Anda di halaman 1dari 34

Laporan Pendahuluan

Covid 19
Disusun untuk memenuhi tugas pada stase Keperawatan Medikal Anak

OLEH

MUNAWARAH

20089142201

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2021/2022
21

A. Konsep COVID-19

1. Definisi

Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia

biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu

biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut / Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara

orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini

dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel

SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama

tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020

tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya

diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).

Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian

luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi

nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2),

dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).

COVID-19 termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk

pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetic sangat

berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi antara COVID-

19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS


yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro,

COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah

96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-

7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ yang

paling terpengaruh oleh COVID-19, karena virus mengakses sel inang

melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II paru-

paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang disebut

“spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang (Letko et al,

2020).

Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ,

d an δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah

diketahui menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory

Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute respiratory syndrome

associated coronavirus (SARSr CoV) dan novel coronavirus 2019

(COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan , serta

penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap

sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan

hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena itu, cairan

pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan

untuk digunakan dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020).

Bisul atau furunkel adalah benjolan merah pada kulit yang berisi nanah

dan terasa nyeri. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri

yang memicu peradangan pada folikel rambut, yaitu tempat tumbuhnya

rambut (Amin, 2019).


2. Etiologi
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona

2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19

didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus corona

sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut

menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh

chlorhexidine”, juga kemudian definisi baru ditambahkan dalam ed isi

keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk bulat dan

sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm.

Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-

CoV. Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%.

Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel

pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6

hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“,

serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020).

CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota di

bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota)

karena adanya lonjakan glikoprotein pada amplop. Subfamili

Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales)

digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),

Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan

Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah

menjadi lima sub- genera atau garis keturunan10.

Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan

tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies


burung tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs.

Anggota keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan,

enterik, hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta,

sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai saat ini, tujuh

CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi manusia telah

diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi pada pertengahan 1960-an,

sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru.

Dalam istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom

HCoV baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal.

Setelah mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida

dengan kelelawar SARS seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia

SARS- CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2.

Genom RNA untai tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang

mengkode 9860 asam amino. Meskipun asalnya tidak sepenuhnya

dipahami, analisis genom ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin

berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar.

Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara kelelawar

dan manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli bisa secara

langsung memicu virulensi terhadap manusia, maka tidak dipastikan

bahwa perantara ini ada (Safrizal dkk, 2020).

3. Karakteristik Epidemiologi

Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi:

a. Orang dalam pemantauan


Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki

riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang

memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam

pemantauan.

b. Pasien dalam pengawasan

1) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara

yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala

COVID-19 dan seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara

lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan,

pneumonia ringan hingga berdasarkan gejala klinis dan/atau

gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem

kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda

menjadi tidak jelas.

2) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau ISPA

ringan sampai dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,

memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak dengan

kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi fasilitas

kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19.

WOC
system pertahanan
Organisme
tubuh terganggu

Virus Sal. Napas bagian Stapilokokus


bawah pneumokokus Trombus

Kuman pathogen
mencapai bronkioli Eksudat masuk
terminalis merusak sel ke alveoli
epitel bersilia, sel goblet Toksin, coagulase

Alveoli
Permukaan lapisan
Cairan edema + pleura tertutup tebal
leukositke alveoli eksudat thrombus vena
Sel darah merah,
pulmonalis
leukosit, pneumokokus
mengisi alveoli
Konsolidasi paru
Nekrosis hemoragik

Leukosit + fibrin
Kapasitas vital,
mengalami konsolidasi
compliance menurun,
hemoragik

Leukositosis

Intoleransi Aktivitas

Suhu tubuh meningkat

Kekurangan Volume Cairan

Produksi sputum meningkat Abses pneumatocele


(kerusakan jaringan parut)

Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Ketidakefektifan Pola
Napas
4. Mekanisme Penularan

COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita

dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika

orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu

yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan

semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk,

2020).

5. Karakteristik Klinis

Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi

saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan

umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk

kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung

tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang terjadi

pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi

setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat

dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut,

syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi

perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.

Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam

sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan

hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa

manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar

pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan

penyakit kronis yang mendasari biasanya memiliki prognosis buruk


sedangkan kasus dengan gejala yang relatif ringan sering terjadi pada

anak-anak. Beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain :

a. Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran

pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit

tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau

malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea,

tidak ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala

non-pernapasan seperti diare sulit ditemukan.

b. Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada

anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia .

c. Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea , gangguan pernapasan, takipnea

(> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2<90%) pada udara kamar).

Namun, gejala demam harus ditafsirkan dengan hatihati karena bahkan

dalam bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada.

Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis

adalah klinis, dan pencitraan radiologis digunakan untuk

mengecualikan komplikasi.

d. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini

menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau


memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi.

Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.

6. Pencegahan

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan

penularan COVID-19 meliputi :

a. Sering-Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan.

Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir

efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona.

Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko

rendah terjangkit berbagai penyakit.

b. Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah,

seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh

oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga

kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda

atau bersalaman dengan orang lain.

c. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah

penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah

cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus

Corona.
d. Jangan berbagi barang pribadi

Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.

Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone,

dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah

terinfeksi virus Corona.

e. Etika ketika Bersin dan Batuk

Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika

bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di

sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu

ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci

tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman,

bakteri, dan virus yang tertinggal di tangan.

f. Bersihkan Perabotan di Rumah

Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan

tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih

perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan rumah

yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop,

handphone, apa pun, secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan

buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih dan air.

Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali sehari.

g. Jaga Jarak Sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif

adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga


jarak fisik atau physical distancing. Dengan menerapkan physical

distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum,

sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona.

Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak

hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.

h. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik

Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas

keramaian selama pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat

umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah

saat ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah

upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat

ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini,

dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar pandemik

virus Corona cepat berlalu.

i. Menggunakan Masker

Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif

masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat

(dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang

yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh

orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut).

Namun, penggunaan masker saja tidak cukup memberikan tingkat

perlindungan atau pengendalian sumber yang memadai. Karena itu,

langkah-langkah lain di tingkat perorangan dan komunitas perlu

juga diadopsi untuk menekan penyebaran virus-virus saluran

pernapasan.
A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-

masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

ini. Tahap ini terbagi atas: (Arif Muttaqin, 2008)

a. Pengumpulan Data

1) Anamnesa

1) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, no. register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa

medis.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk,

dan peningkatan suhu tubuh atau demam.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila

klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah

berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk

biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat.


Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi

batuk produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan,

kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien

biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigl serta

sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan lemas.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah

mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala

seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan

5) Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional

(a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan

menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak

napas.

(b) Pola metabolik nutrisi

Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui

control saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan

rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik

mikroorganisme.

(c) Pola eliminasi

Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat

perpindahan cairan karena demam.

(d) Pola tidur-istirahat


Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak

napas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur

di malam hari karena tidak kenyamanan tersebut.

(e) Pola aktivitas-latihan

Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.

(f) Pola kognitif-persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh

disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi

dan oksigenasi pada otak.

(g) Pola persepsi diri-konsep diri

Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien

diam.

(h) Pola peran hubungan

Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien

lebih banyak diam.

(i) Pola toleransi stress-koping

Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah

pasien selalu diam dan mudah marah.

(j) Pola nilai-kepercayaan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan

untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.


2) Pemeriksaan Fisik

Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak,

adanya PCH, Adanya takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit),

pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesori

pernafas an, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen,

sputum purulen, berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif

– produktif, demam menggigil, faringitis.

b) Palpasi

Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi

biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan

satu derajat celcius, turgor kulit menurun, peningkatan taktil

fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar.

c) Perkusi

Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang

sakit.

d) Auslkutasi

Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial,

egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan

pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding

dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena

bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau

tebal (konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.


3) Pemeriksaan Diagnostik
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema

(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi

(bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih

sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada

mungkin bersih.

b) GDA (Gas Darah Arteri)

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada

c) Pemeriksaan darah.

Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-

40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.

d) LED meningkat.

Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas

meningkat dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl

mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi jaringan

paru

e) Rontegen dada

Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Foto thorax

bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau


beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya

konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

f) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi

transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan

paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan

virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru

untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat

menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin

dilakukan karena sulit.

g) Tes fungsi paru

Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar),

tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun.

Mungkin terjadi perembesan (hipokemia).

h) Elektrolit

Natrium dan klorida mungkin rendah.

i) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan

sitoplasmik (CMV), karakteristik sel raksasa (rubella).


B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien pneumonia

adalah sebagai berikut:

A. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

B. Gangguan Pertukaran Gas

C. Ketidakefektifan Pola Nafas

D. Intoleransi aktivitas

E. Ansietas

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah

atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012). Berdasarkan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) Tahun 2018 intervensi pada diagnosa yang

muncul seperti di table berikut ini


Table 3.1 Tabel Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)

Di buktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan • Monitor pola nafas
Gejala dan Tanda Mayor selama .......... bersihan • Monitor bunyi nafas
jalan nafas meningkat • Monitor sputum
Subjektif:
dengan kriteria hasil :
Terapeutik

Mengeluh sesak nafas 1. Produksi sputum • Pertahankan kepatenan jalan nafas


menurun dengan headtill chin lift
Objektif: 2. Mengi menurun • Posisikan semifowler atau fowler
3. Whezing menurun • Berikan minum hangat
- Batuk tidak efektifatau mampu 4. Dipsnea menurun • Lakukan fisioterapi dada
batuk 5. Saturasi Oksigen • Lakukan penghisapan lendir kurang
- Sputum berlebih/obstruksi jalan membaik dari 15 detik
nafas 6. Pola nafas membaik • Berikan oksigen, jika perlu
- Mengi, Wheezing, atau ronchi
kering Edukasi
• Anjurkan asupan 2000 ml/hari
• Ajarkan batuk efektif

Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi


Kolaborasi pemberian bronkodilator
Subjektif:

Tidak tersedia

Objektif:

- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
IdentifikasiHasil
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Tujuan: Pemantauan respirasi (I.1014)

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor selama ............. maka • Monitor frekuensi, irama,
gangguan pertukaran gas • kedalamam, dan upaya nafas
meningkat dengan kriteria • Monitor kemampuan baruk
Subjektif:
hasil : • Efektif
Dipsnea • Monitor pola nafas
1. Dipsnea menurun
2. Bunyi nafas • Monitor adanya sputum
Objektif : • Monitor adanya sumbatan jalan
tambahan menurun
- Pco2 meningkat/menurun 3. Pusing menurun nafas
- Po2 menurun 4. Pengelihatan kabur • Auskultasi suara nafas
- Takikardi menurun • Monitor saturasi oksigen
- bunyi nafas tambahan • Monitor AGD
Gejala dan Tanda Minor
Terapeutik:
Subjektif:
• Atur interval pemantauan dan
prosedur pemantauan
- Pusing
- Pengelihatan kabur • Dokumentasi hasil pemantauan

Objektif : Edukasi
- sianosis • Jelaskan tujuan dan prosedur
- gelisah pemantauan
- nafas cuping hidung • Informasikan hasil pemantauan
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3 Intoleransi aktivitas (D.0056) Tujuan: Manajemen Energi

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor selama ............. maka • Identifikasi gangguan fungsi tubuh
gangguan pertukaran gas yang mengakibatkan kelelahan
Subjektif: • Monitor pola dan jam tidur
meningkat dengan kriteria
• Monitor kelelahan fisik dan
Mengeluh lelah hasil :
emosional
1. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
Objektif : Edukasi
sehari-hari Meningkat
- Frekunsi jantung meningkat 2. Kekuatan tubuh bagian
atas dan • Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor bawahMeningka • Anjurkan melakukan aktivitas
3. Keluhan lelah menurun secara bertahap
Subjektif: 4. Dispnea saat aktivitas
menurun Terapeutik:
- Dipsnea saat aktivitas
- Merasa lemas - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
Objektif : - Lakukan latihan rentang gerak pasif
- Tekanan darah berubah (>20%) dan/atau aktif
darikondisi istirahat - Berikan aktivitas distraksi yang
- Gambaran EKG menenangkan
- Sianosis - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Kolaborasi

• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan makanan

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
• Identifikasi perubahan tingkat
energi
• Pwerksa nadi, TD, dan Suhu
sebelum dan sesudah latihan
• Monitor respon terhadap relaksasi

Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama lambat dan berirama

Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis
relaksasi yg tersedia (nafas dalam
dan humming)
• Jelaskan secara rinci intervensi yg
dipilih
• Anjurkan mengambil posisi yg
nyaman
• Anjurkan rileks
• Anjurkan sering mengulangi teknik
Demontrasikan dan latih teknik relaksasi
NO DIAGNOSA/MASALAH TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
4. Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas Outcome Untuk Mengukur Stabilisasi dan membuka
Definisi :ketidakmampuan Penyelesaian dari Diagnosis jalan nafas
membersihkan sekresi atau  Status pernafasan : Manajemen jalan nafas
obstruksi dari saluran nafas kepatenan jalan nafas  Penghisapan lendir pada
untuk mempertahankan Outcome Tambahan untuk jalan nafas
bersihan jalan nafas. Mengukur Batasan  Pengurangan kecemasan
Batasan Karaktersitik: Karakteristik  Manajemen jalan nafas
 Batuk yang tidak efektif  Tingkat agitasi buatan
 Dispnea  Tingkat kecemasan  Pencegahan aspirasi
 Gelisah  Pencegahan aspirasi  Manajemen asma
 Kesulitan verbalisasi  Respon ventilasi  Fisioterapi dada
 Mata terbuka lebar mekanik : dewasa Manajemen batuk
 Ortopnea  Status pernafasan  Manajemen ventilasi
 Penurunan bunyi nafas  Kontrol gejala mekanik : invasif
 Perubahan frekuensi  Tanda-tanda vital  Manajemen ventilasi
nafas Outcome yang Berhubungan mekanik : non invasif
 Perubahan pola nafas dengan Faktor yang  Penyapihan ventilasi
 Sianosis Berhubungan atau Outcome mekanik
 Sputum dalam jumlah Menengah  Pemberian obat :
yang berlebihan  Respon alergi : sistemik inhalasi
 Suara nafas tambahan  Respon imun  Terapi oksigen
 Tidak ada batuk hipersensitif  Pengaturan posisi
Faktor yang Berhubungan :  Keparahan infeksi Monitor pernafasan
 Lingkungan  Pengetahuan :  Resusitasi : neonates
 Perokok manajemen asma  Surveilans
 Perokok pasif  Pengetahuan :  Bantuan ventilasi
 Terpajan asap manajemen penyakit  Monitor tanda-tanda
 Obstruksi Jalan Nafas paru obstuktif kronik vital
 Adanya jalan nafas  Pengetahuan : Pilihan Intervensi
buatan manajemen pneumonia Tambahan
 Benda asing dalam  Respon penyapihan  Manajemen asam basa
jalan nafas ventilasi mekanik :  Manajemen alergi
 Eksudat dalam dewasa  Manajemen anafilaksis
alveoli  Kontrol resiko : proses  Teknik menenangkan
 Hyperplasia pada infeksi  Manajemen disritmia
dinding brokus  Manajemen diri : asma  Perawatan gawat darurat
 Mucus berlebihan  Manajemen diri :  Kontrol infeksi
 Penyakit paru penyakit paru obstruktif  Pemasangan infuse
obstruksi kronis kronik  Monitor cairan
 Sekresi yang tertahan  Perilaku berhenti  Bantuan penghentian
merokok
 Spasme jalan nafas merokok
 Fisiologis  Perawatan selang : dada
 Asma
 Disfungsi
neuromuskular
 Infeksi
 Jalan nafas alergik

5. Ansietas NOC  Intervensi keperawatan


Definisi: perasaan tidak Outcome untuk mengukur yang disarankan untuk
nyaman atau kekhawatiran penyelesaian dari diagnosis menyelesikan masalah :
yang samar disertai respons  Tingkat kecemasan  bimbingan antipastif
otonom (sum,ber sering kali  Tingkat kecemasan social Pengurangan Kecemasan
tidak spesifik atau tidak Outcome tambahan untuk  Teknik menenangkan
diketahui oleh individu) mengukur batasan Peninngkatan Koping
perasaa takut yang disebabkan karakteristik  Manajemen demensia
oleh antisipasi terhadap  Tingkat agitasi  Manajemen demensia :
bahaya.  Control kecemasan diri memandikan
Batasan karakteristik  Kontinensi usus  Manajemen demensia ;
Perilaku  Konsemtrasi keluyuran
 Agitasi  Tingkat rasa takut  Bantuan pemeriksaan
 Gelisah  Tanda-tanda vital  Menghadirkan diri
 Gerakan ekstra  Tidur Terapi Relaksasi
 Insomnia  Keparahan mual &  Pengurangan stress
 Kontak mata yang buruk muntah relokasi
 Melihat sepintas Outcome yang berkaitan  Peningkatan keamanan
 Mengekspresikan dengan faktror yang  Konseling
kekhawatiran karena berhubungan atau outcome  Dukungan emosional
perubahan dalam peristiwa menengah  Imajinasi terbimbing
hidup  Keparahan infeksi  Monitor tanda tanda vital
 Penurunan produktivitas  Controlg gejala  Hypnosis
 Perilaku mengintai  Penerimaan status
 Tampak waspada kesehatan
Afektif  Adaptasi terhadap
 Berfokus pada diri disbilitas fisik
sendiri  Status kenyamanan :
 Distres lingkungan
 Gelisah  Status kenyamanan fisik
 Gugup  Status kenyamanan :
 Kesedihan yang psikospiritual
mendalam  Tingkat stress
 Ketakutan  Kesehatan spiritual
 Menggemerutkan gigi
 Menyesal
 Peka
 Perasaan tidak adekuat
 Putus asa
 Ragu
 Sangat khawatir
 Senang berlebihan
Fisiologis
 Gemetar
 Peningkatakn keringat
 Peningkatan ketegangan
 Suara bergetar
 Tremor
 Tremor tangan
 Wajah tegang
Simpatis
 Anoreksia
 Diare
 Dilatasi pupil
 Ekstaksi kardivaskuler
 Gagguan penafasan
 Jantung berdebar
 Kedutan otot
 Lemah
 Mulut kering
 Peningkatan denyut nadi
 Vasokontriksi superfisial
 Wajah memerah
Parasimpatis
 Diare
 Gangguan pola tidur
 Letih
 Mual
Kognitif
 Bloking pikiran
 Gangguan konsetrasi
 Gangguan perhatian
 Konfusi
 Lupa
 Melamun
E. Implementasi

Implementasi keperawatan yang merupakan komponen proses

keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,

membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari.

Memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat

pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staff, dan mencatat serta

melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan

berkelanjutan dari klien (Hidayat, 2012).


F. Evaluasi

Dokumentasi evaluasi adalah merupakan catatan tentang indikasi

kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk

menilai keefektifan parawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien

dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2012).

Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan menurut yaitu; evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama

pemberian perawatan, sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas,

seperti diakhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau

diakhir kerangka waktu tertentu, seperti diakhir sesi penyuluhan (Setiadi,

2012).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: MediactionPublishing.

Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen
dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia :
Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.

Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.

Athena, Dharmayanti, Ika. (2014). Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(8).

Barnason, S., Zimmerman, L., & Young, L. (2011). An integrative review of


interventions promoting self-care of patients with heart failure, 448–475.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03907.x

Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit
Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman.Volume 8 No2.

Bintang P. (2019). Urgency Praktik Pranayama di Era Milenial. Jurnal Yoga dan
Kesehatan : Brahma Widya IHDN. ISSN : 2621-0185.

Brunner dan Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi8 Volume4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chalwadi Shila. (2020). Critical Study Of Bhramari Pranayama A Review


Article.International Journal of Applied Ayurved Research : College
Kharghar. ISSN: 2347- 6362

Dian K. (2019). Latihan Napas Dalam terhadap Peningkatan Arus Puncak


Ekspirasi (Ape) Pasien Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota
Pekalongan. MOTORIK Journal Kesehatan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Klate. ISSN : 1907-218X.

Dinas Perhubungan. (2021). Pantauan Data dan Peta Sebaran Corona diWilayah
Kutai Kartanegara. Alamat : https://dishub.kukarkab.go.id/

Djojodibroto, Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta : EGC, hal. 151.

Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019). Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.

Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Ignatavicius, D. D., & Workman, m. L. (2010). Medical - Surgical Nursing: Clients


– Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 & 2 . Missouri: Saunders
Elsevier.

Ihsaniah, H. I. (2019). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Meniup Balon terhadap


Intensitas Nyeri Anak Usia Prasekolah Pasca Bedah Di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang

Iryanita E, Afifah IA. (2015). Efektivitas slow deep breathing terhadap perubahan
saturasi oksigen perifer pasien tuberkulosis paru di rumah sakit kabupaten
pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekajangan Pekalongan

Jennings LK, White MM. Platelet Aggregation.(2007). In: Michelson AD (ed.).


Platelets, 2nd edition. New York. Elsevier Inc.

Kemenkes RI. (2020). Situasi Terkini Perkembangan Novel Coronavirus (COVID-


19).Jakarta : Drektoral pencegahan dan pengendalian penyakit.

Letko, M, Marzi A, Munster V. (2020). Functional assessment of cell entry and


receptor usage for SARS-CoV-2 and other lineage B betacoronaviruses.
Nature Microbiology: 1–8. doi:10.1038/s41564-020-0688-y.
\

Anda mungkin juga menyukai