Anda di halaman 1dari 13

NAMA : ADE MASYITA

NIM : 2005901010006
PRODI : AGRIBISNIS
FAKULTAS : PERTANIAN
MK : KEPEMIMPINAN TEUKU UMAR
DOSEN PENGAMPU : ILKA SANDELA, S.H., M.H
BIOGRAFI POCUT
BAREN

“HARIMAU BETINA”
PENERUS PERANG ACEH
Pocut Baren adalah seorang pahlawan dan ulama
wanita dari Aceh yang terkenal gigih melawan
penjajahan Belanda.
Selain menjadi panglima perang, ia pun
menjadi uleebalang daerah Gome. Ia mempunyai
pengikut setia yang banyak dan membantunya dalam
pertempuran melawan Belanda. Menurut cerita
penduduk, ia ikut bergerilya bersama-sama pasukan
yang dipimpin oleh Cut Nyak Dhien.

Setelah Cut Nyak Dhien tertangkap oleh Belanda, Pucut


Baren tetap meneruskan perjuangan menentang
penjajahan Belanda. Ia menjadi panglima perang
menggantikan suaminya yang meninggal dunia dalam
peperangan.
Pocut Baren merupakan anak perempuan seorang uleebalang Teuku
Cut Anmat Tungkop, sebuah kemukiman di Kecamatan Sungai
Mas, Kabupaten Aceh Barat.
Ia lahir pada tahun 1880 di Kabupaten Aceh Barat.
Setelah dewasa menikah dengan seorang Keujruen yang kemudian
menjadi Uleebalang Gume, Kabupaten Aceh Barat. Yang kemudian
tewas dalam peperangan melewan Belanda. Peperangan yang dia
ikut juga didalamnya. Namun kematian suaminya tidak menyurutkan
semangatnya untuk terus melanjutkan berjuang.

Setelah suaminya tewas kemudian Pocut Baren menggantikan


suaminya sebagai uleebalang, Dalam berptempur Pocut Baren selalu
diiringi oleh semacam pengawal, terdiri dari lebih kurang tiga puluh
orang pria. Kemana-mana ia selalu memakai peudeueng tajam
(pedang tajam), sejenis kelewang bengkok
PERLAWANAN TERHADAP BELANDA

Pocut Baren telah berjuang dalam waktu yang cukup lama. Sejak
muda ia terjun ke kancah pertempuran. Pocut Baren juga ikut berjuang
bersama-sama dengan Cut Nyak Dhien. Perjuangan dan perlawanan
Pocut Baren yang gagah berani dilukiskan sendiri oleh penulis
Belanda bernama Doup. Pocut Baren telah melakukan perlawanan
terhadap Belanda sejak tahun 1903 hingga tahun 1910.

Berbulan-bulan Pocut Baren memimpin pasukannya masuk keluar


hutan, berjuang sambil menghindari kejaran tentara Belanda. Pada
1906, pada pelariannya ia menemukan sebuah gua tersembunyi di
lereng Gunung Mancang, Aceh Selatan. Pocut Baren kemudian
menjadikan gua tersebut sebagai markas pasukannya.
PERLAWANAN TERHADAP BELANDA

Selain berfungsi sebagai markas, gua di


Gunung Mancang juga digunakan sebagai
benteng pertahanan bagi pasukan Pocut
Baren. Setiap usai menyerang pos-pos
militer, tangsi-tangsi, menyergap patroli
Belanda, atau menemukan tentara musuh
dan lantas menggempurnya, orang-orang
Pocut Baren langsung masuk ke dalam
hutan, lantas berkumpul lagi di markas
sebelum bergerak kembali.
PERLAWANAN TERHADAP BELANDA

Perlawanan gerilya yang dilakukan Pocut membuat Belanda benar-


benar pusing dan terpaksa harus mendatangkan balabantuan dari
Batavia untuk mengejar pejuang-pejuang Aceh. Belasan perwira militer
Belanda, yang sebelumnya dianggap hebat karena berhasil
menangkap para pejuang Aceh era Cut Nyak Dhien yang dulu dipimpin
van Heutz, didatangkan untuk bergantian memimpin operasi
pengejaran Pocut Baren, tetapi tidak tidak pernah berhasil menangkap
Sang Harimau Betina Aceh penerus Cut Nyak Dhien tersebut.
PERLAWANAN TERHADAP BELANDA

Namun, pada akhirnya perjuangan Pocut Baren di medan perang harus


berakhir. Pada sebuah penyerangan besar-besaran, sekitar lima tahun
setelah penangkapan Cut Nyak Dhien, Pocut pun tertangkap. Itu
dimungkinkan karena semakin sempitnya wilayah perjuangan Pocut di
pegunungan, karena pengepungan yang kian merangsek. Belanda
kemudian menyirami daerah sekeliling area yang diperkirakan
ditempati Pocut Baren dan para pengikutnya dengan minyak dan
membakarnya. Panas, asap, dan abu pembakaran, membuat orang-
orang Pocut Baren kelimpungan dan sulit membalas serangan.
AKHIR PERJUANGAN MELAWAN
BELANDA

Pocut Baren dibawa ke markas Belanda di Kutaraja, Banda


Aceh. Di dalam tahanan, kondisi luka di kakinya makin
memburuk karena mulai busuk. Dokter Belanda kemudian
memutuskan untuk mengamputasi kakinya.

Timbul perdebatan di kalangan para petinggi Belanda di


Hindia saat itu. Ada yang mengusulkan agar Pocut Baren
diasingkan ke luar Aceh, seperti halnya Cut Nyak Dhien.
Ada pula yang merasa simpatik dan menyarankan
supaya Pocut Baren diampuni, mengingat kondisinya
yang tidak memungkinkan untuk terus melawan setelah
kakinya diamputasi.
AKHIR PERJUANGAN MELAWAN
BELANDA

Entah mengapa, pilihan kedua yang akhirnya dipilih. Orang-


orang Belanda merasa patut menghormati Pocut Baren
sebagai sosok perempuan tangguh yang pantang menyerah.
Belanda kemudian memulangkan Pocut Baren ke kampung
halamannya, dengan dihadiahi kaki palsu yang khusus
didatangkan dari negeri Belanda, untuk sedikit membantunya
berjalan.
WAFAT

Pocut Baren meninggal pada tahun 1933 dan dimakamkan


di kampung halamannya, Kemukiman Tungkop, Kecamatan
Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat. Sebagai bentuk
penghargaan pemerintah memberi nama salah satu jalan di
Nanggroe Aceh dengan nama Pocut Baren.
Referensi :
https://jernih.co/potpourri/mengingat-kembali-pocut-barenharimau-
betina-penerus-perang-aceh/

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/11/pocut-baren-
pahlawan-ulama-wanita-dari-aceh.html?m=1

TEURIMONG GEUNASEH

Anda mungkin juga menyukai