Disusun Oleh :
Kelompok 3
Alfandy Costario PO.62.20.1.17.315
Meinia Preti Anjelina PO.62.20.1.17.337
Nindie Tresia PO.62.20.1.17.339
Risha Risna Dewi PO.62.20.1.17.344
Sarwanto PO.62.20.1.17.345
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Alfandy Costario PO.62.20.1.17.315
Meinia Preti Anjelina PO.62.20.1.17.337
Nindie Tresia PO.62.20.1.17.339
Risha Risna Dewi PO.62.20.1.17.344
Sarwanto PO.62.20.1.17.345
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Literature Review dengan judul “Hubungan Faktor
Risiko KAD Dengan DM Tipe 1 Pada Anak”.
Penulisan Literature Review ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Asuhan Keperawatan III Diabetes Melitus. Melalui Literature Review ini kami berharap agar pembaca
mampu mengenal lebih jauh mengenai faktor apa saja yang berhubungan dan atau beresiko KAD dengan
DM tipe 1 pada anak. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
Literature Review ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut :
1. Ns. Ester Inung Sylvia , S.Kep., M.Kep., Sp.MB. selaku Koordinator dan Dosen Mata Kuliah Asuhan
Keperawatan III Diabetes Melitus.
2. Ns. Gad Datak, M.Kep., Sp.MB. selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Keperawatan III Diabetes Melitus.
3. Ns. Reny Sulistyowati, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Keperawatan III Diabetes
Melitus.
4. Ns. Wijaya Atmaja, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Keperawatan III Diabetes
Melitus.
5. Ns. Alfeus Manuntung, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Keperawatan III Diabetes
Melitus; dan
6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Literature Review ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan dan penyusunan Literatur Review yang
kami buat.Oleh karenanya kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun dari para
pembaca agar kedepan penulis dapat menyempurnakan Litertur Review ini dan menulis Literatur Review
yang lebih baik.
Palangka Raya , 3 November 2020
Penulis,-
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
C. Tujuan..................................................................................................................................... 2
BAB II. METODE
A. Strategi Pencarian Literatur................................................................................................... 3
B. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi................................................................................................... 3
C. Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas..................................................................................... 4
BAB III. HASIL PENCAPAIAN LITERATUR REVIEW
A. Karakteristik Studi.................................................................................................................. 7
B. Hasil Dan Pembahasan Studi................................................................................................ 9
BAB IV. PEMBAHASAN...................................................................................................................... 10
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 12
B. Saran...................................................................................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol.Ketoasidosis diabetik (KAD)adalah keadaan dekompensasi
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam
lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan komplikasi akut
diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,2012).
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi
insulin berat.Kondisi ini dapat terjadi pada anak dengan atau tanpa diagnosis diabetes melitus (DM)
sebelumnya, baik DM tipe 1 maupun tipe 2.Pada anak dengan DM tipe 1, risiko terjadinya KAD adalah
1-10% per pasien per tahun. Di Negara maju sekalipun, 15-70% anak dengan DM datang pertama kali
ke fasilitas kesehatan dan didiagnosis sebagai DM setelah jatuh dalam kondisi KAD.Diagnosis KAD
pada anak lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa, karena sulitnya menggali keluhan dari
anamnesis pada anak dengan usiamuda.
Anak dan remaja yang mengalami KAD harus ditatalaksana secara menyeluruh di pusat
kesehatan yang memiliki protokol manajemen KAD dan memiliki pengalaman menangani kasus-kasus
serupa.Oleh karena itu, melalui laporan kasus ini penulis ingin memberikan salah satu contoh kasus
KAD pada anak, penatalaksanaan yang dilakukan, serta telaah terhadap penatalaksanaan tersebut.
Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kelainan yang bersifat kronis yang ditandai dengan
gangguan metabolisme: karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut atau relatif. Kekurangan insulin absolut didapatkan di pasien penyakit diabetes melitus tipe
1.Hal ini disebabkan karena ada kerusakan sel ß pankreas, sehingga insulin tidak dapat dibuat oleh
kelenjar tersebut.
Pengelompokan penyakit diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA)
dibedakan atas empat bentuk yaitu:2,3 DM tipe 1 yang sebelumnya dikenal dengan Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus juvenil; DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang umumnya terjadinya setelah dewasa; DM gestasional (selama masa
kehamilan); DM oleh karena penyebab lain.
Gejala klinis pasien DM tipe 1 yaitu poliuria, polidipsi dan polifagia; selain itu ada penurunan berat
badan yang menerus serta peningkatan tingkat glukosa darah sewaktu >200 mg/dL. Tingkat gula
darah akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan osmolalitas cairan ekstrasel. Peningkatan
osmolalitas yang melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan glukosa dikeluarkan melalui air
kemih. Glukosa yang ada akan menarik air dan elektrolit lain, sehingga pasien mengeluh sering buang
air kecil, dengan demikan tubuh akan selalu merasa haus dan mengakibatkan yang bersangkutan
banyak minum. Pasien juga sering merasa lapar, hal ini disebabkan glukosa di dalam darah tidak
dapat dipakai, sehingga tubuh akan kekurangan glukosa yang menyebabkan yang bersangkutan
banyak makan. Kekurangan insulin di pasien DM tipe 1 juga mengakibatkan pengambilan asam amino
1
dan pembuatan protein berkurang, sehingga keperluan nitrogen otot dan masanya (otot) berkurang
dan mengakibatkan penurunan berat badan.1 Sel ß telah diketahui merupakan satu-satunya sel
endokrin yang menghasilkan insulin dalam pulau Langerhans di pankreas.
Mekanisme autoimun di DM tipe 1 dimulai dari penemuan limfosit T dan B yang memasuki pulau
Langerhans di pankreas dan diduga yang menyebabkan kerusakan limfosit T melalui respons imun.
Penyebab DM tipe 1 terjadi belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga pajanan infeksi atau
lingkungan memicu proses autoimun. Dengan demikian sel ß pankreas merusak dan berakibat hasilan
insulin berkurang bahkan tidak dihasilkan, sehingga terjadi peningkatan glukosa dalam peredaran
darah.Diagnosis DM tipe 1 menurut World Health Organization (WHO) dapat ditetapkan bila
ditemukan ada: hiperglikemia, poliuria, polidipsi dan polifagia; serta penurunan berat badan. Pasien
dengan tanpa gejala yang klasik dapat didiagnosis DM tipe 1 jika dua kali pemeriksaan tingkat glukosa
darah yang meningkat pada hari yang berturut-turut.7-9 Penyakit diabetes melitus tipe 1 dan 2 adalah
dua macam penyakit yang berbeda. Gejala klinisnya hampir sama, tetapi di DM tipe 2 insulin dapat
dihasilkan dan reseptor untuk insulin tidak bekerja dengan baik. Hal tersebut umumnya terjadi di orang
dewasa, pasien yang kegemukan dan menyerang orang yang berpola makan tidak sehat dan jarang
berolahraga.DM tipe 1 terjadi kekurangan jumlah insulin karena pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin.umumnya hal tersebut terjadi di anak-anak dan postur tubuh pasien kurus karena terjadi
penurunan berat badan yang terus-menerus.
Tolak ukur lain seperti: uji Glutamat Acid Decarboxylase (GAD) dan Islet Cell Antibodi (ICA)
digunakan sebagai tatalangkah penetapan diagnosis DM tipe 1 untuk membedakan dengan yang tipe
2.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dari
penelitian ini yaitu : “ Apa Faktor Risiko Ketosiadosis Diabetik (KAD) Pada DM Tipe 1 Pada Anak ? “.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Risiko Ketosiadosis Diabetik (KAD)
Pada DM Tipe 1 Pada Anak.
2. Tujuan Khusus :
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala klinis dari Ketosiadosis Diabetik (KAD) Pada DM Tipe 1
Pada Anak.
2
BAB II
METODE
A. Strategi Pencarian Literatur
1. Protokol dan Registrasi
Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai Hubungan Faktor Risiko
KAD Dengan DM Tipe 1 Pada Anak. Sesuai dengan protokol dan evaluasi dari literature review
akan menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan penyeleksian studi yang telah
ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari literature review (Nursalam, 2020).
2. Database Pencarian
Menurut Nusalam (2020), Literature review merupakan keseluruhan simpulan beberapa
studi penelitian yang ditentukan berdasakan topic tertentu. Pencaian literatur dilakukan pada
bulan Oktober-November 2020. Data yang digunakan dalam pembuatan literatur riview ini ini
adalah data sekunder yang diperoleh bukan secara langsung akan tetapi diperoleh dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder berasal dari
artikel jurnal dengan topik yang sudah ditentukan. Pencarian literature dalam bentuk literature
review menggunakan dua database yaitu Pubmed,Garba Rujukan Digital (GARUDA), Google
Scholar, dan ProQuest
3. Kata Kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci (AND, OR NOT or AND NOT) yang
digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam
penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan
dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:
Tabel 1 Kata Kunci Literature Review
Factors KAD DM Children
Factor risiko Ketoasidosis Diabetes Tipe 1 Anak
diabetik
Or Or Or Or
Risk Factors Ketoacidosis Diabetes Mellitus Type 1 children
diabetic
Or Or Or Or
Factors DKA IDDM Early childhood
3
4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi terdahulu yang sesuai dengan tema
yang sudah di tentukan dalam literature review.
5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di review.
4
Gambar 1 Diagram Alir PRISMA
2. Penilaian Kualitas
Hasil akhir dari total artikel yang tersedia dan diperoleh selanjutnya di analisis melalui
critical appraisal untuk memenuhi syarat yang dilakukan oleh para peneliti. Penelitian pada
kriteria diberi nilai ya, tidak jelas, atau tidak berlaku. Pada setiap kriteria dengan skor Ya diberi
satu poin dan nilai lainnya adalah nol. Setiap skor studi selanjutnya dihitung dan dijumlahkan.
Pada penelitian ini diambil 10 artikel penelitian dengan nilai skor tertinggi yang dianggap
memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut off yang telah disepakati oleh peneliti.
Pada penelitian ini nilia cut-off nya adalah 50% dari total pertanyaan pada critical appraisal yang
digunakan.
Dari hasil telaah menggunakan critical appraisal dari 10 artikel penelitian diperoleh artikel
yang mencapai skor cut off 50% sebanyak 10 artikel dengan nilai masing-masing skor sebagai
berikut:
5
Krishna,2020)
3 Support System Keluarga Dalam Pencegahan Ketoasidosis 7
Diabetik Pada Anak dengan DM Tipe 1 (Ana Fitria Nusantara,
Sunanto, Achmad Kusyairi, 2019)
4 Ketoasidosis diabetic saat diagnosis diabetes mellitus tipe 1 7
pada anak-anak dan remaja Malaysia (Hong JYH, Jalaludin
MY, Mohammad Adam B, Fuziah MZ, Wu II, Rasat R, Fatimah
H, Premaa S, Ponnudurai U, Jamaiyah H, 2015)
5 Risiko ketoasidosis pada anak-anak pada saat diagnosis 8
diabetes melitus berdasarkan situasi pengasuh utama: studi
kohort retrospektif berbasis populasi (Meranda Nakhla,
MDMSc, Elham Rahme PhD, Marc Simard MSc, Isabelle
Larocque MSc, Laurent Legault MD, Patricia Li MDMSc, 2018)
6 Penatalaksanaan ketoasidosis diabetikum di rumah sakit 7
daerah pedesaan di KwaZulu-Natal (Nontobeko FM Ndebele 1
Mergan Naidoo 2, 2018)
7 Pre Klinis Dan Onsite Ketoasidosis Diabetik Pada Anak 7
Dengan Diabetes Melitus Tipe 1 (Ana Fitria Nusantara,
Sunanto, Achmad Kusyairi, 2019)
8 Faktor Pencetus Ketoasidosis Diabetik pada Penderita 8
Diabetes Melilitus Tipe 1 : Pengaruh Status Sosial ekonomi
(Ahmed Hakim Al-Obaidi,Haider Ayad Alidrisi,Abbas Ali
Mansourc,2019)
9 Ketoasidosis Diabetik pada Awal Diabetes Tipe 1: Tarif dan 7
Faktor Resiko Saat Ini Hingga 15 Tahun Yang Lalu (Shana
Rose Mencher, MD, Graeme Frank, MD, and Joanna
Fishbein, MPH ,2019)
10 Clinical Characteristics of Diabetic Ketoacidosis in Children 7
with Newly Diagnosed Type 1 Diabetes in Addis Ababa,
Ethiopia: A Cross-Sectional Study (Helen Siyoum Atkilt,
Muluken Gizaw Turago, Balewgizie Sileshi Tegegne, 2017)
Dari tabel tiga diatas, diperoleh 10 artikel dengan nilai skor tertinggi yang dibahas dalam
penelitian literature review Hubungan Faktor Risiko KAD Dengan DM Tipe 1 Pada Anak. Untuk
selanjutnya hasil penelitian tersebut dibahas dalam bab hasil dan pembahasan.
BAB III
HASIL PENCARIAN LITERATURE REVIEW
A. Karakteristik Studi
No Penulisd MetodePenelitian HasilPenelitian Database
anTahu
n
6
1. Warsha DesainStu :prospektif Presentasi klinis yang umum termasuk Pubmed
Ahuja, di observasional muntah parah (32,2%), sakit perut
Navin Sampel : 93 peserta (27,9%), dan keadaan mental tertekan
Kumar , (DMS) (26,8%). Infeksi (36,5%) dan
Sumeet dosis insulin yang tidak adekuat
Kumar , Variabel :faktor (22,5%) sering dilihat sebagai faktor
Amber predisposisinya, predisposisi. Pada seperempat pasien,
Rizwan, presentasi klinis, episode DKA ini adalah presentasi
2019 parameter pertama DM (26,8%). Tingkat kematian
biokimia. , tingkat adalah 23,6%. Prediktor kematian
kematian, dan termasuk DMS, pH yang sangat rendah
prediktor dan bikarbonat serum, dan kalium
kematian. serum tinggi pada saat presentasi, gula
Instrumen :- darah acak> 300 mg / dL dan urin
Analisis :dianalisis positif untuk keton bahkan setelah 12
menggunakan jam intervensi medis,> 50 unit
IBM SPSS internasional (IU) kebutuhan insulin
Statistics for dalam 12 jam pertama, cairan> 6L diisi
Windows, versi kembali dalam 24 jam pertama, dan
22.0 (IBM Corp., onset baru demam dalam 24 jam
Armonk, NY). pertama.
2. Kaleb T. DesainStu :Retrospective Dari 350 anak yang baru terdiagnosis Google
Bogale, di chart review T1D dari 2017 hingga 2019, 161/350 schoolar
Daniel Sampel : 350 pasien (46%) ada di DKA. Di antara pasien
E. berusia <1 sampai dengan DKA, ada 45 (28%) di DKA
Hale,Eri 18 tahun ringan dan 116 (72%) di DKA sedang /
c Variabel : usia saat berat, yang mewakili 13% dan 33% dari
Schaefe diagnosis, jenis semua pasien yang didiagnosis dengan
r,Kanthi kelamin, ras / T1D. Variabel yang terkait dengan
Bangalo etnis, persentil peningkatan risiko DKA pada
re BMI, asuransi presentasi T1D termasuk usia ( <3 atau
Krishna, kesehatan, hasil 9-13),BMI (3% atau >97%), tidak ada
2020 dari pertemuan rujukan selama pertemuan perawatan
perawatan kesehatan sebelumnya, HbA 1c tingkat
kesehatan dan status mental yang berubah.
sebelumnya 30 Dalam model multivariabel, usia (<3
hari sebelum atau 9-13),tidak ada rujukan selama
diagnosis T1D pertemuan kesehatan,Tingkat HbA1c
(rujukan langsung, dan perubahan status mental dikaitkan
tidak ada rujukan, dengan DKA saat presentasi,
gawat darurat sedangkan jenis kelamin, ras / etnis,
[ED]) , HbA 1c, persentil BMI, asuransi kesehatan
status mental. diagnosis tidak gangguan spektrum
Instrumen : Rekam medis ance dan autisme.
Analisis : Chi-squared
3. Ana DesainStu : Phenomenology Hasil penelitian menunjukkan bahwa Google
Fitria di support sistem keluarga dapat Scholar
Nusanta Sampel : 24 orang dilakukan dengan cara membawakan
ra,Suna Variabel : bekal makan atau minum untuk
dukungan
nto, keluarga kegiatan di luar rumah,
Achmad Instrumen : Wawancara mengkomunikasikan penyakit anak
Kusyairi, Analisis kepada pihak lain di luar rumah
2019 : Van Manen (sekolah, tetangga, saudara),
melakukan injeksi insulin, pengawasan
diet, serta kunjungan rutin ke rumah
sakit.
4 DesainStu :Cross-sectional Penelitian ini melibatkan 490 anak- Pubmed
HongJY
di retrospektif anak dan remaja, 57,1% di antaranya
H,
Sampel adalah perempuan. Usia rata-rata (SD)
Jalaludi : 490 anak dan
saat
n MY, remaja
diagnosis adalah 7,5 (3,7) tahun, yang
Mohama Variabel : Pravelensi dan
7
faktor yang meningkat dari tahun 2000 hingga 2009
d Adam
berhubungan [6,6 (3,3) tahun menjadi 9,6 (3,5) tahun;
B,
dengan KAD p=
Fuziah
Instrumen :Kuesioner 0,001]. Peningkatan persentase DKA
MZ, Wu
terstruktur dan saat diagnosis diamati dari tahun 2000
ll, rasat
pra-test (54,5%) hingga tahun 2009 (66,7%),
r,
Analisis : analisis statistic yang tetap
Fatimah
(IBM SPSS tinggi dan rata antara 54,5% dan
H,
Statistics for Cor) 75,0%. DKA lebih sering terjadi pada
Premaa
pasien dengan berat badan normal (p =
s,
0,002) tanpa hubungan yang signifikan
Ponnud
dengan usia,
urai U,
jenis kelamin, etnis dan status riwayat
Jamaiya
keluarga diabetes mellitus
h H.
2015
8
sebelumnya, dengan prevalensi yang
lebih tinggi pada T2DM dibandingkan
pasien T1DM. Hemoglobin terglikasi
sangat meningkat pada sebagian besar
pasien. Pasien tetap dirawat di rumah
sakit selama rata-rata 8,9 ± 7,5 hari.
Angka kematian adalah 17,14%, dan
12 dari 18 kematian terjadi pada pasien
DMT2.
7 Ana DesainStu :fenomenologi Gambaran pre klinis KAD meliputi Garuda
Fitria di hermenuetik meningkatan buang air kecil (BAK),
Nusanta Sampel : 24 partisipan banyak minum dan penurunan berat
ra, Variabel badan. Sedangkan gambaran pada
: Pre klinis dan
Sunanto waktu serangan KAD adalah
onsite
, penurunan kesadaran dan gangguan
ketoasidosis
Achmad pernafasan berupa sesak nafas.
diabetic
Kusyairi,
Instrumen : wawancara
2019
Analisis : Van Manen
8 Ahmed DesainStu : cross sectional Seratus empat puluh tujuh pasien Google
Hakim di dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka Scholar
Al- Sampel : 147 pasien dibandingkan dengan berbagai faktor
Obaidi,H dengan DMT1 untuk menilai korelasi dengan risiko
aider Variabel : Faktor Pencetus DKA. Usia lebih muda, kurus, tanpa
Ayad Ketoasidosis pekerjaan, rendah tingkat pendidikan
Alidrisi,A Diabetik pada pribadi dan / atau ibu, perjalanan,
bbas Ali Penderita pemantauan glukosa di rumah kurang
Mansour Diabetes Mellitus dari 7 kali seminggu, tidak terkontrol
c,2019 Tipe 1 HbA1c dan penghentian insulin sebagai
Instrumen : menggunakan penyebab DKA terlepas dari alasan
kuesioner untuk berhenti dikaitkan dengan
Analisis :Statistical peningkatan risikoDKA. Di sisi lain,
Package for rumah sendiri, ketersediaanglukometer
Social Sciences untuk memeriksa glukosa, rejimen
(SPSS) software insulin basal-bolus, suplai insulin, dan
version 22.0. pendidikan di pusat tersier, teknik
injeksi yang benar siapa pun yang
menyuntikkan insulin dan kepatuhan
diet, semuanya dikaitkan dengan
penurunan risiko dari DKA.
Faktor lain seperti jenis kelamin, status
perkawinan, status merokok, tingkat
pendidikan ayah, tempat tinggal,
pendapatan, rumah pribadi
daerah, frekuensi pemeriksaan HbA1c,
dan riwayat keluarga
diabetes tidak terkait dengan efek
signifikan pada
Risiko DKA.
9 Shana DesainStu :Retrospective Sebanyak 344 kasus diabetes mellitus Pubmed
Rose di chart onset barudidiagnosis dalam populasi
Mencher Sampel :344kasus ini dari 2010 hingga 2013. Enam puluh
, MD, diabetes mellitus delapankasus dikeluarkan karena
Graeme onset baru diagnosis lain sepertiTipe2 diabetes
Frank, didiagnosis pada melitus, fibrosis kistik,diinduksi
MD populasi ini dari steroiddiabetes,dan gangguan
, and 2010 hingga 2013 metabolisme.
Joanna Variabel : Factor resiko Meningkatkan kesadaran masyarakat
Fishbein Instrumen : Medical Record terhadap gejala klasikpoliuria dan
9
, MPH Analisis : Chi-square,SAS polidipsia diharapkan dapat berkurang
(2019) version 9.4 presentasi terlambat di DKA, seperti
yang dicatat pada anak-anakdengan
riwayat keluarga T1D
10
Dari 10 jurnal terdapat 4 jurnal yang membahas tentang faktor risiko, faktor pencetus, dan
karakteristik ketoasidosis pada DM tipe 1
Dari 10 jurnal terdapat 1 jurnal yang membahas Pravelensi dan faktor yang berhubungan dengan
ketoasidosis diabetikum pada diagnosis diabetes tipe 1
Dari 10 jurnal terdapat 1 jurnal yang membahas tentang Support System Keluarga dalam
mencegah kejadian ketoasidosis diabetic
Dari 10 jurnal terdapat 2 jurnal yang membahas tentang diagnosis ketoasidosis diabetic pada
anak
Dari 10 jurnal terdapat 1 jurnal yang membahas tentang Penatalaksanaan ketoasidosis
diabetikum
Dari 10 jurnal terdapat 1 jurnal yang membahas tentang pre klinis dan onsite ketoasidosis
diabetic pada anak
BAB IV
PEMBAHASAN
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemi yang mengancam jiwa pasien
dengan diabetes melitus. Ketoasidosis diabetik terjadi ketika seseorang mengalami penurunan insulin
relatif atau absolute yang ditandai dengan hiperglikemi, asidosis, ketosis dan kadar glukosa darah >250
mg/dL (American Diabetes Association, 2013)
Ketoasidosis diabetik merupakan suatu kondisi dimana insulin tidak mencukupi kebutuhan
metabolik dan disertai dengan peningkatan hormon kontra insulin lainnya, seperti katekolamin,kortisor,dan
glukoagon. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat
defisiensi insulin berat. Kondisi ini dapat terjadi pada anak dengan atau tanpa diagnosis diabetes melitus
(DM) sebelumnya, baik DM tipe 1 maupun tipe 2. Pada anak dengan DM tipe 1, risiko terjadinya KAD
adalah 1-10% per pasien per tahun. Di Negara maju sekalipun, 15-70% anak dengan DM datang pertama
kali ke fasilitas kesehatan dan didiagnosis sebagai DM setelah jatuh dalam kondisi KAD.Diagnosis KAD
pada anak lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa, karena sulitnya menggali keluhan dari anamnesis
pada anak dengan usia muda.
Faktor resiko Ketoasidosis Diabetik yang banyak terjadi :
1. Usia
Seseorang juga dapat mengalami ketoasidosis diabetik disebabkan oleh usia yang sudah tua. Hal ini
umumnya terjadi pada seseorang yang mengalami diabetes tipe 1 dan berusia lanjut. Pengidapnya
dapat mengalami gejala yang mirip HHNS dan dapat menyebabkan dehidrasi.
Selain itu, beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan seseorang mengidap diabetik
ketoasidosis adalah:
Meskipun memang gangguan ini terbilang jarang terjadi pada seseorang yang mengidap diabetes
tipe 2, tetapi kemungkinannya tetap ada. Beberapa orang yang mengidap diabetes tipe 2 kerap
dilabeli "rentan keton" dan berisiko lebih tinggi mengidap ketoasidosis diabetik. Selain itu, beberapa
11
obat yang dikonsumsi juga dapat meningkatkan risikonya
2. Terapi insulin tidak efektif
Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat ditemukan pada penderita-penderita DM tipe1 yang tidak
patuh jadwal dengan suntikan insulin, pemberian insulin dihentikan karena anak tidak makan/sakit,
dan kasus baru DM tipe-1. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
digunakan oleh sel untuk metabolisme karena glukosa tidak dapat memasuki sel, akibatnya kadar
glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Pada anak sakit walaupun tidak makan, didalam
tubuh tetap terjadi mekanisme glukoneogenesis sehingga tetap terjadi hiperglikemia. Faktor yang
memunculkan kelalaian penggunaan insulin pada pasien muda diantaranya ketakutan untuk
peningkatan berat badan dengan perbaikan kontrol metabolik, ketakutan terjadinya hipoglikemia,dan
stres akibat penyakit kronik.
Pada penderita DM tipe 1 yang diketahui diskontinuitas atau terapi insulin inadekuat. Apabila
penderita tidak melakukan therapy insulin secara efektif, maka glukosa akan terus meningkat dan
tidak dapat terukur oleh hati akibatnya kadar glukosa dalam darah cukup tinggi, dan akan terjadi
pemecahan asam lemak menjadi badan keton. Ketidakefektifan terapi pada penderita DM dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan HbA1c yang biasa dilakukan 8 pemeriksaan rutin setiap 3 bulan sekali.
HbA1c merupakan hemoglobin yang terikat dengan glukosa (terglikolasi). Pembentukan ikatan ini
terjadi secara lambat yaitu sekitar 120 hari (rentang hidup sel darah merah). Jumlah hemoglobin
yang terglikosilasi bergantung pada jumlah glukosa darah yang tersedia. Jika kadar glukosa darah
meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa sehingga
menghasilkan glikohemoglobin (American Diabetes Association, 2011).
3. Infeksi
Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi,dan diperkirakan sebagai pencetus lebih dari 50%
kasus KAD. 6-8 Pada infeksiakan terjadi peningkatan sekresi kortisol dan glukagon sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah yang bermakna. Faktor lainnya adalah cerebrovascular accident,
alcohol abuse, pankreatitis,infark jantung,trauma, pheochromocytoma, obat, DM tipe 1 yang baru
diketahuidan diskontinuitas (kepatuhan) atau terapi insulin inadekuat. Kepatuhan akan pemakaian
insulin dipengaruhi oleh umur,etnis dan faktor komorbid penderita. Infeksi yang diketahui paling
sering mencetuskan KAD adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia,infeksi lain dapat berupa
infeksi ringan seperti skin lesion atau infeksi tenggorokan.
4. Stress
Pada pasien usia muda denganDM tipe1,masalahpsikologisyangdisertai kelainan makan
memberikan kontribusipada 20% KAD berulang. Kondisi stres bisa menyebabkan hiperglikemi
karena kondisi tersebut memicu produksi auto anti-body terhadap sel pankreas. Sehingga terjadi
des-truksi dari sel pancreas yang akan menyebabkan penurunan sekresi insulin dan akhirnya
kekurangan hormon insulin. Kekurangan insulin ini akan mengakibatkan hiperglikemia, penguraian
lemak dan katabolisme protein. Kondisi hiperglikemi jika tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan kondisi kegawatan atau krisis hiperglikemi (American Diabetes Association, 2012;
Kowalak, JP, 2013).
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetik merupakan suatu kondisi akut dan mengancam jiwa akibat kekurangan
insulin relatif atau absolut yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, serta ketonemia/ketonuria.
Manifestasi klinis KAD sangat bervariasi dan seringkali menyerupai gejala klinis penyakit lain.
Kemampuan mengenali gejala klinis KAD dan mendiagnosis KAD merupakan bagian terpenting tata
laksana KAD.Tata laksana KAD selanjutnya adalah koreksi cairan yang adekuat, pemberian insulin
yang tepat, koreksi asidosis dan elektrolit serta pemantauan yang ketat.Sebagian besar kematian
pada DMT1 timbul akibat edema serebri.Pengenalan tanda-tanda KAD dan tata laksana yang cepat
dan tepat dapat menurunkan mortalitas, morbiditas dan menekan biaya rawat akibat
KAD.Pencegahan dengan suatu program yang komprehensif dan terintegrasi merupakan suatu
langkah terpenting untuk menghindari berulangnya KAD.
Faktor yang sering terjadi pada ketoasidosis diabetik seperti Usia,Terapi insulin tidak
efektif,Infeksi,dan stres. Hasil dari penelitian mengenai faktor resiko yang dapat terjadi pada
ketoasidosis diabetik dengan diabetes melitus tipe 1 ada dua faktor yang paling sering mempengaruhi
perkembangan DKA adalah infeksi yang mendasari dan terapi insulin yang tidak mencukupi termasuk
dosis yang dilewati / terlewat atau kurang dari dosis terapeutik.
B. Saran
Pengobatan perlu perluas wawasan atau pengetahuan pasien mengenai diabetes yang
benar,memberikan bukti lebih lanjut bagi pembuat kebijakan tentang perlunya mengembangkan dan
memperkuat inisiatif yang mempromosikan perawatan primer untuk anak-anak. Saran yang dilakukan
untuk rutin memeriksa kesehatan,edukasi keluarga klien,memberikan perawatan tentang diabetes dan
pencegahan komplikasi.
13
LAMPIRAN 1
Judul Artikel : Precipitating Risk Factors, Clinical Presentation, and Outcome of Diabetic
Ketoacidosis in Patients with Type 1 Diabetes
Tahun : 2019
14
LAMPIRAN 2
Judul Artikel: Pravelensi dan faktor yang berhubungan dengan ketoasidosis diabetikum pada diagnosis diabetes tipe 1
Tahun : 2020
15
LAMPIRAN 3
Judul Artikel : Support System Keluarga Dalam Pencegahan Ketoasidosis Diabetik Pada Anak
Dengan Dm Tipe 1
Tahun : 2019
16
LAMPIRAN 4
Judul Artikel : Ketoasidosis diabetik saat diagnosis diabetes mellitus tipe 1 pada anak-anak dan
remaja Malaysia
Penulis : Hong JYH, Jalaludin MY, Mohamad Adam B, Fuziah MZ, Wu ll, rasat r, Fatimah
H, Premaa s, Ponnudurai U, Jamaiyah H.
Tahun : 2015
17
LAMPIRAN 5
Judul Artikel : Risiko ketoasidosis pada anak-anak pada saat diagnosis diabetes mellitus
berdasarkan status pengasuh utama: studi kohort retrospektif berbasis populasi
Penulis : Meranda Nakhla MDMSc, ElhamRahme PhD, Marc Simard MSc, Isabelle
Larocque MSc, Laurent Legault MD, Patricia Li MDMSc
Tahun : 2018
18
LAMPIRAN 6
Tahun : 2018
19
LAMPIRAN 7
Judul Artikel : Pre Klinis Dan Onsite Ketoasidosis Diabetik Pada Anak Dengan Diabetes Melitus
Tipe 1
Tahun : 2019
20
LAMPIRAN 8
Judul Artikel: Faktor Pencetus Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Diabetes Melilitus Tipe 1 : Pengaruh Status Sosial
ekonomi
Tahun : 2019
21
LAMPIRAN 9
Judul Artikel : Diabetic Ketoacidosis at Onset of Type 1 Diabetes: Rates and Risk Factors
Today to 15 Years Ago
Penulis : Shana Rose Mencher, MD, Graeme Frank, MD, and Joanna Fishbein, MPH
Tahun : 2019
22
LAMPIRAN 10
Penulis : Helen Siyoum Atkilt, Muluken Gizaw Turago, Balewgizie Sileshi Tegegne
Tahun : 2017
23
Prisma Check
JUDUL
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-
analisis, atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan 2 Memberikan ringkasan terstruktur termasuk, jika
terstruktur memungkinkan, latar belakang, tujuan; sumber data; kriteria
kelayakan studi, peserta, dan intervensi; mempelajari metode
penilaian dan sintesis; hasil; batasan; kesimpulan dan
implikasi dari penemuan kunci; nomor registrasi tinjauan
sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan peninjauan dalam konteks apa yang sudah
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang
sedang ditangani dengan mengacu pada peserta, intervensi,
perbandingan, outcoes, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika protokol tinjauan ada, jika dan di mana itu
registrasi dapat diakses (misalnya, alamat Web), dan, jika tersedia,
berikan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) yang digunakan
sebagai kriteria untuk kelayakan, berikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, m database
dengan tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Cari 8 Sajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Seleksi studi 9 Sebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan,
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, dimasukkan dalam meta-analisis).
Proses 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya,
pengumpulan data formulir uji coba, secara independen, dalam duplikat) dan
asumsi serta penyederhanaan yang dibuat.
Item data 11 Buat daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari
(misalnya, PICOS, sumber pendanaan) dan asumsi serta
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada
24
tingkat studi atau hasil), dan bagaimana informasi ini akan
digunakan dalam sintesis data.
Langkah-langkah 13 Sebutkan ukuran ringkasan utama (misalnya, rasio risiko,
ringkasan perbedaan rata-rata).
Sintesis hasil 14 Mendeskripsikan metode yang digunakan untuk menangani
data dan menggabungkan hasil studi, jika dilakukan, termasuk
ukuran konsistensi (misalnya, I2) untuk setiap meta-analisis.
25
Pendanaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan
dukungan lain (misalnya, pasokan data): peran pemberi dana
untuk tinjauan sistematis.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, W., Kumar, N., Kumar, S., & Rizwan, A. (2019). Faktor Risiko Pencetus, Presentasi Klinis, dan Hasil
Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Diabetes Tipe 1. Cureus , 1-9.
Al-Obaidi, A. H., Alidrisi, H. A., & Mansour, A. A. (2019). Faktor Pencetus Ketoasidosis Diabetik pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 1: Pengaruh Status Sosial Ekonomi. Metab Diabetes Int J , 52-60.
Atkilt, H. S., Turago, M. G., & Tegegne, B. S. (2017). Clinical Characteristics of Diabetic Ketoacidosis in
Children with Newly Diagnosed Type 1 Diabetes in Addis Ababa, Ethiopia: A Cross-Sectional Study. PLOS
ONE , 1-9.
Bogale, K. T., Sehat, D. E., Schaefer, E., & Krishna, K. B. (2020). Prevalensi dan faktor yang berhubungan
dengan ketoasidosis diabetikum pada diagnosis diabetes tipe 1: Laporan dari tersier pusat medis di
Pennsylvania Tengah. Jurnal: EDM2 , 1-5.
E, D., Daniel, Hale, E., Schaefer, E., & Bangalore, K. K. (2020). Prevalensi dan Faktor yang Berhubungan
Dengan Ketoasidosis Diabetikum pada Diagnosis Diabetes Tipe 1.
JYH, H., MY, J., B, M. A., MZ, F., II, W., R, R., et al. (2015). Ketoasidosis diabetik saat diagnosis diabetes
mellitus tipe 1 pada anak-anak dan remaja Malaysia. Dokter Keluarga Malaysia , 1-8.
MDMSc, M. N., PhD, E. R., MSc, M. S., MSc, I. L., MD, L. L., & MDMSc, P. L. (2018). Risiko ketoasidosis
pada anak-anak pada saat diagnosis diabetes mellitus berdasarkan status pengasuh utama: studi kohort
retrospektif berbasis populasi. CMAJ , 416-421.
Mencher, S. R., Frank, G., & Fishbein, J. (2019). Ketoasidosis Diabetik pada Awal Diabetes Tipe 1: Tarif
dan Faktor Resiko Saat Ini Hingga 15 Tahun Yang Lalu. Kesehatan Pediatrik Global , 1-9.
Ndebele, N. F., & Naidoo, M. (2018). Penatalaksanaan ketoasidosis diabetikum di rumah sakit daerah
pedesaan di KwaZulu-Natal. Jurnal Afrika Perawatan Kesehatan Primer & Pengobatan Keluarga , 1-6.
Nursalam. (2020). Penulisan Literature Review dan Systematic Review Pada Pendidikan Keperawatan
Kesehatan. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Nusantara, A. F., Sunanto, & Kusyairi, A. (2019). SUPPORT SYSTEM KELUARGA DALAM
PENCEGAHAN KETOASIDOSIS DIABETIK PADA ANAK DENGAN DM TIPE 1. JI-KES: Jurnal Ilmu
Kesehatan , 1-6.
iii