OLEH
MUNAWARAH
20089142201
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana
organ-organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian
dimana udara mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx,
trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan
pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
a. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara
paraanalis yang masuk kedalam rongga hidung dan juga
lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata
kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung.
2) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari
dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan
esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka
letaknya di belakang hidung (naso farynx), dibelakang
mulut(oro larynx), dan dibelakang farinx (farinx
laryngeal)
b. Saluran pernafasan bagian bawah terdiri dari:
1) Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah
pharnyx yang memisahkan dari kolumna vertebra,
berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
2) Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini
bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebralis torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan
dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek,
lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut
lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis
yang penting.Tabung endotrachea terletak sedemikian
rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah
masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau udara
salah jalan, maka tidak dapat masuk kedalam paru-paru
akan kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang
hampir vertical maka lebih mudah memasukkan kateter
untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda
asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam
percabangan bronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang
utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi
menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen
bronchus. Percabangan ini terusmenerus sampai cabang
terkecil yang dinamakan bronchioles terminalis yang
merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih
bergaris tengah 1 mm. bronchiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara
dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar
udara karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Diluar
bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus
terdiri bronchiolus respiratorius, yang kadang- kadang
memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang bersal
dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya
dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru-paru.
4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang
terletak dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru
saling terpisah oleh mediastinum central yang
mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah
besar. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru)
dan dasar.Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus,
saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada
bagian hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih
daripada kiri,paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan
paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus tersebut
dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10
segmen sedangkan paru dibagi 10 segmen.Paru kanan
mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior
kiri. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus
inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior.Tiap-tiap
segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini
bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini disebut
duktus alveolus.Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru
dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang
bernama selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua : 1.)
pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru. 2.) pleura parietal
yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum
pleura ini vakum (hampa udara)sehingga paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding
sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga
mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit, pleura
mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke
dalam rongga pleura, menyebabkan paru tertekan atau
kolaps.
2. Fisiologi
a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida pada pernafasan melalui paru/pernafasan
eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut, pada
waktu bernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa
bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris. Didalam paru, karbondioksida
salah satu buangan metabolisme menembus membrane
kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan
mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner
pernafasan eksterna:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar
udara dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen
masuk keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh
tubuh masuk paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga
jumlahnya yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler,
karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
b. Pernafasan jaringan (pernafasan interna)
Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai
kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan
oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya
hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara
dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan
pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara (atmosfer)
yang dihirup:
Oksigen : 20%
Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban
atmosfer. Udara yang dihembuskan:
Nitrogen : 79%
Oksigen : 16%
Karbondioksida : 4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan
mempunyai suhunyang sama dengan badan (20 persen panas
badan hilang untuk pemanasan uadra yang dikeluarkan).
c. Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml - 5000 ml (4,5
– 5 liter). Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya 10% kurang lebih 500 ml disebut juga udara pasang
surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan
pada pernafasan biasa. Pada seorang laki- laki normal (4-5
liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas (h)
berkurang pada penyakit paru-paru) dan pada kelemahan otot
pernafasan.
d. Kecepatan pernafasan
Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul
inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya
terbalik, inspirasi- istirahat –ekspirasi, disebut juga
pernafasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
Bayi prematur : 40 – 90x/menit
Neonatus : 30 – 80 x/menit
1 Tahun : 20- 40x/ menit
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma
meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu
vertical. Kenaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan
oleh kontaksi otot interkostalis, meluaskan romgga dada
kedua sisi dari belakang ke depan. Paru yang bersifat elastis
mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan
udara ditarik masuk kedalam saluran udara, otot interkostalis
eksterna diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan
karena paru kempes kembali, disebakan sifat elastis paru itu
gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot
leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke
atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa
bergerak.
e. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen
dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama
kurang lebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada
otak yang tidak dapat perbaiki dan biasanya pasien
meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya seorang
anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastic
menjadi lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang,
maka pasien menjadi kacau pikirannya, ia menderita anoxia
serebralis. Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam
ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, oksigen
yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi
oksigen untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang
normal, maka akan meninggal karena anoxemia. Istilah lain
adalah hypoxemia atau hipoksia. Bila oksigen didalam darah
tidak mencukupi maka warna merahnya hilang dan berubah
menjadi kebiru- biruan, bibir, telingga, lengan dan kaki pasien
menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu disebut sianosis
(Evelyn C.Pearce, 2008).
C. Etiologi/ Predisposisi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh
staphyloccus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena
perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit
kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organism bermultiplikasi dan, jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu: (NANDA, 2015)
1. Bacteria: diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, streptococcus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
2. Virus: respiratory syncytial virus, adeno virus, v.sitomegalitik, v.
Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur: histoplasma capsuatum, cryptoccus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccicodies immitis, aspergilus
species, candida albicans.
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
E. Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan intalasi mikroba ke dalam
tubuh manusia melalui udara aspirasi, hematogen dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membrane paru-paru
meradang dan berlobang dari reaksi inflamasi akan muncul panas,
anoreksia, mual, muntah, serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkuspasme yang menimbul manifestasi klinis yang
akan membuat daerah paru menjadi padat (kosolidasi). Konsolidasi
paru nyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan
penurunan rasio ventilasi. Kedua hal ini dapat menyebabkan
kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
(Setiadi, 2017)
WOC
Normal (system
Organisme
pertahanan) terganggu
Trombus
Kuman pathogen
mencapai bronkioli Eksudat masuk
terminalis merusak sel ke alveoli
epitel bersilia, sel goblet Toksin, coagulase
Alveoli
Permukaan lapisan
Cairan edema +
pleura tertutup tebal
leukositke alveoli
Sel darah merah, eksudat thrombus vena
leukosit, pneumokokus pulmonalis
mengisi alveoli
Konsolidasi paru
Nekrosis hemoragik
Leukosit + fibrin
Kapasitas vital, mengalami konsolidasi
compliance menurun,
hemoragik
Leukositosis
Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Ketidakefektifan Pola
Napas
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NANDA (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia yaitu:
1. Sinar x: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial dapat juga menyatakan abses).
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosa
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan.
6. Spirometrick static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
I. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu napas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1. Oksigen 1-2L/menit
2. IVFD dekstrose 10% NaCl o,9% = 3:1 + KCl 10 mEq/ 500 ml
cairan, jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
3. Jika sesak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
BAB II
Pengkajian 6B
1. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
Yang perlu diperhatikan dalam breating yaitu :
a. Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.
b. Bunyi napas: Bunyi napas normal; Vesikuler, broncho vesikuler.
c. Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.
d. Rales (merupakan tanda awal adanya CHF. emphysema) merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh aliran udara yang melalui sekresi di dalam
trakeobronkial dan alveoli.
e. Ronchi (dapat terjadi akibat penurunan diameter saluran napas dan
peningkatan usaha napas)
f. Bentuk dada : Perubahan diameter anterior – posterior (AP) menunjukan
adanya COPD
g. Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan kesimetrisannya.
h. Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi pada
paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, atau
penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi yang kurang tepat.
i. Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-otot
interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi paradoks
(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-
otot interkostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
j. Sputum. Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah dan
konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis kronik dan
astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau) biasa terjadi pada
pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut; sputum yang mengandung darah
dapat menunjukan adanya edema paru, TBC, dan kanker paru.
k. Selang oksigen. Endotrakeal tube, Nasopharingeal tube, diperhatikan
panjangnya tube yang berada di luar.
l. Parameter pada ventilator. Volume Tidal Normal : 10 – 15 cc/kg BB.
Perubahan pada uduma fidal menunjukan adanya perubahan status
ventilasi penurunan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
penurunan ventilasi alveolar, yang akan meningkat PCO2. Sedangkan
peningkatan volume tidal secara mendadak menunjukan adanya
peningkatan ventilasi alveolar yang akan menurunkan PCO2.
(4) : spontan
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Refleks pupil
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas
1) Identitas klien.
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis, dan status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab klien.
Identitas penanggung jawab klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, status pernikahan, dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Alasan utama masuk rumah sakit.
Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien
sudah merasakan sakit yang dialami.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu
keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nyawa
pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang.
Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah
sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh nyeri saat BAK
atau susah untuk BAK.
4) Riwayat kesehatan dahulu.
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya
adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
dan lain-lain.
5) Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
6) Riwayat alergi.
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan
tertentu atau tidak.
c. Genogram
Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar
mengetahui informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga
pasien.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan management
Pola ini menjelaskan bagaimana klien mengatasi penyakitnya, cara klien
memandang penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pola ini menjelaskan bagaimana makan dan minum klien, meliputi
frekuensi, jenis makanan dan minuman klien serta gangguan yang terjadi
pada pemenuhan nutrisi klien seperti mual dan muntah. Pada penderita
sinusitis biasanya nafsu makan berkurang karena terjadi gangguan pada
hidung.
3) Pola eliminasi
Pola ini menjelaskan bagaimanan pola eliminasi klien, intensitas,
konsentrasi, warna dan bau dari BAK dan BAB pasien. Khususnya pada
pasien yang mengalami batu ureter akan lebih banyak mengalami
gangguan pada saluran perkemihannya.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pola ini menjelaskan tentang sejauh mana kemandirian klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
5) Pola kognitif dan perceptual
Pola ini menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif pasien. Pola
persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,
perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan
kognitif meliputi daya ingat pasien, orientasi terhadap waktu, tempat, dan
nama orang. Biasanya pada penderita.
6) Pola istirahat dan tidur
Pola ini menjelaskan tentang pola istirahat dan tidur pasien, jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk.
7) Pola konsep diri dan persepsi
Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tentang
kemampuan meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide
diri sendiri.
8) Pola peran dan hubungan
Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal klien.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien.
10) Pola koping dan toleransi
Pola ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menangani stress dan
bagaimana cara klien menghadapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
11) Pola nilai dan keyakinan
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.
Biasanya pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan pada
ibadahnya karena tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau tidak
berfungsi hanya saja penderita mengalami kelemahan dan keletihan.
4. Monitor pernafasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu nafas, dan retraksi pada
otot supraclavikula dan intercostal
c. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
dan mengi
d. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu,
takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot, dan
pola ataxic)
e. Auskulatasi suara nafas, catat area dimana
dimana terjadi penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
f. Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
g. Berikan bantuan nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer).
3. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Manajemen cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, … x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan a. Timbang BB setiap hari dan monitor status
interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pasien cukup. pasien
pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa Kriteria hasil : b. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
perubahan kadar natrium. 1. Keseimbangan cairan output (pasien)
Batasan karakteristik : a. Tekanan darah (5) tidak terganggu c. Masukkan kateter urin
1. Haus b. Denyut nadi radial (5) tidak d. Monitor status hidrasi (misalnya, membrane
2. Kelemahan terganggu mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan TD
3. Kulit kering c. Keseimbangan intake dan output ortostatik)
4. Membran mukosa kering dalam 24 jam (5) tidak terganggu e. Monitor hasil laboratorium yang relefan
5. Peningkatan frekuensi nadi d. Berat badan stabil (5) tidak terganggu dengan retensi cairan (misalnya, peningkatan
6. Peningkatan hematokrit e. Turgor kulit (5) tidak terganggu berat jenis, peningkatan BUN, penurunan
7. Peningkatan konsentrasi urin f. Kelembaban membrane mukosa (5) hematocrit, dan peningkatan kadar osmolalitas
8. Peningkatan suhu tubuh tidak terganggu. urin)
9. Penurunan BB tiba-tiba f. Monitor status hemodinamik, termasuk CVP,
10. Penurunan haluran urin 2. Hidrasi MAP, PAP, dan PCWP, jika ada
11. Penurunan pengisian vena a. Turgor kulit (5) tidak terganggu. g. Monitor tanda-tanda vital pasien
12. Penurunan tekanan darah b. membran mukosa lembab (5) tidak h. Monitor indikasi kelebihan cairan atau retensi
13. Penurunan turgor kulit terganggu. (misalnya, crackles, elevasi CPV atau tekanan
14. Penurunan turgor lidah c. Intake cairan (5) tidak terganggu. kapiler paru yang terganjal, edema, distensi
15. Penurunan volume nadi d. Output urin (5) tidak terganggu. vena leher, dan ascites)
16. Perubahan status mental e. Perfusi jaringan(5) tidak terganggu. i. Monitor perubahan BB pasien sebelum dan
Faktor yang berhubungan : f. Haus (5) tidak ada. sesudah HD
1. Kegagalan mekanisme regulasi g. Nadi cepat dan lemah (5) tidak ada. j. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada
2. Kehilangan cairan aktif h. Kehilangan BB (5) tidak ada. k. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda
dan gejala kelebihan volume cairan menetap
atau memburuk.
2. Monitor cairan
a. Tentukan jumlah dan jenis intake asupan
cairan serta kebiasaan eliminasi
b. Tentukan factor resiko yang mungkin
menyebabkan ketidak seimbangan cairan (
musal : kehilangan albumin, luka bakar,
hipertermi, infeksi, paska oprasi, diare, dan
muntah)
c. Periksa turgor kulit dengan memegang jaringa
sekitar tulang
d. Monitor berat badan
e. Monitor asupan dan pengeluaran
f. Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
g. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan status
pernafasan
h. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan
respon haus
Cek grafik asupan dan pengeluaran secara
berkala untuk memastikan pemberian layanan
yang baik.
3. Manajemen hipovolemi
a. Timbang BB setiap hari dengan waktu yang
tetap/sama
b. Monitor pola pernafasan untuk mengetahui
adanya gejala edema fulmonar (misalnya,
cemas, sesak nafas, ortopnea, dysnea,
takipnea, batuk, produksi sputum kental dan
nafas pendek)
c. Monitor suara paru abnormal
d. Monitor suara jantung abnormal
e. Monitor distensi pena jugularis
f. Monitor adanya efek pengobatan yang
berlebihan (misalnya, dehidrasi, hipotensi,
takikardi, hypokalemia)
g. Berikan infus IV (misalnya, cairan, produk
darah) secara perlahan untuk mencegah
peningkatan preload yang cepat
h. Batasi intake cairan bebas pada pasien dengan
hyponatremia dilusi
i. Instruksikan pasien dan keluarga penggunaan
catatan asupan dan output, sesuai kebutuhan
j. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
interpensi yang direncanakan untuk
menangani hipervolemia
k. Batasi asupan natrium, sesuai indikasi.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Perawatan jantung rehabilitasi
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis ….x24jam diharapankan pasien dapat a. Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
atau fisiologis untuk mempertahankan atau melakukan aktivitas secara mandiri. b. Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai toleransi
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – Kriteria hasil : pasien
hari yang harus dilakukan. 1. Toleransi terhadap aktivitas c. Instruksikan kepada pasien dan keluarga
Batasan karakteristik : a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas mengenai modifikasi faktor resiko jantung
1. Dyspnea setelah beraktivitas (5) tidak terganggu. (misalnya kebiasaan merokok, diet dan
2. Keletihan b. Frekuensi nadi ketika berktivitas (5) olahraga) sebagaimana mestinya.
3. Ketidaknyamanan setelah tidak terganggu. d. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
beraktivitas c. Frekuensi pernafasan ketika pertimbangan khusus terkait aktivitas sehari-
4. Perubahan elekrokardiogram(EKG) beraktivitas (5) tidak terganggu. hari (misalnya pembatasan aktivitas dan
5. Respons frekuensi jantung abnormal d. Kemudahan bernafas ketika meluangkan waktu istirahat) jika memang
terhadap aktivitas beraktivitas (5) tidak terganggu. tepat.
6. Respons tekanan darah abnormal e. Hasil EKG (5) tidak terganggu.
terhadap aktivitas f. Kemudahan dalam melakukan 1. Manajemen energy
Factor yang berhubungan: aktivitas hidup harian (5) tidak a. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
1. Gaya hidup kurang gerak terganggu. kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
2. Imobilitas 2. Daya tahan perkembangan
3. Ketidakseimbangan antara suplai dan a. Melakukan aktivitas rutin (5) tidak b. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang
kebutuhan oksigen terganggu. dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
4. Tirah baring b. Aktivitas fisik (5) tidak terganggu. c. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
c. Daya tahan otot (5) tidak mengetahui sumber energy yang
terganggu. adekuatkonsultasikan dengan ahli gizi
d. Oksigen darah ketika beraktivitas mengenai cara meningkatkan asupan energy
(5) tidak terganggu. dari makanan
e. Kelelahan (5) tidak ada. d. Instruksikan pasien/SO untuk mrngrnali tanda
3. Energy Psikomotor dan gejala kelelahan yang memerlukan
a. Menunjukan efek yang sesuai pengurangan aktivitas
dengan situasi (5) secara konsisten e. Ajarkan pasien/SO untuk menghubungi tenaga
menunjukkan. kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak
b. Menunjukkan konsentrasi (5) berkurang.
secara konsisten menunjukkan. 2. Bantuan Perawatan Diri
c. Menjaga kebersihan dan tampilan a. Pertimbangkan usia pasien ketika
personal (5) secara konsisten meningkatkan aktivitas perawatan diri
menunjukkan. b. Monitor kemampuan perawatan diri secara
d. Menunjukkan nafsu makan yang mandiri
normal (5) secara konsisten c. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan
menunjukkan. memastikan (lingkungan) yang hangat, santai,
e. Menunjukkan tingkat energi yang tertutup, dan berdasarkan pengalaman individu
stabil (5) secara konsisten d. Berikan bantuan sampai pasien mampu
menunjukkan. melakukan perawatan diri sendiri
e. Bantu pasien menerima kebutuhan pasien
terkait dengan kondisi ketergantungannya
f. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
normal sehari-hari sampai batas kemampuan
g. Dorong kemampuan pasien, tapi bantu ketika
pasien tak mampu melakukannya
h. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri.
D. Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan napas.
Kriteria evaluasi:
1) Status pernapasan: kepatenan jalan napas.
i. Frekuensi pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran
normal.
j. Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal.
k. Kedalaman inspirasi (5) tidak ada deviasi dari kisaran
normal.
l. Kemampuan untuk mengeluarkan secret (5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
m. Suara nafas tambahan (5) tidak ada.
n. Pernafasan cuping hidung (5) tidak ada.
o. Penggunaan otot bantu nafas (5) tidak ada.
p. Batuk (5) tidak ada.
Evelyn C. Pearce. 2018. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia