SOP/00/ PKM-
No. Dokumen :
MNW /2021
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 8 Oktober 2021
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
Syarif Kamare, AMd.AK
PERAWATAN 19760214 200003 1 005
MENAWI
1. Pengertian Deteksi dini dan rujukan balita gizi buruk, gizi kurang atau yang
beresiko gizi buruk merupakan salah satu bagian dari
pelaksanaan dari mobilisasi masyarakat. Deteksi dini dan rujukan
kasus dapat optimal melalui kegiatan penemuan dini aktiv dan
pasif yang melibatkan semua komponen masyarakat khusus nya
kader, keluarga dan tokoh masyarakat atau agama.
2. Tujuan 1. Ditemukannya kasus balita gizi buruk atau yang beresiko gizi
buruk untuk dapat di rujuk dan dirawat ke fasyankes secara
cepat, tepat dan komprehensif sesuai dengan pedoman dan
protocol kesehatan
2. Deteksi dini dan rujukan kasus yang optimal dapat
dilaksanakan dengan melibatkan anggota keluarga dan
masyarakat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Perawatan Menawi No. SK / 011 / AK
/ PKM-MNW / 2018 tentang Kebijakan Deteksi Dini dan
Rujukan Balita Gizi Buruk Atau Yang Berisiko Gizi Buruk
Puskesmas Perawatan Menawi
4. Referensi Pedoman Pencegahan dan tata laksana gizi buruk pada balita,
kemenkes RI, 2019
PMK No 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak
Pedoman Pelyanan Gizi Di Puskesmas, Kemenkes RI tahun 2018
5. Prosedur/ Langkah- Persiapan awal :
langkah Sebagai awal kegiatan, tenaga kesehatan, pemerintah distrik dan
pemerintah kampung, dan pemangku kepentingan setempat yang
terkait melaksanakan kajian masyarakat, yaitu melakukan
penilaian kegiatan mobilisasi masyarakat, termasuk untuk
kegiatan deteksi dini kasus oleh anggota masyarakat terlatih.
Untuk kegiatan deteksi dini dan rujukan masyarakat, komponen
yang penting untuk dinilai adalah:
1. Sumber daya manusia. Siapa saja yang ada dalam
wilayah tersebut yang dapat dilatih dan dapat berperan
aktif dalam deteksi dini, contohnya kader Posyandu,
kader dasawisma, guru PAUD, anggota karang taruna,
guru kelas pengajian/ guru sekolah minggu dan anggota
masyarakat lain yang berpotensi.
2. Kebutuhan dan sumber pembiayaan. Sumber dana yang
tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan
dan anggota masyarakat terlatih untuk melakukan deteksi
dini, khususnya penemuan kasus aktif.
3. Tempat dan kegiatan yang dapat digunakan sebagai titik
deteksi dini secara aktif dan pasif diluar kegiatan
pemantauan pertumbuhan bulanan di Posyandu. Tempat
atau kegiatan yang rutin atau yang insidental yang dapat
menjadi titik penemuan dini secara aktif, seperti kelas
PAUD, kelas pengajian, sekolah minggu, bulan Vitamin
A, kegiatan sosial kemasyarakatan, atau kegiatan
keagamaan.
4. Logistik yang dibutuhkan. Logistik dasar yang
dibutuhkan adalah alat antropometri standar yang
diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan dan pita
Lingkar Lengan Atas (LiLA) berwarna (hijau, kuning dan
merah) yang dapat digunakan untuk kegiatan deteksi dini
secara aktif oleh anggota masyarakat terlatih.
Pencatatan laporan :
Dalam strategi penemuan dini dan kasus yang telah disepakati,
perlu ditentukan sistem pencatatan dan pelaporan, khususnya
untuk deteksi dini secara aktif dan rujukan kasus oleh anggota
masyarakat.