Anda di halaman 1dari 119

RENUNGAN

Disaat kita hidup dalam kemewahan, selalu mengenakan aksesoris mahal, bergaul dengan
lingkungan orang- orang yang berada… Ingatlah, bahwa masih banyak orang- orang yang
hidupnya jauh di bawah kita. Orang- orang yang selalu berpikir “Besok apa yang bisa
dimakan..?” Orang- orang yang memiliki beberapa keterbatasan, mulai dari tidak adanya
orang tua, minimnya dana untuk bersekolah, dan sedikitnya pakaian yang bisa mereka
kenakan.

Apa yang bisa Kita bantu…??

Kami berharap, ebook ini tidak di copy paste tanpa izin dari Penulis, karena ebook ini dijual
dan lebih dari 10% dana yang terkumpul akan disedekahkan dan digunakan untuk
menyantuni anak- anak yatim piatu tersebut. Anda bisa berpartisipasi untuk
mempromosikan ebook ini ke teman- teman dan rekan kerja, melalui pembelian online di
website Kami di : www.engineerwork.blogspot.com, Kami memang bukan orang yang
sempurna, Kami juga bukan orang yang suci, tapi kami memiliki niatan yang tulus untuk
peduli dan membantu orang- orang seperti mereka.

Best Regard,

RSGROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Muhammad Miftakhur Riza

Manager and Structural Engineer at ARS GROUP


KATA PENGANTAR

Ilmu teknik sipil pada dasarnya adalah ilmu yang kuno. Orang- orang terdahulu pun telah
mampu menciptakan berbagai macam konstruksi yang kokoh, hal tersebut dibuktikan dengan
berbagai macam penemuan bangunan- bangunan prasejarah. Namun ilmu teknik sipil
tersebut terus berkembang karena 3 hal, yaitu : adanya inovasi material- material baru, teknik
atau metode pelaksanaan yang semakin canggih, dan adanya teknologi yang membantu dalam
hal perencanaan, pengawasan, dll.

Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya keinginan dan
kebutuhan manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya gedung- gedung tinggi,
jembatan, bangunan air, dan sarana prasarana lainnya. Sekarang untuk merencanakan semua
itu tidak menjadi masalah dan bisa dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi
untuk mendesain bangunan sipil.

ETABS (Extended Three dimensional Analysis of Building Systems) adalah salah satu
progam computer yang digunakan khusus untuk perencanaan gedung dengan konstruksi
beton, baja, dan komposit. Software tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan
SAP karena dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI)
yaitu salah satu perusahaan pembuat piranti lunak (software) untuk perencanaan-
perencanaan struktur. Software- software dari CSI tersebut sudah digunakan di lebih dari 160
negara.

Buku ini membahas dengan detail cara- cara untuk mendesain struktur gedung dengan
ETABS yang meliputi : pemodelan struktur, input pembebaban, analisis gempa, dan
perhitungan struktur balok, kolom, plat, serta pondasi. Buku ini sangat cocok sebagai
referensi para pelajar yang sedang mendalami ilmu struktur dan para praktisi di dunia teknik
sipil.

Penulis,
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

KASUS

Sebuah gedung perkantoran 8 lantai akan direncanakan dengan struktur beton. Sistem
perencanaan dengan SRPMK (Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus). Gedung tersebut
terletak di lokasi zona gempa 3 dengan kondisi tanah sedang.

1. Sistem Struktur

Pemodelan struktur dilakukan dengan Program ETABS v9.7.2 (Extended Three-


dimensional Analysis of Building Systems. Perencanaan dengan Struktur Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK). Pemodelan struktur gedung 8 lantai untuk gedung perkantoran
yang akan didesain ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 1.1. Rencana Pemodelan Struktur Gedung Perkantoran 8 Lantai

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 1


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

2. Asumsi yang Digunakan


a. Pemodelan struktur primer dilakukan secara 3-D (space frame) dengan program
struktur ETABS 9.7.2 (Extended Three dimensional Analysis of Building System).
b. Pemodelan struktur sekunder yang meliputi kuda- kuda baja dan tangga dilakukan
dengan program SAP v.14 (Structure Analysis Program).
c. Efek P-delta diabaikan.
d. Plat lantai dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak lurus
bidang (vertikal) dan beban lateral (horizontal) akibat gempa.
e. Pondasi dianggap jepit, karena desain pondasi menggunakan bore pile (pondasi
dalam), sehingga kedudukan pondasi diasumsikan tidak mengalami rotasi dan
translasi.

3. Peraturan dan Standard Perencanaan

a. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI 03-1726-2000.


b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung SNI 03-2847-2002.
c. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002.
d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987.

Untuk memulai pembuatan model struktur pada ETABS, dapat dilakukan dengan cara File
– New Model – No.

Gambar 3.1. Tampilan Awal Program ETABS

Setelah itu akan muncul kolom yang berisi data teknis bangunan. Kolom tersebut diisi
sesuai dengan model struktur gedung yang akan di desain yang meliputi :
a. Jumlah lantai (Number of Stories),
b. Ketinggan antar lantai yang sama (Typical Story Height),
c. Ketinggian lantai bawah (Bottom Story Height), dan
d. Penentuan unit satuan yang akan digunakan.
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 2
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Keterangan :

▪) Number of Stories : Jumlah


lantai.

▪) Typical Story Height :


Ketinggan antar lantai yang
sama.

▪) Bottom Story Height :


Ketinggian lantai bawah.

▪) Units : pilihan satuan yang


akan digunakan.

Gambar 3.2 Input Data Jumlah Lantai, Ketinggiannya, dan Satuan

Denah struktur gedung cenderung mempunyai kesamaan (typical) dengan lantai- lantai
dibawah atau diatasnya, sehingga pada ETABS dapat dibuat hubungan kesamaan antar
lantai dengan menganggap satu/ beberapa lantai sebagai acuan lantai yang lain (Master
Story).

Keterangan :

▪) Master Story : Bagian lantai


yang digunakan untuk acuan
lantai yang lain.

▪) Similar to : Lantai yang


mempunyai karakteristik yang
sama (dengan Master Story).

Gambar 3.3. Data Karakteristik Lantai pada ETABS

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 3


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Jarak antar As untuk penggambaran kolom dan balok dapat diinput dengan cara Edit –
Edit Grid Data – Modify/ Show System sebagai berikut.

Gambar 3.4. Coordinate System

Gambar 3.5 Input Data Jarak- jarak Grid atau As Bangunan

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 4


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tampilan grid yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 3.6. Grid atau Sumbu As untuk Penggambaran Balok dan Kolom

4. Material Struktur

Struktur gedung didesain menggunakan bahan beton bertulang dengan mutu dan
persyaratan sesuai dengan standard peraturan yang ada sebagai berikut :

4.1. Beton

Kuat beton yang disyaratkan, fc’ = 30 Mpa


Modulus Elastisitas beton, Ec = 4700 √fc′ = 25742,96 MPa = 25742960 kN/m²
Angka poison, υ = 0,2
Modulus geser, G = Ec / [ 2 ( 1 + υ ) ] = 8757,91MPa = 8757910 kN/m²

4.2. Baja Tulangan

Diameter ≤ 12 mm menggunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh,


fy = 240 MPa.
Diameter > 12 mm menggunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh,
fy = 400 Mpa.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 5


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

4.3. Baja Profil

Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara
dengan BJ-40 dengan tegangan leleh fy = 400 MPa.

Bahan struktur beton yang digunakan adalah dengan spesifikasi berikut :


Mass per unit volume = 2,4
F’c (mutu kuat tekan beton) = 20 MPa = 20000 kNm
Fy (tegangan leleh tulangan utama), BJ 40 = 400 Mpa = 400000 kNm
Fys (tegangan leleh tulangan geser/ sengkang), BJ 24 = 240 Mpa = 240000 kNm

Data bahan tersebut dapat diinput ke dalam ETABS dengan cara Define – Material
Properties – Conc – Modify seperti ditunjukkan pada Gambar berikut ini.

Gambar 4.1. Material Property Data (satuan kNm)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 6


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

5. Detail Elemen Struktur

Elemen- elemen struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung ditunjukkan sebagai
berikut :
▪ Jenis struktur = Beton bertulang
▪ Pondasi = Bore pile diameter 40 cm
▪ Kode balok = TB1 - 40x80 (balok tie beam arah X)
= TB2 - 30x50 (balok tie beam arah Y)
= B1 - 40x70 (balok utama lantai 1 – lantai 4)
= B2 - 40x70 (balok utama lantai 5 – lantai 7)
= B3 - 40x70 (balok utama lantai 5 – lantai 7)
= B4 - 20x50 (balok pemikul lift lantai atap)
= BA - 30x60 (balok anak lantai 1 - 7)
= BB - 20x40 (balok anak lantai atap)

▪ Kode Kolom = K1 - 70x70 (kolom utama lantai 1 – lantai 4)


= K2 - 70x70 (kolom utama lantai 5 – lantai 6)
= K3 - 20x20 (kolom utama lantai atap)

5.1 Balok
Input elemen struktur balok dilakukan dengan cara Define – Frame Section – Add
Rectangular.

Gambar 5.1. Input Profil Balok dan Kolom

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 7


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Detail penampang balok yang digunakan ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 5.2. Input Profil Balok B1-40x70 Gambar 5.3. Input Profil Balok BA-40x60
(satuan : meter) (satuan : meter)

Gambar 5.4. Input Profil Balok B4-20x50 Gambar 5.5. Input Profil Balok TB1-40x80
(satuan : meter) (satuan : meter)

Gambar 5.6. Input Profil Balok TB2-30x50


(satuan : meter)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 8


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

5.2 Kolom
Input elemen struktur kolom dilakukan dengan cara Define – Frame Section – Add
Rectangular.

Gambar 5.7. Input Profil Kolom K1-70x70 Gambar 5.8. Input Profil Kolom K3-70x70
(satuan : meter) (satuan : meter)

Detail penulangan kolom bisa klik Reinforcement sebagai berikut :

Gambar 5.9. Desain Penulangan Gambar 5.10. Desain Penulangan


Kolom K1-70x70 (satuan : meter) Kolom K3-20x20 (satuan : meter)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 9


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Keterangan :
▪ Cover to rebar center : Tebal selimut beton berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002
Pasal 9.7.

▪ Number of bar in 3 dir : Jumlah tulangan arah sumbu 3.


▪ Number of bar in 2 dir : Jumlah tulangan arah sumbu 2.
▪ Bar size : Dimensi tulangan tepi.
▪ Corner Bar size : Dimensi tulangan ujung atau tepi sudut.

Karena ada perbedaan ukuran atau dimensi tulangan yang digunakan di Amerika dengan di
Indonesia, maka untuk membuat ukuran tulangan yang kita inginkan bisa dilakukan
dengan cara Option – Preferences – Reinforcement Bar Sizes.

Gambar 5.11. Input Dimensi Tulangan Diameter 22 di Luar Program (satuan : mm)

Keterangan :

▪ Bar ID : Identitas nama tulangan.


▪ Bar Area : Luas tulangan, dapat dihitung dengan cara A = ¼ x π x d2.
▪ Bar diameter : Ukuran tulangan.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 10


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 9.7 tebal selimut beton minimum yang
diizinkan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Persyaratan Tebal Selimut Minimum

Tebal selimut tersebut dapat diinput ke ETABS dengan cara Define – Frame Section –
Rectangular – Reinforcement – Concrete cover to Rebar Center. Tebal selimut untuk
balok dan kalom 40 mm, serta untuk Tie Biem 60 mm.

Gambar 5.12. Tebal Selimut untuk Gambar 5.13. Tebal Selimut untuk
Balok (satuan : meter) Tie Beam (satuan : meter)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 11


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

5.3 Plat Lantai

Input elemen plat dilakukan dengan cara Define – Wall/ Slab – Deck Section – Add New
Slab. Ada 3 asumsi dalam pemodelan plat lantai yaitu :
▪ Shell : plat diasumsikan menerima gaya vertikal akibat beban mati dan
hidup, juga menerima gaya horizontal/ lateral akibat gempa.
▪ Membrane : plat diasumsikan menerima gaya horizontal saja.
▪ Plate : plat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja, akibat
beban mati dan hidup.
▪ Thick Plate : plat diasumsikan mempunyai ketebalan lebih, biasanya
digunakan untuk jalan beton, tempat parkir dan plat yang
berfungsi sebagai pondasi.

Dalam perencanaan ini, plat dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya
vertikal akibat beban mati dan hidup, plat juga diasumsikan menerima gaya horizontal/
lateral akibat gempa. Input data plat ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 5.14. Input Data Plat Lantai

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 12


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 5.15. Data Plat S1 Gambar 5.16. Data Plat S2 Gambar 5.17. Data Plat S3
Lantai Basement Lantai 1- Lantai 7 Lantai Atap

Pada plat lantai basement (S1) diasumsikan sebagai Thick Plate, karena dimensi plat yang
digunakan relatif tebal dan plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.

5.4 Shear Wall


Adanya gerakan lift menyebatkan getaran yang berakibat retaknya dinding, maka
digunakanlah shear wall untuk meredam getaran tersebut dan untuk memperbesar
kekakuan gedung akibat pengaruh gempa. Karena shear wall tersebut dimodelkan
berbentuk tube untuk lubang lift, maka bisa juga disebut Core lift. Pemodelan shear wall
tersebut dapat dilakukan dengan cara Define – Wall/ Slab – Deck Section – Add New Wall.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 13


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 5.18. Input Elemen Wall

Shear Wall tersebut dapat diasumsikan sebagai Thick Plate, karena dimensi dinding yang
digunakan relatif tebal dan karena plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.

5.5 Momen Inersia Penampang

Besarnya waktu getar alami struktur (T1) dapat diketahui dengan menganggap bahwa
momen inersia penampang untuk arah 2 axis atau 3 axis adalah utuh tanpa mengalami
keretakan, sehingga nilai faktor pengali diisi 1 dengan cara Define – Frame Sections –
Pilih Elemen Balok atau Kolom – Modify/ Show Property – Set Modifiers.

Gambar 5.19. Nilai Faktor Pengali 1 untuk Penampang Utuh Balok

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 14


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 5.20. Nilai Faktor Pengali 1 untuk Penampang Utuh Kolom

6. Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan menggambar semua elemen


balok, kolom, plat, dan shear wall. Cara penggambaran masing- masing elemen
ditunjukkan sebagai berikut.

6.1. Penggambaran Elemen Balok

Penggambaran elemen balok dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
untuk beberapa lantai yang mempunyai denah balok yang sama (typical), sedangkan
untuk kasus dimana lantai yang didesain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat
digunakan pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.3. Penggambaran elemen balok tersebut dilakukan dengan cara Draw – Draw Line
Objects – Draw lines.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 15


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.1. Denah Rencana Balok Tie Beam (elevasi +1 meter)

Gambar 6.2. Denah Rencana Balok Lantai 1 sampai Lantai 4 (Similar Stories)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 16


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.3. Denah Rencana Balok Lantai 5 sampai Lantai 6 (Similar Stories)

Gambar 6.4. Denah Rencana Balok Lantai Lantai 7 (elevasi +26,2 meter)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 17


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.5. Denah Rencana Balok Lantai Atap (elevasi +28,7 meter)

6.2. Penggambaran Elemen Kolom

Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
untuk lantai yang mempunyai denah kolom yang sama (typical), sedangkan untuk kasus
dimana lantai yang didesain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat digunakan
pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Line Objects –
Create Column in Region.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 18


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.6. Denah Rencana Kolom Lantai 1 sampai Lantai 4 (Similar Story)

Gambar 6.7. Denah Rencana Kolom Lantai 5 sampai Lantai 7 (Similar Story)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 19


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

6.3. Penggambaran Elemen Plat

Penggambaran elemen plat dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Area Objects –
Create Areas at Click. Karena ada lantai yang mempunyai jenis plat yang sama (typical),
maka penggambaran plat dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story,
sedangkan untuk kasus dimana lantai yang di desain berbeda dengan lantai yang lain,
maka dapat digunakan pilihan One Story. Plat lantai yang diinput ditunjukkan sebagai
berikut.

Gambar 6.8. Denah Rencana Plat Lantai Basement (S1)

Gambar 6.9. Denah Rencana Plat Lantai 1 sampai lantai 7 Basement (S2)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 20


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.10. Denah Rencana Plat Lantai Atap (S3)

6.4. Penggambaran Elemen Shear Wall

Penggambaran elemen wall dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Area Objects –
Create Areas at Click. Tampilan harus diubah terlebih dahulu menjadi XZ (tampak
samping). Elemen wall yang diinput ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 6.11. Elemen Shear Wall Memanjang pada As C-D dan I-J

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 21


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.12. Elemen Shear Wall Melintang pada As 2-3

Elemen shear wall didesain mempunyai sifat yang hampir sama dengan kolom yaitu
menerima beban aksial dan lentur, maka shear wall tersebut harus dimodelkan sebagai
elemen Pilar (Pier) . Pemodelan elemen Pier tersebut dilakukan dengan cara memilih
elemen shear wall terlebih dahulu, kemudian Assign – Shell/ Area – Pier Label - Add
New Pier.

Gambar 6.13. Pembuatan Pier untuk elemen Wall

Wall 1 adalah shear wall yang terletak di sebelah kiri dan Wall 2 adalah shear wall yang
terletak di sebelah kanan.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 22


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.14. Pemodelan Elemen Wall sebagai Pier

Gambar 6.15. Tampak Elemen Wall 1 (kiri) dan Wall 2 (kanan)

Asumsi desain tulangan untuk shear wall dan dimensinya dapat diinput langsung dengan
fasilitas Section Designer dengan cara pilih salah satu tipe Wall, kemudian Design – Shear
Wall Design – Define – Pier Section for Checking – Add New Pier Section – Section
Designer. Karena bentuk penampang shear wall dari lantai dasar sampai lantai atap adalah
sama, maka dapat digunakan pilihan Start from Existing Wall Pier.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 23


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.16. Pembuatan Detail Elemen Wall 1 (sebelah kiri) dengan Section Designer

Gambar 6.17. Detail Penulangan dan Dimensi Elemen Wall 1 dengan Section Designer

Gambar 6.18. Pembuatan Detail Elemen Wall 2 (sebelah kanan) dengan Section Designer

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 24


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.19. Detail Penulangan dan Dimensi Elemen Wall 2 dengan Section Designer

Pemodelan elemen wall sebagai pilar (Pier) dilakukan dengan memberikan tulangan
langsung, sehingga elemen Pier tersebut harus dimodelkan dengan General
Reinforcement. Bentuk dan desain wall dari lantai atas sampai bawah bentuknya sama,
maka Section at Bottom dan at Top juga sama.

Pemodelan General Reinforcement tersebut dilakukan dengan cara memilih/ menyeleksi


wall terlebih dahulu, kemudian Design – Shear Wall Design – Assign Pier Sections for
Checking – General Reinforcing Pier Sections.

Gambar 6.20. General Reinforcing untuk Wall 1 dan Wall 2

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 25


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

6.5. Pemodelan Pondasi

Pemodelan pondasi diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi yang menggunakan
bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak mengalami rotasi
dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut dapat dilakukan dengan klik semua kolom
pada lantai dasar, kemudian Assign – Joint/ Point – Restrains.

Gambar 6.21. Penentuan Tipe Tumpuan Pondasi sebagai Jepit

6.6. Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom

Tingkat kekakuan balok- kolom dapat dimodelkan sebagai Rigid Zone Offset atau daerah
yang kaku, karena pada struktur beton hubungan balok dan kolom adalah monolite. Nilai
Rigid Zone Factor atau faktor kekakuan berkisar dari 0 sampai 1. Angka 0 untuk tanpa
kekakuan dan 1 untuk sangat kaku (full rigid). Tidak ada ketentuan khusus untuk nilai
tersebut, sepenuhnya adalah Engineering Judgement. Namun manual program
menyarankan nilai Rigid Zone Factor adalah ≤ 0,5.

Pada ETABS nilai kekakuan tersebut dapat diinput dengan memilih semua elemen balok-
kolom dengan cara Select – By Frame Sections.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 26


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 6.22. Pemilihan Seluruh Elemen Balok dan Kolom

Setelah semua elemen balok- kolom dipilih, nilai kekakuan (rigid factor) dapat
dimasukkan dengan cara Assign – Frame/ Line – End (Length) Offsets.

Gambar 6.23. Input Faktor Kekakuan Balok – Kolom

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 27


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

7. Denah Struktur

Pemodelan dan denah struktur rencana balok, kolom, plat, serta shear wall pada ETABS
ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 7.1. Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran secara 3D dengan ETABS

Gambar 7.2. Denah Rencana Balok, Kolom, dan Plat Lantai Tie Beam

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 28


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 7.3. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai 1 – Lantai 4 (Similar Story)

Gambar 7.4. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai 5 – Lantai 6 (Similar Story)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 29


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 7.5. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai 7

Gambar 7.6. Denah Rencana Balok, Kolom, Plat Lantai Atap

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 30


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tampak struktur shear wall pada As 3 dan As D ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 7.7. Penampang Shear Wall pada As 3

Gambar 7.8. Penampang Shear Wall pada As D

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 31


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8. Pembebanan

Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :


a. Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight)
Meliputi : berat balok, kolom, shear wall, dan plat.
b. Beban mati elemen tambahan (Superimpose Dead Load)
Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, mechanical electrical, dll.
c. Beban hidup (Live Load) : tergantung fungsi bangunan, untuk perkantoran adalah
2,5 kN/m2.
d. Beban Gempa (Earthquake Load): ditinjau terhadap beban gempa statik dan
dinamik.

Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari kolom, balok dan plat
sudah dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat
sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati elemen tambahan
yang terdiri dari dinding, keramik, plesteran, plumbing, dll dberikan faktor pengali sama
dengan 0, karena beban tersebut diinput secara manual.

Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal Dead
untuk beban mati tambahan dan SW untuk beban mati sendiri (Self Weight). Hal ini
untuk menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat sendiri, dan
untuk memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa bangunan itu sendiri. Jenis
beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – Static Load
Case.

Gambar 8.1. Jenis- jenis Beban yang Bekerja pada Struktur Gedung

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 32


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.1. Kombinasi Pembebanan

Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa sesuai
peraturan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.1.1 dimana gempa rencana ditetapkan
mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 %
selama umur gedung 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada
SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.2 sebagai berikut :

Kombinasi : 1,4.D
Kombinasi : 1,2.D + 1,6.L
Kombinasi : 1,2.D + Lr ± E

Keterangan :

D = beban mati (Dead load)


L = beban hidup (Live load)
Lr = beban hidup yang direduksi dengan faktor pengali 0,5
E = beban gempa (Earthquake)

Kombinasi pembebanan tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Load


Combination – Add New Combo.

Gambar 8.2. Input Berbagai Macam Kombinasi Pembebanan pada ETABS

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 33


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.3. Berbagai Macam Kombinasi Pembebanan yang telah Diinput

Seluruh kombinasi pembebanan yang telah diinput dalam ETABS tersebut dapat dilihat
dengan cara Display – Load Definitions – Load Combinations sebagai berikut :

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 34


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.4. Output Kombinasi Pembebanan ETABS

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 35


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.2. Perhitungan Beban Mati (Dead Load)

Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat permanen termasuk
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung. Jenis- jenis
beban mati pada gedung ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 8.1. Jenis Beban Mati pada Gedung

No. Jenis Beban Mati Berat Satuan

1 Baja 78,5 kN/m3


2 Beton 22 kN/m3
3 Pasangan batu kali 22 kN/m3
4 Mortar, spesi 22 kN/m3
5 Beton bertulang 24 kN/m3
6 Pasir 16 kN/m3
7 Lapisan aspal 14 kN/m2
8 Air 10 kN/m3
9 Dinding pasangan bata ½ batu 2,5 kN/m2
10 Curtain wall kaca + rangka 0,6 kN/m2
11 Langit- langit dan penggantung 0,2 kN/m2
12 Cladding metal sheet + rangka 0,2 kN/m2
13 Finishing lantai (tegel atau keramik) 22 kN/m3
14 Marmer, granit per cm tebal 0,24 kN/m2
15 Instalasi plumbing (ME) 0,25 kN/m2
16 Penutup atap genteng 0,5 kN/m2

8.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai

Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :


Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 kN/m2
Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2
Beban keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2
Beban plafon dan penggantung = 0,2 kN/m2
Beban Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Total beban mati pada plat lantai = 1,49 kN/m2

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 36


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.2.2. Beban Mati pada Plat Atap

Beban mati yang bekerja pada plat atap gedung meliputi :


Berat waterproofing dengan aspal tebal 2 cm = 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
Berat plafon dan penggantung = 0,2 kN/m2
Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Total beban mati pada plat atap = 0,73 kN/m2

Beban mati didistribusikan pada plat secara merata dengan cara Assign – Shell/Area Loads
– Uniform – Load Case Name – Dead. Distribusi beban mati yang bekerja pada plat
ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 8.5. Distribusi Beban Mati pada Plat Lantai

8.2.3. Beban Mati pada Balok

Beban mati yang bekerja pada balok meliputi :


Beban dinding pasangan bata ½ batu = 3,6 x 2,50 = 9 kN/m
Beban dinding partisi (cladding) = 2 x 0,20 = 0,40 kN/m
Beban reaksi pada balok akibat tangga = 13,65 kN/m
Beban reaksi pada balok akibat gerakan lift = 70 kN

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 37


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Beban mati pada balok yang berupa beban garis seperti beban dinding dan partisi diinput
dengan cara Assign – Frame/ Line Loads – Distributed. Sedangkan beban mati yang
berupa titik seperti beban lift dan reaksi tumpuan kuda- kuda diinput dengan cara Assign –
Frame/ Line Loads – Point. Distribusi beban mati yang bekerja pada balok ditunjukkan
pada Gambar berikut.

Gambar 8.6. Distribusi Beban Mati pada Balok

8.2.4. Beban pada Tangga

Beban pada tangga meliputi beban mati yang berupa antrede, optrede, dan finishing
berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

Gambar 8.7. Komponen Tangga

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 38


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Keterangan :

Langkah datar (antrede) = 30 cm


Langkah naik (optrede) = 20 cm
Jumlah total = 18

Pemodelan struktur tangga dengan SAP v. 14 ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 8.8. Pemodelan Struktur Tangga dengan SAP 2000

Plat tangga dimodelkan sebagai elemen Shell dimana plat tersebut menerima beban
vertikal (akibat beban mati dan hidup) dan menerima beban horizontal (akibat gempa).
Agar tegangan yang bekerja pada pelat tangga dapat merata, maka plat dibagi dengan pias-
pias kecil dengan cara Edit- Devide Areas.

Gambar 8.9. Pembagian Pias- pias Kecil untuk Meratakan Tegangan yang Terjadi

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 39


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.2.4.1. Beban pada Plat Tangga

Beban mati yang bekerja pada plat tangga meliputi :


Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm = 0,05 x 22 = 1,1 kN
Beban mati total trap beton = ½ x 0,3 x 0,2 x 9 x 1,25 = 0,34 kN
Berat besi pegangan (handrill) = 0,1 kN
Beban hidup = 3 kN/m2

8.2.4.2. Beban pada Bordes

Beban mati yang bekerja pada bordes meliputi :


Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm = 0,05 x 22 = 1,1 kN
Beban hidup = 3 kN/m2

Distribusi beban mati pada tangga dengan SAP ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 8.10. Distribusi Beban Mati pada Tangga

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 40


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Distribusi beban mati dan hidup pada tangga adalah beban terbagi merata pada plat,
sehingga dapat diinput dengan cara Assign – Shell/Area Loads – Uniform ditunjukkan
pada Gambar berikut.

Gambar 8.11. Distribusi Beban Mati pada Tangga

Tulangan plat lantai tangga dapat didesain langsung pada SAP dengan cara mengganti
elemen plat menjadi shell, dengan cara Define – Area Section – Modify – Shell Layered –
Modify/ Show Layer Defintion – Quick Start.

Gambar 8.12. Desain Penulangan Plat Tangga Arah X dan Y

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 41


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tegangan yang terjadi pada tangga akibat kombinasi 2, beban mati dan hidup ditunjukkan
pada Gambar berikut :

Gambar 8.13. Tegangan yang Terjadi Akibat Beban Mati dan Hidup (Mumax = 7,89 kNm)

Kontrol Kekuatan Tangga :

Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x d² x b/S


= ¼ x 3,14 x 12² x 1000/200 = 542,6 mm²

As x fy
Tinggi blok regangan, a =
0,85 x fc ′ x b

542,6 x 240
a = = 7,66 mm
0,85 𝑥𝑥 20 𝑥𝑥 1000

Tinggi efektif, d = tebal plat – selimut – ½ diameter tulangan

= 120 – 20 – ½ x 12 = 94 mm
a
Momen nominal, Mn = As x fy x (d - ) x 10-6
2
7,66
= 542,6 x 240 x (94 – x 10-6 = 11,74 kNm
2

Syarat : φMn ≥ Mu
0,8 x 11,74 ≥ 7,89
9,39 ≥ 7,89 → OK, Plat tangga mampu menerima beban.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 42


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.3. Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup adalah beban yang bekerja pada lantai bangunan tergantung dari fungsi ruang
yang digunakan. Besarnya beban hidup lantai bangunan menurut Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987 ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 8.2. Beban Hidup untuk Gedung

No. Jenis Beban Hidup Beban Satuan


1 Dak atap bangunan 1 kN/m2
2 Rumah tinggal 2 kN/m2
3 Kantor, sekolah, hotel, pasar, rumah sakit 2,5 kN/m2
4 Hall, tangga, coridor, balcony 3 kN/m2
2
5 Ruang olahraga, pabrik, bioskop, bengkel, 4 kN/m
perpustakaan, tempat ibadah, parkir, aula kN/m2
6 Panggung penonton 5 kN/m2

Reduksi beban dapat dilakukan dengan cara mengalikan beban hidup dengan koefisien
reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi
beban hidup untuk perencanaan portal dan gempa ditentukan sebagai berikut :

Tabel 8.3. Faktor Reduksi Beban Hidup untuk Gedung

Faktor Reduksi Faktor Reduksi


No. Fungsi Bangunan
untuk Portal untuk Gempa

1 Perumahan : rumah tinggal, asrama hotel, rumah 0,75 0,30


sakit
2 Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
3 Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
0,90 0,50
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
4 Gedung perkantoran : kantor, bank 0,60 030
5 Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan :
toko, toserba, pasar, gudang, ruang arsip, 0,80 0,80
perpustakaan
6 Tempat kendaraan: garasi, gedung parkir 0,90 0,50
7 Bangunan industri : pabrik, bengkel 1,00 0,90

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 43


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Dari Tabel 8.2, beban hidup yang bekerja untuk perkantoran adalah sebagai berikut :
Beban hidup ruang kerja = 2,5 kN/m²
Beban hidup lantai atap =1 kN/m²

Distribusi beban hidup pada lantai dilakukan dengan cara Assign – Shell/Area Loads –
Uniform – Load Case Name – Life.

Gambar 8.14. Distribusi Beban Hidup pada Lantai Gedung Perkantoran (2,5 kN/m2)

Semua elemen plat dapat dibagi menjadi pias- pias kecil agar disribusi beban dari plat ke
balok bisa lebih halus dan merata dengan cara pilih elemen plat, kemudian Edit – Mesh
Areas. Elemen plat lantai yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas
dapat dilihat pada Gambar berikut :

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 44


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.15. Pembagian Plat Menjadi Pias- pias Kecil (Meshing Areas)

Elemen shear wall yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas dapat
dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 8.16. Detail Elemen Shear Wall yang telah Dihaluskan dengan Meshing Areas

Pembagaian elemen plat menjadi pias- pias kecil cukup dilakukan setiap jarak 0,5 m – 1,5
m, karena pembagian pias yang terlalu rapat/ banyak akan membuat proses Run Analysis
menjadi lebih lama.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 45


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4. Beban Gempa

Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan dinamik
Response Spectrum.

8.4.1. Analisis Gempa Statik Ekuivalen

Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa yang
sebenarnya dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar) dan beban gempa
diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa struktur tiap
lantai bangunan.

Beban gempa nominal statik ekuivalen yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung
berdasarkan zona gempa, faktor reduksi untuk jenis struktur yang digunakan, fungsi
gedung, dan berat total gedung dengan persamaan :

C1 x I
V= Wt
R

Dimana :

C1 : Nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa,


kondisi tanah dan waktu getar alami (T).
I : Faktor keutamaan gedung (berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.1.2).
R : Faktor reduksi gempa (berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.3.3).
Wt : Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi).

8.4.1.1. Perhitungan Berat Gedung

Berat total gedung (Wt) akibat berat sendiri secara otomatis dapat dihitung dengan ETABS
dengan cara menyeleksi luasan tiap lantai, kemudian Assign – Group Names.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 46


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.17. Pembuatan Group pada Tiap Lantai untuk Mengetahui Berat Gedung

Lantai 2 sampai lantai atap juga di Group dengan cara yang sama untuk mendapatkan
berat masing- masing. Setelah itu, berat gedung tiap lantai dapat diketahui dengan cara
Display – Show Tables – Building Data – Groups – Groups Masses and Weights.

Gambar 8.18. Berat dan Massa Bangunan Tiap Lantai

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 47


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Berat gedung tambahan seperti plesteran, dinding, keramik, dll harus dihitung secara
manual ditambah dengan 30% beban hidup.

a. Beban Mati Tambahan

▪ Beban mati tambahan pada plat Lantai Base


Dinding tinggi 3,6 m = 3,6 x 171,2 x 2,5 = 1540,80 kN

▪ Beban mati tambahan pada plat tiap lantai 1 sampai 6 (Luas = 1310,14 m2)
Pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 x 1310,14 = 209,62 kN
Spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22x 1310,14 = 864,69 kN
Keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 x 1310,14 = 288,23 kN
Plafon dan penggantung = 0,2 x 1310,14 = 262, 03 kN
Instalasi ME = 0,25 x 1310,14 = 327,53 kN
Dinding bata tinggi 3,6 m = 3,6 x 171,2 x 2,5 = 1540,80 kN
Dinding partisi (cladding) = 2 x 115,2 x 0,20 = 46,08 kN
Beban reaksi pada tangga = 13,65 kN +
Beban mati total pada plat = 3553,35 kN

▪ Beban mati tambahan pada plat lantai 7 (Luas = 867,14 m2)

Beban plafon dan penggantung = 0,2 x 867,14 = 173,43 kN


Beban Instalasi ME = 0,25 x 867,14 = 216,78 kN
Beban dinding bata tinggi 3,6 m = 3,6 x 129,6 x 2,5 = 1166,4 kN
Beban dinding partisi (cladding) = 2 x 72 x 0,20 = 28,8 kN
Beban total reaksi kuda- kuda = 520 kN +

Beban mati tambahan total pada plat lantai 7 = 2105,41 kN

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 48


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

b. Beban Hidup Tambahan

▪ Beban hidup tambahan pada plat lantai base (Luas = 1327,42 m2)
Beban hidup untuk gedung perkantoran = 2,5 kN/m2
Faktor reduksi = 0,3
Beban hidup total = 2,5 x 0,3 x 1327,42 = 995,56 kN

▪ Beban hidup tambahan pada plat tiap lantai 1 sampai 6 (Luas = 1310,14 m2)
Beban hidup untuk gedung perkantoran = 2,5 kN/m2
Faktor reduksi = 0,3
Beban hidup total = 2,5 x 0,3 x 1310,14 = 982,6 kN

▪ Beban hidup tambahan pada plat lantai 7 (Luas = 867,14 m2)


Beban hidup untuk gedung perkantoran = 1 kN/m2
Faktor reduksi = 0,3
Beban hidup total = 1 x 0,3 x 867,14 = 260,14 kN

▪ Beban hidup tambahan pada plat atap (Luas = 34,56 m2)


Beban hidup untuk gedung perkantoran = 1 kN/m2
Faktor reduksi = 0,3
Beban hidup total = 1 x 0,3 x 34,56 = 10,37 kN

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 49


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Beban mati dan beban hidup tambahan yang telah dihitung ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 8.4. Perhitungan Beban Mati dan Beban Hidup Tambahan

Beban Mati Beban Hidup Total Beban


Tingkat Lantai
Tambahan (kN) Tambahan (kN) (kN)
Tie Beam 1540.80 995.56 8794.46
Lantai 1 3553.35 982.6 15486.60
Lantai 2 3553.35 982.6 15421.58
Lantai 3 3553.35 982.6 15214.25
Lantai 4 3553.35 982.6 15283.04
Lantai 5 3553.35 982.6 15366.92
Lantai 6 3553.35 982.6 15755.18
Lantai 7 2105.41 260.14 10864.11
Atap 0.00 10.37 1986.06
Total Beban Tambahan = 114172.20

8.4.1.2. Lantai Tingkat sebagai Diafragma

Pada SNI Gempa 03-1726-2002, pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton
dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid)
dalam bidangnya dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa
horisontal. Maka, masing- masing lantai tingkat didefinisikan sebagai diafragma kaku
dengan cara Assign – Joint/ point – Diafragms – Add New Diafragms seperti pada Gambar
berikut.

Gambar 8.19. Input Diafragma pada Masing – masing Lantai

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 50


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Masing- masing lantai yang telah di diafragma dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 8.20. Elemen Plat di Setiap Lantai yang Bekerja sebagai Diafragma

8.4.1.3. Waktu Getar Alami (T)

Berdasarkan UBC (Uniform Building Code) 1997 section 1630.2.2, estimasi atau perkiraan
waktu getar alami gedung dengan struktur beton dapat dihitung dengan rumus :
T = 0,0731x H0,75
= 0,0731x 26,20,75 = 0,846 detik

Berdasarkan SNI Gempa 03-1726- 2002 waktu getar struktur dapat didekati dengan
Rumus Rayleigh.
n

∑W d
2

TR = 6,3 i =1
i i

n
g ∑ Fi d i
i =1

Dimana :

Wi = berat lantai tingkat ke-I, termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi),
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral,

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 51


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Fi = beban gempa statik ekuivalen pada lantai tingkat ke-i,


di = simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm,
g = percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2,
n = nomor lantai tingkat paling atas.

Pada ETABS waktu getar alami dapat diketahui secara otomatis dari hasil Modal Analysis
dengan cara Run, kemudian Display – Show Mode Shapes. Waktu getar analisis ETABS
untuk mode 1 dan mode 2 ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 8.21. Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah X) dengan T1 = 0,7877 detik

Waktu getar struktur Mode 1 (arah X) dengan waktu getar T1 = 0,7877 detik, berarti
struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada Gambar 8.21
setiap 0,7877 detik.

Perilaku struktur tersebut dapat dilihat dengan cara Start Animation. Dari animasi yang
telah dijalankan dapat dilihat bahwa struktur tersebut dominan mengalami translasi (tanpa
rotasi) pada arah X. Berarti struktur tersebut mempunyai kekakuan yang cukup.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 52


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Waktu getar gedung pada Mode 2 ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 8.22. Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah Y) dengan T2 = 0,7366 detik

Waktu getar struktur Mode 2 (arah Y) dengan waktu getar T2 = 0,7366 detik, berarti
struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada Gambar 8.22
setiap 0, 7366 detik.

Dalam SNI Gempa 03-1736-2002 Pasal 5.6 disebutkan bahwa waktu getar alami
fundamental harus dibatasi untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu
fleksibel dengan persayaratan T1 < ζ n , dimana n adalah jumlah lantai dan koefisien ζ
tergantung dari zona gempa seperti pada Tabel 8.5.

Tabel 8.5. Koefisien ζ yang membatasi waktu getar alami Fundamental


struktur gedung

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 53


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Lokasi gedung berada pada zona 3, maka ζ = 0,18


Maka T1 < ζn
0,7877 < 0,18 x 8
0,7877 < 0,18 x 8
0,7877 < 1,44 → OK, waktu getar struktur gedung memenuhi persyaratan.
Gedung mempunyai kekakuan yang cukup.

8.4.1.4. Faktor Keutamaan (I)

Pada SNI Gempa 03-1736-2002 Pasal 4.1.2 disebutkan bahwa untuk berbagai kategori
gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur
gedung dan umur gedung tersebut yang diharapkan, pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (Important Factor, I) menurut persamaan
I = I1 I2 . Faktor-faktor Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 8.6.

Tabel 8.6. Faktor Keutamaan (Important Factor, I) untuk


Berbagai Kategori Gedung

Semakin penting fungsi gedung, maka nilai faktor keutamaannya juga akan semakin besar.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 54


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.1.5. Penentuan Jenis Tanah

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-


strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pembagian zona gempa di Indonesia dapat dilihat pada Peta
Gempa berikut.

Gambar 8.23. Zona Gempa di Indonesia

Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.6.3 jenis tanah ditetapkan sebagai tanah
keras, tanah sedang, dan tanah lunak. Jika lapisan setebal maksimum 30 m paling atas
dipenuhi syarat- syarat yang tercantum dalam Tabel berikut :

Tabel 8.7. Jenis- jenis Tanah

Jenis Kecepatan rambat gelombang Nilai hasil Test Penetrasi Kuat geser niralir
tanah geser rata-rata, v s (m/det) Standar rata-rata, N rata-rata, S u (kPa)

Keras v s ≥ 350 N ≥ 50 S u ≥ 100

Sedang 175 ≤ v s < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤ S u < 100

v s < 175 N < 15 S u < 50


Lunak
Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI > 20,
wn ≥ 40% dan Su < 25 kPa

Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 55


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Hasil data tanah berdasarkan nilai SPT (Soil Penetration Test) dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

Dimana :
N = Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata,
ti = tebal lapisan tanah ke-i,
Ni = hasil Test Penetrasi Standar lapisan tanah ke-i.

Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung membesar pada tanah lunak
dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan klasifikasi tanah tersebut
berdasarkan data tanah pada kedalaman hingga 30 m, karena menurut penelitian hanya
lapisan- lapisan tanah sampai kedalaman 30 m saja yang menentukan pembesaran
gelombang gempa (Wangsadinata, 2006). Data tanah tersebut adalah shear wave velocity
(kecepatan rambat gelombang geser), standard penetration resistance (uji penetrasi
standard SPT) dan undrained shear strength (kuat geser undrained).

Dari 3 parameter tersebut, minimal harus dipenuhi 2, dimana data yang terbaik adalah Vs
(shear wave velocity) dan data yang digunakan harus dimulai dari permukaan tanah, bukan
dari bawah basement (HATTI, 2006). Contoh Perhitungan Nilai SPT untuk penentuan
jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 8.8 berikut.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 56


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tabel 8.8. Perhitungan Nilai SPT Rata- rata

Lapis N SPT Kedalaman (m) Tebal (m) N'= Tebal/ N SPT ∑ N' N'= 30/ ∑N'
0 0 0 0 0
1 8 2 2 0.250
2 7 8 6 0.857
3 15 11 3 0.200
4 19 13 2 0.105 1.854 16.36
5 52 15 2 0.038
6 25 18.5 3 0.140
7 50 24.5 6 0.120
8 42 30 6 0.143

Dari hasil perhitungan didapat nilai Test Penetrasi Standar rata- rata, N = 16.36, maka
berdasarkan Tabel 8.7 termasuk katagori Tanah Sedang.

8.4.1.6. Perhitungan Beban Gempa Nominal (C1)

Beban geser nominal untuk perhitungan gempa statik dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut

C1 x I
V= Wt
R

Dimana :

C1 : Nilai faktor respons gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa,


kondisi tanah dan waktu getar alami (T).

I : Faktor keutamaan gedung, I = 1 untuk gedung umum seperti : penghunian,


perniagaan dan perkantoran

R : Faktor reduksi gedung

Wi : Berat lantai tingkat ke-i, berupa beban sendiri gedung, beban mati tambahan dan
beban hidup yang telah direduksi 30%

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 57


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Nilai faktor respons gempa berdasarkan wilayah gempa ditentukan sebagai berikut :

Katagori tanah sedang, maka C = 0.33/T

Karena waktu getar struktur untuk arah X dan Y berbeda, maka nilai faktor respon gempa
juga berbeda. Nilai spektrum gempa rencana dihitung sebagai berikut berikut :

▪ Gempa statik arah X (Mode 1), T = 0,7877 detik → C1 = 0,33/ 0,7877 = 0,4189
▪ Gempa statik arah Y (Mode 2), T = 0,7366 detik → C1 = 0,33/ 0,7366 = 0,4480

Beban geser nominal untuk perhitungan gempa statik dapat dihitung sebagai berikut :

C1 x I
▪ Vx = Wt
R
0,4189 x 1
= x 114172.20 = 5626,67 kN
8,5

C1 x I
▪ Vy = Wt
R

0,448 x 1
= x 114172.20 = 6017,55 kN
8,5

Karena struktur gedung didesain dengan daktilitas penuh, diambil faktor daktilitas μ = 5,3
dan ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung f1 = 1,6
sesuai SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 4.3.3. Maka R = μ x f1 = 5,3 x 1,6 = 8,48 → R = 8,5
Besarnya nilai faktor daktalitas (μ) dan reduksi gempa (R) ditunjukkan pada Tabel 8.9

berikut.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 58


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tabel 8.9. Parameter Daktilitas Struktur Gedung

Besarnya koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y dapat dihitung sebagai berikut :

▪ Koefisien gaya geser dasar gempa arah X = C1.I/R = 0,4189 x 1/8,5 = 0,0492.
▪ Koefisien gaya geser dasar gempa arah Y = C1.I/R = 0,4480 x 1/8,5 = 0,0527.

Besarnya nilai koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y tersebut diinput ke ETABS
dengan cara Define – Static Load Cases – Pilih Load EQX dan EQY – Modify lateral Load –
Base Shear Coefficient.

Gambar 8.24. Koefisien gaya geser dasar gempa arah X

Gambar 8.25. Koefisien gaya geser dasar gempa arah Y

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 59


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.1.7. Eksentrisitas Rencana (ed)

SNI Gempa 03-1726- 2002 pasal 5.4.3 menyebutkan bahwa : Antara pusat massa dan
pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran
horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada
arah pembebanan gempa, dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ed harus
ditentukan sebagai berikut :
untuk 0 < e ≤ 0,3 b , maka ed = 1,5 e + 0,05 atau ed = e – 0,05 b

Nilai dari keduanya dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau
subsistem struktur gedung yang ditinjau, dimana eksentrisitas (e) adalah pengurangan
antara pusat massa dengan pusat rotasi dan “b” adalah lebar gedung. Nilai pusat massa dan
rotasi bangunan dapat dicari pada ETABS dengan cara Run – Display – Show Tables
Draw Point Objects – Analysis Results – Building Output – Center Mass Rigidity.

Gambar 8.26. Nilai Pusat Rotasi tiap Lantai

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 60


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Besarnya eksentrisitas rencana (ed) tiap lantai dihitung pada Tabel berikut :

Tabel 8.10. Perhitungan Eksentrisitas Rencana (ed) Tiap Lantai

Pusat Massa Pusat Rotasi Eksentrisitas (e) ed = 1,5e + 0,05b ed = e - 0,05b


Lantai
X Y X Y X Y X Y X Y
Tie Beam 32.4 10.683 32.4 9.487 0 1.196 1.08 2.87 -1.08 0.116
1 32.4 10.693 32.4 8.937 0 1.756 1.08 3.71 -1.08 0.676
2 32.4 10.693 32.4 9.414 0 1.279 1.08 3.00 -1.08 0.199
3 32.4 10.688 32.4 9.688 0 1 1.08 2.58 -1.08 -0.08
4 32.4 10.693 32.4 9.814 0 0.879 1.08 2.40 -1.08 -0.201
5 32.4 10.693 32.4 9.867 0 0.826 1.08 2.32 -1.08 -0.254
6 32.4 10.693 32.4 9.885 0 0.808 1.08 2.29 -1.08 -0.272
7 32.4 10.526 32.4 9.916 0 0.61 1.08 2.00 -1.08 -0.47
Atap 32.4 5.56 32.4 9.816 0 -4.256 1.08 -5.30 -1.08 -5.336

Dari hasil perhitungan eksentrisitas rencana (ed), digunakan nilai ed yang palin berpengaruh
= 1,5 e + 0,05 b. Besarnya eksentrisitas tersebut dapat diinput ke ETABS dengan cara Define
– Static Load Case – Pilih Gempa EQx atau EQy – Modify Lateral Load – Override.

Gambar 8.27. Input Besarnya Eksentrisitas Rencana (ed) arah X

Gambar 8.28. Input Besarnya Eksentrisitas Rencana (ed) arah Y

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 61


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.1.8. Perhitungan Gaya Lateral Ekuivalen (Fi)

Beban geser dasar nominal (V) yang telah dihitung tersebut harus dibagikan ke sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i dengan persamaan sebagai berikut :

Wi z i
Fi = n
V
∑W z
i =1
i i

Dimana :

Wi : Berat lantai tingkat ke-i, berupa beban sendiri gedung, beban mati tambahan dan
beban hidup yang telah direduksi 30%

zi : Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral struktur
bangunan,

n : Lantai tingkat paling atas,

C1 : Nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa,


kondisi tanah dan waktu getar alami (T).

Besarnya perhitungan gaya lateral ekuivalen (Fi) setiap lantai dihitung sebagai berikut.

Tabel 8.11. Perhitungan Gaya Lateral Gempa Statik Ekuivalen (Fi)


Tingkat Beban Total (kN) Z (m) W x Z (KnM) Fx (kN) Fy (kN)
Tie Beam 8794.46 1.00 8794.46 30.72 32.85
1 15486.60 4.60 71238.36 248.83 266.09
2 15421.58 8.20 126456.92 441.70 472.34
3 15214.25 11.80 179528.11 627.07 670.57
4 15283.04 15.40 235358.85 822.08 879.11
5 15366.92 19.00 291971.40 1019.82 1090.57
6 15755.18 22.60 356067.16 1243.70 1329.98
7 10864.11 26.20 284639.76 994.21 1063.19
Atap 1986.06 28.70 57000.04 199.09 212.91
Σ Wt = 114172.20 ΣWxZ= 1611055.06

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 62


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Pada SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 5.8.2 disebutkan bahwa : “Untuk mensimulasikan
arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh gempa
dalam arah utama harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama
pembebanan tadi dengan efektifitas hanya 30%”.

Beban gempa untuk masing- masing arah harus dianggap penuh (100%) untuk arah
yang ditinjau dan 30% untuk arah tegak lurusnya. Beban gempa yang diinput pada 2
arah tersebut sebagai antisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak terduga, misalnya
dari arah 15°, 30°, 45°, dll. Beban gempa yang diinput ke pusat massa tersebut ditunjukkan
pada Tabel 8.12.

Tabel 8.12. Perhitungan Gaya Lateral Gempa Statik Ekuivalen (Fi) untuk Setiap Arah

Perhitungan gempa 100% arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurus
Lantai
Fx (kN) 30% Fx (kN) Fy (kN) 30% Fy (kN)
Tie Beam 30.72 9.22 32.85 9.85
1 248.83 74.65 266.09 79.83
2 441.70 132.51 472.34 141.70
3 627.07 188.12 670.57 201.17
4 822.08 246.62 879.11 263.73
5 1019.82 305.95 1090.57 327.17
6 1243.70 373.11 1329.98 398.99
7 994.21 298.26 1063.19 318.96
Atap 199.09 59.73 212.91 63.87

Pada SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 5.4.1 disebutkan bahwa titik tangkap beban gempa
statik dan dinamik adalah pada pusat massa. Untuk mengetahui koordinat titik pusat massa
tersebut, dapat dilakukan dengan cara Run, Display – Show Table – Load Definition –
Auto Seismic Loads – Table Auto Seismic Loads to Diaphragm.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 63


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.29. Koordinat Pusat Massa pada Tiap Lantai

Adanya perbedaan letak dinding yang tidak beraturan, perbedaan dimensi struktur antar
lantai yang berbeda, dll menyebabkan letak titik pusat massa setiap lantai pun berbeda-
beda. Koordinat pusat massa yang telah diketahui tersebut, kemudian diinput ke ETABS
untuk memasukkan gaya gempa statik dengan cara Draw – Draw Point Objects.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 64


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.30. Koordinat Pusat Massa pada Lantai 1

Gambar 8.31. Koordinat Pusat Massa pada Lantai 2

Input koordinat pusat massa pada lantai berikutnya (lantai 3 sampai 7) juga
dilakukan dengan cara yang sama.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 65


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.1.9. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen

Pada SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 5.4.1 disebutkan bahwa titik tangkap beban gempa
statik dan dinamik adalah pada pusat massa. Jadi gaya gempa lateral ekuivalen yang telah
dihitung pada Tabel 8.12 tersebut diinput ke koordinat pusat massa bangunan tiap lantai
dengan cara klik koordinat pusat massa, kemudian Assign – Joint/ Point Loads – Force –
Load Case Name EQX / EQY.

Gambar 8.32. Input Beban Gempa arah X (EQX) pada Lantai 1

Gambar 8.33. Input Beban Gempa arah Y (EQY) pada Lantai 1


Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 66
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.34. Input Beban Gempa arah X (EQX) pada Lantai 2

Gambar 8.35. Input Beban Gempa arah Y (EQY) pada Lantai 2

Input beban gempa lantai berikutnya dapat diinput dengan cara yang sama.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 67


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.2. Analisis Gempa Dinamik Response Spectrum

Analisis beban gempa dinamik Response Spectrum ditentukan oleh percepatan gempa
rencana dan massa total struktur. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, massa
bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. maka massa tambahan
yang diinput pada ETABS meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup
yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 (sesuai fungsi gedung).

Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen struktur sudah dihitung secara otomatis
oleh program. Jadi hanya perlu input massa tambahan (berupa plesteran, dinding, keramik,
dll) yang dilakukan dengan cara Define – Mass Source.

Gambar 8.36. Input Massa Beban Mati Tambahan (Dead) dan Beban Hidup

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 68


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.2.1. Respons Spektrum Gempa Rencana

Dalam analisis beban gempa dinamik, respons spektrum disusun berdasarkan respon
terhadap percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa. Desain spektrum
merupakan representasi gerakan tanah (ground motion) akibat getaran gempa yang pernah
terjadi pada suatu lokasi. Hal- hal yang dipertimbangkan adalah zona gempa dan jenis
tanah. Desain kurva respon spektrum untuk zona gempa 3 dengan kondisi tanah lunak
adalah sebagai berikut :

T C = 0,33/T
0 0,23
0,2 0,55
0,6 0,55
0,8 0,41
1 0,33
1,2 0,28
1,4 0,24
1,6 0,21
1,8 0,18
2 0,17
2,2 0,15
2,4 0,14
2,6 0,13
2,8 0,12
3 0,11

Input data kurva spectrum gempa rencana ke dalam ETABS dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan input manual ke program ETABS dan input otomatis dengan cara mencopy
data spectrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS.

a. Input Manual
Input manual nilai spektrum gempa ke dalam ETABS dapat dilakukan dengan cara
Define – Response Spectrum Functions – User Spectrum – Add New Spectrum.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 69


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.37. Input Manual Kurva Response Spectrum dengan User Spectrum

b. Input Otomatis
Input otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan dengan cara mencopy data
spectrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS dengan cara Define
– Response Spectrum Functions – Spectrum From File – Add New Spectrum.

Gambar 8.38. Nilai Kurva Spektrum Gempa yang Dibuat di Excel dan Copy ke Notepad

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 70


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 8.39. Input Otomatis Kurva Response Spectrum dengan Spectrum From File

Setelah kurva respon spektrum dibuat, kemudian harus didefinisikan spectrum case
dengan cara Define – Response Spectrum Case – Add New Spectrum. Data yang harus
diinput adalah sebagai berikut :
a. Redaman struktur beton (damping)
Merupakan perbandingan redaman struktur beton dengan redaman kritis = 0,05

b. Modal Combination :
▪ CQC (Complete Quadratic Combination)
Penjumlahan respons ragam getar untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu- waktu getar alami yang berdekatan, apabila selisih nilai
waktu getarnya kurang dari 15%.

▪ SRSS (Square Root of the Sum of Squares)


Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan (lebih dari 15%)

c. Input Response Spectra


Faktor keutamaan (I) = 1 (untuk penghunian dan perkantoran)
Faktor reduksi gempa (R) = 8,5 (untuk daktalitas penuh)
Faktor skala gempa arah X = (G x I)/ R = 9,81 x 1/ 8,5 = 1,15
Faktor skala gempa arah Y = 30% x Gempa arah X = 0,346

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 71


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Response Spectrum Case Data dengan ETABS ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 8.40. Response Spectrum Gambar 8.41. Response Spectrum


Case Gempa Arah X (RSPX) Case Gempa Arah Y (RSPY)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 72


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Time History

Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.3.1. Perhitungan respons dinamik struktur
gedung terhadap pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik linier dan non-linier time history
(riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan
tanah masukan. Percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf
Ao x I
pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncak A = .
R
Dimana :
A = Percepatan puncak gempa rencana pada taraf pembebanan nominal sebagai
gempa masukan untuk analisis respons dinamik linier riwayat waktu struktur
gedung.
Ao = Percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana berdasarkan
wilayah gempa dan jenis tanah tempat struktur gedung
I = Faktor keutamaan gedung ( I =1, untuk gedung perkantoran).
R = Faktor reduksi gempa berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.3.6

Besarnya nilai percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana (Ao) dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.13. Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah
Zona Gempa Indonesia

Ao x I 0,23 x 1
Maka besarnya nilai A = = = 0,027 g
R 8,5

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 73


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Instalasi program ETABS Yng standard biasanya belum bisa digunakan untuk analisis
gempa dinamik dengan Time History, maka program harus dimodifikasi dulu dengan cara
klik instalasi program/ install ulang, kemudian Modify – Time History Function – This
Feature will be installed on local hard drive.

Gambar 8.42. Modifikasi Program ETABS untuk Analisis Gempa Time History

Setelah program mempunyai fitur yang lengkap untuk analisis gempa dinamik, data
akselerogram Gempa El Centro dapat diinput otomatis dari ETABS dengan cara Define -
Time History Functions - Function From File – Add New Function – Browse.

Gambar 8.43. Input Akselerogram El Centro pada ETABS

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 74


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Nilai percepatan puncaknya gempa El Centro sebesar 0,3194 g dapat diketahui dengan
View File. (Keterangan : T adalah periode dan a adalah percepatan gempa).

T a T a T a

Gambar 8.44. Nilai Percepatan Puncaknya Gempa El centro Sebesar 0,3194 g

Agar percepatan akselerogram tersebut sesuai target, maka diperlukan faktor pengali
sebagai berikut :
▪ Faktor skala = (0,027 / 0,3194) x 9,81 = 0,8289 dengan 30% arah tegak lurusnya =
0,03 x 0,8289 = 0,284.

Gambar 8.45. Detail Hubungan Antara Periode (T) dengan Akselerasi Gempa

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 75


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Berdasarkan Gambar 8.45, waktu rekaman total gempa El Centro adalah 12,113 detik
dengan interval waktu rata- rata (Output Time Step Size) 0,05 detik. Maka besarnya Number
of Output Time Steps adalah waktu total dibagi interval waktu rata- rata = 12,113 / 0,05
= 242,26 → 242. Nilai tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define- Time History
Cases- Add New History untuk arah X dan Y dengan redaman struktur beton (dumping)
sebesar 5% sesuai SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 7.2.3.

Gambar 8.46. Input Case Time History Arah X

Gambar 8.47. Input Case Time History Arah Y

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 76


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

9. Kontrol dan Analisis

9.1. Analisis Ragam Respon Spektrum

Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2 disebutkan bahwa untuk struktur gedung
yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan atau selisih nilainya kurang dari 15%,
harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap
(Complete Quadratic Combination atau CQC). Jika waktu getar alami yang berjauhan,
penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan
Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).

Waktu getar alami tersebut dapat diketahui dengan ETABS dengan cara Run – Display –
Show Table – Analysis Result – Modal Information – Table : Modal Participating Mass
Ratios.

Gambar 9.1. Data Waktu Getar Struktur untuk 12 Mode

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 77


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Untuk menentukan tipe analisis ragam respon spektrum yang sesuai, maka selisih dari
periode dihitung sebagai berikut :

Tabel 9.1. Perhitungan Selisih Periode (ΔT) setiap Mode

Mode Period (T) ΔT


1 0.787691 6.49
2 0.736565 2.47
3 0.718391 67.55
4 0.233087 10.97
5 0.207518 0.11
6 0.207291 42.36
7 0.119487 12.80
8 0.104193 1.98
9 0.102134 24.54
10 0.077075 13.26
11 0.066855 1.72
12 0.065707 13.65

Keterangan :
ΔT : Selisih periode/ waktu getar yang dihitung dengan cara = (T1 – T2) / T1 x 100%
dan seterusnya.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel 9.1, terlihat bahwa waktu getar
struktur ada yang melebihi 15%, maka sebaiknya digunakan kombinasi ragam spektrum
SRSS sesuai dengan persayaratan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2. Modifikasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara Define – Response Spectrum Cases – Modify – Show
Spectrum – Modal Combination.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 78


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 9.2. Modifikasi Kombinasi Ragam Spektrum menjadi Tipe SRSS

9.2. Partisipasi Massa

Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 disebutkan bahwa jumlah ragam vibrasi
yang ditinjau dalam penjumlahan respons harus menghasilkan partisipasi massa minimum
90%. Dalam ETABS besarnya partisipasi massa tersebut dapat diketahui dengan Run –
Display – Show Table – Analysis Result – Modal Information – Table : Modal
Participating Mass Ratios.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 79


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 9.3. Jumlah Partisipasi Massa pada 12 Mode (kurang dari 90%)

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, jumlah partisipasi massa pada Mode ke 12
masih belum mencapai 90%. Maka jumlah mode harus ditambah dengan cara Analyze –
Set Analysis Option – Set Dynamic Parameters – Number of Modes.

Gambar 9.4. Peningkatan Jumlah Mode agar Partisipasi Massa menjadi Lebih dari 90%

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 80


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Berdasarkan hasil modifikasi peningkatan jumlah Mode, telah didapatkan jumlah partisipasi
massa minimum lebih dari 90%. Hal ini telah sesuai dengan Pasal SNI Gempa 03-1726-
2002 Pasal 7.2.1.

Gambar 9.5. Jumlah Partisipasi Massa pada 22 Mode (lebih dari 90%)

9.3. Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear)

Pada SNI Gempa 1726 – 2002 Pasal 7.1.3 disebutkan bahwa : Nilai akhir respons dinamik
struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam
suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka
persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
Vdinamik > 0,8 Vstatik

Cara menampilkan base shear akibat beban gempa statik dan dinamik dapat dilakukan
dengan cara Run – Display – Show Table – Pilih Load Case untuk EQx, EQy, RSPx, RSPy, THx
dan THy.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 81


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 9.6. Seleksi Load Case untuk Perhitungan Base Shear

Agar seleksi data dapat dipilih dengan lebih muda, Load Case bisa dipilih satu per satu.
Mulai dari EQx, EQy, RSPx, RSPy, THx dan THy. Jumlah base shear untuk masing- masing
gempa dijumlahkan seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 9.2. Hasil Penjumlahan Base Shear untuk Masing- masing Gempa

Tipe Beban Gempa Fx (kN) Fy (kN) 80% Statik X 80% Statik Y


EQx -11265.51 -1688.17 -9012.408 -1350.536
Statik
EQy -1805.27 -12057 -1444.216 -9645.592
RSPx 4019.28 1572.7
RSPy 1447.92 4275.77
Dinamik
THx 3493.41 1309.93
Thy 1193.05 3787.4

Dari Tabel tersebut disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamik belum terpenuhi
(Vdinamik < 0,8 Vstatik), maka besanya Vdinamik harus dikalikan nilainya dengan faktor skala
0,8 V statik
= V dinamik

a. Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum :

9012.408
▪ Arah X = = 2,24
4019.28

9645.592
▪ Arah Y = = 2,55
4275.77

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 82


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define –
Response Spectrum Cases – Modify/ Show Spectrum.

U1 = 1,154 x 2,24 = 2,585


U2 = 0,30 x 2,585 = 0,775

Gambar 9.7. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spekrtrum X (RSPx)

U1 = 0,30 x 2.62 = 0,779


U2 = 1,154 x 2,25 = 2,596

Gambar 9.8. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spekrtrum Y (RSPy)

b. Faktor Skala Gempa Dinamik Time History :

9012.408
▪ Arah X = = 2,58
3493.41

9645.592
▪ Arah Y = = 2,34
3787.4

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 83


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define –
Time History Cases – Modify/ Show Spectrum.

Dir 1 = 0,8289 x 2,58 = 2,14


Dir 2 = 0,30 x 2,14 = 0,642

Gambar 9.9. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Time History X (THx)

Dir 2 = 0,8289 x 2,34 = 1,94


Dir 1 = 0,30 x 1,94 = 0,582

Gambar 9.9. Modifikasi Faktor Skala Gempa Dinamik Time History Y (THy)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 84


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

9.4. Kinerja Sruktur Gedung

9.4.1. Kinerja Batas Layan

Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 8.1 disebutkan bahwa kinerja batas layan struktur
gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu
untuk membatasi terjadinya pelelehan baja, peretakan beton yang berlebihan, mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.

Simpangan antar tingkat yang diizinkan tidak boleh melampaui 0,03/R x tinggi tingkat
yang bersangkutan atau 30 mm. Diambil yang terkecil. Besarnya simpangan yang terjadi
tersebut dapat diketahui pada ETABS dengan cara Run – Display – Show Story Respons
Plot. Besarnya simpangan arah X akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 9.10. Besarnya Simpangan akibat Beban Gempa Statik Arah X

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 85


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Besarnya simpangan arah X tersebut dibaca dan dihitung batas layannya seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 9.3. Kinerja Batas Layan Akibat Simpangan Gempa Statik X

Tinggi tingkat Simpangan


No Lantai Δ S (mm) Diizinkan (mm) Ket.
(mm) (mm)
1 Tie Beam 1000 0.59 0.59 3.53 OK
2 Lantai 1 3600 3.80 3.21 12.71 OK
3 Lantai 2 3600 9.17 5.37 12.71 OK
4 Lantai 3 3600 14.93 5.76 12.71 OK
5 Lantai 4 3600 20.59 5.66 12.71 OK
6 Lantai 5 3600 25.56 4.97 12.71 OK
7 Lantai 6 3600 29.85 4.29 12.71 OK
8 Lantai 7 3600 33.27 3.42 12.71 OK
9 Atap 2500 34.15 0.88 8.82 OK

Besarnya simpangan arah Y akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 9.11. Besarnya Simpangan akibat Beban Gempa Statik Arah Y

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 86


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Besarnya simpangan arah Y tersebut dibaca dan dihitung batas layannya seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 9.4. Kinerja Batas Layan Akibat Simpangan Gempa Statik Y

Tinggi tingkat Simpangan


No Lantai Δ S (mm) Diizinkan (mm) Ket.
(mm) (mm)
1 Tie Beam 1000 0.39 0.39 3.53 OK
2 Lantai 1 3600 3.41 3.02 12.71 OK
3 Lantai 2 3600 8.10 4.69 12.71 OK
4 Lantai 3 3600 13.37 5.27 12.71 OK
5 Lantai 4 3600 18.63 5.26 12.71 OK
6 Lantai 5 3600 23.71 5.08 12.71 OK
7 Lantai 6 3600 28.29 4.58 12.71 OK
8 Lantai 7 3600 32.10 3.81 12.71 OK
9 Atap 2500 34.63 2.53 8.82 OK

9.4.2. Kinerja Batas Ultimit

Pada SNI Gempa Pasal 8.2.1 disebutkan bahwa kinerja batas ultimit struktur gedung
ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat
pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu
untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar gedung
atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi).

Simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ = 0,7 x R
(untuk gedung beraturan). Kinerja batas ultimit struktur untuk arah x dan y ditunjukkan
dalam tabel berikut :

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 87


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tabel 9.5. Kinerja Batas Ultimit Akibat Simpangan Gempa Statik X

Tinggi tingkat Simpangan


No Lantai ΔSxξ Diizinkan (mm) Ket.
(mm) (mm)
1 Tie Beam 1000 0.59 3.51 20.00 OK
2 Lantai 1 3600 3.80 19.10 72.00 OK
3 Lantai 2 3600 9.17 31.95 72.00 OK
4 Lantai 3 3600 14.93 34.27 72.00 OK
5 Lantai 4 3600 20.59 33.68 72.00 OK
6 Lantai 5 3600 25.56 29.57 72.00 OK
7 Lantai 6 3600 29.85 25.53 72.00 OK
8 Lantai 7 3600 33.27 20.35 72.00 OK
9 Atap 2500 34.15 5.24 50.00 OK

Tabel 9.6. Kinerja Batas Ultimit Akibat Simpangan Gempa Statik Y

Tinggi tingkat Simpangan


No Lantai ΔSxξ Diizinkan (mm) Ket.
(mm) (mm)
1 Tie Beam 1000 0.39 2.32 20.00 OK
2 Lantai 1 3600 3.41 17.97 72.00 OK
3 Lantai 2 3600 8.1 27.91 72.00 OK
4 Lantai 3 3600 13.37 31.36 72.00 OK
5 Lantai 4 3600 18.63 31.30 72.00 OK
6 Lantai 5 3600 23.71 30.23 72.00 OK
7 Lantai 6 3600 28.29 27.25 72.00 OK
8 Lantai 7 3600 32.1 22.67 72.00 OK
9 Atap 2500 34.63 15.05 50.00 OK

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 88


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10. Perhitungan Struktur dengan ETABS

10.1. Peraturan yang Digunakan

Peraturan yang digunakan adalah SNI Struktur Beton untuk Gedung 03-2847-2002 yang
mengadopsi peraturan ACI 318-99. Perbedaan yang harus disesuaikan adalah faktor
reduksi untuk SNI Beton Indonesia. Perbedaan faktor reduksi tersebut karena masih
lemahnya tingkat pengawasan kerja dan mutu untuk proyek konstruksi di Indonesia.
Sebelum dilakukan analisis, maka harus disesuaikan terlebih faktor reduksi berdasarkan
SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.3.
▪ Faktor reduksi lentur (bending) = 0,8
▪ Faktor reduksi geser (shear) = 0,75

Nilai reduksi tersebut dapat diganti pada ETABS dengan cara Options – Preferences –
Concrete Frame Design.

Gambar 10.1. Penyesuaian Faktor Reduksi sesuai SNI Beton 03-2847-2002

10.2. EfektivitasPenampang

Pada struktur beton pengaruh keretakan beton harus diperhitungkan terhadap


kekakuannya. Maka, momen inersia penampang unsur struktur dapat ditentukan sebesar
momen inersia penampang utuh dikalikan dengan persentase efektifitas penampang
berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 12.11 sebagai berikut.
▪ Balok = 0,35 Ig
▪ Kolom = 0,70 Ig
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 89
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

▪ Dinding struktural = 0,35 Ig

Nilai persentase efektifitas penampang tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define –
Frame Sections – Modify/ Show Property – Set Modifiers.

Gambar 10.2. Contoh Input Nilai Persentase Efektifitas Penampang Balok

Gambar 10.3. Contoh Input Nilai Persentase Efektifitas Penampang Kolom

Gambar 10.4. Input Nilai Persentase Efektifitas Penampang Shear Wall

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 90


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.3. Analisis

Analisis untuk mengetahui besarnya momen, gaya geser dan keamanan struktur dapat
dilakukan dengan cara Analyze – Run Analyze. Setelah di Run, gaya- gaya dalam yang
bekerja pada struktur dapat diketahui dengan cara Display – Show Member Forces/ Stress
Diagram – Frame/ Pier/ Spandrel Forces.

Keterangan :

*) Shear 2-2 : Untuk menampilkan gaya geser pada sumbu 2-2.

*) Moment 3-3 : Untuk menampilkan momen pada sumbu 3-3

*) Fill Diagram : Untuk menampilkan warna pada diagram momen dan


gaya geser.

*) Show Values on Diagram : Untuk menampilkan nilai pada diagram


momen dan gaya geser

Gambar 10.5. Pilihan untuk Menampilkan Diagram Momen dan Gaya Geser

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 91


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Diagram momen dan gaya geser yang terjadi akibat berbagai macam kombinasi
pembebanan ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 10.6. Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Mati dan Hidup

Gambar 10.7. Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Gempa Statik Arah X

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 92


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 10.8. Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Gempa Dinamik Time History

Setelah di Run, Struktur dapat dianalisa kekuatannya dalam menahan berbagai macam
beban yang ada dengan cara Design – Concrete Frame Design – Start Design/ Start of
Structure.

Gambar 10.9. Pengecekan Struktur dengan ETABS

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 93


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Beberapa frame balok yang berwarna merah (Overstress) dapat dimodifikasi


dengan cara : memeriksa kembali pemodelan struktur, meningkatkan mutu
material, atau memperbesar dimensi.

10.4. Penulangan Balok

Luas tulangan utama balok secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design – Concrete
Frame Design – Display Design Info – Longitudinal Reinforcing. Balok yang akan
dianalisis ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 10.10. Tampak Luas Tulangan Utama Balok Arah Memanjang

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 94


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Luas tulangan geser (sengkang) secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info – Shear Reinforcing.

Gambar 10.11. Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Arah Memanjang

Luas tulangan torsi secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design – Concrete Frame
Design – Display Design Info – Torsion Reinforcing.

Gambar 10.12. Tampak Luas Tulangan Torsi Arah Memanjang

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 95


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Detail besarnya momen, gaya geser, torsi, dan luas tulangan balok yang ditinjau dapat
diketahui dengan cara klik kanan elemen, kemudian Summary.

Gambar 10.13. Detail Informasi Momen, Luas Tulangan, Gaya Geser, dan Torsi,
Balok yang Ditinjau

10.4.1. Desain Tulangan Utama Balok

Detail luas tulangan utama yang ditinjau pada Gambar 10.10 ditunjukkan sebagai berikut.

1962 636 2001

951 910 969

Daerah tumpuan Daerah lapangan Daerah tumpuan

Digunakan tulangan ulir diameter 22 (D22) → As = ¼ Л d2


= ¼ x 3,14 x 222 = 380 mm2

a. Tulangan utama daerah tumpuan :


Luas tulangan bagian atas = 2001 mm2 → jumlah tulangan = 2001 / 380 = 5,3 ≈ 6
Luas tulangan bagian bawah = 969 mm2 → jumlah tulangan = 969 / 380 = 2,6 ≈ 3

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 96


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

b. Tulangan utama daerah lapangan :


Luas tulangan bagian atas = 636 mm2 → jumlah tulangan = 636 / 380 = 1,67 ≈ 2
Luas tulangan bagian bawah = 910 mm2 → jumlah tulangan = 910 / 380 = 2,4 ≈ 3

10.4.2. Desain Tulangan Geser (sengkang)

Detail luas tulangan geser (sengkang) yang ditinjau pada Gambar 10.11 ditunjukkan
sebagai berikut.

0.861 0.501 0.878

Daerah tumpuan Daerah lapangan Daerah tumpuan

Digunakan tulangan polos diameter 10 → As = ¼ Л d2


= ¼ x 3,14 x 102 = 78,5 mm2

a. Tulangan geser daerah tumpuan :

Asumsi digunakan sengkang 2P10- 150 (sengkang 2 kaki diameter 10 mm setiap jarak 150
mm), maka luas tulangan per 1 m = 2 x ¼ Л d2 x 1000/150
= 2 x ¼ x 3,14 x 102 x 1000/150 = 1507 mm2.

Sehingga luas tulangan per meter panjang = 1507 /1000 = 1,507 mm2/ mm.
Kontrol keamanan : 1,507 > 0,878 → sengkang aman dan mampu menahan gaya geser

b. Tulangan geser daerah lapangan :

Asumsi digunakan sengkang 2P10- 200 (sengkang 2 kaki diameter 10 mm setiap jarak 200
mm), maka luas tulangan per 1 m = 2 x ¼ Л d2 x 1000/200
= 2 x ¼ x 3,14 x 102 x 1000/200 = 785 mm2.

Sehingga luas tulangan per meter panjang = 785 /1000 = 0,785 mm2/ mm.
Kontrol keamanan : 0,785 > 0,501 → sengkang aman dan mampu menahan gaya geser.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 97


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.4.3. Desain Tulangan Torsi

Detail dari luas tulangan torsi pada balok yang ditinjau pada Gambar 10.12 ditunjukkan
sebagai berikut.

0.739 0.489 0.740

1274 1274 1274

Bagian atas menunjukkan luas tulangan torsi untuk sengkang dan bagian bawah
menunjukkan luas tulangan torsi untuk tulangan utama (atas dan bawah). Karena luas
tulangan torsi lebih kecil dari luas tulangan utama dan sengkang, maka tidak diperlukan
tulangan untuk torsi.

10.4.4. Desain Tulangan Badan

Dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm) membuat resiko retak pada
bagian badan semakin besar. Maka harus diberi tulangan pinggang dengan jarak
antar tulangan maksimal d/6 atau 300 mm (diambil yang terkecil).
Perhitungan d = tinggi balok- selimut- diameter sengkang – ½ diameter tul. utama
= 700- 40- 10- (½ x 22) = 639 mm

Maka diambil jarak tulangan minimum 300 mm, sehingga dengan tinggi balok 700
mm digunakan 2 buah tulangan badan pada masing- masing sisi.

10.4.5. Kontrol Persyaratan Balok pada SRPMK

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 23.3 komponen struktur lentur SRPMK harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Gaya aksial terfaktor pada balok dibatasi maksimum 0,1. Ag . fc’


Cek : 0,1 x Ag x fc’ = 0,1 x 400 x 700 x 30 Mpa = 840 kN.
Dari perhitungan ETABS gaya aksial yang terjadi adalah 0. Nilai tersebut dapat
diketahui dengan Run – Display – Show Table – Frame Output – Beam Forces.
Jadi 0 < 840 kN → OK.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 98


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

b. Bentang bersih struktur minimal 4x tinggi efektifnya.


Tinggi efektif = (d) = 700 – (40 + 10 + ½ x 22) = 639 mm x 4 = 2556 mm.
Bentang bersih balok = bentang balok - dimensi kolom = 7200 – 700 = 6500 mm.
Jadi 6500 mm > 2556 mm → OK.

c. Perbandingan lebar dan tinggi minimal 0,3


b = 400 mm, h = 700 mm, b/ h = 400/ 700 = 0,57.
Jadi 0,57 > 0,3 → OK.

d. Lebar elemen tidak boleh :


▪ Kurang dari 250 mm
b = 400 mm > 250 mm → OK.

▪ Melebihi lebar komponen struktur pendukung (diukur pada bidang tegak


lurus terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) + jarak pada
tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi dari ¾ tinggi
struktur lentur.
Jadi b = 250 mm < 700 mm → OK.

e. Persyaratan Tulangan Longitudinal


Luas tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari persyaratan tulangan
minimum untuk struktur lentur sesuai SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 12.5 :
√fc′ √30
▪ Asmin = xbxd= x 400 x 639 = 874,98 mm2
4 fy 4 x 400
1,4
▪ Asmin = x b x d = 1,4 x 400 x 639/ 400 = 894,6 mm2
fy

Berdasarkan output tulangan pada Gambar 10.10, luas tulangan di daerah lapangan
bagian atas 636 mm2 dan bagian bawah 910 mm2, sehingga luas tulangan total =
1546 mm2 > 894,6 mm2 → OK.

f. Persyaratan Tulangan Geser


Tulangan geser/ sengkang yang dipasang pada sendi plastis harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 99


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

▪ Sengkang tertutup pertama harus dipasang ≤ 50 mm dari muka tumpuan.


▪ Jarak sengkang tidak boleh lebih = dari d/4
Cek : jarak sengkang tumpuan 150 mm < 639/4 = 159 → OK.

▪ Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 8Dutama.


Cek : jarak sengkang tumpuan 150 mm < 8 x 22 = 176 → OK.

▪ Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 24Dsengkang.


Cek : jarak sengkang tumpuan 150 mm < 24 x 10 = 240 → OK.

▪ Jarak sengkang tidak melebihi 300 mm.


Cek : jarak sengkang tumpuan 150 mm < 300 → OK.

▪ Jarak sengkang maksimum di sepanjang balok adalah d/2


Cek : jarak sengkang lapangan 250 mm < 639/2 = 319 mm → OK.

10.4.6. Gambar Detail Penulangan Balok

Detail penulangan balok berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan ditunjukkan pada
Gambar berikut.

Gambar 10.14. Detail Penulangan Balok

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 100


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.5. Penulangan Kolom

Luas tulangan utama kolom secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info – Longitudinal Reinforcing. Kolom yang
akan dianalisis ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 10.15. Tampak Luas Tulangan Utama Kolom Arah Memanjang

Luas tulangan geser (sengkang) secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info – Shear Reinforcing.

Gambar 10.16. Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Kolom Arah Memanjang
Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 101
Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 10.17. Detail Informasi Luas Tulangan, Momen, Gaya Geser, dan Torsi,
Kolom yang Ditinjau

Untuk menampilkan diagram interaksi kolom yang ditinjau, dapat dilakukan dengan cara
Klik kanan kolom, kemudian Interaction.

Gambar 10.18. Diagram Interaksi Kolom yang Ditinjau

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 102


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.5.1. Desain Tulangan Utama Kolom

Detail dari luas tulangan utama kolom yang ditinjau = 4900 mm2.
Digunakan tulangan ulir diameter 22 → As = ¼ Л d2
= ¼ x 3,14 x 222 = 380 mm2

Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan = 4900/ 380 = 13 → digunakan 16 tulangan agar
dapat tersebar disemua sisi kolom. Jadi tulangan utama kolom adalah 16D22.

10.5.2. Desain Tulangan Geser Kolom

Dari ETABS detail luas tulangan geser (sengkang) kolom yang ditinjau = 1,005 mm2.
Digunakan tulangan polos 3P 10 → As = 4 x ¼ Л d2
= 3 x ¼ x 3,14 x 102 = 235,5 mm2

Jarak sengkang = 235,5 / 1,005 = 234,3 mm → digunakan 120 mm (sesuai persyaratan).


Jadi tulangan geser(sengkang) kolom adalah 3P10- 120.

10.5.3. Kontrol Persyaratan Kolom pada SRPMK

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 23.4 komponen struktur yang menerima
kombinasi lentur dan aksial pada SRPMK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Gaya aksial terfaktor maksimal yang bekerja pada kolom harus melebihi
0,1. Ag. fc
Cek : 0,1 x (700 mm x 700 mm) x 30 N/mm2 = 1470 kN.
Dari hasil analisis ETABS diperoleh Pu sebesar 2261, 37 kN
Jadi 2261, 37 > 1470 → OK.

b. Sisi terpendek kolom tidak boleh kurang dari 300 mm.


Cek : lebar penampang kolom 700 mm > 300 mm → OK.

c. Rasio dimensi tidak boleh kurang dari 0,4


Cek : lebar penampang kolom 700 mm > 300 mm → OK.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 103


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

d. Persyaratan Tulangan Geser


Tulangan geser/ sengkang kolom yang dipasang harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 23.4 .4.2 bahwa jarak maksimum sengkang
dipilih yang terkecil diantara:
▪ ¼ dimensi penampang kolom terkecil.
Cek : jarak sengkang kolom di tumpuan 120 mm < ¼ x 700 = 175 mm (OK)

▪ Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 6Dutama.


Cek : jarak sengkang kolom di tumpuan 120 mm < 6 x 22 = 132 → OK.

e. Kuat Kolom

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 23.4.2.2 kuat kolom harus


memenuhi persyaratan Σ Mc ≥ 1,2 Σ Mg.
Dimana :

Σ Mc : Jumlah Mn dua kolom yang bertemu di join,


Σ Mg : Jumlah Mn dua balok yang bertemu di join,

Detail penampang kolom yang dianalisis ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 10.19. Detail Kolom yang Ditinjau (warna merah) dengan


Mempertimbangkan Balok yang Menumpu dan Kolom di Atasnya (warna hijau)

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 104


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Besarnya Mn balok maksimal yang menumpu pada kolom yang ditinjau dapat
diketahui dengan klik balok, kemudian Run - Display – Show Table – Frame
Output – Frame Design Forces – Beam Design Forces.

Diagram momen balok yang ditinjau (sebelah kiri dan kanan) dapat diketahui
dengan cara Display – Show Member Forces – Frame/ Pier/ Spandrel Forces.

Jumlah Σ Mg = 574,44 kNm + 535,69 kNm = 1110,13 kNm

Untuk mengetahui besarnya Mn pada kolom yang ditinjau dapat dibuat diagram
interaksi kolom dengan software PCA Column sebagai berikut.

1150 kNm

1200 kNm

Gambar 10.20. Diagram Interaksi Kolom yang Ditinjau

Keterangan :
, Gaya aksial terfaktor kolom yang di desain, Pn desain = 2860 kN
Mn = 1200 kNm

, Gaya aksial terfaktor kolom yang di atas, Pn kolom atas = 2150 kN


Mn = 1150 kNm

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 105


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Jadi Σ Mc ≥ 1,2 Σ Mg
1200 + 1150 ≥ 1,2 (574,44 + 535,69)
2350 ≥ 1334,15 → OK, syarat strong column weak beam terpenuhi.

10.5.4. Gambar Detail Penulangan Kolom

Detail penulangan kolom berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan ditunjukkan pada
Gambar berikut.

Gambar 10.21. Diagram Interaksi Kolom yang Ditinjau

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 106


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.6. Penulangan Plat Lantai

Besarnya nilai tegangan yang terjadi pada plat lantai secara otomatis dapat diketahui dengan
cara Run – Display – Show Member Forces/ Stress Diagram – Shell Stresses/ Forces.

Gambar 10.22. Tegangan yang Terjadi pada Plat Akibat Beban Mati dan Hidup

Dari hasil analis didapatkan Mu = 7,81 kNm

Digunakan tulangan polos P10- 150


Luas tulangan terpakai, As = ¼ x π x d² x b/S
= ¼ x 3,14 x 10² x 1000/150 = 523,33 mm²

As x fy
Tinggi blok regangan, a =
0,85 x fc ′ x b

523,33 x 240
a = = 4,92 mm
0,85 𝑥𝑥 30 𝑥𝑥 1000

a
Momen nominal, Mn = As x fy x (d - ) x 10-6
2
4,92
= 523,33 x 240 x (85 – ) x 10-6 = 10,36 kNm
2

Syarat : φMn ≥ Mu
0,8 x 10,36 ≥ 7,81
8,28 ≥ 7,81 → OK, Plat mampu menerima beban.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 107


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

10.7. Desain Pondasi

Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang bor (bore pile). Uraian data tanah dan
perhitungan daya dukung pondasi dijelaskan sebagai berikut.

10.7.1. Data Tanah


Hasil uji sondir menunjukkan bahwa kedalaman 0 m – 9 m adalah tanah lunak sampai
sedang. Dan tanah keras dengan qc >150 kg/cm2 pada kedalaman -10.00 m.

Gambar 10.23. Uji Sondir pada Kedalaman 0 m – 10 m

Hasil uji boring menunjukkan bahwa kedalaman 0 m – 9 m adalah tanah lunak


sampai sedang dengan nilai NSPT = 5 – 10. Tanah keras dengan N > 50 mulai
kedalaman -12 m.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 108


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Gambar 10.24. Uji NSPT sampai Kedalaman -12 m

10.7.2. Daya Dukung Pondasi Tiang Bor

Daya dukung aksial tiang terdiri daya dukung ujung dasar tiang dan daya dukung gesekan
permukaan keliling tiang, dikurangi berat sendiri tiang dengan rumusan :

Qu = Qd + Qg – W

Qijin = (Qd + Qg)/ FK – W

Dimana :

Qu = Daya dukung batas tiang


Qd = Daya dukung batas dasar tiang
Qg = Daya dukung batas gesekan tiang
W = Berat sendiri tiang
FK = Faktor keamanan tiang =3

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 109


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

a. Daya Dukung Ujung Tiang

i) Untuk tanah non kohesif :


Qd = 40 Nb Ap ... (ton) → Menurut Mayerhoff (1956)

ii) Untuk dasar pondasi di bawah muka air tanah :


Nb’ = 15 + 0,5 (N-15)

iii) Untuk tanah berpasir N > 50


Qd < 750 Ap ... (ton) → Suyono Sosrodarsono & Kazuto Nakazawa

Keterangan :

Nb = Harga N-SPT pada elevasi dasar tiang < 40


Ap = Luas penampang dasar tiang (cm2)

b. Daya Dukung Gesekan Tiang


i) Menurut Mayerhoff
Qg = 0.20 O ∑ (Ni x Li) ...(ton) → untuk tiang pancang

Qg = 0.10 O ∑(Ni x Li) ...(ton) → untuk tiang bor

ii) Menurut Suyono Sosrodarsono & Kazuto Nakazawa :


Qg = O ∑(Ni/2 x Li) ...(ton)

Keterangan :
Ni/2 < 12 ton/m2
O = keliling penampang tiang
Ni = N-SPT pada segmen i tiang
Li = panjang segmen i tiang

Tabel 10.1. Kuat Dukung Pondasi Bore Pile dengan Berbagai Diameter

D (m) Ap (m²) W (ton) Nb Nb' Qd (ton) Qg (ton) Q.ijin (ton)

0.6 0.2826 9.50 40 27.5 310.86 26.38 102.92


0.8 0.5024 16.88 40 27.5 552.64 35.17 179.06
1 0.785 26.38 40 27.5 863.5 43.96 276.11
1.2 1.1304 37.98 40 27.5 1243.44 52.75 394.08

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 110


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Besanya nilai beban titik pondasi daat diketahui dengan cara Run – Display – Show Tables –
Analysis Results – Reactions – Support Reactions.

Gambar 10.25. Besarnya Beban Titik Pondasi

Gambar 10.26. Letak Titik- Titik Pondasi

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 111


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh beban titik pondasi antara 250 ton – 800
ton. Berdasarkan Tabel 10.1, jika digunakan pondasi bore pile diameter 80 cm, maka daya
dukung pondasi adalah 179,06 ton.
▪ Jumlah tiang pondasi untuk beban minimal 250 ton = 250/ 179,06 = 1,4 ≈ 2 tiang
▪ Jumlah tiang pondasi untuk beban maksimal 800 ton = 800/ 179,06 = 4,46 ≈ 5 tiang

Denah layout pondasi borepile ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 10.27. Denah Pondasi Bore Pile

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 112


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

11. Perhitungan Estimasi Biaya Pekerjaan Struktur

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan struktur beton dalam proyek gedung
dipengaruhi oleh banyaknya volume beton yang digunakan untuk pengecoran balok,
kolom, shear wall, dan plat lantai. Berat beton untuk konstruksi atas dapat diketahui
dengan cara Display – Show Tables – Building Data – Material List.

Gambar 11.1. Berat Beton Struktur Gedung Perkantoran 8 Lantai (ton)

Output yang ditampilkan tersebut belum termasuk berat tambahan seperti finishing dan
struktur bawah (pondasi), sehingga untuk elemen finishing dan tambahan lainnya serta
pondasi harus dihitung manual.

Output yang ditampilkan adalah dalam berat (ton), maka untuk mengubah nilainya
menjadi volume dapat dibagi dengan berat jenis beton 2,4 ton/m3. Rincian dari volume
beton untuk masing- masing elemen dapat ditabelkan sebagai berikut.

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 113


Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS
RS GROUP
AZZA REKA STRUKTUR

Tabel 11.1. Berat dan Volume Beton Gedung Perkantoran 8 Lantai


No. Elemen Berat (ton) Volume (m³)
1 Kolom 1224.563 510.23
2 Balok 3585.88 1494.12
3 Wall 330.962 137.90
4 Plat Lantai 3258.048 1357.52
Total = 3499.77

Jika diasumsikan biaya pekerjaan beton bertulang per m3 adalah Rp 2.500.000, maka
estimasi biaya pekerjaan struktur adalah = Volume pekerjaan x harga satuan
= 3499,77 x Rp 2.500.000
= Rp 8.749.425.000

Ebook yang asli hanya bisa didapatkan di : www.engineerwork.blogspot.com 114


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Bangunan Gedung. Yayasan Badan
Penerbit PU, Jakarta.

Anonim, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-
2002. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Anonim, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.

Anonim, 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1726- 2002. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Asroni, A. 2010. Kolom Fondasi dan Balok T Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Dewobroto, W., 2007. Aplikasi Perencanaan Konstruksi dengan SAP 2000. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Imran, I., Hendrik, F., 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa.
Penerbit ITB. Bandung.

McCormac, Jack C., 2003. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima. PT Gelora Aksara Pratama.
Bandung.

Nasution, A. 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Penerbit ITB. Bandung.

Satyarno I., Purbolaras N., R. Indra PP., 2012. Belajar SAP 2000 Analisis Gempa. Zamil
Publishing. Yogyakarta.

Tavio., Benny Kusuma , 2010. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding Struktur
Beton Bertulang Tahan Gempa. Penerbit ITS. Surabaya.
TENTANG PENULIS

Muhammad Miftakhur Riza adalah seorang owner dan perencana


struktur pada perusahaan ARS GROUP (Azza Reka Struktur). Profesinya
di dunia rekayasa dimulai sejak menjadi menjadi mahasiswa teknik sipil di
Universitas Gadjah Mada tahun 2009, berkat bimbingan dan motivasi dari
Ir. Hotma Prawoto, MT dan Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D.
Pengalaman- pengalaman tentang proyek yang pernah Penulis kerjakan dan hasil
pembelajarannya ia tuliskan dalam blog : www.engineerwork.blogspot.com. Ebook ini juga
hanya dijual di website tersebut dan lebih dari 10% dana yang terkumpul akan
disumbangkan.

Contact : riza.inc@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai