(V. B. Indonesia)
Tokoh:
Dikisahkan seorang anak bernama Cuap yang hidup bersama kakeknya di sebuah desa
bernama Desa MajuMundur, Kabupaten Syantik. Kakeknya tersebut adalah orang sudah agak
tuli. Nama kakek tersebut adalah Simbah Dulloh. Umurnya sekitar 120 tahun. Simbah Dulloh
adalah kakek yang sangat trendi karena terus mengikuti perkembangan jaman. Bahkan setiap
malam minggu simbah sering ikut dugem bersama kakek-kakek trendi lainnya di DGC, DGC
tersebut tetapi merupakan singkatan dari Dugem Goyang Celamanya. Kakek Simbah
membesarkan Cuap sendiri dari sejak Cuap kecil. Simbah masih hidup sampai sekarang karena
dia mempunyai ramuan rahasia yaitu susu cap tante. Di rumah kakek simbah juga ada
pembantu yang membantu kegiatan simbah seperti mencuci sapi, kerbau, buaya, dan singa.
\\\\\\
Keesokan harinya Simbah datang ke tempat yang telah ditentukan bersama dengan 2 orang
polisi. 2 orang tersebut merupakan polisi yang sangat disegani di desa SukaMajuMundur.
Polisi I : Kakek masuk dulu, kami akan mengawasi dari sini.
Polisi II : Ya. Kami akan mengintai dari sini. Jadi kakek nggak perlu khawatir.
Kakek Simbah : Iya…iya…( Masuk ke dalam rumah kosong itu).
(Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa cucu dari simbah yang diculiknya)
Penculik : Anda Simbah Dulloh? kakek dari Cuap?
Simbah : Iya benar, saya Simbah Dulloh. (Bersalaman)
Loh, kamu Tono kan ?
Penculik : iya saya Ani, kok anda tahu ?
Simbah : Kamu lupa ya sama aku ? ini lho, aku Dulloh, nama lengkapku Dulloh, Dugem
Gitu Loh.
Penculik : Ohh, Dulloh mantanku waktu SMA yah??
Kakek Simbah : Iya ni bener, apa kabar ?
Penculik : Baik-baik saja, kamu ?
Kakek Simbah : Aku juga baik-baik saja. Bagaimana bisnismu sekarang ? Kamu sekarang
kerja jadi penculik ?
Penculik : Wah, iya Dull, maklum, dulu waktu daftar jadi Brand Ambassador RuangGuru
tapi nggak diterima, akhirnya aku nyerah dan jadi penculik. Kebetulan korbannya cucumu.
Kakek Simbah : Iya, gimana ? cucuku nggak nakal kan kalau sedang diculik ?
Penculik : Iya Dull, dia memang anak yang nggak nakal. Dia juga mau makan apa saja.
Kakek Simbah : Iya, itu yang membuat aku betah mengurusnya.
Penculik : Lha emang orangtuanya kemana ?
Kakek Simbah : Orangtuanya telah meninggal. Ibunya dimakan singa dan ayahnya tergigit
ayam
Penculik : Emang kamu juga memelihara ayam ?
Kakek Simbah : Iya, bahkan sekarang ayam tersebut baru nikah sama ayam tetangga yang
bernama Shelly. Nama panjangnya Shellymut Tetangga. Kemaren aku juga baru selesai
mengurus pernikahan mereka di KUA
Penculik : Apa itu KUA
Kakek Simbah : Kantor Urusan Ayam
Penculik : wah, selamat ya.
Kakek Simbah : terima kasih.
Penculik : Oh iya lupa saya lagi nyulik, balikannya nanti saja ya ?. Oke. Anda membawa
uang tebusannya?
Kakek Simbah : Ya, saya membawanya. Kembalikan cucu saya!
Penculik : Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru anaknya saya kembalikan.
Kakek Simbah : Nih! (Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada penculik)
Penculik : Ini isinya duit?!
Kakek Simbah : Ya iyalah…dah tau nanya!
Penculik : Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit receh lagi!
(Sambil menggoyang – goyangkan kantong itu).
Kakek Simbah : Eh! Emang beli koper nggak pake’ duit apa?! Lagian kan yang penting
isinya duit!
Penculik : Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Membuka kantong itu)
Hmm…niat banget nih kakek-kakek ngasih gue duit.
Kakek Simbah : Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya….
Penculik : Nih! Cucu kamu saya kembalikan! (Sambil mendorong Cuap ke arah Simbah).
Cuap : Kakek! (Sambil mendekati simbah).
Kakek Simbah : Ya ampun Cuap! Simbah khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini
dibuka dulu ya. (Sambil membuka tutup yang menutupi kepala Cuap) Ha…! Lho kok…cucu saya
jadi jelek kayak gini sih, ini bukan cucu saya! Cucu saya cucu bendera (nyanyi)
Penculik : Lho?! Jadi ini bukan cucu kakek?
Kakek Simbah : Ya…kayaknya sih dia emang cucu saya, tapi dulu dia itu cantik. Nggak
kayak gini! Ya udah deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! Anggap saja ini tanda persahabatan
kita waktu kecil (Sambil mendorong Cuap ke arah penculik).
Penculik : Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang –kenangan dari saya untuk kakek
dan uang ini sebagai kenang – kenangan dari kakek untuk saya. (Sambil mendorong Cuap ke
arah Simbah)
(Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu)
Polisi I : Angkat kaki! (Sambil menodongkan pisang).
Polisi II : Eh! Itu pisang…(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).
Polisi I : Oh iya, maaf! (Menodongkan Bedil Arab)
Polisi II : EH!!!
Polisi I : EH MAAP.
Polisi II : Angkat tangan!
Penculik : Tadi katanya kaki, sekarang tangan !
Polisi I : Kalian berdua ditangkap!
Kakek Simbah : Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik anak saya itu dia!
(Sambil menunjuk si penculik) Saya ini kan kakeknya! (Sambil menunjuk Cuan)
Polisi II : Dia ditangkap karena menculik anak ibu dan kakek ditangkap karena menolak
cucu kakek sendiri.
Kakek Simbah : Apa?! Tapi kan…
Polisi I : Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor Polisi!
Akhirnya polisi membawa kakek Simbah dan si penculik ke Kantor Polisi. Sementara itu,
Cuap dipulangkan ke rumahnya.