DOSEN PENGAMPUH
DISUSUN OLEH
20200210100164
FAKULTAS HUKUM
2020/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 4
BAB I .......................................................................................................................................... 5
2
12. Burasa‟ ...................................................................................................................................... 19
13. Songkolo Bagadang .................................................................................................................... 20
14. Sarabba...................................................................................................................................... 21
15. Konro Bakar............................................................................................................................... 21
4. Adat perkawinan Suku Makassar ...................................................................................... 22
A. Kesimpulan................................................................................................................. 34
B. Saran ........................................................................................................................... 36
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat kesehatan,
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait
penulisan maupun bahasa yang digunakan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan atau pernikahan sepertinya jadi salah satu fase penting dalam kehidupan
sebagian besar manusia. Tidak terkecuali orang dari suku Makassar. Bagi kami,
perkawinan yang mempertemukan dua mempelai dan sekaligus menyatukan dua keluarga
adalah sebuah momen penting dan krusial. Persiapannya sungguh menguras tenaga,
utamanya bagi kedua mempelai. Masa persiapannya kadang tidak hanya sebulan-dua
bulan, tapi bahkan bisa berbulan-bulan hingga setahun. Apalagi bagi mereka yang sangat
memegang teguh adat istiadat. Sejak zaman dahulu, perkawinan sebagai sesuatu yang
sakral bagi orang suku Makassar selalu dipandang penting. Selalu menjadi salah satu
bagian dari penyempurnaan kehidupan seorang anak manusia. Bagi orang suku Makassar,
mereka yang belum menikah belum dianggap utuh sebagai manusia atau disebut tau
sipue (manusia separuh). Ada pepatah dalam suku Makassar yang berbunyi; tenapa na
ganna se’re tau punna tenapa na situtu ulunna na salanggana. Pepatah ini berarti; belum
sah seorang disebut manusia bila belum terhubung antara kepala dan bahunya.
Perkawinan dianggap sebagai proses menyatukan kepala dan bahu, menjadikan seorang
manusia menjadi utuh. Suami dan istri dianggap akan saling melengkapi satu dan lain dan
menjadi manusia yang utuh. Karena itulah, anak bujang dan perawan yang sudah
dianggap cukup umur untuk menikah akan segera dicarikan jodohnya. Dalam suku
kesepadanan. Kedua mempelai harus sepadan dan jangan sampai terjadi perbedaan yang
sangat mencolok. Dalam perkawinan suku Makassar, perkawinan paling ideal adalah
perkawinan dalam lingkup keluarga utamanya yang berada dalam garis horisontal.
Perkawinan antara sepupu satu kali (sampo sikali; Makassar) adalah perkawinan terbaik
5
dan disebut sialleang baji’na atau saling mengambil yang terbaik. Sementara urutan
terbaik berikutnya adalah antara sepupu dua kali (sampo pinruang; Makassar) yang
disebut nipassikaluki atau saling dikaitkan. Lalu yang ketiga adalah perkawinan antara
bellayya (mendekatkan yang telah jauh). Namun, tentu saja ketiganya tidak mengikat.
Orang Makassar bebas menikah dengan siapa saja, sepanjang keluarga besar menganggap
calonnya sepadan dan pantas. aman dahulu perkawinan suku Makassar adalah mutlak
menjadi urusan orang tua. Anak sama sekali tidak punya hak untuk menentukan dengan
siapa dia akan menikah, utamanya anak perempuan. Semua proses dari pemilihan jodoh
hingga perkawinan, semua menjadi hak dan tanggung jawab orang tua. Anak yang akan
jadi mempelai hanya menurut saja. Saat ini, hal tersebut tentu sudah tidak berlaku. Anak
sudah punya hak untuk memilih dan memutuskan dengan siapa dia akan menikah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapaia dalah sebagai
berikut :
6
1. Mengetahui sejarah singkat Suku Makassar.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Suku bangsa ini sendiri lebih suka menyebut diri mereka sebagai orang Mangasara.
Sebagian besar berdiam di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan
Pangkajene di Provinsi Sulawesi Selatan. Sama seperti suku bangsa bugis, masyarakat ini
juga memiliki kebiasaan merantau melintasi laut. Sebagian di antara mereka merantau ke
berbagai daerah lain di Indonesia, serta terkenal pula sebagai pelaut dan pedagang antar pulau
Bahasa Makassar atau Mangasara dapat dibagi atas beberapa dialek, antara lain dialek
Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo dan Selayar. Sama seperti bahasa Bugis,
bahasa Makassar juga pernah mengalami perkembangan dalam kesusasteraan tertulis yang
dikenal sebagai aksara lontarak, yaitu sistem huruf yang bersumber dari tulisan sansekerta.
Salah satu naskah yang terpenting adalah Sure Galigo atau La Galigo, yaitu sebuah kumpulan
mitologi tentang asal usul masyarakat dan kebudayaan Bugis. Selain itu
bahasa Makassar juga berkembang dalam berbagai bentuk puisi klasik, seperti kelong
(pantun) dan sinriti (prosa liris yang dinyanyikan). Pada dasarnya mata pencaharian orang
Makassar adalah menanam padi di sawah yang telah mengembangkan sistem irigasi
tradisional. Selain itu, pertanian sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman keras juga cukup
berkembang. Akan tetapi di mata masyarakat lain orang Makassar lebih terkenal sebagai
nelayan penangkap ikan, pedagang dan pelaut yang gigih. Mereka telah mengembangkan
tradisi dan pengetahuan kelautan yang mengagumkan. Jenis perahu Makassar yang disebut
pinisi terkenal sebagai perahu yang kuat dan ramping serta mampu mengarungi lautan luas
selama berbulan-bulan. Karena ciri kebudayaan seperti itu, maka orang Makassar sering
diidentikkan dengan orang Bugis, tidak heran kalau kedua nama itu sering ditulis oleh penulis
8
lama dalam kata majemuk Bugis-Makassar. Sistem hubungan kekerabatan yang berlaku
dalam masyarakat ini adalah bilateral, karena keluarga besar pihak ayah dan pihak ibu
dianggap sama-sama memiliki peran penting dalam kehidupan sosial seseorang. Tetapi
Kerabat yang dianggap "dekat" disebut bija. Kerabat dekat ini dibedakan lagi menjadi bija
pammanaka, yaitu kerabat dekat karena hubungan darah, dan bija panreng-rengan, yaitu
kerabat dekat karena hubungan perkawinan. Bentuk pemilihan jodoh secara tradisional
cenderung endogami keluarga besar, terutama pilihan yang disebut saudara sepupu silang,
walaupun pada masa sekarang sudah amat sulit dipertahankan. Sedangkan pola menetap
sesudah menikah cenderung untuk bersifat virilokal, yaitu tinggal menetap di lingkungan
pihak orang tua lelaki suami. Pelapisan sosial masyarakat Makassar terpengaruh oleh sisa-
sisa sistem sosial zaman Kerajaan Tana (Buta) ri Gowa dan Kesultanan Makassar dulu. Pada
zaman dulu Kerajaan Gowa dibagi ke dalam beberapa daerah yang disebut bate. Masing-
masing diperintah oleh seorang kepala negeri yang disebut karaeng atau gollarang. Pada masa
sekarang para bangsawan keturunan raja-raja Gowa itu disebut ana' karaeng Maraenganaya.
Lapisan sosial orang biasa yang mayoritas, disebut maradeka. Pada zaman dulu dikenal pula
satu lapisan paling bawah, yaitu para hamba sahaya yang disebut ata. Orang Makassar sudah
sejak lama memeluk agama Islam. Walaupun begitu dalam kehidupan sehari-hari sebagian
Islam orang Makassar mempercayai adanya tokoh-tokoh dewa dan roh nenek moyang serta
makhluk gaib lainnya. Tokoh dewa tertinggi dalam keyakinan mereka itu disebut Patotoe
atau Dewata Seuae (Dewata Yang Tunggal). Keyakinan lama itu masih nampak dalam
pelaksanaan upacara-upacara setempat, terutama yang berkaitan dengan pertanian dan daur
9
2. Lagu-lagu Suku Makassar
I. Anak Kukang
Anak Kukang adalah lagu daerah yang menceritakan tentang seorang anak
yang hidup sebatang kara. Tanpa alasan yang jelas, ibu dari anak tersebut
masalah ekonomi yang melilit keluarganya hingga akhirnya sang ibu lebih
orang yang menyukai lagu ini. Sebab tak hanya enak untuk didengarkan,
namun irama dari lagu ini pun juga mudah untuk diikuti.
Anging Mamiri adalah lagu yang diciptakan oleh Bora D.G.Irate. Anging
Mamiri artinya adalah angin yang bertiup dan membawa kesejukan serta pesan
rindu yang hendak disampaikan kepada orang tersayang. Namun ada juga
yang menyebutkan bahwa lagu Anging Mamiri bermakna sebagai ajakan agar
memohon atau berharap hanya kepada Tuhan saja. Sekalipun Anda memiliki
Ati Raja juga menjadi salah satu lagu provinsi Sulawesi Selatan yang
diciptakan oleh Hoe engDjie. Lagu ini memiliki makna yang sangat dalam
mengenai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pecipta. Tak hanya itu, lagu ini
juga sekaligus memberi penegasan bahwa Tuhan itu Esa atau satu.
IV. Pakarena
Pakarena berasal dari kata pa yang artinya pelaku dan karena yang berarti
main atau pemain. Tak hanya itu, pakarena juga dapat diartikan sebagai laki-
10
laki atau jika diartikan dimaknai secara luas pakarena memiliki makna laki-
Ada banyak makanan khas dari suku Makassar, berikut beberapa diantaranya
1. Coto Makassar
Ada yang kurang kalau kamu jalan-jalan ke Sulawesi Selatan tanpa mencoba
Coto Makassar. Makanan khas Makassar ini memang memberikan kesan mendalam
bagi siapa pun yang pernah menikmatinya. Hidangan ini kaya rempah, yang
menjadikan rasanya „sangat renyah‟ dan akan memberikan kesan mendalam kepada
Di Makassar, ada beberapa tempat yang direkomendasikan jika kamu tertarik mencoba
kuliner ini. Salah satunya, Coto Nusantara dimana kuliner ini disajikan dengan kuah kental
11
dan potongan daging besar, plus ekstra daun bawang dan bawang goreng yang disajikan
terpisah.
2. Konro
Makanan khas Makassar ini tidak pas untuk para vegan ataupun vegetarian. Maklum, bahan
dasarnya adalah iga dan daging sapi yang direbus bersama kayu manis, air asam jawa dan
beragam bahan lain, termasuk kluwak, yang biasa dijadikan bumbu dasar untuk rawon Jawa
Timur. Sajian sup kaya rempah ini sangat nikmat dicicipi saat panas.
12
3. Pallubasa
Pallubasa merupakan hidangan yang mirip dengan Coto Makassar, terbuat dari jeroan sapi
atau kerbau, dengan semua bahan dimasak dalam waktu yang lama. Yang membedakan
dengan Coto Makassar adalah menu pendampingnya. Pallubasa dimakan bersama nasi putih,
4. Pallumara
Lebih tertarik untuk menikmati seafood di Makassar, kamu bisa mencoba Palumara, makanan
berbahan dasar ikan. Sup berkuah kuning dari bumbu kunyit ini mirip dengan ikan asam
manis. Kepala kakap merah menjadi bahan dasarnya, dengan tongkol atau bandeng menjadi
pengganti.
13
Cara terbaik menikmati Palumara adalah dengan nasi hangat, ditemani dengan minumaan
dingin.
5. Barongko
Makassar tidak hanya terkenal dengan makanan beratnya. Kue-kue basah di Makassar juga
14
Kue berbahan dasar pisang ini manis dan memiliki tekstur lembut. Kue dibuat dalam cetakan
khusus dan kemudian dibungkus dengan daun pisang sebelum disajikan. Cara menikmatinya
6. Pisang Epe‟
Makanan khas Makassar dari bahan pisang kepok ini begitu ikonik. Pisang kepok setengah
masak dibakar di atas bara api hingga harum, dibelah dan ditekan hingga pipih, kemudian
dibakar kembali. Tambahkan topping campuran gula merah dan air daun pandan juga garam,
serta durian, jika ada, maka kamu akan mendapatkan camilan dengan rasa istimewa.
15
Momen paling pas menikmatinya saat sore hingga malam, sementara tempat ideal untuk
7. Es Pallu Butung
Kalau ingin menikmati es campur ala Makassar, silakan mencoba Es Palu Butung. Tidak
hanya menawarkan rasa yang manis, tapi juga menyajikan sensasi menyegarkan. Kuliner ini
paling cocok untuk dinikmati saat udara panas dan kamu dijamin akan minta tambah.
16
Es Palu Butung terdiri dari potongan pisang manis, bubur sumsum ditambah susu kental
8. Gogoso‟
Camilan ini „keluar‟ di waktu-waktu lebaran saja. Biasanya dihidangkan bersama telur asin,
gogoso merupakan camilan yang terbuat dari beras ketan yang dibakar dalam daun pisang.
9. Kapurung
Apa jadinya ikan atau daging ayam dicampur bersama bermacam sayuran dan sari atau
tepung sagu? Kamu bisa mencicipinya langsung makanan khas Makassar bernama Kapurung.
Kuliner ini merupakan sajian tradisional khas Sulawesi Selatan, terutama di daerah Luwu,
Kota Palopo.
17
Meski merupakan makanan tradisional, rasanya yang manis dan asam memberikan kesegaran
termasuk Makassar.
Terbuat dari ikan Cakalang, atau bisa juga ikan Layang, Bolu, Sibula‟ atau Tembang, kuliner
Pallu Ce‟la dimasak dengan bumbu yang cukup sederhana, garam dan kunyit. Namun, karena
teknik memasak yang spesial, ada rasa yang begitu berkesan ketika kamu mencicipinya.
18
11. Bebek Palekko
Makanan khas Makassar dari bahan bebek? Bebek Palekko adalah kuliner yang harus kamu
cari. Untuk yang paling favorit, kamu bisa langsung menuju ke Palekko Makassar.
Hidangan ini merupakan makanan khas Bugis yang terbuat dari daging bebek yang
12. Burasa‟
Burasa, sajian yang mirip lontong ini, terbuat dari beras dengan tekstur lembut dan dibungkus
daun pisang muda. Burasa dihidangkan dengan taburan bumbu kelapa kering, garam, gula
dan cabai.
19
13. Songkolo Bagadang
Kulineran tengah malam di Makassar, mengapa tidak? Ada Songkolo Bagadang yang patut
kamu coba. Nasi ketan hitam atau putih dengan serundeng atau parutan kelapa sangrai
sebagai toppingnya ini sangat menarik untuk dicicipi. Belum lagi tambahan ikan teri asin,
20
Makanan khas Makassar ini kerap dijumpai di acara-acara adat di Sulawesi Selatan.
14. Sarabba
Jika di daerah lain memiliki sekoteng, stmj dan wedang uwuh, Makassar juga menyajikan
minuman sejenis dengan nama Sarabba. Terbuat dari campuran jahe, kuning telur, gula aren
dan merica bubuk, kamu akan mendapatkan sensasi yang menghangatkan badan kala
Jika sudah pernah mencicipi Sop Konro, tidak ada salahnya mencoba Konro Bakar, yang
21
Iga yang dibakar dan disajikan dalam kondisi panas ini harus dinikmati hingga tidak tersisa.
Tidak perlu malu akan belepotan karena sausnya karena itulah tanpa kamu menikmati
a) Accini’ rorong
Di fase ini keluarga pihak lelaki akan mencoba menyelidiki apakah ada kemungkinan
mereka untuk masuk melamar seorang anak gadis yang dianggap pantas dan setara
b) Appesak-pesak
Seorang perempuan yang dipercaya akan diutus untuk menyelidiki lebih jauh, apakah
di anak gadis sudah ada yang melamar atau belum. Setelah semua dianggap aman,
maka keluarga pihak lelaki akan datang untuk menyampaikan maksud mereka secara
resmi.
22
c) Ajjangang-jangang
Proses ini disebut ajjangang-jangang atau menerbangkan burung. Satu delegasi yang
biasanya berisi tiga atau empat orang dari keluarga lelaki akan datang dan
menanyakan secara resmi apakah keluarga lelaki bisa datang meminang atau tidak.
Bila sudah disetujui, maka selanjutnya proses akan masuk ke fase berikutnya.
untuk melamar.
d) Mange assuro
Di fase ini serombongan delegasi dari keluarga pihak lelaki datang secara resmi
mengajukan lamaran kepada pihak keluarga perempuan. Di acara ini disepakati jenis
dan jumlah sunrang (mas kawin), doe’ balanja (uang belanja atau kadang
Di fase ini, wakil dari keluarga lelaki akan datang membawa 12 bosara’ . Untuk
keluarga bangsawan, bosara’ berjumlah 14. Bosara’ ini berisi barang hantaran berupa
beras segenggam, kelapa, gula merah, sirih, pinang dan kapur serta biasanya uang
belanja yang sudah disepakati serta cincin pengikat. Dengan selesainya fase ini berarti
resmilah kedua calon mempelai ini bertunangan. Keluarga keduanya kemudian akan
menyampaikan berita ini ke keluarga besar mereka serta kerabat dan tetangga.
Hampir sama dengan fase sebelumnya, di fase ini rombongan dari keluarga lelaki
akan datang membawa bosara’ dan barang hantaran lain. Selain sirih, pinang, dan
kapur, bosara’ juga akan berisi tembakau, gula merah, kelapa, pisang, nenas, jeruk
dan berbagai macam buah-buahan lainnya. Hadir pula dalam hantaran itu berbagai
macam kue-kue adat seperti cucuru’ bayao, se’ro-se’ro, roko’ roko’ unti dan lain-lain.
23
Sebagai pelengkap, dibawa pula berbagai macam perhiasan, kebutuhan wanita dan
alat-alat kecantikan. Di fase ini, rombongan dari keluarga calon mempelai lelaki
biasanya diiring alunan musik tradisional seperti gandrang, gong dan pui-pui.
g) Abbarumbun / A’bu’bu
24
h) Appatamma’
Acara ini biasanya dilaksanakan sebelum melaksanakan salah satu acara yaitu
mempelai.
25
i) Akkorontigi
Acara ini semacam pelepasan untuk si calon mempelai perempuan. Wakil dari
calon mempelai.
26
j) Appabattu Nikkah
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Mempelai lelaki datang dengan diantar oleh
membawa sunrang atau mas kawin, mendampingi sang mempelai. Rombongan ini
wakil dari mempelai perempuan di depan pagar atau di depan tangga rumah. Setelah
alunan musik yang disebut tunrung pakanjarak selesai, wakil mempelai perempuan
akan menyambut dengan tari-tarian yaitu tari paddupa, selanjutnya adalah Anggaru
(bersumpah) didepan pihak mempelai pria. Adapun teks anggaru tersebut sebagai
berikut:
27
TEKS ANGGARU
Ata karaeng
Tabe‟ kipammoporang mama‟
Ridallekang malabbiritta
Risa‟ri karatuanta
Riempoang matinggita
28
Pangngulu ri barugayya
Nakatepokangi sallang karaeng
Pasorang attangnga parang
Tamappatojengi tojenga,
amappiadaki adaka
Kusalagai siri‟na,
Kuisara parallakkenna
Berangja kunipatebba,
Pangkulu kunisoeyang
29
Naikambe mappajari
Mannyabbu mamaki mae karaeng,
Naikambe mappa‟rupa
pengantin). Isi syair ini sangat dalam dan filosofis, menggambarkan kebesaran hati
keduanya akan menua bersama, hingga maut memisahkan.Salah satu isi pakkiyo
Ia dendek, ia dendek
Salloa kuantaiai
Ri cappak pakrasangangku
30
Na kupanragiangko berasak
Ri mangkok kebok
Kupannaroangko pole
Ri ballakna matoannu
Matoang kamase-mase
Iparak kasiasinu
Sarikbattang matunanu.
Numassassa mole-mole
Tenamo antu
Parekanna maloloa
Bunting ta bunting
Setelah prosesi selesai, mempelai lelaki dan rombongannya dipersilakan masuk ke dalam
rumah dan acara akad nikah dimulai. Saat itu mempelai perempuan tidak dihadirkan.
Mempelai perempuan akan berada di dalam kamar, menanti kedatangan lelaki yang akan
31
resmi menjadi suaminya. Setelah akad nikah selesai, mempelai lelaki akan dibawa ke kamar
tempat perempuan yang sekarang resmi menjadi istrinya telah menunggu. Namun,
perjalanannya tidak akan mudah karena akan ada beberapa orang yang menghalanginya
termasuk penjaga pintu yang tidak mau membukakan pintu. Si penjaga itu baru mau
membuka pintu setelah salah seorang pendamping mempelai lelaki memberinya uang. Ini
disebut pannyungke pakke’bu’ atau pembuka pintu.Setelah pintu terbuka, maka bertemulah
dua insan yang telah sah menjadi pasangan suami dan istri.
k) Nilekka
Setelah semua acara pernikahan selesai termasuk resepsi, maka kedua mempelai
32
l) Nilekka Pinruang (A’matoang)
Pada prosesi ini mempelai perempuan dengan diantar oleh keluarganya kerumah
malam di rumah keluarga mempelai lelaki sebelum akhirnya mereka berdua pamit
(appala’ kana). Si perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi bagian dari
keluarga besar si lelaki akan menyerahkan sarung kepada mertuanya. Sarung ini
sebagai persembahan menantu kepada mertuanya dan dibalas pula oleh sang mertua
dengan sarung.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku bangsa ini sendiri lebih suka menyebut diri mereka sebagai orang Mangkasara.
Sebagian besar berdiam di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan
Pangkajene di Provinsi Sulawesi Selatan. Sama seperti suku bangsa bugis, masyarakat ini
juga memiliki kebiasaan merantau melintasi laut. Sebagian di antara mereka merantau ke
berbagai daerah lain di Indonesia, serta terkenal pula sebagai pelaut dan pedagang antar
Bahasa Makassar atau Mangasara dapat dibagi atas beberapa dialek, antara lain dialek
Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo dan Selayar. Sama seperti bahasa Bugis,
yang dikenal sebagai aksara lontarak, yaitu sistem huruf yang bersumber dari tulisan
sansekerta. Salah satu naskah yang terpenting adalah Sure Galigo atau La Galigo, yaitu
sebuah kumpulan mitologi tentang asal usul masyarakat dan kebudayaan Bugis. Selain itu
bahasa Makassar juga berkembang dalam berbagai bentuk puisi klasik, seperti kelong
(pantun) dan sinriti (prosa liris yang dinyanyikan). Pada dasarnya mata pencaharian orang
Makassar adalah menanam padi di sawah yang telah mengembangkan sistem irigasi
tradisional. Selain itu, pertanian sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman keras juga
cukup berkembang. Akan tetapi di mata masyarakat lain orang Makassar lebih terkenal
sebagai nelayan penangkap ikan, pedagang dan pelaut yang gigih. Mereka telah
Makassar yang disebut pinisi terkenal sebagai perahu yang kuat dan ramping serta
mampu mengarungi lautan luas selama berbulan-bulan. Karena ciri kebudayaan seperti
itu, maka orang Makassar sering diidentikkan dengan orang Bugis, tidak heran kalau
34
kedua nama itu sering ditulis oleh penulis lama dalam kata majemuk Bugis-Makassar.
Sistem hubungan kekerabatan yang berlaku dalam masyarakat ini adalah bilateral, karena
keluarga besar pihak ayah dan pihak ibu dianggap sama-sama memiliki peran penting
kekerabatan itu berdasarkan kedekatan dan keakrabatan. Kerabat yang dianggap "dekat"
disebut bija. Kerabat dekat ini dibedakan lagi menjadi bija pammanaka, yaitu kerabat
dekat karena hubungan darah, dan bija panreng-rengan, yaitu kerabat dekat karena
keluarga besar, terutama pilihan yang disebut saudara sepupu silang, walaupun pada masa
sekarang sudah amat sulit dipertahankan. Perkawinan atau pernikahan sepertinya jadi
salah satu fase penting dalam kehidupan sebagian besar manusia. Tidak terkecuali orang
dari suku Makassar. Bagi kami, perkawinan yang mempertemukan dua mempelai dan
sekaligus menyatukan dua keluarga adalah sebuah momen penting dan krusial.
persiapannya kadang tidak hanya sebulan-dua bulan, tapi bahkan bisa berbulan-bulan
hingga setahun. Apalagi bagi mereka yang sangat memegang teguh adat istiadat. Sejak
zaman dahulu, perkawinan sebagai sesuatu yang sakral bagi orang suku Makassar selalu
dipandang penting. Selalu menjadi salah satu bagian dari penyempurnaan kehidupan
seorang anak manusia. Bagi orang suku Makassar, mereka yang belum menikah belum
dianggap utuh sebagai manusia atau disebut tau sipue (manusia separuh). Ada pepatah
dalam suku Makassar yang berbunyi; tenapa na ganna se’re tau punna tenapa na situtu
ulunna na salanggana. Pepatah ini berarti; belum sah seorang disebut manusia bila belum
terhubung antara kepala dan bahunya. Perkawinan dianggap sebagai proses menyatukan
kepala dan bahu, menjadikan seorang manusia menjadi utuh. Suami dan istri dianggap
akan saling melengkapi satu dan lain dan menjadi manusia yang utuh. Karena itulah, anak
35
bujang dan perawan yang sudah dianggap cukup umur untuk menikah akan segera
dicarikan jodohnya. Dalam suku Makassar, pertimbangan pertama dalam mencari jodoh
adalah kasiratangngang atau kesepadanan. Kedua mempelai harus sepadan dan jangan
sampai terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Dalam perkawinan suku Makassar,
perkawinan paling ideal adalah perkawinan dalam lingkup keluarga utamanya yang
berada dalam garis horisontal. Perkawinan antara sepupu satu kali (sampo sikali;
Makassar) adalah perkawinan terbaik dan disebut sialleang baji’na atau saling
mengambil yang terbaik. Sementara urutan terbaik berikutnya adalah antara sepupu dua
kali (sampo pinruang; Makassar) yang disebut nipassikaluki atau saling dikaitkan. Lalu
yang ketiga adalah perkawinan antara sepupu tiga kali (sampo pintallung; Makassar)
yang disebut nipakabani bellayya (mendekatkan yang telah jauh). Namun, tentu saja
ketiganya tidak mengikat. Orang Makassar bebas menikah dengan siapa saja, sepanjang
keluarga besar menganggap calonnya sepadan dan pantas. aman dahulu perkawinan suku
Makassar adalah mutlak menjadi urusan orang tua. Anak sama sekali tidak punya hak
untuk menentukan dengan siapa dia akan menikah, utamanya anak perempuan. Semua
proses dari pemilihan jodoh hingga perkawinan, semua menjadi hak dan tanggung jawab
orang tua. Anak yang akan jadi mempelai hanya menurut saja. Saat ini, hal tersebut tentu
sudah tidak berlaku. Anak sudah punya hak untuk memilih dan memutuskan dengan siapa
B. Saran
Demikianlah pembahasan terkait “Adat Perkawinan Suku Makassar” semoga
makalah ini dapat bermanfaaat. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, saya
selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritikan yang membangun, baik dari pihak dosen, maupun
masyarakat pada umumnya agar makalah ini dapat disusun lebih baik lagi dilain
kesempatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
ii. Rivai, Abu (1975). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan. Jakarta:
iii. Wahid, Sugira (1992). Metafora Bahasa Makassar. Makassar: PPs Universitas
Hasanuddin.
v. Labbiri, Labbiri (2018). Sastra Kelong. Makassar: CV Kanaka Media. ISBN 978-623-
7029-09-0.
vi. Daeng, Kembong (2008). Bahan Ajar Bahasa Makassar. Makassar: FBS
vii. Wahid, Sugira (2008). Manusia Makassar. Makassar: Pustaka Refleksi. hlm. 100–
viii. “Manusia Makassar”, Prof. DR. Hj. Sugira Wahid, Penerbit Pustaka Refleksi.
37