Anda di halaman 1dari 11

Materi Lanjutan (Kelompok 2)

C. Kemampuan Penalaran Matematis


1. Pengertian Penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berfikir
untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar
pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya. Penalaran adalah kemampuan untuk menyimpulkan sekumpulan
informasi terkait matematika, penalaran melihatkan beberapa keterampilan penting
seperti menyelidiki pola, membuat dan menguji dengan (conjecture), dan
menggunakan penalaran deduktif dan induktif formal untuk memformulasikan
argument matematis.
Penalaran sangat dibutuhkan dalam matematika karena ketika menyelesaikan
suatu persoalan matematika, siswa harus melibatkan pemikiran, pemahaman dan
kemampuan menemukan sesuatu berdasarkan opini atau ketentuan yang sudah ada.
Penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Selain itu, penalaran merupakan
“keterampilan dasar” bermatematika yang diperlukan untuk beberapa tujuan dalam
memahami konsep-konsep matematis, menggunakan ide-ide matematis dan prosedur
fleksibel dan mengkontruksi pengetahuan matematika.
Di dalam kurikulum KTSP (Depdiknas, 2002) dinyatakan bahwa “materi
matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran
dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika”. Kemampuan bernalar
tidak hanya dibutuhkan para siswa ketika mereka belajar matematika maupun mata
belajaran lainnya, namun sangat dibutuhkan setiap manusia disaat memecahkan
masalah ataupun keputusan. Penalaran merupakan suatu ketika berpikir yang
mempunyai karakterisik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Selain itu krulik & Reys (1980) juga menjelaskan bahwa “reasoning
mathematically involves observing patterns, thinking about them, and justifying why
they should be true in more than just individual unstances”. Penalaran matematika
meliputi mengamati pola, berpikir tentang pola, dan memberikan alasan mengapa
1
pola itu harus terjadi. Penalaran merupakan ciri khas pemikiran manusia, mendukung
proses penemuan yang mengarahkan pada hipotesis.

2. Pentingnya Penalaran Matematis


Penalaran matematis adalah bagian dari berpikir matematis yang meliputi
membuat perumuman dan menarik kesimpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan
bagaimana gagasan tersebut saling terkait (Charles, Lester, & O'Daffler, 1967).
Dalam Curriculum and Evaluation Standards (NCTM, 1988) merinci
komponen penting dari proses bernalar yang seharusnya menjadi bagian pengukuran
kemampuan penalaran metematis, yaitu:
(a) menggunakan penalaran induktif untuk mengenali pola dan membangun dugaan
(b) menggunakan penalaran untuk mengembangkan beragam argumen pernyataan
matematika
(c) menggunakan penalaran sebanding dan ruang untuk menyelesaikan masalah
(d) menggunakan penalaran deduktif untuk memverifikasi simpulan, membenrakan
validitas argumen, dan membangun argumen yang valid
(e) menganalisis situasi untuk menentukan sifat dan struktur umum.
Berdasarkan komponen penalaran ini dan standar pemecahan masalah oleh NCTM
tampak penalaran metematis merupakan bagian utuh dari pemecahan masalah.
Penalaran mendasari semua aspek atau komponen tingkat tinggi dari pemecahaan
masalah.
Menyebut penegasan NCSM di atas, National Counil of Teachers of
Mathematics (NCTM 2000) menetapkan bahwa program pengajaran (instructional)
matematiaka dari TK hingga kelas XII harus memungkinkan siswa untuk menguasai
kemampuan penalaran sehingga siswa mampu :
a) Recognize reasoning and proofs as fundamental aspects of mathematics
(mengenali penalaran dan bukti bukti sebagai aspek penting dari matematika).
b) Make and investigate mathematical conjectures (membuat dan menyelidiki
dugaan dugaan matematis )
c) Develop and evaluate mathematical arguments and proof (mengembangkan
dan mengevaluasi argument argument matematis dan bukti bukti).
d) select and use various type of reasoning and mathods of proof (memilih dan
mengunakan beragam jenis penalaran dan metode pembuktian )
Berdasarkan standar ini maka dapat dikatakan bahwa penalaran metematis adalah
kemampuan mengajukan dugaan dan buki serta mengevaluasi dugaan dan bukti

2
tersebut dengan mengunakan beragam tipe penalaran dan beragam metode
pembuktian.
Russel (1999) mengatakan penalaran matematis adalah pusat belajar matematika.
Ia beragumen, matematika adalah suatu displin berkenaan dengan abyek abstrak dan
penalaranlah alat untuk memahami abstrak. Ia tambahkan penalaranlah yang
digunakan untuk berpikir tentang sifat-sifat sekumpulan obyek matematis dan
mengembangkan perumuman yang dikenakan padanya.
Penalaran adalah jenis khusus dari pemecahan masalah (Dominowski, 2002).
Dengan kata lain, penalaran adalah bagian tertentu dari pekerjaan memecahkan
masalah yang dengan demikian merupakan bagian dari matematika (doing
mathematics). Semuanya sejalan intinya, penalaran adalah alat untuk memahami
matematika dan pemahaman matematis itu digunakan untuk menyelesaikan maslah.
Pengalaman menyelesaikan pada gilirannya memperkuat pemahaman dan penalaran
matematis yang kemudian kembali menjadi modal untuk memecahkan masalah lain
yang tingkat kerumitannya lebih tinggi dan lebih dalam lagi. Demikian laur itu
seharusnya berlangsung, seperti layaknya spiral mengembang.
Menurut NCTM (2000), standar penalaran matematis meliputi :
(a)mengenal penalaran sebagai aspek mendasar dari matematika
(b)membuat dan menyelidiki dugaan matematis
(c)mengembangkan dan mengevaluasi argument matematis
(d)memilih dan mengunakan berbagai tipe penalaran.
Sehubungan dengan itu, dorongan dan kesempatan yang didapat anak di kelas
untuk melakukan penalaran dalam rangka memecahkan masalah matematis
merupakan fondasi yang diperlukan untuk mencapai standar penalaran yang
dirumuskan NCTM tersebut.
Membiasakan bernalar sejak hari-hari pertamanya di sekolah akan membuat
anak sadar kalau tiap pernyataan yang dibuatnya memerlukan alasan pembenaran.
Pernyataan guru atau teman seperti, “mengapa bisa begitu”,”bagaimana kita tahu itu
benar”, “adakah yang punya jawaban berbeda”, atau “adakah cara lain
mengerjakannya”, dapat membantu anak melakukan penalaran untuk mengajukan
argumentasi pendukung atau fakta yang berlawanan atau berpikir alternatif
(Divergen).
Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa untuk membuktikan garis yang
membagi dua sama besar sudut yang dibentuk dua garis yang saling berpotongan di
satu bidang, berjarak sama terhadap kedua garis itu. Namun penalaran anak akan lebih
3
berkembang secara lentur dan dorongan untuk menyelidik akan tumbuh bila tugas itu
di ungkap dengan menenyakan misalnya apa ada garis yang berjarak sama terahadap
dua garis yang berjarak sama terhadap dua garis yang berpotongan di sebuah bidang,
dan kalau ya, bagaimana kita tahu bahwa jarak itu sama.
Penalaran membawa kita pada satu jenis ingatan yang berbeda dengan
menghafal biasa (usaha untuk mengingat fakta tanpa ada hubungan dengan jalinan
penalaran). Dampak dari pengembangan dan penggunaan penalaran matematis lebih
kuat, berupa ingatan yang lebih dapat di percaya, yaitu ingatan tentang esensi
hubungan matematis yang betul-betul mendasar. Misalnya alih alih menghafalkan
rumus besar sudut dalam dari segi-n beraturan, maka akan jatuh lebih bermakna bila
pengetahuan anak tentang besar sudut keliling satu putaran dan sudut lurus digunakan
dalam penalaran dan anak diajak untuk menyelidiki masalah tersebut. Berikut contoh
untuk n=5
F
J

H
I

Jumlah sudut (luar) F,G,H,I,dan J adalah 360 sudut yang besarnya akan dicari
adalah sudut dalam (komplemen dari masing masing sudut itu).

Malloy (1999) menyatakan pernyataan guru dan siswa merupakan suatu strategi
untuk membantu anak menggunakan pontensi kemampuan penalaran terhadap obyek
matematis. Dengan mengutip Wolf dan sawada, Malloy menambahkan, sewaktu guru
meminta siswa untuk bernalar mengenai matematika lewat pertanyaan petanyaan
menyelidik, maka anak pada dasarnya memiiki pemahaman matematis yang lebih baik
dari yang kita bayangkan. Dalam hal ini perlu di camkan bahwa bertanya (reflektif)
merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut pula
agar terampil mengajukan petanyaan yang merangsang anak bernalar.

3. Jenis jenis penalaran


Dalam matematika terdapat beberapa jenis penlaran, diantaranya ialah penalaran
logis, penalaran ruang, kesebandingan, statistic, probabilistic, akjabar (simbolik), dan
penalaran grafik. Menurut principles and standards (NCTM 2000) siswa harus
bernalar dalam berbagai ranah dan latar matematis, penalaran ruang membawa anak
4
pada capaian geomentrik yang bermakna dan mendalam, terutama pada ruang
dimensi-2 dan dimensi-3. Penalaran probobilistik membantu anak menganalisis
seberapa mungkin suatu kejadian akan muncul. Penalaran statistik memungkinkan
siswa menilai resiko dan membuat perumuman tentang sebuah populasi dengan
menggunakan sampel sebagai perwakilan dari populasi tersebut. Aljabar merupakan
sumber penalaran simbolik.
Beberapa ahli (polya, 1981;Ruseffendi, 2006; Sumarmo, 1978)
menggolongkan bentuk penalaran logis ke dalam dua kelompok utama, induktif dan
deduktif. Polyo (1981) mengindikasikan penalaran induktif adalah suatu metode
untuk menemukan sifat sifat dari fenomena dan untuk mencari keteraturan dengan
cara logis. Jadi penalaran induktif bertujuan untuk menentukan aturan. Jenis
penalaran ini seringkali dipakai dalam dunia sains alam. Sesuai dengan karakter
matematika yang sarat dengan keteraturan, maka jenis penalaran ini sangat penting
dalam mempelajari dan melakukan kegiatan baermatematika.
Penalaran induktif fokus pada menemuka keteraturan pola, gambar, bentuk,
dan lain lain sejenisnya. Misalnya melihat keserupaan yang di kandung dari contoh
contoh berbeda. Perhatian difokuskan pada ciri kesamaan yang dipunyai obyek dan
ini menjadi dasar dari pembentukan kensep. Oleh sebab itu, sering dikatakan
penalaran induktif menarik simpilan secara umum dari contoh-contoh khusus,
sementara penalaran deduktif menarik simpulan premis premisnya menuruti aturan
logika matematika secara ketat. Perlu dingat, penalaran deduktif adalah satu satunya
cara membuktikan pernyataan yang diterima dalam matematika. Itulah sebabnya
sering matematika disebut sebagai ilmu deduktif.
Penalaran induktif biasa diartikan sebagai penalaran yang berjalan dari hal
khusus ke umum, yaitu bentuk penalaran yang membuat pernyataan umum
berdasarkan pada sejumlah pengamatan atau contoh. Sebaliknya penalaran deduktif
diartikan sebagai penalaran yang berjalan dari hal umum ke yang khusus. Namun
Sumarmo (1978) menegaskan penalaran induktif dapat juga berjalan dari umum ke
umum. Menurutnya, kedua jenis penalaran merupakan argumen. Argumen adalah
serangkaian proposisi yang mempunyai struktur, terdiri dari beberapa premis dan satu
simpulan.
Penalaran deduktif dan induktif yang berjalan dari khusus ke umum berturut
turut dapat kita lihat pada contoh 1 dan 2 berikut ini.

5
Contoh 1 :
Semua persegi panjang adalah jajar genjang.
Semua jajar genjang adalah segi empat.
Jadi, semua persegi panjang adalah segi empat.

` contoh 2 :
Jumlah semua sudut sebuah persegi panjang adalah 360.
Jumlah semua sudut sebuah trapesium adalah 360.
Jadi, mungkin jumlah semua sudut segi empat adalah 360.
Jadi jauh Sumarmo mengatakan deduksi berhubungan dengan kesahihan
argumen, sedang induksi berhubungan dengan derajat kemungkian kebenaran dari
simpulan. Mengutip Copi, Sumarmo (1978) menyatakan argumen deduktif adalah
proses penalaran yang simpulanya ditarik secara mutlak menurut premis premisnya,
sedang argummen induktif adalah proses penalaran yang simpulnya ditarik menurut
premis premisnya dengan suatu probalitas.
Penalaran induktif berperan penting dalam perkembangan matematika. Dengan
mengamati beberapa kasus seseorang dapat membuat suatu simpilan sebagai
perumuman atau abstraksi dari kasus. Namun simpulan itu masih bersifat sementara
sebelum berhasil dibuktikan secara deduktif. Jika tidak/belum berhasil dibuktikan
maka perumuman itu hanya disebut sebagai dugaan (conjuctire).
Penalaran deduktif menggunakan argumen deduktif untuk bergerak dari
pernyataan yang diberikan (premis), yang diansumsikan benar, kepada simpulan, yang
mestinya benar (Zi 2019). Artinya penalaran deduktif bertujuan menarik simpulan
dengan menggunakan aturan dan kondisi awal yang diberikan. Contoh klasik
penalaran deduktif yang diberikan Aristotle berikut ini.
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Socrates adalah manusia. (premis minor)
Socrates akan mati. (Simpulan)
Selain induktif dan deduktif, ada satu lagi jenis penalaran logis, yaitu abduksi.
Jika diberikan pernyataan q dan asioma p mengakibatkan q, maka dengan p yang
menjelaskan atau membuat q penalaran abduksi. Abduksi adalah sebuah metode
penalaran yang memiliki hipotesis yang paling baik dalam menjelaskan, jika benar,
suatu fenomena. Bernalar dengan metode ini lebih sulit dilakukan ditingkat sekolah
menengah dan sulit diajarkan.

6
Adapun aspek penalaran induktif dan deduktif yang menjadi pusat perhatian
adalah kemampuan menganalisis, memperumum, mensitesis/mengintregrasi,
memberikan alasan/penjelasan (justification), dan memecahkan masalah tak-rutin
(Garden, et al., 2006).
 Kemampuan analisis mencakup menyelediki dan menarik simpulan sahih dari
informasi yang diberikan. Memiliki fakta matematika yang perlu untuk menyelesaikan
masalah tertentu. Menentukan dan menjelaskan atau menggunakan hubungan atau
peubah dalam situasi matematis.
 Kemampuan membuat perumuman adalah memperluas rahan keberlakuan hasil
kegiatan berlaran dan memecahkan masalah.
 Mensitensis atau mengintegrasikan mencakup mengombinasikan berbagai prosedur
matematis untuk memperoleh hasil lanjutan. Membuat kaitan antar kepingan
pengetahuan dan representasi terkait, dan mengaitkan antar ide matematis.
Menjastifikasi adalah memberikan alasan membenarkan atau menyalahkan suatu
pernyataan merunjuk pada hasil atau sifat yang telah diketahui.
 Memecahkan masalah tak-rutin ialah menyelesaikan sekumpulan masalah yang belum
pernah dihadapan siswa dan menerapkan prosedur matematis dalam konteks asing
atau rumit.
Sejalan dengan hal ini di atas, maka terdapat beberapa ciri penalaran, diantaranya:
a. Adanya suatu pola berpikir yang di sebut logika. Dalam hal inidapat dikatakan
bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir ogis. Berpikir logis ini
diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logikan
tertentu.
b. Proses berpikir bersifat analisis. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang
bersandar pada suatu analisis; kerangka berpikir yang digunakan untuk anlisis
tersebut adalah logika yang bersangkutan.

4. Kemampuan Penalaran Matematis


Menurut O'Daffler dan Thornquist (1999), penalaran matematis adalah bagian
dari berpikir matematis yang meliputi membuat perumuman dan menarik simpulan
sahih tentang gagasan-gagasan dan bagaimana gagasan tersebut saling terkait,
memainkan peran mutlak dalam proses berpikir, meliputi mengumpulkan fakta,
membuat dugaan, membuat perumuman, membangun argumenn, dan menarik (dan
menyahihkan) simpulan logis mengenai beragam gagasan itu dan hubungan-
hubungannya.
7
Dalam curriculum and Evaluatoin Standars (NCTM, 1989) tertulis bahwa
kemampuan penalaran matematis meliputi:
a. Kemampuan mengenali pola dan membangun dugaan.
b. Kemampuan mengembangkan beraagam argument pernyataan matematika.
c. Kemampuan menggunakan penalaran sebanding dan ruang untuk menyelesaikan
masalah.
d. Kemampuan menggunakan penalaran deduktif untuk memverifikasi simpulan,
membenarkan validitas argument, dan membangun argument yang valid.
e. Kemampuan menganalisis situasi untuk menentukan sifat dan stuktur umum.
Dalam permedikna No.22 (Depdiknas, 2006) yaitu penalaran matematis
merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika sebab penalaran
memungkinkan siswa dapati :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau
penyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainuntuk
memperjelaskan keadaan atau masalah.
e. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
f. Menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan ide.
Baroody (1993) menyatakan hal-hal terkait penalaran, yaitu:
a. Jika siswa diberikan kesempatan untuk mengunakan keterampilan bernalar dalam
melakaukan pendugaan-pendugaan berdasarkan pengalamanya sendiri maka siswa
akan lebih mudah memahami. Misalnya siswa diberikan permasalahan dengan
menggunakan benda-benda nyata, siswa diminta untuk melihat pola,
memformulasikan dugaan tentang pola yang sudah diketahui dan mengevaluasinya
sehingga hasil yang diperolehnya bersifat lebih informative. Hal ini akan lebih
8
membantu siswa dalam memahami proses yang telah disiapkan denga cara doing
mathematics dan eksplorasi matematika.
b. Jika siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan bernalar, maka hal tersebut
akan mendorong mereka untuk melakukan guessing atau dugaan dugaan . hal ini
aka menimbulkan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa takut salah dirinya
siswa ketia siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
c. membantu siswa untuk memahami nilai balikan yang negatif (negative feedback)
dalam mengutuskan suatu jawaban. Artinnyan bahwa siswa perlu memahami
tebakan yang salah dapat menghilangkan kemungkinan yang pasti dengan berbagai
pertimbanan lebih jauh dan dapat lebih mampu melihat informasi yang berharga (
invaluabelextremely valuabe)
d. secara khusus dalam matematika anak harus memahami bahwa penalaran intuisi,
penalaran induktif, (pendugaan) dan penalaran deduktif(pembuktian logis)
memainakn peranan penting. Mereka harus menyadari atau dibuat sadar bahwa
intuisi merupakan dasar untuk kemampuan tingkah tinggi dalam matematika dan
juga ilmu pengetahuan lainya. Siswa juga harus dibantu untuk dapat memahami
bahwa intuisi diperlukan secara substatif dalam membuat contoh, mengumpulkan
data dalam menggunakan logika deduktif. Selain siswa juga pelu untuk memahami
bahwa pada penemuan pola dari berbagi contoh yang luas selalu terdapat suatu
pengecualian sehingga dapat dijustifikasi suatu pola dan pada akhirnya dapat
diuktikan secara deduktif.
Indikator-indikator kemampuan penalaran dijelaskan dalam teknis peraturan
Dirjen Dikdesmen Depdiknas nomor 506/C/kep/PP/2004, meliputi :
a. Mengajukan dugaan
b. Melakukan manipulasi matematika
c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti,meberi alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi
d. Menarik kesimpulan dan pernyataan
e. Memriksa kesahihan suatu argument
f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi

Sumarno (2004) menyusun indikator kemampuan penelaran sebagai berikut:

a. Membuat analogi dan generalisasi


b. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model
c. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika
9
d. Menyusun dan menguji konjektur
e. Memeriksa validitas argumen
f. Menyusun pembuktian langsung
g. Menyusun pembuktian tidak langsung
h. Memberikan contoh penyangkalan
i. Mengikuti aturan inferensi

Indicator-indikator penelaran matematika tersebut merupakan sandaran bagi rencana


masalah yang akan diberikan kepada siswa.sebab indikator adalah sesuatu yang
diinginkan guru untuk dicapai siswanya melalui belajar( dalam hal ini belajar
memcahkan masalah penalaran)

5. Menilai kemampuan penalaran matematis


Kemampuan penalaran matematis siswa dapat diukur melalui ketercapain
indikator-indikator peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 Depdiknas
(Shaduq, 2004), menyatakan tentang indikator-indikator penalaran matematis yang
harus dicapai oleh siswa antara lain:

1. Kemampuan melakukan manipulasi matematis


2. Kemampuan memriksa kesahihan suatu argument
3. Kemampuan menarik kesimpulan

Berikut beberapa contoh masalah penalaran matematis beserta penyelesaianya:

Masalah 1
Gambar di bawah ini menunjukan sebuah segiiga sama sisi. Pada daerah segitiga itu
diletakan tiga buah lingkaran berjari-jari satu satuan yang saling bersinggungan dan
menyentuh sisi-sisi segitiga itu hitunglah luas daerah segitiga itu.

10
Menghitung luas daerah segitiga untuk siswa kelas XI SMA pastti bukan masalah jika
alas dan tingginya diketahui. Oleh karena itu, yang diperlukan disini ialah menentukan
panjang alas dan tinggi segitiga itu,dan memang disinilah letak peesoalanya, siswa
dituntun menjalankan penalaran matematisnya bersesuaian dengan fakta dan informasi
yang diberikan

Salah satu cara menyelesaikan soal diatas ialah dengan melengkapi gambar sebagai
tampak pada gambar di atas. 0 adalah pusat salah satu lingkaran itu. Dengan
mengetahui OE = OF dan masing-masing tegak lurus terhadap AB dan CD maka
diperoleh kedua segitiga AOE dan AOF kongruen. Karenanya besar sudut OAE adalah
30 derajat sebab besar sudut CAB adalah 60 derajat. Selanjutnya dengan rumus
perbandingan trigonometri berturut-turut didapat panajang AO,AE,AB dan CD
akhirnya diperolehluas daera segitiga itu.

Masalah 2
Lihat gambar 4.3 diketahui segitiga ABC siku-siku di A. jika panjan BE = ED =DC
=AD = 7, dan AE = 9 hitunglah panjang BC

D
E

A B

Modal pengetahuan yag diperlukan untuk menyelesaikan


A masalh diatas adalah
rumus phytagoras, rumus perbandingan trigonometri, dan rumus kosinus. Tentu siswa
SMA kelas XI telah mendapatkan prosedur yang diperlukan adalah keterampilan
memisalkan dan menyelasaikan dan persamaan. Namun untuk menyelesaikannya,
mutlak berperan kepablitas siswa merapkan ketiga rumus itu pada segitiga yang
diberikan kepablitas berikutnya yang diperluakan adalah menggunakan prosedur untuk
mengaitakan fakta yang dipunyai dalam rangkah memperoleh hasil lanjutan.

11

Anda mungkin juga menyukai