Anda di halaman 1dari 14

B.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan


Kpd ( Ketuban Pecah Dini)

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Usia <20 dan >35 tahun
Beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini.
(Mochtar,2011).
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan Ibu dan Suami
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang
kurang akan meningkatkan insiden KPD.
Alamat :
2. Keluhan Utama :
 Keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina
 Cairan vagina berbau amis(tidak seperti bau
amoniak)
 Demam ata menggigil, nyeri pada perut
dicurigai amnionitis (Saifuddin, 2002).

20
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit infeksi : flour albus, karena infeksi oleh
kandidiosis vaginalis, vaginosisbakterial dan trikomoniasi.
(Cunningham, 2006).
 Penyakit kelainan alat kandungan (uterus) : Inkompetensi
serviks
Didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk
mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua.
Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain
seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus
merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada konisasi,
produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks
pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik (Sarwono, 2008).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan keluhan
sampai dengan pengkajian saat ini.
 Kapan ibu mulai merasakan adanya pengeluaran cairan
melalui vagina ?
 Apakah cairan tersebut merembes atau mengalir deras ?
 Apakah cairan tersebut berbau amis dan tidak seperti bau
urine?
 Apakah ibu mengalami demam/menggigil ?
 Apakah ibu merasakan nyeri, pengeluaran lender darah dan
kontraksi yang semakin meningkat ?

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

21
5. Riwayat Menstruasi : HPHT
HPHT merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
tafsiran partus.
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu
sebagian besar KPD adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak ( Ida Bagus, 2001)
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
Sua A UK Pen Jeni Pnlg Tm Pen JK BB/P H M Abnor Lakt Peny
o
mi nk y s pt y B malitas asi
1
2

Paritas
- Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan
amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan
sebelumnya.

Riwayat persalinan (bad history)


- Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat keguguran
pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya riwayat laserasi
serviks menyusul pelahiran pervaginam atau melalui operasi sesar,
adanya pembukaan serviks berlebihan disertai kala dua yang
memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu berulang kali
mengalami abortus elektif pada trimester pertama atau kedua, atau
sebelumnya ibu mengalami eksisi sejumlah besar jaringan serviks
(conization) (Varney, 2006).
Jarak kelahiran yang dekat.

22
- Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami
ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko akan
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan berikutnya
(Cunningham,2006).
Pernah mengalami Ketuban pecah dini sebelumnya.
- Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang
telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko
mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi
membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang
semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006).
Kehamilan kembar.
- Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan
oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena
itu, akan sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam
mengamati gejala yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-
tanda ketuban pecah (Varney, 2006).

7. Riwayat Kontrasepsi:
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.

8. Data Fungsional Kesehatan

23
Pola Keterangan
Nutrisi Defesiensi vitamin C.
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan
pemeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang
dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai
elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C
dalam darah ibu.
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas Aktivitas berkurang
Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal
ini berhubungan dengan pengeluaran air ketuban.
Personal hygiene Adanya Flour albus
Keputihan pada kehamilan juga dapat terjadi akibat
adanya pertumbuhan berlebihan sel-sel jamur yang
dapat menimbulkan infeksi didaerah genital.
Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa
kehamilan akan meningkatkan resiko persalinan
prematur dan ketuban pecah dan janinnya juga
mengalami infeksi (Ocviyanti, 2010).

Kebiasaan
Seksualitas Koitus pada trimester 3 > tiga kali.
Frekuensi koitus pada trimester ketiga kehamilan
yang lebih dari tiga kali seminggu diyakini berperan
pada terjadinya ketuban pecah dini, hal ini berkaitan
dengan kondisi orgasme yang memicu kontraksi
rahim, namun kontraksi ini berbeda dengan
kontraksi yang dirasakan menjelang persalinan
untuk untuk mengurangi resiko kelahiran preterm
maupun ketuban pecah. (Seno, 2008)

24
9. Riwayat
Psikososiokultural
Spiritual :
 Riwayat Pernikahan : pernikahan keberapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak.
 Kehamilan direncanakan/tidak : Bagaimana respon klien dan
keluarga terhadap kehamilan, kehamilan direncanakan atau
tidak, diterima atau tidak.
 Bagaimana adat istiadat yang ada dilingkungan keluarga
sekitar. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.
 Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan
masyarakat yang merugikan atau memberikan pengaruh negatif
pada kehamilan ibu.

B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5 ºC – 37,5 ºC
Pernapasan : 16- 20 x/menit

Antropometri :
Tinggi Badan : > 145 cm
Berat Badan Sebelum Hamil
Berat Badan Sekarang

25
Ukuran lila : > 23,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut.
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat.
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak
tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak
polip, tidak tampak peradangan
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis, geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil.
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret.
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring,
tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tampak pengeluaran colostrum, areolla tampak
hyperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak tampak
retraksi.
Abdomen : tampak pembesaran, tampak linea nigra, tampak striae
albican, tidak tampak bekas operasi.

26
Genetalia : Tidak tampak oedem dan varices. Tampak
pengeluaran cairan merembes.
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak
tampak varices.

Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening.
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa, konsistensi teraba
padat berisi.
Abdomen : TFU Menurut Mc-Donald :
Menggunakan Midline
26 cm= 28 minggu UK
30 cm = 32 minggu UK
33cm = 36 minggu UK ( Obstetri fisiologi,1983: 164)
Kelainan letak janin misalnya letak lintang, sehingga tidak
ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah (Sualman, 2009).
 Leopold I : TFU menggunakan Jari :
UK 28 minggu teraba 3 jari atas pusat
UK 32 minggu teraba pertengahan PX-Pusat
UK 36 minggu teraba 3 jari bawah PX
UK 40 minggu teraba pertengahan PX-Pusat (obstetri
fisiolofi ,1983; 162)
Pada fundus tidak teraba teraba bagian janin.
 Leopold II : Teraba bagian lunak, kurang bulat, dan
kurang melenting.(Bokong) pada sebelah kanan/kiri ibu

27
dan sebaliknya teraba bagian keras, bulat dan melenting
(Kepala).
 Leopold III dan Leopold IV : tidak ditemukan bagian
janin, kecuali pada saat persalinan berlangsung dengan
baik dapat teraba bahu didalam rongga panggul. Bila pada
bagian depan perut ibu teraba suatu daratan keras yang
melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada
bagian perut ibu teraba bagian-bagian yang tidak beraturan
atau bagian kecil janin berarti punggung posterior.
Penurunan kepala janin:
 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simfisis pubis.
 4/5 : jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
 3/5 : jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
 2/5 : jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga pangul.
 1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk kedalam rongga panggul.
 0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk kedalam rongga panggul.
TBBJ : TFU-11(divergen) atau 12(konvergen) x 155
TBBJ > 4000 gram (William, 2001)

28
Janin makrosomia beresiko tinggi mengalami ketuban
pecah dini . Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan
massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan
sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam
mengamati gejala yang berhubungan dengan tanda-tanda
ketuban pecah (Varney, 2006).
Kontraksi uterus (HIS) : tidak ada kontraksi.
Pasien dengan KPD tidak sedang dalam masa persalinan,
tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus
Genetalia :
Pemeriksaan dalam : tidak ada pembukaan
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan
dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan
bagian presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps
tali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas
berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk
melahirkan.

Ekstremitas : Tidak teraba oedem dan cavilari refil kembali


dalam waktu <2 detik.

Auskultasi
Dada : Irama jantung teratur, Frek:…. x/m
Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Abdomen : DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-
160 x/menit, interval teratur tidak lebih dari 2 punctum maximal, 2
jari bawah pusat (kuadran bawah kiri/kanan) (Mochtar, 1998)

Perkusi

29
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas : Reflek trisep dan bisep normal, reflek patella
dan babinski normal.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru.
b. Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm 3
kemungkinan ada infeksi.
c. USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan,
letak janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air
ketuban.
d. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin
secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi
intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin akan
meningkat.
e. Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin -
sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi
kematangan paru janin. ( Arief Monsjoer, dkk, 2001)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G..PAPAH UK .... Minggu... Hari ,Inpartu Kala I Fase Laten
atau Aktif (Akselerasi, Dilatasi Maksimal, Deselerasi) dengan KPD, Janin
tunggal hidup (intrauterine/ekstrauterine).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


1. Ibu :
a. Partus lama

30
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi
persalinan sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk
meningkatkan pembukaan serviks.
b. Infeksi
c. Korioamnionitis
akibat jalan lahir telah terbuka, apalagi bila terlalu sering dilakukan
pemeriksaan dalam. (Prawirohardjo, 2009)
2. Janin :
a. Prematuritas (Nugroho, 2012)
b. Infeksi janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus
urinarius dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis (Sualman, 2009)
c. Prolaps atau keluarnya tali pusat (Nugroho, 2012)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
KALA I
1. Jelaskan hasil pemeriksaan dan informed consent kepada ibu dan keluarga
R/ informed consent berupa penjelasan mengenai pemeriksaan fisik,dan
pemantauan kemajuan persalinan adalah hak klien (Varney, 2007)
2.    Jelaskan pada ibu bahwa janinnya harus segera dilahirkan
R/ mengurangi kecemasan ibu dan menginformasikan tindakan yang
akan dilakukan

31
3.     KIE ibu untuk miring ke kiri
R/ Berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan pada vena cava
inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan dapat
membantu mempercepat penurunan bagi terendah janin (Varney, 2007).
4. KIE ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
R/ makan dan cairan yang cukup dapat member energy (Varney, 2007).
5. KIE ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
R/ kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat proses
persalinan (Varney, 2007).
6. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam penatalaksanaan KPD :
R/ agar penanganan pada pasien sesuai dengan kondisinya.
Penatalaksanaan pada kasus KPD dengan usia kehamilan > 37 minggu
yaitu penatalaksanaan aktif. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks(menggunakan
misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. (Sarwono
P,. 2009).
7. Observasi KU, kesejahteraan janin, kemajuan persalinan sesuai
partograf.
R/ partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan (Varney, 2007)
8. Observasi suhu rektal tiap 3 jam
R/ mengetahui keadaan klien

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

32
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

33

Anda mungkin juga menyukai