Anda di halaman 1dari 15

Profil Singkat Pemateri

• Riwayat Mengajar : • Nama : Fauzie Rahman Al-Jambiy


1. TPQ Masjid Baitul Makmur, Kota Solo Baru. • Nickname : Ozie
2. MATQ-BM, Kota Solo Baru. • TTL : Jambi, 3 Juli 1999
3. Rumah Tahfizh Al-fatihah, Kota Semarang. • Pendidikan Terakhir : Ma’had Aly Tahfizhul
4. Klaten Tahfizh Center, Kota Klaten. Qur’an Baitul Makmur (MATQ-BM), Kota
5. Serta berbagai road show pelatihan tahsin lainnya. Solo Baru

• Riwayat Pendidikan Tahsinul Qur’an :


1. LTQ An-Nashru Kota Surakarta.
2. PTQ Masjid Raya Fatimah, Kota Surakarta.
3. MATQ-BM, Kota Solo Baru.
4. MATQ Al-Mukmin Wonosari, Klaten.
5. Mentoring PTQ Universitas Negeri Jakarta, DKI Jakarta.
6. LPPT MTA, Kota Surakarta.
7. Serta berbagai daurah pelatihan tahsin lainnya.

IG dan Tiktok : @fauzieranury37_


Facebook : Fauzie Rahman Al-Jambiy
Kenapa Memperbaiki Bacaan Surat Al-
Fatihah itu Penting Sekali?
• Ummul Qur’an, induknya Al-Qur’an.
Al-fatihah merupakan surat yang harus mendapatkan perhatian
lebih dulu baik dihafal, ditadzaburi, diamalkan dan lain sebagainya.

• Bagian Dari Rukun Sholat.


Memperbaiki bacaan Al-fatihah sama dengan memperbaiki sholat dan
rusaknya bacaan Al-fatihah sama dengan rusaknya sholat.

• Pahala Jariyah
Selain sedekah dan do’a dari anak yang sholih, ilmu yang bermanfat
juga merupakan pahala jariyah.

• Salah Membaca
Ketika salah membaca huruf-huruf Al-Qur’an maka akan merubah arti
dan maknanya.
‫الر ْح ٰمن َّ‬ ‫ه‬
‫الر ِح ْي ِم ‪١ -‬‬ ‫ِ‬
‫اّٰلل َّ‬
‫ِ‬ ‫م‬‫ِ‬
‫بْ‬
‫س‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َ ْ ُ ه َ ِّ ْ ٰ َ ْ َْ َۙ‬
‫ي–‪٢‬‬ ‫ّٰلل رب العل ِم‬
‫ال ح م د ِ ِ‬
‫َّ ْ َۙ‬ ‫َّ ْ‬
‫الرح ٰم ِن الر ِحي ِم – ‪٣‬‬
‫ِّ ْ ِۗ‬ ‫َ‬
‫ٰم ِل ِك ي ْو ِم الدي ِن ‪٤ -‬‬
‫َّ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ ْ َ ْ ُْ ِۗ‬
‫ي‪٥-‬‬ ‫ِاياك نعبد وِاياك نست ِع‬
‫ْ َ ِّ َ َ ْ َ‬
‫الِّصاط ال ُم ْست ِق ْي َم َۙ ‪٦ -‬‬ ‫ِاه ِدنا‬
‫ََْ ْ ََ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َّ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َۙ َ ْ ْ َ ْ ُ‬
‫ِِصاط ال ِذين انعمت علي ِهم ِّە غ ِي المغضو ِب علي ِهم وَل‬
‫ي‬ ‫الض ۤال ْ َْ‬
‫َّ‬
Catatan Umum
• Membaca bacaan qashr 2 harakat saja meliputi mad
thabii, mad badal, mad ‘iwadh, mad shilah qashirah.
• Setiap bacaan mad tidak boleh masuk ke hidung karena
makhrajnya adalah al-jauf.
• Konsisten dalam mad ‘aridh lissukun.
• Mencermati tasydid dalam isti’adzah yaitu 3 tasydid dan
alfatihah yaitu 14 tasydid.
• Memberikan sifat huruf secara maksimal sehingga tidak saling
memengaruhi huruf lain.
• Mengoptimalkan itmamul harakat.
• Memperjelas bunyi huruf setiap akhir ayat tanpa nabr
(hentakan diujung ayat pada huruf terakhir).
َّ َ
َّ ‫الش ْي َاا‬
ْ‫الر يم‬ َّ ُ ْ ُ َ
ِ ِ ِ ‫أعوذ ِب‬
‫اّٰلل ِمن‬
• Menghentakkan َ‫ أ‬dan melenturkan َ‫ ع‬dengan menjaga agar tidak
terjadi tamthith/pemanjangan huruf pada َ‫أ‬.
•Menipiskan huruf َ‫ ذ‬agar tidak tertukar dengan ََ‫ظ‬.
•Menipiskan pelafalan ‫( ِبا‬bi) agar tidak menjadi “be”
َّ
•Lafal ‫ اّٰلل‬dibaca 2 harakat saja, jangan lebih.
•Memperjelas bunyi “hi” pada lafzhul jalalah.
َ َّ َ
•Lafal ‫ ِم َن الش ْيط ِان‬mempercepat perpindahan ‫ ن‬ke ‫ ش‬agar tidak
terjadi pemanjangan huruf (tamthith).
َ َّ
•Memperjelas pelafalan layyin pada kata ‫ الش ْيط ِان‬dan tidak perlu dibaca
panjang karena bukan “mad”, serta huruf “tha” tidak dibaca hams.
• Hati-hati terjadi pemanjangan ‫ ِن‬saat memasuki ‫يم‬ ْ ‫الرج‬
َّ
ِ
• Huruf َ‫ ر‬dibaca tebal disertai dengan getar halus.
• Mad ‘aridh lissukun dibaca 6 harakat tanpa dengung.
ْ َّ َ ْ َّ َّ ْ
Ayat ke 1 ‫اّٰلل الرحم ِن الر ِحيم‬
ِ ‫ِبس ِم‬
• Huruf ‫ ِب‬ditekan dan istifal bunyi “i”
• Huruf ‫ ِب‬ke ‫س‬ ْ harus cepat agar tidak memanjang.
• Menyempurnakan hams ‫س‬ ْ dengan menghindari
ikhtilas (terlalu cepat dalam tempo).
ّ
• Lafal ‫َلل‬
ِ ‫ ا‬dibaca cukup 2 harakat dengan memperjelas ‫ِه‬
• Huruf ‫ ر‬pada kata ‫الر ْح َمن‬
َّ dibaca tebal dan tidak boleh
terputus karena adalah huruf tawasuth bukan syiddah.
• Huruf َ‫ ح‬dibaca tipis, bersih dan hams.
• Huruf ‫ ر‬pada kata ‫الر ِح ْيم‬
َّ dibaca tebal tanpa ditekan ke ‫ح‬
• Huruf ِ‫ح‬
َ dipanjangkan 6 harakat tanpa dengung.
• Menyempurnakan bunyi ‫ِم‬ di akhir ayat dengan
merapatkan bibir.
Ayat ke 2
َ ‫ب ٱ ْلَعَللَ ّم‬
َ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ه‬
ّ ِّ َ ٰ ّ ‫ٱ ْل َح ْم ُد‬
‫َلِل‬
ّ
• Huruf “lam” tidak boleh memantul atau ikhtilas sehingga kurang
sempurna tawasuthnya.
• Huruf َ‫ ح‬jangan sampai berubah menjadi َ‫ ه‬, dapat merubah makna.
• Huruf َ‫ م‬tidak boleh memantul, terjeda, dan ditahan lama karena
hukum bacaannya izhar syafawi
َّ ٰ harus jelas bunyinya agar tidak berubah menjadi
• Huruf َ‫ ه‬pada lafal ‫لِل‬
hamzah kasrah.
• Lafal ‫ب‬
َِ ‫ ر‬dengan mempercepat “ra” dan menekan “ba”.
• Huruf ‫ عا‬dibaca sesuai makhraj dan sifatnya jangan sampai terpengaruh
logat jadi “nga” serta jangan sampai berubah menjadi hamzah.
• Bacaan mad ‘aridh lissukun tidak boleh berdengung atau suara masuk
ke rongga hidung karena melafalkan ‫ ي‬sebagai huruf mad.
• Berdengung hanya pada huruf ‫ َِم‬dan ‫ ن‬saja.
‫يم‬ ‫ح‬ َّ ‫الر ْح َم ٰ ن‬
‫الر‬ َّ
Ayat ke 3
ِ ِ ِ

• Menjaga bunyi hamzah washal agar tetap tipis dan tidak


terpengaruh dengan tebalnya ‫ر‬
• Menebalkan huruf َ‫ ر‬sejak dari memasukkannya dan melembutkan
getarnya
• Menjaga َ‫ ح‬agar tetap tipis dan bersih
• Memanjangkan َ‫ م‬cukup 2 harakat saja
• Menghindari tamthith pada saat memasukkan ‫ن‬
َِ ke huruf َ‫ر‬
• Mad ‘aridh lissukun dibaca 6 harakat tanpa dengung.
Ayat ke 4
ّ ‫ه َم ّل ّك نَ ْو ّم ٱل ّ ِّد‬
َ‫ن‬
• Huruf َ‫ م‬dibaca 2 harakat sesuai dengan riwayat Hafs ‘an Ashim
• Huruf ‫ك‬َِ dibaca dengan sifat syiddah (ditekan) tanpa berlebihan dalam
hams.
• Huruf ‫ك‬
َِ dijaga agar tidak idgham ke huruf َ‫ي‬
• Lafal ‫ يو َِم‬menyempurnakan bunyi “u” pada bacaan layyin dan tidak
boleh dipanjangkan
• Lafal ‫ِين‬
َِ ‫ يو َِم ٱلد‬memasukkan ‫ َِم‬pada ‫ َِد‬tasydid dengan cepat agar tidak
terjadi “tamthith”.
• Huruf ‫ د‬ditekan dan tidak boleh hams.
• Menyempurnakan bunyi ‫ ن‬sukun di akhir ayat setelah menyempurnakan
mad ‘aridh lissukun.
Ayat ke 5
َُُْ ‫إيّاكَن ْعبُدَُوايّاكََن َْْعي‬
• Huruf ‫ َِإ‬dibaca dengan bunyi “i” sempurna dan dimasukkan ke huruf َ‫ي‬
• Huruf َ‫ ي‬hukumnya nabr yaitu dihentakkan dan tidak boleh ditahan
• Huruf َ‫ ي‬dibaca 2 harakat saja.
• Lafal َ‫ نعبد‬huruf nun dibaca tipis dan hurf ‘ain dilenturkan karena
tawasuth sehingga jangan sampai terjeda.
• Huruf َ‫ و‬dibaca tipis karena bersifat istifal.
• Huruf َ‫ ك‬dibaca pendek.
• Lafal َ‫ نست ِعين‬huruf sin jangan sampai ikhtilas yaitu mengurangi tempo
rakhawah dan hamsnya.
• Huruf َ‫ ع‬jangan sampai masuk ke hidung.
Ayat ke 6 َْ ‫اَالصراط‬
َ‫َال ُم َْْقيْم‬ ِّ ‫ا ْهدن‬
• Huruf pertama adalah hamzah washol dibaca dengan harakat kasrah karena
huruf ke-3 berharakat kasrah.
• Cara menyambung dengan ayat sebelumnya akan berbunyi : ‫ن َْْعيُْ ا ْهدنا‬
• Huruf َ‫ ا‬dibaca tipis dan ditekan ke huruf َ‫ه‬
• Huruf َ‫ ه‬dibaca dengan rakhawah, hams, istifal.
• Huruf ‫ َِد‬hindarkan dari bunyi tambahan “n” sehingga menjadi “ndi”.
• Huruf َ‫ ن‬masuk ke huruf ‫ص‬ َ ِ dibaca tipis.
• Huruf ‫ص‬
َ ِ dibaca tebal tanpa monyong.
• Lafal َ‫ المست ِقيم‬dibaca dengan menipiskan lam sukun, menyempurnakan bunyi
mim dengan memonyongkan bibir lalu ditarik ketika mengucapkan sin sukun.
• Huruf ‫ق‬
َِ dibaca dengan ditekan, tanpa udara, dan dalam kondisi tafkhim terendah.
Ayat ke 7
َ ۙ ‫علَ ْن ّه ْم‬
‫غ ْن ّر‬ َ َ‫ّص َرا َط الٰ ّذ ْن ََ اَ ْنَعَ ْمت‬
ٰ ‫علَ ْن ّه ْم َو ََل ال‬
ََ ‫ضِلآ ّلِّ ْن‬ َ ‫ب‬
ّ ‫ض ْو‬ ُ ‫ا ْل َم ْغ‬

• Lafal َ‫صراط‬
ِ membaca ‫ص‬
َ ِ dengan tebal dan huruf ‫ را‬dibaca panjang 2 harakat saja.
• Menipiskan bunyi َ‫( ال‬lam sukun) ketika huruf َ‫ ط‬masuk ke lafal ‫الذِين‬
• Lafal َ‫ انعمت‬terdapat bacaan izhar halqi dan izhar syafawi maka cara melafalkannya
adalah dengan menyempurnakan bunyi “ghunnah lazimah”nya. Ada 4 catatan
terkait bunyi izhar ini yaitu :
1.Tidak boleh memantul
2.Tidak boleh terjeda
3.Tidak boleh terlalu cepat hingga hilang ghunnahnya
4.Tidak boleh ditahan lama
• Lafal َ‫ علي ِهم‬hendaknya memperjelas bunyi layyin dengan huruf “i” dan bunyi ‫َِه‬
kasrah agar tidak miring pada bunyi “e”.
ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ
Lanjutan ayat ‫ِصاط ال ِذين انعمت َعلي ِهم ِّ َۙ غ ِي‬ ْ ِ
ke 7 َّ َ ُ ْ
َْ ْ ‫ال َمغض ْوب َعل ْيه ْم َوَل الضلل‬
‫ي‬ ِ ِ
• Lafal ‫ غي َِر‬huruf ghain tidak boleh serak dan dijaga agar tetap tebal.
• Lafal ‫ب‬َِ ‫ المغضو‬dengan menipiskan huruf mim agar tidak terpengaruh tebalnya ghain.
• Huruf َ‫غ‬tetap tebal dan rakhawah, tidak boleh memantul ataupun terkesan berhenti
mendadak.
• Huruf َ‫ ض‬tidak boleh hams dan hindarkan dari menyerupai ُ‫ َذ‬yang dibaca tebal.
• Lafal َ‫ علي ِهمَ و‬terdapat bacaan izhar syafawi dengan cara merapatkan mim sempurna
baru beralih pada huruf wau dengan monyong sempurna.
• Lafal َ‫ ولَ الضآ ِلين‬hati-hati dengan menebalnya huruf ‫ل‬
َ sehingga harus tetap tipis.
• Saat memasukkan huruf َ‫ ل‬ke huruf َ‫ ض‬hindarkan dari merapatnya bibir atas dan
bawah sehingga dihasilkan bunyi huruf “b” (walab-dhaaliin).
• Memberikan sifat “istithalah/memanjang” pada َ‫ض‬
• Memanjangkan َ‫ ض‬6 harakat lalu me-nabr-kan pada ‫ل‬ َِ
• Tidak boleh menahan huruf ‫ل‬ َِّ tasydid.
Jazakumullaahu
Khairan Katsiran

Anda mungkin juga menyukai