8
terbiasa menerima dan memahami
informasi yang diberikan. Sehingga ibu
hamil dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi akan lebih mudah memahami
informasi kesehatan tentang kehamilan
dan berpikir lebih rasional dalam
menghadapi masalah pada kehamilan
yang salah satunya mengarah pada
kejadian preeklampsia (Andriyani, 2012;
Astuti, 2016; Nurhasanah & Indriani,
2017).
9
tekanan darah serta gejala subjektif seperti pusing dan gangguan
penglihatan (Chapman dan Charles, 2013).
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda
(warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya
perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi
organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting
tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu diketahui adalah
apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti
jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi/dipotensi dan
hepatitis (Romauli, 2011).
10
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang
tidak mempunyai riwayat keturunan preeklampsia (Saraswati dan
Mardiani, 2016).
5. Riwayat Menstruasi
Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi
antara lain yaitu menarche (usia pertama kali mengalami
menstruasi yang pada umumnya wanita Indonesia mengalami
menarche pada usia sekitar 12 sampai 16 tahun), siklus
menstruasi (jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari yang biasanya sekitar
23 sampai 32 hari), volume darah (data ini menjelaskan seberapa
banyak darah menstruasi yang dikeluarkan, biasanya acuan yang
digunakan berupa criteria banyak atau sedikitnya), keluhan
(beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi dan dapat merujuk kepada diagnose
tertentu. Riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya
membantu penepatan tanggal perkiraan yang disebut taksiran
partus. Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan
7 hari pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) atau dengan
mengurangi bulandengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1
tahun (Romauli, 2011).
6. Riwayat Obstetri
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
suami ank U Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Usia BB/PB H M Abnrmlts Lktsi Peny
K
1
2
a. Kehamilan
11
Dikaji untuk mengetahui primipara atau multipara,
berapa usia kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang
lalu (Hani, 2011).
Hasil penelitian Aidah et al. (2013) membuktikan
bahwa ibu hamil primipara memiliki kemungkinan 4-5 kali
lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan ibu hamil multipara bahkan grande multipara. Hal
ini dapat terjadi karena pada kehamilan pertama cenderung
terjadi kegagalan pembetukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta sehingga timbul respon imun yang tidak
menguntungkan yang mengarah pada preeklampsia.
Kehamilan kembar sebagai faktor resiko terjadinya
preeklampsia. Satu dari empat artikel tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan
kembar dengan kejadian preeklampsia (Agustin & Indriani,
2013).
Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa ibu hamil
yang tidak mengikuti ANC memiliki kemungkinan 17 kali
lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan ibu hamil yang mengikuti ANC (Saraswati &
Mardiana, 2016).
a. Persalinan
Dikaji untuk mengetahui penolong persalinan yang
lalu, jenis persalinan; SPontan, SC, forcep, atau vacuum
ekstraksi : tempat dilakukannya persalinan; penyulit yang
menyertai misalnya riwayat pre eklampsia pada kehamilan
yang lalu (Hani, 2011).
Bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia pada
kehamilan yang lalu berisiko 2 kali lipat pada kehamilan
yang selanjutnya (Chapman dan Charles, 2013).
12
b. Anak
Yang dikaji dari riwayat anak yaitu jenis kelamin,
hidup atau tidak, kalau meninggal berapa dan sebabnya
meninggal, berat badan waktu lahir (Marmi, 2014)
7. Riwayat Kontrasepsi
Dikaji untuk mengetahui jenis kontrasepsi apa yang
digunakan klien, dengan jangka waktu selama menggunakan
kontrasepsi tersebut, keluhan yang dialami, alas an berhenti serta
rencana metode kontrasepsi yang akan digunakan setelah
persalinan (Hani, 2011).
Menggunakan kontrasepsi hormonal dapat memicu
hipertensi pada klien yang memiliki riwayat hipertensi sehingga
berisiko terjadi Pre eklampsia (Chapman & Charles, 2013).
13
kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat memberi bimbingan
mengenai cara perawatan kebersihan diri diantaranya adalah mandi,
keramas, mengganti baju dan celana dalam dan kebersihan kuku
(Romauli, 2011).
Seksualitas Walaupun ini hal yang cukup pribadi bagi pasien, namun bidan
harus menggali data dari kebiasaan ini, karena terjadi beberapa
kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup
mengganggu pasien. Dengan teknik yang senyaman mungkin
bagi pasien, bidan dapat menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan aktivitas seksual seperti frekuensi berhubungan dalam
seminggu dan gangguan/keluhan apa yang dirasakan (Romauli,
2011).
14
Tradisi keagamaan yang merugikan dan masih dilakukan
oleh ibu dan keluarga yang dapat merugikan kesehatan ibu dan
janinnya.
B) Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Mengetahui kondisi pasien,
apakah dalam keadaan baik,
cukup atau lemah. Pada ibu
dengan preeklamsia biasanya
keadaan umumnya lemah
karena terjadi sakit kepala
yang menetap, nyeri ulu hati,
penglihatan kabur,
terhuyung-huyung, bahkan
mual muntah sampai tidak
nafsu makan (Mitayani,
2011).
Kesadaran : Pada kasus pre eklampsia
berat kesadaran ibu dapat
apatis dan paling baik
composmentis (Chapman dan
Charles, 2013).
15
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : Pada preeklamsia berat
biasanya terjadi peningkatan
tekanan darah 160/110
mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan
istirahat, kenaikan tekanan ini
disebabkan karena adanya
penyempitan lumen arteriole
sehingga sulit dilalui oleh
suatu sel darah merah, dan
apabila semua areoriola di
dalam tubuh mengalami
spasme/ penyempitan maka
tekanan darah parier agar
oksigen jaringan dapat
dicukupi (Mitayani, dkk,
2011).
Nadi : Denyut nadi klien dihitung
dalam 1 menit normalnya 80-
100 kali/menit (Hani, 2011).
Apabila terjadi kenaikan
denyut nadi dapat disebabkan
oleh adanya peningkatan
sensitifitas dari peredaran
darah. Hal tersebut
merupakan akibat dari
penyempitan pembuluh darah
yang mengarah pada pre
16
eklampsia berat (Chapman
dan Charles, 2013).
Pernafasan : Frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam 1 menit,
respirasi normal 20-25
kali/menit (Hani, 2011).
Suhu : Mengetahui suhu tubuh ibu,
diukur menggunakan
thermometer. Normalnya
suhu tubuh ibu adalah
36,20C-37,60C. Peningkatan
suhu menandakan adanya
infeksi (Mitayani,2011). suhu
tidak mempengaruhi
terjadinya preeklamsia berat.
Antropometri :
Tinggi badan : Ibu hamil dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm
tergolong resiko tinggi
(Romauli, 2011).
Berat badan : Ibu hamil dengan obesitas
memiliki kemungkinan 23
kali lebih besar ntuk
mengalami preeklampsia
dibandingkan ibu hamil yang
tidak obesitas. Obesitas
disebabkan karena banyak
faktor seperti faktor genetik,
gangguan metabolik, dan
konsumsi makanan yang
berlebihan. Semakin gemuk
17
seseorang maka jumlah darah
yang ada pada tubuh juga
akan semakin banyak sehigga
akan semakin berat juga
fungsi pompa jantungnya
yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.
Jika hal ini berlangsung terus
menerus tanpa penanganan,
maka hal ini dapat engarah
pada terjadinya preeklampsia.
(Nurhasanah & Indriani,
2017; Yani & Suyani, 2017)
18
Wajah : Pada pasien pre eklampsia biasanya terjadi edema
pada wajah (Chapman dan Charles, 2013).
Mata : Dikaji untuk mengetahui kesimetrisan bentuk
mata, warna konjungtiva (mera muda/ pucat),
warna sclera (putih/kuning). Pada kasus ini ibu
mengalami keluhan dengan pandangan menjadi
kabur dan edema pada palpebra merupakan tanda
dan gejala pre eklampsia (Chapman dan Charles,
2013).
Hidung : Untuk menilai bentuk hidung, apakah pernafasan
cuping hidung, dan menilai apakah ibumengalami
nafas cepat dan pendek, hal ini menandai adanya
edema paru. Edema paru disebabkan karena
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
intestinal yang mungkin adanya retensi air dan
garam (Marmi, 2011)
Mulut : Untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak, ada caries dentis atau tidak..
Telinga : Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya tanda
infeksi dan pengeluaran sekret.
Leher : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli,
2011).
Dada : Dikaji untuk mengetahui dada simetris atau tidak,
ada retraksi respirasi atau tidak.
Payudara : Normal bentuk simetris, hiperpigmentasi areola,
putting susu bersih dan menonjol (Romauli,
2011).
19
Abdomen : Ada/tidak luka bekas operasi, perut membesar
kearah membujut/tidak, terdapat linea nigra/tidak,
terdapat stirae gravidarum/tidak (Hani, 2011).
Leopold I : menentukan umur kehamilan
(berdasarkan TFU), menentukan bagian apa yang
berada di fundus, teraba bulat, lunak, dan kurang
melenting (bokong) posisi janin membujur (Hani,
2011).
Leopold II : menentukan bagian apa yang aa
dibagian kana/kiri perut ibu. Pada bagian kiri atau
kana perut ibu teraba lebar, keras (punggung) dan
bagian kecil janin (kaki dan tangan) (Hani, 2011).
Leopold III : menentukan bagian apa yang
terdapat di bawah apakah bagian bawah anai ini
sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul. Teraba keras, bulat dan melenting
(kepala) (Hani, 2011).
Leopold IV : berapa masuknya bagian bawah ke
dalam rongga panggul. Jika jari-jari tangan
bertemu (konvergen) kepala belum masuk PAP
dan jika jari-jari tangan saling menjauh
(divergen) berarti ukuran kepala terbesar sudah
melewati PAP (Hani, 2011).
TBJ : untuk mengetahui tafsiran berat janin
DJJ : sebelah kanan/kiri dibawah pusat, teratur,
kuat, frekuensi normal 120-160 kali/menit (Hani,
2011).
Genetalia : Dikaji apakah adanya kandilomakuminata, dan
diraba adanya infeksi kelenjar bartolini dan
skiene atau tidak (Tambunan dkk, 2011).
20
Anus : Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau
tidak(Tambunan dkk,2011).
Ekstremitas :
Atas :Apakah ada edema/tidak, jari
lengkap/tidak, ada kelainan/ tidak.
Jika terjadi edema mengarah pada
tanda gejala preeclampsia (Hani,
2011)
Bawah :Apakah ada varices/ tidak, edema/
tidak, jari lengkap/ tidak, ada
kelainan/ tidak. Pada ibu dengan
preeklamsia berat biasanya terjadi
hiper refleksia dan klonus pada kaki
(Mitayani, 2011).
3. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan Laboratorium
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
21
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : G..Papah usia kehamilan ….. minggu dengan pre
eklampsia berat, janin tunggal hidup, intra uterine.
Masalah : Pada kasus ibu dengan pre-eklampsia berat
umumnya mengeluh nyeri epigastrium,
penambahan berat badan yang berlebihan,
kenaikan tekanan darah serta gejala subjektif
seperti pusing dan gangguan penglihatan
(Chapman dan Charles, 2013).
22
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang
diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius
dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan
keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam
pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami
perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami
kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan
darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi
inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau
bahkan kematian.
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien.
23
Rasional : Penjelasan mengenai pemeriksaan fisik merupakan hak
klien (Romaulli, 2011)
2. Lakukan observasi ketat pada keadaan ibu dan janin.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaan ibu dan janin
sehingga dapat menentukan tindakan yang dibutuhkan
dalam keadaan ini (Romaulli, 2011)
3. Anjurkan ibu untuk tirah baring.
Rasional : Melakukan perbaikan keadaan umum ibu dan memudahkan
untuk melakukan pemantauan ketat (Romaulli, 2011)
4. Observasi suhu setiap 2 jam pada fase laten dan 1 jam pada fase aktif,
serta nadi, DJJm dan kontraksi setiap 60 menit pada fase laten dan 30
menit pada fase aktif.
24
9. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan Sectio Caesaria.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
25