Anda di halaman 1dari 7

Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN


(Science Dichotomy)

Abdul Wahid
wahid@gmail.com
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

Abstract: Dichotomy is division of two groups which contradict each other. In implication, it is mentioned as
general and Islamic science, general and Islamic education, the teacher of general and Islamic education, general
and religion school. Thus, science dichotomy is meant here is division of two groups of science, physically look
contradict, which is claimed that religion science derived from Islamic, while general science is claimed from
West. The effect of the emergence science dichotomy is stagnation which engulf Moslem scholarly occur since
XVI century until XVII century BC. Thus condition generally is an impact from the lethargy of politic field
and the culture of Islamic society. The weakening of social orientation of Muslims is unconsciously sorted out
the definition of overall Islam into the partial definition in the essence of society life. Islamic is viewed from only
ritual meaning. While another affair is most dominated and controlled by west concepts. Consequently,
Moslems more familiar with west culture than their own culture/islamic.
Keywords : Dichotomy, mentioned as general, general and Islamic education
Dikotomi ilmu adalah adanya pemisahan antara disiplin ilmu agama dan disiplin ilmu umum,
sehingga pada gilirannya melahirkan istilah baru yang disebut dualisme pendidikan, yakni
pendidikan agama dan pendidikan umum. Pandangan dikotomis yang memisahkan antara
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum bertentangan dengan konsep ajaran Islam yang
memiliki ajaran integralistik. Islam mengajarkan bahwa urusan dunia tidak terpisah dengan
urusan akhirat.Implikasinya, bila merujuk pada ajaran Islam ilmu-ilmu umum seharusnya
difahami sebgai bagian tak terpisahkan dari ilmu-ilmu agama. Oleh karenanya, bila paham
dikotomi dan ambivalen dipertahankan, output pendidikannya itu tentu jauh dari cita-cita
pendidikan Islam itu sendiri. Kaitannya dengan pendidikan, ilmu rasional itu disebut ilmu
umum yang kemudian melahirkan sekolah umum. Ilmu non rasional disebut ilmu agama yang
kemudian melahirkan bidang-bidang studi agama pemisahana di antara keduanya.

PENDAHULUAN itu sebagai pencetus-pencetusnya. Dengan


Bila kembali menengok sejarah, Islam demikian, maka ilmu pengetahuan modern
sebagai agama yang menjadikan cikal bakal memungkinkan penganutnya untuk
ilmu pengetahuan modern. Pernyataan memahami ayat-ayat tertentu dalam Alquran,
tersebut dapat dibenarkan karena Islam yang sampai sekarang tidak atau belum dapat
mempunyai kitab suci, yang di dalamnya ditafsirkan.2
termuat fenomena-fenomena kemanusiaan Dengan demikian, utang ilmu
dan kealaman yang terjadi di alam raya.1 pengetahuan modern kepada ilmu
Maurice Bucaille dalam bukunya pengetahuan Islam (Alquran) tidak hanya
Bibel, Qur’an dan Sains Modern menyatakan: terdiri atas penemuan-penemuan teori-teori
Alquran diwahyukan dengan meyakinkan revolusioner yang mengejutkan, tetapi juga
kepada orang yang mempelajarinya secara berutang dalam memperkenalkan metode-
obyektif dengan mengambil petunjuk dari metode dan semangat memperolehnya.3 Pada
sains modern, suatu sifat yang khusus, yakni tahap berikutnya, khazanah keilmuan dalam
persesuaian yang sempurna dengan hasil Islam mengalami kemunduran yang drastis.
sains modern. Lebih dari itu, sudah Kemunduran itu terjadi karena umat Islam
dibuktikan bahwa Alquran mengandung
pernyataan ilmiah yang sangat modern dan 2Maurice Bucaille, La Bible Le Qoran Et La
tidak masuk akal jika dikatakan bahwa orang Science, Terj. H.M. Rsyidi dengan judul Bibel, Qur’an dan
yang hidup pada waktu Alquran diwahyukan Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 373.
3Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan
1Lihat QS. al-An’ām (6): 38. Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986), h. 19.

ISTIQRA’ Volume I Nomor 2 Maret 2014 277


Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

terlalu bangga atas produk-produk berkembang yang notabene adalah mayoritas


pendahulunya. Mereke cenderung kaum Muslimin (termasuk Indonesia).
mempertahankan dan melegitimasi ilmu yang Realitas pendidikan seperti ini tentu akan
pernah diterimanya, sehingga daya ijtihad mengarah pada westernisasi yang mengacu
menyusut dan stagnasu pemikiran menjamur, pada pendidikan sekuler, yaitu pendidikan
ta’assub fī al-mażhab berkepanjangan. Tidak yang memisahkan antara pendidikan agama
hanya itu, tekanan ekstrim lebih parah lagi dengan pendidikan umum.
setelah kekalahan umat Islam dalam perang Menyikapi realitas pendidikan
salib, yang menghilangkan semangat tersebut, sebahagian para ahli pendidikan
keilmuan dan terbakarnya perpustakan- selama ini cenderung mengambil sikap
perpustakaan Islam. Maka, saat itulah bangsa seakan-akan segala masalah pendidikan, baik
Barat mengambil alih khazanah keilmuan mikro maupun makro yang ada di
tersebut hingga mampu mendominasi lingkungan masyarakat dapat diterangkan
seluruh aspek ilmu pengetahuan.4 dengan teori-teori atau filsafat pendidikan
Produk-produk pemikiran bangsa Barat. Filsafat Barat pada umumnya bersifat
Barat tidak selamanya islami. Ditemukan sekuler, sedangkan masyarakat Indonesia
dikotomi keilmuan, ketidaksamaan prinsip lebih bersifat religius.
dasar dalam berfikir ilmiah antara Akibat dari kekeliruan memahami
pemikirannya dengan prinsip qur’āni. dan menyikapi filsafat pendidikan Barat ini,
Landasan sarjana Barat dalam usaha menyebabkan adanya dualisme ilmu dalam
mengembangkan sains tidak terlepas dari dunia Islam, yang selanjutnya menyebabkan
nilai yang mereka anut, yaitu terpisahnya terjadinya dualisme pendidikan bagi umat
masalah dunia dengan masalah agama, Islam, terutama di Indonesia.
sebagai reaksi yang berlebih-lebihan Berdasarkan uraian pada latar
terhadap tindakan beberapa oknum belakang yang telah dipaparkan terdahulu,
agamawan di zaman kegelapan, yang telah maka dapat dikemukakan permasalahan-
menghambat kebebasan berfikir dan permasalahan yang dapat dijadikan obyek
perkembangan ilmu pengetahuan. kajian yaitu (1) Bagaimana gambaran tentang
Namun, diakui oleh dunia dikotomi ilmu pengetahuan?, (2) Bagaimana
kesarjanaan modern bahwa sekiranya tidak gambaran munculnya dualisme sistem
pernah ada Islam dan kaum Muslimin, pendidikan Islam?, (3) Bagaimana dampak
tentulah ilmu pengetahuan benar-benar dualisme sistem pendidikan Islam?
sudah lama mati oleh “Cyril dan Justinian”,5 PEMBAHASAN
tanpa ada kemungkinan bangkit lagi, dan Pandangan tentang Dikotomi Ilmu dan
Eropa tentunya akan tetap berada dalam Dualisme Pendidikan
kegelapan (the dark age) yang penuh mitologi Dikotomi adalah pembagian dua
dan kepercayaan palsu. Zaman modern tidak kelompok yang saling bertentangan.7 Dalam
akan pernah ada, maka syukurlah Islam implikasinya, disebutkan sebagai ilmu umum
pernah tampil, kemudian berhasil dan ilmu Islam, pendidikan umum dan
mewariskan ilmu pengetahuan kepada umat pendidikan Islam, guru pendidikan umum
manusia melalui Eropa.6 dan guru pendidikan Islam, sekolah umum
Termasuk dampak dari dominasi dan sekolah agama Dengan dengan
peradaban Barat, yang terlanjur demikian, dikotomi ilmu yang dimaksud di
memodernisasi kemajuan modern, sini adalah pembagian dua kelompok ilmu
menyebabkan format pendidikannya pun pengetahuan, secara lahiriah kelihatan
menjadi kiblat bagi negara-negara bertentangan, yang diklaim bahwa ilmu
agama berasal dari Islam, sementara ilmu
4Muhaiman, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam,
umum diklaim berasal dari Barat.
Bandung: Trigenda, 1993, h. 53.
5Nurchalish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, 7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
(Cet. I; Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000), h. xi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (Cet. II; Jakarta:
6Ibid. Balai Pustaka, 2002), h. 220.

278
Volume I Nomor 2 Maret 2014 ISTIQRA’
Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Penulis menilai bahwa suatu kemudian melahirkan bidang-bidang studi


kesalahan besar yang telah dilakukan agama pemisahana di antara keduanya.
sebagian pakar pendidikan selama ini yang Berdasarkan uraian di atas dapat
telah mendikotomikan ilmu pengetahuan, dinyatakan bahwa dualisme pendidikan
sehingga lahirnya klaim dari kalangan bukan terpisah-pisahnya ilmu pada beberapa
mereka ilmu Islam dan ilmu kafir. Padahal, disiplin, melainkan fungsi ilmu sendiri yang
dalam syariat Islam tidak ada ajaran tentang seharusnya terdapat hubungan fungsional
dikotomi ilmu tersebut. Justru ada adegium lalu hubungan itu dipisahkan, sehingga
yang dilontarkan oleh ahli hikmah, yakni ; muncullah istilah pendidikan agama dan
8
‫( أﻃﻠ ﻮا اﻟﻌﻠﻢ وﻟﻮ ﺑﺎﻟﺼﲔ‬tuntutlah ilmu walau di negeri pendidikan umum.
Cina). Maksudnya, ilmu itu harus dituntut MUNCULNYA DUALISME SISTEM
dimanapun saja, walau di negerinya orang PENDIDIKAN ISLAM
kafir. Berkaitan dengan ini, maka menurut Stagnasi Pemikiran Umat Islam
penulis bahwa ilmu apapun namanya, jika ia Stagnasi yang melanda kesarjanaan
diletakkan dalam nilai-nilai Islam, maka ilmu muslim terjadi sejak abad XVI hingga abad
tersebut disebut Islam. Artinya ilmu yang XVII M. Kondisi tersebut secara umum
bersumber dari Barat bila ia sesuai dengan merupakan imbas dari kelesuan bidang
ajaran Islam, maka ilmu tersebut harus politik dan budaya masyarakat Islam saat itu
diterima secara bijak. Oleh karena itu, perlu cenderung melihat ke atas, melihat
dipahami bahwa tidak selamanya ilmu Barat gemerlapnya kejayaan abad pertengahan,
itu secara lahiriah bertentangan dengan ilmu sehingga lupa kenyataan yang tengah terjadi
Islam. di lapangan. Maka para sarjana Barat
Karena terlanjur ada pendikotomian menyatakan, rasa kebanggaan dan
ilmu yang dilakukan oleh sebagian pakar keunggulan budaya masa lampau telah
pendidikan, maka pada gilirannya pula membuat para sarjana Muslim tidak
melahirkan istilah lain yang disebut dengan menanggapi tantangan-tantangan yang
“dualisme pendidikan”, yakni pendidikan dilemparkan oleh sarjana Barat. Padahal bila
agama dan pendidikan umum. tantangan tersebut ditangani secara positif
Istilah dualisme diartikan sebagai dua dan lebih arif, dunia Muslim dapat
paham atau pemahaman yang berkembang mengasimilasikan ilmu pengetahuan baru itu,
dan dianut dalam suatu komunitas. kemudian memberi arah baru.9
Pemahaman itu mungkin tampak sejalan dan Penjajahan Barat atas Dunia Islam
mungkin kontradiksi. Jika kemungkinan yang Penjajahan Barat terhadap dunia
terakhir disebut (kontradiksi) yang timbul Muslim telah dicatat para sejarawan
lalu ditarik benang merah, maka ia semakna berlangsung sejak abad VIII hingga abad
dengan dikotomi secara lahiriah. XIX M. Pada saat itu dunia Muslim benar-
Kembali kepada istilah dualisme, benar tidak berdaya di bawah kekuasaan
secara semantik term ini berarti dua macam imperialisme Barat. Dalam kondisi seperti
pengetahuan, atau dua macam pandangan, itu, tentu tidaklah mudah dunia Muslim
yaitu 1) Pengetahuan (ilmu) yang rasional menolak upaya-upaya yang dilakukan Barat,
pemerolehannya (epistemologi-nya) melalui terutama injeksi budaya dan peradaban
akal. 2) Pengetahuan (ilmu) non rasional modern Barat. Karenanya pendidikan budaya
pemerolehannya melalui wahyu. Barat mendominasi budaya tradisional
Kaitannya dengan pendidikan, ilmu setempat yang dibangun sejak lama, bahkan
rasional itu disebut ilmu umum yang dapat dikatakan, pendidikan ilmu-ilmu Barat
kemudian melahirkan sekolah umum. Ilmu telah mendominasi kurikulum pendidikan di
non rasional disebut ilmu agama yang sekolah-sekolah pada dunia Muslim.
Dengan demikian, integrasi ilmu
pengetahuan tidak diupayakan apalagi
8Ishāq Ahmad Farhān, al-Tarbiyah al-Islāmiyah
bayn al-Asālah wa al-Ma’āsirah, (Cet. II; t.tp: Dār al-Furqān, 9Abdul Hamid Abu Sulaiman, Krisis Pemikiran,
1983), h. 30. (Jakarta: Media Da’wah, 1994), h. 50.

ISTIQRA’ Volume I Nomor 2 Maret 2014 279


Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

dipertahankan. Ini sebagai dampak Dampak Dualisme Sistem Pendidikan


mengalirnya gaya pemikiran sarjana Barat Ketergantungan bangsa Muslim
yang memang berusaha memisahkan antara dalam bidang pendidikan, disadari sebagai
urusan ilmu dengan urusan agama. Bagi faktor terpenting dalam membina umat,
mereka, kajian keilmuan harus dipisahkan hampir tidak dapat dihindarkan dari
dari kajian keagamaan. Sehingga di dunia pengaruh Barat. Ujungnya, krisis identitas
Muslim juga berkembang hal yang sama, pun tidak dapat dihindarkan melanda umat
yakni kajian ilmu dan teknologi harus Islam. Menurut istilah AM. Saefuddin,
terpisah dari kajian agama. Pendekatan ketidakberdayaan umat Islam membuatnya
keilmuan seperti ini, tepatnya menjelang bersifat taqiyyah.15 Artinya, kaum Muslimin
akhir abad XIX M mulai mempengaruhi lebih menyembunyikan identitas islamnya,
cabang ilmu lain terutama ilmu yang karena rasa takut dan malu. Ternyata sikap
menyangkut masyarakat, seperti ilmu seperti itu yang banyak melanda umat Islam
sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi dan di segala tingkatan dimanapun berada, baik
politik.10 di infrastruktur, maupun suprastruktur.
Modernisasi atas Dunia Muslim Melemahnya orientasi sosial umat
Faktor lain yang dianggap telah Islam ini secara tidak sadar telah memilah-
menyebabkan munculnya dikotomi sistem milah pengertian Islam yang kaffah ke dalam
pendidikan di dunia Muslim adalah pengertian parsial dalam hakikat hidup
modernisasi. Yang harus disadari, bermasyarakat. Islam hanya dipandang dari
modernisasi itu muncul sebagai suatu arti ritual saja. Sementara urusan lain banyak
perpaduan antara dua ideologi Barat, didominasi dan dikendalikan oleh konsep-
teknikisme dan nasionalisme.11 Teknikisme konsep Barat. Akibatnya, umat Islam lebih
muncul sebagai reaksi terhadap dogma, kenal budaya Barat ketimbang budaya
sedangkan nasionalisme ditemukan di Eropa sendiri/Islam.
dan diinjeksikan secara paksa kepada rakyat Dampak umum yang dirasakan di
Muslim. Perpaduan kedua paham atas, berikut akan dipaparkan dampak
modernisme inilah, menurut Zianuddin,12 negatif lain sebagai akibat munculnya
yang sangat membahayakan dibandingkan pendidikan tersebut.
dengan tradisionalisme yang sempit. Munculnya ambivalensi orientasi
Selain itu, penyebab dikotomi sistem pendidikan Islam
pendidikan adalah diterimanya budaya Barat Salah satu dampak negatif adanya
secara total bersama adopsi ilmu dikotomi sistem pendidikan, terutama di
pengetahuan dan teknologinya.13 Indonesia adalah munculnya ambivalensi
Sementara itu, Amrullah Ahmad14 orientasi pendidikan Islam.16 Sementara ini,
menilai bahwa penyebab utama terjadinya dengan pendidikan pesantren, masih
dikotomi adalah peradaban umat Islam yang dirasakan adanya kekurangan dalam program
tidak dapat menyajikan Islam secara kaffah. yang diterapkan. Misalnya dalam bidang
Sebagai akibat dari dikotomi itu, lahirnya mu’amalah (ibadah dalam arti luas) yang
pendidikan umat Islam yang sekularistik, mencakup penguasaan berbagai disiplin ilmu
rasionalistik, dan materialistik. dan keterampilan, terdapat anggapan, bahwa
seolah semua itu bukan merupakan bidang
10Syed Ali Ashaf, New Hoizons in Muslim
garapan Islam, melainkan bidang garapan
Education, Terj. Soni Siregar dengan judul Baru Dunia Islam,
khusus sistem pendidikan sekuler.
Jakarta: Logos: Pustaka Firdaus, 1991, h. 33. Sistem madrasah apalagi sekolah dan
11Zianuddin Sardar, Rekayasa Masa Depan perguruan tinggi Islam, telah membagi forsi
Peradaban Muslim, Bandung: Mizan, 1986, h. 75. materi pendidikan Islam dan materi
12Ibid.
13Ibid., h. 77.
pendidikan umum dalam presentase tertentu.
14Amrullah Ahmad (ed), Kerangka Dasar Masalah

Paradigma Pendidikan Islam, dalam Muslih Musa, Pendidikan 15A. Saifuddin, Desekularisasi Pemikiran, Bandung:
Islam di Indonesia; Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Mizan, 1991, h. 97.
Wacana, 1991, h. 52. 16Ibid., h. 103.

280
Volume I Nomor 2 Maret 2014 ISTIQRA’
Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Hal itu tentu menunjukkan bahwa dualistik, yaitu (1) Arti agama telah
pendidikan Islam tidak lagi berorientasi dipersempit yaitu sejauh yang berkaitan
sepenuhnya pada tujuan pendidikan Islam. dengan aspek teologi Islam seperti yang
Namun ironisnya, juga tidak mampu diajarkan di sekolah-sekolah agama selama
mencapai tujuan pendidikan Barat. Pada ini; (2) Sekolah-sekolah agama dan
akhirnya, pendidikan Islam di sekolah dan perguruan tinggi agama Islam rata-rata ber
perguruan tinggi (terutama umum) diketahui I.Q rendah dan dari kelompok residual.
sebagai materi pelengkap yang menempel Pengaruh-pengaruh negatif yang
sebagai pencapaian orientasi pendidikan diakibatkan oleh sistem dualisme pendidikan
sekuler. tersebut sangat merugikan dunia pendidikan
Kesenjangan antara Sistem Pendidikan Islam. Kecenderungan untuk terpukau pada
Islam dan Ajaran Islam sistem pendidikan Barat, sebagai tolok ukur
Pandangan dikotomis yang kemajuan pendidikan nasional, diakui tidak
memisahkan antara ilmu-ilmu agama dan mempengaruhi sistem pendidikan Islam,
ilmu-ilmu umum bertentangan dengan sehingga sistem pendidikan Islam menjadi
konsep ajaran Islam yang memiliki ajaran terpecah dalam tiga bentuk, yakni sistem
integralistik. Islam mengajarkan bahwa pesantren, madrasah, dan sistem perguruan
urusan dunia tidak terpisah dengan urusan tinggi Islam.19 Masing-masing dari ketiga
akhirat. system tersebut memiliki orientasi yang tidak
Implikasinya, bila merujuk pada terpadu. Sistem pesantren berorientasi pada
ajaran Islam ilmu-ilmu umum seharusnya tujuan institusionalnya, antara lain
difahami sebagai bagian tak terpisahkan dari terciptanya ahli ilmu agama. Sistem
ilmu-ilmu agama. Oleh karenanya, bila madrasah bergeser orientasi ke penguasaan
paham dikotomi dan ambivalen ilmu umum sebagai tujuan sekunder.
dipertahankan, output pendidikannya itu Akhirnya berkembang menjadi sekolah Islam
tentu jauh dari cita-cita pendidikan Islam itu atau sekolah tinggi Islam, yang tujuan
sendiri. institusional primernya adalah penguasaan
Disintegrasi Sistem Pendidikan Islam ilmu-ilmu umum, sedangkan ilmu-ilmu
Hingga saat ini, boleh dikatakan, agama menjadi tujuan sekunder.
bahwa dalam sistem pendidikan kurang Disadari atau tidak, persoalan
terjadinya perpaduan (usaha integralisasi). dualisme sistem pendidikan Islam masih
Kenyataan ini diperburuk oleh aktual dibicarakan. Hal itu dapat dilihat,
ketidakpastian hubungan antara pendidikan pada kalangan pakar pendidikan Islam.
umum dan pendidikan agama. Bahkan hal itu Persoalan tersebut sering menjadi bahan
ditunjang juga oleh kesenjangan antara diskusi cukup serius. Mengapa, karena
wawasan guru agama dan kebutuhan anak dualisme sistem pendidikan yang seharusnya
didik, terutama di sekolah umum.17 Dualisme tidak boleh ada, malah seolah telah menjadi
dan dikotomi pendidikan dari sistem trend pendidikan bagi masyarakat.
pendidikan warisan zaman kolonial yang Ditolaknya sistem pendidikan
membedakan antara pendidikan umum di dualisme, tidak lain karena sejarah telah
satu pihak dan pendidikan agama di pihak membuktikan sistem pendidikan Barat
lain, adalah penyebab utama dari kerancuan seringkali merusak Islam. Setidaknya sistem
dan kesenjangan pendidikan khususnya di pendidikan Barat menjadi penghalang dalam
Indonesia dengan segala akibat yang melandingkan Islam secara kaffah dalam
ditimbulkannya. kehidupan umat Islam.20
Senada dengan pernyataan di atas, Para sarjana Muslim harus bersatu
menurut Marwan Saridjo bahwa,18 akibat dan menciptakan ajaran-ajaran mereka sendiri
dampak negatif dari sistem pendidikan guna mengembangkan ilmu pengetahuan

17AM. Saefuddin, op. cit., h. 105. 19Tobrani dan Syamsul Arifin, Islam Pluralisme
18Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Buaya dan Politik, Yogyakarta: SI Press, 1994, h. 167.
Agama Islam, (Cet.I; Jakarta: Amisco, 1996), h. 21. 20Ibid.

ISTIQRA’ Volume I Nomor 2 Maret 2014 281


Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

alam, sosial dan ilmu kemanusiaan lainnya. kebutuhan masyarakat Muslim secara
Selain itu, para pemikir Muslim harus berani multidemensional masa depan. Hal penting
menantang ilmuan Barat karena pikiran- lainnya adalah pemaknaan pendidikan,
pikiran mereka dipenuhi hipotesis mencari ilmu sebagai pengalaman belajar
materialistik, yang menolak berlakunya sepanjang hidup.
kehendak Allah di alam ini.21 Harapan Menurut Syed Ali Asyraf,23 terdapat
terhadap umat Islam agar dapat kembali dua sistem pendidikan yang ada di negara-
menemukan sistem pendidikan Islam dalam negara Muslim itu dapat dilebur dalam satu
bentuk utuhnya. sistem. Namun ada syarat utama yakni
Sementara itu, Zianuddin Sardar 22 fondasi filosofis harus Islam. Bersamaan
memberikan solusi untuk menghilangkan dengan itu, kandungan materi (subyek
dikotomi itu dengan cara meletakkan kurikulum) religius harus tetap ada untuk
epistemologinya dan teori sistem pendidikan spesialisasi. Setiap pelajar harus mempunyai
yang bersifat mendasar. Menurutnya, untuk semua pengetahuan dasar yang diperlukan
menghilangkan sistem pendidikan dikotomi sebagai seorang Muslim, dan agar memenuhi
di dunia Islam perlu dilakukan usaha-usaha tuntunan sebagai sistem pendidikan modern,
sebagai berikut : semua pengetahuan yang termuat di
1. Dari segi epistemologi, umat Islam harus dalamnya harus diatur dan disusun atas
berani mengembangkan kerangka prinsip kesinambungan, berurut dan
pengetahuan masa kini yang teraktualisasi integrasi.
sepenuhnya. Ini berarti kerangka Walaupun gagasan para ahli
pengetahuan yang dirancang harus aplikatif. pendidikan Muslim telah banyak dilontarkan,
Kerangka pengetahuan dimaksud setidaknya tetapi disadari benar bahwa masalah
dapat menggambarkan metode-metode dan dualisme sistem pendidikan tidak mudah
pendekatan yang tepat dan nantinya dapat diselesaikan. Oleh karenanya, sikap
membantu para pakar Muslim dalam optimisme dan berani menjadi modal
mengatasi masalah-masalah moral dan etika penting. Modal tersebut lambat laun
yang sangat dominan di masa sekarang. membuat usaha-usaha para pakar dan
2. Perlu ada suatu kerangka teoritis ilmu dan sambutan positif masyarakat Islam akan
teknologi yang menggambarkan beberapa menjadi kenyataan.
gaya dan metode aktivitas ilmiah serta PENUTUP
teknologi yang sesuai tinjauan dunia yang Dikotomi ilmu adalah adanya
mencerminkan nilai dan norma budaya pemisahan antara disiplin ilmu agama dan
Muslim. disiplin ilmu umum, sehingga pada
3. Perlu diciptakan teori-teori pendidikan gilirannya melahirkan istilah baru yang
yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem disebut dualisme pendidikan, yakni
tradisional dan sistem modern. Sistem pendidikan agama dan pendidikan umum.
pendidikan integralistik itu secara sentral Dualisme sistem pendidikan muncul
harus mengacu pada konsep ajaran Islam, disebabkan stagnasi pemikiran umat Islam
seperti tazkiah al-nafsu, tauhid dan pada abad XVI hingga abad XVII M. Selain
sebagainya. Selain itu sistem tersebut juga itu, penjajahan Barat atas dunia Islam dan
harus mampu memenuhi kebutuhan- masuknya modernisasi di dunia Islam tanpa
reserve, terutama dari kalangan modernis yang
21Ada perbedaan pokok antara pakar Muslilm cenderung mengembangkan ide-ide Barat di
dan pakar Barat dalam memandang hukum alam. Menurut dunia Islam.
Barat, hukum alam adalah hukum sebab akibat yang pasti Dampak negatif dari dualisme sistem
terjadi tanpa campur tangan Tuhan. Sementara menurut pendidikan Islam adalah terjadinya
Islam, hukum alam itu ada karena kehendak Tuhan. Jadi ambivalensi orientasi pendidikan Islam,
sekalipun hukum alam itu berisi sebab akibat, namun
hukum sebab akibat itu tidak berlaku bila Tuhan tidak
kesenjangan antara sistem pendidikan Islam
menghendakinya. Ismail SM. dkk., Paradigma Pendidikan dan ajaran Islam, serta sekolah-sekolah
Islam (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001), h. 91.
22Zianuddin Sardar, op. cit., h. 280-281. 23Ali Asyraf, op. cit., h. 43.

282
Volume I Nomor 2 Maret 2014 ISTIQRA’
Abdul Wahid, Dikotomi Ilmu Pengetahuan

agama telah terkotak dalam kubu tersendiri


dan menjadi ekslusif. Salah satu solusi untuk
mengatasi soal dualisme sistem pendidikan
Islam, adalah perlu dirumuskannya sistem
pendidikan terpadu, perlu diciptakan dan
dikembangkan epistemologi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Sulaiman, Abdul Hamid. Krisis Pemikiran.
Jakarta: Media Da’wah, 1994.
Ahmad, Amrullah (ed). Kerangka Dasar Masalah
Paradigma Pendidikan Islam. dalam
Muslih Musa, Pendidikan Islam di
Indonesia; antara cita dan Fakta.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
Al-Qur’ān al-Karīm
Ashaf, Syed Ali. New Hoizons in Muslim Education.
diterjemahkan oleh Soni Siregar
dengan judul Baru Dunia Islam. Jakarta:
Logos: Pustaka Firdaus, 1991.
Bucaille, Maurice. La Bible Le Qoran Et La
Science, Terj. H.M. Rasyidi dengan
judul Bibel, Qur’an dan Sains Modern.
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III.
Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Farhān, Ishāq Ahmad. al-Tarbiyah al-Islāmiyah
bayn al-Asālah wa al-Ma’āsirah. Cet. II;
t.tp: Dār al-Furqān, 1983.
Ismail SM. dkk. Paradigma Pendidikan Islam.
Semarang: Pustaka Pelajar, 2001.
Madjid, Nurchalish. Islam Doktrin dan Peradaban.
Cet. I; Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina, 2000.
Muhaiman, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam.
Bandung: Trigenda, 1993.
Poeradisastra. Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan
Peradaban Modern. Jakarta: P3M, 1986.
Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama
Islam. Cet.I; Jakarta: Amisco, 1996.
Tobrani dan Syamsul Arifin. Islam Pluralisme
Budaya dan Politik. Yogyakarta: SI
Press, 1994.
Zianuddin Sardar. Rekayasa Masa Depan
Peradaban Muslim. Bandung: Mizan,
1986.

ISTIQRA’ Volume I Nomor 2 Maret 2014 283

Anda mungkin juga menyukai