PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini.Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan
(Prawirohardjo., 2009).
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah
bagi ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi
puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan
perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan
kematian (Cunningham, 2005).
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual, misalnya disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera
bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus
menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan
memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan
1 pada KPD kehamilan
kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.
Oleh sebab itu, asuhan kebidanan yang tepat sangat diperlukan agar
penanganan KPD dapat sesuai dengan keadaan yang ada dan memperkecil
resiko terjadinya komplikasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan KPD(Ketuban Pecah Dini) menggunakan pola pikir ilmiah
melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney serta
mendokumentasikan asuhan kebidanan menggunakan catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori KPD
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
KPD menggunakan catatan SOAP
e. Melakukan pembahasan antara teori dan kasus yang diasuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak
4 kali. (Saifudin, 2006)
Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
a) Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(Sarwono P,. 2009).
Table 2.1 Skor Bishop
Skor
Faktor
0 1 2
16
Tabel. 2.2 Penatalaksanaan ketuban pecah dini.
17
19
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
Sua A UK Pen Jeni Pnlg Tm Pen JK BB/P H M Abnor Lakt Peny
o
mi nk y s pt y B malitas asi
1
2
Paritas
- Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi
cairan amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat
persalinan sebelumnya.
Riwayat persalinan (bad history)
- Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat
keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya
riwayat laserasi serviks menyusul pelahiran pervaginam atau
melalui operasi sesar, adanya pembukaan serviks berlebihan
disertai kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya,
ibu berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester
pertama atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi
sejumlah besar jaringan serviks (conization) (Varney, 2006).
Jarak kelahiran yang dekat.
- Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami
ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko akan
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan berikutnya
(Cunningham,2006).
Pernah mengalami Ketuban pecah dini sebelumnya.
- Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
wanita yang telah mengalami ketuban
20 pecah dini akan lebih
beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya (Cunningham, 2006).
Kehamilan kembar.
- Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya
disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi
hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan
keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan
dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah (Varney,
2006).
7. Riwayat Kontrasepsi:
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.
8. Data Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Defesiensi vitamin C.
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan
pemeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang
dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai
elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C
dalam darah ibu.
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas Aktivitas berkurang
Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal
ini berhubungan dengan pengeluaran air ketuban.
Personal hygiene Adanya Flour albus
Keputihan pada kehamilan juga dapat terjadi akibat
21
adanya pertumbuhan berlebihan sel-sel jamur yang
dapat menimbulkan infeksi didaerah genital.
Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa
kehamilan akan meningkatkan resiko persalinan
prematur dan ketuban pecah dan janinnya juga
mengalami infeksi (Ocviyanti, 2010).
Kebiasaan
Seksualitas Koitus pada trimester 3 > tiga kali.
Frekuensi koitus pada trimester ketiga kehamilan
yang lebih dari tiga kali seminggu diyakini berperan
pada terjadinya ketuban pecah dini, hal ini berkaitan
dengan kondisi orgasme yang memicu kontraksi
rahim, namun kontraksi ini berbeda dengan
kontraksi yang dirasakan menjelang persalinan
untuk untuk mengurangi resiko kelahiran preterm
maupun ketuban pecah. (Seno, 2008)
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5 ºC – 37,5 ºC
Pernapasan : 16- 20 x/menit
Antropometri :
Tinggi Badan : > 145 cm
Berat Badan Sebelum Hamil
Berat Badan Sekarang
Ukuran lila : > 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut
tampak kuat, distribusi rambut tampak merata
dan tekstur rambut tampak lembut.
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat.
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva
tidak tampak pucat, dan sklera tidak tampak
kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak
tampak caries dentis, tidak tampak stomatitis,
geraham tampak lengkap, lidah tampak bersih,
tidak tampak pembesaran tonsil.
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret.
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak
tampak pembesaran tonsil, tidak tampak
peradangan faring,
23 tidak tampak pembesaran
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas : Reflek trisep dan bisep normal, reflek
patella dan babinski normal.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas
lakmus merah menjadi biru.
b. Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm 3
kemungkinan ada infeksi.
c. USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan,
letak janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air
ketuban.
d. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan
janin secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada
infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin
akan meningkat.
e. Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin -
sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk
mengevaluasi kematangan paru janin. (Arief Monsjoer, dkk,
2001)
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan dan informed consent kepada ibu dan
keluarga
R/ informed consent berupa penjelasan mengenai pemeriksaan
fisik,dan pemantauan kemajuan persalinan adalah hak klien (Varney,
2007)
2. Jelaskan pada ibu bahwa janinnya harus segera dilahirkan
R/ mengurangi kecemasan ibu dan menginformasikan tindakan yang
akan dilakukan
3. KIE ibu untuk miring ke kiri
R/ Berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan pada vena cava
inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan dapat
membantu mempercepat penurunan 28bagi terendah janin (Varney,
2007).
4. KIE ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
R/ makan dan cairan yang cukup dapat member energy (Varney,
2007).
5. KIE ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
R/ kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat
proses persalinan (Varney, 2007).
6. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam penatalaksanaan KPD :
R/ agar penanganan pada pasien sesuai dengan kondisinya.
Penatalaksanaan pada kasus KPD dengan usia kehamilan > 37 minggu
yaitu penatalaksanaan aktif. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan
serviks(menggunakan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(Sarwono P,. 2009).
7. Observasi KU, kesejahteraan janin, kemajuan persalinan sesuai
partograf.
R/ partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan (Varney,
2007)
8. Observasi suhu rektal tiap 3 jam
R/ mengetahui keadaan klien
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
29 klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata/Identitas
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. S
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : swasta
Alamat : Jl. Giri Mulyo Rt 16
5. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 01 0ktober 2014.
Usia kehamilan ibu sekarang menginjak 39 minggu .
Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama haid 6-7 hari, setiap harinya
2-3x ganti pembalut, warna darah merah, encer, kadang bergumpal.
7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB.
Aktivitas Ibu tidak bekerja, ibu rumah Ibu beristirahat di tempat tidur.
tangga mengurus pekerjaan rumah
dan anak. Ibu tidak pernah bekerja
berat.
Istirahat Tidur siang 1-2 jam, Sejak masuk Rumah Sakit Ibu
Tidur malam selama 7- 8 jam. hanya bisa beristirahat, bukan
tidur. Karena ibu mulai
merasakan kencang – kencang
pada perutnya
Eliminasi Ibu BAB 1x/hari lancar, BAB : belum ada ketika ibu
konsistensi lembek, warna kuning masuk RS
BAK 4-5x/hari, lancar, warna agak BAK : ibu buang air kecil sdah 1
sedikit keruh namun tidak ada kali .
keluhan
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Antropometri
Berat Badan Sebelum Hamil : 49 Kg
Berat Badan Sekarang : 64 Kg
Tinggi Badan : 157 cm
LILA : 27 cm
TTV
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 25 x/menit
Suhu : 36,6 o C
Palpasi
TFU Mc. Donald : 30 cm
Leopold I : TFU : Pertengahan Pusat – Proxesus
Xifoideus
: Difundus teraba lunak, kurang bulat,
kurang melenting
Leopold II : Di sebelah kanan teraba keras, panjang
seperti papan dan teraba bagian terkecil
janin di sebelah kiri
Leopold III : Di SBR teraba keras, bulat, melenting
: Bagian ini 35
sudah tidak dapat digoyangkan
lagi
Leopold IV : Divergen
Genetalia
Pemeriksaan dalam :
Tanggal : 01 Juli 2015 Pukul 09.30 WITA
Pembukaan 1 cm, portio teraba lunak tebal, ketuban mengalir, penurunan
kepala di H I (Pemeriksaan dilakukan oleh pegawai Ruangan – IGD yang
dinas pagi)
Auskultasi
DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 143 x/menit, terletak di
kuadran kanan bawah
Ekstrimitas
Atas : Tidak oedem, terdapat vemflon pada tangan kanan, tidak
bengkak, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Bawah : Tampak oedem, tidak ada varises.
3. Pemeriksaan Penunjang
Protein Urine +
Pemeriksaaan Lakmus pH = 7
Pembukaan 1
A.
Diagnosis : GIP0000 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase laten
dengan KPD
Janin tunggal hidup, intrauterine
Diagnosis Potensial :
Ibu :
- Partus lama 36
- Infeksi
- Korioamnionitis
Janin :
- Infeksi janin
- Prolaps tali pusat
37
38