Anda di halaman 1dari 1

Fuad Muhammad Syafruddin adalah wartawan Bernas asal Yogyakarta, Udin kerap menulis

artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Ia menjadi wartawan di Bernas
sejak 1986.

Pada Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan
rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin,
yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS
Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit tersebut.
Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang besi di bagian kepala
itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada hari Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.

Sebelum meninggal, Udin disibukkan dengan peliputan pemilihan Bupati Bantul untuk masa
jabatan 1996-2001. Ia mengikuti tiap perkembangan peristiwa dengan saksama. Pemilihan saat
itu dianggap alot dan rumit. Pasalnya, terdapat tiga calon yang maju dan semuanya berlatar
belakang militer.

Satu calon yang mencolok pemegang suatu jabatan politik yang sedang menjabat ialah Sri Roso
Sudarmo. Selama memegang kendali kekuasaan, Sri Roso dianggap tidak kompeten dan penuh
praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).

Laporan paling bikin gempar adalah soal tentang ada calon bupati yang diduga kuat bakal
memberikan dana sebesar satu miliar rupiah kepada Yayasan Dharmais milik Soeharto.
Walaupun tidak dijelaskan siapa calon yang dimaksud, belakangan jelas bahwa sosok tersebut
adalah Sri Roso

Tak cuma menyerang Sri Roso Sudarmo, laporan Udin juga menampar Orde Baru yang kala itu
telah berada di senja kala kekuasaan.

Kasus Udin menjadi ramai ketika Kanit Polres Bantul Edy Wuryanto dilaporkan telah
'membuang barang bukti', yakni melarung sampel darah dan juga mengambil buku catatan Udin,
dengan dalih melakukan penyelidikan.

Dalam sidang, ia dinyatakan bersalah karena menghilangkan buku catatan Udin sebagai bukti
yang dapat membantu untuk mengungkap sebuah kasus kejahatan. Buku catatan tersebut diduga
berisi data-data sejumlah kasus penyimpangan yang akan ditulis korban. Edy Wuryanto akhirnya
divonis hukuman penjara satu tahun delapan bulan.

Dwi Sumaji alias Iwik, seorang sopir perusahaan iklan, juga mengaku dikorbankan oleh polisi
untuk membuat pengakuan bahwa ia telah membunuh Udin. Iwik dipaksa meminum bir
berbotol-botol dan kemudian ditawari uang, pekerjaan, dan seorang pelacur. Namun di
pengadilan, pada 5 Agustus 1997 Iwik mengatakan, "Saya telah dikorbankan untuk bisnis politik
dan melindungi mafia politik. Pada November 1997, pengadilan akhirnya memvonis bebas Iwik.
Majelis hakim berpendapat tidak ada bukti yang menguatkan Iwik adalah pelaku pembunuhan.

Anda mungkin juga menyukai