Covid 19
Disusun untuk memenuhi tugas pada stase Keperawatan Medikal Anak
OLEH
MUNAWARAH
20089142201
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
21
A. Konsep COVID-19
1. Definisi
orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini
dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel
SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama
tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian
luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi
COVID-19 termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk
pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetic sangat
96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-
7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ yang
melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II paru-
“spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang (Letko et al,
2020).
d an δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah
penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap
sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan
Bisul atau furunkel adalah benjolan merah pada kulit yang berisi nanah
dan terasa nyeri. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri
hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“,
serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020).
enterik, hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta,
sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai saat ini, tujuh
HCoV baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal.
SARS- CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2.
dan manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli bisa secara
3. Karakteristik Epidemiologi
riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang
pemantauan.
2) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau ISPA
WOC
system pertahanan
Organisme
tubuh terganggu
Kuman pathogen
mencapai bronkioli Eksudat masuk
terminalis merusak sel ke alveoli
epitel bersilia, sel goblet Toksin, coagulase
Alveoli
Permukaan lapisan
Cairan edema + pleura tertutup tebal
leukositke alveoli eksudat thrombus vena
Sel darah merah,
pulmonalis
leukosit, pneumokokus
mengisi alveoli
Konsolidasi paru
Nekrosis hemoragik
Leukosit + fibrin
Kapasitas vital,
mengalami konsolidasi
compliance menurun,
hemoragik
Leukositosis
Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Ketidakefektifan Pola
Napas
4. Mekanisme Penularan
yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan
2020).
5. Karakteristik Klinis
saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan
umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk
pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi
setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat
sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan
hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa
manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar
pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan
malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea,
b. Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada
c. Pneumonia Parah
dalam bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada.
mengecualikan komplikasi.
6. Pencegahan
seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh
cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus
Corona.
d. Jangan berbagi barang pribadi
bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di
sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu
ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci
Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak
umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah
i. Menggunakan Masker
pernapasan.
A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
1) Identitas Klien
medis.
2) Keluhan Utama
napas.
mikroorganisme.
diam.
b) Palpasi
c) Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang
sakit.
d) Auslkutasi
mungkin bersih.
c) Pemeriksaan darah.
d) LED meningkat.
paru
e) Rontegen dada
h) Elektrolit
D. Intoleransi aktivitas
E. Ansietas
C. Intervensi Keperawatan
Tidak tersedia
Objektif:
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
IdentifikasiHasil
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Tujuan: Pemantauan respirasi (I.1014)
Objektif : Edukasi
- sianosis • Jelaskan tujuan dan prosedur
- gelisah pemantauan
- nafas cuping hidung • Informasikan hasil pemantauan
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis
relaksasi yg tersedia (nafas dalam
dan humming)
• Jelaskan secara rinci intervensi yg
dipilih
• Anjurkan mengambil posisi yg
nyaman
• Anjurkan rileks
• Anjurkan sering mengulangi teknik
Demontrasikan dan latih teknik relaksasi
NO DIAGNOSA/MASALAH TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
4. Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas Outcome Untuk Mengukur Stabilisasi dan membuka
Definisi :ketidakmampuan Penyelesaian dari Diagnosis jalan nafas
membersihkan sekresi atau Status pernafasan : Manajemen jalan nafas
obstruksi dari saluran nafas kepatenan jalan nafas Penghisapan lendir pada
untuk mempertahankan Outcome Tambahan untuk jalan nafas
bersihan jalan nafas. Mengukur Batasan Pengurangan kecemasan
Batasan Karaktersitik: Karakteristik Manajemen jalan nafas
Batuk yang tidak efektif Tingkat agitasi buatan
Dispnea Tingkat kecemasan Pencegahan aspirasi
Gelisah Pencegahan aspirasi Manajemen asma
Kesulitan verbalisasi Respon ventilasi Fisioterapi dada
Mata terbuka lebar mekanik : dewasa Manajemen batuk
Ortopnea Status pernafasan Manajemen ventilasi
Penurunan bunyi nafas Kontrol gejala mekanik : invasif
Perubahan frekuensi Tanda-tanda vital Manajemen ventilasi
nafas Outcome yang Berhubungan mekanik : non invasif
Perubahan pola nafas dengan Faktor yang Penyapihan ventilasi
Sianosis Berhubungan atau Outcome mekanik
Sputum dalam jumlah Menengah Pemberian obat :
yang berlebihan Respon alergi : sistemik inhalasi
Suara nafas tambahan Respon imun Terapi oksigen
Tidak ada batuk hipersensitif Pengaturan posisi
Faktor yang Berhubungan : Keparahan infeksi Monitor pernafasan
Lingkungan Pengetahuan : Resusitasi : neonates
Perokok manajemen asma Surveilans
Perokok pasif Pengetahuan : Bantuan ventilasi
Terpajan asap manajemen penyakit Monitor tanda-tanda
Obstruksi Jalan Nafas paru obstuktif kronik vital
Adanya jalan nafas Pengetahuan : Pilihan Intervensi
buatan manajemen pneumonia Tambahan
Benda asing dalam Respon penyapihan Manajemen asam basa
jalan nafas ventilasi mekanik : Manajemen alergi
Eksudat dalam dewasa Manajemen anafilaksis
alveoli Kontrol resiko : proses Teknik menenangkan
Hyperplasia pada infeksi Manajemen disritmia
dinding brokus Manajemen diri : asma Perawatan gawat darurat
Mucus berlebihan Manajemen diri : Kontrol infeksi
Penyakit paru penyakit paru obstruktif Pemasangan infuse
obstruksi kronis kronik Monitor cairan
Sekresi yang tertahan Perilaku berhenti Bantuan penghentian
merokok
Spasme jalan nafas merokok
Fisiologis Perawatan selang : dada
Asma
Disfungsi
neuromuskular
Infeksi
Jalan nafas alergik
pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staff, dan mencatat serta
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen
dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia :
Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.
Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.
Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit
Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman.Volume 8 No2.
Bintang P. (2019). Urgency Praktik Pranayama di Era Milenial. Jurnal Yoga dan
Kesehatan : Brahma Widya IHDN. ISSN : 2621-0185.
Dinas Perhubungan. (2021). Pantauan Data dan Peta Sebaran Corona diWilayah
Kutai Kartanegara. Alamat : https://dishub.kukarkab.go.id/
Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019). Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.
Iryanita E, Afifah IA. (2015). Efektivitas slow deep breathing terhadap perubahan
saturasi oksigen perifer pasien tuberkulosis paru di rumah sakit kabupaten
pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekajangan Pekalongan