Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG AKUNTANSI UNTUK ENTITAS

PARTAI POLITIK
(STUDI PARTAI POLITIK DI INDONESIA)

Disusun Oleh :

Ari Purnama Suarsa ( C30119213)

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI

SULAWESI TENGAH
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb,  

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT/ Tuhan Yang Maha Esa yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
judul “ MAKALAH TENTANG AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK”.
Sungguh merupakan suatu pembelajaran berharga bagi penyusun atas terselesaikannya tugas ini,
karena makalah ini merupakan tugas yang harus diselesaikan sebagai bukti kehadiran penyusun
dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Penyusun sangat menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak, penyusunan tugas ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penyusun ingin menyampaikan rasa
terimakasih terutama ditujukkan kepada Bapak Arif Gunarsa selaku dosen akuntansi sector
public dan juga kepada teman-teman akuntansi yang turut membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan mereka semua adalah tidak mungkin tugas ini
dapat terselesaikan, semoga Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan segala budi
dan kebaikan kelak dikemudian hari kepada kalian semua. Dengan segala kerendahan hati dan
sadar akan kekurangan, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata, semoga tugas ini bisa memberikan manfaat bagi diri
penyusun sendiri dan segenap pembaca sekalian, Amin. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tolai, 29 November
2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………….. 2

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………….. 3

1.1 Latar Belakang……………………………………………… 3

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………... 4

1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………… 4

Bab 2 Pembahasan……………………………………………………….. 5

2.1 AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK

(STUDI PARTAI POLITIK DI INDONESIA)…………………………5

Bab 3 Penutup……………………………………………………………. 14

3.1 Kesimpulan………………………………………………….14

3.2 Saran………………………………………………………... 14

Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

       Partai Politik menurut Sigmund Neuman (Budiarjo, 2008:404) adalah organisasi dari
aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai
pandangan berbeda. Di negara-negara berkembang, keadaan politik sangat berbeda satu sama
lain, demikian pula dengan keadaan partai politiknya yang memiliki banyak sekali variasi.
Namun pada umumnya, partai politik di negara berkembang diharapkan juga melaksanakan
fungsinya seperti di negara-negara yang sudah mapan kehidupan politiknya.

       Akan tetapi di negara baru, partai politik berhadapan dengan berbagai masalah seperti
kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, pembagian pendapatan yang timpang dan tingkat buta
huruf yang tinggi. Peranan partai politik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dialami
Bangsa Indonesia sejak merdeka. Namun pada pelaksanaannya, peranan partai politik tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Tidak adanya kerja sama, timbulnya kecurigaan dan keinginan
untuk menguasai kekuasaan membuat partai politik di Indonesia dalam perjalanannya sering
mengalami perpecahan. Memasuki masa orde baru, peranan partai politik di Indonesia
berkembang lebih leluasa. Masa orde baru ditandai dengan munculnya organisasi politik yaitu
Golongan Karya (Golkar). Golkar muncul sebagai pemenang partai mutlak pada pemilihan
umum tahun 1971, 1976, 1981, 1986, 1991 dan 1997. Dalam perjalanannya, partai politik
mengalami penyederhanaan partai sehingga muncul partai baru bernama Partai Persatu
Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Maka pada tahun 1997 hanya
terdapat 3 organisasi kekuatan politik Indonesia dan terus berlangsung hingga pada pemilu 1997.

       Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim
Soeharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia. Partai Golkar
dipandang tidak dapat lagi mengedepankan wawasan kebangsaan sehingga dibentuklah sejumlah
partai lain yang berwawasan kebangsaan. Pada masa reformasi, Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) berhasil memenangkan pemilu yang dahulunya diperoleh oleh Partai Golkar.
Pada pemilu 2004, Partai Golkar kembali memenangkan pemilu. Hal ini mungkin disebabkan
kepercayaan yang diberikan PDIP kurang memuaskan masyarakat Indonesia. Pada pemilu 2009,
Partai Demokrat muncul sebagai partai pemenang mutlak dalam pemilu.Pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

        Mengingat pentingnya fungsi partai politik maka menjadi hal yang menarik pula untuk kita
kawal sejauh mana tingkat efektifitas partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya, hal ini
akan lebih menarik jika kita mau untuk menilik keadaan perpolitikan di negeri ini. Sebuah
kondisi yang pada awalnya hanya sebatas menarik, namun tanpa kita sadari keadaan tersebut
telah berubah menjadi hal yang wajib untuk semua kalangan masyarakat berperan aktif dalam
perpolitikan, jika dahulu masyarakat hanya menjadi obyek politik sekarang mau tidak mau
masyarakat harus menjadi subjek politik, kondisi ini bukan tanpa sebab yang telah menjelma
dalam realitas kehidupan masyarakat.

Telah kita ketahui bersama bahwa partai politik-politik di negara ini telah menjelma menjadi
mesin-mesin perebutan kekusaan, partai politik tidak lagi menampung aspirasi konstituenya
melainkan hanya menjadi alat yang digunakan para elite partai yang serakah, yang senantiasa
menjadikan masyarakat sebagai  garda terdepan ataupun tameng demi mencapai kekuasaan yang
diinginkan, hal ini tentu saja menjadi kondisi yang membahayakan, terlebih lagi dalam sebuah
negara yang menganut sistem demokrasi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana penerapan entitas akuntansi pada partai politik yang ada di Indonesia?

b. Bagaimana pelaporan keuangan akuntansi dalam partai politik?

1.3 Tujuan Pembahasan

a. Menjelaskan seperti apa itu entitas akuntansi yang diterapkan pada kehidupan partai politik di
Indonesia.

b. Menjelaskan mengenai contoh pelaporan keuangan akuntansi dalam partai politik.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK

(STUDI PARTAI POLITIK DI INDONESIA)

Akuntansi Partai  Politik yang sehat, kredibel dan mampu menjalankan  proses pemilihan umum
yang diselenggarakan secara demokratis, jujur dan adil merupakan modal dasar membangun
demokrasi berkredibilitas. Demokrasi berkredibilitas ini   merupakan modal dasar terciptanya
pemerintah yang solid dan berwibawa dengan pengawasan efektif dari lembaga legistalif.
Demokrasi berkredibiltas ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya transparansi  dan mekanisme
pertanggungjawaban yang jelas atas kegiatan pembiayaan  politik,  baik
keuangan  partai   politik  maupun pembiayaan   kegiatan   Pemilihan Umum. Transparansi
pertanggungjawaban keuangan ini mensyaratkan adanya standar akuntansi keuangan bagi partai
politik, pedoman audit partai politik, dan adanya peraturan, dan prosedur pelaporan dana
kampanye  pada  kegiatan  Pemilihan  Umum  bagi  partai politik merupakan salah satu
permasalahan besar yang timbul adalah standar akuntansi. Sementara itu, standar  akuntansi yang
ada, yaitu  Prinsip Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)  45, merupakan standar akuntansi
keuangan yang dibuat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk organisasi nirlaba yang
juga  dipakai untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodir karakteristik partai
politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba lain. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan
adanya modifikasi atau pedoman khusus standar akuntansi keuangan untuk  partai  politik.

Pertanggungjawaban keuangan organisasi Partai Politik, sebagai suatu entitas yang


menggunakan dana publik yang besar, harus transparan sehingga pertanggungjawaban keuangan
merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Sebagai bentuk kepatuhan terhadap Undang-
undang Partai Politik dan UU Pemilu, seluruh sumber daya keuangan yang digunakan harus
dipertanggungjawabkan kepada para konstituennya.

Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian
Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Partai
Politik), yang harus diaudit Akuntan Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.

Selain menekan potensi kecurangan dalam penggalangan dana, standardisasi laporan keuangan
partai politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan secara cerdas dan
rasional.

A.  Laporan Keuangan yang Dihasilkan


Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan tahunan dan laporan
dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK
(Prinsip Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

 Laporan Posisi Keuangan.


 Laporan Aktivitas.
 Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.
 Laporan Arus Kas.
 Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik juga terikat
pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai Partai Politik dan Pemilu,
seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu.
Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan keuangan untuk Partai Politik terdapat
dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi
Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum.

Melalui SK KPU No. 676 memberikan pedoman standar bagi parpol untuk tata kelola
adminstrasi yang baik meliputi 3 hal pokok, sebagai lampiran SK tersebut yaitu:

 Tata Administrasi Keuangan Peserta Pemilu (Buku I),


 Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik (Buku II), dan
 Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu (Buku III).

Hal krusial yang terdapat dalam Pelaporan Dana Kampanye Pemilu peserta Pemilu (Buku III)
adalah keberadaan Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK). RKDK dibentuk sejak saat
ditetapkannya partai politik menjadi peserta Pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan
ditutup satu hari setelah masa kampanye berakhir. Masa kampanye berlangsung selama tiga
minggu dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara. Sumbangan-sumbangan yang
ditujukan untuk keperluan kampanye sebelum dibukanya rekening khusus Dana Kampanye
dikelompokkan oleh partai politik sebagai sumbangan terikat temporer dan dialihkan menjadi
saldo awal pada saat rekening khusus Dana Kampanye dibentuk. Demikian pula pengeluaran-
pengeluaran untuk keperluan kampanye yang terjadi sebelum dibukanya rekening khusus, dicatat
dalam pembukuan Partai politik

Dengan adanya RKDK ini maka semua lalu lintas keuangan dana kampanye harus dilakukan
melalui rekening ini. Sebagai bentuk transparansi maka rekening tersebut harus terbuka dan
dapat diakses oleh publik yang membutuhkan informasi mengenai keuangan parpol.

B. Hal-hal Khusus Akuntansi Parpol adalah sebagai berikut:


1. Unit pelaporan adalah tunggal (bukan sebagai multiple entities).
2. Laporan keuangan terdiri dari Laporan posisi keuangan, Laporan aktivitas, Laporan Arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan parpol adalah laporan
keuangan gabungan dari seluruh struktur kepengurusan parpol.
3. Akuntansi parpol tidak bertujuan untuk mengukur laba/Profit, dengan demikian aspek
kinerja keuangan parpol yang dinilai adalah dari segi bagaimana parpol tersebut dapat
menghasilkan uang untuk mendanai kegiatannya dan bagaimana transparansi dan
akuntabilitas keuangan parpol terhadap para resource / penyumbang sumber daya
keuangan dan publik.
4. Asumsi dasar: basis akrual.
5. Sistem pencatatan double entry system.
6. Sudah mulai diperkenalkan segregation of function di mana unit unit pencatatan,
pembukuan dan custody sudah dipisahkan dalam fungsi-fungsi di parpol.
7. Penanggung jawab utama laporan keuangan parpol adalah ketua umum parpol yang
bersangkutan, tanggung jawab ini dinyatakan dalam suatu management representation
letter. Laporan keuangan harus ditandatangani minimal oleh Bendahara Umum dan Ketua
Umum Parpol.
8. Segala kekayaan parpol harus terpisah dari kekayaan pengurusnya.
9. Diharapkan bahwa semua transaksi keuangan parpol baik transaksi keuangan maupun
transaksi dana kampanye dilakukan melalui mekanisme perbankan.

C. Pelaporan Dana Kampanye

Laporan Dana Kampanye dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta Pemilu


dalam hal pengelolaan Dana Kampanye yang meliputi sumber-sumber perolehan dan
penggunaannya. Laporan Dana Kampanye sebagaimana tersaji dalam Buku III berisi informasi
tentang semua penerimaan kas dan non kas serta pengeluaran kas dan non kas peserta Pemilu.

Laporan dana kampanye menyajikan sisi sumber dan penggunaan dana kampanye parpol.
Laporan ini disajikan oleh parpol yang mengikuti Pemilihan Umum sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan tahunan, dan hanya disajikan pada periode tahun yang ada
pemilihan umum di dalamnya

D. Jenis Laporan Dana Kampanye


 Laporan Dana Kampanye yang disusun oleh peserta pemilihan umum terdiri atas :
 Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilu (berisi sumber dan penggunaan dana
kampanye)
 Catatan atas Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilu, yang berisi keterangan mengenai
item-item dalam Laporan Dana Kampanye.
 Informasi Tambahan, yang meliputi:
A. Daftar Sumbangan Dana Kampanye Peserta Pemilu di Atas Rp 5.000.000,00, yaitu daftar
yang berisi informasi mengenai nama-nama penyumbang yang memberikan sumbangan
baik kas maupun non kas untuk Dana Kampanye dengan nilai sumbangan melebihi Rp
5.000.000,00.
B. Ringkasan Sumbangan Dana Kampanye Peserta Pemilu per Klasifikasi, yaitu daftar yang
memuat rincian jumlah sumbangan berdasarkan klasifikasi penyumbang dan bentuk
sumbangan yang diperoleh Dana Kampanye
C. Daftar Aktiva Eks-Kampanye Peserta Pemilu, yaitu daftar yang memuat rincian aktiva
yang dimiliki oleh peserta Pemilu pada saat kampanye selesai. Aktiva ini merupakan
aktiva yang digunakan oleh peserta Pemilu untuk kegiatan kampanye.
D. Daftar Sumbangan Tak Beridentitas, yaitu daftar yang memuat rincian sumbangan yang
diperoleh Dana Kampanye yang berasal dari sumber-sumber yang tidak jelas atau tidak
dapat diketahui identitas lengkapnya.
E. Daftar Sumbangan Berupa Utang, yaitu daftar yang memuat rincian sumbangan berupa
utang pihak ketiga kepada Dana Kampanye.

Hal krusial yang terdapat dalam Pelaporan Dana Kampanye Pemilu peserta Pemilu (Buku III)
adalah keberadaan Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK). RKDK dibentuk sejak saat
ditetapkannya partai politik menjadi peserta Pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan
ditutup satu hari setelah masa kampanye berakhir. Masa kampanye berlangsung selama tiga
minggu dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara. Sumbangan-sumbangan yang
ditujukan untuk keperluan kampanye sebelum dibukanya rekening khusus Dana Kampanye
dikelompokkan oleh partai politik sebagai sumbangan terikat temporer dan dialihkan menjadi
saldo awal pada saat rekening khusus Dana Kampanye dibentuk. Demikian pula pengeluaran-
pengeluaran untuk keperluan kampanye yang terjadi sebelum dibukanya rekening khusus, dicatat
dalam pembukuan Partai politik

Dengan adanya RKDK ini maka semua lalu lintas keuangan dana kampanye harus dilakukan
melalui rekening ini. Sebagai bentuk transparansi maka rekening tersebut harus terbuka dan
dapat diakses oleh publik yang membutuhkan informasi mengenai keuangan parpol.

E. Peran dan Fungsi Akutansi dalam Lingkungan Partai Politik


- Pihak Internal

Ketua Partai Politik. Ketua Partai Politik menggunakan akuntansi untuk menyusun perencanaan,
mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi tujuan, dan melakukan tindakan-
tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan yang diambil harus berdasarkan informasi
akuntansi, seperti menentukan peralatan apa yang sebaiknya dibeli, berapa persediaan ATK yang
harus ada di bagian perlengkapan, dan lain-lain.

Staf. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan kegiatan dan


pelaporan keuangan Partai Politik. Staf juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
untuk menilai kemampuan organisasinya dalam melaksanakan administrasi keuangan di tingkat
Partai Politik sebagai cermin akuntabilitas publik dan miniatur pelaksanaan administrasi publik
di tingkat lokal atau nasional.

-  Pihak Eksternal

Donatur. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusan dan kredibilitas Partai


Politik untuk menjalankan program-program pencerdasan masyarakat secara politik. Para
donatur juga ingin mengetahui laporan keuangan atas dana yang telah diberikan untuk Partai
Politik.

Supplier/Pemasok. Supplier tertarik dengan informasi akuntansi yang memungkinkanya untuk


memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dapat dibayar oleh Partai Politik pada saat jatuh
tempo.

Konstituen/Basis Massa. Adanya laporan keuangan Partai Politik yang transparan dan akuntabel
akan mengundang simpati masyarakat, dan akan dapat menepis isu miring bahwa Partai Politik
hanya aktif sewaktu pemilu dan setelah pemilu kembali melupakan rakyat.

CONTOH LAPORAN KEUANGAN PARPOL:


BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Akuntansi Partai  Politik yang sehat, kredibel dan mampu menjalankan  proses pemilihan umum
yang diselenggarakan secara demokratis, jujur dan adil merupakan modal dasar membangun
demokrasi berkredibilitas. Demokrasi berkredibilitas ini   merupakan modal dasar terciptanya
pemerintah yang solid dan berwibawa dengan pengawasan efektif dari lembaga legistalif.
Demokrasi berkredibiltas ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya transparansi  dan mekanisme
pertanggungjawaban yang jelas atas kegiatan pembiayaan  politik,  baik
keuangan  partai   politik  maupun pembiayaan   kegiatan   Pemilihan Umum. Transparansi
pertanggungjawaban keuangan ini mensyaratkan adanya standar akuntansi keuangan bagi partai
politik, pedoman audit partai politik, dan adanya peraturan, dan prosedur pelaporan dana
kampanye  pada  kegiatan  Pemilihan  Umum  bagi  partai politik merupakan salah satu
permasalahan besar yang timbul adalah standar akuntansi. Sementara itu, standar  akuntansi yang
ada, yaitu  Prinsip Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)  45, merupakan standar akuntansi
keuangan yang dibuat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk organisasi nirlaba yang
juga  dipakai untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodir karakteristik partai
politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba lain. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan
adanya modifikasi atau pedoman khusus standar akuntansi keuangan untuk  partai  politik.

3.2 Saran

Penyusun mengharapkan agar pembaca untuk lebih memahami isi/topic permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini agar apabila terdapat kekurangan pada isi didalamnya untuk bisa
dikoreksi dan sebagai bahan pembelajaran kami sebagai penyusun kedepannya agar lebih
memperluas sumber-sumber yang ada untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://rahmatirianto91.blogspot.com/2014/03/akuntansi-untuk-entitas-partai-politik.html

Anda mungkin juga menyukai