Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2021
Tn BTS, 50 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat di Puskesmas dengan
keluhan nyeri dada sejak 2 jam yang lalu. Nyeri dirasa seperti ditindih benda berat
pada tengah dada hingga tembus ke belakang dan menjalar ke rahang pasien, serta
disertai dengan keringat dingin dan mual muntah. Pasien memiliki riwayat merokok
sejak 35 tahun yang lalu, lebih dari 10 batang per hari. Riwayat penyakit Diabetes
Melitus diketahui sejak 5 tahun terakhir namun hanya minum obat herbal ramuan
istri. Riwayat hipertensi dan dislipidemia tidak diketahui. Pasien 1 tahun yang lalu
merasakan nyeri dada yang sama namun pasien berobat ke mantri dan diberi obat
herbal. Pasien tidak mengetahui secara jelas riwayat penyakit orang tuanya. Ibu
pasien ditemukan meninggal di tempat tidur pada usia 55 tahun.
I. Terminologi
1. Obat herbal
2. Dislipemia
3. IGD
4. Hipertensi
5. Diabetes militus
Definisi
1. Obat herbal adalah sebagai bahan baku atau sediaan yang berasal
dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa
bahan mentah atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut
yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau lebih.1
2. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan kolesterol total, trigliserida, Low Density Lipoprotein (LDL)
serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL), yang
menyebabkan terjadi penurunan enzim antioksidan dan peningkatan
peroksidasi lipid, yang berperan pada proses terjadinya aterosklerosis. 2
3. IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah
sakit)/lanjutan (bagi pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan
lain), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.3
4. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah
di 130/80 mmHg atau lebih.4
5. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis.
DM adalah penyakit gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis atau
menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup
akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya atau keduanya.5
III. Hipotesis
1. Rasa nyeri pada dada satu dari penyebab dari keringat dingin atau muntah
tetapi lebih kepada deretan gejala pada penyakit serangan jantung.6
4. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah
ke otot jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh
insufisiensi aliran darah koroner. Jadi penyebab utamanya karena kesalahan
pada pembuluh darah terutama arteri yang mengirim pasokan oksigen ke
otot jantung yang dinamakan arterokelrosis. Pengerasan dinding pembuluh
darah atau arteroklerosis dapat terjadi ketika adanya penumpukan lemak
yang terdiri dari lipoprotein atau zat yang didapatkan dari protein dan
lemak, kolesterol, dan sisa sel limbah lainnya di dalam dinding arteri bagian
dalam. Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana kolestrol dalam darah
meningkat dan dapat menyebabkan arteroklerosis. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi jangka panjang juga dapat menyebabkan timbulnya keraj
atau plak pada arteri.6
Zat kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
arterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Bahan kimia dalam rokok juga
mengandung reactive oxygen species (ROS) yang menyebabkan terjadinya
nekrosis pada sel endotel pembuluh darah.
5. Gejala dan tanda-tanda yang dibutuhkan untuk penilaian langsung dan EKG
dalam presentasi 10 menit Ketidaknyamanan dada atau epigastrium, non
traumatis asal dengan komponen khusus untuk iskemia atau IM.12
1. Kompresi substernal pusat atau menghancurkan nyeri; sensasi tekanan,
sesak berat, kram, terbakar, sakit, gangguan pencernaan yang tidak
dapat dijelaskan, bersendawa, nyeri epigastrium, radiasi nyeri pada
leher, rahang, bahu, punggung atau satu atau kedua lengan.
2. Dispnea terkait, mual atau muntah, diaforesis.
3. Palpilasi, denyut nadi tidak teratur, atau dicurigai aritmia .12
Untuk semua pasien dengan risiko sedang hingga tinggi NSTEMI dan
STEMI
1. Cepat diberikan aspirin (160 sampai 325 mg) kecuali kalau diberikan
dalam 24 jam yang lalu.12
2. Klopidogrel (300 mg muatan dosis)
3. Beta-bloker oral untuk semua pasien tanpa kontraindikasi, saat stabil;
Betabloker IV untuk pasien dengan hipertensi atau takiaritmia tanpa
kontraindikasi; sebaliknya Beta-bloker tidak disarankan rutin
diberikan.12
6. Tes Kolesterol
a. Kolesterol Total.
Hasil yang tinggi akan meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner. Idealnya, kolesterol total harus di bawah 200 mg/dL atau
5,2 mmol/L.13
1. LDL : Terlalu banyak kolesterol LDL dalam darah akan
menyebabkan penumpukan plak di arteri yang mengurangi aliran
darah. Kadar kolesterol LDL harus kurang dari 130 mg/dL (3,4
mmol/L). Kadar yang ideal adalah di bawah 100 mg/dL (2,6
mmol/L), terutama jika terdapat diabetes atau riwayat serangan
jantung, pemasangan stent jantung, operasi bypass jantung,
atau kondisi jantung atau pembuluh darah lainnya. Pada orang
dengan risiko serangan jantung tertinggi, kadar LDL yang
direkomendasikan adalah di bawah 70 mg/dL (1,8 mmol/L). 13
2. HDL : Pada pria kadar kolesterol HDL harus di atas 40 mg/dL
(1,0 mmol/L) sedangkan wanita harus menargetkan HDL lebih
dari 50 mg/dL (1,3 mmol/L).13
3. Trigliserida : Kadar trigliserida yang tinggi artinya kalori
dikonsumsi lebih banyak daripada kalori yang dibakar. Hasil yang
tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kadar
trigliserida harus kurang dari 150 mg/dL (1,7 mmol/L).13
c. Lipoprotein (a).
Tingkat Lp(a) yang tinggi mungkin merupakan tanda peningkatan
risiko penyakit jantung, meskipun tidak jelas seberapa besar
risikonya. Dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan tes
Lp(a) jika terdapat aterosklerosis atau penyakit jantung yang
memiliki kadar kolesterol normal, atau jika memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit jantung dini, kematian mendadak atau
stroke.13
d. Plasma Ceramide.
Tes ini mengukur kadar ceramide dalam darah. Ceramide diproduksi
oleh semua sel dan memainkan peran penting dalam pertumbuhan,
fungsi dan akhirnya kematian banyak jenis jaringan. Ceramide
diangkut melalui darah oleh lipoprotein dan biasanya hal ini
berhubungan dengan aterosklerosis. Tiga ceramide spesifik telah
dikaitkan dengan penumpukan plak di arteri dan resistensi insulin,
yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Tingginya kadar ceramide
ini dalam darah adalah tanda risiko penyakit kardiovaskular yang
lebih tinggi dalam satu hingga lima tahun.13
f. Troponin T.
Troponin T adalah protein yang ditemukan di otot jantung. Mengukur
troponin T menggunakan tes troponin T sensitivitas tinggi membantu
mendiagnosis serangan jantung dan menentukan risiko penyakit
jantung. Peningkatan kadar troponin T telah dikaitkan dengan risiko
penyakit jantung yang lebih tinggi pada orang yang tidak memiliki
gejala.13
7. Nyeri menjalar dari dada sampai ke rahang atas atau subternal radiating
to neck and jaw merupakan gejala kelainan yang permanen pada
miokardium atau sering disebut Angina pectoris. Rasa nyeri yang
menjalar ini sering disebabkan oleh menurunnya aliran darah koroner
menuju otot jantung sehingga keseimbangan antara ketersediaan oksigen
dan kebutuhan oksigen terganggu. Angina pectoris juga bisa disebabkan
karena stress dan udara dingin.14
IV. Skema
Nyeri Dada
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
V. Sasaran Belajar
a) Angina tipikal.
b) EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk STEMI, depresi ST
atau inversi T yang diagnostik sebagai keadaan iskemia miokard, atau
LBBB baru/persangkaan baru.
c) Peningkatan Marka jantung.18
3. Faktor Risiko SKA
a) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko SKA dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi
umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga menderita PJK. Umur
merupakan prediktor independen untuk terjadinya SKA yang paling
kuat. Pada laki-laki, risiko meningkat setiap 10 tahun 10 peningkatan
umur. Pada wanita pre-menopause risiko SKA sebanding dengan risiko
laki-laki yang umurnya 10 tahun lebih muda. Akan tetapi risiko pada
wanita akan meningkat hingga menyamai risiko pada laki-laki setelah
menopause .
Berbagai studi menunjukkan bahwa riwayat keluarga mengalami PJK
pada usia lebih muda (prematur) merupakan faktor risiko independen
terjadinya PJK. Risiko relatif seseorang dengan riwayat keluarga
positif untuk mengalami PJK adalah berkisar antara 2x hingga 12x
lipat dibandingkan dengan populasi umum.5,17
b) Diabetes mellitus.
Diabetes melitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular. Hal ini didukung oleh banyak data epidemiologi yang
menunjukkan DM, baik tipe I maupun tipe II, sebagai faktor risiko
independen terjadinya PJK. Pasien dengan DM memiliki risiko 4x lipat
lebih tinggi untuk menderita PJK dibandingkan dengan populasi umum
. DM sering juga dikenal sebagai ekuivalen PJK oleh karena risiko
terjadinya infark miokard pada pasien DM sama dengan risiko
terjadinya infark berulang pada penderita PJK non DM . Peningkatan
risiko PJK disebabkan terutama oleh kondisi hiperglikemia pada
pasien DM. Faktor lain yang turut berperan adalah adanya
dislipidemia, kondisi protrombotik, serta hipertensi yang sering
menyertai penderita DM.5,17
c) Hipertensi.
Berbagai studi observasional telah menunjukkan bahwa tekanan darah
yang tinggi memiliki hubungan yang kuat terhadap risiko PJK.
Hubungan ini dijumpai baik pada usia tua maupun usia yang lebih
muda serta jenis kelamin laki-laki maupun wanita. Bahkan individu
yang memiliki sedikit peningkatan tekanan darah di bawah kriteria
hipertensi (tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan/atau diastolik
85-89 mmHg) diketahui memiliki peningkatan risiko untuk terjadinya
PJK. Pada penderita hipertensi terjadi peningkatan kadar angiotensin
II yang merupakan vasokonstriktor kuat yang berpengaruh terhadap
proses aterogenesis dengan menstimulasi pertumbuhan dari otot
polos. Hipertensi juga mempunyai aktivitas pro inflamasi,
meningkatkan pembentukan hidrogen peroksida, radikal bebas anion
superoxide dan radikal hidroksil pada plasma. Substansi tersebut akan
menekan pembentukan nitric oxide pada endotel sehingga terjadi
peningkatan adesi leukosit, serta meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.5,17
d) Hiperlipidemia.
Studi pada binatang maupun manusia menunjukkan bahwa kondisi
hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia dibutuhkan untuk terjadinya
proses aterogenesis. Studi epidemiologi mendapatkan kadar kolesterol
LDL (low density lipoprotein) yang tinggi memegang peranan penting
sebagai komponen 12 aterogenik yang utama. Infiltrasi dan retensi
kolesterol LDL memicu respon inflamasi pada dinding vaskular. Proses
oksidasi dan enzimatik memodifikasi kolesterol LDL menjadi LDL yang
teroksidasi (ox-LDL) di tunika intima dan menyebabkan pelepasan
fosfolipid. Fosfolipid mengaktivasi sel endotel terutama di tempat
terjadinya shear stress. Kondisi ini akan menginduksi sel endotel
untuk mengekspresikan molekul adesi leukosit dan gen inflamasi.
Molekul adesi leukosit mempengaruhi monosit dalam sirkulasi
terutama di bagian endotel teraktivasi untuk menempel dan
selanjutnya bermigrasi melewati inter-endothelial junctions menuju
subendotelial. Monosit/makrofag menangkap ox-LDL melalui reseptor
scavenger dan membentuk foam cell. Akumulasi lipid dan shear stress
inilah yang memicu proses inflamasi pada dinding arteri.5,17
e) Merokok.
Merokok telah sejak lama diketahui sebagai salah satu kontributor
terkuat terhadap risiko penyakit kardiovaskular khususnya PJK.
Hubungan antara merokok dengan risiko PJK adalah berbanding lurus
dengan banyaknya paparan (dose dependent). Merokok memicu
terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan stres oksidatif yang
menyebabkan terjadinya disfungsi endotel.5,17
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus
iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan
diagnosis banding. Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga
(S3), ronkhi basah halus, dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa
untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-
tanda regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaforesis, ronkhi
basah halus, atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap
SKA. Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak
seimbang, dan regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta
pneumotoraks, nyeri pleuritik disertai suara napas yang tidak
seimbang perlu dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis banding
SKA.18
c. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan foto polos dada. Tujuan pemeriksaan adalah untuk
membuat diagnosis banding, identifikasi komplikasi dan penyakit
penyerta.19
5. Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan
aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white
thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner,
baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang
menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi
pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang
berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium
mengalami nekrosis (infark miokard).18
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh
darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang
dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot
jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan
kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk,
ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak
plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun
trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah
Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi
pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak
aterosklerosis.18
6. Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis
kerja Kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang
gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau marka
jantung. Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat,
Aspirin (disingkat MONA), yang tidak harus diberikan semua atau
bersamaan.20
Tirah baring (Kelas I-C).20
Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi
O2 arteri <95% atau yang mengalami distres respirasi (Kelas I-C).20
Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6
jampertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri (Kelas IIa-
C).20
Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A). Aspirin tidak
bersalut lebih terpilih mengingat absorpsi sublingual (di bawah lidah)
yang lebih cepat (Kelas I-C).20
Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate).20
A. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien
STEMI yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen
fibrinolitik (Kelas I-B).20
B. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk
terapi reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat
reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel) (Kelas I-C).20
Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri
dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat (Kelas I-
C). jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian, dapat
diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga kali. Nitrogliserin
intravena diberikan pada pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga
dosis NTG sublingual (kelas I-C). dalam keadaan tidak tersedia NTG,
isosorbid dinitrat (ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti. 20
Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi
pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual
(kelas IIa-B).20
VII. Kesimpulan
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu kumpulan gejala klinis iskemia
miokard yang terjadi secara tiba-tiba akibat kurangnya aliran darah ke miokard
berupa angina, perubahan segmen ST pada elektrokardiografi (EKG) 12 lead,
dan peningkatan kadar biomarker kardiak dengan tanda & gejala seperti
regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah halus atau
edema paru . Faktor risiko SKA dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok,
yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja
kemungkinan yang mengarah pada SKA atau SKA atas dasar keluhan angina di
ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau marka
jantung. Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin
dan tidak harus diberikan semua atau bersamaan.
Daftar Pustaka