Anda di halaman 1dari 47

K3 LAB INFEKSI

KELOMPOK 1 :

Agpingka Nurharniq (P1337434120023)


Pratama Setiyadi (P1337434120026)
Amallia Candra Cahyaningtyas (P1337434120024)
Azchelia Widya Canaleta (P1337434120030)
Zahwa Nurazizah (P1337434120025)
Dimas Wahyutsalis Rizky (P1337434120019)
Isnaini Aisha Rachma (P1337434120008)
Nabila Azahra (P1337434120052)
Mitha Kamilia A.W (P1337434120015)
Nabila Salsabila Putri (P1337434120047)
Shelvy Sismawati Pratama Putri (P1337434120051)
Nurul Istiqomah (P1337434120013)
Rahayu Septi Wulandari (P1337434120045)
Wanda Wulandari (P1337434120054)
Dianisa Bunta Supintar (P1337434120043)
Good Laobaroory Practice (GLP)
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk m.enunjang upaya peningkatankesehatan, penceqahan dan
pengobatan penyakit, serta pemullhan kesehatan. Pelayanan lab_oratorium kesehatan
di Indonesia pada saat inidiselenqqarakan oleh berbaqai jenis laboratorium pada
berbagai jenjang pelayanan, mencakup antara lain laboratorlurn Puskesmas,
laboratorlum kesehatan Dati II, laboratorium rumah sakit pemerintah dan swasta,
Balai Laboratorium Kesehatan dan laboratorium kesehatan swasta. Sebagai komponen
penting dalam pelayanan kesehatan hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
penetapan diagnosis, pemberian penqobatan dan pemantauan hasll pengobatan, serta
penentuan prognosis. Oleh karena itu hasrl pemerlksaan laboratorium harus selalu
terjamin rnutunya, Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorlum,
mutlak pertu dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu (quality assurance), yang
mencakup berbagai kornponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah
praktek laboratorlum kesehatan yang benar (Good Laboratory Practice/ GLP).
Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar ini dapat digunakan oleh para
petugas laboratorium pada berbagai jenis laboratorium dalam melaksanakan
tugasnya, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing laboratorium.
Jenis-jenis Good Laobaroory Practice
(GLP)
Jenis-jenis Good Laobaroory Practice (GLP)
Jenis jenis GLP meliputi :
a. Organisasi
b. Pencatatan dan pelaporan
c. Ruangan dan fasilitas penunjang
d. Peralatan laboratorium
e. Bahan laboratorium
f. Spesimen
g. Metoda pemeriksaan
h. Bakuan mutu
i. Pemantapan mutu
j. Keamanan laboratorium
ORGANISASI
Kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenis dan jenjang
laboratorium yang bersangkutan
1. Tenaga :
a. Dokter Spesialis Patologi Klinik
b. Dokter umum + pengalaman di bidang laboratorium
c. Sarjana bidang kesehatan
d. Analis kesehatan
2. Komunikasi
a. Intern (dalam laboratorium itu sendiri) : horizontal / vertikal
b. Ekstern (antar laboratorium lain / unit lainnya yang terkait)
c. Penanggung jawab laboratorium harus dapat mengadakan
komunikasi ekspertis / keahlian / konsultatif untuk memberikan
penjelasan kepada pemakai jasa.
3. Pendidikan & pelatihan bagi tenaga laboratorium secara
berkesinambungan : formal & informal
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kesalahan dalam pencatatan &
pelaporan akan mempengaruhi aktivitas laboratorium.
Pencatatan :
- kegiatan pelayanan
- keuangan
- logistik
- kepegawaian
Pelaporan :
- kegiatan rutin : harian, triwulan, tahunan
- khusus : kasus-kasus KLB, HIV
- hasil pemeriksaan
Penyimpanan dokumen
: - surat permintaan pemeriksaanlaboratorium
- hasil pemeriksaan laboratorium
- surat permintaan dan hasil rujukan
Pemusnahan dokumen
- setelah 5 tahun
RUANGAN DAN FASILITAS
PENUNJANG
1. ruang penerimaan
a. ruang pemeriksaan
b. ruang administrasi
2. Fasilitas Penunjang :
a. Kamar mandi / WC pasien dan petugas laboratorium
b. Penampungan / pengolahan limbah laboratorium
c. Fasilitas keamanan kerja
d. Ventilasi yang cukup
e. Penerangan yang cukup
f. Air bersih yang mengalir
PERALATAN LABORATORIUM
Sebelum menentukan jenis alat yang akan dibeli, perlu dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu :
1. Sesuai dengan kebutuhan jenis pemeriksaan, vol spesimen, jumlah pemeriksaan
2. Sesuai dengan fasilitas yang tersedia, misal : luas ruangan, listrik dan lain-lain
3. Tersedianya tenaga yang ada untuk mengoperasikan alat tersebut.
4. Tersedianya reagensia dan kontinuitas pengadaannya
5. Sistem alat
6. Pemasok / vendor :
a. mempunyai reputasi yang baik, memiliki fasilitas uji fungsi.
b. menyediakan petunjuk operasional alat.
c. menyediakan pelatihan dan pelayanan purna-jual
7. Terdaftar di DepKes (BPOM)
8. Nilai ekonomis
9. Pemilihan pemasok
10. Evaluasi peralatan baru, baik sebelum / sesudah pembelian alat yang mencakup :
a. kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur
b. kesesuaian alat dengan lingkungan dan lain-lain.
11. Penggunaan dan pemeliharaan alat (maintenance)
12. Pemecahan masalah kerusakan alat (trouble shooting)
13. Kalibrasi peralatan
14. Penanggung jawab alat (umumnya setiap alat tidak digunakan oleh
hanya satu orang saja).
BAHAN LABORATORIUM
Macam / jenis :
- reagen
- standar
- bahan kontrol
- air
- media
Dasar pemilihan :
- kualitas bahan
- produksi pabrik yang telah dikenal
- deskripsi lengkap dari bahan / produk
- masa kadaluarsa yang panjang
- volume / isi kemasan
- mudah diperoleh di pasaran
- biaya tiap satuan (nilai ekonomis)
- pemasok / vendor
- kelancaran & kesinambungan pengadaan
- terdaftar di DepKes (BPOM)
Pengadaan harus :
- tingkat persediaan diperhitungkan
- perkiraan jumlah kebutuhan
- waktu yang dibutuhkan untuk mensuplai bahan tersebut.
Tingkat persediaan harus sama dengan
jumlah persediaan yaitu:
1. persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
2. Persediaan minimum adalah jumlah yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan operasional normal sampai
pengadaan berikut.
3. Jumlah safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang sangat dibutuhkan di luar kebutuhan rutin
atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
4. Untuk menetapkan perkiraan jumlah kebutuhan dapat
didasarkan pada jumlah pemakaian / pembelian bahan dalam periode
6 – 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemakaian / pembelian
bahan dalam periode 6 – 12 bulan yad.
5. Penyimpanan harus diperhatikan :
a. perputaran pemakaian : FIFO ( First In First Out)
b. suhu / kelembaban.
c. lama penyimpanan ( lihat kadaluarsa & incompabilityn
SPESIMEN
Macam :
- darah (serum / plasma)
- urin
- faeces
- dan lain-lain
METODA PEMERIKSAAN
Pemilihan metoda pemeriksaan perlu dipertimbangkan :
1. Tujuan pemeriksaan
2. Tiap pemeriksaan sensitifitas & spesifisitas yang berbeda-beda.
3. Pemeriksaan dengan sensitifitas yang tinggi terutama
dipersyaratkan untuk tujuan pemeriksaan penyaring. Metoda
yang baik adalah yang mempunyai sensitifitis & spesifisitis
setinggimungkin.
4. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan, misalnya : pada
keadaan gawat darurat.
5. Rekomendasi resmi dari lembaga / badan yang diakui atau
organisasi
profesi.
BAKUAN MUTU
Bakuan mutu dapat dibagi beberapa jenis berdasarkan jenjang hierarki dalam suatu organisasi. Pada
umumnya jenjang dokumen bakuan mutu terbagi atas 3 jenjang :
1. Normatif (Pedoman Mutu / Kebijakan Mutu)
Yang memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang berlaku dalam laboratorium yang bersangkutan.
Dari pedoman ini harus tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai & segala upaya
yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat benar-benar tercapai.
2. Tingkat menengah : Prosedur Tetap ( Standard Operating Prosedure / SOP) yang memuat langkah-
langkah utama dalam mengerjakan suatu aktifitas.
Contoh :
a. SOP Pendaftaran & Penerimaan Pasien / Spesimen
b. SOP Pengadaan Reagensia
c. SOP Pemeriksaan dan sebagainya
3. Teknis : Petunjuk Teknis / Instruksi Kerja Yang mengatur bagaimana segala langkah teknis harus
dilakukan.
Contoh : SOP yang disebut diatas, secara umum dirinci langkahlangkah yang harus dilakukan dalam
menganalisa sampel.Sebagai petunjuk teknis untuk mendukung Protap tersebut perlu dibuatkan
pedoman bagi masing-masing analit (parameter pemeriksaan) sehingga akan tersedia, misalnya :
a. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Glukosa
b. Petunjuk Teknis Pemeriksaan HBs Ag dan sebagainya
PEMANTAPAN MUTU
1. Pemantapan Mutu Internal
PMI adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium sendiri secara rutin, teratur dan terus menerus terhadap setiap tahap pemeriksaan
mulai dari tahap praanalitik, analitik sampai pasca analitik, agar dapat memperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti.
Berbagai kegiatan dalam PMI ini antara lain :
1. Kalibrasi peralatan
2. Uji kualitas air
3. Uji kualitas reagens
4. Uji kualitas antigenik-antisera
5. Uji ketelitian ketepatan
2. Pemantapan Mutu Eksternal
PME adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium
yang bersangkutan untuk menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan
tertentu. Setiap laboratorium harus mengikuti PME tersebut. Kegiatan ini merupakan pengecekan
terakhir dari kegiatan pemantapan mutu. Dalam mengikuti kegiatan PME ini, pelaksanaan
pemeriksaan haruslah tidak dilakukan secara khusus, tapi dilakukan sama seperti yang dilakukan
pada pemeriksaan sehari-hari.
PEMANTAPAN MUTU
3. Audit
Adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan didalam laboratorium. Audit dapat dilakukan oleh petugas yang
sudah senior di laboratorium yang bersangkutan (internal audit) atau oleh pihak lain
di luar laboratorium (external audit).
4. Validasi Hasil
Merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan melalui
pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan, termasuk disini adalah cross-check.
5. Akreditasi
Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh badan yang berwenang untuk menentukan
apakah suatu laboratorium layak dan kompeten untuk melakukan suatu pelayanan
laboratorium.
6. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan & pelatihan harus direncanakan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau pelaksanaannya.
PEMANTAPAN MUTU
3. Audit
Adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan didalam laboratorium. Audit dapat dilakukan oleh petugas yang
sudah senior di laboratorium yang bersangkutan (internal audit) atau oleh pihak lain
di luar laboratorium (external audit).
4. Validasi Hasil
Merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan melalui
pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan, termasuk disini adalah cross-check.
5. Akreditasi
Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh badan yang berwenang untuk menentukan
apakah suatu laboratorium layak dan kompeten untuk melakukan suatu pelayanan
laboratorium.
6. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan & pelatihan harus direncanakan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau pelaksanaannya.
KEAMANAN LABORATORIUM
Setiap petugas laboratorium harus memahami dan menguasai :
1. Hal-hal umum yang berkaitan dengan pencegahan infeksi
2. Pengaturan dan tata ruang laboratorium
3. Penggunaan peralatan laboratorium
4. Sterilisasi, desinfeksi dan dekontaminasi
5. Pengelolaan spesimen
6. Pengelolahan limbah
7. Pengamanan terhadap :
a. Bahan kimia
b. Bahan radioaktif
c. Infeksi mikroorganisme
d. Fasilitas hewan percobaan
e. Keadaan darurat
Agar semua tindakan keamanan laboratorium dapat dilaksanakan
dengan baik perlu dibentuk Tim Keamanan Laboratorium.
PENGERTIAN PENYAKIT INFEKSI

PENYAKIT INFEKSI

adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit


penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain.
Orang yang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang
menderita penyakit dari golongan ini. Penyebab utama infeksi
diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organism). Kuman-
kuman ini menyebar dengan berbagai cara dan vector.
BAKTERI
PENYEBAB PENYAKIT INFEKSI
PENYEBAB VIRUS
PENYAKIT
INFEKSI JAMUR
INTERNAL
PARASIT
EKSTERNAL
OLEH BAKTERI
• TBC : ditularkan memalui udara
• Tetanus : melalui luka yang kotor
• Mencret : lalat, air dan jari yang kotor
• Pneumonia : lewat batuk (udara)
• Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin
• Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin
dan pilek)
OLEH VIRUS
• Selesma, influenza, campak, gondok :
ditularkan melalui udara, batuk, ataupun
lalat
• Rabies : melalui gigitan binatang
• Penyakit kulit : melalui sentuhan

OLEH JAMUR
Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha :
ditularkan melalui sentuhan atau dari pakaian
yang di pakai secara bergantian
OLEH PARASIT INTERNAL (HEWAN YANG
BERBAHAYA YANG HIDUP DI DALAM TUBUH)

Disentri : ditularkan dari kotoran ke mulut


Malaria : malalui gigitan nyamuk

OLEH PARASIT EKSTERNAL (HEWAN YANG


BERBAHAYA YANG HIDUP DI PERMUKAAN TUBUH)

Kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis :


penularannya dari orang-orang yang telah terinfeksi
atau melalui pakaian.
AN TA I
R
UL AR AN
PEN
th C are
o H ea l
or Re s ik on s
Fa kt Inf ec ti
ia t e d
Assoc

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di


rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan
yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.
PASIEN

PETUGAS
PENYEBAB KESEHATAN
INFEKSI
NOSOKOMIAL
PENGUNJUNG

SUMBER LAIN
Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya
nosokomial terdiri atas dua bagian besar yaitu:
1. FAKTOR ENDOGEN (Umur, sex, penyakit
penyerta, daya tahan tubuh, dan kondisi-kondisi
lokal).
2. FAKTOR EKSOGEN (Lama penderita dirawat,
kelompok yang merawat, alat medis, serta
lingkungan).
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit


dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang
dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di
antara mikroorganisme dan individu pasien atau
petugas kesehatan.

Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik


ataupun kimia yang meliputi pencucian tangan,
penggunaan sarung tangan, penggunaan cairan
antiseptik, pemprosesan alat bekas pakai, dan
pembuangan sampah.
Mencuci Tangan

adalah prosedur yang paling penting dari


pencegahan penyebaran infeksi. Tujuan cuci
tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari perrmukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme.
Penggunaan Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan sebelum menyentuh


sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung
tangan, atau sampah yang terkontaminasi (APN,
2007: 17).

Menurut Tietjen (2004: 4-3) ada 3 jenis sarung tangan


yaitu:
• Sarung tangan bedah
• Sarung tangan pemeriksaan
• Sarung tangan rumah tangga
Penggunaan Teknik Aseptik
Aseptik meliputi penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi,
antisepsis, menjaga tingkat sterilitas atau DTT.
• Penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi
seperti kacamata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau
sepatu tertutup, celemek.
• Antisepsis
Antisepsis adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada
kulit, selaput lendir, atau jaringan tubuh lain dengan
menggunakan bahan antimikroba.
• Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi
Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur
pada area tindakan dengan kondisi desinfeksi tingkat tinggi.
Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Dalam mencegah penularan infeksi,


terdapat tiga langkah pencegahan infeksi
yaitu dekontaminasi, pencucian, dan
desinfeksi tingkat tinggi (sterilisasi)
(Depkes, 2000: 2).
Pembuangan Sampah

Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi.


Sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung
risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian
besar limbah persalinan dan kelairan bayi adalah sampah
terkontaminasi.
Jika tidak dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi
berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan
kontak atau menangani sampah tersebut termasuk
angggota masyarakat.
Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin,
kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan
tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati
Strategi Pencegahan dan Pengendalian

1. Pengendalian Administratif
2. Pengendalian dan Rekayasa Lingkungan
3. Alat Pengendalian Diri
STRATEGI PPI
Kewaspadaan
PPI di RS
Isolasi
Kebersihan Tangan
Alat Pelindung Diri

Pelindung barier, yang disebut


secara umum disebut sebagai alat
pelindung diri (apd), telah digunakan
selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada
petugas kesehatan.
Sarung tangan
Jenis-jenis
Masker Alat Pelindung Diri
Alat pelindung mata
Topi
Gaun pelindung
Kontaminasi
Apron
Pelindung kaki
PENGELOLAAN
LIMBAH

Pengelolaan pengelolaan dan


pembuangan limbah medis adalah
sebagai berikut :
Pengumpulan ( Pemisahan Dan
Pengurangan )
Penampungan
Pengangkutan
Pengolahan dan Pembuangan
Incinerator
Melaksanakan Etika Batuk atau Bersin, yaitu :
ETIKA BATUK

Bila Anda merasa akan batuk atau bersin,


segeralah berpaling/menjauh sedikit dari orang-
orang disekitar Anda.
Kemudian tutuplah hidung dan mulut anda dengan
menggunaka tissue/saputangan atau lengan dalam
baju anda (bukan menutup mulut dengan tangan
terkepal)
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam
tempat sampah;
Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih
dan sabun atau gel pembersih tangan; dan bila
perlu gunakan masker.
BACK
KEWASPADAAN ISOLASI
• Kewaspadaan
standar
• Kewaspadaan
Kewaspadaan berdasarkan
isolasi transmisi
• Peraturan
kewaspadaan
Kewaspadaan standar ini dirancang untuk
perawatan bagi semua orang, petugas, pasien
atau pengunjung tanpa menghiraukan apakah
mereka terinfeksi atau tidak

Adapun komponen utama kewaspdaan


standar adalah :
* Mencuci tangan
* Memakai alat perlindungan diri.
MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan dengan baik merupakan
unsur satu satunya yang paling efektif dan
untuk mencegah penularan infeksi. Tujuan
mencuci tangan adalah untuk menghilangkan
kotoran dari kulit secara mekanis dan
mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara.
JENIS-JENIS ALAT
PELINDUNG DIRI:
- Sarung tangan
- Masker
- Alat pelindung mata
- Topi
- Gaun pelindung
- Apron
- Pelindung kaki
Kewaspadaan berdasarkan transmisi diperuntukan bagi pasien
yang menunjukan gejala atau dicurigai terinfeksi atau mengalami
kolonisasi dengan kuman yang sangat mudah menular.
Kewaspadaan transmisi terdiri dari 3 jenis :
1. Airborn Precautions (kewaspadaan penularan lewat udara)
Pencegahannya dengan cara :
Penempatan pasien
Proteksi respirasi
Pengangkutan pasien
2. Droplet Precautions ( kewaspadaan penularan lewat droplet)
Cara pencegahannya :
1) Penempatan pasien
2) Pemakaian masker
3) Transportasi pasien
Peraturan untuk Kewaspadaan Isolasi
hal-hal yang perlu diterapkan:

- Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi
dari seluruh pasien.
- Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien satu
lainnya.
- Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh).
- Gunakan teknik tanpa menyuruh bila memungkinkan terhadap bahan
infeksius.
- Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh
serta barang yang terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah
melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara pasien.
- Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain dibuang ke lubang
pembuangan yang telah disediakan, bersihkan dan obtainer pasien
lainnya.
- Tangani bahan infeksius sesuai standar prosedur oprasional (SPO).
- Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah
dibersihkan dan disinfeksi benar
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai