BAB I
PENDAHULUAN
B. SINTESA ASETANILIDA
Ada beberapa proses pembuatan asetanilida, yaitu;
1). Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan anilin
Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrad direfluk
dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa.
2 C6H5NH2 + (CH2CO)2O 2 C6H5 NHCOCH3 + H2O
3
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dngan
pendinginan, sdan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetat anhidrat dapat
diganti dengan asetil klorida.
berupa kristal yang dimurnikan dengan kristalisasi. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut: C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + H2O Anilin dan
asam asetat ( 100% berlebih ) dimasukkan kedalam tangki berpengaduk yang
dilengkapi dengan jaket. Reaksi berlangsung selama 6 jam pada temperatur
155oC dan tekanan 2,5 atm. Produk kemudian dikristalkan, dicentrifuge, dicuci
dan kemudian dikeringkan. .
Komponen penyusun asetanilida :
1. Anilin
2. Anhidrida asetat
Molekul Anhidrida
5
Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O,
adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O.
Senyawa ini merupakan reagen penting dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna,
dan berbau cuka karena reaksinya dengan kelembaban di udara membentuk asam asetat.
Anhidrida etanoat tidak bisa dikatakan larut dalam air karena dia bereaksi dengan
air menghasilkan asam etanoat. Tidak ada larutan cair dari anhidrida etanoat yang
terbentuk. Anhidrida etanoat mendidih pada suhu 140°C. Titik didih cukup tinggi karena
memiliki molekul polar yang cukup besar sehingga memiliki gaya dispersi van der Waals
sekaligus gaya tarik dipol-dipol. Akan tetapi, anhidrida etanoat tidak membentuk ikatan
hidrogen. Ini berarti bahwa titik didihnya tidak sama tingginya dengan titik didih asam
karboksilat yang berukuran sama. Sebagai contoh, asam pentanoat (asam yang paling mirip
besarnya dengan anhidrida etanoat) mendidih pada suhu 186°C.
3. Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur
keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta
ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia
maupun dari sumber hayati.
6
4. Serbuk Zn
pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2
diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Kondensor yang
digunakan adalah pendingin bola, bukan pendingin Liebig, tujuannya untuk menghalangi
uap pelarut tetap ada, bayangkan apabila menggunakan Liebig, bisa-bisa senyawa yang
akan disintesis tidak ada hasilnya karena kesemuanya sudah menguap. Prosedur dari
sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya dimasukkan dalam
labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor
pendingin air terpasang, campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai
dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai
dengan kebutuhan reaksi. Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher dari labu bundar.
Corong Buchner adalah sebuah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
penyaringan vakum. Alat ini biasanya terbuat dari porselen, namun kadang kala ada juga
yang terbuat dari kaca dan plastik. Di bagian atasnya terdapat sebuah silinder dengan dasar
yang berpori-pori. Corong Hirsch juga memiliki struktur dan kegunaan yang sama, namun
ia lebih kecil dan biasanya terbuat dari kaca. Bahan penyaring (biasanya kertas saring)
diletakkan di atas corong tersebut dan dibasahi dengan pelarut untuk mencegah kebocoran
pada awal penyaringan. Cairan yang akan disaring ditumpahkan ke dalam corong dan
dihisap ke dalam labu dari dasar corong yang berpori dengan pompa vakum.
Penggunaan Derivat Asam Karboksilat dalam Sintesis Asam karboksilat dan derivat
(turunan-turunannya) semua bersifat dapat diubah satu menjadi yang lain secara sintetik.
Namun dari antara derivat asam karboksilat ini, halida asam dan anhidrida agaknya yang
paling serbaguna, karena keduanya lebih reakstif daripada senyawa karbonil yang lain.
Keduanya dapat digunakan untuk mensintesis ester yang terintangi (secara sterik) dan ester
fenil, yang tidak dapat dibuat dengan rendemen yang baik dengan pemanansan RCOOH
dan R’OH dengan katalis asam, karena kesetimbangan tidak menguntungkan. Kedua
derivat ini juga merupakan reagensia yang paling berguna untuk membuat amida
tersubtitusi-N. Ruduksi suatu klorida asam dengan LiAlH(OR)3 menyajikan satu dari hanya
sedikit jalur ke aldehida.
Meskipun ester tidak sereaktif klorida asam atau anhidrida, mereka berguna dalam
sintesis alkohol (dengan reduksi atau dengan reaksi Grignard) dan merupakan bahan awal
yang berharga dalam mensintesis molekul rumit. Sintesis nitril memberikan satu dari
teknik-teknik yang paling mudah untuk memperpanjang rantai karbon alifatik dengan satu
rantai lagi, atau untuk menambahkan suatu gugus karboksil atau suatu gugus NH2. Seperti
telah disebut, reaksi RX dan CN- memberikan rendemen terbaik dengan alkil halide primer.
Alkil halide sekunder dapat juga digunakan, tetapi rendemennya lebih rendah. Asetilasi
Amina Aromatis Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi subtitusi terhadap amina
aromatis dapat berupa subtitusi pada cincin benzene atau subtitusi pada gugus amina.
Asetilasi amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan dengan klorida asam
dalam suasana basa atau dengan mereaksikan amina dengan asetat anhidrida. Aniline
primer bereaksi dengan asetat anhidrida menghasilkan asetanilida. Jika asetat anhidrida
yang digunakan berlebihan dan pemanasan dilakukan pada waktu yang lama, maka
sejumlah turunan diasetil akan terbentuk. Namun demikian, turunan diasetil tidak stabil
dengan kehadiran air dan mengalami hidrolisis menghasilkan senyawa monoasetil. Amina
dapat mengalami reaksi hidrolisa dalam suasana asam membentuk asam karboksilat dan
garam amina, sedangkan dalam suasana basa membentuk ion karboksilat dan amina.
C. KEGUNAAN ASETANILIDA
Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara lain;
1. Sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan
2. Sebagai zat awal penbuatan penicilium
3. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet
4. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida
9
D. REKRISTALISASI
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dengan cara mengkristalkan kembali dari
cairan pelarut atau campuran pelarut, dimana dalam keadaan panas larut, tetapi dalam
keadaan dingin/pada suhu kamar akan terbentuk kristal yang murni.
Proses rekristalisasi terdiri dari lima proses. Yang pertama adalah melarutkan zat
yang belum murni ke dalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik didihnya. Proses
kedua adalah penyaringan larutan panas dari partikel-partikel / kotoran-kotoran / bahan
yang tidak larut. Proses ketiga adalah pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga
terbentuk kristal. Proses keempat adalah proses pemisahan kristal dari larutan induk, dan
proses kelima adalah proses pengeringan.
BAB II
METODE KERJA
Bahan :
1. 250 mg serbuk Zn
2. 5 ml Anilin
3. 5 ml Asam Asetat Glasial
4. 5 ml Anhidrida asetat
5. 125 ml air es
6. 125 ml air panas
7. Etanol ( 2% dari jumlah panas ) = 2.5 ml
8. 75 mg norit
9. Es batu
Alat :
1. Labu alas bulat leher panjang
2. Batu didih 9. Corong Buchner
2.2. PROSEDUR
Vishnoi N.K. . Advanced Practical Organic Chemistry. 1st edition Vikas Publishing House.
PVT ltd. New Delhi. 330 – 331
Method 2- Chemicals Required. (i) Aniline 10 ml (ii) Acetic anhydride 10ml (iii) Glacial
acetic acid 10 ml (iv) Zinc dust 0,5 gm.
Procedure. Place 10 ml aniline, 10 ml glacial acetic acid, 10 ml acetic anhyride and 0,5 gm
zine dust in a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux condenser. Heat the reaction
mixture to boiling for about 40 minutes, detach the condenser and pour the hot contents
slowly so as to prevent any residual zinc dust from escaping the flask, into a 500 ml beaker
containing about 250 ml of cold water whilst stirring vigorously the resultant solution. Cool
the beaker in ice bath when crude acetanilide separates. Filter it in a Buchner funnel using
suction, wash with cold water, drain well with the help of an inverted glass stopper and dry
on the filter papers in air. The yield of crude acetanilide, m.p. 113o, is about 15 gm.
Recrystallise it from hot water containing 2% rectified spirit. The pure recrystallised
product has the m.p.114o.
½ Prosedur
Method 2 – Chemicals required. (i) Aniline 5 ml (ii) Acetic anhydride 5 ml (iii) Glacial
acetic acid 5 ml (iv) Zinc dust 0.25 gm.
Procedure. Place 5 ml aniline, 5 ml glacial acetic acid, 5 ml acetic anhydride and 0.25 gm
zinc dust in a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux condenser. Heat the reaction
mixture to boiling for 40 minutes, detach the condenser and pour the hot contents slowly so
as to prevent any residual zinc dust from escaping the flask, into a 500 ml beaker containing
about 125 ml of cold water whilst stirring, vigorously the resultant solution. Cool the
beaker in ice-bath when crude acetanilide separates. Filter it in a Buchner funnel using
suction, wash with cold water, drain well with the help of an inverted glass stopper and dry
on the filter papers in air. The yields of crude acetanilide, m.p. 113º, is about 7.5 gm.
Recrystallise it from hot water containing 2% rectified spirit. The pure recrystallised
product has the m.p. 114º
12
MEKANISME REAKSI
13
Dimasukkan ke botol
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2. Pembahasan
Reaksi antara anhidrida asam asetat dan anilin merupakan reaksi asetilasi yang
membentuk amida dalam hal ini asetanilida. Anilin merupakan suatu amina primer. Reaksi
antara amonia dan anhidrida asam asetat menghasilkan asetamida, sedangkan amina dan
anhidrida asam asetat menghasilkan asetamida tersubtitusi. Satu mol amina dihabiskan
dalam netralisasi asam asetat yang terbentuk dalam reaksi itu.
Reaksi yang terjadi antara anilin dan anhidrida asam asetat adalah sebagai berikut :
Anhidrida asam asetat dan anilin direaksikan dengan metode refluks. Anhidrida asam asetat
dan aniline bereaksi pada suhu yang relative tinggi hal ini dapat dilakukan dengan metode
refluks dimana pada proses refluks terjadi penguapan dan pengembunan kembali secara
berangsur dan diharapkan volume reaktan tetap hingga menghasilkan produk yang
diinginkan. Alat refluks terdiri atas labu alas bulat dan pendingin bola. Labu alas bulat
merupakan tempat reaktan sedangkan pendingin bola berfungsi untuk mengkondensasi
reaktan/produk yang terbentuk, mekanisme pendinginannya dilakukan secara
bertahap/tingkat pada tiap bola. Refluks juga sering disebut pendingin alur balik, karena
pendingin alur balik, karena pendinginan air dilakukan dari bawah keatas sehingga tidak
ada gelembung udara yang akan menurunkan efisiensi pendinginan. Pada labu alas bulat,
selain dimasukan anilin dan anhidrida asam asetat, dimasukan juga asam asetat glacial dan
abu zink. Penambahan asam asetat glasial dilakukan untuk membuat larutan bersifat asam.
Larutan yang bersifat asam akan mengakibatkan gugus karbonil pada anhidrida asam asetat
akan lebih positif sehingga penyerangan gugus karbonil oleh nukleofil yaitu electron
menyendiri pada aniline, akan lebih mudah terjadi. Abu zink berfungsi sebagai katalis yang
menyajikan reaksi alternative untuk mendapatkan jalan reaksi dengan energy aktivasi yang
lebih rendah.
17
Pada saat melakukan reaksi diperhatikan agar tidak terdapat air, air dapat
menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis dalam suasana asam dari asetanilida menjadi
asam asetat dan aniline. Rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan zat yang telah didapat,
diketahui bahwa produk hasil reaksi masih mengandung pengotor. Rekristalisasi didasarkan
pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Keadaan
dalam rekristalisasi pada percobaan yang dilakukan yaitu kelarutan pengotor lebih kecil
dari pada senyawa yang dimurnikan sehingga pengotor dapat dipisahkan dengan kertas
saring pada penyaring panas, penyaringan dilakukan pada kondisi panas bertujuan agar
produk hasil sintesis yang berupa kristal tidak ikut tersaring karena larut pada suhu tersebut
dan hanya pengotor saja yang tersaring dan dipisahkan. Berikut merupakan persyaratan
suatu pelarut agar dapat dipakai dalam proses rekristalisasi :
a. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dan
zat pengotor.
b. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal .
c. Mudah dipisahkan dari Kristal.
d. Bersifat inert (tidak udah bereaksi) dengan kristal Pada percobaan yang dilakukan
pelarut yang digunakan adalah air.
Penggunaan air sebagai pelarut sesuai dengan syarat pelarut untuk asetanilida dan
pengotor yang terkandung (Zn, zat lain yang terbentuk) dimana perbedaan kelarutan
pengotor dan asetanilida pada air pada suhu tertentu berbeda dan dapat dengan mudah
dipisahkan. Untuk menghilangkan pengotor yang berupa zat warna ditambahkan karbon
aktif yaitu norit. Zat-zat warna yang terkandung pada larutan akan diadsorbsi oleh norit dan
dipisahkan pada saat penyaringan panas diketahui bahwa norit merupakan pengadsorbsi
bagi senyawa- senyawa zat warna. Kristal dingin yang telah tebentuk disaring
menggunakan corong Buchner. Corong Buchner mempercepat penyaringan karena
dilakukan dengan pengisapan oleh suatu pompa vakum atau rangkaian vakum. Rendemen
hasil yang didapatkan yaitu 45.7%. rendemen hasil yang didapatkan dipengaruhi oleh
proses pemurnian yang dilakukan. pada saat rekristalisasi kemungkinan tidak semua kristal
larut dengan sempurna sehingga pada saat penyaringan panas terdapat kristal asetanilida
yang ikut tersaring dan menyebabkan berkurangnya harga rendemen. Untuk memperoleh
harga rendemen yang tinggi sebaiknya diperhatikan pada saat rekristalisasi yaitu pelarutan
pada air diusahakan agar semua Kristal larut sempurna (tidak termasuk pengotor),
pengadukan dan suhu harus diperhatikan pada proses ini.
18
Pada saat pengadukan diusahakan agar Kristal-kristal besar dapat dibuat menjadi
Kristal yang lebih kecil agar dapat larut dengan baik dan terpisah dengan pengotornya.
Digunakan titik lebur sebagai metode analisis kualitatif kemurnian dan kandungan suatu zat
yang didasarkan pada sifat fisis dari suatu senyawa yang khas termasuk titik lebur senyawa
tersebut. Berdasarkan titik leburnya, suatu zat dapat diidentifikasi kemurniannya secara
kualitatif, semakin murni zat tersebut maka titik leburnya akan sama dengan titik lebur
standard senyawa tersebut.
Kesimpulan :
1. Anilin bisa teroksidasi menjadi nitro benzena, tidak bisa terbentuk asetanilida, oleh
karena itu perlu penambahan serbuk Zn untuk mencegah terjadinya oksidasi.
2. Refluks umumnya digunakan untuk mensintesis senyawa-senyawa yang mudah
menguap.
3. Proses rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan zat yang telah didapat, dimana
diketahui bahwa produk hasil reaksi masih mengandung pengotor.
4. Penambahan norit dimaksudkan agar dapat menyerap kotoran yang terdapat dalam
larutan yang telah di rekristalisasi.
5. Ice bath digunakan untuk mempercepat proses pengkristalan.