Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Veteriner Jurnal Veteriner September 2019 Vol. 20 No.

3 : 378-383
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.3.378
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka


pada Kulit Kelinci yang Dijahit Benang Bedah
Absorbable (Catgut) dan Nonabsorbable (Silk)
(COMPARISON OF WOUND HEALING LEVELS
ON RABBIT SKIN SUTURED WITH ABSORBABLE (CATGUT)
AND NONABSORBABLE (SILK) SURGICAL THREAD)

I Wayan Sudira1, I Ketut Anom Dada2,


I Wayan Mas Adi Gustara3

1
Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Veteriner
2
Laboratorium Ilmu BedahVeteriner,
3
Mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Jln. Sudirman, Sanglah, Denpasar,
Bali, Indonesia 80234
Email: adigustara@gmail.com;
wayan.sudira@unud.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kesembuhan luka pada kulit kelinci
yang dijahit dengan benang absorbable (monofilamen) dan benang nonabsorbable (multifilamen)
dengan pengamatan secara makroskopis. Penelitian ini menggunakan 16 ekor kelinci jantan dengan
berat 2-3 kg. Sebelum dioperasi kelinci dianestesi dengan kombinasi ketamine-xylazine kemudian
dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat luka insisi pada kulit punggung kanan dan
kiri sepanjang 3 cm dan kedalaman sampai lapisan subkutan. Pada punggung kanan dijahit
dengan benang absorbable (catgut 3.0) dan punggung kiri dijahit dengan benang nonabsorbable
(silk 3.0). Dari hasil penelitian penggunaan benang absorbable (catgut) dan nonabsorbable (silk)
dari parameter yang diamati dapat disimpulkan bahwa tanda keropeng menunjukkan hasil yang
signifikan pada penggunaan benang catgut menandakan bahwa terjadinya proses kesembuhan
luka yang lebih cepat.

Kata-kata kunci: luka; absorbable (catgut Chromic); nonabsorbable (silk); kesembuhan luka

ABSTRACT

This research’s purpose was to compare the level of wound recovery between sewn rabbit skin
with absorbable thread (monofilamen) and nonabsorbable (multifilamen) then observed macroscopicly.
This research used 16 male rabbit in 2 – 3 kg. Before surgery begins, the rabbits wtRe.anesthisad
with ketamine-xylazine and then surgical action follows after that by making incision wound at
left and right back with 3 cm long and the depth up to subcutan line. Right back is sewn by
absorbable thread (catgut 3.0) and left back is sewn by nonabsorbable (silk 3.0). From the results of
the study the using of absorbable threads (catgut) and nonabsorbable (silk) of the four parameters
observation can be summarized that the: scab marks show better results on the use of catgut
threads indicating that the process of wound healing is faster.

Keywords: Wound, absorbable (catgut chromic), nonabsorbable (silk), wound recovery.

PENDAHULUAN sebagian kulit perlu dilakukan penyatuan atau


penutupan luka agar kulit dapat berfungsi
Luka operasi (insisi) atau luka karena kembali (Mustika et al., 2015). Penutupan luka
trauma hingga menyebabkan hilangnya tersebut dapat dilakukan secara sederhana atau

378
Jurnal Veteriner September 2019 Vol. 20 No. 3 : 378-383

dengan rekonstruksi kulit yang lebih dikenal METODE PENELITIAN


den gan bedah plastik atau pun dijah it.
Penjahitan menggunakan benang bedah Sebanyak 16 ekor kelinci (Oryctolagus
bertujuan menyatukan atau memperbaiki luka, cuniculus) jantan, umur 4-5 bulan dengan bobot
tindakan ini dilakukan untuk membantu badan 2-3 kg digunakan dalam penelitian ini.
mempercepat proses penyembuhan luka tersebut Benang bedah yang digunakan dalam penelitian
tanpa adanya infeksi akibat dari benang yang ini adalah benang absorbable (catgut chromic
digunakan untuk menjahit tepi luka (Setyarini ukuran 3-0), dan benang nonabsorbable (silk
et al., 2013). Pemilihan penggunaan benang ukuran 3-0).
yang kurang tepat misalnya benang absorbable Hewan coba kelinci yang digunakan
yang memilki serat monofilament dan benang diadaptasikan dengan keadaan lingkungan dan
nonabsorbable yang memilki serat multifilament kondisi kandang selama dua minggu. Selama
berpengaruh terhadap lama proses kesembuhan pemeliharaan kelinci diberikan pakan jadi dan
luka serta tingkat kemungkinan infeksi yang alami serta minum secara ad libitum. Pada pra
terjadi. operasi, dilakukan penimbangan bobot badan
Papazoglou et al. (2010) menyatakan bahwa masing-masing kelinci untuk menentukan dosis
pada hew an percobaan kucin g den gan anastetik yang diberikan yaitu ketamine HCL
menggunakan benang monofilament yang dosis 35 mg/kg dikombinasikan dengan xylazine
diabsorbsi didapatkan hasil bahwa infeksi luka dosis 5 mg/kg, diinjeksikan sec ara
operasi tidak terpengaruh oleh cara penjahitan. intramuskuler. Sebelum dibius kelinci-kelinci
Tetapi, infeksi luka dipengaruhi oleh jenis percobaan tersebut diberikan obat penuruan
benang yang dipakai. Pada penelitian tersebut asam lambung guna mencegah terjadinya mual
didapatkan bahwa penjahitan yang dilakukan da mutah yaitu ranitidin secara oral dengan
secara transdermal maupun subkutikuler yang dosis 4-6 mg/kg (Yudianiayanti et al., 2010).
menggunakan benang sutera (nonabsorbable) Pada saat hewan c oba dalam keadaan
mempunyai perbedaan yang bermakna bila teranastesi dilakukan pencukuran rambut pada
dibandingkan dengan menggunakan benang daerah pembedahan deng an luas area
polydioxanone/PDS (absorbable). Bekele et al. pencukuran kurang lebih 8 cm dari insisi yang
(2015) menyatakan bahwa masalah utama dilakukan. Daerah operasi disterilkan dengan
dalam pemilihan jenis benang yaitu serat benang povidone-iodine, dan dilanjutkan dengan
yan g multifilamen ikut membawa alkohol 70%, selanjutnya daerah operasi ditutup
kemungkinan besar terjadi infeksi, sehubungan dengan drape steril.
dengan struktur benang yang dipilin. Celah Kulit pada bagian punggung (kanan dan
yang terbentuk menyulitkan antibiotik untuk kiri) dilakukan insisi menggunakan scapel
membunuh bakteri. Sebaliknya, kemungkinan dengan panjang luka 3 cm dan lebar 1,5 cm.
terjadi infeksi tidak sehebat (multifilamen) bila Luka yang dibuat pada punggung kanan dijahit
menggunakan serat benang monofilament, dengan benang absorbable (Catgut Chromic,)
karena benang sedikit memberikan reaksi dan luka pada punggung kiri dijahit dengan
terhadap benda asing dibandingkan dengan nonabsorbable (silk) dengan model jahitan
benang yang berbahan alami. sederhana terputus dan untuk menutup luka
Dalam penelitian ini ingin dibuktikan sayatan tersebut diperlukan empat simpul
bahwa penggunaan benang yang memiliki serat jah itan. Peng amatan dilakukan sec ara
monofilemen (catgut chromic) dan serat makroskopis selama masa perawatan luka
multifilemen (silk) terdapat perbedaan dalam pascaoperasi. Data yang diambil setiap hari dari
menghambat proses kesembuhan luka secara hari ke-1 hingga hari ke-14 berdasarkan ada
makroskopis di samping menghitung lama atau tidaknya tanda-tanda (parameter)
proses kesembuhan luka. Umumnya secara kemerahan, kebengkakan, keropeng, dan
rataan kesembuhan luka terjadi dalam kurun pertumbuhan rambut. Tiga parameter yaitu
waktu 14 hari. Dalam penelitian ini selain kemerahan, kebengkakkan, dan keropeng untuk
diamati kesembuhan luka, juga diamati menunjukkan angka kesembuhan dari 16 ekor
kemungkinan terjadinya infeksi selama proses kelinci harus menurun (0) atau sama sekali
kesembuhan luka. tidak ada ketiga parameter tersebut sampai hari
ke-14, sedangkan pertumbuhan rambut hari ke-
1-14 menunjukkan terjadi pertumbuhan pada
16 ekor kelinci maka dinyatakan sembuh.

379
Sudira, et al Jurnal Veteriner

Untuk mengetahui perbedaan hasil yang benang bedah absorbable memiliki nilai rataan
diperoleh akibat perlakukan yang berbeda, data yang lebih tinggi dibandingkan dengan
makroskopis yang tercatat dianalisis secara perlakuan dengan benang nonabsorbable,
statistika menggunakan Statitical Product and sedangkan pada parameter yang lain memiliki
Service Solution (SPSS) 22, data makroskopis rataan yang relatif sama.
tersebut kemudian diuji juga menggunakan Hasil uji dengan statistika nonparametrik
Paired sample T-test yang dilanjutkan dengan (Wilcoxon) seperti disajikan pada Tabel 1, dapat
uji Nonparametrik (uji Wilcoxon). dilihat dari empat parameter yang diamati,
angka kejadian keropeng terdapat perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang signifikan (P<0,05). Dengan penggunaan
benang bedah absorbable angka terjadinya
Berdasarkan uji statistika yang dilakukan keropeng lebih pendek dibandingkan dengan
dengan uji paired sample t-test dari keempat penggunaan benang nonabsorbable dengan
parameter yaitu kemerahan, kebengkakan, angka kejadian lebih lama. Ada perbedaan yang
keropeng, dan pertumbuhan rambut, secara tidak berbeda nyata (P>0,05) pada kejadian
makroskopis menunjukkan tidak ada perbedaan bengkak antara benang absorbable dengan
sig nifikan (P>0,05). Namun, ada satu benang nonabsorbable. Hal ini terjadi karena
parameter yang menunjukkan nilai berbeda masih teradapat indikator radang yang bekerja
yaitu pada parameter keropeng, dan nilai pada proses kesembuhan luka dan kedua jenis
rataannya menunjukkan perbebedaan yang benang tersebut dapat menimbulkan reaksi pada
signifikan (P<0,05). Pada perlakukan dengan jaringan.

Tabel 1. Perbandingan tingkat kesembuhan luka dilihat dari empat parameter yang diamati.

Ranks
Mean Asymp.
N Rank Sig.
Nonabsorbable – Negative Ranks 0a .00
Absorbable Positive Ranks 2b 1.50
(Kemerahan) Ties 12c
Total 14 .157
Nonabsorbable - Negative Ranks 4d 3.50
Absorbable Positive Ranks 3e 4.67
(Kebengkakan) Ties 7f
Total 14 1.000
Nonabsorbable - Negative Ranks 8g 4.94
Absorbable Positive Ranks 1h 5.50
(Keropeng) Ties 5i
Total 14 .041
Nonabsorbable - Negative Ranks 0j .00
Absorbable Positive Ranks 1k 1.00
(Pertumbuhan rambut) Ties 13l
Total 14 .317

Keterangan:
N= menunjukkan jumlah selisih kejadian antara benang bedah absorbable dan nonabsorbable
dari empat parameter yaitu kemerahan, kebengkakakan, keropeng, dan pertumbuhan rambut
selama 14 hari pengamatan

380
Jurnal Veteriner September 2019 Vol. 20 No. 3 : 378-383

Benang absorbable adalah benang yang permeabilitas vaskuler di daerah peradangan


dibuat dari bahan yang dapat diserap oleh tubuh sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan dan
setelah beberapa waktu pemakaian. Benang ini terlihat bengkak atau odema serta berefek
biasanya dibuat dari bahan alami seperti kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan
misalnya submukosa usus, namun ada juga makrofag (Lorenz dan Longaker, 2005).
benang absorbable yang berbahan sintetis Munculnya tanda keropeng terjadi pada
beberapa kekurangan seperti reaksi jaringan hari ke-3 pascaoperasi pada beberapa kelinci
rendah bahkan reaksi jaringan yang berlebihan sebagai indikator luka telah mengering.
dan suture antigenicity. Benang nonabsorbable Pembentukan keropeng menunjukkan proses
adalah benang yang dibuat dari bahan yang penyembuhan luka memasuki fase proliferasi
tidak dapat diserap oleh tubuh yang biasanya tahap awal (Lostopa et al., 2016). Pada fase ini
digunakan untuk penjahitan luka yang bersifat luka diisi oleh sel-sel radang, fibrolas, serat-serat
temporer dan perlu dilakukan pembukaan kolagen, kapiler-kapiler baru, membentuk
jah itan setelah beberapa min ggu y ang jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata
menimbulkan reaksi jaringan akibat dari disebut jaringan granulasi, fase ini terjadi pada
penarikan benang (Ozçaka et al., 2010). hari ke3-14 (Suwiti, 2010). Keropeng yang
Papazoglou et al. (2010) mengklasifikasi terbentuk diatas permukaan membentuk
jenis benang berdasarkan pengaruh terhadap homeostasis dan mencegah kontaminasi luka
jaringan. Berdasarkan struktur benang maka oleh mikroorganisme (Naibaho et al., 2013).
ada dua jenis benang yaitu monofilamen dan Analisis data pen yembu han luka
multifilamen. Benang monofilamen terbuat dari selanjutnya adalah Paired Sample T-Test yang
satu helai sedangkan benang multifilamen bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan
terbuat dari beberapa helai yang dijalin atau yang signifikan dari rata-rata penyembuhan
dipilin bersama (braided). Jenis benang luka antara empat parameter diamati. Hasil
multifilamen cenderung lebih mudah dalam analisa data penyembuhan luka dengan Paired
penggunaannya tetapi hasil tarikan saat Sample T-Test menunjukkan bahwa tiga
menembus jarin gan bersifat kasar dan parameter yaitu kemerahan, kebengkakan, dan
seringkali mengiris jaringan yang dilalui, dan pertumbuhan rambut tidak berbeda signifikan
celah di antara helaian benang memudahkan (p> 0,05), sedangkan perbedaan yang signifikan
mikroorganisme untuk berkembang dan tidak terjadi hanya pada satu parameter yaitu
dapat dijangkau oleh antibiotik. keropeng (p< 0,05) pada pengamatan hari ke- 1
Pada pemeriksaan makroskopis luka kelinci hingga hari ke-14.
perlakuan dengan benang absorbable masih Pada kelinci deng an perlakuan
ditemukan adanya tanda kemerahan sampai menggunakan benang nonabsorbable tanda
hari ketujuh dan kebengkakan sampai hari kemerahan dan kebengkakan masih ditemukan
kesebelas pasca operasi. Pada kesembuhan luka pada hari kedelapan dan kesepuluh menandakan
yang normal inflamasi/peradangan terjadi masih terjadi proses inflamasi (Setyarini et al.,
selama 3-5 hari, namun pada penggunaan 2013). Infeksi luka operasi umumnya terjadi
benang absorbable yang dijahit pada kulit kelinci antara hari ke-4 sampai hari ke-10 pasca operasi,
melebihi waktu normal bahwa itu menunjukkan namun dapat juga terjadi lebih awal yakni
kemungkinan terjadi reaksi jaringan yang setelah 24 pasca operasi (Lostapa et al., 2016).
berlebihan dan telah terjadinya infeksi akibat Tanda lain infeksi luka operasi meliputi
kondisi lingkungan yang kurang steril pada bengkak, nyeri, serta eritema. Bengkak bisa saja
tingkat luka bersih yang terkontaminasi terjadi karena jahitan luka operasi yang terlalu
(Abdurrahmat, 2014). Untuk mengetahui tegang yang sesuai dengan karakter benang
persentase infeksi luka perlu dilakukan yang digunakan. Infeksi dan benda asing
penelitian lebih lajut secara mikroskopis. berpengaruh terhadap penyembuhan dengan
Kemerahan atau rubor merupakan keadaan memperpanjang fase inflamasi (Lorenz dan
awal yang menandakan dimulainya peradangan. Longaker, 2005).
Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh dan Darah yang mengering (keropeng)adalah
aliran darah ke daerah radang oleh arteriol, manifestasi dari luka yang selalu ditemukan
sehingga banyak darah yang mengalir ke dalam awal proses penyembuhan luka (Bekele
mikrosirkulasi lokal (Kumar dan Reddy, 2014). et al., 2015). Pada kelinci dengan perlakuan
Pembengkakan atau tumor disebabkan oleh dengan benang nonabsorbable pada hari ketujuh
leu kotrein y ang dapat meningkatkan dilakukan pengambilan benang setelah hari ke-

381
Sudira, et al Jurnal Veteriner

8 pasca peng ambilan benang terjadi luka. Syarat utama terjadinya kesembuhan luka
peningkatan jumlah keropeng. Hal ini terjadi adalah adanya suplai darah, oksigenasi, dan
karena trauma baru yang ditimbulkan akibat nutrisi yang baik dalam proses kesembuhan
dari penarikan benang yang akan menjadi luka. Suplai darah, oksigenasi, dan nutrisi yang
penghambat kesembuhan luka hal ini sesuai baik menandakan terjadinya kapiler-kapiler
pen jelasan Papazoglou et al., (2010). darah yang baru telah terbentuk dan sel-sel yang
Pengambilan benang dilakukan berdasarkan ada didalamnya seperti sel rambut tumbuh
acuan pengambilan benang daerah punggung dengan baik (Kumar dan Reddy, 2014).
dapat dilakukan pada hari ketujuh sampai Srinivasulu dan Kumar (2014) menjelaskan
kesepuluh (Mulon et al.,2010 ). penggunaan benang bedah dikaitkan dengan
Hari pertama sampai hari ke-5 pengamatan empat hal yang selalu menjadi perhatian utama
pasca operasi pada luka yang dijahit dengan yaitu: rejeksi atau penolakan tubuh terhadap
nonabsorbable tampak simpul lepas pada biomaterial, infeksi, fiksasi dini, dan masalah
beberapa hewan coba, penyebab lepasnya simpul penyatuan benang bedah dengan jaringan
benang ini tidak diketahui. Benang dengan tubuh. Penolakan oleh tubuh dapat terjadi
simpul yang lepas, tidak menimbulkan luka karena benang yang memilki sifat tidak dapat
terbuka dan lepasnya simpul benang tidak diserap akan dianggap sebagai benda asing,
termasuk dalam penelitian ini namun masalah bahkan benang yang dapat diserap pun dapat
tersebut sangatlah penting sehingga perlu ditolak berkaitan dengan sistem imunitas setiap
dilakukan penelitian lebih lanjut. Menurut individu berbeda (Kakoei et al., 2010). Infeksi
Mulon et al., (2010) benang monofilamen kuat terjadi dikaitkan dengan karakter benang yang
dan sulit untuk dibuat simpul (knot), benang digunakan saat penjahitan karena kurangnya
yang dipilin seperti silk paling mudah sterilisasi.
penanganannya. Jaringan yang basah dapat
merubah kekuatan benang untuk menahan SIMPULAN
simpul. Berdasarkan penjelasan Kumar dan
Reddy (2014) pada penelitian yang dilakukan Dari hasil penelitian penggunaan benang
bahwa secara alami dalam proses penyembuhan absorbable (catgut) dan nonabsorbable (silk) dari
luka terjadi eksudasi cairan edema. Benang empat parameter y ang diamati dapat
yang terbuat dari bahan alami seperti benang disimpulkan sebagai berikut: tanda keropeng
silk menjadi masalah ketika diterapkan pada menunjukkan hasil yang signifikan pada
keadaan tersebut (Bekele et al., 2015). Karakter penggunaan benang catgut menandakan bahwa
benang nonabsorbable (silk) yang dipilin terjadinya proses kesembuhan luka yang lebih
menyebabkan adanya celah yang memudahkan cepat.
cairan edema mengisinya dan membuat benang
menjadi lunak dan menurun ketegangan SARAN
benangnya sehingga simpul benang lepas karena
putus (Mulon et al., 2010). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Luka menembus hingga epidermis dan untuk mengetahui lebih banyak karakteristik
dermis dapat dipastikan terjadi perdarahan, ikut dari benang absorbable dan nonabsorbable yang
keluar trombosit dan sel-sel radang (Naibaho et memilki serat monofilamen dan multifilamen
al, 2013). Trombosit berperan dalam pembekuan terhadap kesembuhan luka. Penggunaan benang
darah. Darah yang keluar akan menutup dan absorbable (catgut) dapat direkomenasi untuk
membeku pada celah luka, untuk sementara menjahit luka yang bersifat temporer.
keropeng tersebut akan menyatukan epidermis
dan menahan mikroorganisme untuk masuk UCAPAN TERIMA KASIH
dalam area luka (Mustika et al., 2015).
Kemerahan akan tampak di sekitar insisi Terima kasih penulis ucapkan kepada
menandai adanya proses peradangan, suatu Kepala Laboratorium Farmakologi dan Farmasi
perubahan yang terjadi pada fase inflamasi Veteriner dan Laboratorium Bedah Veteriner.
yang berjalan tiga hingga lima hari lamanya. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Ber sama deng an berjalannya proses Udayana atas ijin penggunaan fasilitas lab pada
penyembuhan luka keropeng yang menutupi penelitian ini.
celah tersebut lambat laun mengering dan lepas.
Pada pertumbuhan rambut merupakan hal
yang penting sebagai parameter kesembuhan
382
Jurnal Veteriner September 2019 Vol. 20 No. 3 : 378-383

DAFTAR PUSTAKA Ozçaka Ö, Arikan F, Sönmez ª, Veral A, Kendirci


S. 2010. Evaluation of the tissue reaction
Abdurrahmat AS. 2014. Luka, Peradangan dan of five different suture materials in rabbit
Pemulihan. Jurnal Entropi 9(1): 721-840 palatal mucosa. EÜ Diºhek Fak Derg 31:
Bekele T, Bhokre AP, Tesfaye A. 2015. Tissue 29-37.
Reactivity an d Su ture Handling Papazoglou L, Tsioli V, Papaioannou N,
Characteristics of “jimat” against Silk and GeorgiadisM, Savvas L, Prassinos N,
Chromic gut in Cat thigh muscle: A Kouti V, BikiarisD, Hadzigiannakis C,
Comparative Study. Veterinary World, Zavros N. 2010. Comparison of absorbable
Research Article School of Veterinary and nonabsor bable sutu res for
Medicine. Ethiopia. Jimma University. intradermal skin closure in cats. Can Vet
Kumar KS, Reddy BE. 2014. Wound Image J 51: 770-772.
Analysis Classifier for Efficient Tracking Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A. 2013.
of Wound Healing Status. Signal and Perbedaan Alat Ganti Perban antara
Image Processing: An International Dressing Set dan Dressing Trolley
Journal (SIPIJ) 5(2): 15-27. terhadap Resiko Infeksi Nosokomial
Kakoei S, Baghaei F, Dabiri S, Parirokh M. dalam Perawatan Luka Post Operasi.
2010. A Comparative in Vivo Study of Jur nal Keseh atan Stike s Santo
Tissue Reactions to Four Suturing Borromeus 1(1): 11-23.
Materials. Iran Endod J 5(2): 69-73. Suw iti NK. 2010. D eteksi Histologik
Lostapa FW, Wardhita AAGJ, Pemayun Kesembuhan Luka pada Kulit Pasca
IGAGP, Sudimartini LM. 2016. Kecepatan Pemberian Daun Mengkudu (Morinda
Kesembuhan Luka Insisi yang Diberi Citrofilia Linn). Buletin Veteriner
Amoksisilin dan Asam Mefenamat pada Udayana 2(1): 1-9
Tikus Putih. Buletin Veteriner Udayana Srinivasulu K, Kumar ND. 2014. A Review on
8(2): 172-179 Properties of Surgical Suture and
Mustika GD, Kardena M, Pemayun IGAGP. Applications in M edical Field.
2015. Efektivitas Plester Luka pada International Journal of Research in
Aplikasi Penutup Luka Insisi Pasca Engineeringg & Technology 2(2): 85-96
Operasi. Buletin Veteriner Udayana. 2(2): Yudianiayanti I, Maulana E, Anwar. 2010. Profil
Mulon P, Zhim F, Yahia L, Desrochers A. 2010. Penggunaan Kombinasi Ketamine-
The Effect of Six Knotting Methods on the Xylazine dan Ketamin_Midazolam
Biomechanical Properties of Three Large Sebagai Anastesi Umum Terhadap
Diameters Absorbable Suture Materials. Gambaran Fisiologis Tubuh pada Kelinci
Vet Surg 39: 561-565. Jantan. Veterinarian Medika 3(1):
Naibaho O, Paulina V, Yamlean, Wiyono W.
2013. Pengaruh basis salep terhadap
formulasi sediaan salep ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) pada kulit
punggung kelinci yang dibuat infeksi
Staphylococcus aureus. Journal Ilmiah
Farmasi 2(2): 28.

383

Anda mungkin juga menyukai