Anda di halaman 1dari 3

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR (SOP) DETEKSI DINI DAN


RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
TanggalTerbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS
SODIK, SKM, MM.Kes
CINIRU NIP. 19670220 198902 1 001

1. Pengertian Deteksi dini dan rujukan kasus balita gizi buruk, gizi kurang atau yang
berisiko gizi buruk merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan mobilisasi
masyarakat. Bila kegiatan ini berjalan optimal maka banyak kasus gizi buruk
yang dapat dicegah dan ditangani dengan cepat dan tepat sehingga kondisi
mereka tidak menjadi buruk. Agar deteksi dini dan rujukan kasus dapat
optimal diperlukan kegiatan penemuan dini aktif dan pasif yang melibatkan
semua komponen masyarakat, khususnya orang tua, tokoh masyarakat, kader
dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penemuan dini dan rujukan serta
pendampingan kepada kader dan anggota masyarakat terlatih lainnya.
3. Kebijakan

4. Referensi Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas, Kemenkes
2020 tentang SOP pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita.
5. Prosedur A. Persiapan Awal
1. Mempersiapkan sumber daya manusia , siapa saja yang dapat dilatih dan
berperan aktif dalam deteksi dini, contoh kader posyandu, kader
dasawisma, guru PAUD, anggota karang taruna dsb
2. Mempersiapkan kebutuhan dan sumber pembiayaan.
3. Mempersiapkan tempat dan kegiatan yang dapat digunakan sebagai titik
deteksi dini secara aktif dan pasif diluar kegiatan pemantauan
pertumbuhan bulanan di Posyandu.
4. Mempersiapkan logistik yang dibutuhkan seperti alat antropometri standar
yang diperluakan untuk pemantauan pertumbuhan dan pita Lingkar
Lengan Atas (LILA) berwarna (hijau, kuning, merah) yang dapat
digunakan untuk kegiatan deteksi dini secara aktif oleh anggota
masyarakat terlatih

1
B. Pelatihan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus
Setelah anggota masyarakat dapat dijadikan agen untuk deteksi dini
kasus, maka perlu dilakukan penguatan kapasitas terkait dalam deteksi
dini dan rujukan kasus, termasuk sensitisasi (langkah awal) strategi
deteksi dini dan rujukan masyarakat ke fasilitas layanan kesehatan yang
disepakati. Maka Anggota masyarakat tersebut dilatih untuk mampu
melakukan:
1. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) balita usia 5-59 bulan dengan
LILA berwarna
2. Identifikasi balitayang terlihat sangat kurus
3. Identifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral
4. Identifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
5. Identifikasi hambatan pertumbuhan, khususnya untuk kader Posyandu
atau anggota masyarakat lain yang terlibat dalam pemantauan
pertumbuhan (missal guru PAUD)
6. Melakukan rujukan kasus

C. Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus


 Deteksi dini kasus :
1. Secara aktif dilakukan oleh
a. Anggota masyarakat terlatih
b. Kader didiampingi oleh petugas kesehatan, melakukan sweeping dan
kunjungan rumah untuk balita yng tidak hadir pada hari Posyandu
 Deteksi dini kasus dilakukan dengan :
a. Menimbang berat badan balita
b. Mengukur LILA balita usia 6-59 bulan
c. Mengidentifikasi balita yang terlihat sangat kurus
d. Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting bilateral
e. Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
 Balita perlu dirujuk :
a. Balita yang teridentifikasi mengalami hambatan pertumbuhan
b. Balita (5-59 bulan) dengan LILA di warna kuning (LILA 11,5 cm -
<12,5 cm) atau warna merah (<11,5 cm)
c. Balita dengan LILA di warna hijau namun terlihat sangat kurus
d. Balita yang teridentifikasi adanya pitting bilateral
e. Bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu

2. Secara pasif, saat kegiatan pemamntauan pertumbuhan di Posyandu atau

2
titik pemantauan lain dan saat balita berkunjung kefasilitas kesehatan.
 Deteksi dini kasus dengan :
a. Mengidentifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan atau beriisko
hambatan pertumbuhan menggunakan grafik pertumbuhan anak di
KMS dan buku KIA
b. Mengukur LILA balita usia 6-59 bulan dnegan pita LILA berwarna
c. Pemeriksaan pitting bilateral
d. Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
 Balita yang perlu dirujuk:
a. Balita terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan berdasarkan
grafik pertumbuhan di KMS dan buku KIA
b. Balita dengan LILA di warna kuning atau merah
c. Balita dengan LILA berwarna hijau namun terlihat sangat kurus
d. Balita yang teridentifikasi adanya pitting bilateral
e. Bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
6. BaganAlir
7. Hal – hal yang -
perlu diperhatikan
8. Unit terkait Program Promkes, Petugas Surveilans Puskesmas, KIA, kader Posyandu, guru
PAUD, dan anggota terlatih lainnya
9. Dokumen Terkait Panduan gizi buruk, buku KIA, buku atau grafik pertumbuhan balita
10. Rekaman Historis Tgl. Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai