Anda di halaman 1dari 74

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

(BPP)

Minggu ke : 1 dan 2
Unit Kompetensi : Iklim dan Sumberdaya Air
Waktu : 2 x 170 menit
Tempat : Stasiun Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
a) Pengenalan alat-alat klimatologi
b) Pemasangan alat di stasiun klimatologi

2. Indikator Kinerja :
a) Menggambar skets bentuk alat dan bagian-bagiannya
b) Menjelaskan fungsi dan cara kerja alat
c) Memasang alat di stasiun

3. Teori :
Alat-alat klimatologi adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur unsur-
unsur iklim/cuaca yang penting bagi pengaplikasian teknik irigasi dan
pemanfaatan sumberdaya air. Unsur-unsur iklim yang diukur untuk kepentingan
teknik irigasi dan pemanfaatan sumberdaya air meliputi radiasi surya, suhu udara,
suhu tanah, kelembaban udara, angin, penguapan dan curah hujan.

Menurut Manan dan Nusirwan (1993) pengukuran radiasi surya meliputi lama
penyinaran yang diukur dengan alat Campbel Stokes dan intensitas radiasi diukur
dengan alat Aktinograf Dwi Logam. Pengukuran suhu udara dengan
menggunakan termometer bola kering, termometer maksimum-minimum, dan
termograf. Pengukuran suhu tanah dengan menggunakan termometer tanah.
Pengukuran kelembaban udara dengan menggunakan alat Psikrometer (tipe Sling,
Assman, dan tipe Sangkar). Suhu dan kelembaban udara bisa diukur secara
bersamaan dengan menggunakan alat Termohigrograf. Penguapan diukur dengan

64
alat Atmometer Piche dan Panci Evaporasi kelas A. Curah hujan diukur dengan
penakar hujan tipe Observatorium dan tipe Hellman.

Secara garis besar alat-alat klimatologi dikelompokkan menjadi dua yaitu alat
manual dan alat otomatis. Alat manual adalah alat yang tidak mempunyai
perekam hasil pengukuran. Jadi semua pengamatan harus dicatat secara manual
oleh pengamat. Alat otomatis adalah alat yang mempunyai perekam, dan hasil
pengukuran direkam dalam kertas pias.

Alat-alat tersebut dipasang di suatu tempat yang disebut Stasiun Klimatologi.


Setiap alat yang dipasang di stasiun klimatologi, harus memenuhi syarat-syarat
tertentu sesuai dengan spesifikasinya serta untuk keseragaman pemasangan antara
satu stasiun dengan stasiun lainnya.

Menurut Manan dan Nusirwan (1993) secara umum pemasangan alat di dalam
stasiun klimatologi harus memenuhi persyaratan: ketinggian dari permukaan
tanah, arah mata angin, jarak antar alat, jarak dengan halangan di sekitar stasiun
serta terhindar dari gangguan yang sudah bisa diperkirakan. Bila pemasangan
idak mengindahkan persyaratan yang dituntut oleh setiap alat, maka peralatan
yang terpasang tidak akan maksimal dalam fungsi dan pemanfaatannya.

Cara pemasangan alat di Stasiun Klimatologi adalah sebagai berikut:


a). Aktinograf
Alat ini harus ditempatkan di tempat terbuka dengan catatan, pada saat surya
berada pada ketinggian 5 derajat, maka sinar surya sudah bisa
mencapai/mengenai sensor alat tersebut. Cara pemasangannya yaitu ditaruh di
atas pilar beton setinggi 120 cm dari permukaan tanah dengan posisi sensor
mengarah ke timur barat. Pias dipasang pada tempatnya, pena harus dalam
keadaan terisi tinta lalu dilakukan penyetelan jam.

65
b). Campbell Stokes
Alat ini seperti halnya aktinograf, dipasang di atas patok beton dengan
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Sensor alat harus diletakkan dengan
derajat kemiringan disesuaikan dengan derajat posisi lintang tempat stasiun
klimat berada. Politeknik Negeri Lampung berada sekitar 4,5 derajat LS. Pias
dipasang pada tempat yang sudah tersedia sesuai dengan bentuk pias. Bentuk
pias disesuaikan dengan posisi matahari.
c). Termometer tanah
Termometer jenis ini dipasang menancap ke dalam tanah. Bagian yang berada
di dalam tanah adalah bagian sensornya dengan kedalaman bervariasi mulai
dari 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Khusus untuk termometer dengan kedalaman 50
dan 100 cm harus menggunakan selubung logam.
d). Psikrometer (termometer bola kering-bola basah)
Alat ini diletakkan dalam sangkar cuaca, sensor termometer bola basah
dibungkus dengan kain muslin dan diberi aquades.
e). Termometer maksimum-minimum
Alat ini diletakkan dalam sangkar cuaca seperti termometer bola kering-bola
basah.
f). Anemograf
Alat ini dipasang dengan menggunakan pipa besi sebagai penyangga (tiang)
dengan ketinggian 200 cm dari permukaan tanah. Pias dipasang pada
tempatnya kemudian dilakukan penyetelan putaran jam.
g). Termohigrograf dan termograf
Kedua alat ini diletakkan dalam sangkar cuaca. Pias dipasang pada masing-
masing alat. Pena pencatat diisi tinta kemudian dilakukan penyetelan putaran
jam.
h). Atmometer piche
Alat ini juga diletakkan dalam sangkar cuaca dengan cara digantung. Isi
tabung alat dengan air dan pasang sensor alat dengan penjepitnya, kemudian
alat digantung.

66
i). Panci evaporasi
Alat dipasang di atas tanah secara mendatar dengan dialasi kerangka balok
kayu setebal 5-10 cm yang dicat putih. Panci evaporasi diisi air hingga
mencapai ketinggian 5 cm dari bibir panci. Mikrometer pancing dan tabung
peredam riak dipasang di dalam panci.
j). Penakar hujan observatorium
Alat ini dipasang pada patok besi atau beton dengan ketinggian mulut penakar
120 cm dari permukaan tanah. Tabung pengumpul dipasang pada tempatnya.
k). Penakar hujan Hellman
Alat ini dipasang pada patok beton dengan ketinggian mulut penakar 150 cm
dari permukaan tanah. Pias dipasang pada tempatnya, pena diisi dengan tinta
kemudian dilakukan penyetelan putaran jam.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Pias untuk masing-masing alat, aquades, kain muslin dan air.
Alat: Aktinograf, Campbell Stokes, termometer bola kering, termometer
maksimum-minimum, termograf, termometer tanah, psikrometer,
termohigrograf, atmometer piche, panci evaporasi, penakar hujan
observatorium dan penakar hujan Hellman, termometer tanah, termometer
bola basah, anemograf, termohigrograf, tang, obeng, kunci pas, kompas,
meteran, water pass dan alat tulis.

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 7 orang setiap
kelompoknya. Setiap kelompok melakukan praktikum secara bergiliran dari
satu alat ke alat lainnya sambil dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap kelompok mengamati alat satu per satu secara bergiliran
b) Setiap kelompok membuat gambar alat-alat yang diamati dan bagian-
bagiannya seperti format yang ditentukan.

67
c) Setiap kelompok mencatat nama alat, fungsi alat, cara kerja alat, dan cara
pemasangan alat seperti format yang ditentukan.
d) Setiap kelompok memasang alat sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
e) Hasil kerja kelompok dikumpulkan setelah semua alat selesai diamati
(setelah 2 kali praktikum) sebagai laporan praktikum per kelompok.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Apa keuntungan dan kerugian/kelemahan pemakaian alat manual?
b) Apa keuntungan dan kerugian/kelemahan pemakaian alat otomatis?
c) Sebutkan alat-alat yang termasuk manual dan alat-alat yang termasuk
otomatis!
d) Mengapa alat-alat di stasiun klimat harus terbebas dari halangan?
e) Mengapa pemasangan alat-alat di stasiun klimat pada umumnya berada
pada ketinggian 120 cm? Jelaskan !

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :

68
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Gambar skets bentuk alat dan bagian-bagiannya
b) Nama alat dan bagian-bagiannya
c) Rincian cara kerja alat
d) Waktu pengamatan alat
e) Prosedur cara pemasangan alat di stasiun

69
Form Hasil Pengamatan:
Nama alat:
..........................................
Nama bagian–bagiannya:
.........................................
.........................................
.........................................
.........................................

Gambar alat
Fungsi alat
..................................................................................................
Cara kerja alat
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
Waktu
..................................................................................................
pengamatan
Cara pemasangan
..................................................................................................
alat
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................

70
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 3
Unit Kompetensi : Iklim dan pengelolaan sumberdaya air dan lahan
serta perencanaan dan aplikasi irigasi
Waktu : 170 menit
Tempat : Stasiun Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Pengamatan unsur-unsur cuaca di stasiun klimatologi.

2. Indikator Kinerja :
a) Mengukur, mengamati dan mencatat hasil pengukuran unsur-unsur cuaca
pada form pengamatan yang ditentukan
b) Mengganti kertas pias alat otomatis (berperekam)

3. Teori :
Data cuaca yang benar adalah data yang sesuai dengan kondisi cuaca yang
sesungguhnya terjadi di lapangan. Ketepatan dan keakuratan data pengukuran
cuaca dipengaruhi oleh cara pengambilan data, ketelitian alat, dan penempatan
alat.

Cara pengamatan alat di Stasiun Klimatologi adalah sebagai berikut:


a). Aktinograf
Aktinograf adalah alat untuk mengukur intensitas radiasi sesaat dan total satu
hari. Pengamatan alat ini dengan cara mengganti kertas pias setiap hari atau
setiap minggu. Penggantian pias dilakukan pagi hari sebelum matahari terbit.
Tahapan cara mengganti kertas pias adalah dengan membuka menutup alat,
membuka silinder jam, melepaskan pias lama dan mengganti dengan yang
baru, menyetel jam, memasang kembali silinder jam, mengisi pena dengan

71
tinta, menyetel dudukan pena sesuai dengan jam penggantian pias dan menutup
tutup alat. Pias lama diberi tanggal dan disimpan untuk keperluan analisis.
b). Campbell Stokes
Lama penyinaran diukur dengan alat Campbell Stokes. Pengamatan alat ini
dilakukan dengan cara mengganti kertas pias yang lama dengan yang baru.
Penggantian dilakukan setiap hari, pada pagi hari pukul 07.00 waktu surya
setempat (WSS). Jenis pias ada tiga macam yaitu pias lengkung pendek,
lengkung panjang, dan pias lurus. Tanggal pemasangan tergantung dar posisi
matahari.

Tanggal
Tanggal penggunaan
Pias Letak jalur penggunaan di
di BBS
BBU
Lengkung Terbawah 11 Apr – 31 Agu 11 Okt – 28 Feb
panjang
Lurus Tengah 1 Sep – 10 Okt dan 1 Mar – 10 Apr dan
1 Mar – 10 Apr 1 Sep – 10 Okt
Lengkung Teratas 11 Okt – 28 Feb 11 Apr – 31 Agu
pendek

Pias dipasang pada jalur pias sesuai dengan tempatnya, posisi pukul 12.00 pada
pias harus berimpit dengan posisi pukul 12.00 pada alat.
c). Termometer tanah
Suhu tanah diukur dengan termometer tanah. Pengamatan dilakukan dengan
mencatat nilai suhu tanah yang terbaca. Pengamatan dilakukan tiga kali sehari
yaitu pada pukul 07.00, 13.30 dan 17.30 WSS. Pada saat pengamatan,
pembacaan dimulai dari termometer kedalaman terendah (5 cm) berurut ke 10,
20, 50 dan 100 cm. Pembacaan nilai suhu satu desimal (contoh 26,5 ºC).
d). Psikrometer (termometer bola kering-bola basah
Psikrometer adalah alat pengukur kelembaban relatif (RH) udara. Alat ini
terdiri dari pasangan termometer bola kering dan termometer bola basah.
Psikrometer diamati tiga kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.30 dan 17.30 WSS.
Penentuan RH udara didasarkan nilai suhu bola kering, dan selisih suhu bola
kering dan bola basah. Pembacaan suhu bola kering dan suhu bola basah
hingga satu desimal (contoh 27,5 ºC). Pada saat pengamatan yang dibaca
terlebih dahulu adalah termometer bola kering, menyusul kemudian

72
termometer bola basah. Data suhu udara dapat juga ditentukan dari hasil
pengukuran termometer bola kering tersebut.
e). Termometer maksimum-minimum
Termometer maksimum-minimum adalah alat pengukur suhu udara tertinggi
dan terendah dalam satu hari. Pembacaan dilakukan sekali pada pukul 07.00
WSS. Untuk termometer maksimum, setelah pembacaan maka air raksa di
dalam tabung dikembalikan ke arah sensor dengan cara diayun-ayunkan.
Demikian juga untuk termometer minimum, setelah dibaca tuas di dalam
alkohol dikembalikan ke arah ujung alkohol (menjauhi sensor) dengan cara
memiringkannya. Suhu maksimum yang terbaca berlaku untuk hari
sebelumnya, sedangkan suhu minimum berlaku untuk hari tersebut.
f). Anemograf
Pengamatan alat ini dilakukan dengan cara mengganti kertas pias.
Penggantian kertas pias dilakukan jika kertas pias yang terpasang telah habis
terpakai. Penggantian biasanya dilakukan sebulan sekali. Namun demikian
setiap hari alat ini harus diperiksa. Hal-hal yang harus diperiksa meliputi
putaran jam dan kertas pias.
g). Termohigrograf dan Termograf
Pengamatan kedua alat ini dengan cara mengganti kertas pias. Kedua alat ini
menggunakan kertas pias mingguan. Penggantian kertas pias dilakukan setiap
hari Senin pagi pukul 07.00 WSS. Setelan jam dan ketersediaan tinta pada
pena setiap hari harus diperiksa agar perekaman dapat terlaksana dengan baik.
Penggantian kertas pias dilakukan dengan tahapan: membuka tutup alat,
membebaskan pena dari kertas pias, membuka silinder jam, melepaskan pias
lama dan mengganti dengan pias baru, memutar setelan jam, memasang jam
pada tempatnya, mengembalikan pena agar menyentuh kertas pias, kemudian
menutup alat.
h). Atmometer Piche
Alat ini diamati dengan cara membaca volume air pada skala tabung,
kemudian dicatat. Pengamatan dilakukan setiap hari pukul 07.00 WSS. Jika
air dalam tabung hampir habis maka tabung diisi kembali hingga mendekati

73
penuh, catat volume air setelah penambahan. Pembacaan sampai satu desimal
(contoh 12,5 ml).

i). Panci evaporasi Klas A


Alat ini diamati dengan cara mengukur ketinggian permukaan air pada panci
menggunakan mikrometer pancing. Pengamatan dilakukan setiap pagi hari
pada pukul 07.00 WSS. Pembacaan dilakukan empat angka, dengan dua
desimal (contoh 25,35 mm). Sebelum pembacaan putar mikrometer pancing
hingga ujung pancing berimpit dengan permukaan air. Catat nilai pembacaan
pada form yang ditentukan.
j). Penakar hujan observatorium
Pengamatan alat ini dilakukan dengan cara mengukur air hujan yang
tertampung pada tabung pengumpul. Pengamatan dilakukan setiap hari pada
pukul 07.00 WSS. Pengukuran dilakukan dengan gelas ukur khusus dengan
satuan ketinggian air (mm). Setelah diukur air hujan tersebut dibuang,
sehingga alat kembali dalam keadaan kosong.
k). Penakar hujan Hellman
Pengamatan alat ini dilakukan dengan cara mengganti kertas pias lama dengan
kertas pias baru. Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 WSS.
Pias dipasang pada tempatnya, pena diisi dengan tinta kemudian dilakukan
penyetelan putaran jam.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Pias untuk masing-masing alat, aquades, kain muslin dan air.
Alat: Aktinograf, Campbell Stokes, termometer maksimum-minimum,
termograf, termometer tanah, psikrometer, termohigrograf, atmometer piche,
panci evaporasi, penakar hujan observatorium dan penakar hujan Hellman,
termometer tanah, termometer bola basah, anemograf, termohigrograf, tang,
obeng, kunci pas, kompas, meteran, water pass dan alat tulis.

74
5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 7 orang setiap
kelompoknya. Setiap kelompok melakukan praktikum secara bergiliran dari
satu alat ke alat lainnya sambil dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap kelompok mengamati dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengamatan alat.
b) Setiap kelompok mempraktekkan cara mengamati setiap alat dibimbing
dosen/teknisi
c) Setiap kelompok mencatat hasil pengamatan pada form yang disediakan
d) Setiap kelompok melakukan pengamatan harian mendampingi petugas
pengamat
e) Hasil kerja kelompok dikumpulkan satu minggu setelah praktikum sebagai
laporan kelompok.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Mengapa diperlukan keseragaman waktu pengamatan alat antar stasiun
klimatologi ?
b) Mengapa pada pengamatan psikrometer, yang dibaca terlebih dahulu
adalah termometer bola kering baru kemudian termometer bola basah ?
c) Mengapa pada pengamatan suhu tanah, yang dibaca terlebih dahulu adalah
termometer kedalaman rendah kemudian menyusul yang lebih dalam ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

75
Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun
Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Waktu pengamatan alat
b) Prosedur cara pengamatan alat
c) Data cuaca hasil pengamatan

76
Form Hasil Pengamatan:

Stasiun : ....................................................... Waktu pengamatan Catatan


Tanggal : ....................................................... (WSS)
07.00 13.30 17.30
Suhu udara (Termohigrograf) ºC
Kelembaban udara (Termohigrograf) %
Suhu udara (bola kering) ºC
Suhu udara (bola basah) ºC
Suhu maksimum ºC
Suhu minimum ºC
Suhu tanah:
Kedalaman 5 Cm ºC
Kedalaman 10 Cm ºC
Kedalaman 20 Cm ºC
Kedalaman 50 Cm ºC
Kedalaman 100 Cm ºC
Curah hujan mm
Penguapan :
Panci Klas A:
Pembacaan pertama (P1) mm
Pembacaan pertama (P1) mm
Atmometer Piche ml
Lama penyinaran jam
Intensitas radiasi Wm-2
Kecepatan angin m/det

Pengamat,

.......................................

77
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 5
Unit Kompetensi : Radiasi Surya
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis data radiasi

2. Indikator Kinerja :
a) Menganalisis data lama penyinaran
b) Menganalisis data intensitas radiasi

3. Teori :
Agar data cuaca hasil pengukuran alat-alat klimatologi bisa dimanfaatkan dengan
optimal, maka perlu dilakukan pengolahan yang disesuaikan dengan keperluan
penggunaannya. Secara umum data hasil pengamatan diolah menjadi data rata-
rata harian. Pengukuran intensitas radiasi (cal/cm2/menit atau W/m2) yang didapat
dari aktinograf diolah menjadi radiasi harian (cal/cm2 atau Joule/m2), sedangkan
data lama penyinaran yang terekam pada pias campbell stokes dijadikan data lama
penyinaran dalam satu hari (jam/hari).

Penentuan intensitas radiasi berdasarkan pias aktinograf menggunakan alat


planimeter. Sebelum digunakan planimeter perlu dikalibrasi untuk tiap A cm2
luas pias. Jika sudah diketahui tiap A cm2 kertas pias setara dengan jumlah radiasi
tertentu (misal B Joule/m2), maka untuk menentukan total intensitas radiasi harian
dihitung dengan mengukur luas total daerah di bawah kurva intensitas radiasi
(misal C cm2), maka total intensitas radiasi satu hari adalah C x (B/A) x k
Joule/m2. k adalah konstanta planimeter.

78
Untuk menghitung lama penyinaran dalam satu hari dilakukan perhitungan tiap
jam pada hari tersebut. Dalam setiap jam analisis, cara perhitungan sebagai
berikut:
1) Jika pembakaran pada kertas pias hanya meninggalkan lubang atau titik
dikelilingi noda hangus bulat. Setiap noda bulat, lama penyinaran dihitung
setengan dari garis tengah noda. Dua sampai tiga bulatan dihitung 0,1 jam,
empat sampai enam noda dihitung 0,2 jam, dan seterusnya.
2) Pembakaran yang menghasilkan lubang berbentuk garis, lama penyinaran tidak
dihitung penuh. Kedua ujung bulat diperhitungkan sebagai faktor reduksi
sebesar 0,1 jam. Sehingga lama penyinaran menjadi 0,9 jam.
3) Noda hangus yang tidak tembus diperhitungkan penuh
4) Garis pembakaran terputus sesaat-saat, maka setiap pemutusan dianggap
mengurangi lama penyinaran 0,1 jam.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Pias aktinograf, pias campbell stokes, sun shine scale
Alat: Planimeter, kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan analisis intensitas radiasi
harian dan lama penyinaran harian. Setiap mahasiswa melakukan pengukuran
dengan planimeter dan sun shine scale secara bergiliran sambil dibimbing oleh
dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahaiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan data intensitas radiasi dan lama penyinaran.
b) Setiap mahaiswa mempraktekkan cara menghitung intensitas radiasi harian
dibimbing dosen/teknisi
c) Setiap mahaiswa mempraktekkan cara menghitung lama penyinaran harian
dibimbing dosen/teknisi
d) Setiap mahaiswa mencatat hasil pengamatan pada form yang disediakan

79
e) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Mengapa analisis lama penyinaran dilakukan tiap jam ?
b) Mengapa dalam menentukan intensitas radiasi harian menggunakan alat
bantu planimeter ?
c) Jelaskan, jika tidak ada planimeter apakah analisis intensitas radiasi tidak
dapat dilakukan ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur analisis lama penyinaran harian
b) Prosedur analisis intensitas radiasi harian

80
c) Hasil perhitungan radiasi harian
d) Hasil perhitungan lama penyinaran harian

81
Form Hasil Pengolahan

1. Lama penyinaran harian


Stasiun :
Tanggal :
No Pukul Lama penyinaran (jam) Keterangan
1 06 – 07
2 07 – 08
3 08 – 09
4 09 – 10
5 10 – 11
6 11 – 12
7 12 – 13
8 13 – 14
9 14 – 15
10 15 – 16
11 16 - 17
12 17 - 18
13 Jumlah

2. Total radiasi harian


Stasiun :
Tanggal :
Luas satuan terkecil kertas pias = ............................. cm2
Nilai radiasi untuk satuan terkecil kertas pias = ........................ Joule/m2
Luas daerah di bawah kurva intensitas radiasi satu hari = ...................... cm2
Total radiasi satu hari = .................................................kJoule/m2

82
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 6
Unit Kompetensi : Suhu Udara dan Suhu Tanah
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis data suhu udara dan suhu tanah

2. Indikator Kinerja :
a) Menganalisis data suhu udara
b) Menganalisis data suhu tanah

3. Teori :
Suhu merupakan gambaran energi atau panas rata-rata yang terkandung pada
suatu benda. Demikian juga suhu udara dan suhu tanah menyatakan tingkat
energi yang terkandung pada udara dan tanah tersebut. Suhu udara dan suhu
tanah setiap saat berubah sesuai dengan kandungan energi di dalamnya. Pada
umumnya dalam bidang irigasi, yang sering digunakan variabel suhu udara dan
suhu tanah adalah suhu rata-rata harian.

Penghitungan suhu udara rata-rata harian ( T ) menggunakan beberapa persamaan,


tergantung dari alat ukurnya. Pengukuran suhu udara dapat dilakukan dengan:
termometer bola kering, termometer maksimum – minimum dan termograf. Cara
perhitungan sebagai berikut:
a) Termometer bola kering

2  t pagi + t siang + t sore


T=
4
tpagi = suhu yang diamati dari termometer bola kering pada pukul 07.00
tsiang = suhu yang diamati dari termometer bola kering pada pukul 13.30

83
tsore = suhu yang diamati dari termometer bola kering pada pukul 17.30

b) Termometer maksimum – minimum

tmaks + tmin
T=
2
tmaks, tmin = suhu udara tertinggi dan suhu terendah pada hari yang sama

c) Termograf
t00 + t02 + ... + t22
T=
12
t00, t02, ... t22, = suhu udara yang dibaca dari termogram tiap 2 jam

Penghitungan suhu tanah rata-rata harian ( T t ) diambil berdasarkan kedalaman


tanah dan waktu pengamatan yang sama.

4. Bahan dan Alat :


Alat: Kalkulator, alat tulis.
Bahan: Data suhu termometer bola kering, data suhu maksimum, data suhu
minimum, pias termograf/termohigrograf, data suhu tanah berbagai kedalaman

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan analisis suhu udara dan suhu
tanah harian dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahaiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan suhu udara dan suhu tanah.
b) Setiap mahasiswa mempraktekkan cara menghitung suhu udara rata-rata
harian dibimbing dosen/teknisi
c) Setiap mahaiswa mempraktekkan cara menghitung suhu tanah rata-rata
harian untuk berbagai kedalaman pengukuran dibimbing dosen/teknisi
d) Setiap mahaiswa mencatat hasil pengamatan pada form yang disediakan

84
e) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Jika terjadi perbedaan hasil pengolahan data rata-rata suhu udara harian
berdasarkan data suhu bola kering, suhu maks – min dan
termograf/termohigrograf, mana yang dianggap paling tepat ? Jekaskan !
b) Jelaskan perbedaan karakter suhu tanah kedaman 5 cm dengan 100 cm !

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur analisis suhu udara harian
b) Prosedur analisis suhu tanah harian
c) Hasil perhitungan suhu udara rata-rata harian
d) Hasil perhitungan suhu tanah rata-rata harian

85
Form Hasil Pengolahan

1. Termometer bola kering


Stasiun : Bulan :
Tanggal Suhu udara (ºC)
07.00 13.30 17.30 Rata-rata harian

2. Termometer maksimum - minimum


Stasiun : Bulan :
Tanggal Suhu udara (ºC)
Maks Min Rata-rata harian

86
3. Termograf/termohigrograf
Stasiun : Bulan :
Suhu udara (ºC)
Tanggal 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 Rata-
rata

4. Termometer tanah
Stasiun : Bulan :
Tang 5 cm 10 cm 20 cm 50 cm 100 cm
gal 07. 13. 17. 07. 13. 17. 07. 13. 17. 07. 13. 17. 07. 13. 17.
00 30 30 00 30 30 00 30 30 00 30 30 00 30 30

Rat
aan

87
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 7
Unit Kompetensi : Kelembaban Udara
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis data kelembaban udara

2. Indikator Kinerja :
a) Menganalisis data pengukuran psikrometer menjadi data RH harian
b) Menganalisis data pengukuran higrograf menjadi RH harian

3. Teori :
Menurut Handoko (1995) kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air
di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi
(relative humidity, RH), kelembaban spesifik maupun defisit tekanan uap air.

Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air per satuan volume (kg/m3).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kandungan/tekanan uap air
aktual dengan kandungan/tekanan uap air keadaan jenuhnya (%). Kelembaban
spesifik adalah perbandingan masa udara kering dengan masa udara total (kg/kg).
Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap
aktual (mb).

Pengukuran RH menggunakan alat psikrometer dan higrograf. Pengukuran dengan


psikrometer mendapatkan data suhu termometer bola kering (Tbk) dan termometer
bola basah (Tbb). Untuk menentukan nilai RH harus dihitung dulu selisih Tbk dan
Tbb misal T. Dengan bantuan tabel psikromatrik, berdasarkan data Tbk dan T
maka nilai RH dapat ditentukan.

88
Berbeda dengan psikrometer, higrograf mengukur kelembaban nisbi udara (%)
dan terekam pada higrogram.

Data kelembaban udara diolah menjadi data rata-rata harian. Penghitungan RH


rata-rata harian ( RH ) menggunakan beberapa persamaan, tergantung dari alat
ukurnya. Cara perhitungan sebagai berikut:
a) Psikrometer
RH pagi + RH siang + RH sore
RH =
3
RHpagi = RH yang diamati pada pukul 07.00
RHsiang = RH yang diamati pada pukul 13.30
RHsore = RH yang diamati pada pukul 17.30
b) Higrograf

RH 00 + RH 02 + ... + RH 22
RH =
12
RH00, RH02, ... RH22, = RH yang dibaca dari higrogram tiap 2 jam

4. Bahan dan Alat :


Alat: Kalkulator, alat tulis.
Bahan: Data psikrometer (suhu termometer bola kering dan bola basah), pias
higrograf/termohigrograf

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan analisis kelembaban udara
harian dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahaiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan kelembaban udara.
b) Setiap mahasiswa mempraktekkan cara menghitung RH berdasarkan data
psikrometer dibimbing dosen/teknisi

89
c) Setiap mahasiswa mempraktekkan cara menghitung RH harian
berdasarkan data higrograf/termohigrograf dibimbing dosen/teknisi
d) Setiap mahaiswa mencatat hasil pengamatan pada form yang disediakan
e) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Jika terjadi perbedaan hasil pengolahan data rata-rata RH harian
berdasarkan psikrometer dan higrograf/termohigrograf, mana yang
dianggap paling tepat ? Jekaskan !
b) Jelaskan perbedaan karakter suhu udara dan RH harian yang terekam pada
pias termohigrograf !

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:

90
a) Prosedur analisis RH berdasarkan data psikrometer
b) Prosedur analisis RH berdasarkan data higrogram
c) Hasil perhitungan RH rata-rata harian

91
Form Hasil Pengolahan

1. Psikrometer
Stasiun : Bulan :
07.00 13.30 17.30
Tanggal TBK TBB RH TBK TBB RH TBK TBB RH Rataan
ºC ºC % ºC ºC % ºC ºC % %

2. Higrogram/termohigrogram
Stasiun : Bulan :
RH (%)
Tanggal 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20 22 Rata-
rata

92
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 8
Unit Kompetensi : Iklim dan irigasi
Waktu : 170 menit
Tempat : Stasiun Klimatologi Kelas I

1. Elemen Kompetensi :
Pengenalan Stasiun Klimatologi Kelas I.

2. Indikator Kinerja :
a) Menjelaskan fungsi dan tugas stasiun klimatologi kelas I
b) Menjelaskan tatacara pengumpulan data cuaca, pengolahan data,
penyimpanan data dan penggunaan data
c) Menuliskan alat-alat yang ada di dalam stasiun
d) Menjelaskan cara kerja petugas pengamat serta waktu pengamatan

3. Teori :
Suatu tempat yang menyelenggarakan pengamatan secara teratur tentang unsur
cuaca dan sumberdaya air serta aplikasi irigasi lainnya, dikenal sebagai stasiun
meteorologi/klimatologi. Berdasarkan fungsi dan kelengkapan alat-alatnya,
stasiun meteorologi dibagi dalam: Stasiun Meteorologi Utama (Kelas I), Stasiun
Meteorologi Pertanian Biasa (Kelas II), Stasiun Meteorologi Tambahan (Kelas
III) dan Stasiun Meteorologi Khusus (Kelas IV).

Stasiun Meteorologi Utama (Kelas I) bertugas untuk menyelenggarakan


pengamatan unsur-unsur cuaca dan sumberdaya air secara teratur dan lengkap,
serta melakukan penelitian hubungan cuaca dan aplikasi irigasi lainya. Stasiun ini
mempunyai kewajiban menyebarluaskan informasi cuaca untuk penerapan
aplikasi irigasi.

93
Stasiun Meteorologi Biasa (Kelas II) bertugas untuk menyelenggarakan
pengamatan unsur-unsur cuaca dan sumberdaya air secara teratur dan lengkap.
Program penelitian biologi dihubungkan dengan iklim sekitar stasiun.

Stasiun Meteorologi Tambahan (Kelas III) bertugas untuk menyelenggarakan


pengamatan unsur-unsur cuaca dan sumberdaya air untuk melengkapi informasi
bagi stasiun utama dan stasiun biasa.

Stasiun Meteorologi Khusus (Kelas IV) bertugas melakukan pengamatan


beberapa unsur cuaca untuk jangka waktu tertentu.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Obat-obatan ringan.
Alat: Alat tulis, jaket almamater.

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 orang setiap
kelompoknya. Secara bersama-sama mengunjungi Stasiun Klimatologi Kelas
I. Mahasiswa menggunakan jaket almamater.

6. Prosedur Kerja :
a). Setiap kelompok menunjuk ketua kelompok masing-masing.
b). Setiap mahasiswa mencatat penjelasan-penjelasan tutor tentang:
• Fungsi dan tugas stasiun
• Tatacara pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan
data
• Alat-alat yang ada di stasiun
• Waktu pengamatan cuaca
• Cara kerja petugas pengamat
c). Mahasiswa mengamati dan membuat skets lay out (tataletak) alat di dalam
stasiun.
d). Tanya jawab

94
e). Membuat laporan per kelompok (dikumpul satu minggu setelah praktik)
f). Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Tugas
a) Mencatat keterangan tutor terutama tentang poin 6.b
b) Menggambar lay out alat dalam stasiun
c) Membuat laporan
Pertanyaan
a) Berapa jumlah stasiun meteorologi pertanian kelas I yang ada di Indonesia
dan dimana?
b) Mengapa letak stasiun di tempat terbuka dan bebas halangan?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Fungsi dan tugas stasiun

95
b) Tatacara pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan data
c) Alat-alat yang ada di stasiun
d) Waktu pengamatan cuaca
e) Cara kerja petugas pengamat

96
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 9
Unit Kompetensi : Angin
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis kecepatan dan arah angin

2. Indikator Kinerja :
Mengolah data kecepatan dan arah angin

3. Teori :
Angin adalah udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan. Tekanan udara
menyatakan gaya yang bekerja pada kolom udara per satuan luasan permukaan.
Angin bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah.

Kecepatan angin adalah jarak jelajah angin per satuan waktu yang dinyatakan
dalam satuan m/detik atau km/jam. Pergerakan angin dipengaruhi oleh beberapa
gaya yaitu gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya sentrifugal dan gaya gesek.

Arah angin menyatakan arah dari mana angin berasal, yang dinyatakan dengan
arah mata angin atau derajat (utara = 360º, timur laut = 45º, timur = 90º, tenggara
= 135º, selatan = 180º, barat daya = 225º, barat = 270º, barat laut = 315º) .

Pengolahan kecepatan angin meliputi kecepatan sesaat tiap jam, kecepatan rata-
rata pagi hari (pukul 07.00 – 13.00), kecepatan rata-rata sore hari (pukul 13.00 –
17.00), kecepatan rata-rata siang hari (pukul 07.00 – 17.00), kecepatan rata-rata

97
malam hari (pukul 17.00 – 07.00) dan kecepatan rata-rata harian (pukul 07.00 –
07.00 esok harinya).

Arah angin yang dianalisis adalah arah angin dominan sesuai dengan waktu
tersebut di atas.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Pias rekaman anemograf, wind velocity scale dan data pencatatan
anemometer.
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan pengolahan data kecepatan
angin dan arah angin dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan kecepatan dan arah angin.
b) Setiap mahasiswa melalukan pengolahan kecepatan angin dibimbing
dosen/teknisi
c) Setiap mahasiswa melalukan pengolahan arah angin dibimbing
dosen/teknisi
d) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
e) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Mengapa kecepatan angin perlu diketahui ?
b) Bagaimana perbandingan kecepatan angin siang hari dengan malam hari ?
Mengapa terjadi demikian ?

98
8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara analisis kecepatan angin
b) Prosedur cara analisis arah angin
c) Data hasil perhitungan kecepatan angin tiap jam, kecepatan rata-rata pagi
hari, kecepatan rata-rata sore hari, kecepatan rata-rata siang hari,
kecepatan rata-rata malam hari, kecepatan rata-rata harian
d) Data hasil perhitungan arah angin dominan tiap jam, arah angin dominan
pagi hari, arah angin dominan sore hari, arah angin dominan siang hari,
arah angin dominan malam hari, arah angin dominan harian

99
Form Hasil Pengamatan
Tanggal : Stasiun :
Pukul Kecepatan angin sesaat (m/det) Arah angin dominan (º)
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00

Periode Kecepatan rata-rata (m/det) Arah angin dominan (º)


Pagi hari
Sore hari
Siang hari
Malam hari
Harian

100
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 10
Unit Kompetensi : Pemanfaatan
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Klimogram

2. Indikator Kinerja :
Membuat klimogram

3. Teori :
Karakteristik iklim suatu wilayah dapat digambarkan dalam bentuk klimogram.
Klimogram merupakan suatu teknik penyajian data dua unsur iklim secara
bersamaan dalam bentuk gambar. Pembuatan klimogram bermanfaat untuk bahan
pertimbangan kesesuaian suatu kegiatan pertanian pada suatu daerah.

Umumnya pembuatan klimogram menggunakan dua unsur iklim, seperti suhu dan
kelembaban udara, intensitas radiasi dan suhu udara, lama penyinaran dan suhu
udara, atau yang lainnya. Periode waktu yang digunakan bisa mingguan, dasarian
atau bulanan.

Contoh klimogram dan analisisnya. Pada suatu daerah X karakter suhu dan
kelembaban bulanan terlihat pada klimogram di bawah. Suatu tanaman Y yang
memerlukan suhu maksimum 28,5 ºC dan suhu minimum 25,5 ºC serta RH
maksimum 85% dan RH minimum 75%, ingin diintroduksi ke daerah tersebut.
Apakah kondisi setempat akan sesuai dengan persyaratan tanaman tersebut?
Bagaimana peluang keberhasilan tanaman tersebut ? Pada klimogram terlihat
sekitar 75% wilayah klimogram overlap (tumpang tindih) dengan syarat tumbuh

101
tanaman Y tersebut. Berdasarkan persyaratan suhu dan kelembaban udara maka
potensi gagal masih ada 25% dan potensi berhasil 75%.

RH (%)

Mei
Apr
85% Jun
Mar

Jul
Feb

Sep Agu
Jan
75%
Okt
Des Nop
Suhu udara

25,5ºC 28,5ºC

Gambar. Klimogram daerah X

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data suhu bulanan, data kelembaban bulanan, data curah hujan
bulanan, data lama penyinaran bulanan 10 daerah yang berbeda, kertas
milimeter blok.
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan membuat klimogram suatu daerah
dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pembuatan klimogram.
b) Setiap mahasiswa membuat klimogram dibimbing dosen/teknisi

102
c) Setiap mahasiswa membuat analisis kesesuaian suatu kegiatan pada daerah
tersebut berdasarkan klimogram yang dibuat.
d) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
e) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Pada tahap perencanaan, mengapa peluang resiko gagal perlu
dipertimbangkan ?
b) Pada tingkat peluang keberhasilan berapakah, suatu kegiatan dapat
dilakukan ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta
.

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara pembuatan klimogram

103
b) Analisis suatu kegiatan berdasarkan klimogram pada daerah tersebut

Form Hasil Pengolahan

Gambar Klimogram
Analisis Klimogram:

104
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 11
Unit Kompetensi : Evaporasi
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis data evaporasi

2. Indikator Kinerja :
a) Mengolah data pengukuran panci evaporasi menjadi data penguapan
harian
b) Mengolah data pengukuran atmometer piche menjadi data penguapan
harian

3. Teori :
Pengukuran penguapan dilakukan dengan alat panci evaporasi dan atmometer
piche. Penguapan yang sesungguhnya terjadi di alam akan lebih terwakili dengan
cara pengukuran menggunakan panci evaporasi dibandingkan dengan
menggunakan atmometer piche. Penguapan atmometer piche lebih menunjukkan
potensi suhu udara menguapkan air (Handoko dkk, 1986).

Panci evaporasi kelas A adalah panci penguapan standar dengan diameter panci
120,7 cm, tinggi 25 cm dan terbuat dari logam dengan tebal 0,8 cm yang dicat
putih metalik. Pengamatan dilakukan sehari sekali yaitu pada pagi hari.
Kedalaman air dipertahankan agar muka air berjarak 5 - 7,5 cm dari bibir panci.

105
Atmometer piche adalah alat pengukur penguapan yang memakai sensor kertas
saring dengan luas permukaan sensor 13 cm2. Pengamatan dilakukan seperti
panci evaporasi yaitu setiap hari pada pagi hari.
Menurut Tiyasyono (1992) pengolahan data penguapan mencakup penentuan
evaporasi harian, mingguan, dekad, bulanan, dan tahunan tergantung
kebutuhannya.

Untuk mengolah data pengukuran panci menjadi penguapan harian harus


mempertimbangkan data curah hujan. Jika P0 adalah tinggi air di panci sebelum
penguapan, P1 adalah tinggi air di panci setealah penguapan, dan X adalah curah
hujan selama penguapan, maka nilai evaporasi harian (Eo) adalah:
Eo = (P0 − P1 ) + X

Pengolahan data penguapan hasil pengukuran atmometer piche, yaitu dengan cara
menghitung pengurangan air di dalam tabung dibagi dengan 13 cm2 sebagai luas
bidang penguapan (Wisnubroto dkk, 1983). Jika V1 adalah volume air dalam
piche sebelum penguapan, V2 adalah volume air dalam piche setelah penguapan,
maka penguapan piche (Epiche) adalah :
V1 − V2
E piche =  10
13cm2

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data pengamatan panci evaporasi klas A, data curah hujan dan data
pengamatan atmometer piche
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan pengolahan data evaporasi
harian dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan evaporasi.

106
b) Setiap mahasiswa melalukan pengolahan evaporasi harian dibimbing
dosen/teknisi
c) Setiap mahasiswa melalukan pengolahan evaporasi dibimbing
dosen/teknisi
d) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
e) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Apa manfaat pengukuran evaporasi ?
b) Bagaimana perbandingan evaporasi panci klas A dengan evaporasi
atmometer Piche ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:

107
a) Prosedur cara analisis evaporasi dengan panci klas A
b) Prosedur cara analisis evaporasi dengan atmometer piche
c) Data hasil perhitungan evaporasi harian dengan panci klas A dan
atmometer piche

108
Form Hasil Pengolahan
Alat Panci Klas A.
Bulan : Stasiun :
Tanggal P0 (mm) P1 (mm) CH (mm) E0 (mm)

Alat Atmometer Piche.


Bulan : Stasiun :
Tanggal V1 (ml) V2 (ml) V (ml) Epiche (mm)

109
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 12
Unit Kompetensi : Hujan
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Analisis data hujan dan penentuan awal musim

2. Indikator Kinerja :
a) Mengolah data penakar hujan menjadi data hujan harian
b) Menentukan awal musim hujan dan musim kemarau

3. Teori :
Untuk mengukur curah hujan digunakan alat penakar hujan tipe observatorium
dan tipe Hellman atau tipe lainnya. Alat penakar hujan tipe observatorium hanya
dapat mengukur jumlah hujan harian. Sedangkan untuk mengukur jumlah hujan,
lama hujan dan intensitas hujan menggunakan alat penakar tipe Hellman (Manan
dan Nusirwan, 1993).

Curah hujan yang tertampung oleh penakar hujan observatorium diukur dengan
gelas ukur khusus sehingga besarnya curah hujan langsung diketahui dalam
satuan mm. Lama hujan (jam) dan intensitas hujan sesaat (mm/jam) dapat
diketahui dari rekaman pias penakar Hellman. Hari dengan curah hujan  0,5mm
disebut hari hujan sedangkan yang kurang dari 0,5 mm tidak digolongkan hari
hujan (Handoko dkk, 1986).

Musim hujan dan musim kemarau di Indonesia dipengaruhi oleh pola angin
musim (monsun). Pada saat terjadi angin monsun barat umumnya sebagian besar
indonesia mengalami musim hujan (Desember, Januari, Februari). Sebaliknya

110
pada saat terjadi angin musim timur, Indonesia mengalami musim kemarau (Juni,
Juli, Agustus). Di antara kedua musim tersebut disebut masa transisi (pancaroba).

Awal musim hujan dan awal musim kemarau tidak sama untuk setiap daerah.
Menurut kriteria BMKG disebut awal musim hujan jika terjadi satu dasarian (10
harian) memiliki curah hujan  50 mm, diikuti oleh dasarian berikutnya dengan
curah hujan  50 mm. Sedangkan awal musim kemarau adalah jika satu dasarian
memiliki curah hujan < 50 mm diikuti dengan dasarian berikutnya dengan curah
hujan < 50 mm. Normal curah hujan adalah rata-rata curah hujan selama 30 tahun
(mingguan, dasarian, bulanan, musiman dan tahunan).

Sifat hujan dibedakan sifat hujan normal, di bawah normal, dan di atas normal
(Handoko, 1995). Hujan disebut normal jika nilainya berada pada kisaran 85 –
115 % dari normalnya, disebut di bawah normal jika bernilai < 85% dari
normalnya, dan disebut di atas normal jika bernilai > 115% dari normalnya.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data curah hujan harian 10 tahun, rekaman pias
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan pengolahan data curah hujan
dibimbing oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengolahan curah hujan dan penentuan awal musim.
b) Setiap mahasiswa melalukan perhitungan jumlah hujan, penentuan lama
hujan dan intensitasnya berdasarkan pias hellman dibimbing dosen/teknisi
c) Setiap mahasiswa melalukan pengolahan curah hujan harian dibimbing
dosen/teknisi

111
d) Setiap mahasiswa melalukan penentuan awal musim hujan dan awal
musim kemarau dibimbing dosen/teknisi
e) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
f) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Mengapa perlu dilakukan penentuan awal musim hujan dam awal musim
kemarau ?
b) Apa manfaat pengetahuan tentang musim hujan dan musim kemarau ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara analisis curah hujan harian
b) Prosedur cara analisis intensitas hujan

112
c) Data hasil perhitungan awal musim hujan, lama musim hujan, awal musim
kemarau dan lama musim kemarau

113
Form Hasil Pengolahan
Stasiun : Tanggal:

Gambar. Pias Hellman

Jumlah hujan adalah ............................................. mm


Lama hujan adalah ................................................ jam
Intensitas hujan adalah .......................................... mm/jam

114
Stasiun : Tahun:
Bulan Dasarian CH (mm)
Januari I
II
III
Februari I
II
III
Maret I
II
III
April I
II
III
Mei I
II
III
Juni I
II
III
Juli I
II
III
Agustus I
II
III
September I
II
III
Oktober I
II
III
Nopember I
II
III
Desember I
II
III

Awal musim hujan adalah .............................................


Lama musim hujan adalah .............................................
Awal musim kemarau adalah ........................................
Lama musim kemarau adalah .......................................

115
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 13
Unit Kompetensi : Pemanfaatan data iklim dalam bidang irigasi
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Klasifikasi iklim Mohr dan Schmidt & Ferguson

2. Indikator Kinerja :
Membuat klasifikasi iklim Mohr dan Schmidt & Ferguson

3. Teori :
Meskipun pola prilaku iklim di bumi cukup rumit, namun ada kecendrungan
bahwa karakteristik dan pola tertentu dari iklim di berbagai daerah yang letaknya
saling berjauhan sekalipun menunjukkan prilaku yang sama apabila faktor
utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsur iklim
(pengendali) atau letak geografisnya.

Tiap jenis iklim daerah seperti gurun, stepa, hutan hujan tropis terbukti
mempunyai kembarannya di belahan bumi yang lain sehingga perlu diberikan
nama menurut kelompok atau kelas iklimnya. Untuk itu diperlukan prinsip-
prinsip klasifikasi iklim.

Kegunaan sistem klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh


efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Oleh karena itu
analisis statistik untuk unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan
memberi batas pada tipi-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana.
Sistem klasifikasi Mohr dikembangkan dan berlaku di Indonesia pada tahun 1933.
Penggolongan iklim didasarkan atas curah hujan bulanan minimal periode 10

116
tahun. Klasifikasi iklim ini digunakan untuk pengaplikasian kegiatan irigasi.
Dibedakan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK), dengan
kriteria BB jika bulan dengan hujan > 100 mm, BK jika bulan dengan hujan < 60
mm, dan BL jika bulan dengan hujan 60 – 100 mm.

Penggolongan iklim didasarkan atas jumlah BB dan jumlah BK. Terdapat enam
golongan iklim dengan batasan sebagai berikut:

Golongan iklim  BK  BB
Ia 0 12
Ib 0 6 – 11
II 1–2 4 – 11
III 2–4 4–9
IV 4–6 4–7
V 6–8 2–5

Pada tahun 1950 sistem Mohr disempunakan oleh Schmidt & Ferguson. Sistem
klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson memerlukan data curah hujan rata-rata
bulanan periode 10 tahun atau lebih. Curah hujan bulanan dibedakan menjadi
bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Batasan BB, Bl dan BK sama
seperti sistem Mohr, namun cara penentuannya dihitung setiap tahun selama
periode pengamatan. Untuk menentukan tipe iklimnya dipergunakan nilai Q,
yaitu:
BK
Q=  100%
BB
Berdasarkan nilai Q, dibedakan delapan tipe iklim yaitu :
No Nilai Q (%) Tipe Iklim Kondisi iklim dan jenis vegetasinya
1 0 ≤ Q < 14,3 A Daerah sangat basah, vegetasinya hutan
hujan tropis
2 14,3 ≤ Q < 33,3 B Daerah basah, vegetasinya hutan hujan
tropis
3 33,3 ≤ Q < 60 C Daerah agak basah, vegetasinya hutan
rimba diantaranya terdapat jenis
vegetasi yang gugur daunnya pada
musim kemarau, seperti jati
4 60 ≤ Q < 100 D Daerah sedang, vegetasinya hutan

117
musim
5 100 ≤ Q < 167 E Daerah agak kering, vegetasinya hutan
sabana
6 167 ≤ Q < 300 F Daerah kering, vegetasinya hutan sabana
7 300 ≤ Q < 700 G Daerah sangat kering, vegetasinya
padang ilalang
8 700 ≤ Q H Daerah ekstrim kering, vegetasinya
padang ilalang

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data curah hujan bulanan periode 10 tahun untuk tujuh daerah yang
berbeda
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan pengklasifikasian iklim
menurut metode Mohr dan Schmidt & Ferguson dibimbing oleh dosen dan
teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengklasifikasian iklim menurut metode Mohr dan Schmidt &
Ferguson.
b) Setiap mahasiswa melakukan pengklasifikasian iklim menurut metode
Mohr dibimbing dosen/teknisi
c) Setiap mahasiswa melakukan pengklasifikasian iklim menurut metode
Schmidt & Ferguson dibimbing dosen/teknisi
d) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
e) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Mengapa sistem klasifikasi Mohr perlu disempurnakan oleh Schmidt &
Ferguson ?

118
b) Mengapa sistem klasifikasi Mohr yang kemudian disempurnakan oleh
Schmidt & Ferguson berlaku untuk tanaman perkebunan dan kehutanan ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara analisis sistem klasifikasi Mohr
b) Prosedur cara analisis sistem klasifikasi Schmidt & Ferguson
c) Kelas iklim berdasarkan klasifikasi Mohr
d) Kelas iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson

119
Form Hasil Pengolahan
Stasiun :
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun BB BK
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-
rata

Klasifikasi Sistem Mohr:


 BK = ................. bulan
 BB = ................. bulan
Tipe iklim = ........................

Klasifikasi Sistem Schmidt & Ferguson :


BK = ................. bulan
BB = ................. bulan
nilai Q = .............. %
Tipe iklim =
Kondisi iklim dan jenis vegetasi :

120
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 14
Unit Kompetensi : Pemanfaatan data ilkim dalam pengelolaan
sumberdaya air, lahan dan perencanaan dan
aplikasi irigasi
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Klasifikasi iklim Oldeman

2. Indikator Kinerja :
Membuat klasifikasi iklim Oldeman

3. Teori :
Sama seperti klasifikasi iklim Mohr dan Schmidt & Ferguson, sistem klasifikasi
Oldeman dibuat secara empiris untuk daerah Indonesia. Oldeman membuat
sistem klasifikasi iklim untuk tanaman pangan, dengan mengasumsikan :
a) Padi sawah membutuhkan air 145 mm/bulan dalam musim hujan
b) Tanaman palawija membutuhkan air 50 mm/bulan dalam musim kering
c) Hujan bulanan yang diharapkan = 0.82 (hujan bulanan rata-rata) – 30
d) Hujan efektif untuk padi sawah = 100% dari hujan bulanan
e) Hujan efektif untuk palawija dengan kanopi tertutup rapat = 75% dari hujan
bulanan.

Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan
untuk padi sawah dan palawija adalah:
Padi sawah : 145 = 1,0(0,82 X – 30), X = 213 mm/bulan
Palawija : 50 = 0,75 (0,82 X – 30), X = 118 mm/bulan

121
Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka Oldeman mendefinisikan bulan basah (BB)
adalah bulan dengan hujan ≥ 200 mm, bulan kering (BK) adalah bulan dengan
hujan < 100, dan bulan lembab (BL) adalah bulan dengan hujan 100 – 200 mm.

Penggolongan iklim didasarkan atas curah hujan bulanan minimal periode 10


tahun. Klasifikasi iklim didasarkan atas panjang periode bulan kering dan bulan
basah berturut-turut. Terdapat lima tipe utama berdasarkan jumlah bulan basah
berturut-turut, yaitu:
Tipe  BB berturut-turut

A > 9 bulan
B 7 – 9 bulan
C 5 – 6 bulan
D 3 – 4 bulan
E < 3 bulan

Terdapat empat tipe subdivisi berdasarkan jumlah bulan kering berturut-turut,


yaitu:
Tipe  BK berturut-turut

1 < 2 bulan
2 2 – 4 bulan
3 5 – 6 bulan
4 > 6 bulan

Dari lima tipe utama dan empat subdivisi maka dapat dikelompokkan menjadi 17
daerah agroklimat yaitu: A1, A2, B1, B2, B3, C1, C2, C3, C4, D1, D2, D3, D4, E1, E2,
E3 dan E4.

Penjabaran dari tipe agroklimat tersebut adalah:


Tipe Kesesuaiannya untuk padi dan palawija
agroklimat
A Sesuai untuk padi terus-menerus tetapi produksi kurang karena pada
umumnya intensitas radiasi surya rendah sepanjang tahun
B1 Sesuai untuk padi terus-menerus, perlu direncanakan mulai

122
tanamnya. Produksi tanaman akan tinggi jika panen jatuh pada
musim kering
B2 Dapat ditanam dua kali padi setahun dengan varietas unggul (umur
pendek) musim kering yang pendek cukup untuk tanaman palawija
C1 Tanaman satu kali padi dan palawija dapat dua kali setahun
C2 Hanya dapat satu kali padi, palawija yang kedua harus hati-hati
jangan jatuh pada bulan kering
D1 Dapat ditanam padi dengan varietas genjah. Produksi tinggi karena
intensitas radiasi surya tinggi, waktu untuk menanam palawija
cukup
D2 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija, tergantung
pada adanya penyediaan air irigasi
E Daerah ini pada umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu
kali palawija dan tergantung adanya hujan

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data curah hujan bulanan periode 10 tahun untuk tujuh daerah yang
berbeda
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan melakukan pengklasifikasian iklim
menurut metode Mohr dan Schmidt & Ferguson dibimbing oleh dosen dan
teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara pengklasifikasian iklim menurut metode Oldeman.
b) Setiap mahasiswa melakukan pengklasifikasian iklim menurut metode
Oldeman dibimbing dosen/teknisi
c) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
d) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

123
7. Tugas dan Pertanyaan :
a) Mengapa sistem klasifikasi Oldeman digunakan untuk tanaman pangan ?
b) Bagaimana kalau ketersediaan data belum mencapai 10 tahun, apakah klas
iklim bisa ditentukan ?

8. Pustaka :
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta

Handoko, Henny Suharsono dan Y. Koesmaryono. 1986. Pengamatan


Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian Untuk Program
Diploma. FMIPA IPB. Bogor.

Manan, M.E., dan M.A. Nursiwan. 1993. Instrumentasi di Stasiun


Klimatologi Pertanian. Pelatihan Pengelola Stasiun Klimatologi
Politeknik Pertanian. IPB Bogor.

Tiyasyono, B. 1992. Klimatologi Terapan. CV. Pionir Jaya. Bandung.

Andri, Mariana.,2017, Studi Alokasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk


Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Moyot. Jurusan Teknik Sipl. Universitas
Mataram

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan


unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara analisis sistem klasifikasi Oldeman
b) Kelas iklim berdasarkan klasifikasi Oldeman

124
Form Hasil Pengolahan
Stasiun :
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata2
BB/BK

Klasifikasi Sistem Oldeman:


 BK berturut-turut = ................. bulan
 BB berturut-turut = ................. bulan
Tipe iklim = ........................
Penjabaran :

125
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 15
Unit Kompetensi : Pemanfaatan data iklim dalam bidang sumber daya
air
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Neraca air umum dan neraca air lahan

2. Indikator Kinerja :
Membuat neraca air umum dan neraca air lahan

3. Teori :
Menurut Nasir (2002) neraca air merupakan masukan dan keluaran air dari suatu
tempat pada periode waktu tertentu. Informasi tentang neraca air di suatu wilayah
sangat bermanfaat dalam perencanaan pertanian seperti pemilihan wilayah
pertanian (transmigrasi), pemilihan komoditas, penentuan pola tanam, penentuan
jadwal tanam, penentuan jumlah dan saat irigasi, perencanaan bangunan irigasi,
perencanaan prasarana perikanan, kehutanan, peternakan dan lainnya.

Kelebihan dan kekurangan air di suatu tempat pada suatu saat mudah
menimbulkan bencana. Agar diperoleh daya guna dan hasil guna yang tinggi dari
pemanfaatan air maka diperlukan perencanaan yang teliti berdasarkan neraca air.

Pada penyusunan neraca air harus jelas dikemukakan tempat berlakunya neraca
air tersebut, waktu atau periode yang dimaksudkan, masukan dan keluaran air.
Satuan yang digunakan umumnya satuan tinggi air (mm). Satuan waktunya bisa
harian, mingguan, dasarian, bulanan dan tahunan. Data yang digunakan adalah
data cuaca rata-rata jangka panjang minimal 10 tahun (idealnya 30 tahun).

126
Kebenaran informasi yang didapat dari neraca air sangat ditentukan oleh akurasi
pengukuran masing-masing komponen, satuan waktu dan jangka waktu
pengukuran serta ketelitian penghitungan.

Berdasarkan data penyusun dan manfaatnya maka neraca air dapat dibedakan
menjadi neraca air umum, neraca air lahan dan neraca air tanaman.

Tabel. Neraca air umum, lahan dan tanaman


No Neraca Air Data yang diperlukan Manfaat
1 Umum • Curah hujan • Mengetahui surplus dan defisit air
• Evapotranspirasi umum secara klimatik
potensial/acuan • Bahan pertimbangan pemilihan
komoditas tanaman
2 Lahan • Curah hujan • Mengetahui status kadar air tanah
• Evapotranspirasi lahan untuk kedalaman tinjau 1
potensial/acuan meter
• Sifat fisik tanah: • Bahan pertimbangan penentuan
➢ Kadar air tanah pola dan masa tanam
kapasitas lapang • Bahan penentuan waktu dan
➢ Kadar air tanah titik jumlah irigasi
layu permanen • Mengetahui potensi banjir
3 Tanaman • Curah hujan • Mengetahui status kadar air tanah
• Evapotranspirasi untuk jenis tanaman spesifik
potensial/acuan dengan kedalaman tinjau perakaran
• Sifat tanaman tanaman tersebut
➢ Jenis tanaman • Bahan pertimbangan penentuan
➢ Nilai koefisien (kc) pola dan masa tanam
• Sifat fisik tanah: • Bahan penentuan waktu dan
➢ Kadar air tanah jumlah irigasi
kapasitas lapang • Mengetahui potensi banjir
➢ Kadar air tanah titik
layu permanen

Neraca Air Umum

Neraca air umum adalah neraca air di suatu daerah yang bersifat umum yang
hanya melihat curah hujan sebagai masukan air dan evapotranspirasi standar
sebagai keluarannya. Informasi yang dapat diberikan adalah periode surplus air
dan defisit air. Asumsi yang digunakan yaitu tanggap tanah terhadap surplus air
tidak diperhitungkan, lahan yang tertutup rapat vegetasi sehingga penguapan
diwakili oleh evapotanspirasi standar (ETo) (Nasir, 2002).

127
Persamaannya secara umum yaitu:
S = CH - ETo
Jika S positif disebut surplus (kelebihan air) dan jika S negatif disebut defisit
(kurang air).

Neraca Air Lahan


Pada neraca air umum tanggap tanah terhadap air belum diperhatikan, sedangkan
pada neraca air lahan faktor tanah diperhitungkan. Rumus umumnya:
CH + IR = ETo +  KAT + DR +Ro

dengan :

CH = curah hujan

IR = irigasi

ETo = evapotranspirasi acuan

 KAT = perubahan kadar air tanah

DR = drainase, dalam neraca air ini diasumsikan dengan Ro

Ro = run off (aliran permukaan).

Manfaat yang didapat dari neraca air lahan adalah:

1) Dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan berdasarkan KAT-nya


2) Dapat menentukan pola tanam, jadwal tanam dan panen
3) Mengatur pemberian air irigasi baik jumlah maupun waktunya
4) Menentukan kapasitas penampungan bangunan air untuk menampung surplus
air
5) Antisipasi bahaya banjir pada saat surplus air dan bahaya kebakaran hutan
pada saat defisit air

Data yang diperlukan untuk menyusun neraca air lahan adalah data curah hujan,
ETo, KAT maksimum pada KL dan KAT TLP.

Asumsi yang digunakan:

128
1) Lahan datar tertutup vegetasi, sehingga penguapan diwakili oleh ETo
2) Masukan air hanya berasal dari curah hujan
3) Keluaran air dengan urutan: ETa atau ETo,  KAT, DR dan Ro.
4) Tanah terdiri dari butiran yang homogen sehingga KAT KL dianggap mewakili
seluruh lapisan.

Tahapan penyusunan neraca air lahan bulanan.


1) Menyiapkan Tabel Neraca Air Lahan.
2) Mengisi data curah hujan bulanan pada baris CH. Data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan bulanan rata-rata 30 tahun. Jika jumlah
data tidak mencapai 30 tahun, maka digunakan data curah hujan bulanan
peluang 75%, dihitung dengan persamaan Oldeman: CH (p≥75%) = (0,85 x
CH rata-rata bulanan) - 30.
3) Mengisi data ETo bulanan pada baris ETo. Nilai ETo dapat dihitung dengan
metode Panci, dengan persamaan: ETo = k.p x Eo dengan Eo = penguapan
Panci Klas A, dan k.p = koefisien panci (k.p = 0,6-0,7).
4) Mengisi baris CH – ETo
5) Mengisi baris APWL (Accumulated Potential Water Loss) atau air yang hilang
secara akumulasi, mulai dari kolom CH – ETo bernilai negatif (dalam contoh
Tabel 4 mulai Mei). Kemudian APWL bulan berikutnya didapat dari
penjumlahan nilai APWL bulan sebelumnya dengan nilai negatif CH-ETo
bulan tersebut, demikian seterusnya.
6) Mengisi baris kandungan air tanah (KAT). Pengisian baris KAT pada saat
terjadi APWL dimulai dari bulan pertama terjadi APWL, dengan persamaan:
KAT = KL  k
APWL

k = p0 + ( p1 / KL)

p0 = 1, 000412351
p1 = - 1,073807306
Pengisian KAT pada bulan pertama CH – ETo bernilai positif dengan cara
menjumlahkan KAT pada bulan APWL terakhir dengan CH – ETo bernilai

129
positif pada bulan tersebut, demikian seterusnya. Batas maksimum nilai KAT
adalah KAT KL.
7) Mengisi baris perubahan kandungan air tanah (KAT). Pengisian baris KAT
dimulai dari bulan pertama APWL dengan cara KAT bulan tersebut dikurang
KAT bulan sebelumnya.
8) Mengisi baris Evapotranspirasi Aktual (ETa), untuk bulan-bulan yang
mengalami APWL. Pada bulan-bulan dengan CH < ETo maka berlangsung:
ETa = CH + KAT Karena seluruh air hujan menguap bersama-sama air yang
ditarik dari dalam tanah. Pada bulan-bulan dengan CH > ETo maka
berlangsung: ETa = ETo karena nilai ETa mencapai maksimum.
9) Mengisi baris defisit (D) = ETo – ETa.
10) Mengisi baris surplus (S) pada saat tidak ada nilai D. Persamaan menentukan
surplus adalah S = CH − ETo − KAT
11) Mengisi baris Run off (Ro)

Ro1 = 50%  S1
Ro2 = 50%Ro1 + 50%S 2

Ro3 = 50% Ro2 + 50%S 3

dan seterusnya.
12) Membuat grafik neraca air lahan
13) Membuat grafik kadar air tanah
14) Menginterpretasikan hasil yang didapat.

4. Bahan dan Alat :


Bahan: Data curah hujan dan ETo bulanan periode 10 tahun, data tekstur
tanah, KAT KL dan KAT TLP untuk tujuh daerah yang berbeda
Alat: Kalkulator, alat tulis.

5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan membuat neraca air umum dan lahan
dibimbing oleh dosen dan teknisi

130
6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dosen/teknisi
tentang cara menyusun neraca air lahan.
b) Setiap mahasiswa menyusun neraca air lahan dibimbing dosen/teknisi
c) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan satu minggu setelah praktikum
sebagai laporan perorangan.
d) Format penulisan laporan mengikuti pedoman yang berlaku di Politeknik
Negeri Lampung (Terlampir).

7. Tugas dan Pertanyaan :


a) Selain ketersediaan air secara umum, apa manfaat lain penyusunan neraca
air umum ?
b) Jika data ETo tidak tersedia, bagaimana cara menentukannya ?
c) Jelaskan kelebihan informasi yang diperoleh dari neraca air lahan
dibandingkan neraca air umum !
d) Jika data KAT KL dan KAT TLP tidak tersedia, bagaimana cara
menentukannya ?

8. Pustaka :
Nasir AA. 2002. Neraca Air dan Prosedur Analisisnya. Bahan Pelatihan
Dosen Perguruan Tinggi Se Indonesia Barat dalam Bidang Pemodelan
dan Simulasi Pertanian dan Lingkunga. 1-13 Juli 2002. Bogor: Biotrop.

Susanto KS. 1997. Neraca Air Sebagai Bahan Pertimbangan untuk Penentuan
Irigasi pada Areal Kebun Nenas di Terbanggi Besar Lampung Tengah. J.
Tanah Trop. No. 5:6-10. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Thornthwaite CW and JR Mather. 1957. Instruction and Tables for Computing


Potential Evapotranspiration and Water Balance. Pub. in Climatology
Vol. X No.3 pp 178-311. New Jersey: Centerton.

9. Hasil Praktikum :
Buku laporan praktikum sesuai dengan format yang ditetapkan, yang memuat
tentang:
a) Prosedur cara analisis neraca air umum dan neraca air lahan
b) Neraca air umum dan neraca air lahan wilayah kajian

131
Form Hasil Pengolahan :
Neraca Air Umum
Stasiun :
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun
CH
ETo
CH-
ETo

Bulan

Informasi yang didapat dari Tabel dan Gambar di atas yaitu: (Contoh)

1) Daerah kajian dan sekitarnya mengalami surplus air dari bulan .......................
sampai .......................... selama ....... bulan dan mengalami defisit air dari
bulan .............................. sampai ............................... selama ............ bulan.
2) Perlu ada upaya konservasi air pada bulan-bulan ..............................................
untuk digunakan pada saat terjadi defisit.
3) Daerah ini baik untuk tanaman yang membutuhkan perbedaan musim hujan
dan kemarau yang tegas.
4) Bahaya banjir harus diwaspadai pada saat puncak surplus. Sebaliknya bahaya
kebakaran hutan atau ladang harus diantisipasi selama puncak defisit.

132
Neraca air lahan
Stasiun :
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun
CH
ETo
CH-
ETo
APWL

KAT

KAT

ETa
D
S
Ro

Bulan
Grafik neraca air lahan

Bulan

Grafik kadar air tanah

133
Informasi yang didapat dari Tabel dan Gambar di atas yaitu:

1) Nilai potensial dari evapotranspirasi satu tahun adalah ............ mm, sedangkan
kemampuan lahan menyediakan air adalah ................. mm/tahun.
2) Bulan-bulan yang mengalami defisit adalah ..................
3) Bila berupa lahan tadah hujan maka kemungkinan tanaman mengalami
cekaman air selama ......... bulan, yaitu bulan ......................
4) Bila lahan tanpa irigasi maka tanaman berakar dangkal akan mati pada bulan
.......................... sehingga lahan harus diberakan.
5) Bila lahan mempunyai sarana irigasi maka air irigasi yang diperlukan adalah
bulan ......................... sejumlah .......................mm.
6) Surplus air terjadi selama ....... bulan yaitu .......................................
7) Debit puncak banjir terjadi pada bulan ........................, dengan volume ............
8) Berdasarkan kondisi di atas maka rancangan pola dan jadwal tanam untuk
lahan tadah hujan daerah tersebut adalah :

134
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
(BPP)

Minggu ke : 16
Unit Kompetensi : Materi minggu 1-15
Waktu : 170 menit
Tempat : Laboratorium Klimatologi

1. Elemen Kompetensi :
Ujian akhir praktikum

2. Indikator Kinerja :
Mampu menyelesaikan soal dengan baik
3. Teori :
4. Bahan dan Alat :
Naskah ujian akhir praktikum
5. Organisasi :
Setiap mahasiswa secara perorangan mengerjakan soal ujian akhir praktikum
diawasi oleh dosen dan teknisi

6. Prosedur Kerja :
a) Setiap mahasiswa menerima naskah soal
b) Setiap mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen/teknisi tentang cara
melaksanakan ujian akhir pratikum.
c) Setiap mahasiswa mengerjakan ujian akhir pratikum.
d) Hasil kerja mahasiswa dikumpulkan setelah waktu yang disediakan habis.

7. Tugas dan Pertanyaan :

8. Pustaka :
Nasir AA. 2002. Neraca Air dan Prosedur Analisisnya. Bahan Pelatihan
Dosen Perguruan Tinggi Se Indonesia Barat dalam Bidang Pemodelan
dan Simulasi Pertanian dan Lingkunga. 1-13 Juli 2002. Bogor: Biotrop.

135
Susanto KS. 1997. Neraca Air Sebagai Bahan Pertimbangan untuk Penentuan
Irigasi pada Areal Kebun Nenas di Terbanggi Besar Lampung Tengah. J.
Tanah Trop. No. 5:6-10. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Thornthwaite CW and JR Mather. 1957. Instruction and Tables for Computing


Potential Evapotranspiration and Water Balance. Pub. in Climatology
Vol. X No.3 pp 178-311. New Jersey: Centerton.

9. Hasil Praktikum :
a) Lembar jawaban ujian akhir pratikum.

136
LAMPIRAN
FORMAT LAPORAN PRAKTEK MAHASISWA

Laporan praktek mahasiswa terdiri dari :

Halaman Judul
Memuat judul praktikum, nama penulis, NPM, lambang institusi, nama kota dan
tahun penulisan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memuat alasan-alasan mengapa elemen kompetensi ini perlu dikuasai
dengan melaksanakan praktikum. Juga dijelaskan ruang lingkup
pelaksanaan praktikum.
1.2 Tujuan Praktikum
Menjelaskan indikator kinerja yang ingin dicapai dalam praktikum ini.
II. METODE
2.1 Tempat dan Waktu
2.2. Alat dan Bahan
2.3 Cara Kerja
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

137

Anda mungkin juga menyukai