Anda di halaman 1dari 3

Resensi

“The Tales From The Dark”

Resensi ini disusun dan diajukan untuk

Memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia

Tahun pelajaran 2014/2015

Disusun oleh :
Fadhil Alfikri (10)
(XII IA 4)

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA


SMA NEGERI 2 CILACAP
2014
Judul buku : Tales From The Dark
Pengarang : Christina Juzwar, Christina Tirta, Dadan Erlangga, Erlin Cahyadi,
Lea Agustina Citra, Lexie Xu, Luna Torashyngu, Poppy D. Chusfani, Pricillia
A. W., Regina Feby, Valleria Verawati, Veronica B. Vonny,
Yennie Hardiwijaya
Penerbit : Gramedia
Tahun : 2013
Tebal : 330

Buku yang memuat 13 cerpen ini merupakan buku karya Lexie Xu, dkk. Saat cewek-cewek
populer mengadakan slumber party, Marcia malah menemukan sebuah video yang tidak boleh dilihat
("Slumber Party"); Windy terpaksa tinggal di rumah tua milik kenalannya demi kuliah, dan tidak
dinyana rumah itu menyimpan rahasia masa lalu yang tidak diingatnya lagi ("Reinkarnasi"); Amira
terkena hukuman untuk sesuatu yang bukan salahnya, dan semuanya berubah menjadi bencana saat
dia menemukan jalan rahasia ("Detensi"); sementara Kinara tidak pernah mengerti, kenapa semuanya
harus menjadi milik Galuh? ("Membunuh Galuh")

Ada pula kisah tentang rumah permintaan yang bisa mengabulkan apa saja untuk sebuah
harga tinggi ("Rumah Permintaan"); ada kisah tentang kakak-beradik yang terjebak di ruko tua
("Bidadari yang Terluka"); ada kisah tentang pacar lama yang menagih janji ("The Deathly Music
Box"); ada kisah tentang seorang cewek yang sakit hati karena dijadikan taruhan ("The Curse Of The
Messenger"); dan ada kisah tentang sebuah keluarga misterius yang terlalu bersemangat membuat
kostum Halloween ("My Hallowen Costume").
Pernahkah kalian dikuntit oleh perempuan berponi dengan rambut panjang?("Si Penguntit");
pernahkah kalian mendapat hadiah-hadiah aneh yang semakin lama semakin mengerikan? ("Badai");
pernahkah kalian menjanjikan sesuatu pada orang yang baru dikenal? ("Cerita Malam"); dan
pernahkah kalian bertanya-tanya, apakah rahasia yang selalu disembunyikan sahabat terdekatmu?
("Lily's Top Secret")

Buku ini memuat 13 cerpen yang bertemakan horor. Walaupun horor, buku ini tetap asik
dibaca. Dalam buku ini terdapat cerita dengan sudut pandang yang berubah - ubah atau bergantian
yaitu "Lily's Top Secret". Saat kita membaca cerita itu, seolah kita mempunyai peran ganda yang
menceritakan masing masing tokoh, tetapi tetap nyambung. Dalam "Membunuh Galuh" kita diimbau
agar selalu ikhlas menerima keaadan, dalam "The Curse Of The Messenger" kita diimbau untuk tidak
menjadikan seseorang sebagai bahan taruhan. Terdapat pula cerpen yang mengajarkan pembaca
untuk menghormati si tuan rumah "Bidadari yang Terluka" tak ketinggalan cerpen yang mengajarkan
untuk menjaga perkataan dalam situasi apapun "Rumah Permintaan". Dan dalam "Cerita Malam" kita
diajarkan untuk tidak memberi janji janji kepada seseorang yang baru dikenal. Pada cerita cerita
tersebut "imbauan" itu disampaikan secara eksplisit lewat sikap pencerita yang kurang lebih
mewakili pengarang. Sementara itu, dalam "My Halloween Costume", "Slumber Party", "Si
Penguntit", "Detensi", dan "Badai" pesan ditampilkan secara samar. Hal itu terlihat dari cara
pengarang mengakhiri cerita. Pada akhir cerita pengarang tidak menyelesaikan persoalan. Mereka
seakan menyerahkan "penyelesaian" persoalan kepada pembaca.

Bagaimana dengan posisi Lexie Xu, dkk.? Agaknya mereka lewat ke-13 cerpen yang
terhimpun dalam buku ini - memberikan kesan bahwa mereka sangat akrab dengan dan menguasai
dunia orang-orang yang mereka ceritakan. Disinilah kelebihan mereka yang tau betul tentang hal-hal
seram. Seperti dalam "Reinkarnasi", Yennie Hardiwidjaya selaku pengarang cerpen tersebut paham
dan hapal dengan kejadian reinkarnasi. Penggambaran tentang hal-hal aneh yang dialami tokoh
Windy begitu meyakinkan. Secara keseluruhan, cerpen-cerpen yang terhimpun dalam buku ini
terlihat masuk akal.

Satu hal yang perlu digaris bawahi dari kumpulan cerpen ini adalah keberadaan "The Deathly
Music Box". Cerpen ini agak berbeda dengan cerpen-cerpen lainnya, minimal dari segi panjang dan
gaya berceritannya. Namun terdapat cerpen yang terkesan membingungkan, seperti "Membunuh
Galuh" cerita ini memiliki alur dan ending yang membingungkan. Sebenarnya karya Dadan Erlangga
ini memiliki tema yang unik dan tidak biasa, mungkin jika menggunakan alur yang jelas bisa sangat
bagus.

Jika kita perhatikan secara keseluruhan, Lexie Xu dkk. sadar betul akan calon pembaca dan
media penampung karya-karyanya. Buku ini cocok untuk dibaca oleh semua umur. Pilihan dan cara
penyiasatan tema/ pemecahan persoalan, penyajian amanat, serta panjang pendek cerita disesuaikan
dengan calon pembaca karya-karya mereka. Namun di dalam buku ini terdapat beberapa yang
menggunakan bahasa Inggris yang tidak semua orang tau. Walaupun begitu, buku ini tetap patut kita
sambut. Karena disamping menceritakan cerita cerita horror, buku ini juga memiliki amanat yang
baik bagi para pembaca.

(Resensator : Fadhil Alfikri )

Anda mungkin juga menyukai