Mengenal Bidang Keprofesian di Teknik Material dan Metalurgi ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau yang biasa disebut ITS, adalah salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. ITS disebut juga kampus perjuangan yang sesuai namanya mengingatkan kepada kita tentang perjuangan para pahlawan Indonesia khususnya di kota pahlawan yaitu Surabaya. Reputasinya dalam negeri bahkan luar negeri pun tak bisa diragukan lagi. Mulai dari akreditasi yang tinggi baik nasional maupun internasional, prestasi-prestasi mahasiswa hingga dosen yang sangat banyak, hingga karya-karya di bidang teknologi yang telah memberikan berbagai manfaat di Indonesia. Hal itulah yang membuat Saya terkesan dan memantapkan langkah untuk memilih ITS sebagai tempat perjalanan studi selanjutnya. Setelah mencari tahu lebih lanjut tentang jurusan yang ada di ITS, Saya membulatkan tekad untuk memilih Departemen Teknik Material dan Metalurgi. Di departemen yang memiliki akreditasi A unggul ini terdapat empat bidang keprofesian, yaitu yang pertama adalah Metalurgi Ekstraksi (ME), kedua adalah Metalurgi Manufaktur (MM), ketiga adalah Korosi dan Kegagalan (KK) dan keempat adalah Metalurgi Inovatif (MI). Keempat bidang keprofesian tersebut saling berhubungan dan terkait dengan proses yang diperlukan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak ada anggapan bahwa salah satu bidang keprofesian lebih tinggi dibanding dengan bidang keprofesian lainnya. Bidang keprofesian yang pertama adalah metalurgi ekstraksi yang berkaitan dengan metode dan proses ekstraksi logam dari depositnya atau disebut bijih. Logam yang didapatkan dari bijih biasanya masih berupa logam dalam bentuk oksida dan sulfida. Untuk mengekstrasi logam murni dari logam oksida atau sulfida, bijih logam dilakukan proses pengurangan secara fisik, kimiawi, atau elektrolisasi. Metode ekstraksi melalui dua tahapan yaitu, yang pertama adalah proses ekstraksi untuk menghasilkan logam dari kumpulan bijih, selanjutnya proses pemurnian untuk memperbaiki sifat-sifat logam dan kemurnian logam. Bidang keprofesian yang kedua adalah metalurgi manufaktur yang merupakan kelanjutan dari bidang keprofesian sebelumnya. Metalurgi manufaktur adalah proses yang sangat penting dalam proses produksi material, karena perannya sebagai penengah antara bagian hulu ke hilir. Material mentah diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Material yang diproses meliputi keramik, logam, polimer, dan komposit. Manufaktur meliputi operasi proses dari pembentukan, partikulasi, deformasi, material removal, dan rekayasa permukaan. Selanjutnya proses assembly atau penyambungan material yang meliputi penyambungan permanen seperti pengelasan, pematrian, dan penyolderan. Bidang keprofesian selanjutnya yaitu korosi dan kegagalan,. Kegagalan suatu komponen teknik merupakan kondisi ketika tidak mampu melakukan fungsi yang diinginkan karena kerusakan, korosi, patah, retak, aus dan ketidakakuratan antar dimensi atau indikator lainnya. Sebagian besar kegagalan terjadi akibat adanya masalah pada satu atau lebih komponen dalam satu struktur perakitan. Dalam menganalisa dan mengatasi kegagalan tersebut ada suatu metode yang dinamakan dengan Failure Analysis atau analisis kegagalan. Seorang insinyur atau ilmuwan memerlukan pengalaman dan keterampilan terlebih dahulu untuk bisa menganalisa kegagalan yang terjadi. Analisis kegagalan memiliki tahapan yaitu memahami latar belakang, pengumpulan data atau sampel, membuat spesimen, menginterpretasikan hasil tes, dan hasilnya pada kesimpulan. Analisa kegagalan didasarkan kepada prinsip metalurgi yang kuat dan bukti ilmiah yang otentik. Setelah didapatkan kesimpulan dari analisa kegagalan selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan yang berurutan untuk menghindari terulangnya kegagalan yang sama. Bidang keprofesian yang terakhir adalah metalurgi inovatif. Bidang ini berkaitan dengan aplikasi atau implementasi dari penelitian yang telah dilalui dari proses sebelumnya. Inovasi material baru yang memiliki kualitas terbaik serta memiliki sifat yang dinginkan diharapkan dihasilkan dari bidang keprofesian ini. Selanjutnya material inovasi tadi bisa memenuhi kebutuhan industri di berbagai bidang, mulai dari infrastruktur, mesin, kesehatan, hingga otomotif.