Anda di halaman 1dari 28

MACAM-MACAM KEMAMPUAN HARDSKILLS SISWA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pemgolahan Data

Dosen pengampu Haerudin M. Pd.

disusun oleh:

AFIFAH NEVI SYAHPUTRI

NPM 1810631050167

KELAS 7D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2021-2022
A. KEMAMPUAN PEMAHAMAAN MATEMATIS
1. Pengertian
Kemampuan pemahamaan matematis adalah suatu kemampuan yang
mendasar dalam pembelajaran matematika yang dimana siswa tidak bisa
melanjutkan ke materi selanjutnya apabila siwa belum memahami konsep
materinya dan tentu ini termasuk poin penting dalam pembelajran
matematika.

2. Indikator
➢ Menyatakan ulang sebuah konsep
➢ Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya
➢ Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
➢ Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
➢ Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu
➢ Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• Menurut Driver (dalam Nurkarimah, 2006:12), “Pemahaman
adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan.
Seseorang dikatakan paham, apabila ia dapat menjelaskan atau
menerangkan kembali inti dari materi atau konsep yang
diperolehnya secara mandiri”
• Menurut Mayer (dalam Kesumawati, 2010:20) pemahaman
merupakan aspek fundamental dalam pembelajaran, sehingga
model pembelajaran harus menyertakan hal pokok dari
pemahaman. Hal-hal pokok dari pemahaman untuk suatu objek
meliputi tentang objek itu sendiri, relasi dengan objek lain yang
sejenis, relasi dengan objek lain yang tidak sejenis.
• Menurut Hewson dan Thorleyn (dalam Nurhayati, 2010:23)
“Pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna oleh siswa
sehingga siswa mengerti apa yang dimaksudkan, mampu
menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta
dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait”.

b. Indikator kemampuan pemahaman matematis (dalam Astuti, 2013:14).


• Mampu menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
• Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tersebut.
• Mampu mengaitkan berbagai konsep matematika.
• Mampu menerapkan konsep dalam berbagai macam bentuk
representasi matematika.

B. KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS


1. Pengertian
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah suatu kemampuan menemukan ide abstrak dalam
matematika untuk mengklasifikasikan objek-objek yang biasanya
dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan kedalam contoh dan
bukan contoh, sehingga seseorang dapat memahami suatu konsep dengan
jelas.

2. Indikator. Menurut Kurikulum 2006, yaitu:


➢ Menyatakan ulang sebuah konsep
➢ Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
➢ Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep
➢ Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
➢ Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
➢ Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
➢ Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• (Depdiknas, 2003: 2) mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep
merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang
diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan
menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
• Menurut Gusniwati (2015: 30) pemahaman konsep adalah suatu
kemampuan menemukan ide abstrak dalam matematika untuk
mengklasifikasikan objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam
suatu istilah kemudian dituangkan kedalam contoh dan bukan
contoh, sehingga seseorang dapat memahami suatu konsep dengan
jelas.
• Menurut Yunuka (2016), pemahaman konsep adalah kemampuan
bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa
dalam memahami definisi, pengertian ciri khusus, hakikat dan
inti/isi dari matematika dan kemampuan dalam memilih prosedur
tepat dalam menyelesaikan masalah.
• Menurut Skemp dan Pollatsek (dalam Sumarmo, 1987: 24)
terdapat dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman
instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumental
dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling
terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan
perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat
satu skema atau strukstur yang dapat digunakan pada penyelesaian
masalah yang lebih luas. Suatu ide, fakta, atau prosedur
matematika dapat dipahami sepenuhnya jika dikaitkan dengan
jaringan dari sejumlah kekuatan koneksi.

b. Indikator
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004
tanggal 11 November 2004 bahwa indikator pemahaman konsep
matematika adalah mampu:
• Menyatakan ulang sebuah konsep
• Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya
• Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
• Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika
• Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
• Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu
• Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

C. KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS


1. Pengertian
Penalaran matematis adalah suatu proses pengembangan logika berpikir
dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematis dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ada. Penalaran deduktif merupakan penarikan
kesimpulan dari hal yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir
dengan mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum atau membuat
suatu pernyataan baru dari kasus-kasus yang khusus.
2. Indikator
➢ Melaksanakan perhitungan berdasarkan rumus/ aturan matematika
yang berlaku ∙ Menarik kesimpulan umum berdasarkan proses/ konsep
matematika yang terlihat
➢ Membuat perkiraan
➢ Menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses/ konsep
matematika yang terlihat

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• Jacob (2003) bahwa penalaran adalah “bentuk khusus dari berpikir
dalam upaya pengambilan penyimpulan konklusi yang dgambarkan
premis (Copi, 1979), simpulan berbagai pengetahuan dan
keyakinan mutakhir (Glass dan Holyoak, 1986),
menstransformasikan informasi yang diberikan untuk menelaah
konklusi (Galloti, 1989)”.
• Menurut Suherman dan Winataputra (1993) penalaran adalah
proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar,
didasarkan pada pengamatan data-data yang ada sebelumnya dan
telah diuji kebenarannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq
(2004) yang mengemukakan bahwa penalaran adalah suatu proses
atau suatu aktifitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya
• Turmudi (2008) menyatakan bahwa penalaran matematis
merupakan suatu kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan yang lain
yang harus dikembangkan secara konsisten dengan menggunakan
berbagai macam konteks. Secara garis besar penalaran terbagi
menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
• Menurut Pesce (dalam Sumarmo, 1987), penalaran deduktif adalah
proses penalaran dan pengetahuan prinsip atau pengalaman umum
yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang
khusus.
• Pierce (Dahlan, 2004), penalaran induksi adalah proses penalaran
yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-
hal atau contoh-contoh khusus. Sedangkan menurut Copi
(Sumarmo, 1987), penalaran induktif merupakan proses penalaran
yang kesimpulannya diturunkan dari premis-premisnya dengan
suatu probabilitas.

b. Indikator
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo
(2006) dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
• Menarik kesimpulan logis
• Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan
• Memperkirakan jawaban dan proses solusi
• Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi
matematis
• Menyusun dan mengkaji konjektur
• Merumuskan lawan Mengikuti aturan inferensi, memeriksa
validitas argumen
• Menyusun argumen yang valid
• Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan
induksi matematis.

D. KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS


1. Pengertian
Berpikir kritis matematis adalah aktivitas mental seseorang dalam
mengumpulkan, mengkategorikan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi ataupun bukti agar mendapat simpulan dari suatu permasalahan
secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan
tentang apa yang diyakini atau dilakukan.

2. Indikator
➢ Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan.
➢ Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang ada.
➢ Menyusun klarifikasi dengan pertimbangan yang bernilai.
➢ Menyusun penjelasan.
➢ Membuat simpulan dan argument

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• (Paull, 2008), berfikir kritis adalah tindakan yang langsung
dilakukan sendiri,disiplin, monitor sendiri dan berfikir yang
dikoreksi sendiri. berfikir kritis mesyaratkan persetujuaan terhadap
standar mutu yang tepat dan perintah sadar penggunannya.
• (Amir, 2015), berpikir kritis merupakan aktivitas mental seseorang
dalam mengumpulkan, mengkategorikan, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi ataupun bukti agar dapat membuat suatu
simpulan untuk memecahkan masalah
• Menurut Susanto (2013:121) berpikir kritis matematis adalah suatu
kegiatan berpikir tentang idea atau gagasan yang berhubungan
dengan konsep atau masalah yang diberikan.
• Ennis (1991) mendefinisikan bahwa berpikir kritis merupakan
suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara rasional dan
reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini atau dilakukan.
• Glazer (Lambertus, 2009) menyatakan bahwa berpikir kritis
dalam matematika merupakan kemampuan kognitif dan disposisi
untuk menggabungkan pengetahuan, penalaran, serta strategi
kognitif dalam menggeneralisasi, membuktikan dan mengevaluasi
situasi matematik yang tidak dikenali dengan cara reflektif.
• Facione (1992) yang menyatakan bahwa berpikir kritis meliputi
kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan, melakukan
interpretasi, penjelasan, pengaturan diri, ingin tahu, sistematis,
bijaksana mencari kebenaran dan rasa percaya diri terhadap proses
berpikir yang dilakukan sangat dibutuhkan seseorang dalam usaha
memecahkan masalah.

b. Indikator
Ennis (dalam Sumarmo, 2012), indikator kemampuan berpikir kritis:
• Memfokuskan diri pada pertanyaan.
• Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan
argumen.
• Mempertimbangkan sumber yang terpercaya.
• Mengamati dan menganalisis deduksi.
• Menginduksi dan menganalisis induksi.
• Merumuskan eksplanatori.
• Kesimpulan dan hipotesis.
• Menarik pertimbangan yang bernilai.
• Menetapkan suatu aksi.
• Berinteraksi dengan orang lain.

E. KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS


1. Pengertian
Berfikir kreatif adalah kemampuan individu untuk memikirkan apa yang
telah dipikirkan semua orang, sehingga individu tersebut mampu
mengerjakan apa yang belum pernah dikerjakan oleh semua orang.
Terkadang berpikir kreatif terletak pada inovasi yang membantu diri
sendiri untuk mengerjakan hal-hal lama dengan cara yang baru. Tetapi
pokoknya ialah memandang dunia lewat cukup banyak mata baru
sehingga timbullah solusi-solusi baru. Itulah yang selalu memberikan nilai
tambah.

2. Indikator
Adapun menurut rumusan yang dikeluarkan oleh Diknas, bahwa indikator
siswa yang memiliki kreativitas, yaitu:
➢ Memiliki rasa ingin tahu yang besar
➢ Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
➢ Memberikan banyak gagasan dan usul dalam suatu masalah,
➢ Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
➢ Mempunyai dan menghargai rasa keindahan
➢ Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
terpengaruh orang lain
➢ Memiliki rasa humor tinggi
➢ Mempunyai daya imajinasi yang kuat 9) Mampu mengajukan
pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain
(orisinal)
➢ Dapat bekerja sendiri
➢ Senang mencoba hal-hal baru
➢ Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi).

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• Menurut Schwarts (1996) befikir kreatif berarti menentukan cara-
cata baru yang lebih baik untuk mengerjakan apa saja.
• Menurut Johnson (Fajarwati, 2011) adalah kemampuan dimana
siswa menghasilkan ide-ide yang baru yang dihasilkan dari
pemahaman-pemahaman baru.
• Munandar (1999: 48) menyatakan berpikir kreatif adalah
kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagamaan jawaban berdasarkan data atau
informasi yang tersedia.
• Menurut Yusuf (2011) berfikir kreatif (Creative Thinking) yaitu
kemampuan berfikir dengan cara-cara baru dan menentukan
pemecahan masalah secara unik. Kemampuan berfikir bukan
berpikir konvergen (yang menghasilkan satu jawaban benar) tetapi
berpikir divergen (yang menghasilkan banyak jawaban untuk
pertanyaan yang sama).
• Menurut Torrance didefinisikan sebagai proses dalam memahami
masalah, mencari solusi yang mungkin, menarik hipotesis,
menguji, dan mengevaluasi, serta mengomunikasikan hasilnya
kepada orang lain.
• Maxwell 2004: 136, berfkir kreatif adalah suatu kemampuan
seseorang untuk menciptakan ide atau gagasan baru sehingga
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan
dalam hidupnya

b. Indikator
Menurut Guilford (Herdian, 2010) indikator dari berpikir kreatif yaitu:
• Kepekaan (Problem Sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi
(mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan,
situasi dan masalah.
• Kelancaran (Fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan. - Keluwesan (Flexibility) adalah kemampuan
untuk mengemukakan bermacam macam pemecahan atau
pendekatan terhadap masalah.
• Keaslian (Originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara cara yang asli, tidak klise dan jarang
diberikan kebanyakan orang.
• Elaborasi (Elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail,
yang di dalamnya dapat berupa table, grafik, gambar, model, dan
kata-kata.

F. KEMAMPUAN LOGIKA MATEMATIS


1. Pengertian
Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan seseorang dalam
berfikir secara induktif dan deduktif, berfikir menurut aturan logika,
memahami dan meganalisis pola angka-angka, serta memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir. Kecerdasan logis-
matematis adalah salah satu dari delapan jenis kecerdasan manusia
yang dikemukakan oleh Howard Gardner seorang profesor psikologi di
Harvard University dalam teorinya tentang kecerdasan ganda (multiple
intelligence) yang dikembangkan selama lima belas tahun terakhir.
Kecerdasan logis matematis merupakan kemampuan dalam berhitung,
mengukur dan mempertimbangkan proporsisi dan hipotesis, serta
menyelesaikan oprasi-operasi angka-angka. Menurut Seto Mulyadi
(2014:85) Kecerdasan logis-matematis melibatkan banyak komponen
yaitu: perhitungan secara matematis, berfikir logis dan nalar,
pemecahan masalah. Kemampuan logika matematika ditandai dengan
kemampuan berpikir secara konseptual.

2. Indikator
Kecerdasan logis matematis siswa dilihat berdasarkan 3 indikator meliputi:
➢ Mampu menghitung secara matematis, dimana pada saat
menyelesaikan soal siswa dapat melakukan operasi hitung dengan
benar dan tepat.
➢ Mampu berpikir logis dan nalar, dimana pada saat penarikan
kesimpulan siswa menggunakan fakta-fakta yang ada dan
menggunakan rumus yang sesuai untuk mendapatkan kesimpulan yang
benar.
➢ Mampu memecahkan masalah, siswa dinyatakan mampu memecahkan
masalah apabila dalam menyelesaikan soal siswa dapat menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah dengan benar.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• Amstrong (2002) kemampuan logika matematika adalah
kemampuan dalam hal angka dan logika yaitu seperti kemampuan
dalam penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab akibat,
menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola
numeric, dan pandangan hidupnya umumya bersifat rasional.
• Menurut Suyadi (2014) kemampuan logika matematika adalah
kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola
berpikir logis dan ilmiah.

b. Indikator
Indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (Lestari, n.d.):
➢ Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal.
➢ Membuat hubungan logis di antara konsep dan fakta yang berbeda.
➢ Menduga dan menguji berdasarkan akal.
➢ Menyelesaikan masalah matematis secara rasional.
➢ Menarik kesimpulan yang logis.

G. KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS


1. Pengertian
Literasi merupakan serapan kata dalam bahasa Inggris “literacy” yang
artinya kemampuan untuk membaca dan menulis (Iskandar, 2016).
Sedangkan literasi yang berasal dari bahasa Latin “littera” pengertiannya
melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang
menyertainya (Pernandes, dkk. 2020). Kemampuan literasi matematis
menekankan pada kompetensi siswa membaca dan memahami kondisi
permasalahan menggunakan kualitas berpikir matematika yang kemudian
dihubungkan ke dalam dunia nyata. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
literasi matematis adalah kemampuan siswa dalam membaca,
merumuskan, dan menafsirkan matematika pada berbagai konteks dalam
kehidupan sehari-hari.

Menurut Organisation for Economic Co-Operation and Development


(OECD, 2013) proses matematika yang menjadi dasar penilaian
kemampuan literasi matematis siswa yaitu memodelkan soal ke bentuk
matematika, menerapkan konsep matematika, fakta, prosedur, dan
penalaran dan menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil yang
diperoleh.

2. Indikator
➢ Merumuskan masalah nyata dalam pemecahan masalah
➢ Menggunakan matematika dalam pemecahan masalah
➢ Menafsirkan solusi dalam pemecahan masalah
➢ Mengevaluasi solusi dalam pemecahan masalah

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• (Stacey, 2010), literasi matematis merupakan kemampuan siswa
untuk mengidentifikasi dan memahami peran matematika dalam
kehidupan nyata.
• Brewley (2012) juga mengatakan bahwa literasi matematis adalah
pengetahuan yang dapat meningkatakan kualitas berpikir
matematika siswa
• (OECD, 2019), literasi matematika adalah kemampuan seseorang
dalam merumuskan, menggunakan, dan menginterpretasikan
matematika dalam berbagai konteks.
• (Ojose, 2011), literasi matematis adalah kemampuan seseorang
dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
• Berdasarkan draftassessment framework PISA (2012) literasi
matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam
berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran
secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta
untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan
fenomena/kejadian.
• Dalam Cambride Advance Learner Dictionary, literasi diartikan
sebagai able to read and write, having knowledge of a particular
subject, or a particular type of knowledge yang artinya kemampuan
menulis dan membaca, memiliki pengetahuan pada subjek tertentu,
atau jenis pengetahuan tertentu.
• Dalam English Oxford Dictionary, literasi didefinisikan sebagai:
(1) kemampuan untuk membaca dan menulis; dan (2) kompetensi
atau pengetahuan dalam bidang tertentu.
• Tuner (2014) mengartikan literasi matematis adalah kemampuan
meggunakan pemikiran matematika dalam pemecahan masalah
sehari-hari agar lebih siap menghadapi tantangan kehidupan

b. Indikator
Indikator pencapaian siswa yang literate (Nuurjannah, 2018):
• Merumuskan masalah atau memahami konsep
• Menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah
• Menghubungkan kemampuan matematis dengan berbagai konteks
• Memecahkan masalah, Mengomunikasikannya ke dalam bahasa
matematis
• Menginterpretasikan kemampuan matematis dalam kehidupan
sehari-hari dan berbagai konteks.

H. KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS


1. Pengertian
Kemampuan komunikasi matematis adalah bagaimana cara siswa
mengemukakan ide-idenya dalam memecahkan masalah yang diberikan
guru baik secara lisan maupun tulisan. Tulisan: memecahkan masalah
matematika dengan bahasa sendiri. lisan: mampu mengkomunikasikan
jawabannya kepada teman-temannya dan berpartisipasi aktif dalam
diskusi. Kemampuan siswa mengkomunikasikan ide-ide matematisnya
ketika memecahkan masalah, atau ketika menyampaikan proses dan hasil
pemecahan masalah juga merupakan kemampuan yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi seperti
logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan produktif. Menurut Baroody
(Umar 2012:2) sedikitnya ada dua alasan penting yang menjadikan
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus
perhatian yaitu:
a. Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar membantu
berpikir (a tool to aid thingking) alat untuk menemukan pola atau
masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succinctly,”
artinya sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.
b. Mathematics learning as social activity, sebagai aktivitas sosial, dalam
pembelajaran matematika, interaksi antara siswa, seperti juga
komunikasi guru dan siswa merupakan bagian penting untuk
“nurturing children’s mathematical potential” Mengkomunikasikan
matematik berarti mengubah soal cerita kedalam bentuk persamaan
matematika, simbol, notasi, dan tabel sehingga lebih memudahkan
peserta didik.

2. Indikator
Menurut NCTM (2000) sebagai berikut:
➢ Menyusun dan mengkonsolidasikan pemikiran matematis mereka
melalui komunikasi
➢ Mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara logis dan
jelas dengan siswa lainnya atau dengan guru
➢ Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi-
strategi orang lain
➢ Menggunakan bahasa matematis untuk menyatakan ide-ide matematis
dengan tepat.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• Menurut (Umar, 2012), kemampuan komunikasi matematis siswa
adalah bagaimana siswa mengomunikasikan ide-idenya dalam
usaha memecahkan masalah yang diberikan guru, berpartisipasi
aktif dalam diskusi, dan mempertanggungjawabkan jawaban
mereka terhadap masalah. Beliau juga mengemukakan bahwa
“kemampuan komunikasi matematis (mathematical
communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu
untuk dikembangkan, hal ini karena melalui komunikasi siswa
dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan
maupun tulisan”.
• NCTM (2000) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi
matematis merupakan kemampuan untuk mengorganisasi pikiran
matematika, mengkomunikasikan gagasan matematika secara logis
dan jelas kepada orang lain, menganalisis dan mengevaluasi
pikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain, dan
menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide
secara tepat.
• Peressini dan Bassett (dalam NCTM, 1966) berpendapat bahwa
“tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit
keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika”.

b. Indikator
Menurut Sumarmo (2015), kemampuan tersebut diukur dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
• Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke
dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika
• Menjelaskan ide, situasi, dan relasi secara lisan dan tulisan
• Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
• Membaca dengan paham suatu presentasi matematika
• Menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan, definisi
dan generalisasi
• Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematik
dalam bahasa sendiri.

I. KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS


1. Pengertian
Koneksi matematis adalah kemampuan subjek menggunakan keterkaitan
ide-ide dalam matematika dan mengaplikasikan ide-ide matematika dalam
konteks di luar matematika. Koneksi matematis dapat diartikan sebagai
pengaitan ide-ide matematika baik antar topik di dalam matematika
maupun dengan topik pada bidang lain, serta antara topik-topik
matematika dengan kehidupan sehari-hari. Koneksi matematis sebagai aspek
kecakapan matematika yang perlu dikembangkan pada siswa juga tertulis
dalam salah satu tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum 2013
(Depdikbud, 2014: "tujuan pembelajaran matematika agar siswa
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurasi, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah".

2. Indikator
Jihad (2008:168) mengemukakan indikator dari kemampuan koneksi
matematis sebagai berikut:
➢ Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
➢ Memahami hubungan antar topik matematika.
➢ Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau dalam
kehidupan sehari-hari.
➢ Memahami representasi ekuivalen dari konsep yang sama.
➢ Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi
yang ekuivalen.
➢ Menggunakan koneksi antar topik matematika, antara topik
matematika dengan topik yang lain.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
• (Ruspiani, 2000: 68), Kemampuan koneksi matematis adalah
kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar
topik dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep
matematika dengan konsep dalam bidang lainnya.
• National Council of Teachers of Mathematics menyebutkan
koneksi matematis adalah keterkaitan antar topik matematika,
keterkaitan antara matematika dengan disiplin ilmu yang lain dan
keterkaitan matematika dengan dunia nyata atau dalam kehidupan
sehari-hari (NCTM, 2000: 274).
• Menurut Suherman (2008) kemampuan dalam koneksi matematis
adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan
matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi
lain atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.
• Kusuma (2003) berpendapat bahwa kemampuan koneksi
matematis adalah kemampuan seseorang dalam memperlihatkan
hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi:
koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain,
dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

b. Indikator
1) Menurut NCTM (2000) antara lain:
• Mengenal dan menggunakan keterhubungan diantara ide-
ide matematika,
• Memahami bagaimana ide-ide matematika dihubungkan
dan dibangun satu sama lain sehingga bertalian secara
lengkap
• Mengenal dan menggunakan metamatika dalam konteks di
luar matematika
2) Sumarmo (dalam Gordah, 2009:27)
• Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan
prosedur
• Memahami hubungan antar topik matematika
• Menerapkan matematika dalam bidanglain atau dalam
kehidupan sehari-hari
• Memahami representasi ekuivalen suatu konsep
• Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dan
representasi yang ekuivalen
• Menerapkan hubungan antar topik matematika dan
antaratopik matematika dengan topik yang lain.
3) Ulep, dkk. (2000: 296) menguraikan indikator koneksi
matematik, sebagai berikut:
• Menyelesaikan masalah dengan menggunakan grafik,
hitungan numerik, aljabar, dan representasi verbal.
• Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada
situasi baru.
• Menyadari hubungan antar topik dalam matematika.
• Memperluas ide-ide matematik.

J. KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


1. Pengertian
Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting
dalam mempelajari matematika yang merupakan keterampilam pada diri
peserta didik agar mampu secara matematis memecahkan masalah yang
berhubungan dalam matematika atau dalam ilmu lainnya dan masalah
yang sering dijumpai siswa di kehidupan nyata.

2. Indikator
Menurut NCTM (Mauleto, 2019, hlm.127) terdapat indikator untuk
mengukur kemampuan di atas seperti berikut:
➢ Mengidentifikasi suatu masalah matematika seperti diketahui dan
ditanyakan sesuai dengan masalah yang diberikan
➢ Merencanakan suatu masalah matematika dapat menggunakan model
matematika
➢ Mengaplikasikan strategi dalam menyelesaikan masalah matematika
atau bukan berasal dari matematika
➢ Mendeskripsikan dari penjelasan masalah asal
➢ Matematika dapat digunakan secara berarti.

3. Menurut Para Ahli


a. Pengertian
➢ Polya (dalam Hobri, 2009:172) mendefinisikan pemecahan
masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat
dicapai.
➢ Soedjadi (Tomo et.al., 2016) berpendapat bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan pada diri
peserta didik agar mampu secara matematis memecahkan masalah
yang berhubungan dengan matematika atau dalam ilmu lainnya dan
masalah yang sering dijumpai siswa di kehidupan nyata.
➢ Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah sangat penting dimiliki bagi mereka yang akan
mempelajari matematika, yang akan menerapkannya dalam bidang
studi lain, dan dalam kehidupan sehari–hari.

b. Indikator
Menurut Polya:
• Menuliskan hal yang diketahui.
• Menuliskan hal yang ditanyakan.
• Menuliskan gambaran/sketsa dari permasalahan.
• Menyusun rencana pemecahan masalah.
• Memperkirakan rumus yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah.
• Menyelesaikan masalah dengan rencana/strategi yang telah
dipilih/ditentukan.
• Mengambil keputusan dan tindakan dengan menentukan dan
mengkomunikasikan simpulan akhir.
• Memeriksa kebenaran hasil pada setiap langkah yang dilakukan
pada pemecahan masalah.
• Mampu menyusun kesimpulan solusi dari masalah yang telah
diselesaikan.
• Menyusun pemecahan masalah dengan langkah yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Alan, Usman Fauzan; Afriansyah, Ekasatya Aldila. (2017). Kemampuan


Pemahaman Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditor Intellectualy
Repetition Dan Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1),
67-78. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/3890/pdf (diakses
tanggal 18 September 2021)

Romli, Muhammad. (2016). PROFIL KONEKSI MATEMATIS SISWA


PEREMPUAN SMA DENGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI
DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika 1(2), 145-157.
https://media.neliti.com/media/publications/90941-ID-profil-koneksi-matematis-
siswa-perempuan.pdf (diakses tanggal 18 September 2021)

Kesumawati, Nila. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran (


2008). Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2, 231-234.
http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan%28Nila%20K%29.pdf
(diakses tanggal 18 September 2021)

Sumartini, Tina Sri. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis


Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Mosharafa 5(1), 1-10.
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv4n1_
1/244 (diakses tanggal 18 September 2021)

Yoga, Galih Krisna ; Siti Khoiriyah; Hidayatulloh. (2020). Kecerdasan


Logis-Matematis Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Tunarungu Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika. Jurnal Edumath, 6(2), 92-98.
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/edumath/article/view/1288/718 (diakses
tanggal 18 September 2021)

Apriani, Sopia; Widhiasih, Angger Prima. (2020). Upaya Meningkatkan


Kemampuan Logika Matematika Melaui Metode Eksperimen Pada Anak Usia 5-
6 Tahun di TK Riyadhul Aulad Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Ceria:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 11(2), 31-41.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/ceria/article/view/2339/1440 (diakses tanggal 18
September 2021).

Hidayati, Vivi Rachmatul; Wulandari, Nourma Pramestie; Archi,


Mohammad; Maulyda; Erfan, Muhammad; Rosyidah, Awal Nur Kholifatur.
(2020). Literasi Matematika Calon Guru Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan
Masalah Pisa Konten Shape And Space. JPMI, 3(3), 185-194.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/jpmi/article/view/3972/1565 (diakses
tanggal 18 September 2021).

Ningsih, Fitri Indrayati. Analisis Pemahaman Konsep Siswa Smp Dalam


Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional.
Skripsi. http://repository.unim.ac.id/38/3/BAB%20II%20.pdf (diakses tanggal 18
September 2021).

Wulandari, Lilis; Fatmahanik, Ulum. (2020). Kemampuan Berpikir Logis


Matematis Materi Pecahan pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi. Laplace:
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 43-57.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1735210&val=15136
&title=KEMAMPUAN%20BERPIKIR%20LOGIS%20MATEMATIS%20MAT
ERI%20PECAHAN%20PADA%20SISWA%20BERKEMAMPUAN%20AWA
L%20TINGGI (diakses tanggal 18 September 2021).

Wisdawati, Arnis. (2020). Analisis Implementasi Model Pembelajaran


Problem Based Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematis Siswa. Skripsi(S1).

Utamia, Nur; Sukestiyarnob, YL; Hidayah, Isti.(2020). Kemampuan


Literasi dalam Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas IX A. PRISMA: Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 3: 626-633.

Purwaningrum, J. P. (2016). Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif


matematis melalui discovery learning berbasis scientific approach. Refleksi
Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 6(2).

Marliani, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Siswa Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(1).

Faelasofi, Rahma. 2017. Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif


Matematika Pokok Bahasan Peluang. Jurnal Edumath. 3(2): 155-163.

Febrianti, Y., Djahir, Y., & Fatimah, S. (2016). ANALISIS


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK DENGAN
MEMANFAATKAN LINGKUNGAN PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI DI SMA NEGERI 6 PALEMBANG. Jurnal PROFIT Kajian
Pendidikan Ekonomi dan Ilmu Ekonomi, 3(1), 121-127.

Kumiasih, Dwi. (2015). BAB II KAJIAN TEORI. Tersedia pada :


http://repository.ump.ac.id/739/3/DWI%20KURNIASIH%20BAB%20II.pdf
(diakses tanggal 18 September 2021).

T. Jumaisyaroh, E.E. Napitupulu, dan Hasratuddin. (2014). Peningkatan


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Kreano.

Mahmuzah, R. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang, 4(1).

Kurniasih.Ary Woro. (2012).Scaffolding sebagai Alternatif Upaya


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jurnal Kreano

Kusumaningsih. (2011). " Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa Kelas X-C Sma d Yogyakarta Melalui Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Contextual

Teaching And Learning (Ctl) Pada Materi Perbandingan Trigonometri". Jurnal


Pendidikan Matematika. Vol. 1, 23- 26.
Rifaatul Mahmuzah (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang

Windi Wiliawanto, Martin Bernard, Padillah Akbar, dan Asep Ikin Sugandi
(2019) Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Smk.Jurnal
Pendidikan Matematika

Purnama Mulia Farib (2019). Proses berpikir kritis matematis siswa


sekolah menengah pertama melalui discovery learning. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika 6 (1), 2019, 99-117.

Syafruddin, I. S., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir


Kritis Matematis: Studi Kasus pada Siswa MTs Negeri 4 Tangerang. Suska
Journal of Mathematics Education, 6(2), 089-100.

Nasution, D. P., & Ahmad, M. (2018). "Penerapan Pembelajaran


Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa". Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(3), 389-400.

Purnama, I. L., & Afriansyah, E.A. (2016). "Kemampuan Komunikasi


Matematis Siswa Ditinjau Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Complete Sentence Dan Team Quiz". Jurnal Pendidikan Matematika Sriwijaya,
10(1), 26-41.

Wijayanto, A. D., Fajriah, S. N., & Anita, I, W. (2018). "Analisis


Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP pada Materi Segitiga dan
Segiempat". Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 97-104.

Asnawati, Sri. (2017). "Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis


Siswa SMP dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tounaments".
Jurnal Euclid, 3(2), 474-603

Rangkuti R.K, Ritongga W.A, & Ritonga S.I. (2020). "Peningkatan


kemampuan komunikasi matematis melalui pembelajaran Ekspositori
Berbantuan Media Autograph". Jurnal Al-khawarizmi : Pendidikan Matematika,
1(1),7-14.

Yasmin A., Asep I. S., Chandra N. (2018). "Meningkatkan Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII MTs Negeri Sukasari Cimahi pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel MenggunakanPendekatan
Reciprocal Teaching". Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(2), 123-
128.Putra, Fredi Ganda. (2016). "Pengaruh Model Pembelajaran Reflektif
dengan Pendekatan Matematika Realistik Bernuansa Keislaman terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis". Jurnal Pendidikan Matematika. 7(2). 203
– 210.

Sugandi, Asep Ikin dan Benard, Martin. (2018). "PENERAPAN


PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN
PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP". Jurnal
Analisa. 4(1). 16 – 23.

Mawaddah, Siti. 2016. Kemampuan pemahaman konsep Matematis siswa


SMP dalam pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (discovery
learning). (diunduh tanggal 6 Desember 2020).

Mita Konita, M. A. (2019). Kemampuan Penalaran Matematis dalam


Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE).
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (pp. 611-615). Semarang:
PRISMA.

Sumartini, T. S. (2015). Peningkatan kemampuan penalaran matematis


siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(1), 1-10.

Agustin, R. D. (2016). Kemampuan penalaran matematika mahasiswa


melalui pendekatan problem solving. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(2),
179-188.
Trigonal, Media. 2015. Penalaran.

Teaching and Learning (CTL) terhadap Sumartini, T. S. (2015).


Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa melalui pembelajaran
berbasis masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 1-10.

Sari, I. P., Yenni, Y., & Raditya, A. (2017). Pengaruh pendekatan


pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan
penalaran matematis siswa SMP. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1),
19-32.

Junike Wulandari Puteri, Selvi Riwayati (2017). Kemampuan Koneksi


Matematis Siswa pada Model Pembelajaran Connected Mathematics Project
(CMP) : jurnal pendidikan matematika dan matematika. 3 (2): 161-168.

Moh Saiful Amin, Kartono Kartono, Nuriana Rachmani Dewi. (2019).


Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Peer
Tutoring Cooperative Learning: journal.unnes.ac.id. 2: 754-758.

Pramita, Wirdah N, dkk. 2014. “Penerapan Pendekatan Pemecahan


Masalah Menurut Polya Materi Persegi Panjang Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kelas VII B SMP Negeri 10 Jember Tahun Ajaran 2012/2013. Kadikma,
5(2), 1-10.

Medyasari, Larasati T, dkk. (2020). “ Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa Negeri 5 Semarang”. Prosiding Seminar Nasional Matematika
3, 464-470.

Anda mungkin juga menyukai