Anda di halaman 1dari 21

[Grab your reader’s attention with a great quote from the document or use this space to

Departemen Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2023

PANDUAN
PEMODELAN
Kolom dengan Sambungan Grouted Sleeve
menggunakan Program 3DNLFEA

Disusun Oleh:
Rizky Tri Amalia

Dosen Pembimbing:
Harun Alrasyid, ST, MT, Ph.D.
I. PENDAHULUAN
Buku panduan sederhana ini dibuat untuk memudahkan para pembaca melakukan
pemodelan tiga dimensi kolom beton bertulang dengan sambungan grouted sleeve (GS).
Pemodelan dilakukan menggunakan program 3DNLFEA yang terbagi menjadi dua tahap
yaitu praprosesor dan posprosesor. Praprosesor berisi hal yang perlu dipersiapkan sebelum
model dianalisa seperti pembuatan geometri, pendefinisian material, dan kondisi batas.
Sedangkan posprosesor berisi hal apa saja yang ingin dianalisa setelah hasil pemodelan
keluar, contohnya deformasi kolom, pelelehan tulangan, kurvatur kolom atau analisa
panjang sendi plastis kolom. 3DNLFEA menggunakan program SALOME sebagai
praprosesor dan ParaView sebagai posprosesor.
Sebagai bentuk pengenalan, GS sendiri merupakan salah satu tipe sambungan
mekanis yang saat ini banyak digunakan di dunia konstruksi sebagai penyambung tulangan
longitudinal. Grouted sleeve umumnya diaplikasikan pada bagian sendi plastis seperti
hubungan kolom-balok dan kolom-pondasi. Model GS biasa kita kenal dengan sebutan
coupler yang di-grouting dengan material mutu tinggi. Pada buku panduan ini diadopsi satu
contoh model kolom dengan GS dari tesis oleh penulis dengan nama kolom G6-P2-2-3-80.
Tujuan akhir modeling pada buku ini yaitu mengukur panjang sendi plastis kolom.
Tahapan mulai dari preprosesor hingga posprosesor akan diuraikan secara rinci pada bagian
setelah ini. Secara garis besar tahapan yang dimaksud digambarkan dalam flowchart di
bawah ini.

Gambar 1 Flowchart pemodelan

[Author] 2
II. PRAPROSESOR
Pada tahap ini kita akan mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam pemodelan mulai
dari geometri, material dan kondisi batas. Geometri akan dibuat melalui program SALOME
9.3.0, sedangkan material dan kondisi batas didefinisikan melalui program 3DNLFEA. Berikut ini
diuraikan tahapan yang diperlukan.

2.1 DATA KOLOM G6-P2-2-3-80


Sebelum membuat model kolom di SALOME, kita perlu mengetahui bentuk geometri
kolom yang digunakan. Kolom yang akan kita buat adalah kolom double curvature, kolom
dilengkapi dengan dua blok beton pada bagian atas dan bawah. Detail geometri kolom
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2 Detail geometri kolom


Selanjutnya, kita perlu mengetahui data umum kolom. Kolom yang digunakan dalam
buku ini yaitu kolom G6-P2-2-3-80. Penamaan pada kolom menunjukkan data yang
digunakan, untuk mempermudah data disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Data umum kolom
Properti Nilai
P/Agf’c 0,2
L/h 2
As/Ag 3%
f’c 80
Panjang kolom (b) 600 mm
Lebar kolom (h) 600 mm
Tinggi kolom (L) 1800 mm
Tebal selimut beton 40 mm
Diameter tulangan longitudinal 28 mm
Jumlah tulangan longitudinal 16 buah

[Author] 3
Properti Nilai
Mutu tulangan longitudinal 685 MPa
Diameter tulangan transversal 13 mm
Jarak antar tulangan transversal 100
Mutu tulangan transversal 785 MPa
P -0,3368421 N/mm2

Setelah mengetahui geometri dan material, sekarang kita perlu mendefinisikan kondisi batas
kolom seperti skema pembebanan dan letak tumpuan. Kondisi batas pada kolom
disederhanakan oleh penulis dari kondisi sebenarnya di lapangan. Berikut ini ilustrasi kondisi
batas yang digunakan.

Gambar 3 Kondisi batas kolom

II.2 PEMODELAN KOLOM DI SALOME 9.3.0


Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada pembuatan geometri kolom dengan
sambungan GS pada bagian ini. Untuk memudahkan pembaca maka langkah ini
dilengkapi dengan gambar proses pembuatannya.

1. Mulai pemodelan dengan mengubah tools menjadi Geometry.

[Author] 4
2. Mulai pembuatan kolom dengan perintah New Entity → Primitives → Box, kemudian
isi ukuran kolom 600x600x2400 mm.

3. Buat stub (blok beton) dan plat baja untuk pelatakan beban dengan cara yang sama,
namun letak posisinya disesuaikan dengan gambar kerja, cara memindahkannya
melalui perintah Operations → Transitions → Object (pilih yang ingin dipindah) →
tentukan dipindah dalam koordinat x, y, atau z.

[Author] 5
4. Selanjutnya, karena kita akan membedakan material beton di area GS maka kita perlu
membuat beton pada area tersebut. Caranya dengan membuat kotak-kotak kecil sesuai
dengan jumlah GS yang digunakan. Ukuran sisi kotak tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan diameter GS yang dipakai.

5. Pada setiap sisi kotak kecil tersebut kita perlu membuat Plane besar untuk kemudian
memotong kolom beton melalui New Entity → Basic → Plane. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk memudahkan proses meshing pada tahap akhir nanti. Jumlah Plane yang
dibuat sebanyak jumlah sisi GS yang digunakan.

[Author] 6
Selanjutnya, kita potong kolom dengan Operations → Boolean → Cut. Isi Main Object
dengan kolom yang sudah dibuat, dan Tool Object dengan seluruh Plane yang baru saja
kita buat.

Untuk bagian kolom kita perlu memisahkan bagian inti kolom dan cover. Cover dan
inti beton harus dibedakan dengan Group dengan New Entity → Group → Create
Group → Shape Type volume, Main Shape kolom beton, Geometrical parts of the
Second Shape dan Second Shape pilih bagian masing-masing untuk cover dan inti
beton.

6. Sekarang kita akan membuat tulangan, gambarkan tulangan dengan sebuah ‘titik’
dengan New Entity → Basic → Point, tentukan dahulu koordinat seluruh tulangan.
Kemudian, hubungkan seluruh ‘titik’ tersebut menjadi sebuah ‘garis’ dengan perintah
New Entity → Basic → Line, klik titik koordinat yang sudah dibuat.
Terdapat cara lain yaitu kita dapat membuat ‘garis’ dari ‘titik’ dengan perintah
New Entity → Generation → Extrusion.

[Author] 7
Buat tulangan secara lengkap seperti pada gambar di bawah ini, namun ingat kita
menggunakan GS maka tulangan di bagian GS harus dibedakan. Pasang Plane di sisi
atas dan bawah GS pada tulangan longitudinal kolom, kemudian gunakan lagi Cut
untuk memotongnya.

[Author] 8
7. Setelah semua part tulangan telah dibuat, perlu dibuat grup agar kita dapat
membedakan ukuran dan material masing-masing tulangan. Pilih New Entity → Group
→ Create Group → Shape Type line → Main Shape seluruh tulangan yang telah dibuat
→ Second Shape masing-masing lihat contoh di bawah ini.

GS : tulangan longitudinal yang terdapat GS


UP GS : tulangan longitudinal di atas GS
BOT GS : tulangan longitudinal di bawah GS
SK GS : tulangan transversal di area GS
SK LUAR GS : tulangan transversal di luar area GS
STUB : seluruh tulangan pada blok beton

8. Sama halnya dengan tulangan, elemen beton dan plat baja juga perlu dibuat grup sesuai
dengan kondisi batas dan materialnya.

[Author] 9
TP : top plate
GS : beton area GS
COVER : cover kolom
CORE : inti kolom tanpa beton di area GS
US : blok beton atas
BS : blok beton bawah
X : letak tumpuan arah x (pada permukaan)
Y : letak tumpuan arah y (pada permukaan)
Z : letak tumpuan arah z (pada permukaan)
DIS : letak penerapan displacement (pada
permukaan)
AX : pembebanan aksial (pada permukaan)

9. Tahap terakhir dari SALOME adalah meshing, pada contoh ini diterapkan tipe dan
ukuran mesh yang sama antara komponen garis (tulangan) dan komponen solid (beton
dan plat baja) klik Mesh → Create mesh → Geometry, pilih grup geometri yang sudah
dibuat → 3D Algorithm ‘Hexahedron’ – 2D ‘Quadrangle:Mapping’ – 1D ‘Wire
Dizcratisation’ → Hypothesis, isi ukuran mesh 50 mm.

[Author] 10
10. Hasil mesh akan berbentuk text dengan format DAT File, setiap komponen dalam grup
memiliki hasil sendiri. Kita perlu memisahkan file tulangan dan baja/beton untuk
memudahkan pemodelan di 3DNLFEA.

II.3 PEMODELAN KOLOM DI 3DNLFEA


Proses input data pemodelan 3DNLFEA dilakukan melalui Ms. Excel yang disediakan. Data
yang dimasukkan adalah data yang kita peroleh dari hasil akhir di SALOME yaitu hasil
meshing. Ingat, data yang kita butuhkan adalah dalam bentuk text. Pada buku ini diuraikan
tahapan dalam input data dan pengambilannya dari hasil SALOME.
1. Saat mulai pengisian data, ini adalah tampilan Ms. Excelnya. Terdapat beberapa lembar
yang harus diisi.

[Author] 11
2. Pertama, kita mulai dari yang paling mudah yaitu mengisi ‘2ACOORD’ lembar ini
berisi koordinat seluruh elemen solid baik baja maupun beton. Ambil data panjang
dari baris awal pada contoh text ini, kita akan blok data dari baris nomor 1 – 70857.

Klik Paste – Use Text Import Wizard – ‘Lengkapi’ Step 1-3 – Finish

[Author] 12
3. Kedua, ‘2BSTLCOORD’ diisi dengan koordinat seluruh elemen wire/tulangan.
Caranya sama dengan langkah sebelumnya. Kita akan mengambil data panjang pada
baris awal.

[Author] 13
4. Ketiga, ‘3AELEMENT_SOLID_SHELL_FRAME’ akan diisi dengan koordinat
elemen solid dan tipe materialnya. Ambil data yang mengikuti kolom pertama dengan
kode 308.

Masing-masing material ini didefinisikan pada bagian ‘1BMATERIAL’. Pada contoh ini
masing-masing elemen solid diisi dengan tipe material sebagai berikut:
Bagian elemen solid Tipe material
Core PISCESA_1
Cover PISCESA_2
Top plate MISES_1
Blok beton MISES_2
Beton pada bagian GS MISES 3

Berikut ini contoh pengambilan data dari koordint dengan kode 308.

[Author] 14
5. Keempat, ‘3CELEMENT_REBAR’ diisi tipe material tulangan baja dan ukuran
tulangannya. Data yang diambil adalah yang mengikuti kolom pertama dengan kode
102. Sama halnya dengan langkah sebelumnya, setiap tulangan baja juga berbeda-beda
mutunya.

Pada kolom contoh ini, masing-masing elemen tulangan diisi dengan material sebagai
berikut:
Bagian elemen rebar Tipe material
Tul. longitudinal area GS BAR_UNSYM_2
Tul. longitudinal di luar area GS BAR_UNSYM_1
Tul. transversal BAR_CUSTOM_2
Tul. blok beton BAR_BILINEAR_1

Berikut ini contoh pengambilan data dari koordint dengan kode 308.

[Author] 15
6. Kelima, ‘4CTRACTION_LOAD’ akan diisi dengan pembebanan. Lihat Gambar 3,
pada model ini beban yang diterapkan adalah beban aksial dan perpindahan. Tahap
pertama kolom diberi beban aksial secara bertahap hingga nilainya setara 0,1Agf’c,
kemudian kolom diberi perpindahan. Karena beban aksial diberikan pada permukaan
plat baja maka kita perlu mengisi ‘4CTRACTION_LOAD’

Ingat, letak beban diberikan pada permukaan plat baja, maka nodal yang diambil adalah
dengan kode 204. Pada contoh ini beban diberikan pada arah ‘z’ negatif, maka yang
diisi adalah Z-VAL. Besar nilai yang diberikan yaitu sebesar 0,1Agf’c dibagi luas
permukaan pelat baja dibagi 2000 tahap (anda dapat menentukan jumlah tahap sendiri).

Contoh pengambilan data dengan kode 204:

[Author] 16
7. Keenam, kita perlu mengisi ‘5RESTRAINT’, dalam lembar ini kita menentukan
model dikekang pada bagian mana dan arah apa. Sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 3 sebelumnya, penerapan pengekangan seperti di bawah ini. Nomer nodal
yang diambil ada pada kolom pertama file text yang diikuti dengan nomor-nomor
panjang.

Contoh pengambilan datanya nya seperti di bawah ini:

[Author] 17
8. Kondisi batas selanjutnya adalah pemberian displacement (lihat Gambar 3), oleh karena
itu kita perlu mengisi lembar ‘6DISPLACEMENT’. Sesuai geometri, perpindahan
diberikan searah ‘x’ dengan nilai 0,1 (anda dapat menentukan nilai perpindahan
sendiri).

[Author] 18
Sama dengan langkah sebelumnya, nodal yang diambil ada pada kolom pertama.

9. Kedelapan, isi lembar ‘1BMATERIAL’ dengan tipe material yang digunakan pada
langkah ‘ketiga dan keempat’. Beberapa catatan pada model ini yaitu:

→ Pelat baja
→ Blok beton
→ Beton bagian GS

1) Pelat baja menggunakan material yang sangat kuat dengan modulus elastisitas (ES) yang
sangat besar.
2) Blok beton didefinisikan dengan material dengan ES setara beton yang digunakan.
3) Beton pada bagian GS menggunakan material yang sangat lemah dengan ES yang sangat
kecil.

[Author] 19
Ingat, kita tidak memodelkan geometri GS secara spesifik, maka kita harus
menyesuaikan karakteristik GS itu sendiri. Pertama, beton pada bagian GS tidak dapat
kita hilangkan jadi kita beri material yang paling lemah. Kedua, tulangan pada bagian
GS mendapatkan efek tekan dari beton pada kondisi sebenarnya, maka kita hitung
seberapa besar tegangannya terhadap tulangan (Contoh ada pada lampiran). Tegangan
tersebut mengurangi tegangan tulangan longitudinal di area GS.

10. Kesembilan, kita isi lembar ‘1ASUMMARY’. Untuk load sequences, kita isi ditahap
pertama dengan beban aksial, dan tahap kedua dengan pemberian displacement.

[Author] 20
Cek, boundary condition apa sudah sesuai dengan tahap ‘keenam dan ketujuh’,
apabila tidak sesuai maka model tidak dapat diproses.

11. Terakhir, kita buka program 3DNLFEA → execute model → pilih file Ms. Excel
yang telah kita isi dengan lengkap. Apabila data yang diisi telah benar, maka model
dapat dijalankan/analisa.

[Author] 21

Anda mungkin juga menyukai