stavol, lampu, lemari pendingin dan tempat pembuangan yang cukup
baik untuk sampah sisa analisa dan sisa reaksi kimia. Disamping itu perlu adanya alat untuk
menunjang keselamatan kerja, baik untuk tenaga analisnya maupun untuk lingkungan sekitarnya.
1. Peralatan Gelas
Peralatan gelas pada laboratorium sebaiknya terbuat dari alkali borosilicate. Pada bahan tersebut
memiliki keunggulan antara lain tahan terhadap reaksi kimia kecuali pada bahan hidrofluoric dan
phosphoric acid, tahan pecah dan tahan panas. Peralatan yang terbuat dari bahan gelas yang
digunakan dalam kegiatan di laboratorium antara lain :
Labu ukur•
Plate (cawan petri)•
Tabung reaksi dan tabung ulir•
Gelas ukur•
Beaker glass•
Botol pengencer•
Berbagai macam pipet•
Botol untuk sampel•
Tabung fermentasi•
Jumlah dari setiap peralatan tersebut tergantung kebutuhan analisa yang akan dilakukan.
2. Timbangan
Timbangan yang digunakan dalam laboratorium terdiri dari berbagai jenis dan merk. Yang
terpenting adalah kapasitas serta ketelitiannya. Laboratorium mikrobiologi sebaiknya dilengkapi
dengan 2 macam timbangan yang memiliki kapasitas yang berbeda. Salah 1 timbangan memiliki
kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0,0001 gram dan yang lain dengan kapasitas 100-200 gram
dengan ketelitian 0,1 gram. Macam-macam timbangan berdasarkan sensitivitasnya antara lain :
analytical balance, physical balance dan dispensary/prescription balance.
Untuk menjaga akurasi timbangan ini perlu dilakukan kalibrasi alat setiap 3 bulan sekali dengan
kalibrasi berat Class-S dan setiap tahun perlu dilakukan kalibrasi oleh suatu standar nasional.
3. Water Bath
Fungsi utama water bath adalah untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk
inkubasi pada analisa mikrobiologi. Pada water bath suhu yang digunakan biasanya 44,50C-
45,50C untuk analisa konfirmasi E. coli dan Coliform dengan ketelitian suhu 0,10C. Di samping
itu untuk preparasi media juga dibutuhkan water bath yang memiliki kapasitas mencapai suhu
1000C.
4. Inkubator
Inkubator secara umum digunakan sebagai perlengkapan dalam laboratorium mikrobiologi
pangan. Inkubator memiliki fungsi yang sama dengan water bath yaitu sebagai alat inkubasi pada
analisa mikrobiologi. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menciptakan suhu stabil dan
konstan. Suhu inkbator dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu pada suhu ruang, oleh karena
itu perubahan suhu ruang perlu diawasi terutama saat terjadi perubahan musim.
5. Mikroskop
Beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan taksonomi dalam laboratorium mikrobiologi
menggunakan mikroskop dalam menganalisa gambar secara morfologi dan reaksi pewarnaan.
6. Blender
Dalam analisa mikrobiologi, sampel harus dihomogenkan terlebih dulu sebelum dianalisa. Untuk
bahan pangan maka perlu diblender untuk menghomogenkan sampel tersebut.
7. Stomacher
Stomacher dapat berfungsi sebagai pengganti blender karena memiliki fungsi sebagai alat untuk
homogenisasi. Stomacher tidak sama dengan blender. Pada blender homogenisasi terjadi secara
sempurna, sedangkan pada stomacher homogenisasi yang sempurna tidak dikehendaki. Prinsip
dari stomacher adalah untuk membilas bakteri atau mikroorganisme pada permukaan sampel.
Komponen pada stomacher meliputi : kantong plastik steril dan stomacher suatu alat berbentuk
kotak yang pada bagian dalam ada suatu pedal penumbuk)
8. Autoclave
Autoclave merupakan alat sterilisasi menggunakan sistem pemanasan lembab. Suhu uap dibawah
tekanan tergantung pada tekanan. Pada autoclave suhu dapat mencapai 1210C pada tekanan 15
psi. Sterilisasi menggunakan autoclave dilakukan pada pembuatan media dan larutan..
9. Oven
Sterilisasi dengan pemanasan kering untuk peralatan gelas yang tahan terhadap pemanasan tinggi
dilakukan dengan menggunakan oven. Disamping itu oven dapat juga digunakan untuk analisa
lain misalnya analisa kadar air dan preparasi sampel untuk penentuan kadar lemak. Oven juga
digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas yang telah digunakan.
10. Freezer dan Refrigerator
Untuk suatu laboratorium mikrobiologi refrigerator dan freezer sangat penting diperlukan untuk
menyimpan sampel yang dianalisa serta media-media yang mudah menuap dan media yang tidak
tahan terhadap panas.
11. Laminar Flow
Semua prosedur mikrobiologi yang melibatkan patogen, pembuatan media yang steril atau
pemeriksaan bahan makanan dibutuhkan suasana yang steril termasuk tempat juga harus steril,
untuk itu digunakan laminar flow. Komponen pada laminar flow : exhaust filter, lampu
fluoroscent, lampu UV.
Yang penting dalam laminar flow adalah kerja dari exhaust HEPA filter harus memiliki
keefektifan 99,99% untuk membersihkan filter yang memiliki ukuran > m.0,3
12. Water Distilling
Dalam preparasi media maupun larutan kimia diperlukan aquades dalam jumlah yang banyak,
karena itu lebih efisien dibutuhkan adanya alat pengolah air kran menjadi distilling water atau
aquades. Adanya alat ini akan lebih memperlancar kerja dalam laboratorium dan menekan biaya.
13. Ruang Asam
Untuk pekerjaan yang melibatkan zat-zat yang berbahaya seperti asam pekat dan zat yang
menghasilkan gas-gas berbahaya, dibutuhkan adanya ruang asam atau lemari asam. Ruangan
atau lemari asam ini dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong untuk saluran pembuangan dan
kran air.
Bagian dalam dari lemari asam sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap panas dan zat
kimia dan untuk bagian dasarnya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan rata..
14. Hand Sanitizer
Kontaminasi terhadap sampel (dalam laboratorium mikrobiologi) dapat juga terjadi karena tidak
diterapkan SOP yang baik oleh pekerja laboratorium atau analis. Penggunaan Hand Sanitizer
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut. Salah 1 contoh alat ini adalah Hand
Sanitizer SANDEN TEK 103-4.

F. Sampel Pengujian
Berdasarkan pada akurasi uji suatu laboratorium, diperlukan teknis pengambilan sampel oleh
personil yang mengerti maksud dan arah dari rencana pengujian yang akan dilaksanakan. Hasil
pengujian kurang berfungsi/guna jika metode sampling yang dilakukan petugas kurang
mengindahkan norma-norma yang layak atau kurang patut pada ketentuan yang berlaku.
Dengan melihat kembali maksud dan tujuan didirikannya laboratorium yang ada di unit
pengolahan, yaitu sebagai salah 1 sarana untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan maka
segala sesuatu yang memungkinkan dapat menyebabkan produk berubah dari ketentuan yang
dipersyaratkan dapat dipakai sebagai titik-titik dimana sampel diambil.
Beberapa implementasi yang ada kaitannya dengan sampel pengujian adalah sbb :
1. Sampel diambil oleh petugas yang mengerti dan diberi wewenang.
2. Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh standar (atau yang identik
bila diterapkan di unit pengolahan).
3. Sistem pencatatan harus jelas, untuk memudahkan bila diperlukan tindak lanjut atau langkah-
langkah perbaikan karena hasil uji yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
4. Bila sampel tidak langsung dianalisa, harus disimpan pada tempat yang sesuai dengan kriteria
sampel sehingga kemungkinan terjadinya perubahan (tercemar) dapat dihindari.
5. Preparasi sampel (penimbangan dll) dilakukan pada tempat tersendiri.
6. Sebelum dilakukan pengujian, sampel 1 dengan yang lain tidak boleh saling mencemari.
7. Tempat yang peruntukannya untuk menyimpan sampel tidak boleh dicampur dengan barang
lain.
G. Panduan Mutu dan SOP
Panduan mutu merupakan barometer yang dipakai dalam berlaboratorium. Panduan mutu harus
tertulis dan dapat dirubah sesuai perkembangan yang ada, misalnya hasil temuan auditor.
SOP merupakan standar dalam operasional laboratorim, misalnya pengujian harus menggunakan
cara-cara yang dibakukan, disepakati untuk dijalankan dan dipatuhi sepenuhnya. Tanpa
kepatuhan yang tinggi, keberadaan SOP dirasa tidak ada gunanya.
H. Catatan Harian
Catatan harian berisi tentang kronologis dari seluruh mekanisme laboratorium, baik asek teknis
maupun non teknis. Catatan harian harus bisa menggambarkan tiap tahapan pengujian sebelum
dikeluarkan hasil uji.
I. Dokumentasi
Tujuan utama diselenggarakan sistem pendokumentasian yang baik adalah untuk memudahkan
pelacakan. Sistem tersebut dikatakan baik bila terjadi penyimpangan atau gugatan konsumen,
mekanisme pelacakan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Jenis dokumentasi pada dasarnya tidak mengikat, tergantung seberapa jauh tingkat kebutuhan
laboratorium. Dokumentasi yang biasa ada pada setiap laboratorium adalah :
1. Pedoman mutu laboratorium dan cara berlaboratorim yang aman.
2. Dokumen pengambilan sampel.
3. Laporan pengujian.
4. Dokumen bahan dan alat.
5. Dokumen metode persiapan sampel dan cara pengujiannya.
J. Keamanan Berlaboratorium
Keamanan dalam berlaboratorium merupakan prioritaspertama. Untuk menciptakan ini semua
diperlukan pengetahuan serta sarana penunjang yang memadai. Keamanan dalam arti luas tidak
hanya terbatas pada keamanan personil laboratorium tetapi juga dapat menyangkut keamanan
data-data yang bersifat privasi laboratorium. Bahaya yang mungkin dapat terjadi dapat
diantisipasi antara lain dengan cara :
1. Kebakaran, diantisipasi dengan tersedianya alat pemadam kebakaran yang selalu dimonitor
kelayakannya.
2. Gas beracun, khusus pada laboratorium kimia diantisipasi dengan membuat ruang asam
dengan exhauster, sedangkan personil dilengkapi dengan masker dengan filter yang dapat
menetralisir gas kimia tersebut.
3. Kontaminasi mikroba patogen.
4. Kontak langsung dengan bahan kimia padat maupun cair yang berbahaya, diantisipasi dengan
sarung tangan dll.

MANAJEMEN LABORATORIUM IPA


MANAJEMEN LABORATORIUM IPA

Oleh Asep Kadarohman

I. PENDAHULUAN

Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang
proses pembelajaran di sekolah. Dikemukakan pada PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) bahwa:

1. 1. Pasal 42 (2) :

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

1. 2. Pasal 43

(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium
bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan
dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia.

(2) Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah peralatan perpeserta didik.

Untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas, laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik. Sebagus dan selengkap apapun suatu laboratorium tidak akan berarti apa-apa bila
tidak ditunjang oleh manajemen yang baik.

II. PENGERTIAN DAN FUNGSI LABORATORIUM

Laboratorium atau Laboratory pada kamus Webster’s, yaitu A building or room in which
scientific experiments are conducted, or where drugs, chemicals explosives are tested or
compounded. Pada kamus Oxford, Laboratory: room or building used for scientific
experiments, research, testing, etc esp in chemistry… language. (Hornby, 1985). Pada
Wikipedia, Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya
dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia,
laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. (Wikipedia, 2007).
Pada SPTK-21 dikemukakan Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas
yang memadai (Depdiknas, 2002).

Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses
pembelajaran dengan metoda praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa
untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung.
Kegiatan laboratorium/praktikum akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam:

1. membangun pemahaman konsep;

2. verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep;

3. menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah) serta afektif siswa;

4. menumbuhkan “rasa suka” dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari;

5. melatih kemampuan psikomotor.

Oleh karena itu kegiatan laboratorium/praktikum akan dapat meningkatkan kecakapan


akademik, sosial, dan vokasional. Magnesen yang dikutif oleh DePorter, dkk. dan
diterjemahkan oleh Nilandari (2000) mengemukakan:

”Kita belajar”:

10% dari apa yang kita baca,

20% dari apa yang kita dengar,

30% dari apa yang kita lihat,

50% dari apa yang kita lihat dan dengar,

70% dari apa yang kita katakan,

90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.”

II. STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM


Pengorganisasian atau pengelolaan laboratorium dapat diartikan sebagai pelaksanaan dalam
pengadministrasian, perawatan, pengamanan, serta perencanaan untuk pengembangan secara
efektif dan efisien. Sesuai dengan fungsi laboratorium sekolah, sebagai salah satu fasilitas
penunjang proses pembelajaran, maka kedudukan laboratorium dalam organisasi sekolah berada
di bawah koordinasi Wakil Kepala Madrasah dengan penugasan dari Kepala Madrasah. Salah
satu contoh struktur organisasi laboratorium disajikan pada gambar 1.

Penanggungjawab laboratorium bertugas menyusun tata tertib laboratorium, program


kerja laboratorium, dan jadwal pelaksanaan kegiatan praktikum; bersama-sama
dengan laboran melakukan inventarisasi dan adminitrasi alat, bahan, dan fasilitas;
bertanggung jawab terhadap keamanan, keselamatan, kebersihan dan keindahan lab;
bertanggung jawab terhadap perawatan sarana dan prasarana; menyusun dan
mengajukan kebutuhan alat dan bahan kepada Kepala Sekolah; serta menciptakan
suasana akademik laboratorium yang nyaman dan kondusif sehingga menjamin
keselamatan kerja di laboratorium.

Laboran bertugas memfasilitasi setiap kegiatan laboratorium yang dilaksanakan sesuai dengan
program dan tujuan penyelenggaraan laboratorium; menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
untuk kegiatan praktikum; memberikan pelayanan kepada guru dan praktikan selama kegiatan
praktikum berlangsung; melakukan inventarisasi dan adminitrasi alat, bahan, dan fasilitas;
bertanggung jawab terhadap keamanan, keselamatan, kebersihan dan keindahan lab; serta
bertanggung jawab terhadap perawatan sarana dan prasarana. Agar laboran dapat bekerja secara
optimal, maka perlu menguasai dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan ruang
lingkup tugasnya di laboratorium seperti administrasi laboratorium, layanan laboratorium,
pemeliharaan dan perawatan laboratorium, pemeliharaan dan perawatan bahan dan alat-alat
laboratorium, serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh penanggung jawab laboratorium.

III. SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM

Sebagai tempat pembelajaran, laboratorium pada umumnya mempunyai sarana dan prasarana

yang terdiri atas:

1. Ruang laboratorium: ruang untuk kegiatan praktikum, ruang kegiatan administrasi dan
persiapan, serta ruang penyimpanan;

2. Fasilitas laboratorium: intalasi air (bak cuci dan kran air), intalasi/jaringan listrik, saluran
gas, lemari asap, blower/kipas angin, meja, kursi, lemari, rak, papan tulis, alat pemadam
kebakaran, kotak obat-obatan, peralatan P3K, dll.;

3. Alat-alat laboratorium: pH meter, mikroskop, neraca, osiloskop, labu Erlemeyer, labu ukur.

4. Zat (bahan kimia): asam florida, amoniak pekat, eter, oksigen,

Untuk lebih jelas akan dibahas beberapa pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium.
1. Ruang Laboratorium

Bentuk, ukuran, denah atau tata letak fasilitas dari setiap ruangan itu dirancang sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya dapat berjalan dengan
baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya,
memudahkan pengontrolan, menjaga keamaan alat-alat dan memelihara keselamatan kerja.
Berikut ini adalah contoh gambaran umum ruangan-ruangan laboratorium.

a. Ruang praktikum

Ruang praktikum merupakan bagian utama dari sebuah laboratorium sekolah. Ruang praktikum
adalah ruang tempat berlangsungnya proses pembelajaran di laboratorium. Proses pembelajaran
di dalam ruang praktikum dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum perorangan atau
kelompok, dan penelitian. Proses pembelajaran di ruang praktikum menuntut tempat yang lebih
luas dari pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas biasa. Olehkarena itu luas ruang
praktikum harus dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa dan guru selama
melakukan proses pembelajaran. Luas ruang praktikum ini tentu harus memperhitungkan jumlah
siswa dan guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran di dalamnya. Luas ruang
praktikum persiswa rata-rata 2,5 m2 (termasuk meja kerja). Jadi bila kita ingin laboratorium
memuat 40 siswa, maka luas laboratorium tersebut hendaknya sekitar 100 m2

. Untuk kenyamanan dan keselamatan kerja sebaiknya ruang praktikum memiliki


fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

 Instalasi listrik (untuk percobaan, demonstrasi, penerangan dan lain-lain),


 instalasi air dengan bak cucinya, dan instalasi gas.
 Fasilitas mebeler berupa meja dan kursi praktikan untuk siswa, kursi dan meja
demonstrasi untuk guru, loker penitipan tas buku siswa, dan lemari penyimpanan alat-alat
praktikum.
 Papan tulis,
 Layar untuk OHP serta in focus.
 Ventalasi udara yang cukup, dapat berupa jendela, langit-langit yang tidak tertutup rapat,
atau mungkin kipas angin).
 Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda dengan daun pintu terbuka ke luar.
 Pintu yang berhubungan langsung dengan ruang persiapan dan ruang guru serta dapat
teramati dari.kedua ruangan itu.
 Kotak P3K.
 Fasilitas pemadam kebakaran.

b. Ruang administrasi dan persiapan

Ruang adminstrasi dan persiapan adalah ruang yang disediakan untuk melakukan
pengadministrasian, perawatan dan persiapan alat-alat serta bahan. Bila sekolah atau
laboratorium memiliki petugas laboran, ruang administrasi dan persiapan juga dapat digunakan
sebagai ruang kerja laboran dalam melayani kegiatan aboratorium kepada guru dan siswa.
Ruang administrasi dan persiapan terdapat di dalam laboratorium, di antara ruang praktikum
dan ruang penyimpanan atau gudang.

Ruang administrasi/persiapan dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding berkaca
bening atau ram kawat, sehingga dari dalam ruang ini guru atau laboran dapat melihat kegiatan
yang terjadi di dalam ruang praktikum.

Ruang persiapan memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik. Memiliki fasilitas
mebeler seperti :

 Kursi dan meja kerja untuk melakukan pengadministrasian, perawatan, dan persiapan
kegiatan laboratorium.
 Lemari atau rak alat-alat.
 Loket peminjaman alat-alat.

c. Ruang penyimpanan.

Ruang penyimpanan di laboratorium dapat juga disebut sebagai gudang laboratorium, adalah
ruang yang disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat dan bahan yang sedang tidak
digunakan. Ruang penyimpanan terdapat di dalam laboratorium di sebelah dalam ruang
persiapan.

Ruang penyimpanan alat sebaiknya dipisahkan dengan ruang penyimpanan zat, untuk
menghindari kerusakan alat akibat korosi dsb. Apabila tidak ada ruang lain untuk penyimpanan
alat dapat dilakukan pada lemari di ruang praktikum. Demi keamanan dan kemudahan
penyimpanan dan pengambilan alat-alat dan bahan, ruang penyimpanan atau gudang biasanya
hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar melalui ruang persiapan.

Ruang penyimpanan atau gudang harus memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.
Memiliki fasilitas mebeler seperti :

 Macam-macam lemari alat-alat dan bahan-bahan.


 Macam-macam rak untuk alat-alat.

Pada kenyataan di lapangan jumlah, bentuk, ukuran, kualitas dan lokasi setiap ruang
laboratorium dapat saja berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, bergantung kepada
keadaan di masing-masing sekolah. Hal itu dapat terjadi misalnya karena laboratorium didirikan
dengan memanfaatkan ruangan-ruangan tertentu yang sudah ada di sekolah. Akan tetapi,
seandainya laboratorium di bangun baru di tanah kosong, maka perencanaannya hendaklah
memperhatikan perbandingan yang proporsional antara ruang yang satu dengan ruang yang
lainnya, dan antara setiap ruangan yang dibuat hendaknya mudah saling mengakses selama
kegiatan laboratorium berlangsung. Berikut ini adalah salah satu contoh denah ruang
laboratorium.

Instalasi Gas
Instalasi gas di laboratorium dibutuhkan untuk percobaan-percobaan yang menggunakan
kompor/pemanas Bunsen seperti untuk memanaskan air dan sebagainya. Instalasi gas di
laboratorium dapat dibuat dengan menggunakan tabung gas LPG dan penyaluran gas ke
kompor/pemanas melalui pipa instalasi gas yang dapat dipasang pada dinding atau lantai ke
kompor/pemanas. Dengan adanya instalasi gas ini, harus diperhatikan instalasi udara yang cukup
di tempat yang tepat untuk membuang kebocoran gas yang mungkin terjadi. Harus

diingat bahwa kalau menggunakan gas LPG maka gas itu lebih berat dari udara sehingga lubang
pembuangan kebocoran gas itu harus di bagian bawah dinding atau cukup rendah.

IV. ADMINISTRASI LABORATORIUM

Pengadministrasian merupakan suatu proses pedokumentasian seluruh sarana dan prasaran serta
aktivitas laboratorium. Dalam kaitannya dengan pengadaan alat dan bahan, pada makalah ini
yang akan dibahas lebih lanjut mengenai pengadministrasian sarana dan prasarana.
Pengadministrasian sarana dan prasarana laboratorium bertujuan:

• Mencegah kehilangan / penyalahgunaan

• Memudahkan operasional dan pemeliharaan

• Mencegah duplikasi /overlapping permintaan alat

• Memudahkan pengecekan

Laboratorium di sekolah terdiri atas beberapa jenis dengan karakteristik yang berbeda, namun
dari sudut pandang pengadministrasian memiliki pola dan aspek yang serupa. Untuk keperluan
administrasi diperlukan beberapa format yang terdiri atas:

Format A : Data ruangan laboratorium

Format B1 : Kartu barang

Format B2 : Daftar barang

Format B3 : Daftar penerimaan/pengeluaran barang

Format B4 : Daftar usulan/permintaan barang

Format C1 : Kartu alat

Format C2 : Daftar alat

Format C3 : Daftar penerimaan/pengeluaran alat

Format C4 : Daftar usulan/permintaan alat


Format D1 : Kartu zat

Format D2 : Daftar zat

Format D3 : Daftar penerimaan/pengeluaran zat

Format D4 : Daftar usulan/permintaan zat

Teknik administrasi laboratorium sering kali dilakukan secara manual, namun akan lebih mudah
apabila menggunakan bantuan komputer.

1. Pengadministrasian Ruangan Laboratorium

Setiap laboratorium harus memiliki denah yang menggambarkan keadaan macam ruangan yang
ada, jaringan listrik, jaringan air dan jaringan gas.Ruangan-ruangan tersebut harus tercatat
namanya, ukuran, dan kapasitas dalam Format A.

2. Pengadministrasian Fasilitas Umum Laboratorium

Fasilitas umum laboratorium yang dimaksud adalah barang-barang yang merupakan


perlengkapan laboratorium. Barang-barang yang termasuk ke dalam kategori ini seperti:

o Alat pemadam kebakaran

o Perlengkapan P3K

o Mebeler

o Blower

o Instalasi air

o Instalasi listrik

o Instalasi gas, dll.

Untuk mengadministrasikan fasilitas umum laboratorium digunakan 4 macam format,


yaitu

format B1, B2, B3, dan B4.

Format B1 disebut kartu barang. Kartu ini digunakan di gudang maupun disetiap lab. Oleh
karena itu sebaiknya untuk setiap barang sejenis nomor kartu di gudang harus sama dengan
nomor kartu di setiap lab, dan kartu ini hanya digunakan untuk satu macam barang. Pada bagian
atas kartu barang tertera abjad dari A sampai Z, untuk memberi nama awal dari suatu barang.
barometer dan blower, kedua barang tersebut berawalan huruf B, karena secara urutan alfabetis
urutan kata barometer (Ba) lebih dahulu dari kata Blower (Bl), maka nomor kartu untuk
barometer harus lebih rendah dari nomor kartu blower, misalnya barometer nomor 1 dan
blower nomor 2. Informasi lain yang harus diisi pada kartu barang adalah nama barang,
golongan, nama induk barang, lokasi penyimpanan, spesifikasi (merek, ukuran, pabrik, kode
barang), mutasi barang, riwayat barang.

Golongan barang dimaksudkan apakah barang tersebut barang perkakas, barang optik, barang
elektronik, dsb. Kode barang biasanya sudah diberikan pabrik/katalog. Nomor induk adalah
nomor pada buku induk/daftar barang. Pada kolom mutasi, jika barang diterima, hendaknya
pada kolom keterangan diisikan sumber dana dan tahun pengadaan, sedangkan apabila barang
tersebut dipindahkan pada kolom keterangan dituliskan tempat terakhir yang dituju. Di bagian
setelahnya kartu barang memuat informasi tentang riwayat barang, yaitu keterangan tentang
pelaksanaan pemeliharaan atau perbaikan dari barang tersebut.

Format B2 disebut daftar barang atau buku induk. Daftar barang merupakan rekapitulasi
dari B1 (kartu barang). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian atau pendistribusian
daftar barang adalah nomor urut, nomor induk, kode barang, spesifikasi, dan jumlah barang
yang diisikan dalam format B2 (daftar barang). Jangan sekali-kali menghilangkan nama barang
pada B2 sekalipun jumlah persediaan yang tercantum pada B1 tidak ada, karena akan
menyulitkan pelacakan barang tersebut pada masa mendatang.

Fomat B3 disebut daftar penerima/pengeluaran barang. Format B3 bagi teknisi yang bekerja
di lab berfungsi sebagai alat penerimaan dari gudang atau pengeluaran pada lab lain.

Format B4 disebut juga format usulan barang. Usulan barang dapat berupa
perbaikan/rehabilitasi atau pengadaan baru. Mekanisme kerja pengusulan barang dilakukan
oleh penanggung jawab lab berdasarkan kebutuhan yang diajukan oleh para guru pembimbing
praktikum. Alur selanjutnya penanggung jawab lab melaporkan kepada kepala sekolah. Dalam
pengusulan, spesifikasi barang/alat/zat mempunyai fungsi yang sangat penting, karena apabila
barang yang diterima tidak sesuai dengan pengajuan/pemesan mempunyai dasar yang kuat untuk
menolak barang tersebut. Oleh karena itu untuk memudahkan perencanaan, setiap laboratorium
minimal di gudang, atau sekolah harus memiliki katalog barang, alat, maupun katalog bahan

4. Pengadministrasian alat dan zat

Alat yang dimaksudkan adalah alat-alat yang di gunakan untuk pelaksanaan praktikum. Alat

laboratorium dapat di kelompokan menjadi:

Alat gelas: Alat Listrik:

– Gelas ukur – Ampremeter

– Labu erlenmeyer – Power Supply

– Termometer – Voltmeter
Untuk mengadministrasikan peralatan lab digunakan format C1 (Kartu alat), C2 (Daftar alat), C3
(Daftar Penerimaan/Pengeluaran alat), dan C4 (Daftar Pengusulan alat). Jenis Formatnya sama
dengan B1 sampai dengan B4. Perbedaannya mengganti perkataan barang pada format B dengan
perkataan alat pada format C. Teknis pengadministrasiannya sama dengan pengisian format B,
akan tetapi pada pengisian format C di tuntut mengenal alat relatif banyak.

Dalam mengadministrasikan zat (chemicals) penggunaan format D1 (Kartu zat), D2 (Daftar


zat), D3 (Daftar penerimaan/Pengeluaran zat), dan D4 (daftar Usulan zat). Perbedaan dengan
format-format sebelumnya adalah terletak pada spesifikasi, pencantuman rumus kimia, nama-
nama zatnya dalam bahasa Inggris. Untuk melihat data ini dapat dilihat pada etiket yng tertera
pada botol atau kemasannya. Oleh karena itu etiket zat harus dijaga agar jangan sampai hilang,
jika hilang maka untuk mengenalinya kembali memerlukan analisis dan waktu yang relatif lama.

V. KEAMANAN KERJA DAN TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Keamanan Kerja di Laboratorium

Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paling besar dalam kegiatan
laboratorium, tetapi umumnya yang selama ini terjadi adalah justru terabaikan. Kita belum
terbiasa memperhatikan keamanan bekerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk
melindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri, maupun untuk keamanan
sekitar/lingkungan.

Beberapa hal yang menyangkut keamanan laboratorium adalah tersedianya ventilasi/blower, unit
pengolahan limbah, bak cuci dan saluran yang aman. Pintu masuk/keluar hendaknya cukup luas
dan mengarah/membuka keluar sehingga bila terjadi keadaan darurat orang dari dalam dapat
dengan mudah keluar tanpa hambatan. Selain itu, laboratorium hendaknya dilengkapi dengan
alat keaman seperti pemadam api, alat pelindung diri (APD, seperti jaslab, masker, gogle), alat
listrik yang aman, detektor, shower, kotak P3K, serta peralatan keamanan khusus lainnya.

Selain didukung oleh fasilitas keamanan laboratorium, setiap pekerja di laboratorium sebaiknya
menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung resiko yang membahayakan keselamatan
kerja. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan
keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya, dan kegiatan laboratorium yang dapat
menimbulkan kecelakaan.

a. Pengenalan jenis bahaya di laboratorium

Jenis bahaya yang menimbulkan kecelakaan di laboratorium meliputi keracunan, iritasi, luka

kulit, luka bakar, dan kebakaran.

 Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun kulit.
Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat yang
dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat
menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan atau
kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh dirasakan setelah waktu yang
lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh
menghirup udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat
menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.
 Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata akibat
kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll.
 Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini sering
terjadi pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
 Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut
organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol. Hal yang sama dapat diakibatkan
oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan perklorat.

b. Simbol-simbol bahan kimia berbahaya

Bahan kimia berbahaya diberi lambang sbb.

c. Kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan kecelakaan.

Sumber bahaya lain yang terjadi di laboratorium dapat diakibatkan oleh kesalahan teknik
bekerja. Beberapa contoh yang berhubungan dengan aspek ini adalah:

 Banyak peralatan yang tidak diperlukan pada meja praktikum. Simpanlan kelebihan
peralatan tersebut pada lemari alat.
 Mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke badan atau teman didekatnya.
 Melubangi sumbat karet tanpa dibasahi dahulu dengan air atau menggunakan
tumpuannya

menggunakan telapak tangan.

 Memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet tanpa mengunakan lap, tanpa dibasahi air,
dan cara memegang pipa kacanya jauh dari permukaan karet
 Memindahkan zat ke botol pereaksi bermulut kecil tanpa menggunakan corong, dll.

2. Tata Tertib Laboratorium

Suatu laboratorium akan berjalan sesuai dengan perannya bila disertai dengan aturan main yang
dituangkan dalam tata tertib laboratorium. Sekecil apapun laboratorium, haruslah memiliki tata-
tertib, karena tata tertib akan sangat mendukung terhadap keselamatan sendiri, orang lain dan
lingkungan, serta untuk menunjang kelancaran kegiatan laboratorium itu sendiri. Setiap siswa
atau orang lain yang akan bekerja di laboratorium harus mengetahui tata-tertib yang berlaku di
laboratorium tersebut. Umumnya, tata-tertib di laboratorium meliputi:
– tata-tertib umum: menyangkut hal-hal umum sebagaimana berlaku di setiap laboratorium.
Tujuannya untuk melindungi pengguna laboratorium dan kepentingan umum. Seharusnya tata
tertib umum ditulis dengan bahasa yang jelas dan singkat dan mudah terbaca.

– Tata-tertib khusus: Biasanya diberlakukan khusus, misalnya untuk para pengguna


laboratorium dari luar, atau yang menyangkut laboratorium dengan spesifikasi khusus, seperti
laboratorium yang memiliki ruang steril atau ruang gelap. Tata-tertib di laboratorium hendaknya
dilengkapi dengan perangkat sangsi bagi pelanggar. Sanksi ini dapat berupa teguran, dikeluarkan
dari laboratorium, atau sanksi administrasi, denda dan sanksi lainnya. Sanksi ini harus tertulis
dengan jelas dan dikomunikasikan kepada pengguna.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2002, SPTK-21, Jakarta

DePorter, B., Reardon, M., dan Norie, S.S., 2000, terjemahkan Nilandari, Quantum Teaching,
Mizan, Bandung

Hornby, 1985, Oxford Advanced Dictionary English, Oxford University Press, New York

Imamkhasani, S., 1999, Lembar Data Keselamatan Bahan, Puslitbang kimia Terapan, LIPI.
Bandung

Kertawidjaya, I, 1994, Model Pengelolaan laboratorium Pendidikan Kimia Lembaga


Kependidikan, FPMIPA IKIP Bandung

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Permanasari, A., 2006, Mengelola Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

UPI, Bandung

Rosbiono, M., 1996, Teknik Administrasi Laboratorium, FPMIPA IKIP, Bandung

Sutrisno, 20006, Organisasi Laboratorium, Jurusan Fisika FPMIPA UPI, Bandung

Wikipedia, 2007, “http://id.wikipedia.org/wiki/Laboratorium, diakses pada tanggal 5 Mei 2007

PHYSICH LEARNING
Mencoba Berbagi Ilmu Fisika dan Pengembangan Pembelajaran Fisika Online :) Salam Fisika~

 Home
 Ebook »
 Kuliah »
 Media Pembelajaran »
 Fisika Modern »

Blog Visitor
7,609

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Categories
 E-Book (1)
 Fisika Modern (2)
 Fisika Teori (2)
 Kuliah (2)
 Laboratorium Fisika (2)
 Media Pembelajaran (2)
 Motifasi (2)
 Pembelajaran (3)

 Beranda
 E-BooK
 Kuliah

Google+ Badge
As Maulhusna

Desain Laboratorium Fisika

10.00 Hanifah Zakiya No comments


Desain Laboratorium Fisika SMP dan SMA
“Laboratorium adalah suatu tempat untuk memberikan kepastian atau
menguatkan informasi, menentukan hubungan sebab akibat, menunjukkan gejala,
memverivikasi (konsep, teori, hukum, rumus) mengembangkan keterampilan proses,
membantu siswa belajar menggunakan metoda ilmiah dalam memecahkan masalah dan
untuk melaksanakan penelitian” (Pella 1969)

Hal itu dapat berarti bahwa peranan atau fungsi laboratorium fisika sekolah
adalah sebagai salah satu sumber belajar fisika di sekolah, atau sebagai salah satu
fasilitas penunjang proses pembelajaran fisika di sekolah, dan laboratorium dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai kompetensi siswa yang menjadi tujuan
proses pembelajaran fisika di sekolah.

Desain laboratorium mencakup berbagai jenis, ukuran dan denah ruangan,


berbagai fasilitas inslatalasi laboratorium seperti instalasi listrik, instalasi air, dan
instalasi gas, serta berbagai fasilitas mebeler laboratorium. Fasilitas ruangan
laboratorium fisika sekolah biasanya terdiri dari ruang praktikum, ruang guru, ruang
persiapan, dan ruang penyimpanan.

Bentuk, ukuran, denah atau tata letak dan fasilitas dari setiap ruangan dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di
dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan
yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahkan pengontrolan, menjaga keamaan alat-
alat dan memelihara keselamatan kerja. Berikut penjelasan fasilitas ruang secara detail
:

a. Ruang Pratikum

Ruang praktikum merupakan bagian utama dari sebuah laboratorium fisika sekolah
yang merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran fisika ,Luas ruang
praktikum lebih bear dari ruang kelas idealnya antara satu setengah sampai dua kali luas
ruang kelas.
Penyebab lebih luasnya ruanga lab di banding kelas karena ruang praktikum harus
dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa dan guru selama melakukan
proses pembelajaran selain itu jugaagar siswa yang duduk dibelakang dapat melihat
bila sedang dilakukan demonstrasi di depan, atau kegiatan siswa paling belakang mudah
diawasi oleh guru.

Berikut sketsa denah untuk desain ruangan laboratorium fisika : Berikut salah satu
desain denah laboratorium yang sesuai :

Gambar A1. Desain Denah Laboatorium Fisika

Beberapa fasilitas yang harus dimiliki di ruangan praktikum adalah:

1) Instalisasi listrik : terdapat beberapa stop kontak sebagai pelengkap fasilitas


praktikum, khususnya praktikum yang memerlukan listrik. Terdapat 1 buah stop kontak
di setiap bawah meja praktikum dan pemasangannya sudah dilindungi, sehingga tidak
akan berbahaya bagi siswa yang sedang praktikum. Berikut potret instalasi listrik di
laboratotium fisika :
Gambar A.1 Lab. Fisika SMK Negeri 4 Malang
·2) Instalasi air : dengan bak penampung / wastafel yang berfungsi dengan baik dan cukup
untuk mendukung kegiatan praktikum yang memerlukan air, minimal disediakan 2 buah
wastafel/ kran. Berikut potret wastafel di lab fisika :
Gambar A.2 instalasi Lab. Fisika SMP Lab School Kebayor

3) Ada istalasi limbah untuk managemen pembuangan limbah (sampah). Limbah di kategorika
atas limbah logam, plastic dan organic. Berikut potretnya :
Gambar A.3 Kotak Sampah Lab. Fisika

 Perabot yang terdii atas


1) Meja untuk siswa yang ukuranya lebih besar dari meja kelas, mencukupi untuk 5-6
orang. Meja yang digunakan berukuran tingginya 70 cm tidak terlalu tinggi.

2) Jumlah kursi disesuaikan dengan jumlah siswa, dengan tinggi kursi 50 cm, dan tanpa
sandaran agar mudah dipindahkan dan memungkinkan siswa mudah bergerak.

3) Satu set meja dan kursi untuk guru yang memadai untuk melakukan demonstrasi. Ukuran
tinggi meja demonstrasi 90 cm, panjangnya 190 -200 cm dilengkapi dengan listrik dan
bak cuci. Fungsi meja demonstrasi untuk melakukan kegiatan jika guru mengajar dengan
metode demonstrasi . Meja demonstrasi diletakan didepan papan tulis dan ditempatkan
diatas dasar lantai yang leih tinggi (panggung) tinggi panggung 20 cm panjangnya
melebihi panjang papan tulisnya. Berikut potret mebeler dari ruang laboratorium
fisika

Gambar A.4 Lab. Fisika SMA Negeri 1 Bekasi

 Didukung dengan penggunaan media Papan tulis dan LCD proyektor untuk
presentasi/ penjelasan jalanya pembelajaran.
Gambar A.5 Penggunaan media LCD dan papan tulis

 · Disediakan loker untuk penyimpanan tas dan barang siswa yang tidak
digunakan saat proses pembelajaran di laboratorim.
Gambar A.6 Loker penyimpanan tas/ barang siswa

Untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan kerja di dalamnya, sebaiknya ruang


praktikum memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

 · Ventalasi udara yang cukup, dapat berupa jendela langit-langit yang tidak
tertutup rapat, atau mungkin kipas angin (exhous-van) dan juga tersedia AC
sebagai pendingin . Berikut tampak luar dari lab. Fisika yang memiliki ventilasi :
Gambar A.7 Ventilasi dan pencahayaan di Lab.Fis SMPN 1 Muara enim
· Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda dengan daun pintu terbuka ke luar agar
ketika tejadi kecelakaan di dalam ruang praktikum dapat keluar langsung tanpa harus
mundur untuk membuka pintu. Berikut contohnya :

Gambar A.8 Daun pintu SMAN 3 Cibinog yang terbuk keluar

 Pintu yang berhubungan langsung dengan ruang persiapan dan ruang guru serta
dapat teramati dari kedua ruangan itu. Selain itu juga di harapkan antara
ruangan guru dan ruang percobaan di beri pembatas kaca agar siswa dapat selalu
dalam pengawasan.

Gambar A.9 Pemabatas ruangan guru dan ruang percobaan siswa


· Kotak P3K. Untuk pertolongan pertama bagi yang mengalami cidera saatpercobaan
berlangsung. Terdiri dari : kassa, obat merah, plaster, dsb.

Gambar A.10 Peralatan P3K

· Fasilitas pemadam kebakaran, seperti fire tabung sprai api (Fire Extinguisher.

Gambar A.11 Racun Api


b. Ruang Guru

Ruang guru di laboratorium adalah ruangan dimana tempat kerja bagi penanggung
jawab laboratorium dan guru. Ruang ini sering dgunakan sebagai temapat guru
meletakan tugas laporan percobaan siswa, buku petunjuk KIT , tempat khusus berbagai
kerja lainya yang berkaitan dengan kegitan pembelajaran di laboratorium.

Desain ruang guru, diantaranya yaitu :

Ø Ruang guru terdapat di dalam laboratorium, dengan satu pintu masuk dan keluar yang
sama melalui ruang praktikum.

Ø Ruang guru dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding berkaca bening
sehingga dari dalam ruang ini guru dapat mengawasi kegiatan yang terjadi di dalam
ruang praktikum.

Ø Ruang guru didesain dengan sirkulasi udara yang baik, atau bias menggnakan AC sebagai
pending, selai itu perlu memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.

Ø Perabotanya diperlukan seperangkat meja, kusi , loker / lemari berkas untuk buku dan
berkas administrasi serta tugas siswa , ditambah seperangkat PC bila diperlukan dalam
pengelolaan Lab.

Berikut ini potret ruang guru dalam laboratorium :


Gamar B 1 .Ilustrasi ruang guru di laboratorium
c. Ruang Persiapan

Ruang yang diperkirakan akan memerlukan lahan seluas 20% dari luas bangunan
laboratorium. Ruang persiapan berfungsi sebagai tempat guru/ petugas laboratorium
melakukan persiapan alat sebelum dilaksanakanya percobaan oleh siswa. Selain itu juga
ruang ini digunkan untuk uji coba kelayakan alat dan dijadikan ruang perawatan alat-
alat laboratorium yang baru saja digunakan atau pembersihan alat-alat laboratorium.

Fasilitas yang ada di ruangan persiapan anatara lain :

1. Ruangan disekat menggunakan kaca atau penyekat berupa jaring kawat. Agar petugas
lab atau guru dapat selalu mengawasi siswa di ruang percobaan.

2. Ruang persapan memliki instalasi listrik yang baik dan sirkulasi udara yang baik.

3. Memiliki satu set kursi dan meja, Rak tempat meletakan barang sementara baik untuk
barang setelah percobaan maupun alat rak untuk meletakan barang sebelum percobaan.
Berikut tata letak/ desain ruangnya :

· Meja : bisa ditempatkan di tengah-tengah ruang persiapan

· Kursi: ditempatkan berdampingan dengan meja

· Lemari : bisa ditempatkan di samping di dinding ruangan

· Bak cuci: diletakkan mendekati dinding dan dekat jendela

Berikut potret ilustrasi ruang persiapan di laboratorium :


Gambar Ruang persiapan Lap Fisika SMA
d. Ruang penyimpanan /Gudang

Ruang penyimpanan barang di Laboratorium sering disebut gudang laboratorium. Luas


ruang penyimpanan /gudang hampir sama dengan luas ruang persiapan. Gudang ini
dimanfaatkan untuk tempat penyimpanan akhir dari alat-alat laboratorium. Artinya
ruang ii digunakan untuk penyimpan alat yang tidak sedang digunakan. Beberapa
fasilitas dan desain untuk gudang laboratorium adalah :

Ø Pintu gudang hanya satu yang dihubungkan langsung dengan ruang persiapan, hal ini
dikarenakan demi keamanan dan kemudahan penyimpanan dan pengambilan alat-alat,
(gudang di dalam ruang persiapan)

Ø Dilengkapi dengan instlasi listrik dan

Ø Perlu di buat sirkulasi dara yang baik, agar alat yang ada didalam terjaga dan rungan
tidak pengap.

Ø Memerlukan fasilitas sepeti rak penyimpan serperti almari dan rak untuk penyimpanan
alat-alat dan bahan-bahan. Perabot bisa diletakkan disampin dinding ruangan

Berikut contoh sekilas bentuk poret gudang dalam laboratorium :

Gambar Ruang penyimapanan barang Lap Fisika SMP Xaferius Palembang


Berikut contoh real denah dan desain lab SMA Taman Madya Yogyakarta, yang walaupun
belum sempurna tetapi sudh mengikuti sedikit desain lab fisikasekolah sesungguhnya :

Gambar A.0 contoh Denah Lab. Fisika Taman Madya IP

Desain ruangan yang sesuai denah diatas :

Demikian desain lab laboratorium fisika yang saya rancang untuk sekolah baik SMP maupun
sma SMA . Apabila ada saran dan kritik, ditunggu masukanya, :) Semoga Bermanfaat!

Posted in: Laboratorium Fisika

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Anda mungkin juga menyukai