Anda di halaman 1dari 3

Vaksinasi Bikin Takut Sendiri

Indonesia, sebuah negara yang menjadi bagian dari wilayah Benua Asia Tenggara, adalah daerah
yang masih menyimpan nuansa hijau perpohonan dengan lingkungan alami yang masih bertahan.
Namun, kini nuansa itu mengalami banyak perubahan. Banyak pembangunan dan pola hidup
khas metropolitan demi mengejar sesuatu yang disebut dengan perkembangan. Dan siapa sangka,
kehidupan yang modern ini menjadi pintu masuk serangan makhluk kecil yang tak terlihat.

Seperti yang kita ketahui, pada tahun 2019 tepatnya bulan November, wabah virus Covid-19
telah menggemparkan dunia. Ya, wabah yang kita ketahui pertama kali terdeteksi di Wuhan,
China itu kini telah tersebar di Indonesia. Pemerintah pertama kali mengkonfirmasi kasus Covid-
19 pada sekitar bulan Maret 2020. Saat itu, Bapak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada
dua orang Indonesia yang positif terjangkit virus corona, yakni perempuan berusia 31 tahun dan
seorang ibu berusia 64 tahun.

Kini mitos Indonesia kebal corona pun patah. Saat itu setidaknya ada 50 negara yang sudah
mengkonfirmasi kasus Covid-19 di negaranya. China sendiri melaporkan ke WHO mengenai
adanya beberapa kasus pneumonia aneh di Wuhan pada Desember lalu. Kabar yang tengah ramai
diperbincangkan masyarakat dalam negeri ini ternyata juga menyita perhatian dunia
internasional. Pasalnya, virus corona tengah menjadi ancaman bagi masyarakat dunia. Seakan-
akan tiap negara di dunia hanya tinggal menunggu giliran saja.

Hari ini aku sedang menonton berita di televisi. Aku dengar bulan ini vaksinasi sudah masuk di
Indonesia. Progam vaksinasi Covid-19 di Indonesia mulai dilakukan oleh pemerintah pada Rabu,
13 Januari di Istana Negara. Menariknya lagi, orang yang pertama kali mendapat suntik vaksin
buatan sinovac tersebut adalah Presiden Joko Widodo beserta sejumlah pejabat, tokoh agama,
organisasi profesi dan beberapa perwakilan masyarakat. Sehari setelah dilakukan penyuntikan
vaksin Covid-19, presiden mengumumkan bahwa vaksinasi akan dilakukan serentak dan
bertahap kepada tenaga kesehatan, dan masyarakat di 34 provinsi di Indonesia.

Di kotaku sendiri, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 telah dijadwalkan bagi pelajar sekolah dan
mahasiswa. Kegiatan vaksinasi tersebut sebagai upaya menyongsong Pembelajaran Tatap Muka
(PTM) terbatas. Pada pagi ini, mahasiswa dan pelajar sedang mempersiapkan diri untuk
melakukan vaksinasi di klinik yang dekat dari tempat tinggal mereka. Rasanya takut sekali
membayangkan panjangnya jarum suntik yang akan mengenai bagian lengan mereka. Namun
apalah daya kita, mau tak mau harus melawan rasa takut tersebut demi mewujudkan program
vaksinasi yang merupakan langkah tepat untuk mencegah virus tersebut.

Aku berjalan menelusuri trotoar yang kelihatan agak lebih lebar dari biasanya. Nampaknya para
pejalan kaki disini sedikit berkurang karena mereka lebih memilih berdiam diri dalam rumah dari
pada harus melakukan vaksinasi massal ini. Sungguh hari yang sangat sepi dan tenang. Setelah
berjalan melewati beberapa gang dari rumahku, kulihat para pelajar berbondong-bondong untuk
melakukan vaksinasi. Mereka dengan wajah yang cerah sedang asyik tertawa sambil menunggu
tiba giliran vaksinasi mereka. Suasana yang semula kusangka akan menegangkan pun kini
berubah menjadi terasa menyenangkan.

“Edelly!”

Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Dan kulihat dari kejauhan seorang laki-laki
mulai berjalan ke arahku.

“Hai Reyhan, sedang apa kau disini?” Sapaku disertai tanya.

Oh iya, Reyhan ini adalah teman dekat ku semasa SMP dulu, ia merupakan orang yang super
jahil dan selalu menggangguku. Aku harap kali ini dia tidak membuat ku jengkel seperti
biasanya.

“Aku kebetulan lewat sini, dan tidak sengaja melihat mu sendiri,” jawab Reyhan. Kemudian ia
balik bertanya, “Mau kemana del?”

“Aku mau vaksin, nih.” Kataku sambil melihat jam tangan yang ternyata menunjukan waktu
pukul satu siang.

“Ya sudah, semoga lancar ya vaksinnya!” Tukas Reyhan sebelum ia beranjak pergi
meninggalkan aku.

Sepeninggal Reyhan, Aku pun berjalan ke arah meja pendaftaran, tak lupa membawa serta KTP
dan Kartu Keluarga. Dengan membawa dua berkas tersebut, kita sudah otomatis terdaftar sebagai
peserta vaksinasi. Setelah selesai dengan pemeriksaan data diri pada meja pendaftaran,
selanjutnya aku pun diarahkan oleh petugas ke meja dua untuk melanjutkan pemeriksaan
kesehatan. Di meja dua tersebut Aku ditanyakan beberapa pertayaan seputar kesehatanku. Dari
mulai kondisi tubuh, penyakit bawaan, sampai obat- obatan yang sedang aku komsumsi. Lalu
setelah rampung dengan pemeriksaan kesehatan pada meja dua, Aku diarahkan petugas ke meja
tiga untuk melakukan vaksinasi.

Perasaan takutku yang sempat meredup kini kembali meruak, dadaku berdebar sangat cepat dan
tidak terasa keringat pun jatuh bercucuran ketika dokter mulai menyuntikan vaksin tersebut ke
lenganku. Tapi sensasi berbeda yang Aku rasakan saat jarum suntik menyapa lenganku, ternyata
disuntik itu tidak terlalu menakutkan seperti yang aku bayangkan. Rasanya seperti di gigit semut,
tidak terasa sakit sedikitpun.

Pasca penyuntikkan, dokter pun menyuruhku menunggu selama 30 menit untuk melihat efek
samping setelah divaksin. Setelah menunggu cukup lama, rupanya Aku tidak merasakan hal aneh
dalam. Aku merasa baik-baik saja dan bergegas untuk pulang kerumahku. Aku tersenyum
bangga karena hari ini Aku telah menjadi pahlawan kesehatan. Setibanya dirumah, aku menghela
napas, merasa lelah setelah melakukan vaksinasi, dan tak lama Akupun merebahkan tubuh
lelahku. Namun tak lama kudengar pintu kamar ku terbuka. Kulihat seorang wanita yang
merupakan Bundaku memasuki kamar.

“Sayang, kamu belum tidur?” tanya Bunda sambil mengusap kepalaku lembut.

“Belum Bunda, tapi secepatnya aku akan tidur.” Aku segera menjawab pertanyaan Bunda.

“Ya sudah, kamu istirahat ya sayang…,” ujar Bunda yang kemudian mengecup keningku dan
beranjak keluar kamar.

Setelah Bunda menutup pintu, Aku pun bersiap diri untuk tidur dan beristirahat sejenak setelah
melakukan vaksinasi. Dalam hati Aku merapalkan doa, berharap agar Covid-19 segera pergi, dan
bumi dapat pulih kembali.

Cerpen karya Edelly Alma Azzahra

Anda mungkin juga menyukai