Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DARING

ERA PANDEMI COVID-19


KOEFISIEN EKSPANSI TERMAL

Disusun Oleh:
Nama : FRANCISCO EDWARD PEREZ BEWO
NIM : 205100900111031
Jurusan/Fakultas : TEP/FTP
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : 22 OKTOBER 2020
Nama Asisten : HANNA FAUZIAH HABIBAH

LABORATURIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


-Memahami proses pemuaian zat padat dan gas
-Mengetahui proses pemuaian zat padat dan gas

1.2 Teori
1.2.1 Pengertian Termal, Ekspansi Termal, Koefisien Ekspansi Termal
Temperatur atau panas atau termal adalah suatu besaran fisika yang secara
mikroskopik dapat dikatakan sebagai amplitudo gerak energi atom atau molekul. Energi
ini disebut energi panas karena interaksi antar atom dan molekul tersebut. Dalam ilmu
termodinamika, temperatur merupakan kecenderungan suatu sistem melepaskan energi
secara spontan. Temperatur adalah fenomena fisika yang lebih dikenal oleh orang awam
sebagai panas atau dingin suatu benda (Huda, 2011).
Ekspansi termal atau dikenal sebagai pemuaian adalah peristiwa pertambahan
ukuran (panjang, volume, dan luas) suatu benda ketika terjadi perubahan suhu.
Perubahan suhu suatu benda mempengaruhi gerak partikel pada benda. Benda yang
memiliki suhu tinggi gerak partikelnya menjadi lebih cepat. Gerak partikel yang lebih
cepat memerlukan luas yang lebih besar sehingga benda akan memuai saat dipanaskan
(Gozali, 2012).
Koefisien muai biasa di definisikan sebagai pertambahan ukuran suatu benda saat
dipanaskan sehingga suhu nya naik 1°C. Koefisien muai memiliki beberapa jenis yaitu
koefisien muai panjang, koefisien muai volume, dan koefisien muai volume. Koefisien
muai menggambarkan perubahan ukuran suatu obyek ketika terjadi peningkatan suhu
(Pujayanto dkk, 2016).

1.2.2 Macam-Macam Koefisien Ekspansi Termal


Koefisien muai panjang adalah perbandingan antara pertambahan panjang (∆ l ¿
terhadap panjang awal benda (l0) per satuan kenaikan suhu (∆ T ¿. Secara matematis
dapat dinyatakan dengan rumus
∆ l=α ×l 0 × ∆T
Oleh karena selisih panjang berarti panjang akhir dikurangi panjang awal ( ∆ l=l−l 0)
dan selisih suhu berarti suhu akhir dikurangi suhu awal (∆ T =T −T 0), maka persamaan
tadi dapat ditulis menjadi
l−l 0
α=
l 0 (T −T )
0

Maka persamaan tersebut dapat disusun lagi menjadi


l=l 0 (1+ α ×∆ T )
Dengan : l = Panjang akhir (cm)
l0 = Panjang awal (cm)
T = Suhu akhir (°C)
T0 = Suhu awal (°C)
(Yamani, 2016).
Benda yang berbentuk luasan dengan ukuran ketebalan tertentu bila dipanaskan,
maka akan mengalami pemuaian luas. Koefisien muai luas adalah pertambahan luas
benda terhadap luas awal benda (A0) per satuan kenaikan suhu (∆ T ¿. Secara matematis
koefisien muai luas dapat dinyatakan
∆ A=β × A 0 ×∆ T
Oleh karena selisih panjang berarti panjang akhir dikurangi panjang awal ( ∆ l=l−l 0)
dan selisih suhu berarti suhu akhir dikurangi suhu awal (∆ T =T −T 0), maka persamaan
tadi dapat ditulis menjadi
A− A 0
β=
A 0 (T −T )
0

Maka persamaan tersebut dapat disusun lagi menjadi


A=A 0 (1+ β × ∆ T )
Dengan : A = Luas akhir benda (cm2)
A0 = Luas awal benda (cm2)
T = Suhu akhir (°C)
T0 = Suhu awal (°C)
(Yamani, 2016).
Benda yang memiliki ruang jika dipanaskan akan mengalami pemuaian. Koefisien
muai volume adalah pertambahan volume benda terhadap terhadap luas volume benda
(V0) per satuan kenaikan suhu (∆ T ¿. Koefisien muai volume disimbolkan dengan γ
nilai dari koefisien muai volume adalah tiga kali dari koefisien nilai panjang (α). Secara
matematis koefisien muai volume dapat dinyatakan secara matematis yaitu
∆V
V
γ= 0
∆T
(Gozali, 2012).

1.2.3 Nilai Koefisien Termal Setiap Bahan atau Zat


Tabel 1.1 Nilai Koefisien Termal Setiap bahan
Bahan Koefisien muai panjang
Alumunium 24 × 10 −6

Kuningan 19 ×10−6
Perunggu 19 ×10−6
Tembaga 17 ×10−6
Baja 11×10−6
Sumber : Yamani, 2016
BAB II METODE
PERCOBAAN
2.1 Alat, Bahan. Dan Fungsi
Tabel 2.1 Alat, bahan, dan fungsi
NO Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1. Termometer Mengukur suhu

Gambar 2.1 Termometer


Sumber : Andesta, 2018

2. Tabung Erlenmeyer Tempat mengukur gas

Gambar 2.2 Tabung Erlenmeyer


Sumber: Nazali, 2017

3. Selang silicon Tempat menaruh air yang


telah diwarnai

Gambar 2.3 Selang Silicon


Sumber: Novalina, 2012

4. Statif Mengokohkan Rangkaian


dan tempat menggantuk bos
head dan klem

Gambar 2.4 Gambar Statif


Sumber: Wulandari, 2018
5. Penghubung slang silicon Menghubungkan selang
dengan penyumbat karet
Gambar 2.5 Penghubung slang
silicon
Sumber: Novalina, 2012

6. Boss head Tempat meletakkan klem


universal

Gambar 2.6 Boss Head


Sumber: Pasinggi, 2016

7. Penjepit klem Tempat meletakkan


manometer

Gambar 2.7 Penjepit Klem


Sumber: Susanti, 2017

8. Korek api Menyalakan pembakar


spiritus

Gambar 2.8 Korek api


Sumber: Supriyono dan Mulyanto,
2013

9. Penggaris Mengukur jarak memasang


klem universal dan boss
head

Gambar 2.9 Penggaris


Sumber: Pasinggi, 2016

10. Sumbat karet 2 lubang Menghubungkan


termometer dan
penghubung selang
Gambar 2.10 Sumbat Karet Dua
Lubang
Sumber: Novalinta, 2017

11. Klem universal Tempat meletakkan


erlenmeyer

Gambar 2.11 Klem Universal


Sumber: Pasinggi, 2016

12. Pewarna sintetis Memberi warna pada air

Gambar 2.12 Pewarna Sintesis


Sumber: Ahmed et al, 2020

13. Gelas ukur Mengukur volume air yang


diperlukan

Gambar 2.13 Gelas Ukur


Sumber: Nazali, 2017

14. Beaker glass Meletakkan air

Gambar 2.14 Gelas Beaker


Sumber: Nazali, 2017

15. Siring 10 ml Memasukkan air ke dalam


selang
Gambar 2.15 Siring 10 mL
Sumber: Cao, 2020

16. Stopwatch Mengukur waktu yang


sudah berlalu

Gambar 2.16 Stopwatch


Sumber : Andesta, 2018

17. Manometer Mengukur volume

Gambar 2.17 Manometer


Sumber: Mahajan, 2016.

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Persiapan Percobaan

Menyiapkan alat dan bahan

Memasang klem dengan


dasar statis secara
horizontal dan vertikal

Memasang boss head dan


balok pendukung pada
ketinggian 25 cm di klem
yang terpasang horizontal
secara terpisah

Memasang manometer pada


blok pendukung

Memasang Klem universal


pada balok pendukung

Memasang penghubung
slang dan termometer pada
penyumbat karet
Memasang Erlenmeyer
pada klem pendukung

Memasang penyumbat karet


pada lubang leher
erlenmeyer

Memasang selang pada


erlenmeyer dan manometer

Memasukkan air yang


sudah diwarnai pada selang
dengan bantuan siring

Hasil

2.2.2 Prosedur Percobaan

Pembakar spiritus
dinyalakan di bawah
erlenmeyer

Mencatat perubahan suhu


pada termometer

Mencatat perubahan volume


pada manometer

Catat hasil percobaan

Hasil
2.3 Gambar Rangkaian Percobaan Praktikum Ekspansi Termal Volumetrik + Penjelasan

Penyumbat selang Klem

Erlenmeyer
Balok pendukung
Spiritus

Dasar Statif
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Hasil Perhitungan


Tabel 3.1 Tabel Hasil Percobaan
No T0 (0C) Tx (0C) V0 (ml) Vx (ml) ΔT (0C) ΔV (ml)
1 35 9.5 4 2.5
2 38 10.6 7 3.6
3 31 44 7 13.7 13 6.7
4 51 14.5 20 7.5
5 58 14.7 27 7.7
Keterangan:
ΔV = Δh = perubahan ketinggian air (1cm = 1ml)

Tabel 3.2 Tabel Data Koefisien Termal


No V0 (ml) ΔT (0C) ΔV (ml) γ (0C-1)
1 4 2.5 0.00625
2 7 3.6 0.00514
3 100 13 6.7 0.00515
4 20 7.5 0.00375
5 27 7.7 0.00285
Keterangan:
V0 = Volume gas awal dalam Erlenmeyer 100ml

3.2 Perhitungan Data


∆V 2,5
1. γ = = = 0,00625 0C-1
V 0 ∙ ∆T 100∙ 4
∆V 3,6
2. γ = = = 0.00514 0C-1
V 0 ∙ ∆T 100∙ 7
∆V 6,7
3. γ = = = 0.00515 0C-1
V 0 ∙ ∆T 100∙ 13
∆V 7,5
4. γ = = = 0.00375 0C-1
V 0 ∙ ∆T 100∙ 20
∆V 7,7
5. γ = = = 0.00285 0C-1
V 0 ∙ ∆T 100∙ 27

3.1 Grafik
Hubungan Antara Perubahan Volume dan Koefisen Ekspansi Termal
0.01
0.01
0.01
Koefisien Ekspansi Termal ((0C-1)

0.01 0.01
0.01

0 0

0 Koefisien Ekspansi Termal


0

0
2 3 4 5 6 7 8
Perubahan Volume (mL)

3.1.1 Grafik Hubungan Pengaruh Perubahan Suhu dan Koefisien Ekspansi Thermal

Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan suhu dan koefisien ekspansi termal
Sumber: Data diolah
Hubungan Antara Perubahan Suhu dan Koefisien Ekspansi Termal
0.01
0.01
0.01
Koefisien Ekspansi Termal (0C-1)

0.01 0.01
0.01

0 0

0 Koefisien Ekspansi Termal


0

0
0 5 10 15 20 25 30
Perubahan Suhu (°C)

3.1.2 Grafik Hubungan Pengaruh Perubahan Volume dan Koefisien Ekspansi


Thermal

Gambar 3.2 Grafik hubungan perubahan volume dan koefisien ekspansi termal
Sumber: Data diolah
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data Percobaan


Bila sebuah benda memiliki volume sebesar V dan temperatur sejumlah T dipanaskan maka
benda tersebut akan mengalami pertambahan volume. Pertambahan volume suatu benda terhadap
volume awal benda per pertambahan suhu benda merupakan pengertian dari koefisien ekspansi termal.
Secara matematis koefisien ekspansi termal dapat ditulis dengan rumus
∆V
γ=
V 0 ∙ ∆T
Pada percobaan menentukan hubungan antara koefisien ekspansi volume dengan pertambahan
volume dan pertambahan suhu terdapat sebuah gas di dalam Erlenmeyer 100 mL dengan suhu awal
31°C dengan volume awal 7 mL. Pada saat terjadi kenaikan suhu menjadi 35°C volume ikut
bertambah menjadi 9,5 mL, berdasarkan data tersebut maka dengan pertambahan suhu sebesar 4°C
maka volume benda akan bertambah sebesar 2,5 mL dan ketika dilakukan perhitungan menggunakan
rumus maka didapat nilai koefisien ekspansi termal 0,00625 0C-1. Pada saat terjadi kenaikan suhu
menjadi 38°C volume ikut bertambah menjadi 10,6 mL, berdasarkan data tersebut maka dengan
pertambahan suhu sebesar 7°C maka volume benda akan bertambah sebesar 3,6 mL dan ketika
dilakukan perhitungan menggunakan rumus maka didapat nilai koefisien ekspansi termal 0,00514 0C-1.
Pada saat terjadi kenaikan suhu menjadi 44°C volume ikut bertambah menjadi 13,7 mL, berdasarkan
data tersebut maka dengan pertambahan suhu sebesar 13°C maka volume benda akan bertambah
sebesar 6,7 mL dan ketika dilakukan perhitungan menggunakan rumus maka didapat nilai koefisien
ekspansi termal 0,00515 0C-1. Pada saat terjadi kenaikan suhu menjadi 51°C volume ikut bertambah
menjadi 14,5 mL, berdasarkan data tersebut maka dengan pertambahan suhu sebesar 20°C maka
volume benda akan bertambah sebesar 7,5 mL dan ketika dilakukan perhitungan menggunakan rumus
maka didapat nilai koefisien ekspansi termal 0,00375 0C-1. Pada saat terjadi kenaikan suhu menjadi
58°C volume ikut bertambah menjadi 14,7 mL, berdasarkan data tersebut maka dengan pertambahan
suhu sebesar 27°C maka volume benda akan bertambah sebesar 7,7 mL dan ketika dilakukan
perhitungan menggunakan rumus maka didapat nilai koefisien ekspansi termal 0,00375 0C-1.
Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa semakin besar pertambahan suhu maka
pertambahan volume gas akan bertambah. Hal tersebut bersesuaian dengan Jurnal yang ditulis
Yantidewi dkk (2018) bahwa pertambahan benda akan berbanding lurus dengan pertambahan volume.
Hal ini dapat terjadi karena ketika benda dipanaskan maka gerak partikel pada gas akan semakin cepat
sehingga diperlukan volume yang lebih besar sehingga volume dari gas pada erlenmeyer akan menjadi
lebih besar. Sementara berdasarkan data semakin besar pertambahan suhu maka koefisien ekspansi
volume akan menjadi semakin kecil. Hal ini sesuai dengan jurnal yang ditulis oleh Doloksaribu dan
Simatupang (2016) bahwa nilai koefisien ekspansi termal berbanding terbalik dengan pertambahan
suhu. Hal ini bisa terjadi karena jarak antar partikel di udara pada awalnya sudah renggang sehingga
ketika dipanaskan partikel yang bergerak lebih cepat itu hanya membutuhkan sedikit pertambahan
ruang gerak.
4.1 Analisa Grafik
4.1.1 Grafik Hubungan Pengaruh Perubahan Suhu dan Koefisien Ekspansi Thermal
Berdasarkan grafik n.n didapat tren grafik yang semakin menurun. Hal ini
dikarenakan ketika terjadi pertambahan suhu nilai dari koefisien ekspansi termal akan
semakin berkurang atau dapat disimpulkan nilai pertambahan suhu berbanding terbalik
dengan nilai koefisien ekspansi termal. Hal ini berkesuaian dengan grafik dari jurnal yang
ditulis oleh Doloksaribu dan Simatupang (2016) yang juga menunjukan menunjukan
penurunan.

4.1.2 Grafik Hubungan Pengaruh Perubahan Volume dan Koefisien Ekspansi Thermal
Berdasarkan grafik n.n didapati grafik yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan
ketika terjadi pertambahan volume pada suatu benda maka niai koefisien ekspansi termal
akan semakin mengecil atau dapat disimpulkan bahwa nilai pertambahan volume
berbanding terbalik dengan nilai koefisien ekspansi termal. Berdasarkan Jurnal yang ditulis
Yantidewi dkk (2018) pertambahan benda akan berbanding lurus dengan pertambahan
volume sehingga arah grafiknya akan sama dengan arah grafik pada hubungan perubahan
suhu dengan koefisien ekspansi termal. Pada grafik hubungan perubahan suhu dengan
koefisien ekspansi termal didapat grafik yang cenderung untuk turun karena pertambahan
suhu berbanding terbalik dengan nilai koefisien ekspansi termal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa grafik hubungan pertambahan volume dengan koefisien ekspansi
termal seharusnya mengalami penurun. Pernyataan tadi sesuai dengan grafik n.n yang
menunjukan grafik yang mengalami penurunan.

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Ekspansi Termal


Koefisien ekspansi termal dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah pertambahan
suhu (Wulandari dan Radiyono, 2015). Semakin besar pertambahan suhu benda maka semakin
kecil nilai dari koefisien ekspansi termal. Hal ini bisa terjadi karena jarak antar partikel di udara
pada awalnya sudah renggang sehingga ketika dipanaskan partikel yang bergerak lebih cepat itu
hanya membutuhkan sedikit pertambahan ruang gerak.
Koefisien ekspansi termal juga dipengaruhi oleh massa jenis benda. Semakin rapat suatu
benda maka koefisien ekspansi termal suatu benda akan cenderung mengecil (Doloksaribu dan
Simatupang, 2016). Benda yang renggang memiliki rongga-rongga udara. Udara pada rongga-
rongga tersebut membantu proses pemuaian sehingga pemuaian akan menjadi lebih mudah terjadi
sehingga koefisien ekspansi termal suatu benda dapat menjadi lebih besar daripada benda padat
yang memiliki rongga udara yang lebih kecil.

4.3 Aplikasi Koefisien Ekspansi Termal di Bidang Teknologi Pertanian


Koefisien ekspansi termal memiliki berbagai peran di berbagai bidang manusia terutama
bidang yang berhubungan dengan panas dan pemuaian. Bidang yang memanfaatkan koefisien
ekspansi termal adalah bidang teknologi pertanian.
Pada bidang teknologi pertanian terdapat alat yang bernama mesin pengering. Mesin
pengering ini berguna untuk mengeringkan hasil pertanian. Mesin pengering menjaga suhu pada
saat pengeringan tetap stabil sehingga lebih efektif, cepat dan dapat diperkirakan kapan selesai
dibandingkan dengan dijemur dengan matahari yang memiliki ketergantungan terhadap kondisi
lingkungan. Mesin pengering memiliki termometer yang berfungsi untuk mengetahui suhu saat
proses pengeringan dan membantu menjaga suhu agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Termometer pada mesin pengering merupakan termometer bimetal. Termometer bimetal ini
bekerja dengan prinsip pemuaian. Pada saat terkena panas lempengan logam pada termometer ini
akan mengarah pada logam dengan koefisien terkecil. Pemuaian ini lalu dihubungkan dengan alat
lain seperti jarum penunjuk yang akan menunjukan angka tertentu atau alat lain yang akan
mengatur suhu ruangan (Purba, 2019).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Temperatur atau panas atau termal adalah suatu besaran fisika yang secara mikroskopik dapat
dikatakan sebagai amplitudo gerak energi atom atau molekul. Pertambahan panas pada benda dapat
mengakibatkan pertambahan panjang pada suatu benda. Hal tersebut terjadi dikarenakan Benda yang
memiliki suhu tinggi gerak partikelnya menjadi lebih cepat. Gerak partikel yang lebih cepat
memerlukan luas yang lebih besar sehingga benda akan memuai saat dipanaskan. Nilai pertambahan
ukuran suatu benda pada saat suhu dinaikkan sebanyak 1°C. Koefisien ekspansi termal memiliki tiga
jenis yaitu koefisien ekspansi panjang yang disimbolkan dengan α, koefisien ekspansi volume yang
disimbolkan dengan β, dan koefisiek ekspansi volume yang disimbolkan dengan γ .
Untuk mengetahui nilai dan faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien ekspansi termal maka
dapat dilakukan percobaan dengan mengamati volume gas ketika dipanaskan. Pada saat proses
pemanasan gas, volume gas akan menjadi lebih besar. Hal ini berarti pertambahan panas berbanding
lurus dengan pertambahan volume atau semakin tinggi nilai pertambahan gas maka akan semakin
tinggi juga nilai pertambahan volume begitu juga sebaliknya. Sementara itu berkebalikan dengan
hubungan antara pertambahan suhu dengan pertambahan volume, nilai koefisien ekspansi termal
berbanding terbalik dengan perubahan suhu dan perubahan volume atau semakin besar nilai
pertambahan volume dan suhu maka nilai koefisien ekspansi termal akan semakin turun begitu juga
sebaliknya. . Hal ini bisa terjadi karena jarak antar partikel di udara pada awalnya sudah renggang
sehingga ketika dipanaskan partikel yang bergerak lebih cepat itu hanya membutuhkan sedikit
pertambahan ruang gerak. Selain itu koefisien ekspansi termal suatu benda juga dipengaruhi oleh
massa jenis suatu benda, semakin besar massa jenis suatu benda maka benda tersebut akan memiliki
rongga udara yang kecil sehingga akan memperkecil pertambahan ukuran saat proses pemuaian.
Koefisien ekspansi termal memiliki banyak penerapan dalam kehidupan manusia terutama pada
bidang yang berhubungan dengan suhu dan pemuaian. Bidang teknologi pertanian adalah bidang yang
memanfaatkan koefisien ekspansi termal. Contoh penerapan ini ada pada mesin pengering yang
memanfaatkan proses pemuaian untuk menentukan suhu pada saat proses pengeringan menggunakan
termometer bimetal.

5.2 Saran
Diharapkan sebelum melakukan pengukuran air yang berada di manometer diberi pewarna
sintesis terlebih dahulu. Pemberian pewarna sintesis ini berguna agar pada saat tabung erlenmeyer
dipanaskan gas yang terdorong pada selang dapat terlihat dengan lebih jelas. Selain itu pada saat
memanaskan erlenmeyer harap berhati-hati dan menggunakan alat pemanas yang stabil seperti spiritus
agar proses pemanasan dapat berlangsung maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Gozali, Rahmat. 2012. Alat Ukur Muai Panjang Sungai. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Huda, Syahrial Nurul. 2011. Rancang Bangun Sistem Pengendali Temperatur Furnace Dengan
Menggunakan Sensor Termokopel Tipe-K Berbasis Mikrokontroler Atmega 16. Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia.
Pujayanto, Rini Budiharti, Yohanes Radiyono, Dyah Fitriana Masithoh, Fardani Arfian. 2016.
Pembuatan Alat Percobaan Pengukuran Koefisien Pemuaian Panjang Logam Dengan
Difraksi. Seminar Nasional Pendidikan Sains. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 263 –
268.
Andesta, Peti. 2018. Pengembangan Buku Saku Materi Alat-Alat Ukur Siswa Sebagai Penunjang
Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan Lampung
Novalina, Christine. 2012. Studi Kinerja Pemisahan Etanol-Air Menggunakan Proses Pervaporasi
Dengan Membran TFC (Thin Film Composite) Komersial. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia.
Yamani, Insan Kamla. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Suplemen Fisika Materi Suhu dan
Perubahannya Berbasis Open-Ended Problem Sebagai Sarana Berpikir Siswa. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Supriyono dan Tri Mulyanto. 2013. Analisis Proses Pembuatan Body Tank Korek Api Gas Type 4
mL. Skripsi. UG Journal. 7(4), 23 – 26.
Ahmed, Temoor, Muhammad Noman, Muhammad Shadid, Muhammad Bilal Khan Niazi, Sabir
Hussain, Natasha Manzoor, Xiaoxuan Wang, and Bin Li. 2020. Green synthesis of silver
nanoparticles transformed synthetic textile dye into less toxic intermediate molecules
through LC-MS analysis and treated the actual wastewater. Environmental Reseach.
191(2020), 110142, 1 – 11.
Mahajan, Rajesh, Ahufta Rasool, Robina Nazir, and Smirti Gulati. 2016. Monitoring of
oropharyngeal leak pressures using cuff manometer/cuff inflator device. Journal of Clinical
Anesthesia. 30(2016), 66 – 67.
Purba, Jean Glusevic. 2019. Rancang Bangun Mesin Pengering Bawang Kapasitas 7 Kg/jam.
Skripsi. Medan: Universitas Medan Area.
Doloksaribu, Maryati dan Lisnawaty Simatupang. 2016. Uji Fisis Bahan Isolator Listrik Berbasis
Keramik Porselin Alumnina. Jurnal Einstein. 4(2), 18 – 22.
Wulandari, Puspita Septim dan Yohanes Radiyono. 2015. Penggunaan Metode Difraksi Celah
Tunggal pada Penentuan Koefisien Pemuaian Panjang Alumunium. Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 6(1), 263 – 268.
Yantidewi, Meta, Tjipto Prastowo, dan Alimufi Arief. Pengukuran Koefisien Muai Volume Minyak
Nabati dan Air Berdasarkan Perubahan Linear Antara Perubahan Volume dan Perubahan
Temperatur. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah. 2(1), 43 – 48.
Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. 2016. Studi Kassus Kelengkapan Dan Penggunaan Alat
Laboratorium Fisika SMA Dalam Bidang Mekanika Di Kecamatan Rantepao Dan
Kecamatan Sesean Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Nazali, Bani Hafidz. 2016/2017. Pengembangan Ensiklopedia Alat Laboratorium Kimia Berbasis
Android Untuk Peserta Didik SMA/MA. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga.
Cao, Chunyan, Hongyang Li, Zhujun Shao. 2020. The novel application of syringes in
dermabrasion surgery. Journal of the American Acedemy of Dermatology.
LAMPIRAN DHP
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai