Anda di halaman 1dari 4

Hasil percobaan

1. Cawan petri Staphylococcus aureus


Kontrol media yang tidak
ditumbuhi mikroba

Staphylococcus
Staphylococcus aureus
aureus konsentrasi
konsentrasi 0,06%
0,25%

Kontrol negatif
Staphylococcus
aureus

2. Cawan petri Eschericia coli

Eschericia coli Kontrol negatif


konsentrasi 0,06% Eschericia coli

Kontrol
Eschericia coli media
konsentrasi 0,12%
Pembahasan

Percobaan kali ini bertujuan untuk dapat mengetahui kadar hambat minimum (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari suatu sampel terhadap mikroba uji. Percobaan
dilakukan dengan metode dilusi cair terhadap mikroba Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli.

Pada percobaan ini, langkah-langkah dilakukan dalam laminar air flow untuk menjaga
agar lingkungan tetap steril. Sebelum memulai percobaan, tangan praktikan harus disemprot
menggunakan disinfektan untuk mencegah adanya kontaminan. Langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat larutan stok minyak atsiri 50% v/v. Larutan stok dibuat dari
campuran 100µl minyak atsiri, ditambahkan 30µl DMSO (Dimeil sulfoksida) yang berfungsi
sebagai pelarut secara perlahan. Campuran kemudian dicampur menggunakan vortex hingga
homogen. Sembari dikocok, ditambahkan 70µl aquades perlahan hingga homogen sehingga
raksi terjadi sama rata. Penambahan aquades dan DMSO tidak boleh dilakukan bersamaan
karena DMSO dan aquades akan membentuk emulsi yang tidak tercampur.

Setelah itu, dibuat seri pengenceran larutan stok untuk mengetahui perbandingan
keefektifan antara konsentrasi 1%, 0,5%, 0,25%, 0,12%, dan 0,06%. Konsentrasi 1% terdiri
dari 80µl larutan stok ditambah 3920µl media. Konsentrasi 0,5% terdiri dari 2000µl larutan
1% ditambah 2000µl media. Konsentrasi 0,25% terdiri dari 2000µl larutan 0,5% ditambah
2000µl media. Konsentrasi 0,12% terdiri dari 2000µl larutan 0,25% ditambah 2000µl media.
Konsentrasi 0,06% terdiridari 2000 µl larutan 0,12% ditambah 2000µl media. Semua seri
konsentrasi dibuat kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda kemudian ditambahakan bakteri
yang diuji pada tiap konsentrasi di tabung reaksi yang berbeda. Mikroba yang ditambahkan
adalah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.

Selain itu, dibut pula kontrol negatif, yaitu kontrol dari mikroba Staphylococcus aureus
dan Eschericia coli. yang diujikan dalam larutan stok. Dibuat pula kontrol media. Kontrol
media berfungsi untuk mengetahui apakah media yang digunakan memiliki efek terhadap
pertumbuhan bakteri. Kontrol negatif dibuat untuk mengetahui pertumbuhan normal dari
mikroba yang digunakan dalam pengujian.

Setelah kontrol dan seri pengenceran dibuat, tiap tabung reaksi ditutup kembali
menggunakan kapas dan alumunium foil untuk menjaga agar tidak terkontaminasi dengan
mikroba yang berada di udara. Kemudian semua tabung reaksi diinkubasi pada inkubator
CO2 selama 24 jam dengan suhu 370C untuk mengetahui kosentrasi yang dapat
berfungsisebagai kadar hambat minimum.

Pada percobaan ini, setelah tabung reaksi diinkubasi, pengamatan tidak langsung
dilakukan, namun baru 6 hari setelah tabung dimasukkan ke dalam inkubator, untuk itu, agar
kondisi dalam tabung reaksi tetap sama dan bakteri tidak tumbuh, dilakukan pemindahan dari
inkubator ke dalam refrigerator.

Setelah itu, tabung reaksi dikeluarkan dari refrigerator dan diamati kejernihannya
secara visual. Tabung dengan mikroba uji yang sama masing-masing dibandingkan. Tabung
yang dijumpai dengan kejernihan pertama dianggap sebagai kadar hambat minimum,
sedangkan tabung yang paling jernih diduga sebagai kadar bunuh minimum.

Saat membandingkan secara visual terhadap tabung yang berisi Staphylococcus aureus,
kadar yang pertama jernih adalah 0,25% dan dianggap sebagai kadar hambatan minimum.
Sedangkan tabung konsentrasi yang paling jernih memiliki kadar 0,06%, kadar ini diduga
sebagai kadar bunuh minimum. Hasil percobaan yang kami lakukan ini tidak sesuai teori
karena seharusnya tabung reaksi yang paling keruh adalah tabung dengan konsentrasi 0,06%
dan seharusnya tabung reaksi yang paling jernih memiliki kadar yang paling besar, yaitu
konsentrasi 1%. Akan tetapi, tabung reaksi Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 1 %
justru merupakan tabung yang paling keruh. Hal ini dapat terjadi akibat ukuran tabung reaksi
yang digunakan tidak seragam sehingga terjadi perbedaan tinggi volume cairan yang
menyebabkan pembandingan dilakukan secara tidak objektif.

Saat membandingkan secara visual rehadap tabung yang berisi Eschericia coli, kadar
yang pertama jernih adalah 0,125% dan dianggap sebagai kadar hambatan minimum.
Sedangkan tabung konsentrasi yang paling jernih memiliki kadar 0,06%, kadar ini diduga
sebagai kadar bunuh minimum. Hasil percobaan yang kami lakukan ini tidak sesuai teori
karena seharusnya tabung reaksi yang paling keruh adalah tabung dengan konsentrasi 0,06%
dan seharusnya tabung reaksi yang paling jernih memiliki kadar yang paling besar, yaitu
konsentrasi 1%. Akan tetapi, tabung reaksi Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 1 %
justru merupakan tabung yang paling keruh. Hal ini dapat terjadi akibat ukuran tabung reaksi
yang digunakan tidak seragam sehingga terjadi perbedaan tinggi volume cairan yang
menyebabkan pembandingan dilakukan secara tidak objektif. Selain itu, terdapat pula
kemungkinan karena larutan stok yang digunakan sebelum ditambah media memliki kondisi
awal yang keruh sehingga mempengaruhi hasil perbandingan secara visual. Hal lain yang
mungkin terjadi adalah media ataupu larutan stok yang dibuat telah terkontaminasi sebelum
digunakan. Sehingga seri konsentrasi yang paling keruh adalah 1% dan seri konsentrasi yang
lebih kecil terdapat lebih sedikit mikroba kontaminan yang berpindah sehingga kadar 0,06%
didapati sebagai kadar yang paling sedikit terkontaminasi dan terlihat sebagai kadar
konsentrasi yang paling jernih.

Setelah membandingkan kekeruhan tabung, maka konsentrasi yang diduga sebagai


kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum diuji validitasnya dengan
menumbuhkannya pada media padat dalam cawan petri. Percobaan ini menggunakan 2 cawan
petri, cawan petri yang pertama digunakan untuk larutan yang diberi Staphylococcus aureus
dan cawan petri kedua untuk menguji larutan yang diberi Eschericia coli. Media padat dalam
1 cawan petri masing-masing dibagi menjadi 4 bagian yaitu kontrol media, kontrol negatif,
larutan yang diduga kbm, dan larutan yang diduga sebagai khm. Larutan dipindahkan dalam
cawan petri dengan penggoresan ose secara aseptis. Masing-masing cawan petri diinkubasi
pada suhu optimal untuk tumbuh yaitu 370C selama ±24 jam.

Setelah diinkubasi, mikroba yang dipindah ke dalam cawan petri diamati. Hasil
yang kami dapatkan, pada kedua cawan petri hanya terdapat 1 bagian yang tidak ditumbuhi
mikroba, yaitu bagian yang digunakan sebagai kontrol media. Dalam hal ini berarti kontrol
media yang digunakan memang steril dan tidak terkontaminasi. Pada cawan petri
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, konsentrasi 0,06% yang diduga sebagai kadar
bunuh minimum ternyata ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
percobaan ini tidak didapatkan konsentrasi sebagai kadar bunuh minimum. Pada cawan petri
Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 0,25% terdapat lebih sedikit koloni yang tumbuh
dibandingkan dengan kontrol negatifnya, hal ini berarti kadar 0,25% merupakan kadar
hambat minimum (KHM) terhadap mikroba uji Staphylococcus aureus. Pada cawan petri
Eschericia coli dengan konsentrasi 0,12% terdapat lebih sedikit koloni yang tumbuh
dibandingkan kontrol negatifnya, hal ini berarti konsentrasi 0,12% merupakan kadar hambat
minimum (KHM) terhadap mikroba uji Eschericia coli.

Anda mungkin juga menyukai