Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipetensi Pada Masyarakat

MARWIYAH
1219128

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup
lama. Gaya hidup turut memengaruhi kecepatan mereka menjadi seorang penderita
hipertensi. pola diet yang tidak sehat, hidup bermalas-malasan, memiliki kebiasaan merokok,
dan mengonsumsi obat-obatan tertentu mempercepat yang telah beresiko tinggi terhadap
hipertensi untuk segera menjadi penderita hipertensi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan
gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di Puskesmas Pacet Kabupaten
Cianjur tahun 2020. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat
yang datang ke puskesmas pacet pada bulan januari – Desember yang mempunyai tekanan
darah tinggi sebanyak 686 orang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 responden dengan
menggunakan teknik random sampling. Hasil Penelitian: Gaya hidup pada masyarakat di
wilayah Puskesmas Pacet kabupataen Cianjur tahun 2020 sebagian besar dalam kategori tidak
baik yaitu sebanyak 59 responden (56,8%). Hipertensi pada masyaakat di wilayah Puskesmas
Pacet kabupaten Cianjur tahun 2020 sebagian besar dalam kategori hipertensi stadium 1
sebanyak 56 responden (63,6%). Terdapat Hubungan gaya hidup dengan kejadian Hipertensi
dengan nilai P value = 0,000. Kesimpulan: Disarankan kepada tenaga kesehatan agar
memberikan/ meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang gaya hidup yang benar untuk
mencegah terjadinya hipertensi tentang aktivitas yang harus dilakukan, makanan apa saja
yang harus dimakan, pola istirahat yang baik bagaimana dan mengadakan posbindu untuk
mengontrol tekanan darah pada masyarakat supaya bisa mendeteksi secara dini.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pencegahan Penularan, TB

PENDAHULUAN
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi.
Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. (kemenkes RI, 2018). WHO melaporkan negara-
negara berpendapatan tinggi mepunyai jumlah penderita hipertensi yang lebih rendah
dibandingkan negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. (Lisa Schlein, 2013)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 34,1% dengan jumlah penderita hipertensi 63 juta
lebih (63.309.620 orang). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Data Riskerdas juga menyebutkan bahwa
angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Provinsi Jawa Barat
menempati posisi kedua untuk provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu berkisar
40% (Kemenkes, 2018). Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas
didapatkan data faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah
sebesar 95,5%, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi
obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%.
Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok
usia usia 15-24 tahun (8,7%) pada kelompok usia 25-34 tahun (14,7%) , kelompok umur 35-
44 tahun (24,8%) usia 45-54 tahun (35,6%), 55 - 64 tahun (45,9%) untuk usia 65 - 74 tahun
(57,6%) sedangkan lebih dari 75 tahun adalah 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut
hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. hal ini terjadi karena
hipertensi dan komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi yang tidak ada
gejala (Widjaja.dkk 2013). Beradasarkan laporan dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, angka
kejadian hipertensi di Provinsi Jawa Barat sebesar 29,4% atau 13.612.359 jiwa dari
46.300.543 jumlah penduduk (Dinkes Jabar, 2018) Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan
tahunan penyakit hipertensi Dinkes Kabupaten Cianjur tahun 2019 di 12 puskesmas
kabupaten Cianjur yang menderita hipertensi sebanyak yaitu 2241 orang. Dan puskesmas
pacet merupakan puskesmas yang masih tinggi angka hipertensinya.
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
atau nilai tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut Perhimpunan Hipertensi
Indonesia, untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah
minimal dua kali dengan jarak satu minggu bila tekanan darah <160/100 mmHg.
(Garnadi,2012). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat
sistemik alias berlangsung terus menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi
tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang
disebut hipertensi (Lingga, 2012)
Penelitian yang dilakukan linda (2018) dengan judul hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi didesa Bumiayu kanupaten Bojonegoro, jenis penelitiannya adalah
deskripotif dengan rancangan penelitian cross sectional. poplasi pada penelitian ini adalah
150 keala keluarga dengan menghunakan tehnik pengambilan sample adalah cluster random
sampling didapatkan hasil 0,01 artinya terdapat hubungan bermakana antara gaya hidup
dengan kejadian hipertensi. Penelitian lain oleh Meylen dkk (2016) dengan judul penelitian
tentang hubungan gaya hidup dengan kejadain hipertensi di puskesmas Kalongan kecamatan
Klawat kabupaten Minahasa utara . metode penelitian ini dilakukan secara cross sectional
dengan jumlah sampel 32 oang didapatkan hasil aktifitas fisik, mengkonsumsi makanan stress
ada hubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p va;ue kurang dari 0, 05.
Gaya hidup turut memengaruhi kecepatan mereka menjadi seorang penderita hipertensi.
pola diet yang tidak sehat, hidup bermalas-malasan, memiliki kebiasaan merokok, dan
mengonsumsi obat-obatan tertentu mempercepat yang telah beresiko tinggi terhadap
hipertensi untuk segera menjadi penderita hipertensi (Lingga, 2012). Gaya hidup dapat
memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola prilaku
sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang
meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan
minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).
Menurut Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pada pasal 2 ayat 3
disebutkan bahwa jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
meliputi 12 SPM yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin,
pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar, pelayanan
kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada usia lanjut, pelayanan kesehatan
penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus, pelayanan kesehatan
orang dengan gangguan jiwa berat, pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis, dan
pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh
manusia (HIV) yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif . Pada pasal 3
ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib memenuhi mutu pelayanan dasar pada
SPM bidang Kesehatan dimana capaian kinerja pemerintah daerah dalam pemenuhan mutu
pelayanan harus berdasarkan ke- 12 SPM tersebut harus mencapai 100 %. Hipertensi dan
Lansia termasuk kedalam 12 SPM tersebut.
Gaya hidup turut memengaruhi kecepatan mereka menjadi seorang penderita hipertensi.
pola diet yang tidak sehat, hidup bermalas-malasan, memiliki kebiasaan merokok, dan
mengonsumsi obat-obatan tertentu mempercepat yang telah beresiko tinggi terhadap
hipertensi untuk segera menjadi penderita hipertensi (Lingga, 2012). Gaya hidup dapat
memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola prilaku
sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang
meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan
minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas Pacet
kabupaten Cianjur pada bulan Oktober 2020. Angka kejadian hipertensi masih tinggi
didapatkan pada tahun 2019 sebanyak 2241 dan pada tahun 2020 pada bulan januari –
Desember 2020 sebanyak 686 dan kebanyakan yang hipertensi pada usia produktif.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 6 orang penderita hipertensi mereka
mengatakan senang mengkonsumsi makanan berlemak, kadar garam tinggi, jarang
mengonsumsi sayur dan buah, ada yang merokok, stress dan mereka jarang malah ada yang
tidak melakukan olahraga.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti “hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di puskesmas pacet kabupaten Cianjur tahun
2020”.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
study. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang datang ke puskesmas pacet
pada bulan januari – Desember yang mempunyai tekanan darah tinggi sebanyak 686 orang.
Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 responden dengan menggunakan teknik random
sampling.
Tabel 1: Definisi Operasional
Cara Ukur & Skala
Variabel Definisi operasional Hasil Ukur
Alat ukur Ukur
Hipertensi Kondisi di mana Sfigmomanometer - Normal <120/ <80 Ordinal
tekanan darah mmHg
seseorang melebihi - Pre- Hipertensi
batas normal 120-139 / 80-89
sistoliknya ≥140 mmHg
mmHg dan diastolik ≥ - Hipertensi
90 mmHg Stadium 1 140-
159 / 90-99
mmHg
- Hipertensi
stadium 2
(Berbahaya)
≥160 / ≥100
mmHg
(Kowalski E Robert,
2010)
Gaya Kebiasaan sehari-hari kuesioner 1.Tidak baik Nominal
Hidup seseorang yang 2.Baik
meliputi aspek aktifitas
fisik, pola makan,
istirahat dan olahraga
HASIL PENELITIAN
Gaya hidup pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020
Tabel 2. Distribusi Frekuensi gaya hidup pada masyarakat di wilayah Puskesmas
Pacet tahun 2020
Gaya Hidup Lansia Jumlah Presentasi (%)
Baik 38 43,2
Tidak Baik 50 56,8
Total 88 100

Hasil tabel 2 menujukan bahwa sebagian besar gaya hidup pada masyarakat di
wilayah puskesmas Pacet sebagian besar tidak baik yaitu 50 responden atau 56,8%.

Hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas
Pacet tahun 2020
Kejadian Hipertensi Jumlah Presentasi (%)
Prehipertensi 7 8
Hipertensi stadium 1 56 63.6
Hipertensi stadium 2 25 28.4
Total 88 100

Hasil tabel 3 menujukan bahwa sebagian besar kejadian hipertensi pada masyaakat
pada hipertensi stadium 1 sebanyak 56 responden atau 63,6%.

Hubungan Gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada masyarakat di wilayah


Puskesmas Pacet tahun 2020
Tabel 4. Hubungan Gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada masyarakat di
wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020
Gaya hidup
No Pengetahuan Tidak Jumlah % pvalue
Baik
Baik
1 prehipertensi 6 1 7 8%
Hipertensi
2 32 24 56 63,6 %
stadium 1
0,000
Hipertensi
3 0 25 25 28,4 %
stadium 2
Jumlah 38 50 88 100%
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa responden yang memiliki gaya hidup baik
yakni sebanyak 38 responden (43,2%), dimana yang prehipertensi ada 6 responden, hipertensi
stadium 1 ada 32 responden. Adapun yang gaya hidup tidak baik sebanyak 50 responden
(56,8%), dimana 1 reponden prehipertensi, 24 responden hipretensi stadium 1 dan 25
hipertensi stadium 2
Hasil uji statistik analisa bivariat diperoleh nilai P value = 0,000 berarti P value< 0,05
maka H0 ditolak dan hipotesis diterima, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan Gaya hidup
dengan kejadian Hipertensi pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020

PEMBAHASAN
Gaya hidup pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020
Berdasarkan Hasil tabel 4.1 menujukan bahwa sebagian besar gaya hidup pada
masyarakat di wilayah puskesmas Pacet sebagian besar tidak baik yaitu 50 responden atau
56,8%.Dari hasil penelitian didapatkan aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan
merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi. Untuk aktifitas fisik didapatkan
beberapa masyarakat tidak melakukan olahraga pagi. Menurut Anggara & Prayitno (2013),
Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Menurut
penelitian WHO (2005). Aktivitas olahraga dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu: Baik,
jika dilakukan ≥ 30 menit, ≥ 3 kali/minggu, Cukup, jika dilakukan ≥ 30 menit, ≥ 2-3
kali/minggu, Kurang, jika dilakukan < 30 menit, < 3 kali/minggu.
Pola makan masih didapatkan yang masih beberapa yang mengkonsumsi cafein dan
suka makanan siap saji. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa gaya hidup
berdasarkan pola makan mayoritas pola hidup tidak sehat. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bidjuni (2014) tentang "Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di
puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara" pola makan mayoritas
pola hidup tidak sehat (65,6%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh AS (2010) pola makan yang salah merupakan
salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit hipertensi.Faktor makanan modern
sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
bahwa gaya hidup berdasarkan kebiasaan merokok mayoritas tidak merokok. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh South (2014) tentang "Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi di puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara" mengatakan
bahwa kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi tidak ada hubungan (71,9%). Menurut
Sheldon G. (2005). Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin teresap
oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. di
otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan darah yang lenih tinggi. Seseorang mengkonsumsi rokok dua
batang maka tekanan sistoliknya maupun diastoliknya akan meningkat 10 mmHg. Tekanan
darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti menghisap rokok.
Sedangkan untuk perokok berat tekanan darah akan berada level tinggi sepanjang hari.
Kebiasaan istiahat didapatkan masih banyak yang bangun malam sampai 2 kali karena
susah tidur. hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di rumah
sakit umum daerah karanganyar, mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien. Muhammadun (2010) Istirahat dan tidur
berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga untuk menenangkan
pikiran. Tidur yang cukup dimalam hari 6-8 jam akan memulihkan kelelahan sepanjang hari
dan siap untuk bekerja esok hari. Dari hasil penelitian gaya hidup dengan kejadian hipertensi
Dipuskesmas Darussalam Medan, berdasarkan kuesioner yang dibagikan bahwa dapat dilihat
dari jawaban responden, didapat kebiasaan istrahat kurang baik.

Hipertensi pada Masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020


Berdasarkan Hasil tabel 4.2 menujukan bahwa sebagian besar kejadian hipertensi pada
masyaakat pada hipertensi stadium 1 sebanyak 56 responden atau 63,6%.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bidjuni (2014) tentang "Hubungan gaya
hidup dengan kejadian hipertensi di puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten
minahasa utara. Kejadian hipetensi paling banyak pada stadium I sebanyak 58,1%. Menurut
(Sunaryati, 2014) Tekanan darah tinggi atau yang dikenal juga dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah didalam arteri.Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal.
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
atau nilai tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan
Hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal dua kali dengan jarak satu minggu bila tekanan darah <160/100
mmHg. (Garnadi,2012).
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%)
penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essensial). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi, dan peningkatan volume aliran darah. Faktor gizi juga sangat
berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterokslerosis
merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang.
Namun, faktor usia juga ikut berpengaruh karena pada usia lanjut (lansia) pembuluh darah
cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Faktor pemicu hipertensi dapat
dibedakan atas faktor yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur,
serta faktor yang dapat dikontrol, seperti gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, kurang
berolahraga, merokok, konsumsi garam, stres, dan minum minuman beralkohol (Garnadi,
2012).

Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi pada Masyarakat di wilayah


Puskesmas Pacet tahun 2020
Hasil analisis penelitian pada hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020 Hasil uji statistik analisa bivariat
diperoleh nilai P value = 0,000 berarti P value< 0,05 maka H0 ditolak dan hipotesis diterima,
hal ini menunjukan bahwa ada hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet tahun 2020. Hal ini menjelaskan bahwa semakin
baik gaya hidup yang dilakukan maka kejadian hipertensi akan semakin berkurang.
Tekanan darah tinggi atau yang dikenal juga dengan sebutan hipertensi ini merupakan
suatu meningkatnya tekanan darah didalam arteri.Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (Sunaryati, 2014).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmarita (2014) tentang hubungan gaya
hidup dengan kejadian hipertensi di karanganyar, gaya hidup sangat berpengaruh dengan
kejadian hipertensi pada lansia. Dimana dengan gaya hidup yang tidak sehat maka akan
cenderung terkena hipertensi. Peneitian yang sama yang dilakukan oleh pakpahan (2016)
tentang hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Medan Johor dengan menggunakan uji statistik Spearman rho dengan nilai r
sebesar -0.304 dengan signifikan p = 0,002 (p < 0,05) artinya Ho ditolak dan H1 diterima
atau ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Medan Johor dan menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu cukup.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi pada masyarakat di puskeskmas Pacet. Jadi semakin baik gaya hidup masyarakat
maka hipertensi pada lebih sedikit. Begitupun sebaliknya kalau gaya hidup masyarakat tidak
baik maka hipertensi pun akan meningkat

SIMPULAN
1. Gaya hidup pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pacet kabupataen Cianjur tahun 2020
sebagian besar dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 59 responden (56,8%).
2. Hipertensi pada masyaakat di wilayah Puskesmas Pacet kabupaten Cianjur tahun 2020
sebagian besar dalam kategori hipertensi stadium 1 sebanyak 56 responden (63,6%).
3. Terdapat Hubungan gaya hidup dengan kejadian Hipertensi pada masyarakat di wilayah
Puskesmas Pacet Kabupaten Cianjur tahun 2020 dengan nilai P value = 0,000.

SARAN
Disarankan kepada responden untuk selalu mengikuti anjuran gaya hidup yang benar,
mengontrol tekanan darah, mengurangi garam pada makanan, mengurangi makanan tinggi
lemak, olahrahga secara teratur.
Disarankan kepada tenaga kesehatan agar memberikan/ meningkatkan penyuluhan
kesehatan tentang gaya hidup yang benar untuk mencegah terjadinya hipertensi tentang
aktivitas yang harus dilakukan, makanan apa saja yang harus dimakan, pola istirahat yang
baik bagaimana dan mengadakan posbindu untuk mengontrol tekanan darah pada masyarakat
supaya bisa mendeteksi secara dini
Karena penelitian ini jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan bagi peneliti
selanjutnya untuk lebih meningkatkan jenis penelitiannya mengenai factor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi. Sehingga diharapkan hasil dari penelitian tersebut akan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Alvino, dkk,. 2015. Upaya Penderita Hipertensi Untuk Mempertahankan Pola Hidup Sehat.

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hal : 45-47.

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans InfoMedia

Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2018.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Kementerian Kesehatan RI.b. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Maryam, R. Siti & dkk (2012). Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: PT Indeks.

Puskesmas Pacet. Laporan Bulanan Data Penyakit Hipertensi di Puskesmas Pacet Kabupaten
Cianjur Tahun 2020

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta. Agro Media Pustaka.

Lumbantobing. 2012. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. cetakan ke 15. FKUI.
Jakarta

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC; 2012.

Rusdi & Nurlaela I. 2009. Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi & diabetes.
Yogyakarta : Power Books (IHDINA).

Suoth, M, Bidjuni, H, Malara, RT 2014 ‘Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di
puskesmas kolongan kecamatan kaawat kabupaten minahasa utara 2014’, Jurnal
Keparawatan (e-Kp), Vol.2, (1): 1-10.

Solehatul mahmudah, dkk. (2015). Hubungan gaya hidup dan pola makan Dengan kejadian
hipertensi pada lansia Di kelurahan sawangan baru kota depok Tahun 2015. Jurnal
biomedika, volume 8 nomor 2.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2010). MetodePenelitianKuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Schlein, Lisa. (2013). WHO, 1 Miliar Orang di Dunia Alami Hipertensi.

World Heath Organization (WHO). 2010; Physical Activity. In Guide to Community


Preventive Services Web site

Anda mungkin juga menyukai