Anda di halaman 1dari 34

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I  

LAMBANG, BENDERA, ATRIBUT, SALAM, HYMNE DAN MARS ORGANISASI

Pasal 1

Lambang

Lambang KOPITU berbentuk lingkaran berwarna biru terdiri dari berbagai unsur memiliki arti sebagai berikut:

1. Bola Dunia warna biru : melambangkan UMKM Indonesia memiliki tujuan untuk Go Internasional dengan
melakukan kegiatan ekspor hasil produksi dalam negeri.
2. Lingkaran bentuk orang bergandengan mengelilingi bola dunia : melambangkan bahwa pelaku dan atau
penggiat UMKM Indonesia bergotong royong saling mendukung dan bersinergi untuk tujuan ekspor hasil
produksi dalam negeri.
3. Warna-warni lingkaran bentuk orang mengelilingi bola dunia : melambangkan bahwa pelaku/penggiat
UMKM Indonesia terdiri dari berbagai bidang hasil produksi seperti nelayan, petani, perkebunan, pengrajin,
petambak, dan lain sebagainya dan dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
4. Dua Telapak Tangan berdampingan : melambangkan bahwa KOPITU merupakan suatu wadah bagi
pelaku/penggiat UMKM yang akan memberikan dukungan dan bimbingan dalam kegiatan lokal maupun
ekspor dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga.

Pasal 2

Bendera

1. Bendera KOPITU dengan warna dasar putih dan ditengah-tengahnya terdapat lambang KOPITU dengan
warna biru.
2. Warna putih melambangkan ketulusan dalam pengabdian, sedangkan warna biru mencerminkan kebulatan
tekad untuk memperjuangkan keadilan atas dasar keserasian demi kelestarian UMKM dan Koperasi
sebagai salah satu unsur pendukung pembangunan negara dan rakyat Indonesia.
3. Bendera KOPITU berbentuk segi empat panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 3 : 2 dengan
terdapat lambang KOPITU ditengah-tengahnya.

Pasal 3

Atribut

1. Stempel Organisasi: Alas stempel, berbentuk lingkaran sesuai logo KOPITU


2. Kop Surat Organisasi: Dicetak dengan logo KOPITU disudut kiri atas dan tertera alamat kantor pusat
Komite di tengah atas halaman.
3. Pembuatan dan penggunaan atribut organisasi akan di atur lebih lanjut dalam aturan Organisasi.

Pasal 4

Salam
1. Salam KOPITU adalah kalimat “SALAM KOPITU” dan salam yang disimbolkan dengan jari-jari tangan
2. Kalimat “SALAM KOPITU “dituliskan dalam awal surat-surat yang dikeluarkan oleh DPP, DPW dan DPD
KOPITU.
3. Symbol KPITU melalui jari tangan, dilakukan dengan cara meletakan jari-jari tangan di depan dada
membentuk segitiga sama sisi, jari-jari kedua tangan saling bertemu dengan ibu jari terletak dalam posisi
horizontal
4. Kalimat dan symbol salam KOPITU diucapkan pada acara-acara resmi KOPITU

Pasal 5

Hymne dan Mars

Hymne dan Mars

1. Hymne dan Mars KOPITU dinyanyikan dalam setiap acara resmi organisasi, seperti Musyawarah dan Rapat
Kerja Konsultasi pada setiap tingkatan organisasi.
2. Hymne dan Mars organisasi dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya.

BAB II 

SYARAT DAN TATA CARA MENJADI ANGGOTA

Pasal 6

Syarat menjadi anggota

1. Anggota Biasa (Silver)

a. UMKM yang memiliki produk, menjalankan usahanya secara tetap dan terus menerus serta sudah memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Wilayah.

2. Anggota Biasa (Gold)

a. UMKM yang memiliki IUMK, menjalankan usahanya secara tetap dan terus menerus serta sudah memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Wilayah.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan

3. Anggota Luar Biasa

a. UMKM berbentuk persekutuan atau badan hukum milik swasta dan koperasi maupun milik perseorangan yang
didirikan dan menjalankan usahanya secara tetap dan terus menerus serta sudah memenuhi ketentuan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Mendaftar sebagai Anggota Luar Biasa (ALB) melalui Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Wilayah
atau Dewan Pimpinan Pusat.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan

4. Anggota Khusus

a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis kelompok usaha UMKM yang dibentuk secara resmi dan
sah memiliki AD/ART serta memiliki anggota dan kepengurusan, aktif menjalankan kegiatan sesuai maksud dan
tujuan organisasi/asosiasi.

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah sesuai dengan
tempat, kedudukan dan statusnya.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang berlaku

5. Anggota Kehormatan

a. Perseorangan yang dinilai mempunyai jasa luar biasa dalam membentuk, mengembangkan, membina dan / atau
memajukan KOPITU baik ditingkat Pusat, Wilayah maupun PDaerah.

b. Diusulkan oleh Dewan Pertimbangan, Dewan Pimpinan Puasat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan
Daerah.

c. Menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi Anggota Kehormatan

Pasal 7

Tata Cara Menjadi Anggota

1.  Anggota biasa

a. UMKM dan atau pelaku UMKM yang akan menjadi Anggota KOPITU mendaftar di Sekretariat DPD
Kabupaten/Kota ditempat mereka berada.

b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat DPD Kabupaten/Kota yang bersangkutan

c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah
KOPITU Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dengan disertai kelengkapan sebagaimana disyaratkan.

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka DPD KOPITU Kabupaten/Kota
bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerimanya wajib mengembalikan kepada
pemohon untuk dilakukan perbaikan seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat Dewan Pimpinan
Daerah KOPITU Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

2. Anggota Luar Biasa

a. UMKM dan atau pelaku UMKM yang akan menjadi Anggota KOPITU mendaftar di Sekretariat DPD
Kabupaten/Kota, DPW Propinsi atau di Dewan Pimpinan Pusat.
b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat tempat mendaftar

c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat tempat mengambil formulir

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka secretariat tempat
mendaftarselambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerimanya wajib mengembalikan kepada
pemohon untuk dilakukan perbaikan seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat tempat
melakukan pendaftaran sebelumnya

3. Anggota Khusus

a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis kelompok usaha UMKM mendaftar di Sekretariat DPD
Kabupaten/Kota, DPW Propinsi atau di Dewan Pimpinan Pusat.

b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat tempat mendaftar

c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat tempat mengambil formulir

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka secretariat tempat
mendaftarselambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerimanya wajib mengembalikan kepada
pemohon untuk dilakukan perbaikan seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat tempat
melakukan pendaftaran sebelumnya

4. Formulir pendaftaran Anggota KOPITU mengikuti format yang terdapat dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga
Ini

Pasal 8

Tanda Bukti Keanggotaan

1. UMKM dan atau pelaku UMKM yang diterima menjadi Anggota KOPITU menjadi Anggota Biasa/Luar Biasa dan
Khusus akan mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) KOPITU.

2. Kartu Tanda Anggota KOPITU di dalamnya memuat Nomor Keanggotaan, Dewan Pimpinan yang menerbitkan,
tanggal dikeluarkannya, Nama dan atau Pemilik UMKM, Alamat

3. Kartu Tanda Anggota KOPITU dinyatakan sah apabila telah ditandatangani bersama oleh Ketua Umum, dan
Ketua Dewan di Sekretariat tempat mendaftar.

4. KTA KOPITU diterima oleh para pemohon selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak dipenuhinya persyaratan oleh
pemohon.

5. Penomoran Keanggotaan KOPITU menganut format khusus, di dalamnya memuat :

a. Nomor Urut Anggota

b. Kode Wilayah/Provinsi

c. Kode Daerah Kabupaten/Kota


d. Status Usaha

e. Jenis Usaha

f. Fasilitas Investasi.

g. Bulan dan Tahun Pertama Kali Terdaftar

6. Format Kartu Tanda Anggota (KTA) KOPITU mengikuti format dalam lampiran Anggaran Dasar Rumah Tangga ini

Pasal 9

Masa Berlaku dan Berakhirnya Keanggotaan

1. Masa berlakunya keanggotaan aktif Kartu Tanda Anggota (KTA) KOPITU, selama masih jadi anggota 
KOPITU
2. Keanggotaan berakhir karena salah satu sebab dibawah ini :

a. UMKM atau Pelaku UMKM menyatakan mengundurkan diri secara tertulis.

b. UMKM bubar atau dinyatakan pailit.

c. Diberhentikan keanggotaannya oleh KOPITU karena melanggar ketentuan AD/ART KOPITU

d. Anggota kehormatan yang meninggal dunia.

Pasal 10

Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan

Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan diatur sebagai berikut :

1. Bagi Anggota Biasa tidak ada uang pangkal dan iuran keanggotaan
2. Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan Anggota Luar Biasa dan atau khusus ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan yang bersangkutan.
3. Bagi UMKM yang tidak sanggup membayar iuran sebesar yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini dapat
mengajukan permohonan keringanan kepada Dewan Pimpinan yang bersangkutan.
4. Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan tidak boleh membebani UMKM

BAB III

KEPENGURUSAN

Pasal 11

Sifat Hubungan Struktur Kepengurusan

Sifat Hubungan antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah adalah :
1. Kemandirian daerah, artinya memberikan kewenangan bagi Pengurus Daerah maupun Pengurus Wilayah
untuk mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai visi dan misi KOPITU sebagaimana diatur dalam
AD/ART.
2. Partisipatif, artinya hubungan yang memberikan ruang bagi keterlibatan segenap jajaran KOPITU dalam
menentukan kebijakan yang menyangkut dirinya.
3. Koordinatif adalah pola hubungan yang terkomunikasikan dengan baik dan bersinergis.
4. Bertanggung jawab adalah pola hubungan yang tetap mengedepankan aturan organisasi ynag tertuang
dalam AD/ART

Pasal 12

Persyaratan Menjadi Pengurus

Syarat menjadi Pengurus :

1. Anggota Kepengurusan pada Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan
Daerah ialah mereka yang menjabat Pimpinan UMKM/Koperasi atau mereka yang mewakili manajemen
yang mendapat mandat dari pimpinan tertinggi.
2. Satu UMKM /Koperasi Anggota KOPITU hanya boleh diwakili oleh 1 (satu) orang untuk duduk dalam
kepengurusan KOPITU
3. Pengurus pada Dewan Pimpinan disemua tingkatan tidak dibenarkan merangkap jabatan.
4. Para Anggota Kepengurusan KOPITU harus memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut :

a. Warga Negara Republik Indonesia.

b. Memiliki Usaha UMKM atau Koperasi

c. Sebelumnya telah terdaftar sebagai anggota KOPITU

d. Pelaku usaha UMKM yang mewakili asosiasi yang telah menjadi anggota luar biasa KOPITU.

e. Dari perusahaan atau Asosiasi/Organisasi Usaha Sektoral UMKM yang berkedudukan di ibu kota Negara dan
sekitarnya untuk tingkat Pusat, di Ibukota Provinsi dan Ibukota untuk tingkat Wilayah dan Daerah

f. Tidak dalam keadaan pailit atau tidak kehilangan hak untuk menguasai kekayaannya.

g. Memiliki keahlian, kemampuan kepemimpinan dan integritas pribadi.

h. Bersedia mengabdikan diri, tenaga dan pikirannya untuk kepentingan organisasi serta mau menandatangani
Pakta Integritas.

i. Tidak sedang menjadi terpidana.

Pasal 13

Sifat Pertanggungjawaban Kepengurusan


Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah, bersifat kolektif – kolegial. Dalam arti
semua kebijakan organisasi ditentukan bersama, dilaksanakan dengan prinsip saling mengisi dan sesuai dengan
ketentuan pembidangan tugas serta dipertanggung jawabkan bersama.

Pasal 14

Kepengurusan Tingkat Nasional 

1. Susunan Kepengurusan Pusat terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

2. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua Umum

b. Para Wakil Ketua Umum

c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris Umum

e. Para Wakil Sekretaris Umum

f. Bendahara Umum

g. Para Wakil Bendahara Umum

3. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

4. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Plen

Pasal 15

Kepengurusan Tingkat Wilayah

1. Pengurus tingkat Wilayah dibentuk melalui Rapat Pembentukan Struktur.

2. Rapat Pembentukan Struktur dapat dilakukan setelah dikeluarkan Surat Mandat dari Dewan Pimpinan Pusat
disertai penunjukan Tim Formatur.

3. Notulensi hasil rapat dilaporkan terhadap Dewan Pimpinan Pusat disertai Rancangan Struktur Kepengurusan.

4. Sebanyak minimal 5 orang wajib terdaftar sebagai anggota Koperasi UKM Sukses Bersama

5. Susunan Kepengurusan Wilayah terdiri dari :


a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

6. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua

b. Para Wakil Ketua

c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris

e. Para Wakil Sekretaris

f. Bendahara

g. Para Wakil Bendahara

7. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

8. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Plen

Pasal 16

Kepengurusan Tingkat Daerah

1. Pengurus tingkat Daerah dibentuk melalui Rapat Pembentukan Struktur.

2. Rapat Pembentukan Struktur dapat dilakukan setelah dikeluarkan Surat Mandat dari Dewan Pimpinan Pusat
disertai penunjukan Tim Formatur.

3. Notulensi hasil rapat dilaporkan terhadap Dewan Pimpinan Pusat disertai Rancangan Struktur Kepengurusan.

4. Sebanyak minimal 5 orang wajib terdaftar sebagai anggota Koperasi UKM Sukses Bersama

5. Susunan Kepengurusan Pusat terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

6. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua

b. Para Wakil Ketua


c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris

e. Para Wakil Sekretaris

f. Bendahara

g. Para Wakil Bendahara

7. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

8. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Pleno.

Pasal 17

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Pusat

1. Fungsi Dewan Pimpinan Pusat :

a. Memimpin dan mengarahkan segenap potensi dan jajaran KOPITU dalam melaksanakan tugas pokok, yaitu
mencapai tujuan organisasi KOPITU sesuai dengan Visi dan Misi Organisasi KOPITU.

b. Merencanakan, menjabarkan dan melaksanakan Program Umum Organisasi KOPITU.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan mengambil tindakantindakan yang dianggap perlu dalam rangka pencapaian
tujuan, pelaksanaan tugas pokok dan pengembangan organisasi yang berkelanjutan.

2. Dewan Pimpinan Pusat dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :

a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan Wilayah dan Daerah

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain yang
terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri.

c. Mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang baik bagi UMKM dan Koperasi.

d. Menumbuhkembangkan dan mengarahkan pengembangan UMKM di daerah-daerah sesuai dengan potensinya


masing-masing.

3. Wewenang Dewan Pimpinan Pusat :

a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Wilayah yang tidak
sesuai dengan AD/ART maupun Program Umum Organisasi.

b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam lingkup Nasional sebagaimana
diatur dalam Program Umum KOPITU.
c. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Nasional baik keluar maupun ke dalam organisasi.

d. Mewakili organisasi ditingkat International.

e. Merekomendasikan keanggotaan dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia usaha/industri dan lembaga
ketenagakerjaan di tingkat Nasional.

f. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Dewan Pimpinan Provinsi sesuai ketentuan organisasi.

4. Dewan Pimpinan Nasional bertanggung jawab kepada Musyarawah Nasional yang disampaikan oleh Ketua
Umum.

Pasal 18

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah

1. Fungsi Dewan Pimpinan Wilayah adalah :

a. Perencanaan program kerja dalam lingkup daerah Provinsi berdasarkan aspirasi dari Pengurus KOPITU di
didaerahnya dalam rangka pelaksanaan Garis Besar Haluan Organisasi dan Program Kerja Nasional KOPITU.

b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada Wilayah yang bersangkutan.

2. Tugas Dewan Pimpinan Wilayah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di daerah Wilayah adalah:

a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan KOPITU Daerah.

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain yang
terkait.

c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi daerahnya masing-masing yang
relevan bagi pengembangan dan pertumbuhan UMKM dan Koperasi

d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya UMKM di daerah masing-masing.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah :

a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Daerah yang tidak sesuai dengan AD/ART maupun
Program Umum Organisasi.

b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam lingkup Wilayah sebagaimana
diatur dalam Program Umum KOPITU.

c. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral ditingkat Wilayah maupun Daerah.

d. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Provinsi baik keluar maupun ke dalam organisasi.

e. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Daerah sesuai ketentuan organisasi.
f. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian dan UMKM.

g. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota UMKM bersama stakeholder terkait di
tingkat Provinsi

4. Dewan Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada musyarawah Wilayah (Muswil) yang disampaikan Ketua
Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 19

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota

1. Fungsi Dewan Pimpinan Daerah adalah :

a. Perencanaan program kerja dalam lingkup daerah Kab/Kota berdasarkan aspirasi dari Pengurus KOPITU di
didaerahnya dalam rangka pelaksanaan Garis Besar Haluan Organisasi dan Program Kerja Nasional KOPITU.

b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada Daerah yang bersangkutan.

2. Tugas Dewan Pimpinan Daerah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di daerah Wilayah adalah:

a. Membina dan meningkatkan peran serta Anggota.

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain yang
terkait.

c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi daerahnya masing-masing yang
relevan bagi pengembangan dan pertumbuhan UMKM dan Koperasi

d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya UMKM di daerahnya.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Daerah :

a. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam lingkup Daerah sebagaimana
diatur dalam Program Umum KOPITU.

b. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral ditingkat Daerah.

c. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Kabu/Kota baik keluar maupun ke dalam organisasi.

d. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian dan UMKM.

e. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota UMKM anggota bersama stakeholder terkait
di tingkat Kabupaten/Kota

4. Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada musyarawah Daerah (Musda) yang disampaikan Ketua
Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 20
Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Penasehat ditingkat Wilayah dan Daerah

1. Ketentuan Pembentukan :

a. Pada tingkat Wilayah/Daerah bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan Penasehat melalui Musyawarah pada
setiap tingkatan organisasi.

b. Anggota Dewan Penasehat adalah mantan Ketua KOPITU Wilayah/Daerah dan UMKM atau orang yang emiliki
kemampuan dalam bidang UMKM.

c. Penetapan Dewan Penasehat dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk waktu selama masa bakti
Kepengurusan.

d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Penasehat untuk masa bakti berikutnya.

e. Dewan Penasehat dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun tertulis kepada Kepengurusan.

2. Susunan Dewan Penasehat terdiri dari :

a. Seorang Ketua

b. Beberapa orang anggota

3. Fungsi Dewan Penasehat adalah :

a. Meningkatkan pengakuan kepengurusan

b. Mempertahankan keabsahan kepengurusan

c. Meningkatkan kemampuan kepengurusan

4. Dewan Penasehat dapat memberikan masukan-masukan kepada Dewan Pimpinan, baik diminta maupun tidak
diminta.

Pasal 21

Persyaratan dan Tata Cara Pemilihan Dewan Pertimbangan.

1. Yang dapat dipilih sebagai Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan
Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah adalah Mantan Ketua Umum, Ketua, Ketua DPP,
Wakil Ketua DPP, Sekretaris Umum dan Sekretaris yang menyelesaikan masa baktinya selama 1 (satu)
Periode Penuh.
2. Pemilihan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah, Ketua Dewan
Pertimbangan Daerah dilakukan secara musyawarah mufakat didalam Musyawarah Nasional / Musyawarah
Nasional Luar Biasa, Musyawarah Wilayah/ Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah Daerah /
Musyawarah Daerah Luar Biasa.
3. Ketua Dewan Pertimbangan terpilih sekaligus menjadi anggota formatur yang akan membantu Ketua Umum
terpilih menyusun Kepengurusan.
BAB IV 

MASA BAKTI

Pasal 22

Masa Bakti Kepengurusan

1. Masa bakti kepengurusan KOPITU adalah 5 (lima) tahun untuk setiap satu masa bakti, dan berakhir
bersamaan pada saat terpilihnya kepengurusan yang baru oleh Musyawarah Nasional, Wilayah atau
Daerah sesuai tingkatannya.
2. Atas Pertimbangan untuk keberlanjutan dan kemajuan organisasi serta sebagai penghargaan atas gagasan
dan pendirian organisasi KOPITU, Ketua Umum untuk pertamakalinya menjabat empat periode berturut-
turut
3. Anggota Pengurus lainnya dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya.

1.
1.  

BAB V

HIERARKI PERTANGGUNGJAWABAN, KEABSAHAN, PENGUKUHAN KEPENGURUSAN DAN PELAKSANAAN


MUSYAWARAH

Pasal 23

Hirarki Pertanggungjawaban

Hirarki Pertanggungjawaban:

1. Kepengurusan Pusat bertanggungjawab kepada Musyawarah Nasional.


2. Kepengurusan Wilayah bertanggungjawab kepada Musyawarah Wilayah.
3. Kepengurusan Daera bertanggungjawab kepada Musyawarah Daerah.

Pasal 24

Hirarki Keabsahan

Hirarki Keabsahan:

1. Dewan Pimpinan Pusat memberikan keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah Wilayah


2. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah Daerah.

Pasal 25

Hirarki Pengukuhan
Hirarki Pengukuhan:

1. Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa memberi pengukuhan terhadap Kepengurusan


tingkatNasional.
2. Dewan Pimpinan Pusat memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat Wilayah dan Daerah.
3. Dewan Pimpinan Provinsi memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat Daerah atas
penedelegasian dari Dewan Pimpinan Pusat

Pasal 26

Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2. Musyawarah Nasional dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan Pusat dan Dewan Pimpinan Pusat yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara.

c. Utusan Dewan Pimpinan Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Anggota Dewan Penasehat Pusat mempunyai hak bicara dan hak suara.

e. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan mempunyai hak bicara.

3. Musyawarah Nasional mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-jawaban Dewan Pimpinan Pusat.

b. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

c. Menetapkan Program Umum Organisasi.

d. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan secara musyawarah mufakat

e. Memilih Ketua Umum secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.

f. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua Umum terpilih
bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih menyusun Kepengurusan Pusat secara lengkap dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Nasional

Pasal 27

Sidang Musyawarah Nasional

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh Dewan Pimpinan
Pusat sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Nasional dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Nasional harus membawa mandat dari Dewan Pimpinan yang
bersangkutan.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan peserta
yang masingmasing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
5. Dewan Pimpinan Daerah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan peserta yang
masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
6. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan disahkan
oleh Musyawarah Nasional.

Pasal 28

Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

2. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pimpinan Wilayah yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

c. Anggota Dewan Penasehat Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan mempunyai hak bicara.

3. Musyawarah Wilayah mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-jawaban Dewan Pimpinan
Wilayah.

b. Menetapkan Program Umum Wilayah yangbersangkutan.

c. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah secara musyawarah mufakat

d. Memilih Ketua Umum Wilayah secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.

e. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua Umum Wilayah
terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih menyusun Kepengurusan Wilayah secara lengkap dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Wilayah

Pasal 29

Sidang Musyawarah Wilayah

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh Dewan Pimpinan
Wilayah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Wilayah harus membawa mandat dari Dewan Pimpinan yang
bersangkutan.
4. Dewan Pimpinan Daerah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan peserta yang
masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
5. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Wilayah disiapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan
disahkan oleh Musyawarah Wilayah.

Pasal 30

Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah

2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Daerah  yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

b. Utusan UMKM?Koperasi dan pelaku UMKM yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

c. Anggota Dewan Penasehat mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan mempunyai hak bicara.

3. Musyawarah Daerah mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-jawaban Dewan Pimpinan
Daerah.

b. Menetapkan Program Umum Daerah yang bersangkutan.

c. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan Daerah secara musyawarah mufakat

d. Memilih Ketua Umum Daerah secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.

e. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua Umum Daerah
terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih menyusun Kepengurusan Wilayah secara lengkap dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Daerah

Pasal 31

Sidang Musyawarah Daerah

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh Dewan Pimpinan
Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan disahkan
oleh Musyawarah Daerah.

BAB VI

PELAKSANAAN RAPAT KERJA DAN KONSULTASI

Pasal 32

Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) diadakan sekali dalam satu tahun, yang dipersiapkan serta
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2. RAKERKONAS dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Pusat sebagai peserta.

b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.

c. Utusan Dewan Pimpinan Daerah

d. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat.

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi mengacu kepada amanat Musyawarah Nasional dan
menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi.

Pasal 33

Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah (Rakerkorwil) diadakan sekali dalam satu tahun, yang dipersiapkan serta
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

2. RAKERKORWIL dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.

b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah

c. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan Wilayah mengacu kepada amanat Musyawarah Wilayah dan
menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi Wilayah.

Pasal 34
Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah (Rakerkorda) diadakan sekali dalam satu tahun, yang dipersiapkan serta
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Daerah.

2. RAKERKORDA dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Daerah sebagai peserta.

b. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

c. UMKM, Koperasi dan Pelaku UMKM yang merefresentasikan kondisi daerah setempat dan ditentukan oleh Dewan
Pimpinan Daerah

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan Daerah mengacu kepada amanat Musyawarah Daerah dan
menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi Daerah.

BAB VII

SANKSI DAN PEMBELAAN

Pasal 35

Sanksi Organisasi

1. Sanksi organisasi dapat berupa :

a. Peringatan tertulis.

b. Pemberhentian sementara.

c. Pemberhentian tetap.

2. Tindakan pemberhentian sementara dikenakan kepada mereka yang melalaikan kewajibannya.

3. Tindakan pemberhentian sementara dilakukan setelah yang bersangkutan diberi peringatan lisan, tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.

4. Tindakan pemberhentian tetap dikenakan kepada mereka yang

a. Merusak nama baik organisasi dan

b. Menyalahgunakan nama atau hak milik organisasi.

5. Bilamana perlu pemecatan dilakukan tanpa peringatan terlebih dahulu.


6. Sanksi organisasi terhadap Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa maupun Anggota Kehormatan, dilakukan atas
dasar keputusan oleh dan dalam Rapat Dewan Pengurus.

Pasal 36

Sanksi Terhadap Anggota Pengurus

1. Setiap anggota kepengurusan, baik anggota Dewan Pertimbangan maupun anggota Dewan Pimpinan di semua
tingkatan, dapat dikenai sanksi organisasi oleh Dewan Pimpinan yang bersangkutan berdasarkan besar kecilnya
kesalahan yang dilakukan sampai pada bentuk pemberhentian setelah terlebih dahulu di putuskan didalam Rapat
Dewan Pimpinan dan Dewan Pertimbangan yang bersangkutan, dengan tingkatan sanksi yang dilakukan secara
tertulis, sebagai berikut :

a. Teguran atau peringatan lisan.

b. Peringatan tertulis.

c. Pemberhentian sementara dari jabatan.

d. Pemberhentian tetap dari jabatan.

2. Sanksi organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan apabila yang bersangkutan :

a. Secara sadar melanggar dan atau tidak mematuhi Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga.

b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi.

c. Melanggar peraturan dan ketentuan organisasi.

d. Tidak memenuhi dan atau melalaikan kewajibannya sebagai anggota kepengurusan.

e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi.

3. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara dilakukan setelah kepada yang bersangkutan diberikan
peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut terlebih dahulu, terkecuali untuk hal-hal yang bersifat luar biasa, melalui
keputusan rapat Dewan Pimpinan yang bersangkutan berdasarkan ;

a. Untuk anggota Dewan Pertimbangan oleh Keputusan Dewan Pertimbangan.

b. Untuk anggota Dewan Pengurus oleh Keputusan Dewan Pengurus.

4. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota kepengurusan yang bersangkutan
kehilangan hak-hak dan jabatannya sebagai anggota kepengurusan.

Pasal 37

Pembelaan Diri
1. Anggota kepengurusan yang diberhentikan atau di berhentikan sementara berhak membela diri atau naik
banding berturutturut sesuai jenjang tingkatan
2. Mereka yang terkena sanksi organisasi dapat membela diri dan dibela dimuka suatu Panitia yang dibentuk
oleh Dewan Pimpinan sesuai tingkatannya
3. Keputusan Panitia dapat berisi saran pembatalan ataupun perubahan sanksi.
4. Keputusan Panitia disampaikan kepada Dewan Pimpinan secara tertulis untuk dipertimbangkan oleh Dewan
Pengurus.

BAB VIII

KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 38

Lembaga Usaha dan Koperasi

1. KOPITU mendirikan Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi sebagai sumber keuangan organisasi disetiap
tingkatan Dewan Pimpinan
2. Perseroan Terbatas dan Koperasi milik KOPITU dikelola secara professional oleh para professional di
bidangnya.
3. Pengelola bisnis milik KOPITU dipilih dan bertanggungjawab pada pengurus.

Pasal 39

Ketentuan Pembukuan dan Pertanggungjawaban

1. Pengurus memberikan laporan dan pertanggungjawaban keuangan dan perbendaharaan kepada


Musyawarah dan diwajibkan melakukan pencatatan dan pengurusan atas seluruh kekayaan dan
penggunaan keuangan organisasi selama masa jabatannya.
2. Tahun Buku dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun berjalan, dan
laporan keuangan yang telah di audit dikeluarkan paling lambat akhir bulan Juni tahun berikutnya.

Pasal 40

Keuangan dan Kekayaan

1. Dewan Pimpinan Pusat, Wilayah dan Daerah, wajib menghimpun kekayaan organisasi sebagai sarana
kegiatan dan pelayanan, mengelola secara umum kekayaan dan keuangannya masing-masing termasuk
penetapan anggaran belanja.
2. Bendahara adalah pemegang kuasa atas pengelolaan kekayaan dan dana organisasi.

BAB IX

SEKRETARIAT ORGANISASI

Pasal 41

Kelengkapan Sekretariat
1. Organisasi KOPITU dilengkapi dengan Sekretariat yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif untuk tingkat Nasional
dan Sekretaris Eksekutif untuk tingkat Wilayah dan Daerah.

2. Direktur Eksekutif atau Sekretaris Eksekutif mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

a. Melaksanakan keputusan Dewan Pimpinan.

b. Menjalin Hubungan dengan instansi pemerintah dan lembaga-lembaga lain serta mengambil langkah-langkah
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan teknis operasional sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan.

c. Mempersiapkan dan menghadiri rapat-rapat Dewan Pimpinan.

3. Susunan personalia dan tata kerja Sekretariat serta remunerasi personalia Sekretariat disusun oleh Direktur
Eksekutif atau Sekretaris Eksekutif dan ditetapkan Dewan Pimpinan .

4. Pengangkatan jabatan-jabatan dalam Sekretariat dan pemberhentiannya dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif
atau Sekretaris Eksekutif atas persetujuan Dewan Pengurus.

5. Dalam batas-batas tertentu Direktur Eksekutif dan atau Sekretaris Eksekutif dapat mengeluarkan dana
operasional dari kas Sekretariat yang kemudian secara periodik pelaksanaannya dipertanggungjawabkan kepada
Dewan Pengurus.

6. Direktur Eksekutif dan atau Sekretaris Eksekutif bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus.

BAB X

BELA KOPITU

Pasal 42

Maksud, Tugas, Tujuan, dan Peran

1. Barisan Pembela KOPITU atau disingkat BALA KOPITU dibentuk sebagai satuan perlindungan pelaku
UMKM yang bergabung dalam KOPITU.
2. BALA KOPITU bertugas melindungi, melayani, dan mengayomi pelaku UMKM utamanya memberikan
edukasi perlindungan hukum dan keuangan bagi para pelaku UMKM anggota KOPITU
3. Dalam keadaan tertentu BALA KOPITU dapat berperan untuk membantu dalam operasi kemanusiaan
seperti dalam bencana alam; banjir, gempa bumi, atau bencana lain yang sejenis sebagai sukarelawan.
4. Melengkapi fungsinya Bala KOPITU akan dibekali dengan berbagai pelatihan fisik dan keterampilan.

Pasal 43

Syarat Anggota

1. Mengingat fungsi dan perannya bagi UMKM dan masyarakat umum, maka anggota BALA KOPITU harus
memenuhi beberapa syarat dan ketentuan utama.
2. Syarat anggota Bala KOPITU:

a. Laki-laki berusia minimal 18 Tahun

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Para pelaku UMKM kelas mikro Informal

d. Bersedia mengikuti pelatihan sebagai BELA KOPITU

Pasal 44

Organisasi BELA KOPITU

1. Organisasi BALA KOPITU ditingkat pusat berada dibawah Ketua Umum KOPITU
2. Ketua Umum KOPITU adalah Komando Tinggi Pusat BALA KOPITU.
3. Ditingkat Dewan Pimpinan Pusat BALA KOPITU dipimpin oleh Komando Pusat, Ditingkat Wilayah ada
Komando Tinggi Wilayah BALA KOPITU, ditingkat Dewan Pimpinan Pusat BALA KOPITU dipimpin oleh
Komando Wilayah, Ditingkat Cabang ada Komando Tinggi Cabang BALA KOPITU, ditingkat Dewan
Pimpinan Cabang BALA KOPITU dipimpin oleh Komando Cabang BALA KOPITU

BAB XI

FEDERASI PEKERJA UMKM

Pasal 45

Federasi sarikat Pekerja UMKM

1. KOPITU membentuk Federasi Sarikat Pekerja UMKM KOPITU disingkat FSP-UMKM KOPITU
2. Federasi Sarikat Pekerja UMKM KOPITU dibentuk sebagai wadah organisasi pekerja yang bergerak dalam
UMKM
3. Dalam pembentukan dan pelaksanaannya FSP-UMKM KOPITU mengikuti peraturan dan perundang-
undangan tentang ketenagakerjaan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Ketentuan lebih lanjut tentang FSP-UMKM KOPITU diatur dalam Peraturan Organisasi

BAB XII

ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Wilayah sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk Peraturan Organisasi (PO) sepanjang peraturan
tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII
PENUTUP

Anggota Rumah Tangga  ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai masa kepengurusan Komite ini berakhir atau
ada penyempurnaan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
KOPERASI DOSEN DAN KARYAWAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU

Pasal 1
1. Koperasi Dosen dan Karyawan UAD yang selanjutnya disebut “Koperasi” bertempat kedudukan di Jl. Kapas no
9 Semaki, Kecamatan Umbulharjo,Kotamadya Yogyakarta Propinsi DIY
2. Koperasi didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan.

BAB II
JENIS DAN WILAYAH KERJA

Pasal 2
1. Koperasi adalah Koperasi primer yang anggotanya terdiri dari perorangan
2. Koperasi adalah koperasi konsumen yang memberikan pelayanan barang dan/ atau jasa kepada anggotanya
selaku konsumen, namun dapat juga memberikan pelayanan kepada perorangan selaku produsen barang/ jasa.
3. Wilayah kerja Koperasi mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia

BAB III
LANDASAN, AZAS DAN PRINSIP

Pasal 3
1. Koperasi berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Azas Kekeluargaan.

2. Dalam melaksanakan kegiatan, landasan tersebut pada ayat (1) pasal ini dan nilai-nilai serta prinsip-prinsip
koperasi dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dari tata kerja, kegiatan dan kebijakan Koperasi

BAB IV
FUNGSI, PERAN DAN USAHA

Pasal 4

Koperasi merupakan wahana bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mengembangkan
potensi masing-masing guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

Pasal 5

1. Koperasi menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
kesejahteraan anggota khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
2. Sebelum ditetapkan, kegiatan usaha yang akan dilaksanakan wajib dikaji terlebih dahulu secara menyeluruh
mengenai kelayakan teknis, finansial serta manfaatnya bagi anggota Koperasi dan masyarakat.
3. Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud adalah:
a. Mengadakan unit simpan pinjam bagi anggotanya
b. Menjalankan usaha pemasaran produk dan jasa, termasuk penjualan secara berjenjang, waralaba maupun
melalui internet
c. Melaksanakan kemitraan antara Koperasi dengan pihak lain, Pemerintah, BUMN, BUMS, perbankan,
koperasi lainnya dan Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) dari dalam maupun luar negeri dalam usaha /
permodalan yang saling menguntungkan
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan perkoperasian, kewirausahaan, dan lain-lain dalam rangka
peningkatan sumber daya manusia dan kesejahteraan anggota
e. Mengadakan usaha barang-barang primer dan sekunder untuk anggota dan masyarakat
f. Mengadakan usaha jasa di bidang keuangan, kesehatan (apotik, klinik), pelatihan, pendidikan,
pendampingan, konsultansi, ekspor/impor, travel biro, property, penyewaan gedung, pengadaan kendaraan
bermotor, asuransi, telekomunikasi, broadcasting, warung internet, fotocopy, ATK, toko buku, kantin /
restoran, hotel, cleaning service, taxi, perbengkelan, pertanian, peternakan, agrobisnis, perikanan,
kehutanan, pertambangan dan jasa-jasa lainnya.
4. Dalam menyelenggarakan kegiatan usaha tersebut pada ayat (3) pasal ini, Koperasi dapat membentuk Unit dan
Cabang Usaha di luar wilayah Kantor Pusatnya atau membentuk Usaha Bersama dengan pihak lain dengan
tetap memperhatikan efisiensi, efektivitas serta produktivitas usaha dimaksud.
5. Unit-unit Usaha Koperasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 pasal ini wajib dikelola secara
professional dan diadministrasikan secara terpisah satu dari yang lain, namun tetap merupakan satu kesatuan
dari organisasi Koperasi.
6. Dalam hal Koperasi membentuk Usaha Bersama dengan pihak lain, bentuk usaha dimaksud dapat berupa
bentuk hukum lain atau melakukan kerjasama yang bersifat khusus berdasarkan suatu perjanjian.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 6
1. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah warga Negara RI yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
berdomisili di wilayah Indonesia dan tercatat sebagai penduduk Indonesia.
2. Keanggotaan bersifat aktif dengan mengajukan secara tertulis kepada Pengurus.
3. Koperasi dapat memberikan perlakuan khusus kepada Anggota dan Anggota Luar Biasa yang diatur lebih lanjut
oleh Pengurus dengan Peraturan Khusus.

Pasal 7
1. Pengurus wajib mengembalikan kepada Anggota/ Anggota Luar Biasa yang berhenti atas permintaan sendiri,
jumlah Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan Simpanan-simpanan lainnya setelah
diperhitungkan dengan hak dan / atau kewajibannya kepada Koperasi yang masih terhutang, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah permintaannya diterima Pengurus.
2. Demikian juga apabila ada anggota yang meninggal dunia yang menyebabkan keanggotaan yang bersangkutan
berakhir, Koperasi memberikan bantuan kepada keluarganya sebesar 2 (dua) kali Simpanan Pokok berikut
pengembalian seluruh Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan Simpanan-simpanan lainnya
setelah diperhitungkan dengan hak dan / atau kewajibannya kepada KOPERASI yang masih tehutang, kecuali
haknya tidak bisa mencukupi kewajibannya, maka pewaris berkewajiban menyelesaikan usaha dan kewajiban
dari anggota yang bersangkutan.

Pasal 8
1. Setiap Anggota/ Anggota Luar Biasa Koperasi wajib mentaati ketentuan dalam AD, ART dan Keputusan Rapat
Anggota yang berlaku.
2. Setiap Anggota/ Anggota Luar Biasa Koperasi wajib berpartisipasi dan/ atau memanfaatkan jasa dari sekurang-
kurangnya salah satu dari kegiatan usaha yang diselenggarakan Koperasi.

BAB VI
PERANGKAT KOPERASI

Pasal 9
Perangkat Organisasi Koperasi terdiri dari:
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas

BAB VII
RAPAT ANGGOTA

Pasal 10
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rapat Anggota diselenggarakan pengurus sudah harus
menyampaikan undangan beserta agenda yang akan dibahas dalam Rapat Anggota kepada setiap anggota.
Undangan dapat disampaikan melalui SMS (short Message Service) atau email.
2. Materi pembahasan dan jenis-jenis keputusan yang akan diambil dalam Rapat Anggota, dikirimkan pada setiap
anggota paling lambat 1 (satu) hari sebelum Rapat Anggota dilaksanakan dalam bentuk soft copy melalui media
elektronik lainnya yang mudah diakses oleh anggota atau dalam bentuk hard copy yang dapat diambil sendiri di
kantor.
3. Rapat Anggota dipimpin oleh pengurus atau pengawas.
4. Sebelum rapat dimulai pimpinan rapat membacakan tata tertib dan menghitung jumlah peserta yang hadir untuk
menentukan serta mengesahkan quorum rapat.
5. Usul, pertanyaan, aspirasi dapat diajukan secara tertulis sebelum Rapat Anggota dilaksanakan.
6. Rapat Anggota dibuka dan ditutup dengan doa kepada Allah SWT.

Pasal 11
1. Setiap anggota yang tidak dapat hadir dalam Rapat Anggota dapat memberikan surat kuasa kepada anggota
lain yang hadir, tetapi tidak dapat mewakilkan suaranya.
2. Mekanisme pemberian surat kuasa akan diatur lebih lanjut dalam Tata Tertib Rapat Anggota.
3. Anggota luar biasa tidak dapat menerima surat kuasa.

Pasal 12
1. Waktu pelaksanaan Rapat Anggota diatur sebagai berikut:
a. Rapat Anggota Tahunan diselenggarakan setiap tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang
bersangkutan berakhir.
b. Rapat Anggota untuk membahas Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi diselenggarakan setiap tahun
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran dimulai.

Pasal 13
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk:
a. Membahas dan mengesahkan Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas
b. Menetapkan pembagian dan peruntukan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dalam tahun buku yang baru
ditutup;
c. Memberhentikan anggota Pengurus dan Pengawas yang telah habis masa jabatannya;
d. Memilih dan mengangkat anggota Pengurus dan Pengawas untuk menggantikan anggota Pengurus dan
Pengawas yang telah habis masa jabatannya;
e. Mengukuhkan pemberhetian anggota Pengurus/Pengawas yang berhenti sebelum masa jabatannya
berakhir;
f. Mengukuhkan anggota Pengurus/Pengawas yang diangkat sebagai pengganti anggota
Pengurus/Pengawas yang berhenti sebelum masa jabatannya berakhir;
g. Menetapkan pengangkatan dan/ atau pemberhentian anggota Dewan Penasehat.
2. Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas tersebut pada ayat (1) huruf a pasal ini, masing-
masing ditandatangani oleh semua ketua Pengurus/Pengawas yang bersangkutan.
3. Bila ada satu atau lebih ketua Pengurus/Pengawas yang tidak menandatangani Laporan dan
Pertanggungjawaban tersebut pasa ayat (1) huruf a pasal ini, yang bersangkutan harus memberi penjelasan
secara tertulis, dan dilampirkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan dan Pertanggungjawaban
terkait.

Pasal 14
1. Apabila Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus/ Pengawas tersebut pada pasal 13 ayat (1) huruf a ART
tidak dapat diterima Rapat Anggota Tahunan (RAT), maka pada saat itu RAT membentuk formatur untuk
memimpin sementara operasional Koperasi.
2. Selain itu, RAT juga membentuk Tim Verifikasi untuk mengadakan pemeriksaan ulang atas Laporan
Pertanggungjawaban Pengurus. Anggota Pengurus dan Pengawas dalam masa jabatan tidak boleh ditunjuk
sebagai anggota Tim Verifikasi.
3. Tim Verifikasi terdiri dari 5 (lima) orang dengan susunan sebagai berikut: seorang ketua merangkap anggota,
seorang Sekretaris merangkap anggota dan 3 (tiga) orang anggota.
4. Batas waktu kerja Tim Verifikasi ditetapkan selambat-lambatnya 60 (enampuluh) hari kerja, dan dalam
melaksanakan tugasnya Tim dapat minta bantuan jasa Akuntan Publik.
5. Hasil kerja Tim Verifikasi dilaporkan dalam Rapat Anggota Luar Biasa yang diadakan 1 (satu) minggu setelah
batas waktu kerja Tim Verifikasi.
6. Semua biaya yang dikeluarkan Tim Verifikasi dibebankan kepada Anggaran Koperasi.

Pasal 15
1. Rapat Pleno diselenggarakan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
2. Rapat Pleno diselenggarakan untuk membahas dan menetapkan Kebijakan Pokok dalam bidang organisasi, tata
kerja, manajemen/pengelolaan dan usaha termasuk pada:
- Pengangkatan dan pelimpahan sebagian wewenang Pengurus kepada manager professional;
- Perangkapan fungsi Pengawas oleh Pengurus;
- Pengembangan atau pemekaran usaha;
- Penghapusan/ penggabungan kegiatan usaha;
- Penjualan/ penggadaian/ pengalihan harta tak bergerak;
- Kebijakan harga penjualan dan suku bunga.
3. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus, Pengawas dan Pengelola Koperasi.

Pasal 16
1. Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) diselenggarakan sewaktu-waktu dianggap perlu, untuk membahas dan
memecahkan permasalahan yang sifatnya mendasar dan perlu diselenggarakan secepatnya.
2. RALB dihadiri oleh Anggota / perwakilan, tidak termasuk Anggota Luar Biasa
3. Hal-hal yang bersifat mendasar tersebut pada ayat (1) pasal ini antara lain:
a. Pemberhentian anggota Pengurus dan/ atau Pengawas yang telah terbukti menimbulkan kerugian pada
Koperasi dan atau anggotanya karena tidak betindak sesuai dengan wewenang atau bertindak melampaui
batas wewenang yang ada padanya;
b. Perubahan/ penyempurnaan AD dan/ atau ART;
c. Pembubaran Koperasi dan pembentukan Panitia Penyelesaian;
d. Penyelamatan Koperasi dari kerugian yang berkelanjutan dan telah mengakibatkan berkurangnya modal
sendiri.
Pasal 17
Implementasi keputusan Rapat Anggota ditindaklanjuti/ dituangkan dalam Surat Keputusan dan/ atau Peraturan
Khusus yang diterbitkan oleh Pengurus.

BAB VIII
PENGURUS

Pasal 18
1. Pengurus KOPERASI dipilih dari dan oleh anggota secara langsung atau melalui formatur.
2. Dalam hal dipilih melalui formatur, maka Rapat Anggota menetapkan jumlah formatur sekurang-kurangnya
terdiri dari 5 (lima) dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang dipilih secara langsung dalam Rapat
Anggota.
3. Keanggotaan Formatur dapat melibatkan 1 (satu) orang Pengurus lama, dan 1 (satu) orang Pengawas lama.
4. Anggota Formatur tidak harus menjadi Pengurus.

Pasal 19
1. Selain dari syarat yang ditetapkan pada bab VI pasal 21 ayat (2) AD, yang dapat dicalonkan menjadi anggota
Pengurus harus memenuhi syarat tambahan berikut:
a. Menjadi anggota Koperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun tidak terputus-putus
b. Tidak pernah melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan Koperasi.
c. Tidak mempunyai tunggakan Simpanan Pokok/ atau Simpanan Wajib.
d. Tidak pernah memperoleh teguran tertulis dari Pengurus karena lalai melakukan kewajibannya sehubungan
dengan pengenaan sanksi berdasarkan ketentuan dalam pasal 39 ART ini.
e. Tidak menjadi anggota organisasi politik/ kemasyarakatan yang dilarang oleh Pemerintah.
f. Dapat menyediakan waktu untuk kepentingan Koperasi.
2. Masa Jabatan Pengurus 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya.

Pasal 20
1. Selama belum dilakukan serah terima jabatan kepengurusan, Pengurus Lama masih berfungsi dan menjalankan
tugas sehari-hari dalam kedudukan demisioner.
2. Pengurus Demisioner memberitahukan secara tertulis susunan Pengurus Baru kepada semua anggota/ anggota
LB, Pengawas dan Dewan Penasehat.
3. Serah terima jabatan dari Pengurus Demisioner kepada Pengurus Terpilih dilakukan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja setelah terpilihnya Pengurus Baru.
4. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat 3 (tiga) pasal ini karena satu dan lain sebab tidak terlaksana,
maka Pengurus Terpilih dengan sendirinya segera melaksanakan tugas kepengurusannya.

Pasal 21
1. Pengurus merupakan badan kepemimpinan kolektip.
2. Setiap anggota Pengurus bertindak untuk dan atas nama Pengurus Koperasi.
3. Akibat yang timbul dari tindakan atau kelalaian untuk bertindak dari seorang anggota Pengurus yang
mengakibatkan kerugian bagi Koperasi, mengikat Pengurus sebagai keseluruhan
4. Seorang atau lebih anggota Pengurus dapat dibebaskan dari tuntutan ganti rugi pada ayat 3 (tiga) pasal ini,
apabila yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa sebelumnya telah berusaha untuk mencegah timbulnya
kerugian tersebut.

Pasal 22
1. Selain tugas tersebut pada pasal 23 AD, Pengurus juga bertugas:
a. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung-
jawabnya dan Keputusan Rapat Anggota.
b. Memasyarakatkan pengertian, pemahaman dan penghayatan prinsip-prinsip koperasi.
c. Menandatangani perjanjian kerjasama, dalam hal ini diwakili oleh Ketua Umum. Apabila Ketua Umum
sedang berhalangan dapat diwakili oleh Wakil Ketua.
d. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi Jangka Menengah (3 tahunan) untuk disahkan Rapat
Anggota dan dipergunakan sebagai acuan dalam penyusuan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Tahunan.
e. Mencatat dan memelihara catatan partisipasi setiap anggota dalam kegiatan usaha KOPERASI dan
transaksi usaha setiap anggota dengan Koperasi sebagai dasar perhitungan dalam penetapan
pertimbangan pembagian SHU kepada setiap anggota.
f. Menerbitkan buletin (cetak atau maya) secara teratur sebagai media komunikasi tertulis antara Pengurus
dengan Anggota dan antara sesama Anggota.
g. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerjasama baik dalam bidang usaha maupun bidang-bidang
lainnya dengan koperasi dan mitra usaha/kerja lainnya.
2. Pembagian tugas Pengurus sebagaimana diatur dalam pasal 23 AD diatur dalam keputusan Pengurus.
3. Semua surat-surat keluar ditandatangani oleh Ketua Umum atau Wakil Ketua Umum.
4. Semua surat-surat berharga dan warkat bank ditandatangani oleh Bendahara / salah seorang anggota Pengurus
bersama-sama dengan Ketua Umum/ Wakil Ketua Umum.
5. Tanpa menghilangkan tanggung-jawabnya kepada Rapat Anggota, Pengurus dapat mengangkat Pengelola dan
karyawan Koperasi, dan melimpahkan sebagian tugas-tugasnya kepada Pengelola/ karyawan Koperasi yang
bersangkutan.

Pasal 23
1. Anggota Pengurus yang berhenti atas permohonan sendiri sebelum masa jabatannya habis harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Pengurus.

2. Apabila permohonan tersebut pada ayat (1) pasal ini dapat disetujui, Pengurus menyatakan persetujuannya
secara tertulis kepada yang bersangkutan dan segera mencatat hal tersebut dalam Buku Daftar Pengurus.
3. Terhitung sejak tanggal pencatatan berhenti dari jabatan Pengurus, yang bersangkutan dengan sendirinya
kembali menjadi anggota biasa, dan semua fasilitas yang diberikan kepadanya selaku anggota Pengurus
dihentikan.
4. Apabila ada anggota Pengurus berhenti dari jabatannya selaku anggota Pengurus sebelum masa jabatannya
berakhir, maka Rapat Pengurus menunjuk seorang pengganti.
5. Untuk menjaga efektivitas organisasi, pengunduran pengurus dikarenakan mundur/berhenti/pindah kerja dari
Universitas Ahmad Dahlan atau studi lanjut ke luar wilayah DIY harus diikuti dengan pengunduran diri sebagai
Pengurus.
6. Pergantian anggota Pengurus antar waktu tersebut pada ayat (4) pasal ini harus disahkan Rapat Anggota.
7. Untuk keperluan tersebut Pengurus wajib memberitahukan pergantian anggota Pengurus antar waktu tersebut
pada ayat (4) pasal ini pada Rapat Anggota berikutnya.
8. Apabila Rapat Anggota tidak dapat mengesahkan anggota Pengurus pengganti tersebut pada ayat (4) pasal ini
maka Pengurus menyerahkan penyelesaian masalah tersebut kepada Sidang Rapat Anggota untuk
menetapkannya

Pasal 24
1. Anggota Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) jika terbukti:
a. Dengan sengaja tidak melakukan ketentuan-ketentuan AD dan ART dan/ atau Keputusan Rapat Anggota.
b. Melakukan tindakan yang menyimpang atau bertentangan dengan ketentuan UU/ AD/ ART/ Keputusan
Rapat Anggota.

2. Rapat Anggota Luar Biasa diselenggarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan pada pasal 20 AD

Pasal 25
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan untuk menjalankan tugas yang diembannya kepada
anggota Pengurus diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan yang besarnya ditetapkan oleh
Rapat Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) AD kepada Pengurus diberikan bagian dari
SHU.

BAB IX
PENGAWAS

Pasal 26
1. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh serta bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
2. Pengawas terdiri dari 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dipilih menjadi Pengawas selain yang tercantum dalam pasal 19
ayat (2) AD, calon Pengawas memenuhi persyaratan tambahan berikut”
a. Syarat tambahan yang ditetapkan bagi calon Pengurus sebagaimana tercantum dalam pasal 19 ayat (1)
huruh a s/d f ART berlaku juga bagi calon anggota Pengawas.
b. Umur sekurang-kurangnya 30 tahun.
c. Dicalonkan sekurang-kurangnya oleh 10 (sepuluh) peserta RAT.
d. Dapat menyediakan waktu untuk kepentingan Koperasi.
3. Pemilihan Pengawas dilakukan secara langsung.

Pasal 27
1. Masa jabatan Pengawas 3 (tiga) tahun sesuai dengan periode pengurus.
2. Anggota Pengawas yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya.

Pasal 28
1. Serah-terima jabatan dari Pengawas lama yang telah habis masa jabatannya kepada Pengawas baru dilakukan
bersama-sama dengan serah terima jabatan dari Pengurus lama kepada Pengurus baru.
2. Selama belum dilakukan serah-terima jabatan, Pengawas lama tetap menjalankan tugas yang diembannya
selaku Pengawas Demisioner.
3. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat (1) pasal ini karena satu dan lain sebab tidak dapat terlaksana
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja, maka Pengawas baru dengan sendirinya segera melaksanakan
tugas kepengawasannya.

Pasal 29
Selain tugas pokok yang ditetapkan dalam pasal 28 AD, Pengawas juga bertugas:
a. Menjaga agar operasional KOPERASI selalu taat azas dengan Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi yang
telah ditetapkan.
b. Mencegah terjadinya penyimpangan dan/ atau penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pengurus;
c. Mengambil tindakan kolektif untuk meluruskan kembali bila terjadi penyimpangan/ penyalahgunaan wewenang.

Pasal 30
1. Anggota Pengawas yang berhenti atas permohonan sendiri sebelum masa jabatannya habis, diselesaikan
dengan tata cara yang diberlakukan terhadap anggota Pengurus yang berhenti atas permohonan sendiri
sebelum masa jabatannya berakhir.
2. Ketentuan tersebut pada pasal 23 ayat (1) s/d ayat (8) diberlakukan pada anggota Pengawas tersebut pada ayat
(1) pasal ini.

Pasal 31
1. Anggota Pengawas dapat diberhentikan melalui RALB bila yang bersangkutan terbukti:
a. Dengan sengaja tidak melaksanakan ketentuan dalam UU / AD / ART / Keputusan Rapat Anggota.
b. Melaksanakan suatu tindakan yang menyimpang atau bertentangan dengan ketentuan dalam UU / AD /
ART / Keputusan Rapat Anggota.
2. Rapat Anggota Laur Biasa (RALB) diselenggarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan pada pasal 20 AD.

Pasal 32
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan dalam menjalankan tugas yang diembannya, kepada
Pengawas diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan yang besarnya ditetapkan oleh Rapat
Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) AD kepada Pengawas diberikan bagian dari
SHU.

BAB X
DEWAN PENASEHAT

Pasal 33
1. Dewan Penasehat dapat dipilih dan terdiri dari Tokoh Masyarakat.
2. Dewan Penasehat diminta atau tidak diminta dapat menyampaikan saran dan/ atau pandangan mengenai
permasalahan yang dihadapi Koperasi kepada Pengurus/ Pengawas baik sendiri-sendiri maupun secara kolektif.
3. Dewan Penasehat dapat melihat, menyalin dan meneliti informasi/ data baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis mengenai keadaan Koperasi, dan berhubungan langsung dengan Pengurus, Pengawas, karyawan dan
anggota Koperasi serta sumber-sumber informasi baik di dalam maupun di luar Koperasi.

BAB XI
PENGELOLA DAN KARYAWAN KOPERASI

Pasal 34
1. Hubungan kerja antara Pengelola dengan Koperasi berdasarkan ketentuan pasal 22 ayat (4) AD dikukuhkan
dengan Kontrak Kerja.
2. Pengelola dapat diberhentikan oleh Pengurus meskipun jangka waktu kontrak kerja belum habis, bila pengelola
yang bersangkutan ternyata:
a. Tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi kontrak kerja tersebut pada ayat (1) pasal ini, atau
b. Melakukan kekeliruan/ kesalahan manajemen sehingga menimbulkan kerugian pada Koperasi,
sebagaimana dinyatakan oleh Internal Auditor UAD atau Akuntan Publik dalam laporannya.
3. Pengelola dan/ atau karyawan Koperasi bertanggungjawab kepada Pengurus.
4. Syarat Pengelola Koperasi;
a. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
b. Mengetahui, memahami dan menghayati secara konsisten batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya.
c. Mempunyai jiwa dan semangat kepemimpinan serta kewirausahaan.
d. Memahami seluk-beluk dan sifat/ usaha pekerjaan yang dikelola dan mempunyai visi untuk
mengembangkannya.
e. Memahami peluang dan risiko yang dihadapi.
f. Mengetahui apa yang harus dilakukan, bagaimana harus dilakukan dan kapan harus dilakukan.
g. Dapat dengan mudah bekerja sama dengan orang lain.
h. Mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memadai.
BAB XII
PEMBUKUAN KOPERASI

Pasal 35
1. Penyelenggaraan pembukuan yang dimaksud dalam pasal 37 ayat (2) AD, ialah Sistem Pembukuan (Akuntansi)
yang diakui oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. Koperasi dapat meminta bantuan audit kepada Internal Auditor di UAD atau Akuntan Publik yang
penunjukkannya wajib mendapatkan persetujuan Pengawas.
3. Unit Usaha yang dikelola dan diadministrasikan secara terpisah wajib menyelenggarakan pembukuan dan
membuat Neraca serta perhitungan Rugi/ Laba tersendiri.

BAB XIII
PERMODALAN

Pasal 36
1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2. Modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan Wajib
c. Modal Penyertaan
d. Simpanan Khusus / Simpanan Kapitalisasi
e. Dana Cadangan
f. Hibah / modal sumbangan
3. Modal Pinjaman adalah pinjaman yang harus dikembalikan dalam periode tertentu yang sesuai dengan
ketentuan. Modal pinjaman dapat berasal dari:
a. Anggota
b. Koperasi lain
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e. Sumber lainnya yang sah
4. Simpanan khusus adalah simpanan yang berasal dari Donatur atau lembaga-lembaga lain yang jangka waktu
penempatannya tidak terbatas dan tidak memperoleh bunga maupun sisa hasil usaha. Apabila koperasi
dilikuidasi, maka simpanan khusus tersebut dikembalikan setelah memperhitungkan kerugian dan semua
pengembalian kewajiban Koperasi.
5. Modal penyertaan dalam pasal 38 AD adalah dana yang berasal dari luar koperasi baik dari Pemerintah maupun
masyarakat (anggota luar biasa), yang turut serta yang membiayai kegiatan usaha koperasi terutama untuk
keperluan investasi dengan syarat tertentu.
6. Syarat-syarat tertentu pada ayat (5) pasal ini antara lain:
a. Turut serta memikul risiko yang timbul dari kegiatan usaha tersebut.
b. Kesatuan usaha yang sebagian equitinya berasal dari modal penyertaan harus dikelola dan
diadministrasikan terpisah dari kesatuan usaha lainnya.
c. Imbalan bagi modal penyertaan diambilkan dari SHU Unit Usaha yang bersangkutan.
d. Pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan/ pengawasan Unit Usaha yang didukung
dengan modal penyertaannya.
e. Pemilik modal penyertaan dalam Rapat Anggota sebagai Peninjau.
7. Hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dengan keikutsertaan modal penyertaan dalam pembiayaan kegiatan
usaha Koperasi, diatur dalam perjanjian tertulis berdasarkan hukum yang berlaku.

BAB XIV
SIMPANAN ANGGOTA

Pasal 37
1. Simpanan wajib tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD untuk pertama kalinya besarnya Rp.
150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya simpanan wajib ditentukan
oleh Rapat Anggota.
2. Modal penyertaan sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD untuk pertama kalinya besarnya Rp. 25.000,00 (dua
puluh lima ribu rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya simpanan wajib ditentukan oleh Rapat Anggota
3. Simpanan wajib dan Modal penyertaan dibayarkan setiap bulan atau dapat dibayar sekaligus beberapa bulan
atau satu tahun dimuka.
4. Simpanan lain diluar simpanan pokok dan simpanan wajib bisa diselenggarakan.

BAB XV
SISA HASIL USAHA

Pasal 38
1. Sisa hasil usaha (SHU) adalah sisa seluruh pendapatan Koperasi yang diterima dalam 1 (satu) tahun buku
setelah dikurangi dengan segala biaya, penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk pajak yang
menjadi beban dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Peruntukan SHU tersebut pada ayat (1) pasal ini sebagai berikut:
a. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi sebagai berikut:
1) Tambahan Modal/ Cadangan Usaha …………………………….30%
2) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan / perbandingan jasanya dalam usaha untuk
memperoleh sisa pendapatan Koperasi…………………………………………………..20%
3) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan / perbandingan simpanannya untuk memperoleh
sisa pendapatan Koperasi………..................................……...20%
4) Pengurus…………………………………………………………….………15%
5) Pengawas……………………………………………………………………10%
6) Dibagikan kepada karyawan Koperas ……………..……………2%
7) Dana Kesejahteraan Koperasi ………………………………………2%
8) Dana Sosial & Pendidikan …………………………………………….1%

b. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk Pihak bukan anggota (anggota
luar biasa) di luar Unit Simpan Pinjam dibagi sebagai berikut:
1) Tambahan Modal/ Cadangan Usaha …………………………..30%
2) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan / perbandingan jasanya dalam usaha untuk
memperoleh sisa pendapatan Koperasi………………………………………………....20%
3) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan / perbandingan simpanannya untuk memperoleh
sisa pendapatan Koperasi …................................…….……...20%
4) Pengurus…………………………………………………………….………10%
5) Pengawas……………………………………………………………………5%
6) Pendiri ……………………………………………………………………….10%
7) Dibagikan kepada karyawan Koperasi ……………..……………2%
8) Dana Kesejahteraan Koperasi ………………………………………2%
9) Dana Sosial & Pendidikan …………………………………………….1%

BAB XVI
SANKSI-SANKSI

Pasal 39
1. Tenggang waktu antara peringatan pertama, peringatan kedua dan peringatan ketiga yang dimaksud dalam
pasal 47 ayat (1) AD masing-masing 2 (dua) bulan.
2. Waktu skorsing tersebut pada pasal 47 ayat (1) AD selama 6 (enam) bulan.
3. Pelaksanaan dan tata cara pengenaan sanksi akan diatur oleh Pengurus dalam Keputusan tersendiri.
4. Terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 25 AD sehingga menimbulkan kerugian
kepada Koperasi, diberhentikan dari jabatannya serta keanggotaannya dalam Koperasi dengan tidak
hormat dengan memperhitungkan hak dan kewajibannya.
5. Anggota diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaannya dari Koperasi bila yang bersangkutan
mempergunakan informasi yang diperoleh dengan fasilitas yang disediakan pasal 23 AD untuk tujuan yang
merugikan Koperasi.

BAB XVI
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 40
1. Khusus pada saat pembentukan Pengurus dan Pengawas Koperasi yang pertama kali, ketentuan pada
pasal 19 ayat (1) a, dan pasal 26 ayat (2) a, tidak berlaku.
2. Penilaian kinerja Pengurus dan Pengawas yang ditunjuk pada awal pembentukan koperasi, baru dimulai
pada tahun buku 2010.

BAB XVII
PENUTUP

Pasal 41
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggarn Rumah Tangga (ART) ini akan diatur dalam Peraturan Khusus yang
ditetapkan oleh Pengurus.

Pasal 42
1. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh Rapat Anggota yang diselenggarakan pada tanggal 12 Desember
2010 di Jogjakarta.
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan.

Anda mungkin juga menyukai