2
tersebut dengan mengunakan beragam tipe penalaran dan beragam metode
pembuktian.
Russel (1999) mengatakan penalaran matematis adalah pusat belajar matematika.
Ia beragumen, matematika adalah suatu displin berkenaan dengan abyek abstrak dan
penalaranlah alat untuk memahami abstrak. Ia tambahkan penalaranlah yang
digunakan untuk berpikir tentang sifat-sifat sekumpulan obyek matematis dan
mengembangkan perumuman yang dikenakan padanya.
Penalaran adalah jenis khusus dari pemecahan masalah (Dominowski, 2002).
Dengan kata lain, penalaran adalah bagian tertentu dari pekerjaan memecahkan
masalah yang dengan demikian merupakan bagian dari matematika (doing
mathematics). Semuanya sejalan intinya, penalaran adalah alat untuk memahami
matematika dan pemahaman matematis itu digunakan untuk menyelesaikan maslah.
Pengalaman menyelesaikan pada gilirannya memperkuat pemahaman dan penalaran
matematis yang kemudian kembali menjadi modal untuk memecahkan masalah lain
yang tingkat kerumitannya lebih tinggi dan lebih dalam lagi. Demikian laur itu
seharusnya berlangsung, seperti layaknya spiral mengembang.
Menurut NCTM (2000), standar penalaran matematis meliputi :
(a)mengenal penalaran sebagai aspek mendasar dari matematika
(b)membuat dan menyelidiki dugaan matematis
(c)mengembangkan dan mengevaluasi argument matematis
(d)memilih dan mengunakan berbagai tipe penalaran.
Sehubungan dengan itu, dorongan dan kesempatan yang didapat anak di kelas
untuk melakukan penalaran dalam rangka memecahkan masalah matematis
merupakan fondasi yang diperlukan untuk mencapai standar penalaran yang
dirumuskan NCTM tersebut.
Membiasakan bernalar sejak hari-hari pertamanya di sekolah akan membuat
anak sadar kalau tiap pernyataan yang dibuatnya memerlukan alasan pembenaran.
Pernyataan guru atau teman seperti, “mengapa bisa begitu”,”bagaimana kita tahu itu
benar”, “adakah yang punya jawaban berbeda”, atau “adakah cara lain
mengerjakannya”, dapat membantu anak melakukan penalaran untuk mengajukan
argumentasi pendukung atau fakta yang berlawanan atau berpikir alternatif
(Divergen).
Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa untuk membuktikan garis yang
membagi dua sama besar sudut yang dibentuk dua garis yang saling berpotongan di
satu bidang, berjarak sama terhadap kedua garis itu. Namun penalaran anak akan lebih
3
berkembang secara lentur dan dorongan untuk menyelidik akan tumbuh bila tugas itu
di ungkap dengan menenyakan misalnya apa ada garis yang berjarak sama terahadap
dua garis yang berjarak sama terhadap dua garis yang berpotongan di sebuah bidang,
dan kalau ya, bagaimana kita tahu bahwa jarak itu sama.
Penalaran membawa kita pada satu jenis ingatan yang berbeda dengan
menghafal biasa (usaha untuk mengingat fakta tanpa ada hubungan dengan jalinan
penalaran). Dampak dari pengembangan dan penggunaan penalaran matematis lebih
kuat, berupa ingatan yang lebih dapat di percaya, yaitu ingatan tentang esensi
hubungan matematis yang betul-betul mendasar. Misalnya alih alih menghafalkan
rumus besar sudut dalam dari segi-n beraturan, maka akan jatuh lebih bermakna bila
pengetahuan anak tentang besar sudut keliling satu putaran dan sudut lurus digunakan
dalam penalaran dan anak diajak untuk menyelidiki masalah tersebut. Berikut contoh
untuk n=5
F
J
H
I
Jumlah sudut (luar) F,G,H,I,dan J adalah 360 sudut yang besarnya akan dicari
adalah sudut dalam (komplemen dari masing masing sudut itu).
Malloy (1999) menyatakan pernyataan guru dan siswa merupakan suatu strategi
untuk membantu anak menggunakan pontensi kemampuan penalaran terhadap obyek
matematis. Dengan mengutip Wolf dan sawada, Malloy menambahkan, sewaktu guru
meminta siswa untuk bernalar mengenai matematika lewat pertanyaan petanyaan
menyelidik, maka anak pada dasarnya memiiki pemahaman matematis yang lebih baik
dari yang kita bayangkan. Dalam hal ini perlu di camkan bahwa bertanya (reflektif)
merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut pula
agar terampil mengajukan petanyaan yang merangsang anak bernalar.
5
Contoh 1 :
Semua persegi panjang adalah jajar genjang.
Semua jajar genjang adalah segi empat.
Jadi, semua persegi panjang adalah segi empat.
` contoh 2 :
Jumlah semua sudut sebuah persegi panjang adalah 360.
Jumlah semua sudut sebuah trapesium adalah 360.
Jadi, mungkin jumlah semua sudut segi empat adalah 360.
Jadi jauh Sumarmo mengatakan deduksi berhubungan dengan kesahihan
argumen, sedang induksi berhubungan dengan derajat kemungkian kebenaran dari
simpulan. Mengutip Copi, Sumarmo (1978) menyatakan argumen deduktif adalah
proses penalaran yang simpulanya ditarik secara mutlak menurut premis premisnya,
sedang argummen induktif adalah proses penalaran yang simpulnya ditarik menurut
premis premisnya dengan suatu probalitas.
Penalaran induktif berperan penting dalam perkembangan matematika. Dengan
mengamati beberapa kasus seseorang dapat membuat suatu simpilan sebagai
perumuman atau abstraksi dari kasus. Namun simpulan itu masih bersifat sementara
sebelum berhasil dibuktikan secara deduktif. Jika tidak/belum berhasil dibuktikan
maka perumuman itu hanya disebut sebagai dugaan (conjuctire).
Penalaran deduktif menggunakan argumen deduktif untuk bergerak dari
pernyataan yang diberikan (premis), yang diansumsikan benar, kepada simpulan, yang
mestinya benar (Zi 2019). Artinya penalaran deduktif bertujuan menarik simpulan
dengan menggunakan aturan dan kondisi awal yang diberikan. Contoh klasik
penalaran deduktif yang diberikan Aristotle berikut ini.
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Socrates adalah manusia. (premis minor)
Socrates akan mati. (Simpulan)
Selain induktif dan deduktif, ada satu lagi jenis penalaran logis, yaitu abduksi.
Jika diberikan pernyataan q dan asioma p mengakibatkan q, maka dengan p yang
menjelaskan atau membuat q penalaran abduksi. Abduksi adalah sebuah metode
penalaran yang memiliki hipotesis yang paling baik dalam menjelaskan, jika benar,
suatu fenomena. Bernalar dengan metode ini lebih sulit dilakukan ditingkat sekolah
menengah dan sulit diajarkan.
6
Adapun aspek penalaran induktif dan deduktif yang menjadi pusat perhatian
adalah kemampuan menganalisis, memperumum, mensitesis/mengintregrasi,
memberikan alasan/penjelasan (justification), dan memecahkan masalah tak-rutin
(Garden, et al., 2006).
Kemampuan analisis mencakup menyelediki dan menarik simpulan sahih dari
informasi yang diberikan. Memiliki fakta matematika yang perlu untuk menyelesaikan
masalah tertentu. Menentukan dan menjelaskan atau menggunakan hubungan atau
peubah dalam situasi matematis.
Kemampuan membuat perumuman adalah memperluas rahan keberlakuan hasil
kegiatan berlaran dan memecahkan masalah.
Mensitensis atau mengintegrasikan mencakup mengombinasikan berbagai prosedur
matematis untuk memperoleh hasil lanjutan. Membuat kaitan antar kepingan
pengetahuan dan representasi terkait, dan mengaitkan antar ide matematis.
Menjastifikasi adalah memberikan alasan membenarkan atau menyalahkan suatu
pernyataan merunjuk pada hasil atau sifat yang telah diketahui.
Memecahkan masalah tak-rutin ialah menyelesaikan sekumpulan masalah yang belum
pernah dihadapan siswa dan menerapkan prosedur matematis dalam konteks asing
atau rumit.
Sejalan dengan hal ini di atas, maka terdapat beberapa ciri penalaran, diantaranya:
a. Adanya suatu pola berpikir yang di sebut logika. Dalam hal inidapat dikatakan
bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir ogis. Berpikir logis ini
diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logikan
tertentu.
b. Proses berpikir bersifat analisis. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang
bersandar pada suatu analisis; kerangka berpikir yang digunakan untuk anlisis
tersebut adalah logika yang bersangkutan.
Masalah 1
Gambar di bawah ini menunjukan sebuah segiiga sama sisi. Pada daerah segitiga itu
diletakan tiga buah lingkaran berjari-jari satu satuan yang saling bersinggungan dan
menyentuh sisi-sisi segitiga itu hitunglah luas daerah segitiga itu.
10
Menghitung luas daerah segitiga untuk siswa kelas XI SMA pastti bukan masalah jika
alas dan tingginya diketahui. Oleh karena itu, yang diperlukan disini ialah menentukan
panjang alas dan tinggi segitiga itu,dan memang disinilah letak peesoalanya, siswa
dituntun menjalankan penalaran matematisnya bersesuaian dengan fakta dan informasi
yang diberikan
Salah satu cara menyelesaikan soal diatas ialah dengan melengkapi gambar sebagai
tampak pada gambar di atas. 0 adalah pusat salah satu lingkaran itu. Dengan
mengetahui OE = OF dan masing-masing tegak lurus terhadap AB dan CD maka
diperoleh kedua segitiga AOE dan AOF kongruen. Karenanya besar sudut OAE adalah
30 derajat sebab besar sudut CAB adalah 60 derajat. Selanjutnya dengan rumus
perbandingan trigonometri berturut-turut didapat panajang AO,AE,AB dan CD
akhirnya diperolehluas daera segitiga itu.
Masalah 2
Lihat gambar 4.3 diketahui segitiga ABC siku-siku di A. jika panjan BE = ED =DC
=AD = 7, dan AE = 9 hitunglah panjang BC
D
E
A B
11